• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MODEL TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD NEGERI GUGUS CAKRA KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN MODEL TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD NEGERI GUGUS CAKRA KOTA SEMARANG"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN MODEL TIME TOKEN

TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V

SD NEGERI GUGUS CAKRA KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

DEVILIA CONTESA

1401412279

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (QS. Al-Mujadalah:11)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada Ibu dan Bapak tercinta (Ibu Kundari dan Bapak Rasmin),

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya, serta kemudahan dan kelancaran kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Keefektifan Model Time Token terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang” .

Penyusunan skripsi melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi di UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin, rekomendasi penelitian, dan persetujuan pengesahan skripsi. 3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan izin dalam penyelesaian skripsi.

4. Drs. Mujiyono, M.Pd. Dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan

dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Harmanto, S.Pd.,M.Pd. Dosen pembimbing I, yang telah memberikan motivasi, semangat dan memperlancar penyusunan skripsi.

6. Dra. Yuyarti, M.Pd. Dosen pembimbing II, yang telah memberikan nasihat, saran selama penyusunan skripsi.

7. Akhmad Turodi, S.Pd. Kepala SD Negeri Tambakaji 01 Kota Semarang yang telah membantu memberikan izin penelitian.

8. Muhammad Muslich, S.Pd.I. Kepala SD Negeri Tambakaji 03 Kota Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

9. Kusmiyati, S.Pd. Kepala SD Negeri Tambakaji 05 Kota Semarang yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian.

10. Ani Kurniawati, S.Pd. guru kelas V SD Negeri Tambakaji 01 Kota Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

(7)

vii

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua kalangan pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.

Semarang, 26 Juli 2016

(8)

viii

ABSTRAK

Contesa, Devilia. 2016. Keefektifan Model Time Token terhadap Hasil Belajar

PKn Kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Harmanto, S.Pd.,M.Pd. dan Dra. Yuyarti, M.Pd.

Permasalahan pembelajaran PKn di SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang guru belum menggunakan model-model inovatif hanya menggunakan model konvensional dan penyampaian informasi searah sehingga siswa kurang berpartisipasi aktif dan hasil belajarnya juga masih rendah. Implementasi model time token dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran karena setiap siswa diberikan kesempatan berbicara.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Apakah model time token lebih efektif terhadap hasil belajar PKn kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang?; (2) Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn materi keputusan bersama dengan model time token siswakelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang?. Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan model time token terhadap hasil belajar PKn materi keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang.

Jenis penelitian ini adalah Quasi-Experimental Research dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Cakra Semarang yang terdiri dari tujuh sekolah dasar negeri. Teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling yaitu menentukan sampel sekolah kemudian menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol harus memenuhi uji normalitas dan homogenitas data yaitu kelas VB SDN Tambakaji 01 sebagai kelas eksperimen dan VB Tambakaji 03 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data hasil belajar menggunakan tes pilihan ganda, observasi, dan dokumentasi dianalisis dengan uji t dan N-gain.

Hasil perhitungan menggunakan rumus independent sample t test menunjukkan nilai sig. 0,000 ≤ 0,05. Didukung uji N-gain kelas eksprimen mencapai 0,49 kategori sedang sedangkan kelas kontrol gain score mencapai 0,27 kategori rendah. Nilai persentase aktivitas siswa kelas eksperimen pembelajaran pertama sebesar 61,1%, pembelajaran kedua 67,6%, ketiga sebesar 64% dan keempat 71%. Rata-rata aktivitas siswa kelas eksperimen adalah 66% termasuk dalam kategori tinggi yang membuktikan bahwa siswa aktif dalam pembelajaran.

Simpulan penelitian ini adalah model time token lebih efektif digunakan dalam pembelajaran PKn materi keputusan bersama. Peneliti menyarankan guru hendaknya menggunakan model yang dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran tidak monoton dan bersifat multi arah.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Perumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.1.1 Pengertian Belajar ... 8

2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar ... 9

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar... 10

2.1.4 Pembelajaran ... 13

2.1.5 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 13

(10)

x

2.1.7 Hasil Belajar ... 17

2.1.8 Model Time Token ... 19

2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Model Time Token... 20

2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung Model Time Token ... 21

2.1.10.1Teori Belajar Kognitif ... 21

2.1.10.2Teori Konstruktivisme ... 23

2.1.11 Karakteristik Siswa SD ... 24

2.1.12 Pembelajaran PKn di SD ... 25

2.1.13 Keputusan Bersama ... 27

2.1.14 Implementasi Model Time Token ... 29

2.1.15 Keefektifan Model Time Token ... 30

2.2 Kajian Empiris ... 32

2.3 Kerangka Berpikir ... 36

2.4 Hipotesis ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ... 39

3.1.1 Jenis Penelitian ... 39

3.1.2 Desain Penelitian ... 39

3.2 Prosedur Penelitian ... 40

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 42

3.4 Subjek Penelitian ... 42

3.5 Populasi ... 43

3.6 Sampel ... 43

3.7 Variabel Penelitian ... 44

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8.1 Tes ... 46

3.8.2 Observasi... 46

3.8.3 Dokumentasi ... 47

3.9 Uji Prasyarat Instrumen ... 47

3.9.1 Uji Validitas ... 47

(11)

