• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS

(Skripsi)

Oleh

RANGGA SAPUTRA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS

Oleh Rangga Saputra

Telur merupakan produk yang mudah mengalami kerusakan dan penurunan kualitas akibat masuknya bakteri ke dalam telur selama penyimpanan. Warna kerabang telur selain memengaruhi tingkat kesukaan masyarakat terhadap telur ayam ras, juga memengaruhi besar kecilnya penguapan telur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pengaruh lama penyimpanan dan warna kerabang terhadap kualitas internal telur ayam ras (penurunan berat telur, haugh unit, dan warna kuning telur); (2) lama penyimpanan dan warna kerabang yang terbaik terhadap kualitas internal telur ayam ras.

Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola tersarang, faktor lama penyimpanan (7 hari dan 14 hari) sebagai petak utama dan faktor intensitas warna kerabang (cokelat muda dan cokelat tua) sebagai petak tersarang. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Jumlah telur yang digunakan sebanyak 60 butir dengan jumlah telur setiap satuan percobaan 3 butir. Peubah yang diamati adalah penurunan berat telur, warna kuning telur, dan haugh unit (HU). Data yang diperoleh diuji sesuai dengan asumsi sidik ragam. Bila terdapat peubah yang nyata dilakukan uji Duncan pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan 7 hari dan 14 hari pada warna kerabang cokelat muda dan cokelat tua memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai HU, tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05)

(3)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN WARNA KERABANG TERHADAP KUALITAS INTERNAL TELUR AYAM RAS

Oleh

RANGGA SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada 24 Maret 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Amin Fajri dan Ibu Sukarti.

Penulis menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar pada 1998 di Sekolah Dasar Negeri 2 Jati Agung, Lampung Selatan. Sekolah Menengah Pertama Bina Sosial Jati Agung, Lampung Selatan, diselesaikan pada 2007. Pada 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI), Jati Agung, Lampung Selatan.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 2010. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Nabang Baru, Margatiga, Lampung Timur pada Januari--Februari 2013 dan Praktik Umum di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah Juli--Agustus 2013.

(7)

“ J ”

(Rangga Saputra)

“Tunjukkan kami jalan yang lurus” (Q.S. Al Fatihah: 6)

“ y ”

Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda. (Dahlan Iskan)

Jangan takut gagal ! Sebelum mencoba ! Jangan takut jatuh ! Sebelum melangkah ! Kesuksesan milik orang yang berani mencoba.

Ingat ! Apa yang tidak mungkin, seringkali belum pernah dicoba.

(8)

Alhamdulillah...

Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya serta suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi

pedoman hidup dalam berikhtiar

Dengan kerendahan hati karya kecil dan sederhana ini

kupersembahkan

sebagai tanda terima kasih dan sayangku kepada

Ayah dan Ibu, sebagai wujud bakti, cinta dan terimakasihku,

A

W

menempatkan keduanya dalam jannah-Nya.

Hadiah kasih untuk segenap keluarga besarku, serta para sahabat

y

Aku menuntut ilmu

Serta

Lembaga yang turut membangun diriku, mendewasakanku

dalam berpikir dan bertindak

(9)

x

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Lama Penyimpanan dan Warna Kerabang terhadap Kualitas Internal Telur Ayam Ras”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.--selaku Dosen Pembimbing Utama--atas bimbingan, motivasi, serta nasehatnya.

2. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku Dosen Pembimbing anggota --atas ide penelitian, bimbingan, saran, dan motivasinya.

3. Ibu Dr. Ir. Riyanti, M.P.--selaku dosen Pembahas--atas saran dan perbaikan serta motivasinya.

4. Ibu Veronica Wanniatie, S.Pt., M.Si.--selaku Pembimbing Akademik--atas bimbingan, motivasi, dukungan, dan nasehat selama kuliah.

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekertaris Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin untuk melaksanakan penelitian.

(10)

xi

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Peternakan atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

9. Ayah dan Ibu tercinta atas segala limpahan kasih sayang, doa, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.

10. Adikku tersayang Erlangga Agung Saputra atas kebersamaan, keceriaan, dan kasih sayang selama ini.

11. Dian Lestari, Sekar Puteri Hiroko, dan Nurma Septiana selaku sahabat

seperjuangan dalam penelitian atas kerjasama, bantuan, motivasi, dan nasihat. 12. Heru Yoga Prawira, Febi Aditya, Rahmadhanil Putra, Nano Setiono, Tri

Haryanto Saputra, Ajrul Mukminat, Faradina Kusuma atas kebersamaan, semangat, kasih sayang, dan rasa persaudaraan yang tidak pernah terlupakan. 13. Teman-teman Peternakan angkatan 2010 atas kebersamaan, bantuan,

perhatian, motivasi, dan semangat yang diberikan.

14. Mas Agus atas bantuan menyiapkan fasilitas selama perkuliahan, serta pada penelitian ini.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.

Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan semoga karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, September 2014 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Ayam Ras ... 6

B. Struktur dan Komposisi Telur ... 8

1. Kerabang telur (egg shell) ... 9

2. Putih telur (albumen) ... 10

3. Kuning telur (yolk) ... 11

(12)

ii

D. Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kualitas

Internal Telur ... 15

E. Hubungan Warna Kerabang terhadap terhadap Penurunan Kualitas Internal Telur ... 16

F. Penurunan Berat Telur ... 18

G. Warna Kuning telur... 19

H. Haugh Unit (HU) ... 20

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

1. Bahan penelitian ... 22

2. Alat penelitian ... 23

C. Metode Penelitian ... 24

1. Rancangan penelitian ... 24

2. Analisis data ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 25

E. Peubah yang Diamati ... 26

1. Penurunan berat telur ... 26

2. Haugh unit (HU) ... 26

(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Perlakuan terhadap Penurunan Berat Telur ... 28 B. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Haugh Unit (HU) ... 30 C. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Kuning Telur ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 36 B. Saran ... 36

