DESKRIPSI KEHIDUPAN MASYARAKAT PENGRAJIN BATU BATA DI PEKON SUKOHARJO II KECAMATAN SUKOHARJO
KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh:
Rian Dwi Purnomo
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Abstrak
DESKRIPSI KEHIDUPAN MASYARAKAT PENGRAJIN BATU BATA DI PEKON SUKOHARJO II KECAMATAN SUKOHARJO
Pembangunan adalah suatu gerakan pembaharuan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera.Tumbuhnya industri-industri kecil telah membawa dampak positif bagi masyarakat yang hidup di pedesaan.Seperti masyarakat PekonSukoharjo II.Semenjak berkembangnya industri batu bata telah membawa pengaruh positif bagi peningkatan taraf kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Industri kecil pembuatan batu bata ini telah memegang peranan penting dalam mendukung program-program pembangunan ekonomi, selain itu juga membawa perubahan yang cukup besar khusunya bagi peningkatan taraf kehidupan sosial masyarakat itu sendiri.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelituian ini adalah
“bagaimanakah dampak dari industri batu bata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Pekon Sukoharjo II?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan jelas kehidupan masyarakat pengrajin industri batu bata di desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui: teknik observasi partisipan, kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
4. Dokumentasi ... 27
H. Teknik Analisis Data ... 28
1. Reduksi Data ... 28
2. Display ( penyajian data ) ... 29
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4.2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 35
1.4.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36
1.4.4. Keadaan Penduduk Menurut Sistem Religi ... 37
2. Kehidupan Masyarakat Pekon Sukoharjo II ... 37
3. Sejarah Industri Batu Bata Merah Pekon Sukoharjo II ... 40
3.1 Perkembangan Awal Industri Batu Bata ... 40
3.2 Lokasi Industri ... 48
3.3 Proses Produksi... 49
3.4 Pemasaran ... 52
4. Deskripsi Hasi Penelitian ... 53
4.1 Karekteristik Responden ... 54
4.2 Data Hasil Penelitian ... 56
5.Keberadaan Industri Batu Bata Merah Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pekon Sukoharjo II ... 57
5.1 Bidang Sosial ... 58
5.1.1 Stratifikasi Sosial Masyarakat ... 58
5.1.2 Interaksi sosial Masyarakat ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Data Populasi Penduduk ... 22
Tabel 2. Jumlah Anggota Sampel ... 24
Tabel 3. Susunan Kepala Pekon Sukoharjo II ... 31
Tabel 4. Strukturisasi Pekon Sukoharjo II ... 32
Tabel 5. Luas Wilayah Pekon Sukoharjo II ... 33
Tabel 6. Identitas Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 35
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk ... 36
Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37
Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Sistem Religi ... 37
Tabel 10.Perhitungan Biaya Produksi Batu Bata ... 51
Tabel 11. Karakteristik Responden Menurut Usia ... 54
Tabel 12. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 55
Tabel 13. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 55
Tabel 14. Karakteristik Responden Menurut religi( Agama ) ... 56
Tabel 15.Status Kepemilikan Rumah Responden ... 59
Tabel 16. Kondisi Bangunan Rumah Responden ... 60
Tabel 17. Jenis Lantai Rumah Responden ... 60
Tabel 18. Perbandingan Data Kepemilikan Kendaraan ... 62
Tabel 19. Jumlah Kepemilikan Kendaraan Sebelum Mengeluti Usaha Batu Bata ... 63
Tabel 20. Jumlah Kepemilikan Kendaraan Setelah Mengeluti Usaha Batu Bata ... 64
Menggeluti Batu Bata ... 66
Tabel 24. Kepemilikan Hewan Ternak Setelah Menggeluti Batu Bata ... 67
Tabel 25. Perbandingan Pembelian Pakaian Oleh Responden ... 68
Tabel 26. Perbandingan Pembelian Jumlah Pakaian Oleh Responden ... 69
Tabel 27. Perbandingan Pola Makan Responden ... 70
Tabel 28. Perbandingan Menu Makan Responden ... 71
Tabel 29. PerbandinaganTingkat Pendidikan Anak ... 72
Tabel 30. Hubungan Sosial Antar Warga Pengusaha Batu Bata ... 74
Tabel 31. Perselisihan Antar Para Pengusaha Batu Bata ... 75
Tabel 32. Hubungan Silaturrahmi Warga Pembuat Batu Bata Dengan Warga Yang Berprofesi Di Luar Batu Bata ... 76
Tabel 33. Mata Pencaharian Penduduk Sebelum Meggeluti Batu Bata ... 77
Tabel 35. Jenis Usaha Bersama ... 77
Tabel 36. Jenis Usaha Bersama Yang Diikuti Responden ... 78
Tabel 37. Perbandingan Tingkat Pendapatan Sebelum Menjadi Pengusaha Batu Bata ... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Gambar Peta Wilayah Kabupaten Pringsewu ... 108
2. Gambar Peta Wilayah Pekon Sukoharjo II ... 109
3. Gambar Tempat Lio Pembakaran Batu Bata ... 110
4. Gambar Wawancara Dan Pengisian Angket Kepada Responden ... ... 110
5. Gambar Pengangkutan Batu Bata ... ... 111
6. Gambar Penggalian/ Pengambilan Bahan Baku Tanah ... 111
7. Gambar Pencetakan Batu Bata ... ... 112
8. Gambar Proses Pendinginan dan Penataan Batu Bata ... 112
