ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
BELLA MARDIKA
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan ingin mengetahui hasil belajar siswa pada ulangan tema Bermain di Lingkunganku masih sangat rendah, sebanyak 4 siswa (27,8%) siswa tuntas. Hal ini dapat dilihat sebanyak 14 siswa (72,2%) siswa belum tuntas. Berdasarkan kenyataan di atas guru penggunaan model pembelajaran Discovery Learning yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu. Penelitian ini melibatkan 18 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan, kelas II di SD Negeri 1 Kota Baru pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus, yang setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan metode
presentil.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada siswa kelas II baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 14 Februari
1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara
pasangan Bapak Marsudi dan Ibu Eti Herwati.
Pendidikan yang penulis tempuh dimulai dari Sekolah Dasar
(SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Metro Pusat tahun 2001.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP Negeri 1 Bandar
Lampung tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2
Metro diselesaikan pada tahun 2007.
Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa D2 PGSD Unila melalui jalur
Non-SPMB dan diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2013, penulis terdaftar
sebagai mahasiswa S1 Dalam Jabatan Program Study PGSD Universitas
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah S.W.T, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Papa dan Mama tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,
serta doa untuk keberhasilanku. Terima kasih untuk semuanya yang tidak
mungkin bisa terbalas. Semoga penulis bisa menjadi kebanggaan untuk Papa
dan Mama.
2. Ibu Hj. Sugiarti yang aku cintai dan hormati, yang selama ini telah memberikan
motivasi baik moril maupun materi serta doa;
3. Ketiga adikku (Jeneto Masardi, M. Ilham Septian, dan M. Iqbal Refaldo).
Terimakasih untuk semua perhatian, kasih sayang serta motivasi yang
diberikan demi keberhasilanku.
4. Sahabat-sahabatku (Sri Rahayu, Lisnawati Dwi L, Nurhalimah, Ajeng Kristy
Andi, Catur Okta Sari), terimakasih untuk motivasi dan bantuan yang diberikan
semoga persahabatan kita abadi;
5. Teman-temanku (Siti Mukayanah, Erlis Hermawati, Ibu Suwarti), terimakasih
untuk bantuan dan dukungannya;
7. Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga segala sesuatu yang
telah diberikan kepadaku menjadi amal ibadah dan memperoleh syurga-Nya
kelak di hari akhir.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah S. W. T, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiiin.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis,
MOTO
Menuntut ilmu adalah taqwa
Menyampaikan ilmu adalah ibadah
Mengulang-ulang ilmu adalah zikir
SANWANCANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., atas segala limpahan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1
Kota Baru Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015''
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M. S., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan
6. Ibu Dr. Rochmiyati, M. Si., selaku dosen pembahas dalam skripsi ini.
Terimakasih atas kritik, saran, dan motivasi yang diberikan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Drs. H. Nurmansyah, S. Pd, M. Sc., selaku Kepala Bidang Pendidikan
yang telah banyak memberikan bantuan, saran, dan motivasi demi kelancaran
skripsi ini.
8. Bapak dan ibu dosen, staf serta karyawan PGSD FKIP Universitas Lampung
yang penuh dengan rasa kekeluargaan, baik ketika berada di kampus maupun
di luar kampus.
9. Ibu Endang Maria, S. Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Kota Baru Bandar
Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian serta memberikan banyak bantuan demi kelancaran skripsi ini.
