• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

NOVIANA LAKSMI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pem-belajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pretest posttest control group de-sign. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII reguler SMP Negeri 1 Baradatu Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan VIII E yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Noviana Laksmi, lahir di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 20 November 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersau-dara pasangan Bapak Saidi dan Ibu Maisih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bumi Ratu pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Baradatu pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampumg pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.

(7)

Moto

Allah selalu memberikan yang terbaik bagi

hambaNya.

(8)

Persembahan

Segala Puji dan syukur bagi Allah SWT , Dzat yang Maha Sempurna. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada Baginda

Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:

Bapakku tercinta (Saidi) dan Ibuku tercinta (Maisih), yang telah memberikan kasih sayang, semangat, doa, serta pengorbanan untuk kebahagiaan dan kesuksesan putrimu ini. Semoga karya kecil ini bisa menjadi salah satu dari sekian banyak alasan untuk membuat Bapak dan

Ibu tersenyum.

Kakakku (Yuli Maya Sari) dan adikku (Tri Wahyuni) serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpah-kan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaimelimpah-kan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu T.P. 2013/2014) adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

(10)

iii 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matema-tika, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah ber-sedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan sum-bangan pemikiran, selama penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik dan saran, serta motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak (Saidi) dan Ibu (Maisih) tercinta, atas kasih sayang, perhatian, dan kerja keras yang telah diberikan selama ini serta tak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik.

8. Kakakku (Yuli Maya Sari) dan adikku (Tri Wahyuni), serta seluruh keluarga besar-ku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadabesar-ku.

9. Bapak Mustopa, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Baradatu beserta wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

(11)

iv 11.Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Tahun pelajaran 2013/2014, atas

perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

12.Sahabat-sahabat yang sangat kusayangi, Wahyu Sukesi, Woro Ningtyas, Ira Selfiana, Liza Istianah, Resti Rahma Sari, Mella Triana, terima kasih atas segala perhatian, semangat, dan kesediaan kalian untuk selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Semoga kebersamaan kita selama ini menjadi kenangan yang indah sampai kapanpun.

13.Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2010 B. Clara, Iisy, Gesca, Zuma, Agustin, Febby, Nurul, Silo, Anniya, Anggi, Fira, Engla, Rika, Dessy, Ardiyanti, Tika, Selvi, Ayu, Ian, Nando, Heru, Imam, Perdan. Terima kasih atas persahabatan, kebersamaan, nasehat, dan semangat yang diberikan selama ini. Semoga kebersama-an kita selalu menjadi kenkebersama-angkebersama-an ykebersama-ang terindah.

14.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A terimakasih atas semangat, sa-ran, dan motivasi yang kalian berikan.

15.Kakak tingkat angkatan 2009, 2008, dan 2007 serta adik tingkat angkatan 2011, 2012, dan 2013 terima kasih atas kebersamaannya.

16.Teman-teman KKN dan PPL di Desa Purajaya: Nikmah, Dian, Ami, Aqmarina, Dwi, Diah, Septi, Sovian, Pindo, Imam, dan David, atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.

17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

(12)

v Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini ber-manfaat.

Bandar Lampung, Juli 2014

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 9

C. Kerangka Pikir... ... 13

D. Anggapan Dasar ... 15

E. Hipotesis Penelitian... 15

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 16

B. Desain Penelitian ... 16

C. Data dan Instrumen Penelitian ... 17

D. Prosedur Penelitian ... 23

(14)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 11

3.1 The Pretest-Postest Control Group Design ... 17

3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 18

3.3 Kriteria Reliabilitas ... 20

3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 21

3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ... 22

3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 22

3.7 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 25

3.8 Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26

4.1 Data Gain Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 29

4.2 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Gain Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 30

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus ... 42

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas TPS ... 47

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional ... 88

A.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 129

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Pretest-Posttest ... 161

B.2 Soal Pretest-Posttest ... 162

B.3 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematis ... 163

B.4 Kunci Jawaban Soal-Soal Pretest dan Posttest ... 164

B.5 Form Penilaian Pretest dan Posttest ... 168

C.Analisis Data C.1 Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba ... 171

C.2 Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 172

C.3 Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas TPS ... 173

C.4 Data Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 174

C.5 Uji Normalitas Data Gain Kelas TPS ... 175

(18)

vii C.7 Uji Homogenitas Data Gain Kelas TPS dan Kelas

Konvensional ... 181 C.8 Uji Hipotesis Penelitian ... 182 C.9 Pencapaian Awal Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa ... 184 C.10 Pencapaian Akhir Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika perlu diberikan kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006:139). Kemampuan ter-sebut dibutuhkan siswa agar dapat menghadapi perubahan keadaan di dalam kehi-dupan yang selalu berkembang (Suherman, dkk, 2003:58). Mengingat pentingnya pelajaran matematika maka sudah selayaknya siswa menguasai kemampuan-kemampuan yang terdapat dalam pelajaran matematika.

(20)

2 pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah (Shadiq, 2009:13). Berdasarkan pemaparan tersebut, kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

Kemampuan komunikasi matematis diperlukan siswa dalam menyampaikan gaga-san atau ide-ide matematika baik secara ligaga-san maupun tertulis. Melalui komuni-kasi siswa dapat mengklarifikomuni-kasi pemahaman yang telah ia dapat. Mengingat pen-tingnya kemampuan komunikasi matematis maka sudah seharusnya siswa memi-liki kemampuan tersebut, namun pada kenyataannya kemampuan komunikasi ma-tematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.

Hasil survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012, menempatkan Indonesia pada urutan ke-64 dari 65 nega-ra peserta dengan nilai nega-rata-nega-rata 375 (OECD,2013). Hasil survei PISA yang ren-dah tersebut menunjukkan bahwa siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan so-al-soal matematika pada PISA yang lebih banyak mengukur kemampuan menalar, pemecahan masalah, berargumentasi, dan berkomunikasi (Wardhani dan Rumiati, 2011:51) Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.

(21)

3 kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Model pembelajaran yang diterapkan di kelas hendaknya berpusat pada siswa, yang berarti bahwa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Selama proses pem-belajaran di kelas, siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu masalah, mengungkapkan gagasan yang ia miliki serta mendengarkan gagasan dari orang lain. Dengan demikian siswa dapat belajar mengomunikasikan gagasan serta pe-mahaman matematikanya baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran koope-ratif tipe think pair share (TPS).

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri dan berpa-sangan, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas melalui pasangan-pasangan yang terbentuk. Selain itu siswa juga diberikan banyak ke-sempatan untuk menyampaikan gagasan atau ide-ide yang ia miliki. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS terdapat tiga tahap inti, yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Tahap-tahap yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memungkinkan siswa untuk mengem-bangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

(22)

4 diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika, terlebih jika soal yang dikerjakan membutuhkan gambar dalam penyelesaiannya. Hal ini menunjukkan bahwa ke-mampuan siswa mengambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar masih rendah. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa disebabkan karena selama proses pem-belajaran siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Proses pembelajaran dalam pembelajaran matematika masih dilaksanakan secara konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang terlibat aktif selama proses pem-belajaran, sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa kurang berkembang optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan studi eksperimen untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu.

B. Rumusan Masalah

(23)

5 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pem-belajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS serta pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi ma-tematis siswa.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk para guru dalam memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Selain itu, bagi peneliti lain hasil penelitian ini juga dapat di-jadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(24)

6 2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran

koopera-tif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Pada model pembelajaran ini terdapat tiga tahap inti, yaitu thinking (berpikir secara individu), pairing (berpasangan dengan teman), dan sharing (berbagi ide dengan siswa seluruh kelas).

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin (2008:38) menyatakan bahwa komunikasi merupakan cara berbagi gagasan dan mengklarifikasi pemahaman, sehingga melalui komunikasi gagasan-gagasan dapat direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah. Qohar (2010:4) berpendapat bahwa siswa yang sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk dapat mengomunikasikannya, agar pemahamannya tersebut bisa dime-ngerti oleh orang lain.

(26)

8 Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dikembangkan melalui berbagai cara, salah satunya dengan diskusi kelompok. Brenner dalam Qohar (2010:7) me-nemukan bahwa pembentukan kelompok-kelompok kecil dapat memudahkan pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Dengan adanya kelompok-kelompok kecil, siswa akan lebih sering mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian siswa memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Fachrurazi (2011:81) mengemukakan bahwa salah satu model komunikasi mate-matis yang dikembangkan adalah model Cai, Lane, dan Jacobsin yang meliputi: a. Menulis matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat

menulis-kan jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersu-sun secara logis dan sistematis.

b. Menggambar secara matematis. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk da-pat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar.

c. Ekspresi matematis. Pada kemampuan ini, siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan per-hitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

(27)

9 mengomunikasikan kepada siswa lain, dan (4) menganalisis dan mengevaluasi pe-mikiran matematis dan strategi orang lain.

Ansari dalam Puspaningtyas (2012:16) menyatakan bahwa kemampuan komuni-kasi matematis siswa terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, atau sebaliknya dari ide-ide matematika ke dalam gambar atau diagram.

b. Ekspresi matematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika.

c. Menulis/written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan, tulisan, grafik, dan aljabar.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, indikator kemampuan komu-nikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah

mengguna-kan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan.

c. Menggunakan ekspresi, simbol, atau lambang matematika secara tepat.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(28)

10 lain (Wena, 2009:190). Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009:66) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlu-kan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Slavin (2005:4) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dengan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk menerapkan penge-tahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto dan Rahardjo, 2012:241). Suherman, dkk (2003:260) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja se-bagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tu-gas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pem-belajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapi tujuan pembelajaran.

(29)

11 pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan ker-jasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masya-rakat di mana kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.

Rusman (2010:211) menyatakan terdapat enam tahap dalam pembelajaran koope-ratif. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif.

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari serta

memotivasi siswa belajar. Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasika hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberi penghargaan

(30)

12 Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah think pair share (TPS). Model ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Nurhadi (2004:23) menyatakan bahwa model pembela-jaran kooperatif tipe TPS merupakan struktur pembelapembela-jaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalkan partisipasi siswa (Huda, 2011:136).

Adapun langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Trianto (2007:61-62) adalah sebagai berikut:

1) Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan yang dikaitkan dengan ma-teri pelajaran yang sedang dipelajari. Selanjutnya guru meminta siswa mengguna-kan waktu beberapa menit untuk memikirmengguna-kan jawaban atas pertanyaan atau per-masalahan tersebut secara individu.

2) Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mere-ka peroleh dari proses berpikir (thinking) sebelumnya. Interaksi yang dilakumere-kan oleh siswa selama proses ini dapat menyatukan jawaban, ide atau gagasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

3) Berbagi (Sharing)

(31)

13 tersebut di depan kelas. Tahap ini berakhir sampai hampir sebagian dari seluruh kelompok (pasangan) mendapat kesempatan melaporkan.

Langkah-langkah pembelajaran dari TPS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TPS sebagai suatu variasi model pembelajaran.

b. Guru menyampaikan sekilas materi pembelajaran.

c. Guru memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk LKS.

d. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS secara mandiri untuk beberapa saat.

e. Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya sendiri dengan pasangannya, sehing-ga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi dalam pasansehing-gan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan berbagi/sharing dengan kelom-pok besar (kelas).

f. Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas, diikuti dengan pasangan lain yang memperoleh ha-sil yang berbeda sehingga terjadi proses berbagi/sharing pada diskusi kelas. g. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil akhir dari diskusi kelas.

C. Kerangka Pikir

(32)

14 saling membantu satu sama lain. Dalam kelompok yang dibentuk secara berpa-sangan, siswa dilatih untuk mengomunikasikan ide-ide matematika yang telah di-pikirkannya baik secara lisan maupun tulisan.

Pada tahap berpikir (think), siswa secara individu memikirkan jawaban atas perta-nyaan atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa memba-ngun pemahamannya secara mandiri menggunakan pengetahuan yang telah ia mi-liki sebelumnya. Dengan adanya tahap ini siswa akan lebih siap untuk berdiskusi dengan pasangannya karena telah memiliki bahan untuk didiskusikan. Dengan demikian nantinya siswa dapat saling mengoreksi bila ada jawaban yang salah sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Pada tahap berpasangan (pair), masing-masing siswa menyampaikan hasil pemi-kiran yang ia dapat pada tahap think bersama pasangannya. Pada tahap ini siswa mulai melatih kemampuan komunikasi matematisnya dengan mengungkapkan ide-ide serta pemahaman matematika yang ia miliki. Tahap ini akan membantu siswa dalam menggali kemampuan komunikasi matematisnya.

(33)

15 Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS ter-sebut memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat berpengaruh terhadap kemampuan komu-nikasi matematis siswa.

D. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Baradatu tahun pelajar-an 2013/2014 memperoleh materi ypelajar-ang sama dpelajar-an sesuai dengpelajar-an kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa se-lain model pembelajaran diabaikan.

E. Hipotesis Penelitian

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bara-datu Tahun Ajaran 2013/2014 yang berada di kelas regular yaitu kelas yang bukan merupakan kelas unggulan (kelas VIII F) yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Terdapat empat guru yang mengajar matematika di kelas VIII SMP Negeri 1 Ba-radatu. Untuk memperkecil faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil peneli-tian selain model pembelajaran maka sampel yang diambil berasal dari dua kelas yang diajar oleh guru yang sama. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Terpilih ke-las VIII D yang terdiri dari 31 siswa sebagai keke-las kontrol dengan pembelajaran konvensional dan kelas VIII E yang terdiri dari 30 siswa sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS.

B. Desain Penelitian

(35)

17 desain pretest-posttest tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Furchan (1982:356) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

A Y1 X Y2

B Y1 C Y2

Keterangan :

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol

X : perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

C : perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Y1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan.

Y2 : tes akhir (postest) setelah diberikan perlakuan.

C. Data dan Instrumen Penelitian

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes.

2. Instrumen Penelitian

(36)

18 kemampuan komunikasi matematis. Berikut ini merupakan pedoman pemberian skor kemampuan komunikasi matematis siswa:

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Skor Menggambar

(Diadaptasi dari Ansari dalam Puspaningtyas, 2012)

(37)

19 a. Validitas

Validitas memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tepat dan akurat sesuai de-ngan tujuan diadakan tes (Azwar, 2007:173). Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Validitas isi dari tes ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang ter-kandung dalam tes dengan indikator komunikasi matematis yang telah ditentukan. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1

Baradatu mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes

ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

Penilaian validitas isi dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru matematika. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5). Soal tes yang dinyatakan valid tersebut kemudian diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel, yaitu kelas IX G. Setelah dilakukan ujicoba, selanjutnya diukur reliabilitas, ting-kat kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.

b. Reliabilitas

(38)

20

Interpretasi koefisien reliabilitas merujuk pada pendapat Arikunto (2011:75) seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria 0,00 - 0,200 sangat rendah 0,200 - 0,400 rendah 0,400 - 0,600 sedang 0,600 - 0,800 tinggi

0,800 - 1,00 sangat tinggi

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes diperoleh nilai r11= 0,79 yang ber-arti instrumen tes memenuhi kriteria reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas se-lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

c. Daya Pembeda

(39)

21 kelompok bawah). Untuk menghitung nilai daya pembeda digunakan rumus seba-gaimana yang dinyatakan oleh Sudijono (2013:389-390), yaitu:

Keterangan :

D : nilai daya pembeda satu butri soal tertentu

: jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah : jumlah skor ideal kelompok atas

: jumlah skor ideal kelompok bawah

Interpretasi nilai daya pembeda suatu butir soal merujuk pada kriteria menurut Sudijono (2013:389) sebagai berikut:

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,20-0,40 Sedang

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Sangat Baik Bertanda negatif Buruk sekali

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir soal yang telah di-ujicobakan memiliki kriteria baik dan sedang. Perhitungan daya pembeda seleng-kapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

d. Tingkat Kesukaran

(40)

22

Keterangan:

P : indeks tingkat kesukaran suatu butir soal

B : jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal

JS : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Interpretasi indeks tingkat kesukaran suatu butir soal merujuk pada pendapat Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2013:372) sebagai berikut :

Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Besarnya P Interpretasi Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

Lebih dari 0,70 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2. Berikut ini rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda

Tingkat

(41)

23 kesukaran yang sudah ditentukan. Oleh karena itu soal tes kemampuan komuni-kasi matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi empat tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan

a. Observasi sekolah, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.

b. Menyusun proposal penelitian.

c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen penelitian.

d. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen dengan dosen pembimbing.

e. Menguji coba instrumen penelitian di kelas IX G (5 Februari 2014). 2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (13 Febru-ari 2014).

b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pem-belajaran konvensional pada kelas kontrol (17 Februari - 18 Maret 2014) c. Mengadakan posttest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (20 Maret

(42)

24 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari masing-masing kelas.

b. Mengambil kesimpulan. 4. Tahap Laporan

a. Melaporkan hasil penelitian pada dosen pembimbing.

b. Menyusun laporan akhir dari penelitian yang telah dilakukan.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data skor pretest dan postest kemampuan komunikasi dari kelas eksperimen dan kelas kon-trol. Dari data tersebut dihitung gain skor untuk mengetahui besarnya peningkat-an kemampupeningkat-an komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dpeningkat-an kelas kontrol. Besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, seperti yang dinyatakan oleh Hake (1999:1) yaitu :

(43)

25 a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas untuk masing-masing data dilakukan dengan Uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Persamaan uji :

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapan

k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ( - ) - dengan

(Sudjana, 2005:273).

Setelah dilakukan uji normalitas terhadap data gain skor dari kelas eksperimen

dan kelas kontrol, diperoleh hasil uji normalitas seperti yang disajikan pada Tabel

3.7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6.

Tabel 3.7 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok Penelitian Keputusan Uji

Eksperimen 6,4039 7,815 Ho diterima

(44)

26 Berdasarkan Tabel 3.7, dapat diketahui bahwa gain skor baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki pada taraf signifikan  = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua

kelompok gain berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data

memi-liki varians yang homogen atau tidak. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0: 22

Tabel 3.8 menunjukkan rekapitulasi perhitungannya. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.7.

Tabel 3.8 Uji Homogenitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok Penelitian Varians Fhitung Ftabel Keputusan Uji

Eksperimen 0,0550

1,2850 1,84 H0 diterima

(45)

27 Berdasarkan Tabel 3.8, dapat dilihat bahwa pada taraf signifikan  = 5% diperoleh nilai < yang berarti H0 diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kedua kelompok gain memiliki varians yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data gain berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, uji hipotesis dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan rumus uji t. Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, uji pihak kanan menurut Sudjana (2005:243) adalah:

Ho : μ1 = μ2

H1 : μ1 > μ2

Keterangan:

= rata-rata gain skor pada kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS

= rata-rata gain skor pada kelas dengan model pembelajaran konvensional.

Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

̅ ̅ n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen

(46)

28 n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen

= varians kelompok kontrol

= varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika - dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pene-rapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berasarkan hasil penelitian ini, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa

hen-daknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah sa-tu alternatif dalam pembelajaran matematika.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, S. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkat-kan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI Edisi Khusus No.01. [Online]. Diakses di http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf pada 5 Desember 2013.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hake, Richard R. 1999. Analizing change/gain scores. [Online]. Diakses di http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada 20 November 2013.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif . Surabaya: Unesa University. National Council of Teacher Mathematics. 2003. Middle Level Mathematics Teachers. [Online]. Diakses di http://www.nctm.org/uploadedFiles/Math_ Standards/NCTMMIDDLEStandards(1).pdf pada 9 Mei 2014

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo. OECD. 2013. Pisa 2012 Results in Focus. [Online]. Diakses di http://www.oecd.

(49)

38 Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Qohar, Abdul. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa Smp Melalui Reciprocal Teaching.[Online]. Diakses di http://repository.upi.edu /1084/2/d_mtk_0706868_chapter1%281%29.pdf pada 25 Mei 2014.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas. . 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi.

Yogyakarta: PPPG Matematika. [Online]. Diakses di http://p4tkmatema tika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf pada tanggal 9 Mei 2014. Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E, dkk. 2003. Common Text Book : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.

Surayya, L. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 04 Hlm 1-11. [Online]. Diakses di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal _ipa/article/download/1105/853 pada 31 Mei 2014.

Tahmir, S. 2008. Model pembelajaran RESIK Sebagai Strategi Mengubah Para-digma Pembelajaran Matematika di SMP yang Teacher Oriented Menjadi Student Oriented. [Online]. Diakses di http://www.scribd.com/document _downloads/direct/55149445?extension=pdf&ft=1401059541&lt=140106315 1&user_id=255275586&uahk=rHZ2OA5IEHGDeUwKUUAl2EAiHT0 pada 26 Mei 2014.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis, Jakarta: Prestasi Pustaka,

(50)

39 Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: CV.

Ipa Abong.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/ MTs Untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. [Online]. Diakses di http://p4tk matematika.org/file/PRODUK/PAKET%20FASILITASI/SMP/Analisis%20S I%20dan%20SKL%20Matematika%20SMP.pdf pada 6 Mei 2014.

Wardhani, Sri dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. [Online]. Diakses di http://p4tkmatematika.org/file/Bermutu%202011/SMP /4.INSTRUMEN%20PENILAIAN%20HASIL%20BELAJAR%20MATEM ATIKA%20...pdf pada 2 Desember 2013.

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif.
Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Design
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Pokja ULP PB-24/POKJA SKPD09pada Pemerintah Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Umumdengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan pengadaan barang

Penularan penyakit dengan karakteristik individu yang sudah sembuh dari penyakit dan tidak dapat terinfeksi virus kembali dinyatakan dalam model epidemi

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..