xi

3.9.3 Uji Coba Instrumen ... 49

3.9.3.1 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 49

3.9.3.2 Daya Pembeda Butir Soal ... 51

3.10 Teknik Analisis Data... 52

3.10.1 Analisis Data Awal ... 52

3.10.1.1Uji Normalitas ... 52

3.10.1.2Uji Homogenitas ... 53

3.10.2 Analisis Data Akhir... 54

3.10.2.1Uji Normalitas ... 54

3.10.2.2Uji Homogenitas ... 55

3.10.2.3Uji Hipotesis ... 56

3.10.2.4Pengujian N-Gain ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Uji Prasyarat Instrumen ... 59

4.1.1.1 Uji Validitas ... 59

4.1.1.2 Uji Reliabilitas ... 60

4.1.1.3 Tingkat Kesukaran Soal ... 61

4.1.1.4 Daya Pembeda Soal ... 61

4.1.2 Analisis Data Awal ... 62

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 62

4.1.2.2 Uji Homogenitas ... 63

4.1.3 Analisis Data Akhir ... 64

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 64

4.1.3.2 Uji Homogenitas ... 65

4.1.3.3 Uji Hipotesis ... 65

4.1.3.4 Uji N-Gain ... 66

4.1.4 Deskripsi Pembelajaran ... 67

4.1.4.1 Pembelajaran Kelas Kontrol ... 68

4.1.4.2 Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 69

(12)

xii

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 72

4.2.1.1 Hasil Pretest Dan Posttest ... 72

4.2.1.2 Deskripsi Aktivitas Kelas Eksperimen ... 74

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 76

4.2.2.1 Implikasi Teoretis ... 76

4.2.2.2 Implikasi Praktis ... 77

4.2.2.3 Implikasi Paedagogis ... 77

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Implementasi Model Time Token ...30

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa ...43

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ...45

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa...47

Tabel 3.4 Kriteria Skor Gain ...58

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Butir Soal ...60

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ...60

Tabel 4.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ...61

Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Pembeda Soal ...61

Tabel 4.5 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ...62

Tabel 4.6 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ...63

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pretest ...63

Tabel 4.8 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol...64

Tabel 4.9 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ...64

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Posttest ...65

Tabel 4.11 Uji Hipotesis ...66

Tabel 4.12 Hasil Uji Normal Gain ...67

Tabel 4.13 Jadwal Pembelajaran Kelas Kontrol ...68

Tabel 4.14 Jadwal Pembelajaran Kelas Eksperimen...69

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1Kerucut Pengalaman Edgar Dale ...16

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ...37

Bagan 3.1 NonequivalentControl Grup Design ... 40

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa ... 86

Lampiran 2. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 89

Lampiran 3. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ... 93

Lampiran 4. RPP Kelas Eksperimen Pembelajaran Pertama ... 97

Lampiran 5. RPP Kelas Eksperimen Pembelajaran Kedua ... 102

Lampiran 6. RPP Kelas Eksperimen Pembelajaran Ketiga ... 106

Lampiran 7. RPP Kelas Eksperimen Pembelajaran Keempat ... 124

Lampiran 8. RPP Kelas Kontrol Pembelajaran Pertama ... 129

Lampiran 9. RPP Kelas Kontrol Pembelajaran Kedua ... 133

Lampiran 10. RPP Kelas Kontrol Pembelajaran Ketiga ... 137

Lampiran 11. RPP Kelas Kontrol Pembelajaran Keempat ... 141

Lampiran 12. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 145

Lampiran 13. Soal Uji Coba... 148

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas,Tingkat Kesukaran, DP ... 163

Lampiran 15. Rekap Uji Prasyarat Instrumen ... 167

Lampiran 16. Soal Pretest dan Posttest ... 169

Lampiran 17. Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ... 181

Lampiran 18. Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol ... 182

Lampiran 19. Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa ... 183

Lampiran 20. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 185

Lampiran 21. Daftar Skor Aktivitas Kelas Eksperimen... 187

Lampiran 22. Out Put SPSS Normalitas Data Kelas Kontrol ... 191

Lampiran 23. Out Put SPSS Normalitas Data Kelas Eksperimen ... 193

Lampiran 24. Out Put SPSS Uji Homogenitas ... 195

Lampiran 25. Out Put SPSS Uji T ... 196

Lampiran 26. Surat-surat ... 197

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR

BELAKANG

MASALAH

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”(UU Sisdiknas 2011: 3).

Berdasarkan pengertian diatas, dijelaskan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan potensi diri, akhlak mulia, sehingga manusia mampu hidup sesuai martabatnya dan membawa perubahan bangsa yang lebih maju. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan harus sesuai kurikulum.

(17)

2

Winataputra ( 2009: 1.1) PKn merupakan pendidikan yang berfungsi mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), membina tanggung jawab warga (civic responbility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation).

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan; (1) berpikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (BSNP 2006: 108).

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi: (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa; (2) Norma hukum dan peraturan; (3) Hak asasi manusia; (4) Kebutuhan warga Negara; (5) Konstitusi Negara; (6) Kekuasaan politik; (7) Pancasila; (8) Globalisasi (Ruminiati 2008: 1.26).

