commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII
SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII
SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN
Disusun oleh:
TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Siswandari, M. Stats NIP. 19590201 198503 2 002
Pembimbing II Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd NIP. 19540203 198103 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Program Pascasarjana
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM RANGKA
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI KELAS VIII
SEMESTER I SMP NEGERI 4 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN
Disusun oleh:
TRI INDAH WIDYASTUTI S990809009
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Trisno Martono NIP. 10510331 197603 1 003
__________ __________
Sekretaris Prof. Dr. H. Sigit Santoso, M. Pd. NIP. 19500930 197603 1 004
__________ __________
Anggota Penguji Prof. Dr. Siswandari, M. Stats NIP. 19590201 198503 2 002
Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd NIP. 19540203 198103 1 002
__________ NIP. 10510331 197603 1 003
__________ __________
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570802 198503 1 004
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Tri Indah Widyastuti NIM : S990809009
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Siswa Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP Negeri 4 Purwodadi
Kabupaten Grobogan adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan
karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 17 Januari 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v MOTTO
v “ Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula ) pada dirimu
sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab ( Lauh Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. ”
( QS.Al – Hadid ayat22 )
v “Dan, barangsiapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan
mencukupkan (keperluan) Nya.”
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Ayahanda (H. Rusdan Abdul
Ghofur) dan Ibunda (Hj. Musyarofah
Almarhumah) Tercinta
2. Suami Tercinta (Hairur Rofik, SE,
S.PdI)
3. Anak – anakku Tersayang (Zainal
Arifin, Mochammad Aziz Ghoffar,
Shafira Ni’matus Sholihah, Hikmatul
Malikah, Moch Refi Nurzuama)
4. Kakakku (M Nur Aziza Basori) dan
Adikku (Rofiq Fahrurrozi, Ratna
Rahmawati) Tersayang
5. Sahabatku (Ahmad, Agus, Wiyono,
Ukik, Cahya, Muhsidi, Wina, Dini,
Endang, Ifa, Efi, Muklis, Dewi) yang
selalu tulus ikhlas memotivasi dan
mengabdi kepada bangsa dan negara
dan agama
commit to user
vii ABSTRAK
Tri Indah Widyastuti. S990809009. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Siswa Untuk Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP Negeri 4 Purwodadi Kabupaten Grobogan, Januari 2011, Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Siswandari, M Stats, Pembimbing II : Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd. Tesis : Program Studi Pendidikan Ekonomi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) situasi pembelajaran yang interaktif khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, (2) pemahaman siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dan (3) peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Dilaksanakan dengan 3 siklus di SMP Negeri 4 Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan subyek penelitian siswa kelas VIII E Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 43 siswa dalam satu kelas yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terbukti signifikan 93,02%, (1) meningkatkan prestasi belajar siswa dari skor 60% (siklus I) meningkat menjadi 86,05% (siklus II) serta meningkat lagi menjadi 93,02% (siklus III) dari jumlah 43 siswa (2) peningkatan aktifitas siswa serta (3) pemunculan ketrampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran.
commit to user
viii
ABSTRACT
Tri Indah Widyastuti. S990809009. Application of Cooperative Education Model type STAD based on Contextual Teaching and Learning to Enhance Students’ Skill for Social-Economy Subject in Semester I 8th Grade State Junior School 4 Purwodadi Grobogan, January 2011, Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M Stats, Supervisor II: Dr. Djoko Santosa TH, M.Pd. Thesis: Economy Magister Education Department Sebelas Maret University of Surakarta.
The objectives of this research to know: (1) The interactive educational situation especially for Social-Economy subject, (2) Students’ understanding in Social-Economy subject and (3) Students’ achievement in Social-Economy subject.
This research used classical action research method. It’s done by three cycles in State Junior School 4 Purwodadi Grobogan with 43 students of VIII E class in Academic Year 2010/2011 divided into 25 male students and 18 female students.
The research’s conclusion was that the application of cooperative Education Model type STAD Based on CTL was significantly proved as to 93,02 % (1) enhance students’ achievement from 60% (cycle 1) to 86,05% (cycle II) then upgraded to 93,02% (cycle III) from 43 students (2) improve students activity and (3) emerge of students’ cooperative skills in subject learning.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu ya Allah atas rahmat,
nikmat dan ridho-Mu, tesis ini dapat terselesaikan Tesis ini disusun sebagai salah
satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan
Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan,
bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai.
Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr.Trisno Martono, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.
2. Prof.Dr.Siswandari, M. Stats, selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
petunjuk serta arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
3. Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd, selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
4. Dosen penguji yang dengan tulus memberikan saran dan perbaikan demi
commit to user
x
5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
6. Karyawan Kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan
tesis.
7. Kepala SMP Negeri 4 Purwodadi beserta Stafnya yang telah berkenan
memberi ijin untuk mengadakan penelitian .
8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Ekonomi dan segenap pihak yang
telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga terselesainya tesis ini.
Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang diberikan mendapatkan limpahan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih
ada kekurangan, namun besar harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis
harapkan, sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.
Surakarta, 2011
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN ABSTRAK... vii
HALAMAN ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
commit to user
xii
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 8
2. Student Teams Achievement Division (STAD) ... 8
3. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD ... 11
4. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 12
5. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 17
6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL ... 17
7. Prestasi Belajar ... 19
8. Motivasi Belajar ... 30
9. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi ... 33
B. Penelitian Yang Relevan ... 34
C. Kerangka Berpikir………. 34
D. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat Penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Subyek Penelitian ... 38
C. Sumber Data ... 38
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 38
E. Analisis Data ... 40
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Kondisi SMP Negeri 4 Purwodadi ... 50
B. Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di SMP Negeri 4 Purwodadi ... 51
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Implikasi ... 86
C. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian ... 37
Tabel 2. Kriteria motivasi ... 41
Tabel 3. Kriteria hasil belajar ... 42
Tabel 4. Siklus Pembelajaran ... 44
Tabel 5. Rencana Pembelajaran 1 ... 52
Tabel 6. Rencana Pembelajaran 2 ... 56
Tabel 7. Hasil angket pre test motivasi belajar siswa ... 109
Tabel 8. Hasil belajar pra tindakan pre test ... 110
Tabel 9. Prosentase hasil belajar pra tindakan pre test ... 111
Tabel 10. Hasil perbandingan pre test dan post test tindakan 1 (Siklus I) ... 112
Tabel 11. Hasil prosentase perbandingan pre test dan pos test tindakan 1 (Siklus I) ... 113
Tabel 12. Hasil penilaian tindakan II (Siklus II) ... 114
Tabel 13. Prosentase keberhasilan siswa tindakan II (Siklus II) ... 115
Tabel 14. Hasil pelaksanaan tindakan III (Siklus III) ... 116
Tabel 15. Hasil angket post test motivasi belajar siswa ... 117
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 36
Gambar 2. Tampak depan samping kiri SMP Negeri 4 Purwodadi ... 101
Gambar 3. Tampak depan samping kanan SMP Negeri 4 Purwodadi ... 101
Gambar 4. Ruang kelas SMP Negeri 4 Purwodadi ... 102
Gambar 5. Mushola SMP Negeri 4 Purwodadi ... 102
Gambar 6. Guru dan anak – anak sedang diskusi kelompok ... 103
Gambar 7. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 103
Gambar 8. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 104
Gambar 9. Anak-anak sedang mengerjakan tugas kelompok ... 104
Gambar 10. Pasar ... 105
Gambar 11. Transaksi jual beli (pasar) ... 105
Gambar 12. Memesan barang (kaos) di toko (boutique) lewat internet ... 106
Gambar 13. Swalayan ... 106
Gambar 14. Kegiatan di kantin sekolah ... 107
Gambar 15. Kegiatan di Kantin sekolah ... 107
Gambar 16. Kegiatan di koperasi sekolah ... 108
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rencana dan prosedur Penelitian ... 92
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98
3. Daftar Gambar ... 101
4. Daftar Tabel ... 109
5. Instrumen Untuk Mengukur Motivasi Belajar Siswa ... 120
6. Hasil Wawancara ... 124
7. Soal Pre test ... 126
8. Soal Post test ... 133
9. Guide Interview... 140
10. Kartu Konsultasi Tesis ... 141
11. Permohonan Ijin Penelitian ... 146
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki
kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh sebab itu,
pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani
menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang
meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.
Sejalan dengan uraian di atas, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Iklim
belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar
di kalangan masyarakat, terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang
kreatif, inovatif dan keinginan untuk maju.
Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya
tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Seorang guru bukan hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan
commit to user
Salah satunya dengan memperhatikan model pembelajaran yang digunakan.
Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan
kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi
untuk belajar. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang biasanya
menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun
kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat
berguna dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh siswa
adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran yang secara sengaja
didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan
merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan (Erman Suherman, 2003:259).
Bahkan Muslimin Ibrahim dkk (2000:12) mengatakan bahwa “model
pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerja
sama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman”.
Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan
mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema
siswa akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang konsep yang
mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran kooperatif terjadi
interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau kurang pandai akan dibantu
siswa yang lebih pandai, sehingga akan memperkaya pengetahuan siswa yang
commit to user
Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan
kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam masyarakat, dimana
terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup bersosialisasi dalam suatu
lingkungan. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerja sama dan kolaborasi untuk meningkatkan keterampilan sosial
siswa (Muslimin Ibrahim dkk, 2000:9).
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student
Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi
guru baru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas
(Pradyo Wijayanti, 2002:2). Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas.
Hal lain yang juga menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran adalah
kurikulum pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Pergantian kurikulumpun telah dilakukan berulangkali.
Kurikulum yang sekarang diterapkan adalah Kurikulum Standar Isi atau dikenal
dengan kurikulum 2006.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2006 adalah
pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Model
commit to user
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Agus
Suprijono, 2010:79).
Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan
membantu siswa memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam
lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Pembelajaran kontekstual dapat
dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar
hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian
rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang
dimilikinya (Agus Suprijono, 2010:80).
Dilihat dari komponen-komponen dalam CTL, tahap-tahap dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengarah dan mendukung
terlaksananya ketujuh komponen CTL tersebut. STAD mengarahkan siswa belajar
dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari belajar
sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya. Siswa dapat memperoleh
pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan berbagai sumber informasi yang lain.
STAD ini juga sebagai salah satu cara membentuk masyarakat belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul sebagai berikut:
commit to user
2. Adanya kesulitan siswa dalam memahami, menganalisis dan mempraktekan
Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.
3. Masih rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Ekonomi baru mencapai 50 % dari seluruh siswa yang
mencapai batas tuntas minimal (KKM).
Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dipilih, karena dalam kehidupan siswa
sehari-hari sering dijumpai kejadian yang berhubungan dengan mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi, misalnya transaksi penjualan, syarat terjadinya
pasar, macam-macam pasar dan peranan pasar sehingga siswa dapat dengan
mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan pasar untuk mencari penyelesaian
dari masalah-masalah tersebut, selain itu dikarenakan prestasi siswa untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi lebih rendah yaitu nilai terendah 45
sedangkan nilai tertinggi 87 dibandingkan dengan prestasi siswa untuk mata
pelajaran yang lain seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam nilai terendah
50 dan nilai tertinggi 90. Pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ekonomi di SMP N 4 Purwodadi selama ini kurang memunculkan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, oleh sebab itu
peneliti memandang perlu melakukan penelitian tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis contextual teaching and learning
(CTL) dalam rangka meningkatkan prestasi siswa untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial pelajaran ekonomi kelas VII semester I SMP Negeri 4
commit to user B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL
dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Ekonomi Kelas VIII Semester I SMP N 4 Purwodadi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.
D.Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis CTL.
b. Dapat dijadikan bahan penelitian dan kajian lebih lanjut tentang efektifitas
model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.
2. Secara Praktis a. Bagi Guru
Untuk mengetahui model pembelajaran yang bervariasi khususnya model
kooperatif tipe STAD berbasis CTL untuk memperbaiki dan meningkatkan
commit to user b. Bagi Siswa
Bermanfaat bagi siswa karena terjadi interaksi antar siswa serta dapat
membangun kerja sama siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi di sekolah
commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas
atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman
Suherman, 2003:260).
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen
beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja sama,
berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan pelajaran yang
diberikan.
2. Student Teams Achievement Division (STAD)
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru
memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo
Wijayanti, 2002:2).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing
beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari
laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau
commit to user
dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami
bahan pelajaran atau melakukan diskusi.
Menurut Slavin (2005:143): “STAD terdiri dari lima komponen utama,
yaitu presentasi kelas, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan
rekognisi tim”. Selanjutnya Slavin (2005:143) menjelaskan bahwa STAD
dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut :
a. Presentasi kelas
Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian ini
mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari
keseluruhan pelajaran.
b. Tim
Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru
dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.
Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan
teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara
seksama, memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab
commit to user c. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan apa
saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam
nilai kelompok.
d. Skor Kemajuan Individu
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yanbg lebih baik dari pada
sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal
kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa
diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa
selanjutnya akan mengumpulan poin untuk tim mereka berdasrakan
tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka.
e. Rekognisi tim
Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan
individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata
nilai perkembangan individu.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai
berikut:
commit to user
b. Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan
4-5 siswa.
d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang
dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.
f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai
selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan
g. Memberikan bimbingan pada kelompok.
h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama.
j. Pemberian tugas kelompok.
3. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD.
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya
kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok
tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak
bisa menggantungkan pada anggota yang lain dengan menggunakan kuis-kuis
individual pada tiap akhir pelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
commit to user
4. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)
Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke
permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.
Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga
dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya.
Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam model
pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang
kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara
untuk menyelesaikannya.
a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
The Nortwest regional Education Laboratory USA mengidentifikasi
adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran kontekstual, yaitu.
1) Pembelajaran Bermakna
Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan penilaian
pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi
materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan
kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika
mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di
commit to user 2) Penerapan Pengetahuan
Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat
menerapkannya dalam tatanan kehidupan.
3) Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data,
pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah.
4) Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar Isi
pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional, dan
perkembangan IPTEK dan dunia kerja.
5) Responsif terhadap Budaya
Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia
mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan:
individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan tatanan
masyarakat.
6) Penilaian Autentik
Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa
diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan
portofolio, rubrik, cek lis, dan panduan pengamatan disamping
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan serta
dalam menilai pembelajaran mereka sendiri. (M. Asikin, 2002:16)
b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Center for
commit to user
terdapat 5 strategi bagi guru dalam rangka penerapan model pembelajaran
kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu sebagai berikut.
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
2) Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam
konteks pemanfaatannya.
4) Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, dan sebagainya.
5) Transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi
atau konteks baru. (M. Asikin, 2002:19)
c. Komponen CTL
Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah sebagai
berikut.
1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
commit to user 2) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiri, yaitu
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui,
dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu.
5) Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu,
ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru bukan
commit to user 6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah di lakukan dimasa
lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran
yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat
melakukan proses pembelajaran. (Sugiyanto, 2007:4-7)
d. Asesmen Autentik
Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya mengecek
pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu (aktual), keterampilan,
dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran. Banyak cara
commit to user
disposisi, kesenangan, dan ketertarikan siswa dalam belajar ilmu
pengetahuan sosial.
5. Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu sistem pengajaran
yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar jika mereka
mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya, dan mengetahui
makna kegiatan mereka di sekolah (M.Asikin, 2002:16). 6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL
Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL, siswa
memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga
dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya, yang
bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara yang
fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan
lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.
STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL yang meliputi
: konstruktivisme ( constructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assesment)
seperti yang telah diungkapkan di depan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan dilaksanakan
dengan urutan sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.
commit to user
c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari
4–5 siswa.
d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada
masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan
secara berkelompok.
f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai
selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan.
g. Memberikan bimbingan kepada kelompok.
h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan
mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.
j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama.
l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan.
m. Guru memberikan umpan balik.
n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan secara
berkelompok.
o. Memberikan PR.
STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran kooperatif
dengan mengangkat masalah - masalah keseharian siswa sehingga siswa
commit to user 7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil usaha maksimal yang telah dicapai
seseorang dalam mencapai tujuannya. Menurut Agus Suprijono (2010:5)
“prestasi belajar diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.
Agus Suprijono (2010:5) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu.
Menurut Zainal Arifin (1990:2-3) ”prestasi belajar berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti
hasil usaha”. Pengertian prestasi belajar menurut W S Winkel (1996:76),
yakni: Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang dapat dicapai
dalam suatu proses yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan dan nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju
kemajuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang
merupakan hasil usaha setelah diadakan evaluasi dalam proses belajar. Jadi
commit to user
perlu adanya kegiatan evaluasi. Hasil dari kegiatan evaluasi salah satunya
akan memberikan gambaran mengenai prestasi belajar yang mencakup aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan atau
kecakapan).