9. Gambar Proses pengolahan Tanah Liat (Lempung) Menggunakan Tenaga Manusia ... 113
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan berbagai suku bangsa, kebudayaan, serta agama. Selain itu juga kesuburan alamnya telah membuat masyarakat Indonesia hidup terutama dari mata pencaharian
bercocok tanam, khususnya bagi masyarakat yang hidup di daerah pedesaan. Faktor lingkungan merupakan suatu tantangan bagi manusia dalam memenuhi
suatu kebutuhan, lingkungan yang berbeda pada dasarnya akan melahirkan tanggapan yang berbeda karena masalah-masalah yang di hadapi juga berbeda. Dengan demikian, individu atau masyarakat yang hidup dalam lingkungan
yang berbeda akan berlainan pula kebudayaan seperti yang tercermin dalam pola-pola kehidupan mereka. (Sajogyo,1992,48)
Pertumbuhan industri di daerah-daerah sekarang ini mulai gencar, membawa pengaruh positif bagi masyarakat dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola kehidupan mereka karena selain membawa teknologi yang masih
terasa asing, industri juga akan membuat berdatangannya tenaga kerja. (Ibrahim,1976,43).
tahun tersebut perhatian pemerintah Indonesia ditujukan hanya kepada perkembangan usaha kecil, termasuk didalamnya industri kecil (Tambunan, 2002, 125).
Kebutuhan hidup setiap penduduk tidak dapat terpenuhi dengan sumber daya
lingkungan yang sangat terbatas. Oleh karena itu pembangunan terencana memberikan solusi dengan cara mengatasi lingkungan menjadi lebih berdaya
guna dan berhasil guna sesuai dengan kebutuhan nasional. Perubahan cara – cara tersebut dapat mengatasi lingkungan pada kebutuhan nasional dalam kebudayaan agraris.
Kebudayaan agraris dicirikan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengelola dan mengolah sumber daya alam sehingga menjadi produk-produk masal menurut kebutuhan pasar. Kebutuhan dianggap sebagai sisi lain dari prinsip ekonomi modern, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam sebanyak mungkin dengan cara yang paling berdaya guna dan berhasil guna. (Taryati, 1998: 16)
Di daerah Kabupaten Pringsewu khususnya di Sukoharjo II, Kecamatan Sukoharjo terdapat beberapa industri kecil yang memanfaatkan tanah sebagai
bahan baku bata merah. industri kecil itu dikenal dengan sebutan industri batu bata merah. industri tersebut sudah berkembang sejak sekitar tahun
1990-an. Masyarakat Sukoharjo II telah mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan. Awalnya hanya ada satu atau dua orang saja yang
menggeluti industri tersebut, namun lama-kelamaan industri itu semakin berkembang luas.
Keberadaan industri ini pada awalnya hanya sebagai salah satu mata
sesudah mengerjakan pekerjaan pokok mereka yaitu bertani dan berkebun.
Tetapi seiring dengan banyaknya permintaan dan memberikan hasil yang baik, maka jumlah pengusaha bata merah semakin bertambah terutama antara
tahun 2000 hingga sekarang. Pada rentang tahun tersebut, ratusan tempat pembakaran bata merah, berbentuk kubah, berderet di sepanjang pinggir
jalan Pekon Sukoharjo II. (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pringsewu, 2012).
Pembuatan batu bata tersebut merupakan sebuah hasil karya, rasa dan cipta manusia yang sering disebut dengan kebudayaan. Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi dalam buku Abdulsyani menyatakan bahwa kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau jasmaniah (kebudayaan material) yang diperlukan oleh manusia, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. (Abdulsyani, 1987 :157)
Menurut Koentjaraningrat dalam buku Abdulsyani, terdapat tujuh unsur
kebudayaan yang dianggap sebagai kultur universal, yaitu: 1. Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
2. Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Perekonomian 3. Sistem Kemasyarakatan
Sedangkan menurut C. Kluckhon dalam buku Koentjaraningrat menyatakan bahwa
peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata,alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya)
Batu bata adalah salah satu sumber material utama dalam mendirikan bangunan. Batu bata ini terbuat dari tanah liat yang dicetak dalam bentuk segi empat.
Menurut Kuntowijoyo (1983:23) pada dasranya induustri yang tumbuh berkembang di suatu tempat selalu memberikan dampak bagi kehidupan sosial masyarakat. Seperti halnnya perkembangan industri bata merah di Pekon
Sukoharjo II yang begitu pesat ternyata mempunyai kontribusi pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya, yang salah satu bentuknya
adalah dengan terbukanya peluang kesempatan kerja. Namun, merupakan suatu ironi apabila sebuah hasil industri kecil yang mampu menjadi penopang ekonomi daerah itu, ternyata hanya bisa dinikmati oleh sebagian
orang saja khususnya para pemilik modal dan pengumpul bata (bandar). Masih banyak para pengusaha bata merah yang belum mampu meningkatkan
kesejahteraan mereka secara signifikan, apalagi memperhatikan tingkat kesejahteraan para pekerjanya.