10. Ibu Nirwala, S. Pd., selaku teman sejawat dalam penelitian ini dan
memberikan banyak informasi, masukan, dan motivasi demi kelancaran dan
keberhasilan penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga
dengan bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal kebaikan dan
mendapat balasan pahala disisi Allah S.W.T.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Amiin.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan Penelitian ... 7
1.4 TujuanPenelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 10
2.1.1 Aktivitas Belajar ... 14
2.1.2 Hasil Belajar ... 15
2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 16
2.1.4 Tematik Terpadu ... 23
2.1.5 Penilaian Autentik ... 25
2.2 Penelitian yang Relevan ... 26
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian ... 29
3.1.1 Tempat Penelitian ... 29
3.1.2 Waktu Penelitian ... 29
3.1.3 Subyek Penelitian ... 29
3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 30
3.3 Sumber Data ... 37
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38
3.5 Analisis Data ... 40
3.6 Indikator Keberhasilan ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Profil SDN 1 Kota Baru ... 44
4. 2 Deskripsi Awal ... 45
4.2.1 Refleksi Awal ... 46
4.2.2 Persiapan Pembelajaran ... 46
4.3 Temuan Kegiatan Siklus I, II, III ... 48
e. Saran Perbaikan Siklus 1 ... 60
2. Siklus II ... 61
a. Perencanaaan ... 61
b. Pelaksanaan ... 61
d. Refleksi Siklus II ... 71
e. Saran Perbaikan Siklus II ... 72
3. Siklus 3 ... 73
a. Perencanaaan ... 73
b. Pelaksanaan ... 73
c. Observasi ... 81
d. Refleksi Siklus III ... 84
e. Saran Perbaikan Siklus III ... 85
4.4 Temuan Penelitian ... 86
1) Temuan Siklus I ... 86
2) Temuan Siklus II ... 87
3) Temuan Siklus III ... 88
4.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian…... 89
4.6 Uji Hipotesis Tindakan…... 94
4.7 Pembahasan…... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…... 100
5.2 Saran…... 101
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar hasil ulangan tema Bermain di Lingkunganku ... 5
2. Kategori peningkatan aktivitas berdasarkan ketercapain indikator ... 40
3. Kategori keaktifan kelas dalam persen ... 41
4. Indeks nilai kuantitatif dengan skala 1- 4 dan 0- 100 ... 42
5. Persentase aktivitas siklus 1 ... 54
6. Persentase hasil belajar siswa siklus 1 ... 57
7. Persentase aktivitas siklus 2 ... 68
8. Persentase hasil belajar siswa siklus 2 ... 71
9. Persentase aktivitas siklus 3 ... 81
10. Persentase hasil belajar siswa siklus 3 ... 84
11. Rekapitulasi aktivitas siswa setiap siklus... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat izin penelitian... 104
2. Surat keterangan penelitian dari sekolah... 106
3. Silabus... 107
4. RPP siklus I... 148
5. RPP siklus II... 169
6. Rpp siklus III... 187
7. Soal tes siklus I... 206
8. Soal tes siklus I... 211
9. Soal tes siklus III... 215
10. Daftar lampiran tabel... 219
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian... 27
2. Gambar rekapitulasi persentase aktivitas siswa siklus I, II dan III... 90
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 bahwa sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Jenis tujuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan nasional adalah manusia yang berjiwa Pancasila. Tujuan
kurikuler, mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tujuan institusional ialah tujuan tiap lembaga pendidikan, tujuan
instruksional adalah tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Guna
mencapai tujuan pendidikan nasional maka disusunlah kurikulum atau
disebut juga isi pendidikan yang merupakan komponen penting dalam dan
atau bagian integral dari sistem pendidikan sekaligus pedoman pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah.
Perubahan paradigma pengembangan kurikulum di Indonesia
diawali dengan lahirnya peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No.
23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Pendidikan dapat
berlangsung di sekolah sebagai institusi pendidikan formal, yang
2
Pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta
dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah.
Sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program
belajar selama 6 tahun. Sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi
pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar selama masa
enam tahun yang ditujukan bagi anak usia 7-12 tahun. Proses pendidikan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau bagian integral dari
pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai subjek sekaligus objek
pembangunan.
Pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan dan masyarakat, yaitu
sumber daya manusia yang menjadi sumber kekuatan atau sumber pengerak
(driving forces) bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan
masyarakat. Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar
pembentukan sumber daya manusia yang bermutu sehingga anak belajar
untuk mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik
mereka sebagai bekal menuju kedewasaan. Tujuan pendidikan sekolah dasar
sebagai berikut: 1). Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani, bakat dan minat siswa. 2). Memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa. 3). Membentuk
warga negara yang baik. 4). Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
di SLTP. 5). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di
3
6). Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan
diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. Sekolah dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Pendidikan sekolah dasar juga
bertujuan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan tingkat
menengah.