Pelaksanaan penilaiannya dilakukan terhadap hasil belajar seluruh mata
pelajaran yang diikuti oleh peserta didik, yang dinyatakan dalam bentuk angka
atau huruf yang diterimakan dalam bentuk buku laporan.
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting untuk diselesaikan
karena mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zaenal Arifin (1990:3):
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini
didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal
ini sebagai tendensi keinginan dan merupakan kebutuhan umum pada
manusia termasuk kebutuhan peserta didik dalam suatu program.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsi
bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan berperan sebagai umpan
balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat produktifitasnya dengan kebutuhan masyarakat dan
commit to user
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat,
dengan asumsi kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
pembangunan masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan
peserta didik).
Prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan usaha belajar. Belajar adalah suatu proses yang dapat
menimbulkan terjadinya suatu perubahan dalam diri seseorang. Keberhasilan
atau kegagalan dalam belajar akan berdampak pula pada prestasi yang akan
dicapai. Dalam kegiatan belajar tidak semua peserta didik mempunyai prestasi
belajar yang sama. Ada peserta didik yang memiliki prestasi yang tinggi,
prestasi sedang, ada juga yang mempunyai prestasi yang rendah. Tingkat
tinggi rendahnya prestasi peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Hasil belajar atau prestasi belajar yang mampu diraih peserta didik
tergantung pada banyak hal. Dalam mencapai prestasi belajar tidak selamanya
tergantung pada kemampuan dasar atau intelegensinya, namun banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut.
Hasil belajar ilmu pengetahuan sosial dalam penelitian ini adalah hasil
belajar yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Ekonomi. Hasil belajar ini diukur dengan
tes dan hasilnya berupa nilai yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.
Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan
commit to user
yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal ini
guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan materi
yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan.
Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan
suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran.
Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua
siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya mendatangkan kegiatan
belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa gelisah, tidak nyaman,
dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang
serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah bagaimana
pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan persoalan
dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna. Belajar akan
lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya bukan
mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat
yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil pembelajaran
commit to user a. Pengertian Belajar
Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan latar
belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku.
Menurut W.S. Winkel dalam Max Darsono (2000:4) ” belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”.
Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2001:22) membagi tiga macam
hasil belajar yaitu:
1) Keterampilan dan kebiasaan.
2) Pengetahuan dan pengertian, dan
3) Sikap dan cita-cita.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang
dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi
faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik
commit to user
sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi,
minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya.
2) Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam
fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi
pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar
mengajar.
b. Pembelajaran
Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Behavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).
2) Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari.
3) Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya
commit to user 4) Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
dan kemampuannya. (Max Darsono, 2000:24)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan
untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih
baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang
menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang
yang berbeda (Pradnyo Wijayanti, 2002:1). Pembelajaran ini menekankan
kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini
didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen dalam Nurhayati Abba,
(2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian
dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan
“pembelajaran dengan teman sebaya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau
commit to user
Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan
mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh
pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran
kelompok.
Menurut Mohammad Asikin, (2002:7) ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif.
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras,
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar
dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda pula.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.
Menurut Muslimin Ibrahim. dkk, (2000:7) model pembelajaran
kooperatif mempunyai tiga tujuan penting yaitu sebagai berikut.
d. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
commit to user e. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang yang
berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun
ketidakmampuan.
f. Pengembangan keterampilan sosial
Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi.
Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif atau
kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai
tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/ penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
commit to user
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Muslimin Ibrahim, dkk,
2000:6)
Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif berlangsung,
diantaranya sebagai berikut:
a. Memonitor perilaku siswa.
b. Memberi bantuan jika diperlukan.
c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu merupakan
pertanyaan tim.
d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan
kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua
siswa.
e. Memberikan ringkasan pelajaran.
f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-tindakan
anggota tim sehari-hari.
g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran
secara individu. (Siti Maesuri, 2002:3)
Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda Lundgren
dalam Muslimin Ibrahim (2000:18), antara lain:
a. Lebih banyak meluangkan waktu pada tugas,
b. Rasa percaya diri menjadi lebih tinggi,
c. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan sosial,
commit to user e. Konflik antar pribadi berkurang,
f. Sikap apatis berkurang,
g. Pemahaman lebih mendalam,
h. Motivasi lebih besar,
i. Hasil belajar lebih baik, dll.
Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa
terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan
dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai prestasi akademik
yang baik adalah salah satu faktor penting dari model pembelajaran
kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap dengan
pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya proses
belajar.