Melihat kondisi tersebut, sudah sepantasnya pemerintah daerah serta
lembaga-lembaga terkait lainnya berperan melindungi sentra industri bata merah banting serta memberi jaminan iklim usaha yang kondusif disertai dengan pemberian bantuan materi maupun inmateri demi keberlangsungan
peluang kesempatan usaha semata, tetapi juga turut serta dalam proses
pembangunan pedesaan. (Wawancara dengan bapak Daslan,15 Oktober 2012 )
Dengan adanya industri batu bata di Pekon Sukoharjo II ini juga berpengaruh pada sistem kebudayaan masyarakat. Hal ini dapat ditinjau dengan hasil-hasil
karya dari pembuatan batu bata tersebut yang pembuatannya semakin hari semakain banyak orang menggeluti bidang ini. Karena secara tidak langsung,
memberikan pembelajaran baru bagi orang yang tidak memiliki lahan pertanian dan keahlian agar dapat menggantungkan hidupnya dengan berprofesi sebagai pembuat batu bata.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian
untuk mengetahui lebih jauh mengenai “Dampak industri batu bata terhadap
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Pekon Sukoharjo II
B. Analisis Masalah
B.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Kehidupan masyarakat Pekon Sukoharjo II
2. Faktor penyebab mayarakat Pekon Sukoharjo II bermata pencaharian sebagai pengusaha batu bata
B.2 Pembatasan Masalah
Masalah merupakan sesuatu yang mengganjal, apabila kita pecahkan maka akan memberikan manfaat yang lebih baik Agar permasalahan dalam
penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai dampak industri batu bata
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Pekon Sukoharjo II
B.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan, “Bagaimanakah dampak dari industri batu bata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat Pekon Sukoharjo II ?”
C. Tujuan, Kegunaan dan ruang lingkup penelitian C.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalahan di atas, maka tujuan yang akan dicapai
oleh penulis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Dampak dari industri batu bata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Pekon Sukoharjo II.
C.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya mengenai
kehidupan masyarakat pembuat batu bata di Pekon Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
2. Dapat dijadikan sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar mengetahui kehidupan masyarakat pembuat
batu bata di Pekon Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
3. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembangunan, khususnya
bagi perbaikan kehidupan masyarakat pembuat batu bata di Pekon Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
C.3 Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian untuk menghindari kesalah pahaman, maka dalam hal ini peneliti memberikan
kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup : a. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Dampak dari industri batu bata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Pekon Sukoharjo II.
b. Wilayah / Tempat Penelitian
Wilayah/tempat penelitian ini adalah Di Pekon Sukoharjo II
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. c. Waktu Penelitian
d. Bidang Ilmu
REFERENSI
Abdulsyani. 1987. Sosiologi Sketmatika Teori Dan Terapan.PT. Bumi Aksara.: Jakarta.Halaman 78
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pringsewu.2012.Informasi Tentang Industri Kecil dan Menengah
Koentjaraningrat, 1987. Metodelogi Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta.Halaman 160
Kuntowijoyo.1983.Industrialisasi dan Dampak Sosialnya.LP3ES:Yogyakarta. Halaman 23
Sajogyo.1992.Sosiologi Pedesaan.Gajah Mada University Press:Yogyakarta. Halaman 48
Tulus Tambunan.2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.CV.Rajawal: Jakarta.Halaman 56
Taryati dan Nurhajirin D, Ratna. 1998. Budaya Masyarakat Di Kawasan Industri.
CV.Bupara Nugraha: Jakarta.Halaman 31
Muhamad Ibrahim.1976.Pertumbuhan Industri di Indonesia.Bina Aksara: Jakarta.Halaman 28
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Deskripsi
Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh
orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dalam kamus besar bahasa indonesia (2008: 320) deskripsi adalah Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sedangkan
menurut pendapat lain deskripsi adalah gambaran, uraian, lukisan, karangan yang melukiskan sesuatu ( Risa Agustin, 2007:77).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah suatau gambaran, uraian, lukisan, karangan yang melukiskan sesuatu kebudayaan kehidupan manusia,
artinya gambaran yang melukiskan kehidupan masyarakat yang saling berhubungan diantara satu sama lain dan melahirkan suatu kebudayaan
didalam kehidupan bermasyarakat yang terkait dalam penelitian kajian ilmiah.