(14)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam,

dan telur itik ... 7

2. Karakteristik telur ayam ras ... 8

3. Komposisi kimia telur ayam ras ... 13

4. Kandungan nutrisi ransum ... 23

5. Rata-rata penurunan berat telur ayam ras ... 28

6. Rata-rata nilai HU telur ayam ras ... 31

7. Rata-rata skor warna kuning telur ayam ras... 34

8. Data transformasi arcsin terhadap penurunan berat telur ... 43

9. Analisis ragam penurunan berat telur ayam ras ... 43

10. Analisis ragam nilai HU ayam ras ... 44

11. Uji Duncan lama penyimpanan dan warna kerabang terhadap nilai HU telur ayam ras ... 44

12. Data tranformasi ( �+0,5) terhadap warna kuning telur ayam ras ... 45

(15)

v

14. Data rata-rata tinggi putih telurayam ras... 46 15. Data rata-rata ketebalan kerabang telur ayam ras ... 46 16. Data kualitas telur segar ayam ras... 47 17. Data lengkap telur ayam ras penyimpanan 7 hari warna kerabang

cokelat muda ... 48 18. Data lengkap telur ayam ras penyimpanan 7 hari warna kerabang

cokelat tua ... 49 19. Data lengkap telur ayam ras penyimpanan 14 hari warna kerabang

cokelat muda ... 50 20. Data lengkap telur ayam ras penyimpanan 14 hari warna kerabang

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Telur ayam ras merupakan bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan pangan hasil ternak yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat. Telur ayam ras mengandung gizi yang tinggi, ketersediaan yang continue, dan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan telur lainnya sehingga menjadikan telur ayam ras sangat diminati oleh para konsumen. Namun, telur mudah mengalami kerusakan dan penurunan kualitas akibat masuknya bakteri ke dalam telur.

Tingginya suhu udara di wilayah tropis seperti Indonesia sangat memengaruhi kemampuan lama penyimpanan. Suhu rata-rata di Indonesia berkisar 26 °C dan kelembapan relatif berkisar 70--80%. Ketahanan telur yang disimpan tanpa pengawetan pada kondisi suhu rata-rata Indonesia hanya mampu bertahan sekitar 8 hari (Kusnadi, 2007).

(18)

2

perubahan dan pergerakan posisi kuning telur, kenaikan pH, dan penurunan kekentalan putih telur.

Selain faktor lama penyimpanan, faktor warna kerabang juga memengaruhi tingkat kesukaan masyarakat terhadap telur ayam ras. Umumnya masyarakat lebih menyukai telur ayam ras warna kerabang cokelat muda karena terlihat lebih bersih dan memiliki kualitas yang lebih baik. Faktor warna kerabang juga

memengaruhi besar kecilnya penguapan telur. Telur yang warna kerabangnya cokelat tua relatif lebih tebal dan memiliki pori-pori kerabang yang lebih kecil sehingga penguapan dari dalam telur lebih rendah (Kurtini dkk., 2011).

Penelitian tentang pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas internal telur sudah dilakukan. Begitu pula dengan penelitian tentang pengaruh warna kerabang terhadap kualitas internal telur. Namun, penelitian tentang pengaruh lama

penyimpanan dan warna kerabang terhadap kualitas internal telur ayam ras (penurunan berat telur, warna kuning telur, dan haugh unit) belum diketahui. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. pengaruh lama penyimpanan dan warna kerabang terhadap kualitas internal telur ayam ras (penurunan berat telur, haugh unit, dan warna kuning telur); 2. lama penyimpanan dan warna kerabang yang terbaik terhadap kualitas

(19)

3

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak ayam ras dan masyarakat mengenai kualitas internal telur berdasarkan lama penyimpanan dan warna kerabang.

D. Kerangka Pemikiran

Telur akan mengalami penurunan kualitas seiring lamanya penyimpanan telur tersebut. Telur akan tetap dalam keadaan segar sampai berumur satu minggu dengan penyimpanan yang baik. Prinsip penyimpanan telur adalah mencegah evaporasi air, keluarnya CO2 dari dalam isi telur, dan mencegah masuknya mikroba ke dalam telur selama penyimpanan (Kandi, 1992).

Telur yang disimpan pada suhu ruang hanya tahan 10--14 hari. Setelah itu telur akan mengalami perubahan-perubahan ke arah kerusakan seperti penguapan air melalui pori kulit telur yang berakibat berkurangnya berat telur, meningkatkan pH putih telur dan kuning telur, perubahan warna kuning telur, penipisan kerabang, penurunan nilai haugh unit, perubahan komposisi kimia, dan terjadinya

pengenceran isi telur (Syarief dan Halid, 1990).

Kerusakan telur akan semakin bertambah dengan semakin lamanya umur

(20)

4

kekentalan putih telur yang menurun ini akan mengakibatkan penurunan pada nilai Haugh Unit.

Lama penyimpanan selain memengaruhi penurunan berat telur, dan nilai haugh unit juga memengaruhi warna kuning telur. Telur segar memiliki warna kuning teluryang muda, tetapi selama penyimpanan warna kuning telurmengalami perubahan akibat adanya perpindahan air dari putih telur ke kuning telur, sehingga warna kuning telurlebih pucat. Warna kuning telursangat erat kaitannya dengan tinggi kandungan vitamin A yang terdapat di dalam pakan. Semakin tinggi kandungan vitamin A dalam pakan maka semakin besar karoten yang akan terdisposisi dalam kuning telur sehingga akan memengaruhi warna kuning telur tersebut (Piliang dkk., 2011).