Menurut Linda L dalam Pratnyo Wijayanti, (2002:5), keterampilan
kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan
kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna
untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghargai kontribusi yang
berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau
dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan
terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota
kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan
commit to user
kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas, mendorong
partisipasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi
terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain, menyelesaikan tugas
pada waktunya, dan menghormati perbedaan individu.
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan dan
simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan,
mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
8. Motivasi Belajar
Motivasi adalah merupakan dorongan yang membuat siswa melakukan
sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu (Sudirman A.M,
2006:20).
Maka seorang guru harus dapat memberi motivasi kepada siswanya
untuk mendorong timbulnya motivasi. Salah satu fungsi yang melekat pada
diri guru adalah guru sebagai motivator anak didik agar memiliki semangat
dan kemauan belajar yang lebih tinggi. Sepanjang masa sekolah, faktor
motivasi memegang peran yang sangat besar untuk menjaga kelangsungan
commit to user
Ada dua macam motivasi dapat timbul pada diri siswa, yaitu motivasi
yang tumbuh dan kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong
oleh cita-cita, harapan pribadi yang bersangkutan (motivasi intrinstik), dan ada
yang diakibatkan oleh pengaruh luar (motivasi ekstrinsik).
Tugas guru adalah mendorong murid untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu demi suksesnya tujuan belajar. Tindakan atau upaya guru
untuk membangkitkan motivasi siswa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan
masak-masak agar usahanya dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar, sebab ada kalanya maksud yang baik, justru menghasilkan sebaliknya
dalam arti siswa gagal.
Menurut Sudirman A.M, (2006:48) ada beberapa tindakan yang baik
dan kurang tepat dalam motivasi siswa, antara lain:
a. Memberi angka
Jika guru konsisten dan adil serta terbuka dalam menilai siswa maka hal
ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Tindakan guru yang
kurang tepat dalam hal ini misalnya membedakan penilaian siswa karena
faktor subyektif, ulangan atau tugas tidak konsisten dikoreksi dinilai, dan
dikembalikan kepada siswa, dan bimbingan bagi siswa yang masih
mengalami kegagalan.
b. Hadiah atau penghargaan
Hadiah dapat membangkitkan motivasi siswa bila setiap siswa mempunyai
harapan untuk memperolehnya. Bagi siswa hadiah juga merusak sebab
commit to user
karena guru harus berhati-hati dalam memilih alternatif ini untuk
membangkitkan motivasi siswa antara lain dengan pengakuan keberhasilan
berupa pujian, senyuman, tugas pengayaan, perhatian dan penilaian yang
adil pada setiap keberhasilan siswa.
c. Menumbuhkan rasa sukses
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang tidak ingin sukses. Oleh
karenanya sekecil apapun keberhasilan siswa perlu dihargai dan
ditunjukkan keberhasilannya.
d. Kerjasama
Kerjasama dapat mendorong dan memupuk siswa untuk saling memotivasi
belajar sepanjang dilakukan dengan tepat.
e. Membangun suasana kelas yang sejuk dan menyenangkan.
Faktor ini sangat besar peranannya dalam membangkitkan motivasi belajar
siswa. Sikap guru sangat menentukan terciptanya suasana seperti ini atau
sebaliknya.
f. Membangkitkan minat siswa.
Minat merupakan salah satu kunci utama untuk memperlancar dan
mengairahkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa yang
kurang senang belajar atau gagal belajar karena tidak ada minat. Mengapa
tidak ada minat? Karena banyak faktor, antara lain tidak tahu tujuan dan
commit to user 9. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran di SMP yang
terdiri dari dua kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan
sosial mencakup ekonomi, geografi, sedangkan pengetahuan sejarah meliputi
perkembangan sejarah masa lalu hingga sekarang.(Zainal Aqib, 2009:102).
Max Darsono (2000:24) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
siswa berubah kearah yang lebih baik.
Ekonomi merupakan bahan kajian tentang upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dihadapkan pada sumber ekonomi
yang terbatas. Ilmu ekonomi membahas segala jenis pokok bahasan. Namun
pada intinya ditujukan untuk memahami bagaimana masyarakat
mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka. Kata “ekonomi”
(economy) berasal dari kata dalam bahasa Yunani “oikos” dan “nomos” yang
merujuk kepada “pihak yang mengelola rumah tangga”. Sepintas lalu,
pengertian aslinya tersebut terasa kurang jelas. Namun, sesungguhnya di
antara makna istilah “rumah tangga” dan “ekonomi” terdapat begitu banyak
kesamaan.