2. Konsep Industri
penting. Kegiatan ini berupaya memproses bahan mentah menjadi bahan
baku dan barang jadi, melalui kegiatan industri dapat dihasilkan berbagai barang yang menjadi kebutuhan manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:431) industri diartikan
“kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan
sarana dan peralatan.” Kata industri berasal dari bahasa latin “Industria”
yang mengandung arti sebagai buruh atau penggunaan tenaga kerja secara
terus menerus. Menurut Sumaatmadja (1988:179) adalah industri mengandung dua pengertian yaitu dalam arti yang luas dan arti yang
sempit. “Dalam arti yang luas industri adalah segala kegiatan manusia
memanfaatkan sumber daya alam, sedangkan dalam arti yang sempit industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi atau setengah jadi (manufacturing industri).
Industri batu bata di wilayah Sukoharjo II merupakan industri yang
mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi. banyaknya industri batu bata merah yang ada di wilayah Pekon Sukoharjo II dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok industri kecil yaitu industri kecil–besar atau K-1, industri kecil–menengah K-2, dan industri kecil– kecil K-3. Klasifikasi tersebut berdasarkan kriteria jumlah pekerja yang
ada pada industri batu bata di Pekon Sukoharjo II. Menurut BPS jumlah pekerja pada industri Kecil antara 5 – 19 pekerja. Mengacu
industri kecil-kecil dengan jumlah pekerja antara 1–5, industri
kecil-menengah dengan jumlah pekerja antara 5–10 dan industri kecil-besar dengan jumlah pekerja antara 10–19 orang.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa industri batu bata di
Pekon Sukoharjo II adalah kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam mengenai pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi, dan dapat menghasilkan berbagai
kebutuhan hidup manusia.
3. Konsep Aktifitas Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Abdul Syani 1987), menyatakan
bahwa pada hakekatnya manusia atau kelompok masyarakat dalam kesehariannya selalu melakukan berbagai aktifitas baik dalam hal
pekerjaan ataupun dalam pemenuhan suatu kebutuhan hidup. Kehidupan manusia akan terus berjalan apabila manusia itu sendiri terus beraktifitas melakukan kebiasaan-kebiasaan sehari-harinya. Menanggapi dari pendapat
tersebut bahwa konsep aktifitas masyarakat erat kaitannya dengan kebiasaan seseorang atau kelompok sosial yang melakukan pekerjaan
sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep aktifitas masyarakat adalah melakukan kegiatan, kebiasaan sehari-hari yang dilakukan secara terus menerus.
Seperti halnya masyarakat yang ada di Pekon Sukoharjo II, dalam kesehariannya masyarakat tersebut beraktfitas bekerja membuat batu bata
sumber mata pencaharian hidup khususnya bagi masyarakat Pekon
Sukoharjo II.
4. Konsep Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Batu Bata
Menurut Soerjono Soekanto (1994:92) menguraikan status sosial sebagai
tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok
berhubungan dengan kelompok lain yang lebih besar lagi.
Kondisi sosial ekonomi seseorang berkaitan dengan status dan kebiasaan kehidupan sehari-hari atau merupakan kegiatan-kegiatan yang telah
membudaya bagi pelaku sebagai culture activity. Antara status dan kebiasaan kehidupan sehari-hari sebagai suatu kegiatan yang membudaya
dalam diri manusia akan saling berkaitan satu sama lain dengan kehidupan lingkungan-lingkungan lainnya di dalam kehidupan yang serupa. Untuk lebih memahami konsep kondisi sosial ekonomi, terlebih dahulu kita
melihat konsep status itu sendiri. Sedangkan menurut Kaare Svalatoga (1989:37), mengatakan bahwa satus sosial ekonomi itu merupakan
kedudukan suatu keluarga dalam struktur masyarakat dilihat dari jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tipe rumah.
Telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam kajian sosial ekonomi, terdapat
suatu kaitan anatara status dan kebiasaaan yang dialami oleh individu dalam bermasyarakat. Memahami konsep masyarakat sebagai komunitas
yang berhubungan langsung dengan kehidupan sosial ekonomi mempunyai korelasi langsung dalam penelitian ini dikarenakan masyarakat sebagai
community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu
wadah/tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai
masyarakat setempat. Disamping itudilengkapi pula oleh adanya perasaan social, nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya
pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua community
dipandang sebagai unsur tang dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antara manusia,
maka di dalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. (Abdul Syani,1987;30).
Dengan demikian masyarakat sebagai kumpulan dari sekompok individu akan terus melakukan suatu hubungan korelasi antara individu lainnya. Hubungan tersebut bisa terjalin dengan baik salah satunya dengan
memiliki pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Contohnya bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata yang sedang digeluti oleh masyarakat desa Sukoharjo dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Batu bata adalah sebuah bahan baku yang terbuat dari tanah liat (lempung), batu bata merupakan bahan baku material utama yang di
pergunakan untuk membuat bangunan. batu bata adalah batuan yang terbuat dari tanah liat hitam atau tanah liat merah yang proses pembuatannya melalui beberapa tahapan yaitu dengan cara penggalian
(wawancara dengan Bapak Sinto, 13 Oktober 2012). Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat pengusah batu bata merupakan suatu tempat atau posisi sosial
ekonomi seseorang atau keluarga dalam suatu struktur sosial masyarakat dan merupaka potret kehidupan yang didalam kesehariannya melakukan
kebiasaan dengan membuat batu bata sebagai sumber mata pencaharian guna meningkatkan taraf hidup yang lebih layak bagi individu, keluarga dan masyarakat.