Selain lama penyimpanan, warna kerabang telur juga dapat berpengaruh terhadap kualitas internal telur. Telur dengan warna cokelat tua memiliki kerabang lebih kuat dan tebal dibandingkan dengan telur yang berwarna cokelat muda (Joseph dkk., 1999). Menurut penelitian Gosler dkk. (2005), pigmen porpirin pada telur cokelat memiliki hubungan dengan ketebalan kerabang, diyakini bahwa porpirin

memiliki fungsi dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang dan secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas internal dari telur ayam ras.

Penelitian Jazil dkk. (2012) menunjukkan bahwa intensitas warna cokelat

(21)

5

yang berwarna cokelat. Penyusutan berat yang tertinggi terdapat pada telur dengan kerabang berwarna cokelat muda dengan penyusutan berat rata-rata sebesar 3,51 ± 2,33%. Hal ini menunjukkan bahwa telur yang memiliki intensitas warna cokelat muda lebih cepat kehilangan beratnya dibandingkan dengan telur yang memiliki intensitas warna lebih gelap.

Menurut Kurtini (1988), telur dengan warna kerabang cokelat tua lebih tebal daripada telur dengan warna kerabang cokelat muda. Kerabang telur yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000).

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu

1. terdapat perbedaan kualitas internal telur ayam ras (penurunan berat telur, warna kuning telur, dan haugh unit) selama penyimpanan 7 hari dan 14 hari; 2. telur ayam ras dengan lama penyimpanan 7 hari dan warna kerabang cokelat

(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Telur Ayam Ras

Telur ayam ras merupakan telur yang paling populer dan paling banyak

dikonsumsi oleh masyarakat. Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (USDA, 2007).

Telur merupakan sel telur (ovum) yang tumbuh dari sel induk (oogonium) di dalam indung telur (ovarium), dan oleh ternak unggas disediakan untuk bahan makanan bagi pertumbuhan embrio (Kurtini dkk., 2011).

Telur dapat dibedakan sebagai telur komersial dan telur bibit. Telur komersial yaitu telur yang dihasilkan dari peternakan unggas petelur komersial dengan tujuan untuk konsumsi manusia, dan telur ini tidak mengandung embrio (infertil).

Telur bibit yang dikenal dengan telur tetas adalah telur yang dihasilkan dari peternakan pembibitan unggas dan telur berasal dari induk yang dikawinkan oleh pejantan dengan tujuan telurnya untuk ditetaskan (Kurtini dkk., 2011).

(23)

7

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2013), menunjukkan bahwa konsumsi telur ayam ras sekitar 6.153 kg/kapita/tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan telur unggas lainnya. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).

Kandungan gizi telur unggas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur itik Zat gizi Telur puyuh Telur ayam Telur itik

(24)

8

Berbagai breed ayam ras petelur telah dikembangkan dan sekarang pada umumnya produktivitas dan mutu produksinya tidak banyak berbeda satu sama lain. Tingkat produktivitasnya mencapai 250--280 butir telur per tahun (Anonim 2006). Karakteristik telur ayam ras disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik telur ayam ras.

No Karakteristik telur ayam ras

1. Size jumbo (>65 g/butir), sangat besar (60-65 g/butir), besar (55-60 g/butir), medium (50-55 g/butir), kecil (45-50 g/butir), kecil sekali atau peewee (<45 g/butir). 2. Shape biconical, eleptical, oval, spherical

3. Colour white, tinted, intermediet, dark, very dark

4. Texture rough, smooth, ridget

Kurtini dkk. (2011)

B. Struktur dan Komposisi Telur

Struktur fisik telur terdiri dari tiga bagian utama yaitu kerabang telur (egg shell) 9--12%, putih telur (Albumen) ± 60 %, dan kuning telur (yolk) 30--33 % (Robert, 2004). Struktur telur secara detail dapat dilihat pada Gambar 1.

(25)

9

1. Kerabang telur (egg shell)

Kerabang telur merupakan struktur telur yang paling luar. Fungsi dari kerabang telur yaitu mengurangi kerusakan fisik dan biologis telur (Kurtini dkk., 2011). Kerabang telur bersifat kuat, halus, dan berkapur. Kerabang telur terdiri dari empat lapisan yaitu : (1) lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi seluruh permukaan telur, (2) lapisan bunga karang yang terletak di bawah kutikula, (3) lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga dan sangat tipis, dan (4) lapisan membrane yang terletak paling dalam (Sarwono, 1994).

Semakin tua umur ayam maka semakin tipis kerabang telurnya, hal ini terjadi karena ayam tidak mampu untuk memproduksi kalsium yang cukup guna memenuhi kebutuhan kalsium dalam pembentukan kerabang telur (Yuwanta, 2010; Hargitai dkk., 2011). Kerabang telur yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat penguapan (Haryono, 2000). Tebal tipisnya kerabang telur dipengaruhi oleh

strain ayam, umur induk, pakan, stres dan penyakit pada induk (Kurtini dkk., 2011).

Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna utama yaitu putih dan cokelat. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh genetik dari masing-masing ayam (Romanoff dan Romanoff, 1963). Warna cokelat pada kerabang

(26)

10

Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur (Hargitai dkk., 2011).

2. Putih telur (albumen)

Putih telur merupakan bagian telur yang bersifat cair kental dan tidak berwarna pada telur segar. Menurut Dirjen Gizi Departemen Kesehatan RI (1989), putih telur memiliki komponen terbanyak berupa air, diikuti oleh protein, dan

karbohidrat.

Protein pada putih telur terdiri atas ovalbumin (54%), konalbumin (5%) atau

ovotransferin (12%), ovomukoid (11%), ovomusin (3,5%), lisosom atau G1

globulin (3,4%), G2 globulin (4%), G3 globulin (4%), ovoflavoprotein (0,8%),

ovoglikoprotein (1,0%), ovomakroglobulin (0,5%), ovoinhibitor (1,5%), sistatin

(0,05%), dan avidin (0,05%) (Stadelman dan Cotterill, 1997).