Berdasarkan definisi mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ekonomi
diatas, dapat dirangkum bahwa pembelajaran ekonomi merupakan kegiatan
belajar mengajar mengenai usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya
serta berbagai masalah ekonomi lainnya dimana guru dan siswa saling
commit to user
B. Penelitian Yang Relevan
Dwi Atmojo Heri (2002), Penerapan model pembelajaran Kooperatif
untuk meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah di SMP
Negeri 5 Wadaslintang Wonosobo.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran secara
kelompok (Tim)
Junaidi (2005), telah melakukan penelitian penggunaan model
pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata
kuliah Akuntansi Pangantar II. Penelitian ini menguji implementasi pembelajaran
kooperatif pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Trunojoyo. Sebanyak 43 orang mahasiswa program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Trunojoyo diberi perlakuan pembelajaran kooperatif. Hasil
penelitian berdasarkan hasil uji independent t test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan hasil post test mahasiswa yang mengimplementasikan
pembelajaran kooperatif dengan yang tidak mengimplementasikan. Rata-rata nilai
post test kelas yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif sebesar 15,48
sedangkan kelas konvensional sebesar 7,2. Ini berarti nilai dan kemampuan
mahasiswa yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif lebih baik
dibanding mahasiswa yang tidak mengimplementasikan pembelajaran kooperatif.
C. Kerangka Berpikir
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil
commit to user
Adapun faktor dari luar diantaranya: kurikulum, program, sarana, fasilitas dan
guru atau tenaga pengajar. Ketepatan memilih model pembelajaran sangatlah
penting dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal dan menyeluruh.
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar
hendaknya ditujukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang
bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang dan dapat mencetak siswa yang
berkualitas dengan memiliki keterampilan dan daya kreativitas yang tinggi
sehingga akan dapat memenuhi tuntutan zaman yang akan datang serta mampu
memecahkan dan mengatasi problema kehidupan di dalam dunia nyata.
Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual
Teaching And Learning (CTL) siswa akan mengetahui makna belajar dan dapat
menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang biasanya menggunakan
metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun hasilnya kurang
optimal. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk memunculkan ide-ide
kreatifnya. Hal itu belum cukup untuk membekali siswa dalam menghadapi dunia
nyata setelah dia lulus dari sekolah. Penerapan model pembelajaran kooperatif
Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) diharapkan hasil
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Berdasar Kajian Teori dan Kerangka berpikir di atas diduga dengan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD berbasis CTL dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi.
D. Hipotesis Penelitian
Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa jika guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada mata pelajaran Ilmu
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Purwodadi.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada waktu melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di SMP tersebut diperoleh masalah dalam proses belajar mengajar
menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat ceramah, sehingga peneliti
melaksanakan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri tersebut.
2. Waktu Penelitian.
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Juni 2010
sampai Desember 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian.
Tabel 1. Waktu Penelitian
Jenis Kegiatan
Bulan (2010)
6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan Penelitian
a. Penyusunan Proposal
b. Perijinan
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
3. Penyusunan Laporan
commit to user B. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian dalam hal ini sebagai populasi adalah siswa kelas VIII E Tahun
Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 43 siswa dalam satu kelasnya, 25 siswa
laki-laki dan 18 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data berasal dari subyek peneliti, yaitu kepala sekolah, prestasi belajar
siswa, rekan guru yang terangkum dalam nilai ulangan harian pada materi
pasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan dan jenis sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini maka tehnik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi partisipatif artinya peneliti ikut terlibat dalam proses
pembelajaran. Observasi partisipatif dilakukan untuk memperoleh data secara
langsung dan hasil penelitian tentang bagaimana metode pendampingan, materi
pembelajaran, fasilitas dan media serta sistem evaluasi yang diperlukan dalam
pengembangan peningkatan hasil belajar.
Pengumpulan data dilakukan dengan maksud untuk memperoleh
bahan-bahan yang relevan dan akurat, dimana teknik-teknik yang digunakan memiliki
ciri-ciri yang berbeda-beda. Menurut Arikunto (2008: 136), teknik pengumpulan