5. Konsep Pekon
Pekon adalah pembagian wilayah administratif pada beberapa kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia, seperti Pringsewu, Tanggamus dan
Lampung Barat. Pekon ekuivalen dengan sebutan desa, yakni pembagian administratif di bawah kecamatan. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pekon Lampung ).
Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang merupakan pengganti undang-undang nomor 22 tahun 1999,
Pekon atau yang disebut nama lain yang selanjutnya disebut Pekon adalah suatu bentuk kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridis, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pekon suatu bentuk kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah administratif, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintahan di bawah naungan kecamatan.
D.1 Kerangka Pikir
Pada umumnya masyarakat yang tinggal di desa mata pencaharian pokoknya adalah pada sektor pertanian, namun hal ini bebeda dengan masyarakat yang ada di Pekon Sukoharjo II. Setelah berkembangnya
industri batu bata yang ada di Pekon Sukoharjo II telah merubah struktur perekonomian masyarakat setempat, dari masyarakat pertanian kini
berubah menjadi masyarakat industri. Hampir seluruh masyarakat Pekon Sukoharjo II dalam kehidupan sehari-hari beprofesi dan beraktifitas sebagai pengrajin batu bata. Industri batu bata ini awalnya hanya
pekerjaan tambahan saja, namun pada akhirnya berubah menjadi pekerjaan utama bahkan menjadi sumber mata pencaharian hidup masyarakat Pekon
Sukoharjo II.
Disamping pembuatannya yang terbilang mudah pasokan bahan baku di wilayah Sukoharjo II cukup memadai karena sebagian besar wilayahnya
berupa tanah tegalan. Maraknya pesanan konsumen membuat produksi batu bata menjadi meningkat selain itu dalam hal pemasaran batu bata
Keberadaan industri batu bata di Pekon Sukoharjo II ini telah merubah dan
memberikan pengaruh positif bagi peningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya menjadi sejahtera, hal itu terbukti dengan
meningkatnya status sosial atau stratifikasi sosial mereka, terjalinnya hubungan sosial serta kerjasama antar warga, berubahnya sistem mata
Industri Batu Bata Pekon
Sukoharjo II
Aktifitas Masyarakat
Bidang Sosial 1. Stratifikasi sosial 2. Interaksi sosial
Bidang Ekonomi 1. Mata Pencaharian 2. Tingkat Pendapatan
Sosial dan ekonomi
D.2 PARADIGMA
Keterangan:
: Garis Deskripsi
REFERENSI
Abdulsyani. 1987. Sosiologi Sketmatika Teori dan Terapan.PT. Bumi Aksara.: Jakarta.Halaman 30
Risa Agustin.2007.Metode dan Pendekatan dalam ilmu.Gramedia:Jakarta. Halaman 86
Phil Astrid Susanto. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.Halaman 132
Robert H.Lauer.1993.Perspektif Tentang Perubahan Sosial.Ghalia Indonesia:Jakarta. Halaman 4
Ibid.Halaman 117
Soerjono Soekanto. 1994.Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Halaman 92
Kaare Svalastoga.1989.Kondisi Masyarakat Miskin Di Perkotaan.Ghalia Indonesia:Jakarta.Halaman 165
W.J.S.Poerwadaminta. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:PN Balai Pustaka.Halaman 431
Ibid.Halaman 179
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Yang Digunakan
Metode pada dasrnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan
masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian sangat dibuthkan untuk mengukur keberhasilan suatu penelitian. Metode adalah cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkai hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakmad,1982:121).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
karena penulis ingin menggambarkan keadaan yang sebenarnya mengenai kehidupan masyarakat pembuat batu bata di Desa Sukoharjo II Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Bahwa penduduk yang mendiami wilayah desa Sukoharjo ini memiliki sebuah kebiasaan dalam kesehariannya dengan
Menurut Husin Sayuti yang mengatakan :
Metode deskriptif adalah memberikan gambaran yang secermat mungkinmengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, adakalanya tidak. Seringkali juga arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mempertegas hipotesis-hipotesis, sehingga akhirnya dapat membantu dalam pembentukan teori baru atau memperkuat teori lama. (Husin Sayuti, 1989 : 41)
Adapun langkah-langkah metode deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai, fakta-fakta dan sifat apa yang perlu dikemukakan.
2. Merencanakan cara pendekatannya, bagaimana cara pengumpulan
data, penentuan sampel, alat dan teknik observasi yang perlu dibuat.
3. Pengumpulan data 4. Menyusun laporan
Sedangkan menurut Husaini Usman (2008: 41), metode ialah prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa metode
deskriptif adalah suatu cara yang dipergunakan dalam penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan secara sistematis sehingga dapat diadakan pengumpulan, pengklasifikasian dan menganalisa fakta-fakta yang ada serta
membuat kesimpulan dengan tujuan membuat gambaran secara obyektif.