Sekolah adalah tempat siswa melakukan proses belajar. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Hubungan stimulus-respon,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Hasil yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
4
Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan adalah metode dan model pembelajaran. Kesalahan dalam
pemilihan metode dan model pembelajaran akan mengakibatkan tidak
maksimalnya pemahaman siswa yang berimbas pada tidak maksimalnya
pencapaian materi dan tujuan. Pemilihan model pembelajaran yang
ditetapkan dalam pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum 2013
antara lain: Project Based Learning, Problem Based Lerning dan Discovery Learning dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa muatan
pelajaran tematik tidak selalu membosankan. Dilihat dari hasil ulangan
harian, sebagian besar nilai siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar
Lampung masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum. Syarat
ketuntasan yang diharapkan pada standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 66.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di kelas II SD Negeri
1 Kota Baru Bandar lampung pada kegiatan pembelajaran belum
menggunakan model pembelajaran yang menarik, sehingga masih banyak
yang bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Hanya sebagian kecil
siswa yang memperhatikan yaitu siswa yang duduk di depan, masih ada
siswa yang duduk di belakang bermain dengan teman sebangkunya, bahkan
ada yang mengganggu teman yang lain. Saat ditanya mengenai materi yang
baru disampaikan, sebagian besar dari mereka hanya diam, jika guru
memberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan tentang materi
pelajaran, tidak ada yang bertanya bahkan kelas menjadi hening. Hal
5
Mengamati persoalan tersebut, peneliti akan menggunakan model
pembelajaran, yaitu model Discovery Learning dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar
siswa meningkat menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang tepat,
pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan
menyenangkan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 14 siswa(di bawah 66) atau 77, 78% yang sudah mencapai KKM
sebanyak 4 orang( di atas 66) atau 22,22%. Berdasarkan penjelasan di atas
maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan hasil
belajar yang belum mencapai ketuntasan kriteria minimum. Model
Discovery Learning merupakan suatu cara penyajian pelajaran yang berbasis penyingkapan atau penelitian dengan ditemukannya konsep atau prinsip
6
Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan
mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan
pengetahuan. Harapan siswa dapat memperoleh pengetahuan yang optimal
melalui penemuan mereka sendiri.
Kelebihan dari model Discovery Learning dalam Kemendikbud, 2013 yaitu: 1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan perbaikan
proses dan hasil pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan
judul yaitu Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD
7
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1.2.1 Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru.
1.2.1 Belum tercapai hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru.
1.2.3 Penggunaan model dan media pembelajaran yang kurang
bervariasi.
1.2.4 Belum pernah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran di kelas.
1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: Belum adanya penggunaan model pembelajaran yang menarik
pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.
Dengan demikian permasalahan sebagai berikut:
1.3.1 Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas II SD
Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung?
1.3.2 Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1
8
Atas dasar permasalahan di atas, maka judul penelitian ini adalah
Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD
Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Untuk mengetahui model pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota
Baru Bandar Lampung.
1.4.2 Untuk mengetahui model pembelajaran Discovery Learning dalam
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru
Bandar Lampung.
1. 5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mengharapkan sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
1. Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
2. Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan
9
2. Bagi Guru
1. Menggunakan model pembelajaran Discovery Learning akan menjadi teknik alternatif bagi para guru dalam melaksanakan
tugasnya untuk menanamkan konsep pembelajaran tematik terpadu
secara efektif dan efisien.
2. Model pembelajaran Discovery Learning akan mempermudah guru
dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.
4. Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas.
2. Peningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran
Pada prinsipnya teori belajar Behaviorisme dalam Lapono (2007)
menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang
terjadi dalam diri individu banyak ragamnya, baik sifat maupun jenisnya.
Perubahan dalam diri individu tidak semua merupakan perubahan dalam
arti belajar, misalnya tangan seorang anak bengkok karena jatuh dari
sepada motor, maka perubahan seperti itu tidak dapat dikategorikan
sebagai perubahan hasil belajar. Perubahan tingkah laku seseorang karena
mabuk tidak dapat dikategorikan sebagai hasil perubahan tingkah laku
karena belajar. Atas pijakan yang demikian, maka karakterisitik perubahan
tingkah laku dalam belajar, menurut penjelasan Tim Dosen Pengembang
MKDK-IKIP Semarang (1989) mencakup hal-hal seperti dikutip berikut
11
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi perubahan
dalam dirinya. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang
terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
dapat diamati relative lama. Perubahan tingkah laku tidak muncul begitu
saja, tetapi sebagai akibat dari usaha tersebut. Oleh karena itu, menurut
Ruminiati (2008: 13-14) proses terjadinya perubahan tingkah laku tanpa
usaha tidak disebut belajar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Slameto dalam Kurnia (2007: 130) merumuskan belajar sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri
individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seseorang
anak belajar menulis, maka ia akan memahami perubahan dari tidak dapat
menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Menurut Skinner dalam Ruminiati (2008: 13) belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
12
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan
makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara
Winkel dalam Kurnia ( 2007: 13) mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam
interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan
perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan yang terjadi karena proses
belajar bersifat menetap atau permanen. Itu berarti bahwa tingkah laku
yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan
seseorang memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja
melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang jika terus
dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan
Menurut Lapono (2007) perubahan tingkah laku itu terjadi karena
ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan
13
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Kurnia (2007: 13) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
kegiatan mental pada diri seseorang yang menghasilkan perubahan sikap
yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui
suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi
aspek perubahan tingkah laku berhubungan erat dengan aspek lainnya.
Sedangkan pembelajaran menurut Morgan (dalam Kurnia, 2008)
merupakan interaksi antara guru dan peserta yang menghasilkan
perubahan tingkah laku peserta didik karena hasil pengalaman, sehingga
memungkinkan peserta didik menghadapi situasi selanjutnya dengan cara
yang berbeda-beda. Menurut Suprijono (2009: 13) pembelajaran berpusat
pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran
merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanik. Berdasarkan
uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar diartikan sebagai perolehan
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perubahan ini bersifat menetap,
menyeluruh, dan dilakukan secara sadar. Pembelajaran merupakan
interaksi antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi dialog interaktif.
Sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi berbagai
14
2.1.1 Aktivitas Belajar
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang
mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Sardiman
(2003:95) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat
untuk merubah tingkah laku atau melakukan kegiatan untuk merubah
tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, sebab aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar. Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala
sesuatu tingkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan,
diamati, oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini
menunjukkan bahwa semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa
dalam proses belajar merupakan aktivitas. Sardiman (2010: 23)
mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu
terkait.
Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala
bentuk keterlibatan siswa baik fisik maupun mental yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran dalam
15
2.1.2 Hasil Belajar
Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa akan
memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh
adanya usaha belajar. S. Nasution (Kunandar, 2010 : 276) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar,
tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hamalik (2001: 30)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku
tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yakni sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif
dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap, ketrampilan siswa yang
dilakukan melalui penilaian proses dan hasil belajar yang telah dilakukan
16
Perubahan perilaku tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Adapun indikator hasil belajar yang ingin
dikembangkan dalam penelitian ini adalah kognitif meliputi pengetahuan,
pemahaman, dan evaluasi.
2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ( Kemendikbud, 2013:31).
a. Definisi/Konsep
Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Ide dasar
Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, \prediksi, penentuan dan inferi. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dan guru hanya sebagai
pembimbing/fasilitator yang mengarahkan siswa menemukan konsep, dalil
17
b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning (Kemendibud, 2013:32)
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau
pasti.
18
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar.
18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
c. Kelemahan Penerapan Discovery Learning (Kemendikbud, 2013:33)
(a) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
(b) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
19
(c) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
(d) Pengajaran Discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
(e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas
untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
(f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untukberpikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
d. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran (Kemendibud, 2013:34)
1. Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan
awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
20
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
e. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning (Kemendikbud, 2013:33)
Pengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum sebagai berikut:
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Guru dapat memulai kegiatan proses pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
21
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan
suatu masalah.
3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan
kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
22
4) Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran,
atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
23
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Proses
menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
2.1.4. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu(Kemendibud, 2013:16-19 )
Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dalam
memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dikuasainya. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu berawal dari
tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan
24
Pembelajaran konvensional jika dibandingkan dengan
pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai
pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna
belajar dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan
peserta didik dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran
bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman
langsung serta tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu
dengan lainnya.
Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan
kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep
materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar
karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual)
dan bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan
berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik
5. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
25
2.1.5 Penilaian Autentik (Kemendikbud, 2013: 35-41) 1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan
untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang
memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah, mengekspresikan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi
yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.
Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi
(performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.
Wiggins (1993) mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya
pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti
meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisis
moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui
debat, dan sebagainya.
Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh
peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal
apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus
26
2. Jenis-jenis Penilaian Autentik
Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru
harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Guru harus
bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap,
pengetahuan dan keterampilan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian
akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, pengetahuan dan
keterampilan; dan (3) pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti
penalaran, memori, atau proses.
a. Penilaian sikap, yaitu: observasi penilaian sikap percaya diri,
b. Penilaian pengetahuan, yaitu: tes tulis.
c. Penilaian keterampilan yaitu penilaian kinerja.
2.2 Penelitian terdahulu yang relevan
Hasil penelitian terdahulu yang relevan oleh Susanti, Desi (2012)
menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran bercerita dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dengan metode Discovery mengalami peningkatan, dan oleh Haldiansyah (2013) menyimpulkan bahwa penggunaan metode
27
2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk kerangka
pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Kondisi
Diduga menggunakan model
pembelajaran Discovery
Learning untuk
28
2. 4 Hipotesis Tindakan Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis tindakan
dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Apabila dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning yang sesuai dengan langkah- langkah secara tepat dan benar, maka dapat meningkatkan aktivitas belajar tematik terpadu
pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.
2. Apabila dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning yang sesuai dengan langkah- langkah secara tepat
dan benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar tematik terpadu
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SD Negeri 1 Kota Baru
yang terletak di jalan Mayjend Sutiyosono. 22 Kelurahan Kota Baru,
Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung.
3.1.2 Waktu Penelitian
Pada kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
3.1.3 Subyek Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yaitu penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar
tematik terpadu, maka subjek penelitiannya siswa kelas II SD Negeri
1 Kota Baru Bandar Lampung yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan dengan latar belakang
pekerjaan orang tua adalah mayoritas buruh dan pendidikan orang tua
30
3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitan
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Aqib, Zainal: 2010). Secara garis besar, terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi, sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran.
2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran.
3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga
dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.
Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk
siklus, yang dilakukan di dalam penelitian ini sebanyak 3( tiga) siklus,
31
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Menetapkan subtema pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu
subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran ke 1 dan 2.
b. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat
kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.
c. Membuat Pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.
d. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama
proses pembelajaran di kelas.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung serta
f. Membuat lembar tugas siswa (LTS) berupa soal tes untuk
memperoleh data hasil belajar siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada siklus I diawali dengan kegiatan mengelola proses pembelajaran
tematik terpadu dengan menggunakan media realia. Penerapan tindakan
mengacu pada RPP yang dibuat. Dalam pelaksanan pembelajaran
dengan menggunakan model Discovery Learning meliputi beberapa tahap, yaitu:
a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai.
32
c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan
membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d. Guru menjelaskan secara singkat kepada siswa mengenai subtema
Lingkungan Sekolahku.
e. Guru menjelaskan cara mengerjakan LTS.
f. Pemberian penghargaan kelompok.
g. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswa yang dikerjakan
secara individu.
h. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
i. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran dari
kegiatan awal hingga akhir peneliti mengamati mengenai aktivitas belajar
siswa dan hasil belajar siswa selama proses pembelajarandengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Peneliti melakukan
diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau
kekurangan apa saja yang terdapat pada proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi
apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan
dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus
33
Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk mengkaji
proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan
siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah subtema Lingkungan
Sekolahku pada pembelajaran ke 3 dan 4. Adapun pelaksanaan pada siklus
II ini meliputi:
1. Tahap Perencanaan
a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada siklus I.
b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II
berdasarkan refleksi dari siklus I.
c. Menetapkan materi pembelajaranyang akan diajarkan, yaitu subtema
Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran ke 3 dan 4.
d. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat
kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan
pembelajaran.
e. Membuat Pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.
f. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama
proses pembelajaran di kelas.
g. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung serta soal tes
34
h. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan
membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswayang dikerjakan
secara individu.
e. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.
3. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Kemudian
melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan
atau kekurangan apa saja yang terdapat pada proses pembelajaran
sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi
apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa serta dapat membandingkannya dengan
hasil pengamatan pada siklus II. Hasil analisis data yang dilaksanakan
dalam tahap ini dipergunakan sebagaiacuan untuk merencanakan siklus
35
Siklus III
Apabila penelitian belum menunjukan keberhasilan maka perlu dilanjutkan
pada siklus III. Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh tim peneliti
untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan
dalam pelaksanaan siklus III. Pada siklus III ini diharapkan hasil
pembelajaran akan meningkat lebih baik dari pada hasil siklus II. Materi
pembelajarannya adalah subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran
5 dan 6. Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi:
1. Tahap Perencanaan
a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada siklus II.
b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III
berdasarkan refleksi dari siklus II.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu
subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran 5 dan 6.
d. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat
kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan
pembelajaran.
e. Membuat pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.
f. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama
36
g. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.
h. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai.
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan
membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswa yang dikerjakan
secara individu.
e. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.
2. Tahap Observasi
Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dibuat. Kemudian melakukan diskusi dengan guru kolaborasi
untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan apa saja yang
terdapat pada proses pembelajaran.
3. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi
apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan
37
Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III kemudian dikumpulkan untuk
digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas.
Dari tahap kegiatan pada siklus I, siklus II dan siklus III hasil yang
diharapkan yaitu:
a. Guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan model
pembelajaran Discovery Learning dengan optimal sehingga dapat
merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses
pembelajaran yang lebih aktif.
b. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada
siswa kelas II SDN 1 Kota Baru Bandar Lampung.
3. 3 Sumber Data
a. Data Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar siswa yang akan dikumpulkan pada penelitian ini
adalah aktivitas dan hasil belajar tematik terpaduselama mengikuti
kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
b. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar adalah hasil belajar siswa setiap akhir siklus selama
38
3. 4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes, yaitu:
a. Tes
Tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih, atau tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
tertentu dari peserta tes (Poerwanti dkk, 2008: 43).
Pada penelitian ini, tes yang digunakan berupa lembar soal dalam bentuk
lembar tugas siswa (LTS) yang bertujuan untuk mengetahui apakah
program pengajaran berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan atau memerlukan perubahan/penyesuaian.
Instrumen tes digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa
selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning. Instrumen ini berupa soal-soal latihan
yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan melihat sesuatu secara cermat untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang studi dari objek sesuatu
itu. Observasi dilakukan oleh teman sejawat di kelas yang diteliti.
