• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 KARAU KUALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 KARAU KUALA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1

KARAU KUALA

AYU ANDHINI

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : [email protected]

ABSTRAK

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep- konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan jenis penelitian diskriftif, sumber data dari penelitian ini adalah subjek dan objek penelitian, dimana subjek penelitian ini adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan objek penelitian ini adalah siswa – siswi kelas XI SMAN 1 Karau Kuala. Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan tes. Metode analisis data dalam penelitiaan ini adalah dengan menggunakan presentase dan hasilnya adalah sebagai berikut, setelah menerapkan strategi Model Pembelajaran Discovery Learning pada hasil belajar siswa penelitian pendahuluan terbukti mencapai KKM yakni setelah menerapkan strategi model pembelajaran discovery learning dapat diketahui peningkatan dalam hasil belajar dari 42,9% pada siklus I menjadi menjadi 85,7%

pada siklus II, maka dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut,”

Terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi Model Pembelajaran Discovery Learning”.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Discovery Learning, Siswa

(2)

PENDAHULUAN

Dalam kurikulum 2013 model PAI bertujuan untuk meningkatkan ruang lingkup materi kelas XI, yang mana terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI, salah satunya adalah model discovery learning. Penggunaan model discovery learning ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Penulis memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Model discovery learning merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan pembelajaran di dalam kelas, karena dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara menemukan kejadian, aturan, dan urutan dalam melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun dengan menggunakan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang akan disajikan. Kelebihan dari model discovery learning itu sendiri adalah memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang dipelajari, perhatian siswa juga akan lebih mudah untuk dipusatkan pada hal- hal yang sedang dibahas, dapat mengurangi kesalahan, baik pada guru maupun pada siswa, serta dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa dan guru untuk berdiskusi.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; Untuk menentukan

(3)

apakah suatau tujuan telah tercapai; dan Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, 2002:149).

Tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana PTK yang belum tercapai.

Menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat mengahasilkan suatu

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes.

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing- masing siswa dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian berbasis sekolah yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75.

3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

HASIL PENELITIAN

Model discovery learning merupakan alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hal ini terbukti sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan model discovery learning ternyata belum cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, hasil yang dicapai belum dapat memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Adapun faktor yang menyebabkan hal tersebut di atas yakni dalam proses belajar mengajar siswa sudah terbiasa menerima, mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Disamping itu kendala lain yang mempengaruhi pembelajaran adalah kurangnya minat siswa, siswa masih merasa malu dan takut bertanya maupun mengelurkan pendapatnya. Oleh karena itu untuk memperbaikinya diperlukan motivasi, bimbingan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sehingga

(4)

dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa merupakan penunjang keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I mengalami peningkatan pada beberapa aktivitas di siklus II, seperti mengaitkan materi dengan pelajaran berikutnya (8,3%), menyampaikan materi/ langkah (8,3%) dan memberikan umpan balik (12,5%). Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I juga mengalami peningkatan pada beberapa aktivitas di siklus II, seperti bekerja dengan sesama teman sebangku (21,1%), diskusi antar siswa/

antara siswa dengan dewan guru (8,3%) dan menyajikan hasil pembelajaran (5,7%). Untuk lebih jelasnya adanya peningkatan aktivitas yang dilakukan guru maupun siswa dapat di lihat pada tabel 1. Berikut :

Tabel 1. Perbandingan aktivitas guru dan siswa siklus I dan siklus II

No Pengamatan

Siklus

I II

1 Aktivitas Guru

- Menyampaikan tujuan

- Memotivasi siswa/ merumuskan masalah - Mengaitkan dengan pelajaran berikutnya - Menyampaikan materi/langkah/strategi - Menjelaskan materi yang sulit

- Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

- Meminta siswa memikirkan untuk lebih memahami materi pelajaran

- Memberikan umpan balik

- Membimbing siswa merangkum pelajaran

12,5 8,3 16,7 16,7

4,2 8,3 4,2 8,3 25,0 8,3 12,5 20,8

12,5 8,3 8,3 12,5 4,2 8,3

2 Aktivitas Siswa

- Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 28,9 25,9

- Membaca buku siswa 17,0 14,3

- Bekerja dengan sesama teman sebangku 20,2 21,1 - Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 6,5 8,3

(5)

- Menyajikan hasil pembelajaran 3,3 5,7 - Mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide 2,7 3,9 - Menulis yang relevan dengan KBM 2,1 3,3

Berdasarkan Tabel 1 terlihat jelas peningkatan aktivitas yang dilakukan guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru yang paling menonjol adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep (20,8%) yang semula hanya 12,5% pada siklus I, aktivitas guru yang lain yang juga mengalami peningkatan dari siklus I adalah mengaitkan dengan pelajaran berikutnya (8,3%), menyampaikan materi/langkah/strategi (8,3%) dan memberikan umpan balik (12,5%), sedangkan aktivitas siswa yang menonjol di siklus II adalah bekerja sama dengan teman sebangku (21,1%) yang semula 20,2% pad siklus I. aktivitas siswa yang lain yang juga mengalami peningkatan dari siklus I adalah diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (8,3%), menyajikan hasil pembelajaran (5,7%), dan mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide (3,9%)

Sedangkan untuk melihat perbandingan hasil evaluasi siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Perbandingan hasil evaluasi siswa siklus I dan siklus II No Pengamatan