B. Lokasi Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian sosial, penentuan lokasi amat penting,
Penelitian ini yang membahas mengenai deskripsi kehidupan masyarakat
pengrajin batu bata di desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Lokasi ini dipilih karena di desa Sukoharjo II masyarakatnya
banyak yang bermata pencaharian sebagai pengrajin batu bata, yang dipilih berdasarkan teknik purposive Sampling.
Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari pertimbangan bahwa masyarakat Pekon Sukoharjo II banyak yang berprofesi sebagai pengrajin batu bata, selain itu lokasi penelitian merupakan tempat kelahiran penulis
dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan para informan
yang rata – rata menggunakan bahasa Jawa.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Husin Sayuti (1989: 72) populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi
berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Menurut data primer tahun 2012 wilayah Pekon Sukoharjo II terbagi menjadi 4 dusun dan 12 RT, selain itu jumlah penduduk yang menempati
kecamatan Sukoharjo kabupaten pringsewu.
Sumber : Data Primer, Tahun 2012
2. Sampel
Dalam setiap penelitian pada umumnya menggunakan sampel. Sebagaimana dikatakan Arikunto (1989:91) sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti.. Didalam penelitian sampel diperoleh dari penggunaan teknik
tertentu. Dari beberapa teknik sampling yang ada berkenaan dengan penelitian maka penulis akan menggunakan teknik random sampling, yang
semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampling. Suharsimi Arikunto menjelaskan:
Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknyaa kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana, b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena
hal ini menyangkut banyak sedikitnya, dan
c. Besar kecinya resiko yang ditanggung oleh para peneliti .(Suharsimi Arikunto,1998:134).
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dalam penelitian ini peneliti
mengambil 10 % dari jumlah populasi. Jadi sampel yang di ambil adalah 10% X 400 = 40 jumlah tersebut dibulatkan menjadi 40 kepala keluarga.
Dusun I : 78 X 10% = 7,8 = 8 Kepala Keluarga
Dusun II : 115 X 10% = 11,5 = 12 Kepala Keluarga Dusun III : 96 X 10% = 9,6 = 10 Kepala Keluarga
Dusun IV : 111 X 10% = 11,1= 10 Kepala Keluarga
Jumlah 40 Kepala Keluarga
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 2. Jumlah Sampel
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Tahun 2012
D. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan atau syarat-syarat tertentu, yang sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto menjelaskan tentang purposive sampling sebagai berikut:
Purposive sampling (sampling bertujuan) dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel harus berdasarkan cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi.
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Kepala Keluarga, penulis hanya mengambil 40 Kepala Keluarga untuk
dijadikan sampel.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodelogi
Peneitian (1983;79) menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan menhjadi objek yang akan diteliti atau di ambil datanya dan menjadi penelaian, Variabel penelitian adalah aspek dari fakta sosial yang
mempunyai beberapa ragam nilai. Variabel ini terdiri dari objek penelitian yamg menunjukkan variasi.
Variabel tunggal adalah himpunan dari sejumlah gejala yang memilih
berbagai aspek atau koloni di dalamnya, yang berfungsi mendominasi dalam kondisi atau masalah tanpa dihubungkan dengan yang lainnya. (Hadari Nawawi,1993: 58).
Berdasarkan pengertian, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah variabel tunggal yaitu untuk mengtahui mengenai pengaruh industri batu bata terhadap kehidupan masyarakat Sukoharjo II Kecamatan
Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.
F. Definisi Operasional Variabel
Menurut Moh. Ali (1985; 65) Definisi operasional variabel adalah definisi
lingkup yang dimaksud dan memudahkan pengukurannya, agar setiap
variable dalam penelitian dapat diukur dan diamati.
Menurut Masri Singarimbun (1989; 46) operasional vaiabel adalah unsur
penelitian yang memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Sedangkan menurut Muhammad Nazir (1998;152)
opersional variabel adalah suatu definisi variabel yang di berikan kepada suatu variabel atau kontra ks dengan cara memberikan arti menspesifikasikan kegiatan untuk mengukur variabel tertentu.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa bahwa difinisi operasional variable merupakan suatu petunjuk yang memberitahukan cara
bagaimana melakukan pengukuran suatu variabel dengan cara memberikan arti atau medefinasikan suatu kegiatan agar mudah untuk diteliti oleh peneliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Menurut Hadari Nawawi, kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden
(Hadari Nawawi, 1993:117). Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk (a) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey, dan (b)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka kuesioner adalah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka. Kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka adalah kuesioner yang jawabannya sudah ditentukan
tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:178).
Dalam penelitian ini, peneliti membimbing responden dalam pengisian
kuesioner. Setelah itu data yang terkumpul akan diolah sebagai data penelitian. Tujuan digunakan kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh informasi mengenai perubahan- perubahan dan perbedaan yang dipengaruhi oleh adanya industri batu bata di Pekon Sukoharjo II. Diantaranya yaitu ada status sosial lapisan masyarakat, tingkat pendidikan
anak, interaksi sosial, tingkat pendapatan, dan pemenuhan kebutuhan Pada kuesioner dalam penelitian ini, responden berhak menjawab setiap alternatif pilihan jawaban yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Teknik Observasi Partisipan
Teknik observasi partisipan sebagai metode bantu dalam mengumpulkan data, dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang
sedang diteliti sehingga mendapatkan data yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat pembuat batu bata di Desa Sukoharjo II Kecamatan
Observasi partispan merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh peneliti
dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif dan dalam rangka mengumpulkan data. (Maryaeni, 2005:68). Dengan proses observasi
partisipan penuh ini maka peneliti dapat dengan mudah meneliti, mencatat serta mewawancarai informan dengan segala interaksi dan komunikasi
langsung dengan masyarakat Desa Sukoharjo II.
3.Teknik Wawancara
Menurut Mohammad Nazir (1985:234) wawancara salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas
tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, denga cara bercakap-cakap behadapan dengan orang
tersebut
Wawancara terarah yakni pertanyaan yang diajukan sudah tersusun sebelumnya dalam bentuk suatu daftar tertulis. Jawaban yang diharapkan
sudah dibatasi dan diusahakan agar informan tidak melebar kemna – mana. Pertanyaan yang diberikan kepada informan antara lain, mengenai keterangan
pribadi tentang kehidupan mereka sehari – hari dalam membuat batu bata. Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data penelitian yang berupa jawaban pertanyaan secara lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu
4. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan
perkiraan. (Suharsimi Arikunto,1989: 48).
Menurut Hadari Nawawi, mengatakan bahwa
Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip- arsip dan termasuk juga buku–buku tentang teori, dalil hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. (Nawawi, 1994: 58)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diuraikan bahwa teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui dengan menggunakan
sumber tertulis berupa peninggalan arsip, buku-buku, fot- foto dan lain-lain yang relevan dengan penelitian.
Dalam hal ini peneliti tidak terbatas pada literatur – literatur ilmiah, tetapi
juga merujuk pada sumber lain seperti majalah, koran, brosur, bulletin dan lain - lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh
peneliti.
H. Teknik Analisis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data kualitatif, yang berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan karangan para ahli, sehingga memerlukan
Langkah – langkah dalam menganalisis data dalam suatu penelitian menurut
Moleong (1998:128) dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data dari lapangan kemudian ditulis dalam bentuk laporan selanjutnya
direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang penting, selanjutnya dicari tema dan polanya atau disusun secara sistematis. Data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperlukan.
2. Display (penyajian data)
Display atau penyajian data digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan harus membuat
deskripsi secara naratif disertai dengan table dan gambar atau foto tentang kondisi objek penelitian baik berupa kondisi desa Sukoharjo II maupun kehidupan masyarakanya.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari arti pola, konfigurasi yang mungkin penjelasan alur sebab akibat dan sebagainya.
Kesimpulan harus diuji selama penelitian berlangsung dalam suatu hal ini dilakukan dengan cara penambahan data baru yang berkaitan dengan objek penelitian tentang pengaruh industri batu bata terhadap kehidupan
masyarakat Pekon Sukoharjo II. Data yang ditambahkan data yang relevan dari berbagai sumber buku – buku yang berkaitan dengan masalah yang
maupun lisan dilakukan pengecekan kembali, kemudian dianalisis serta
ditafsirkan untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang lengkap dan jelas. Langkah – langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil
kesimpulan adalah:
1. Mencari data yang relevan dengan penelitian
2. Menyusun data dan menyeleksi data – data yang diperoleh di lapangan
3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya
REFERENSI
Mohammad Ali.1985.Metode penelitian.Ghalia Indonesia:Jakarta. Halaman 65
Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Halaman 48
Basrowi dan Akhmad Kasinu. 2007. Manajemen Penelitian Sosial. Jenggala Pustaka Utama. Kediri.Halaman 275
Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.Halaman 45
Mohammad Hasyim. 1982. Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya.Halaman 22
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 68
Lexi Moloeng.1998. Metodelogi penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.Halaman 128
Hadari Nawawi. 1993. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Halaman 144
Ibid. Halaman 117
Muhammad Nazir.1998.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia.Halaman 152
Husin Sayuti.1989.Pengantar Metodologi Riset.Fajar Agung:Jakarta. Halaman 41
Ibid.Halaman 72
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi.1989. Metodelogi Penelitian Survei.
LP3ES: Jakarta.Halaman 156
Ibid. Halaman 46
Winarno Surakhmad.1982.Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Jakarta.Halaman 121
Ibid.Halaman 58
Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz. Yogyakarta.Halaman 94
Muhammad Nazir.1985.Log cit.Halaman 234
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasrkan analisis yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan pemaparan diatas memberikan
gambaran bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat di lingkungan industri batu bata Pekon Sukoharjo II mengalami perubahan. Keberadaan industri bata merah telah memberikan pengaruh positif bagi perubahan
kehidupan masyarakat sekitar baik dalam hal aspek ekonomi maupun sosial hal ini terbukti pada :
1. Pada stratifikasi atau status sosial masyarakat Pekon Sukoharjo II terjadi perubahan setelah berprofesi sebagai pembuat batu bata yang dapat dilihat dari perubahan kepemilikan rumah penduduk, kondisi bangunan rumah,
jenis lantai rumah, kepemilikan kendaraan, kepemilikan hewan ternak, pembelian jumlah pakaian, pola makan perhari dan menu makanan yang
dikonsumsi serta tingkat pendidikan pada anak .
2. Pada pola interksi sosial masyarakat dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan sosial antar pengusaha batu bata sangat
3. Pada mata pencaharian penduduk juga mengalami perubahan setelah
munculnya industri batu bata banyak penduduk yang beralih profesi sebagai pembuat batu bata dan disamping itu juga panduduk Pekon
Sukoharjo II mendirikan usaha bersama yaitu koperasi dan arisan semen.
4. Pada tingkat pendapatan terjadi perubahan tingkat pendapatan yang cukup signifikan setelah berprofesi sebagai pembuat batu bata . dari pendapatan
yang sekarang jauh lebih baik dari pendapatan sebelumnya dan bisa dikatakan kehidupan sosial ekonominya telah sejahtera.
2. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan maka ada beberapa
saran yang akan peulis sampaikan diantaranya sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi para pemilik batu bata yang ada di wilayah Sukoharjo II
ini untuk lebih memperhatikan keadaan wilayahnya dengan tidak mengeksploitasi lahan secara berlebihan karena bisa menyebabkan kerusakan lingkungan.
2. Diharapkan kepada pemerintah agar bisa memberikan perhatian lebih dengan cara memberikan bantuan modal kepada pengsaha kecil yang mengalami keterbatasan modal agar bisa mengembangkan usahanya.
3. Diharapkan kepada para pemilik batu bata agar sekiranya bisa lebih kreatif
supaya para konsumen lebih tertarik lagi dan juga tetap menjaga kuliatas
dan kuantitas batu bata itu sendiri.
4. Diharapkan agar para pemilik batu bata memilik pekerjaan sampingan di luar batu bata supaya tidak sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1987. Sosiologi Sketmatika Teori dan Terapan.PT. Bumi Aksara.: Jakarta. 248 Halaman
Agustin, Risa.2007. Metode dan Pendekatan dalamilmu.Gramedia:Jakarta. 260 Halaman
Ali,Mohammad.1985.Metode penelitian.Ghalia Indonesia:Jakarta.280 Halaman
Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 354 Halaman
Astrid S. Susanto, Phil. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.
Rineka Cipta: Jakarta. 374 Halaman.
Basrowi dan Akhmad Kasinu. 2007. Manajemen Penelitian Sosial. Jenggala Pustaka Utama. Kediri.329 Halaman
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pringsewu.2012.Informasi Tentang Industri Kecil dan Menengah. 67 Halaman
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama: Yogyakarta. 234 Halaman
Hasyim, Mohammad. 1982. Penuntun Dasar Kearah Penelitian Masyarakat. Bina Ilmu. Surabaya. 89 Halaman
H.Lauer,Robert.1993.Perspektif Tentang Perubahan Sosial.Ghalia Indonesia:Jakarta. 512 Halaman
Ibrahim,Muhamad.1976.Pertumbuhan Industri di Indonesia.Bina Aksara:Jakarta.287 Halaman
Koentjaraningrat, 1987. Metodelogi Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta. 253 Halaman
Kuntowijoyo.1983.Industrialisasi dan Dampak Sosialnya.LP3ES: Yogyakarta. 225 Halaman
Nawawi, Hadari. 1993. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 298 Halaman
Nazir, Muhammad.1998.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia. 238 Halaman
Sajogyo.1992.Sosiologi Pedesaan.Gajah Mada University Press:Yogyakarta. 126 Halaman
Sayuti,Husin.1989.Pengantar Metodologi Riset.Fajar Agung:Jakarta. 213 Halaman
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi.1989. Metodelogi Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta. 273 Halaman
Surakhmad, Winarno.1982.Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Jakarta.147 Halaman
Suryabrata, Sumadi.1983.Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 231 Halaman
Soekanto, Soerjono. 1994.Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 404 Halaman
Svalastoga,Kaare.1989.kondisi masyarakat miskin diperkotaan.Ghalia Indonesia Jakarta. 289 Halaman
Tambunan, Tulus.2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.
CV.Rajawal:Jakarta.326 Halaman
Taryati dan Nurhajirin D, Ratna. 1998. Budaya Masyarakat Di Kawasan Industri. CV.Bupara Nugraha: Jakarta.258 Halaman
Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi Kearah Penelitian Deskriptif. Avyrouz. Yogyakarta. 213 Halaman
W.J.S.Poerwadaminta. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:PN Balai Pustaka.567 Halaman
Wawancara dengan bapak Carmunto (14 Oktober 2012, pukul 01.00 WIB )
Wawancara dengan bapak Daslan (15 Oktober 2012, pukul 10.00 WIB