(27)

11

3. Kuning telur (yolk)

Kuning telur merupakan bagian terpenting telur karena banyak mengandung zat-zat gizi yang berfungsi menunjang kehidupan embrio (Stevenson dan Miller, 1986). Kuning telur merupakan bagian telur dengan zat gizi yang paling lengkap dengan komponen terbanyak berupa air yang diikuti dengan lemak dan protein (Winarno, 1997).

Kuning telur memiliki kadar lemak yang tinggi (11,5 %-12,3 %) dan terdiri atas 65,5 % trigliserida, 28,3 % fosfolipid, dan 5,2 % kolestrol (Panda, 1996). Fungsi utama lemak bagi tubuh manusia adalah sebagai sumber energi (9 kkal/g). Tingginya kalori yang dimiliki lemak menjadikan lemak sebagai sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Winarno, 1997).

Pada kuning telur selain terdapat lemak, terdapat pula protein telur. Menurut

American Egg Board (2000), kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino, yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan,

tirosin, dan valin.

Kuning telur mengandung pigmen dan jumlah pigmen kuning telur sekitar 0,02%. Pigmen kuning telur diklasifikasikan menjadi dua pigmen yaitu liokrom dan

lipokrom. Lipokrom larut dalam lemak dan termasuk ke dalam kelompok

karotenoid yang banyak terdapat dalam jaringan tanaman (Stadelman dan Cotterill, 1977). Karotenoid yang terdapat pada kuning telur adalah karoten dan

(28)

12

pigmen yang larut dalam air. Jenis pigmen ini adalah ovoflavin yang juga ditemukan sebagai pigmen pada putih telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Bagian kuning telur memunyai struktur yang kompleks dengan bagian bawah yang lebih padat (terdiri dari protein dan lemak) yang menyebabkan germinal disc

tetap berada di atas apabila terjadi rotasi atau goncangan pada telur. Kuning telur terdiri dari 3 bagian yaitu 1) membrane viteline yang memiliki tebal 6--11 mm, terdiri dari 4 lapis, yaitu plasma membrane, inner layer, continous membrane, dan

outer layer. 2) germinal disc ini terbentuk dari sitoplasma oocyte dan

mengandung cytoplasmic inclusions yang penting untuk aktivitas metabolisme normal dari perkembangan embrio. Germinal disc ini disebut blastoderm jika dibuahi dan blastodisc jika belum dibuahi oleh sperma. 3) yolk sack dibedakan menjadi 2 tipe yaitu latebra yang memiliki diameter sekitar 5 mm terletak di tengah-tengah ovum dan merupakan 1--2% dari total kuning telur sedangkan bagian lainnya terang kekuning-kuningan disebut yellow yolk (Kurtini, dkk., 2011).

Menurut Buckle dkk. (1986), posisi kuning telur yang baik adalah di tengah-tengah telur. Posisi kuning telur akan bergeser bila telur mengalami penurunan kualitas. Keadaan ini dapat dilihat dengan cara peneropongan.

Komponen kimia telur tersusun atas air (72,8-75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%) (Panda, 1996). Komponen tersebut menyatakan bahwa telur mempunyai gizi yang tinggi (Stadelman dan Cotterill, 1997).

(29)

13

Tabel 3. Komposisi kimia telur ayam ras

komposisi kimia telur ayam segar

telur utuh kuning telur putih telur Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1989).

C. Standarisasi dan Kualitas Telur

Sumarni dan Djuarnani (1995) menyatakan klasifikasi standar berat telur yaitu jumbo (> 76 g), extra large (70--77 g), large (64--70 g), medium (58--64 g),

medium small (52--58 g), small (< 52 g).

Menurut Suprapti (2002), kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh faktor keturunan, kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.

1. Unggas yang dihasilkan dari keturunan yang baik dan diberi makanan yang berkualitas, umumnya akan menghasilkan telur yang berkualitas baik. 2. Makanan yang berkualitas dengan komposisi bahan yang tepat, baik, dari

jumlah maupun kandungan nutrisinya akan memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan unggas sehingga menghasilkan telur yang berkualitas.

(30)

14

4. Iklim di sekitar lokasi kandang akan sangat memengaruhi kehidupan unggas yang dipelihara. Iklim akan sangat mendukung kesehatan dan laju

pertumbuhan unggas.

Menurut Stadelman dan Cotteril (1977), kualitas telur merupakan kumpulan ciri-ciri telur yang mempunyai selera konsumen. Kualitas telur sebagai ciri-ciri atau sifat yang sama dari suatu produk yang menentukan derajat kesempurnaannya yang akan memengaruhi penerimaan konsumen (Romanoff dan Romanoff, 1963). Menurut Winarno (1993), klasifikasi telur dibagi atas empat kualitas.

a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Ukuran rongga udara di dalam telur 0,32 cm. Rongga udara berada di bagian tumpul dan tidak bergerak-gerak. Putih telur harus bersih dan encer. Kuning telur normal dan tanpa kotoran.

b. Kualitas A

Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal. Ukuran rongga udara 0,48 cm dan terdapat di bagian tumpul telur. Putih telur bersih dan agak encer. Kuning telur normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak, dan bentuknya agak tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Ukuran rongga udara 0,95 cm. Putih telur bersih dan lebih encer. Kuning telur normal tetapi ada bercak.

d. Kualitas C

(31)

15

Kuning telur sudah mengandung bercak-bercak, bentuk kuning telur tidak normal atau pipih.

Lama dan suhu dalam penyimpanan telur memengaruhi kualitas fisik telur. Standarisasi Nasional Indonesia 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa penyimpanan telur konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80--90% dapat mempertahankan kualitas telur selama 14 hari setelah ditelurkan.