Siklus

I Kriteria II Kriteria

1 A 80 Tuntas 80 Tuntas

2 A R 80 Tuntas 90 Tuntas

3 H 80 Tuntas 80 Tuntas

4 H 70 Tidak

Tuntas

80 Tuntas

5 L S 60 Tidak

Tuntas 70 Tidak

Tuntas

6 N 80 Tuntas 90 Tuntas

7 N A 70 Tidak

Tuntas

80 Tuntas

8 N A 70 Tidak

Tuntas

70 Tidak

Tuntas

9 R A 70 Tidak

Tuntas

80 Tuntas

10 S 70 Tidak

Tuntas

80 Tuntas

11 S U 80 Tuntas 90 Tuntas

12 S 80 Tuntas 80 Tuntas

13 S A 70 Tidak

Tuntas

80 Tuntas

(6)

14 S M 70 Tidak Tuntas

80 Tuntas Skor tercapai 1.03

0

1.13 0

Rata-rata 73,5

7

80,7

Jumlah siswa tuntas 6 12

Prosentase ketuntasan 42,9 85,7

Berdasarkan Tabel 2 analisis tindakan pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode demonstrasi diperoleh rata-rata kelas ynag semula 73,57 pada siklus I menjadi 80,7 pada siklus II. Jumlah siswa tuntas pada siklus I hanya berjumlah 6 orang dari 14 siswa tetapi pada siklus II mengalami peningkatan yaitu jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 12 orang, begitu pula presentase tuntas klasikal yang semula hanya 42,9%, dan pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 85,7% pada siklus II. Kenaikan tersebut menunjukan bahwa tindakan penelitian ini berhasil. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.

Peningkatan hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat pada metode demonstrasi yaitu:

1) Adanya perencanaan yang matang

Perencanaan yang matang mengindikasikan pembelajaran berlangsung secara sistematis sehingga pembelajaran akan terarah dan terorganisir sehingga guru dapat mengajar dengan lebih efektif. Terry (Majid, 2006:16) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk dapat mencapai tujuan yang telah digariskan.

2) Tersedianya perangkat pembelajaran yang memadai

Menurut E. Mulyasa menjelaskan bahwa fasilitas pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, buku, perpustakaan, laboraturium, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran lainnya. Dengan adanya fasilitas pembelajaran yang sudah memadai, akan mempengaruhi kreativitas sesorang guru pula dalam proses pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan

3) Terciptanya suasana yang kondusif

Kondisi yang kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran mengindikasikan bahwa siswa belajar terasa nyaman dan tidak diliputi ketegangan yang dapat menekan proses perkembangan potensi yang dimiliki siswa, pembelajaran menjadi rileks dan menyenangkan sehingga dapat memusatkan perhatian secara penuh pada waktu belajar selain itu siswa

(7)

mendapatkan peluang yang cukup besar untuk mengasah pengetahuan yang dimilikinya.

4) Pembentukan kelompok belajar dengan latar belakang berbeda

Pembentukan siswa kedalam kelompok belajar yang memiliki latar belakang berbeda menyebabkan siswa saling bekerja sama dalam belajar dan siswa yang berkemampuan rendah memperoleh masukan-masukan dari teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan tinggi, hal ini yang memotivasi untuk mengembangkan pemahaman mereka tentang materi yang diajarkan KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model discovery learning dapat mempengaruhi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terutama pada materi Khutbah, Tabligh dan Dakwah di Masyarakat. Dengan penggunaan model discovery learning, siswa dapat memberikan penjelasan dan memahami tentang arti khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat, dengan menggunakan model discovery learning siswa juga mampu memberikan penjelasan tentang defenisi atau pengertian dari khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat.Siswa yang tidak memahami materi khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat ketika dikelompokkan bersama siswa yang telah memahami materi tersebut akan mudah paham dengan pelajaran tersebut hal ini disebabkan siswa yang telah mengetahui materi khutbah, tabligh dan dakwah di masyarakat akan memberikan penjelasan kepada siswa yang tidak memahami sehingga pada akhirnya siswa tersebut dapat pula paham dengan materi tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Dasim Budimansyah. Dr. M.Si. 2003: Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Genesindo: Bandung

Dave Meier, 2002. The Accelerated Learning Hanbook, Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Kaifa Haryono, 2004. Konsep dan Terapan Penelitian Tindakan Kelas Dalam Konteks

RRG, UNNES Semarang.

Makmun AS. 2002. Psikologi Kependidikan. Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya

(8)

Pasaribu, IL dan B. Simandjuntak. (1986). Didaktik dan Metodik. Bandung:

Tarsito.

Surachmad, Winarno, 1995: Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito

Suriswo, 2005: Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Tegal: UPS Strisno, Hadi, 1993: Metodologi Researh Jilid I, Yogyakarta: And offset

Winarni, Endang Retno, 2004. Hand Out mata Kuliah Metode Penelitian Kelas. Fakultas MIPA Jurusan Matematika UNNES Semarang

Winkel, WS, 1993. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:

Gramedia

Zaini, Hysam et.al, 2002: Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada siswa kelas II baik

Skripsi dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Pendekatan. Saintifik Model Discovery Learning dan Problem Based Learning Pada

Berdasarkan hal tersebut penenliti pun tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hasil belajar siswa menggunakan model discovery learning dengan harapan dapat meningkatkan

Berdasarkan hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa dengan menggunakan modul larutan penyangga berbasis discovery learning, dapat dikatakan bahwa penggunaan

D ia ntaranya dilakukan oleh Imam Ma’aruf (2006) [8] dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan minat belajar

Terdapat perbedaan antara aktivitas belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Sungai Raya yang diajar menggunakan model guided discovery learning dengan aktivitas belajar

31 Penggunaan Model Discovery Learning dengan Metode Demostrasi Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa SMAN 3 Bangkalan Sartunut SMA 3 Bangkalan INFO ARTIKEL Diterima : 23

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model yang dapat digunakan dan diharapkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa