• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

BELLA MARDIKA

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan ingin mengetahui hasil belajar siswa pada ulangan tema Bermain di Lingkunganku masih sangat rendah, sebanyak 4 siswa (27,8%) siswa tuntas. Hal ini dapat dilihat sebanyak 14 siswa (72,2%) siswa belum tuntas. Berdasarkan kenyataan di atas guru penggunaan model pembelajaran Discovery Learning yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu. Penelitian ini melibatkan 18 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan, kelas II di SD Negeri 1 Kota Baru pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus, yang setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar. Data dianalisis dengan menggunakan metode

presentil.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada siswa kelas II baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 14 Februari

1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara

pasangan Bapak Marsudi dan Ibu Eti Herwati.

Pendidikan yang penulis tempuh dimulai dari Sekolah Dasar

(SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Metro Pusat tahun 2001.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP Negeri 1 Bandar

Lampung tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2

Metro diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa D2 PGSD Unila melalui jalur

Non-SPMB dan diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2013, penulis terdaftar

sebagai mahasiswa S1 Dalam Jabatan Program Study PGSD Universitas

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah S.W.T, skripsi ini penulis

persembahkan kepada:

1. Papa dan Mama tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,

serta doa untuk keberhasilanku. Terima kasih untuk semuanya yang tidak

mungkin bisa terbalas. Semoga penulis bisa menjadi kebanggaan untuk Papa

dan Mama.

2. Ibu Hj. Sugiarti yang aku cintai dan hormati, yang selama ini telah memberikan

motivasi baik moril maupun materi serta doa;

3. Ketiga adikku (Jeneto Masardi, M. Ilham Septian, dan M. Iqbal Refaldo).

Terimakasih untuk semua perhatian, kasih sayang serta motivasi yang

diberikan demi keberhasilanku.

4. Sahabat-sahabatku (Sri Rahayu, Lisnawati Dwi L, Nurhalimah, Ajeng Kristy

Andi, Catur Okta Sari), terimakasih untuk motivasi dan bantuan yang diberikan

semoga persahabatan kita abadi;

5. Teman-temanku (Siti Mukayanah, Erlis Hermawati, Ibu Suwarti), terimakasih

untuk bantuan dan dukungannya;

(8)

7. Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga segala sesuatu yang

telah diberikan kepadaku menjadi amal ibadah dan memperoleh syurga-Nya

kelak di hari akhir.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

di sisi Allah S. W. T, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiiin.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,

(9)

MOTO

Menuntut ilmu adalah taqwa

Menyampaikan ilmu adalah ibadah

Mengulang-ulang ilmu adalah zikir

(10)

SANWANCANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., atas segala limpahan rahmat

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1

Kota Baru Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015''

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Hariyanto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M. S., selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan

(11)

6. Ibu Dr. Rochmiyati, M. Si., selaku dosen pembahas dalam skripsi ini.

Terimakasih atas kritik, saran, dan motivasi yang diberikan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. H. Nurmansyah, S. Pd, M. Sc., selaku Kepala Bidang Pendidikan

yang telah banyak memberikan bantuan, saran, dan motivasi demi kelancaran

skripsi ini.

8. Bapak dan ibu dosen, staf serta karyawan PGSD FKIP Universitas Lampung

yang penuh dengan rasa kekeluargaan, baik ketika berada di kampus maupun

di luar kampus.

9. Ibu Endang Maria, S. Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Kota Baru Bandar

Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian serta memberikan banyak bantuan demi kelancaran skripsi ini.