D. Hubungan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kualitas Internal Telur

Lama penyimpanan menentukan kualitas telur. Semakin lama disimpan, kualitas dan kesegaran telur semakin merosot (Hintono, 1997). Penyimpanan telur jika dibiarkan dalam udara terbuka (suhu ruang) hanya tahan 10--14 hari, setelah waktu tersebut telur mengalami perubahan-perubahan ke arah kerusakan seperti terjadinya penguapan kadar air melalui pori kulit telur yang berakibat

berkurangnya berat telur, perubahan komposisi kimia, dan terjadinya pengenceran isi telur (Syarief dan Halid, 1990).

Selama proses penyimpanan, telur dapat mengalami beberapa perubahan yang dapat menurunkan mutu dan kesegarannya. Perubahan yang dapat terjadi adalah penurunan berat telur yang disebabkan oleh penguapan air dan sebagian kecil oleh keluarnya CO2, NH3, N2, dan kadang-kadang H2S (Syanur, 2011).

Hasil penelitian Jazil dkk. (2012) menyatakan bahwa penguapan air dan gas

(32)

16

Penguapan dan pelepasan gas ini terjadi secara terus-menerus selama

penyimpanan sehingga semakin lama telur disimpan berat telur akan semakin berkurang.

Semakin lama penyimpanan nilai HU akan semakin menurun, hal ini terjadi akibat adanya penguapan air dan gas seperti CO2 yang menyebabkan putih telur kental semakin encer (Jazil dkk., 2012). Priyadi (2002) menyatakan bahwa lama penyimpanan telur selama 14 hari memberikan pengaruh nyata terhadap

penurunan nilai HU.

Abbas (1989) menyatakan bahwa proses penipisan dari tinggi putih telur merupakan akibat interaksi antara lysozyme dengan ovomucin ketika pH naik akibat keluarnya gas CO2 selama penyimpanan yang menyebabkan berkurangnya daya larut ovomucin dan merusak kekentalan putih telur. Lama penyimpanan juga menyebabkan air berpindah dari putih telur ke kuning telur sehingga berat kuning telur meningkat dan menyebabkan perenggangan membran vitellin hingga pecah, sehingga kuning telur bercampur dengan putih telur (Abbas, 1989).

E. Hubungan Warna Kerabang terhadap Penurunan Kualitas Internal Telur

Warna kerabang telur ayam ras dibedakan menjadi dua warna utama yaitu putih dan cokelat. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh genetik dari masing‐masing

(33)

17

Warna kerabang selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur (Hargitai dkk., 2011).

Warna kerabang lebih tua (cokelat tua) relatif lebih tebal dari warna kerabang yang lebih muda (pucat) yang selanjutnya akan memengaruhi bobot telur. Hasil pengukuran terhadap tebal kerabang telur berwarna cokelat tua cenderung lebih tebal dibanding kerabang berwarna pucat dengan tebal kerabang 0,35--0,37 mm. Grant (1979), menjelaskan bahwa kulit telur yang lebih tebal dan berwarna gelap cenderung mempunyai jumlah poripori yang lebih sedikit. Semakin sedikit pori-pori, penguapan telur lebih lambat (Warsnono dan Rumetor, 1989) yang pada akhirnya akan memengaruhi bobot telur.

Telur dengan warna cokelat muda lebih cepat penyusutannya karena ketebalan kerabangnya paling tipis jika dibandingkan dengan telur yang berwarna cokelat dan cokelat tua. Telur dengan warna kerabang cokelat tua memiliki ketebalan kerabang rata-rata 0,29 ± 0,01 mm, telur yang berwarna cokelat ketebalan

kerabangnya 0,25 ± 0,01 mm dan ketebalan kerabang telur yang berwarna cokelat muda adalah 0,22 ± 0,04 mm (Jazil dkk., 2012). Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph dkk., (1999) bahwa telur dengan kerabang cokelat gelap lebih tebal dan kuat jika dibandingkan dengan telur yang memiliki kerabang cokelat terang.

Menurut Gosler dkk. (2005), perbedaan warna kerabang berpengaruh

(34)

18

kerabang telur dipengaruhi oleh pigmen protoporpirin yang dihasilkan oleh induk saat pembentukan kerabang telur di dalam uterus. Pigmen protoporpirin

pada telur cokelat memiliki hubungan dengan ketebalan kerabang, diyakini bahwa protoporpirin memiliki fungsi dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang. Kekuatan kerabang ini memengaruhi penguapan air dan CO2 dalam telur yang menyebabkan putih telurkental menjadi encer.

Menurut Amrullah (2003), warna kuning telur dipengaruhi oleh zat warna xantofil yang banyak terdapat dalam golongan hidroksi-karotenoid. Zat tersebut selain mempengaruhi warna kuning telurjuga memengaruhi warna kulit, shank, paruh. Pigmen ini akan disimpan di dalam kuning telur.

Warna kuning telur berpengaruh pada selera konsumen, umumnya yang lebih disukai berkisar dari kuning emas sampai dengan orange, dengan skor kuning telur lebih dari 7 (Chung, 2002).

F. Penurunan Berat Telur

Penurunan berat telur merupakan salah satu perubahan yang nyata selama penyimpanan dan berkorelasi hampir linier terhadap waktu di bawah kondisi lingkungan yang konstan. Kecepatan penurunan berat telur dapat meningkat pada suhu yang tinggi dan kelembapan relatif rendah (Kurtini dkk., 2011).

Sudaryani (2003) menyatakan bahwa penguapan air dan pelepasan gas seperti CO2, NH3, N2, dan sedikit H2S, sebagai hasil degradasi bahan-bahan organik telur terjadi sejak telur ke luar dari tubuh ayam. Penguapan yang terjadi melalui

(35)

19

penurunan kualitas telur seperti, kekentalan putih telur menurun, terbentuknya rongga udara, dan menurunnya berat telur.

Menurut Sirait (1986), bertambahnya umur telur mengakibatkan penurunan berat telur terus bertambah, penurunan berat telur pada minggu pertama lebih besar daripada periode yang sama pada penyimpanan berikutnya. Penurunan berat telur dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan ruang penyimpanan dan berat telurnya.

Menurut Kurtini dkk. (2011), penurunan berat telur dapat dipengaruhi oleh keadaan awal telur tersebut. Telur yang beratnya lebih besar akan mengalami penurunan berat lebih besar daripada telur yang beratnya kecil. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan pori-pori kerabang telur, perbedaan luasan permukaan tempat udara bergerak, dan ketebalan kerabang telur.

Telur yang disimpan pada suhu ruang dengan kelembapan udara yang rendah akan mengalami penyusutan berat lebih cepat dibandingkan dengan telur yang disimpan pada suhu ruang dengan kelembapan udara yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kelembaban yang rendah selama penyimpanan akan mempercepat penguapan CO2 dan H2O dari dalam telur, sehingga penyusutan berat akan lebih cepat (Stadelman dan Cotterill, 1997).

G. Warna Kuning telur

Telur yang dihasilkan oleh ayam berproduksi tinggi bagian kuning telurnya berwarna lebih muda daripada telur yang berasal dari ayam berproduksi rendah (Sarwono, 1994). Warna kuning telur disebabkan oleh adanya kandungan karoten

(36)

20

terkandung dalam pigmen xanthophyll, sedangkan pigmen xanthophyll banyak terdapat pada jagung. Pencampuran jagung pada formulasi ransum ayam petelur selain bertujuan sebagai sumber energi juga merupakan sumber karoten pada pembentukan warna kuning telur(Hongadi, 2009).

Warna kuning telur sangat erat kaitannya dengan vitamin A yang terdapat di dalam pakan sehingga semakin besar karoten yang akan terdeposisi dalam kuning telur yang akhirnya akan memengaruhi warna kuning telur (Piliang, dkk., 2001). Karoten berupa xantophyl akan memberi warna kuning telur semakin berwarna jingga kemerahan (Yamamoto, dkk., 1997).

H. Haugh Unit (HU)

Menurut Lesson dan Caston (1997), kondisi penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang sangat potensial untuk memengaruhi putih telur. Haugh unit merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kualitas telur bagian dalam dengan cara mengukur tinggi putih telur kental dan berat telur (Iza dkk.,1985). Menurut Buckle dkk. (1986), pengukuran haugh unit merupakan cara yang tepat dalam penentuan kualitas interior telur.

(37)

21

telur dan menyebabkan rusaknya sistem buffer sehingga kekentalan putih telur menurun.

Nilai haugh unit untuk telur yang baru ditelurkan nilainya 100, sedangkan telur dengan mutu terbaik nilainya di atas 72. Telur busuk nilainya di bawah 50 sehingga tidak layak utuk dikonsumsi (Buckle dkk.,1986). Penentuan kualitas telur berdasarkan haugh unit menurut standar United State Departemen of Agriculture (USDA), adalah sebagai berikut:

(38)

22

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 12 Maret--02 April 2014 bertempat di

Laboratorium Produksi dan Reproduksi Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur segar ayam ras strain Isa Brown, umur induk, jenis ransum yang sama. Berat rata-rata telur 59,97 ± 1,08 g (koefisien keragaman= 1,87%) dengan intensitas warna kerabang yang berbeda (cokelat muda dan cokelat tua), berbentuk oval, dan tidak terdapat kotoran pada kerabang. Telur disimpan selama 7 hari dan 14 hari pada masing-masing warna kerabang berbeda (cokelat muda dan cokelat tua) dengan suhu ruang berkisar 28,320 C dan kelembaban 60,67%. Telur berasal dari peternakan ayam ras petelur PT. Sumber Proteina Desa Gedung Agung, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan. Ayam ras petelur PT. Sumber Proteina dipelihara dengan jenis kandang

(39)

23

ransum yang digunakan adalah ransum F. AP produksi PT. Sumber Proteina. Kandungan nutrisi ransum dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi ransum

Nutrisi kandungan nutrisi

protein (%) 17-18

calcium (%) 3,7

phosphor (%) 0,6

energi metabolisme (kcal/kg) 2650-2750

Sumber: PT. Sumber Proteina (2014)

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. egg tray, digunakan sebagai tempat meletakkan telur ayam ras; b. timbangan elektrik kapasitas 210 g dengan tingkat ketelitian 0,001 g

digunakan untuk menimbang telur ayam ras;

c. thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan lingkungan tempat penyimpanan telur ayam ras;

d. meja kaca, digunakan sebagai alas untuk meletakkan pecahan telur ayam ras yang diukur;

e. pisau untuk memecahkan telur ayam ras;

f. jangka sorong, digunakan untuk mengukur tinggi kekentalan putih telurayam ras;

g. roche yolk colour fan, digunakan untuk mengukur warna kuning telur; h. kertas tisu untuk mengelap peralatan yang digunakan;

i. label untuk menandai telur;

(40)

24

C. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola tersarang. Faktor lama penyimpanan (7 hari dan 14 hari) sebagai petak utama dan faktor intensitas warna kerabang (cokelat muda dan cokelat tua) sebagai petak tersarang. Perlakuan pada penelitian ini sebagai berikut.

T1W1 : Lama penyimpanan 7 hari dengan warna kerabang cokelat muda.

T1W2 : Lama penyimpanan 7 hari dengan warna kerabang cokelat tua.

T2W1 : Lama penyimpanan 14 hari dengan warna kerabang cokelat muda.

T2W2 : Lama penyimpanan 14 hari dengan warna kerabang cokelat tua.

Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Jumlah telur yang digunakan sebanyak 60 butir dengan jumlah telur setiap satuan percobaan 3 butir. Peubah yang diamati adalah penurunan berat telur, warna kuning telur, dan

haugh unit (HU). Tata letak telur selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

T1W2U3 T2W1U3 T1W1U3 T2W1U4

T1W2U2 T2W2U5 T1W1U2 T1W1U5

T1W2U1 T2W1U1 T2W1U2 T1W2U4

T2W2U4 T1W2U5 T1W1U1 T2W2U3

T2W2U1 T1W1U4 T2W2U2 T2W1U5

Gambar 2. Lay out penelitian Keterangan:

T1: perlakuan penyimpanan7 hari T2: perlakuan penyimpanan14 hari

(41)

25

2. Analisis data

Analisis data akan dilakukan sesuai dengan asumsi analisis ragam. Bila data yang diperoleh terdapat peubah yang nyata pada taraf nyata 5% akan diuji lanjut

dengan menggunakan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1995).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah

a. mengumpulkan telur selama 1 hari, yaitu dari kandang ayam ras petelur umur 30 minggu, dengan jumlah telur yang dikumpulkan masing-masing 3 butir sehingga total telur yang digunakan 60 butir (30 butir telur dengan warna kerabang cokelat muda, 30 butir telur warna kerabang cokelat tua) untuk data sekunder diambil masing-masing 10% sampel telur untuk diukur penurunan berat telur, haugh unit, dan warna kuning telur.

b. menimbang bobot awal telur dan memindahkan telur ke dalam egg tray

dengan posisi bagian tumpul telur berada di atas, memberi tanda setiap perlakuan sesuai dengan layout;

c. menyimpan telur pada suhu ruang dengan lama simpan (7 hari dan 14 hari) pada masing-masing warna kerabang (cokelat muda dan cokelat tua);

d. memecahkan telur umur 0 hari sebagai kontrol sebanyak 3 butir pada masing-masing warna kerabang (cokelat muda dan cokelat tua) dan memeriksa telur (penurunan berat telur, warna kuning telur, dan haugh unit);

(42)

26

memeriksa kualitas internal (penurunan berat telur, warna kuning telur, dan

haugh unit).

E. Peubah yang Diamati

1. Penurunan berat telur

Hintono (1997) menyatakan penurunan berat telur diukur dengan menggunakan timbangan elektrik, dengan cara menimbang berat telur awal dan menimbang berat telur setelah penyimpanan. Kemudian untuk mengukur penurunan berat telur menggunakan rumus :

Penurunan berat telur = A-B x 100% A

Keterangan:

A = berat telur awal sebelum disimpan B = berat telur akhir setelah disimpan

2. Haugh Unit (HU)

Perhitungan nilai Haugh Unit (HU) diawali dengan menimbang berat telur pada

timbangan digital, selanjutnya telur dipecah dengan hati‐hati pada alas kaca datar,

segera lakukan pengukuran tinggi putih telur telur kental yaitu pada jarak 4–8 mm dari perbatasan dengan kuning telur menggunakan jangka sorong, dan terakhir hitung nilai HU dengan rumus:

(43)

27

3. Warna kuning telur

(44)

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perlakuanlama penyimpanan 7 haridan 14 hari pada

warnakerabangcokelatmuda dan cokelat tuamemberikanpengaruhnyata (P<0,05) terhadapnilai HU,tetapi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap penurunan berat telur dan warna kuning telurayam ras.

2. Perlakuan lama penyimpanan 7 hari warna kerabang cokelat tua memberikan pengaruh terbaik terhadap nilai HU.

B. Saran

(45)

37

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. H. 1989. Pengelolaan Produksi Unggas. Jilid Pertama. Universitas Andalas.

American Egg Board. 2000. Egg products reference guide. Dalam :

http://www.aeb.org/egg products reference guide.html [28 September 2001].

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Edisi ke 1. Gunungbudi. Bogor. Anonim. 2006. Cara Memilih Ayam Negri.

http://www.peternakan.com/tip/ayam/topik01.htm. Diakses tanggal 23 September 2014.

Austic, R. E. and M. C. Nesheim. 1990. Poultry Production. 4th Edition. Lea and Febiger. Philadelphia. London.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur, dan Susu, serta Hasil Olahannya. SNI 2897:2008. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1986. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta.

Chung, TK. 2002. Yellow and red careotenoids for egg yolk pigmentations. 10th Annual ASA Southest Asian Feed Technology and Nutrition Workshop. Merlin Beach Resort. Phuket. Thailand.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata. Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Daftar Populasi, Konsumsi, dan Produksi Ternak. Jakarta.

(46)

38

Grant, R. A. 1979. Applied Protein Chemistry. Research Director. Aquapure, Ltd. Parkstone Poole. Dorset. UK

Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Telur Biologis terhadap Kualitas Internal Telur Ayam Kampung. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta.

Hargitai, R., R. Mateo, and J. Torok. 2011. Shell thickness and pore density in relation to shell colouration female characterstic, and enviroental factors in the collared flyctcher Ficedula albicollis. J. Ornithol. 152: 579-588.

Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras. Temu teknis Fungsional non Peneliti. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Hintono, A. 1997. Kualitas Telur yang disimpan dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi. Jurnal sainteks. Edisi ke-4. Halaman 45--51.

Hongadi, Prio. 2009. Konsultasi Kuning Telur Pucat.

http://info.medion.co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/kuning-telur-pucat. diakses pada 12 Desember 2013.

Indratiningsih. 1984. Pengaruh Flesh Head pada Telur Ayam Konsumsi Selama Penyimpanan. Laporan Penelitian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Iza, A.L., F.A. Garhner and. B. Meller. 1985. Effect of egg and season of the year quality. Poultry Sci. 64 : 1900

Jazil, N., A .Hintono., dan S. Mulyani. 2012. Penurunan Kualitas Telur Ayam Ras dengan Intensitas Warna Cokelat Kerabang Berbeda selama

Penyimpanan. Jurnal Penelitian. Vol 2. No. 1: 43--47. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponogoro. Semarang

Joseph, N. S., N. A. Robinson, R. A. Renema, dan F. E. Robinson. 1999. Shell Quality and Color Variation in Broiler Eggs. J. Appl. Poult. Res. 8:70-74. Kandi, S. 1992. Pengaruh Cara Pengawetan Telur terhadap Pencemaran

Berbagai Jenis Bakteri Patogen dan Pembusuk selama Penyimpanan. Laporan Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(47)

39

Lesson, S. dan L.J. Caston. 1997. A problem with characteristic of the thin albumen in laying hens. Poultry Sci. 76 : 1332--1336.

Lestari, P, I. 2009. Kajian Supply Chain Management: Analisis Relationship Marketing antara Peternakan Pamulihan Farm dengan Pemasok dan Pelanggannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Miksik, I., V. Holan, dan Z. Deyl. 1996. Avian eggshell pigments and their variability. Comp. Biochem. Physiol. Elsevier Science. 113B: 607-‐612. Muhtadi dan Sugiyoto. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat antar

Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Nesheim, M. C., R. E. Austic., and L. E. Card. 1997. Poultry Production. Lea and Febiger. Philadelphia.

Ningsih, I dan Setiyono. 1983. Pengaruh Warna Kerabang dan Kemasan Plastik Penyimpanan terhadap Kualitas Isi Telur Konsumsi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada.

Nova, Ilmia. 2014. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas internal telur ayam ras pada fase produksi pertama. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Panda, P.C. 1996. Text Book on Egg and Poultry Technology. Vikas Publishing House Pvt. Ltd., Hisar.

Piliang, W.G., A. Suprayogi, N. Kusmorini, M. Hasanah, S. Yuliani, dan Risfaheri. 2011. Efek Pemberian Daun Katuk (Sauropus Androgynus) dalam Ransum terhadap Kandungan Kolesterol Karkas dan Telur Ayam Lokal. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Proyek ARMP II. Desember 2001.

Priyadi, W. 2002. Pengaruh Jenis Telur dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Internal Telur yang diawetkan dengan Parafin Cair. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Robert, J. R. 2004. Factor affecting eggs internal quality and eggshell quality in laying hens. Journal Poultry Science. 41: 161-177.

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Eggs. John Willey and Sons. Inc. New York.

Sarwono, B. 1994. Ayam Arab Petelur Unggul. Edisi ke 2. Penebar Swadaya. Jakarta.

(48)

40

Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1997. Egg Science and Technology. 4th Edition. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc., New York.

Stadelman, W.J. and O.J. Cotteriil. 1977. Egg Scince and Technology. The 2 nd Edition. The AVI Publ. Co. Inc. West Port, Connecticut. New York. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik, suatu

Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Stevenson, G.T. and C. Miller. 1986. Introduction to Foods and Nutrition. John Wiley and Sons Inc. London.

Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumarni dan N. Djuarnani. 1995. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian dan Peternakan, Ciawi Bogor.

Suprapti, L.M. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin Tepung Telur, dan Telur Beku. Kanisius. Yogyakarta

.

Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2013. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun beberapa Bahan Makanan di Indonesia. 2009-2013.

http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabe-15b-konsumsi-rata.pdf. diakses pada 15 Juli 2014

Syanur. 2011. Pengambilan dan Penyimpanan Telur. http://pesonaunggas.com. Syarief, R. dan H. Halid. 1990. Buku Monograf Teknologi Penyimpanan

Pangan. Laboratorium Rekayasa Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

USDA. Food Safety Inspection Service. 2007. Shell Eggs from Farm to Table. http://www.fsis.usda.gov/PDF/Shell_Eggs_from_Farm_to_Table.pdf. (20 November 2013)

Warsnono, I.U. dan S.D. Rumetor. 1989. Teknologi Hasil Ternak (Telur, Susu dan Daging). Diktat Kuliah Faperta Uncen Manokwari.

Widiyanto, D. 2003. Pengaruh Bobot Telur dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Ayam Strain CP 909 yang ditambahkan Zeolit pada Ransumnya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(49)

41

Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Tehnologi dan Konsumen. PT Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.

Yamamoto, T., Juneja, and L. R. Hatta, M. Kim. 1997. Hen Eggs. CRC Press. New York.

Gambar

Tabel
Tabel 1.  Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur itik
Gambar 1.  Struktur telur (Romanoff dan Romanoff, 1963, dalam Hardini, 2000).
Tabel 3.  Komposisi kimia telur ayam ras
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian yaitu Penambahan pakan imbuhan ayam petelur UB Feed dalam pakan ayam petelur umur 32 minggu, dapat meningkatkan berat telur, specifiv gravity telur,

Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur terhadap Kualitas Telur ayam ras (Gallus.. L) di Instalasi

pengaruh perendaman telur menggunakan larutan daun kelor dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% terhadap kualitas internal telur ayam ras, yaitu indeks putih telur,

Hal ini terjadi karena lama penyimpanan telur selama 15 hari lebih lama daripada penyimpanan selama 5 hari, sehingga menyebabkan penguapan CO 2 dan H 2 O lebih

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara adalah harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi telur, berat telur, konsumsi dan konversi pakan, ayam ras yang diberikan kerabang telur dalam pakan antara perlakuan PI, PII

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TELUR TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS (GALLUS L) DI INSTALASI GIZI RSUP DR..

Hal ini terjadi karena lama penyimpanan telur selama 15 hari lebih lama daripada penyimpanan selama 5 hari, sehingga menyebabkan penguapan CO 2 dan H 2 O lebih