Observer mengamati aktivitas siswa dan hasil belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Data dari lembar observasi yang diperoleh
dari setiap pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor
aktivitas siswa dan hasil belajarakan digunakan sebagai refleksi atas
39
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
a. Tes Tertulis
Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, ini terdiri atas beberapa
soal uraian. Instrumen ini berupa soal-soal latihan yang mengacu pada
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Lembar Observasi
Instrumen observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar
observasi terstruktur. Lembar observasi ini terdiri atas lembar observasi
aktivitas siswa, lembar penilaian sikap siswa, lembar pengetahuan siswa
dan lembar keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar
obsevasi ini digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya setelah
dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning.
3. 5 Analisis Data
Data penelitian yang akan dianalisis terdiri atas data kualitatif dan
data kuantitatif.
a. Data Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data
observasi mengetahui kesulitan siswa selama proses pembelajaran
dengan model Discovery Learning untuk meningkatan aktivitas selama
40
a. Aktivitas Siswa
1) Aktivitas tiap individu diperoleh dengan rumus:
NA =
%
Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
(sumber: adopsi Aqib, dkk., 2009: 41).
Berdasarkan persentase pencapaian indikator dalam aktivitas,
akan diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai kriteria berikut
ini:
Tabel 2. Kategori peningkatan aktivitas siswa berdasarkan
ketercapaian indikator.
Tingkat pencapaian indikator (%) Kategori
P>75 Aktif
50<P≤75 Cukup aktif
25<P≤50 Kurang aktif
P≤25 Pasif
(sumber: modifikasi Poerwanti, 2008: 7.8)
2) Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh melalui
rumus:
P
=
41
Tabel 3. Kategori Keaktifan Kelas dalam Persen (%).
Siswa aktif (%) Kategori
≥80 Sangat tinggi/sangat aktif
60-79 Tinggi/aktif
40-59 Sedang
20-39 Rendah/kurang aktif
<20 Sangat rendah/pasif
(sumber: Adaptasi Khotimah dalam Aqib, dkk :2009)
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yang telah
mengikuti proses pembelajaran. Data hasil belajar yang diperoleh dari
rata-rata tes pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terlampir setelah
proses pembelajaran dilakukan pada setiap siklus. Setelah hasil belajar
siswa terkumpul, maka mencari persentase dan nilai rata- rata. Data
kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata
kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus yaitu:
1. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara
individual digunakan rumus:
Nilai =
x 100
(Modifikasi dari Sudijono, 2011).
2. Nilai Rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan
rumus: X = ∑ Xi
N
Keterangan:
X = Rata-rata hitung nilai
42
Xi = Nilai siswa
(Herrhyanto, dkk. 2009: 4.2).
3. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal
Jumlah siswa yang tuntas
Ketuntasan Klasikal = x 100%
Jumlah seluruh siswa
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Tabel 4. Indeks nilai kuantitatif
Konversi nilai akhir
Sumber: Kemendikbud, 2013:108.
3.6 Indikator Keberhasilan
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus.
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus.
3. Pada penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ≥ 80% dari 18 jumlah siswa
100
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap
siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Tahun Pelajaran 2014/2015 pada
pembelajaran tematik terpadu dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik terpadu dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.
2. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik terpadu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.
Dengan demikian, penggunaan model pembelajarn Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu
pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung Tahun
101
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis
menyarankan kepada pembaca atau pihak yang berkepentingan diantaranya:
1. Bagi siswa diharapkan untuk lebih memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru, lebih berkonsentrasi dan fokus saat dalam proses
pembelajaran, senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar dan
pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
2. Bagi guru kelas untuk dapat menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru
mengenai model pembelajaran yang bervariasi agar guru mampu
102
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Guru.Yrama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Susanti, Desi. 2012. Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kreativitas Bercerita Siswa Kelas V SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi: Bandar Lampung. Universitas Lampung. Haldiansyah. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pada
Siswa Materi Luas Bangun Datar Menggunakan Metode Discovery Di Kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Balai Pustaka. Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru Kelas II Tema 4 Aku dan Sekolahku. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Kelas II Tema 4 Aku dan Sekolahku. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Silabus Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas II SD dan MI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.