10. Ibu Nirwala, S. Pd., selaku teman sejawat dalam penelitian ini dan

memberikan banyak informasi, masukan, dan motivasi demi kelancaran dan

keberhasilan penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga

dengan bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal kebaikan dan

mendapat balasan pahala disisi Allah S.W.T.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua. Amiin.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan Penelitian ... 7

1.4 TujuanPenelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 10

2.1.1 Aktivitas Belajar ... 14

2.1.2 Hasil Belajar ... 15

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 16

2.1.4 Tematik Terpadu ... 23

2.1.5 Penilaian Autentik ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 27

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian ... 29

3.1.1 Tempat Penelitian ... 29

3.1.2 Waktu Penelitian ... 29

3.1.3 Subyek Penelitian ... 29

3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 30

3.3 Sumber Data ... 37

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38

3.5 Analisis Data ... 40

3.6 Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Profil SDN 1 Kota Baru ... 44

4. 2 Deskripsi Awal ... 45

4.2.1 Refleksi Awal ... 46

4.2.2 Persiapan Pembelajaran ... 46

4.3 Temuan Kegiatan Siklus I, II, III ... 48

e. Saran Perbaikan Siklus 1 ... 60

2. Siklus II ... 61

a. Perencanaaan ... 61

b. Pelaksanaan ... 61

(14)

d. Refleksi Siklus II ... 71

e. Saran Perbaikan Siklus II ... 72

3. Siklus 3 ... 73

a. Perencanaaan ... 73

b. Pelaksanaan ... 73

c. Observasi ... 81

d. Refleksi Siklus III ... 84

e. Saran Perbaikan Siklus III ... 85

4.4 Temuan Penelitian ... 86

1) Temuan Siklus I ... 86

2) Temuan Siklus II ... 87

3) Temuan Siklus III ... 88

4.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian…... 89

4.6 Uji Hipotesis Tindakan…... 94

4.7 Pembahasan…... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…... 100

5.2 Saran…... 101

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar hasil ulangan tema Bermain di Lingkunganku ... 5

2. Kategori peningkatan aktivitas berdasarkan ketercapain indikator ... 40

3. Kategori keaktifan kelas dalam persen ... 41

4. Indeks nilai kuantitatif dengan skala 1- 4 dan 0- 100 ... 42

5. Persentase aktivitas siklus 1 ... 54

6. Persentase hasil belajar siswa siklus 1 ... 57

7. Persentase aktivitas siklus 2 ... 68

8. Persentase hasil belajar siswa siklus 2 ... 71

9. Persentase aktivitas siklus 3 ... 81

10. Persentase hasil belajar siswa siklus 3 ... 84

11. Rekapitulasi aktivitas siswa setiap siklus... 89

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat izin penelitian... 104

2. Surat keterangan penelitian dari sekolah... 106

3. Silabus... 107

4. RPP siklus I... 148

5. RPP siklus II... 169

6. Rpp siklus III... 187

7. Soal tes siklus I... 206

8. Soal tes siklus I... 211

9. Soal tes siklus III... 215

10. Daftar lampiran tabel... 219

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian... 27

2. Gambar rekapitulasi persentase aktivitas siswa siklus I, II dan III... 90

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 bahwa sistem pendidikan nasional adalah

keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional. Jenis tujuan pendidikan adalah tujuan

pendidikan nasional adalah manusia yang berjiwa Pancasila. Tujuan

kurikuler, mencakup 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Tujuan institusional ialah tujuan tiap lembaga pendidikan, tujuan

instruksional adalah tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Guna

mencapai tujuan pendidikan nasional maka disusunlah kurikulum atau

disebut juga isi pendidikan yang merupakan komponen penting dalam dan

atau bagian integral dari sistem pendidikan sekaligus pedoman pelaksanaan

pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah.

Perubahan paradigma pengembangan kurikulum di Indonesia

diawali dengan lahirnya peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No.

23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Pendidikan dapat

berlangsung di sekolah sebagai institusi pendidikan formal, yang

(19)

2

Pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta

dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah.

Sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program

belajar selama 6 tahun. Sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi

pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar selama masa

enam tahun yang ditujukan bagi anak usia 7-12 tahun. Proses pendidikan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau bagian integral dari

pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai subjek sekaligus objek

pembangunan.

Pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan dan masyarakat, yaitu

sumber daya manusia yang menjadi sumber kekuatan atau sumber pengerak

(driving forces) bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan

masyarakat. Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar

pembentukan sumber daya manusia yang bermutu sehingga anak belajar

untuk mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik

mereka sebagai bekal menuju kedewasaan. Tujuan pendidikan sekolah dasar

sebagai berikut: 1). Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani, bakat dan minat siswa. 2). Memberikan bekal pengetahuan,

keterampilan dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa. 3). Membentuk

warga negara yang baik. 4). Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan

di SLTP. 5). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di

(20)

3

6). Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan

diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. Sekolah dasar

diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta

memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Pendidikan sekolah dasar juga

bertujuan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan tingkat

menengah.

Sekolah adalah tempat siswa melakukan proses belajar. Belajar

merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus

adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,

perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera,

sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus

yang diberikan oleh guru tersebut. Hubungan stimulus-respon,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan

semata.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Input yang berupa stimulus dan output yang berupa

respon. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Hasil yang

dapat diamati adalah stimulus dan respon, apa yang diberikan oleh guru

(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati

dan diukur. Pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi

(21)

4

Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan adalah metode dan model pembelajaran. Kesalahan dalam

pemilihan metode dan model pembelajaran akan mengakibatkan tidak

maksimalnya pemahaman siswa yang berimbas pada tidak maksimalnya

pencapaian materi dan tujuan. Pemilihan model pembelajaran yang

ditetapkan dalam pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum 2013

antara lain: Project Based Learning, Problem Based Lerning dan Discovery Learning dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa muatan

pelajaran tematik tidak selalu membosankan. Dilihat dari hasil ulangan

harian, sebagian besar nilai siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar

Lampung masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum. Syarat

ketuntasan yang diharapkan pada standar Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 66.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di kelas II SD Negeri

1 Kota Baru Bandar lampung pada kegiatan pembelajaran belum

menggunakan model pembelajaran yang menarik, sehingga masih banyak

yang bercakap-cakap dengan teman sebangkunya. Hanya sebagian kecil

siswa yang memperhatikan yaitu siswa yang duduk di depan, masih ada

siswa yang duduk di belakang bermain dengan teman sebangkunya, bahkan

ada yang mengganggu teman yang lain. Saat ditanya mengenai materi yang

baru disampaikan, sebagian besar dari mereka hanya diam, jika guru

memberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan tentang materi

pelajaran, tidak ada yang bertanya bahkan kelas menjadi hening. Hal

(22)

5

Mengamati persoalan tersebut, peneliti akan menggunakan model

pembelajaran, yaitu model Discovery Learning dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas dan hasil belajar

siswa meningkat menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang tepat,

pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan

menyenangkan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai KKM

sebanyak 14 siswa(di bawah 66) atau 77, 78% yang sudah mencapai KKM

sebanyak 4 orang( di atas 66) atau 22,22%. Berdasarkan penjelasan di atas

maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan hasil

belajar yang belum mencapai ketuntasan kriteria minimum. Model

Discovery Learning merupakan suatu cara penyajian pelajaran yang berbasis penyingkapan atau penelitian dengan ditemukannya konsep atau prinsip

(23)

6

Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan

mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan

pengetahuan. Harapan siswa dapat memperoleh pengetahuan yang optimal

melalui penemuan mereka sendiri.

Kelebihan dari model Discovery Learning dalam Kemendikbud, 2013 yaitu: 1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan

kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara

belajarnya.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan

ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai

dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan perbaikan

proses dan hasil pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan

judul yaitu Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD

(24)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1.2.1 Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru.

1.2.1 Belum tercapai hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru.

1.2.3 Penggunaan model dan media pembelajaran yang kurang

bervariasi.

1.2.4 Belum pernah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran di kelas.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Belum adanya penggunaan model pembelajaran yang menarik

pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.

Dengan demikian permasalahan sebagai berikut:

1.3.1 Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas II SD

Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung?

1.3.2 Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning

dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1

(25)

8

Atas dasar permasalahan di atas, maka judul penelitian ini adalah

Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas II SD

Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Untuk mengetahui model pembelajaran Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota

Baru Bandar Lampung.

1.4.2 Untuk mengetahui model pembelajaran Discovery Learning dalam

meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru

Bandar Lampung.

1. 5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengharapkan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

1. Peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

2. Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan

(26)

9

2. Bagi Guru

1. Menggunakan model pembelajaran Discovery Learning akan menjadi teknik alternatif bagi para guru dalam melaksanakan

tugasnya untuk menanamkan konsep pembelajaran tematik terpadu

secara efektif dan efisien.

2. Model pembelajaran Discovery Learning akan mempermudah guru

dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran di SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.

4. Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas.

2. Peningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model

(27)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Pada prinsipnya teori belajar Behaviorisme dalam Lapono (2007)

menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang

terjadi dalam diri individu banyak ragamnya, baik sifat maupun jenisnya.

Perubahan dalam diri individu tidak semua merupakan perubahan dalam

arti belajar, misalnya tangan seorang anak bengkok karena jatuh dari

sepada motor, maka perubahan seperti itu tidak dapat dikategorikan

sebagai perubahan hasil belajar. Perubahan tingkah laku seseorang karena

mabuk tidak dapat dikategorikan sebagai hasil perubahan tingkah laku

karena belajar. Atas pijakan yang demikian, maka karakterisitik perubahan

tingkah laku dalam belajar, menurut penjelasan Tim Dosen Pengembang

MKDK-IKIP Semarang (1989) mencakup hal-hal seperti dikutip berikut

(28)

11

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan

tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi perubahan

dalam dirinya. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang

terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang

dapat diamati relative lama. Perubahan tingkah laku tidak muncul begitu

saja, tetapi sebagai akibat dari usaha tersebut. Oleh karena itu, menurut

Ruminiati (2008: 13-14) proses terjadinya perubahan tingkah laku tanpa

usaha tidak disebut belajar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Slameto dalam Kurnia (2007: 130) merumuskan belajar sebagai

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri

individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seseorang

anak belajar menulis, maka ia akan memahami perubahan dari tidak dapat

menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga

kecakapan menulisnya menjadi lebih baik.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Menurut Skinner dalam Ruminiati (2008: 13) belajar adalah suatu

proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

(29)

12

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan

makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara

Winkel dalam Kurnia ( 2007: 13) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam

interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan

perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan yang terjadi karena proses

belajar bersifat menetap atau permanen. Itu berarti bahwa tingkah laku

yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan

seseorang memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja

melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang jika terus

dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan

Menurut Lapono (2007) perubahan tingkah laku itu terjadi karena

ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan

(30)

13

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Kurnia (2007: 13) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

kegiatan mental pada diri seseorang yang menghasilkan perubahan sikap

yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui

suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi

aspek perubahan tingkah laku berhubungan erat dengan aspek lainnya.

Sedangkan pembelajaran menurut Morgan (dalam Kurnia, 2008)

merupakan interaksi antara guru dan peserta yang menghasilkan

perubahan tingkah laku peserta didik karena hasil pengalaman, sehingga

memungkinkan peserta didik menghadapi situasi selanjutnya dengan cara

yang berbeda-beda. Menurut Suprijono (2009: 13) pembelajaran berpusat

pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran

merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanik. Berdasarkan

uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar diartikan sebagai perolehan

keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perubahan ini bersifat menetap,

menyeluruh, dan dilakukan secara sadar. Pembelajaran merupakan

interaksi antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi dialog interaktif.

Sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi berbagai

(31)

14

2.1.1 Aktivitas Belajar

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang

mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Sardiman

(2003:95) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat

untuk merubah tingkah laku atau melakukan kegiatan untuk merubah

tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, sebab aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

mengajar. Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktivitas adalah segala

sesuatu tingkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan,

diamati, oleh seseorang mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini

menunjukkan bahwa semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa

dalam proses belajar merupakan aktivitas. Sardiman (2010: 23)

mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik

maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu

terkait.

Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dari pengertian

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala

bentuk keterlibatan siswa baik fisik maupun mental yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran dalam

(32)

15

2.1.2 Hasil Belajar

Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa akan

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh

adanya usaha belajar. S. Nasution (Kunandar, 2010 : 276) berpendapat

bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar,

tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan

penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hamalik (2001: 30)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku

tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi

yakni sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif

dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap, ketrampilan siswa yang

dilakukan melalui penilaian proses dan hasil belajar yang telah dilakukan

(33)

16

Perubahan perilaku tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Adapun indikator hasil belajar yang ingin

dikembangkan dalam penelitian ini adalah kognitif meliputi pengetahuan,

pemahaman, dan evaluasi.

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ( Kemendikbud, 2013:31).

a. Definisi/Konsep

Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran

dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Ide dasar

Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus

berperan aktif dalam belajar di kelas.

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu

kesimpulan (Budiningsih). Discovery terjadi bila individu terlibat,

terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa

konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,

pengukuran, \prediksi, penentuan dan inferi. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dan guru hanya sebagai

pembimbing/fasilitator yang mengarahkan siswa menemukan konsep, dalil

(34)

17

b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning (Kemendibud, 2013:32)

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang

tergantung bagaimana cara belajarnya.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi

dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri

dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat

bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi

diskusi.

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)

karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau

pasti.

(35)

18

10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada

situasi proses belajar yang baru.

11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis

sendiri.

13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada

pembentukan manusia seutuhnya.

16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai

jenis sumber belajar.

18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

c. Kelemahan Penerapan Discovery Learning (Kemendikbud, 2013:33)

(a) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan

abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara

konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada

gilirannya akan menimbulkan frustasi.

(b) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

(36)

19

(c) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan

cara-cara belajar yang lama.

(d) Pengajaran Discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian.

(e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

(f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untukberpikir yang

akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu

oleh guru.

d. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran (Kemendibud, 2013:34)

1. Langkah Persiapan Metode Discovery Learning

a. Menentukan tujuan pembelajaran

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan

awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara

induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa

contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari

(37)

20

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap

enaktif, ikonik sampai ke simbolik

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

e. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning (Kemendikbud, 2013:33)

Pengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara

umum sebagai berikut:

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki

sendiri. Guru dapat memulai kegiatan proses pembelajaran dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan

(38)

21

Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam

bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai

jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan

kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis

permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna

dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan

suatu masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan

kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan

atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Siswa diberi

kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara

dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk

menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang

dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa

(39)

22

4) Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,

bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan

pada tingkat kepercayaan tertentu.

Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.

Generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru

tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat

pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi

dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data

processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,

aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai

dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran,

atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah

dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau

(40)

23

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku

untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Proses

menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses

generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran

atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang

mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses

pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.1.4. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu(Kemendibud, 2013:16-19 )

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan

prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema

sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dalam

memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

telah dikuasainya. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu berawal dari

tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan

(41)

24

Pembelajaran konvensional jika dibandingkan dengan

pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai

pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna

belajar dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan

peserta didik dalam belajar lebih diprioritaskan dan pembelajaran

bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman

langsung serta tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu

dengan lainnya.

Fungsi dan Tujuan

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan

kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep

materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar

karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual)

dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran dalam tema yang sama

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik

5. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

(42)

25

2.1.5 Penilaian Autentik (Kemendikbud, 2013: 35-41) 1. Pengertian Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan

untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang

memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam

menyelesaikan tugas-tugas, menyelesaikan masalah, mengekspresikan

pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi

yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.

Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi

(performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.

Wiggins (1993) mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya

pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan

tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti

meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisis

moral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui

debat, dan sebagainya.

Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh

peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal

apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan

sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang

sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus

(43)

26

2. Jenis-jenis Penilaian Autentik

Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru

harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Guru harus

bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap,

pengetahuan dan keterampilan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian

akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, pengetahuan dan

keterampilan; dan (3) pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti

penalaran, memori, atau proses.

a. Penilaian sikap, yaitu: observasi penilaian sikap percaya diri,

b. Penilaian pengetahuan, yaitu: tes tulis.

c. Penilaian keterampilan yaitu penilaian kinerja.

2.2 Penelitian terdahulu yang relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan oleh Susanti, Desi (2012)

menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran bercerita dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa dengan metode Discovery mengalami peningkatan, dan oleh Haldiansyah (2013) menyimpulkan bahwa penggunaan metode

(44)

27

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk kerangka

pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kondisi

Diduga menggunakan model

pembelajaran Discovery

Learning untuk

(45)

28

2. 4 Hipotesis Tindakan Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis tindakan

dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Apabila dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning yang sesuai dengan langkah- langkah secara tepat dan benar, maka dapat meningkatkan aktivitas belajar tematik terpadu

pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung.

2. Apabila dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning yang sesuai dengan langkah- langkah secara tepat

dan benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar tematik terpadu

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SD Negeri 1 Kota Baru

yang terletak di jalan Mayjend Sutiyosono. 22 Kelurahan Kota Baru,

Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung.

3.1.2 Waktu Penelitian

Pada kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada

semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

3.1.3 Subyek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu penggunaan model pembelajaran

Discovery Learning untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar

tematik terpadu, maka subjek penelitiannya siswa kelas II SD Negeri

1 Kota Baru Bandar Lampung yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 10

siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan dengan latar belakang

pekerjaan orang tua adalah mayoritas buruh dan pendidikan orang tua

(47)

30

3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitan

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Aqib, Zainal: 2010). Secara garis besar, terdapat empat tahapan

yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan,

dan (4) refleksi, sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga

dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk

siklus, yang dilakukan di dalam penelitian ini sebanyak 3( tiga) siklus,

(48)

31

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menetapkan subtema pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu

subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran ke 1 dan 2.

b. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran.

c. Membuat Pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran

(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.

d. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas.

e. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung serta

f. Membuat lembar tugas siswa (LTS) berupa soal tes untuk

memperoleh data hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus I diawali dengan kegiatan mengelola proses pembelajaran

tematik terpadu dengan menggunakan media realia. Penerapan tindakan

mengacu pada RPP yang dibuat. Dalam pelaksanan pembelajaran

dengan menggunakan model Discovery Learning meliputi beberapa tahap, yaitu:

a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai.

(49)

32

c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan

membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Guru menjelaskan secara singkat kepada siswa mengenai subtema

Lingkungan Sekolahku.

e. Guru menjelaskan cara mengerjakan LTS.

f. Pemberian penghargaan kelompok.

g. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswa yang dikerjakan

secara individu.

h. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

i. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.

3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran dari

kegiatan awal hingga akhir peneliti mengamati mengenai aktivitas belajar

siswa dan hasil belajar siswa selama proses pembelajarandengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Peneliti melakukan

diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan atau

kekurangan apa saja yang terdapat pada proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis

dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi

apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan

dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus

(50)

33

Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh tim peneliti untuk mengkaji

proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan

siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah subtema Lingkungan

Sekolahku pada pembelajaran ke 3 dan 4. Adapun pelaksanaan pada siklus

II ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan pada siklus I.

b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

c. Menetapkan materi pembelajaranyang akan diajarkan, yaitu subtema

Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran ke 3 dan 4.

d. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan

pembelajaran.

e. Membuat Pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran

(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.

f. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama

proses pembelajaran di kelas.

g. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung serta soal tes

(51)

34

h. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan

membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswayang dikerjakan

secara individu.

e. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.

3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Kemudian

melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan

atau kekurangan apa saja yang terdapat pada proses pembelajaran

sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis

dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi

apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa serta dapat membandingkannya dengan

hasil pengamatan pada siklus II. Hasil analisis data yang dilaksanakan

dalam tahap ini dipergunakan sebagaiacuan untuk merencanakan siklus

(52)

35

Siklus III

Apabila penelitian belum menunjukan keberhasilan maka perlu dilanjutkan

pada siklus III. Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh tim peneliti

untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan

dalam pelaksanaan siklus III. Pada siklus III ini diharapkan hasil

pembelajaran akan meningkat lebih baik dari pada hasil siklus II. Materi

pembelajarannya adalah subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran

5 dan 6. Adapun pelaksanaan pada siklus III ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan pada siklus II.

b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III

berdasarkan refleksi dari siklus II.

c. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu

subtema Lingkungan Sekolahku pada pembelajaran 5 dan 6.

d. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model Discovery Learning yang sesuai dengan materi ajar dan tujuan

pembelajaran.

e. Membuat pemetaan, Silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran

(RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013.

f. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan selama

(53)

36

g. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

h. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Guru mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

c. Guru menyampaikan apersepsi untuk memancing dan

membangkitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Kemudian guru membagikan lembar tugas siswa yang dikerjakan

secara individu.

e. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa.

2. Tahap Observasi

Seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

yang telah dibuat. Kemudian melakukan diskusi dengan guru kolaborasi

untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan apa saja yang

terdapat pada proses pembelajaran.

3. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis

dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi

apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan

(54)

37

Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III kemudian dikumpulkan untuk

digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

Dari tahap kegiatan pada siklus I, siklus II dan siklus III hasil yang

diharapkan yaitu:

a. Guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan model

pembelajaran Discovery Learning dengan optimal sehingga dapat

merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses

pembelajaran yang lebih aktif.

b. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada

siswa kelas II SDN 1 Kota Baru Bandar Lampung.

3. 3 Sumber Data

a. Data Aktivitas Belajar

Data aktivitas belajar siswa yang akan dikumpulkan pada penelitian ini

adalah aktivitas dan hasil belajar tematik terpaduselama mengikuti

kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

b. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar adalah hasil belajar siswa setiap akhir siklus selama

(55)

38

3. 4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes, yaitu:

a. Tes

Tes dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab,

pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih, atau tugas-tugas yang harus

dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek

tertentu dari peserta tes (Poerwanti dkk, 2008: 43).

Pada penelitian ini, tes yang digunakan berupa lembar soal dalam bentuk

lembar tugas siswa (LTS) yang bertujuan untuk mengetahui apakah

program pengajaran berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan atau memerlukan perubahan/penyesuaian.

Instrumen tes digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning. Instrumen ini berupa soal-soal latihan

yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan melihat sesuatu secara cermat untuk

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang studi dari objek sesuatu

itu. Observasi dilakukan oleh teman sejawat di kelas yang diteliti.

Observer mengamati aktivitas siswa dan hasil belajar siswa selama

pembelajaran berlangsung. Data dari lembar observasi yang diperoleh

dari setiap pertemuan pada masing-masing siklus yang berupa skor

aktivitas siswa dan hasil belajarakan digunakan sebagai refleksi atas

(56)

39

3.4.2 Alat Pengumpulan Data

a. Tes Tertulis

Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan

siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, ini terdiri atas beberapa

soal uraian. Instrumen ini berupa soal-soal latihan yang mengacu pada

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Lembar Observasi

Instrumen observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar

observasi terstruktur. Lembar observasi ini terdiri atas lembar observasi

aktivitas siswa, lembar penilaian sikap siswa, lembar pengetahuan siswa

dan lembar keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar

obsevasi ini digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya setelah

dilakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning.

3. 5 Analisis Data

Data penelitian yang akan dianalisis terdiri atas data kualitatif dan

data kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data

observasi mengetahui kesulitan siswa selama proses pembelajaran

dengan model Discovery Learning untuk meningkatan aktivitas selama

(57)

40

a. Aktivitas Siswa

1) Aktivitas tiap individu diperoleh dengan rumus:

NA =

%

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

(sumber: adopsi Aqib, dkk., 2009: 41).

Berdasarkan persentase pencapaian indikator dalam aktivitas,

akan diketahui tingkat aktivitas siswa sesuai kriteria berikut

ini:

Tabel 2. Kategori peningkatan aktivitas siswa berdasarkan

ketercapaian indikator.

Tingkat pencapaian indikator (%) Kategori

P>75 Aktif

50<P≤75 Cukup aktif

25<P≤50 Kurang aktif

P≤25 Pasif

(sumber: modifikasi Poerwanti, 2008: 7.8)

2) Persentase siswa aktif secara klasikal diperoleh melalui

rumus:

P

=

(58)

41

Tabel 3. Kategori Keaktifan Kelas dalam Persen (%).

Siswa aktif (%) Kategori

≥80 Sangat tinggi/sangat aktif

60-79 Tinggi/aktif

40-59 Sedang

20-39 Rendah/kurang aktif

<20 Sangat rendah/pasif

(sumber: Adaptasi Khotimah dalam Aqib, dkk :2009)

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yang telah

mengikuti proses pembelajaran. Data hasil belajar yang diperoleh dari

rata-rata tes pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terlampir setelah

proses pembelajaran dilakukan pada setiap siklus. Setelah hasil belajar

siswa terkumpul, maka mencari persentase dan nilai rata- rata. Data

kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata

kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus yaitu:

1. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

individual digunakan rumus:

Nilai =

x 100

(Modifikasi dari Sudijono, 2011).

2. Nilai Rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan

rumus: X = ∑ Xi

N

Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai

(59)

42

Xi = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk. 2009: 4.2).

3. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

klasikal

Jumlah siswa yang tuntas

Ketuntasan Klasikal = x 100%

Jumlah seluruh siswa

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 4. Indeks nilai kuantitatif

Konversi nilai akhir

Sumber: Kemendikbud, 2013:108.

3.6 Indikator Keberhasilan

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus.

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus.

3. Pada penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ≥ 80% dari 18 jumlah siswa

(60)

100

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap

siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Tahun Pelajaran 2014/2015 pada

pembelajaran tematik terpadu dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik terpadu dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.

2. Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik terpadu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

baik pada siklus I, siklus II, serta siklus III.

Dengan demikian, penggunaan model pembelajarn Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu

pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar Lampung Tahun

(61)

101

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis

menyarankan kepada pembaca atau pihak yang berkepentingan diantaranya:

1. Bagi siswa diharapkan untuk lebih memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru, lebih berkonsentrasi dan fokus saat dalam proses

pembelajaran, senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar dan

pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Bagi guru kelas untuk dapat menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih

antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru

mengenai model pembelajaran yang bervariasi agar guru mampu

(62)

102

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Guru.Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Susanti, Desi. 2012. Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kreativitas Bercerita Siswa Kelas V SD Negeri 10 Metro Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi: Bandar Lampung. Universitas Lampung. Haldiansyah. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pada

Siswa Materi Luas Bangun Datar Menggunakan Metode Discovery Di Kelas VB SD Negeri 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Balai Pustaka. Jakarta

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru Kelas II Tema 4 Aku dan Sekolahku. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Kelas II Tema 4 Aku dan Sekolahku. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Silabus Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas II SD dan MI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Gambar

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai KKM
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 2. Kategori peningkatan aktivitas siswa berdasarkan
Tabel 3. Kategori Keaktifan Kelas dalam Persen (%).
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sharp (1964), Litner (1965), Mossin (1966) memperkenalkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang merupakan salah satu model penilaian aset yang menggambarkan hubungan

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT.

Pertemuan terakhir melakukan isian lembaran yang telah sesuai format dengan cara memperhatikan aspek berbicara yang didapatkan oleh anak setelah menggunakan

Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik,

untuk menopang kehidupan dirinya dan kelaurganya. Kemiskinan seperti ini adalah kemiskinan yang tergolong kronis karena berlangsung secara turun temurun. Berdasarkan

Lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti mendapat data bahwa banyak masyarakat yang mendukung mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru dengan prosentase

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,