(18)

3

Observasi yang dilakukan di SDN Gugus Cakra menemukan permasalahan pembelajaran PKn yaitu pengemasan materi masih bersifat teori, guru belum menggunakan model-model inovatif hanya diisi dengan pemberian informasi searah, tanya jawab, dan penugasan sehingga siswa kurang antusias. Apabila guru memberikan pertanyaan secara klasikal dan sudah dijawab dengan benar maka materi akan langsung dilanjutkan sehingga tingkat pemahaman siswa kurang. Pengelolaan kelas juga kurang efektif, siswa sering mondar-mandir tanpa alasan dan asyik berbicara sendiri dengan temannya sewaktu guru menerangkan.

Data hasil belajar PKn kelas V SDN Tambakaji 01 memiliki nilai rerata rendah sebesar 61,4 terdapat 37 siswa (60%) yang nilainya tidak mencapai KKM= 65. SDN Tambakaji 03 terdapat 31 siswa (52%) yang mendapat nilai di bawah KKM sedangkan SDN Tambakaji 05, 28 siswa (67%) yang tidak tuntas KKM. Berdasarkan permasalahan, peneliti ingin memfokuskan pada penggunaan model yang dapat menjadikan siswa antusias dan berperan aktif. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan semua siswa adalah model time token.

(19)

4

model time token dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan menghindari siswa yang mendominasi atau diam sekali.

Penelitian yang mendukung model time token dilakukan oleh Valentina, dkk “ Pengaruh model Pembelajaran Time Token Arends terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt Jurnal Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar Vol 3 No 1 (2013). Hasil perhitungan uji-t diperoleh t hitung (4,38) > t tabel (2,021), sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran time token arends dan yang mengikuti model pembelajaran langsung. Hal ini berarti model pembelajaran time token arends berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Seririt.

Hasil Penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token terhadap

(20)

5

menunjukkan model time token berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn dan aktivitas siswa sehingga dapat menjadi rujukan dalam penelitian yang peneliti kaji melalui “ Keefektifan Model Time Token terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang”.

1.2

PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah diperlukan guna membatasi masalah yang dibahas agar tidak meluas serta menghindari kesalahan maksud dan tujuan penelitian sehingga penelitian lebih efektif dan efisien. Peneliti membatasai masalah sebagai berikut:

(1) Materi PKn kelas V yang dibahas yaitu materi keputusan bersama KD. 4.1 mengenal keputusan bersama.

(2) Variabel yang diteliti adalah hasil belajar kognitif materi keputusan bersama dan aktivitas siswa menggunakan model time token.

(3) Penelitian ini memfokuskan pada keefektifan model time token dalam pembelajaran PKn materi keputusan bersama.

1.3

PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dilakukan untuk menguji keefektifan time token terhadap hasil belajar PKn materi keputusan bersama. Fokus permasalahan yang diteliti

(21)

6

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

(1) Apakah model time token lebih efektif terhadap hasil belajar PKn materi keputusan bersama kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang? (2) Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn materi

keputusan bersama dengan model time token siswa kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang?

1.4

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan khusus, sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum

Menguji keefektifan model time token terhadap hasil belajar PKn materi keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang.

1.4.2 Tujuan Khusus

(1) Mengetahui keefektifan model time token terhadap hasil belajar PKn materi keputusan bersama kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang.

(22)

7

1.5

MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Manfaat Teoretis

Model time token dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran sehingga materi lebih mudah dimengerti. Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pelajaran PKn.

1.5.2 Manfaat Praktis

(1) Bagi Guru

Penerapan model time token mendorong guru menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan efektif. Menambah wawasan dan pengalaman tentang model time token serta sebagai bahan masukan memilih model pembelajaran.

(2) Siswa

Penerapan model time token menumbuhkan semangat dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan hasil belajar PKn materi keputusan bersama, keaktifan siswa, berpikir kritis, bekerjasama, motivasi belajar serta melatih siswa bereksplorasi memunculkan ide-ide baru.

(3) Bagi Sekolah

(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Daryanto (2013: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu hasil perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Morgan (dalam Suprijono 2012: 3) mendefinisikan belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Sudjana (dalam Jihad dan Haris 2012: 2) belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang, dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Adapun James O. Whittaker (dalam Ahmadi dan Supriyono 2013: 126) mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman.

(24)

9

prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guna mencapai suatu perubahan perilaku positif.

2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar dapat terlaksana dengan baik apabila memenuhi prinsip-prinsip belajar. Menurut Daryanto (2013: 24) prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: 1. Belajar harus membuat siswa partisipasi aktif, meningkatkan minat dan

membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Bersifat keseluruhan, memiliki materi yang terstruktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah memahami materi.

3. Menimbulkan motivasi yang kuat.

4. Berlangsung kontinyu tahap demi tahap menurut perkembangannya. 5. Proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

6. Mengembangkan kemampuan tertentu sesuai tujuan instruksional yang ingin dicapai.

7. Memerlukan sarana yang memadai. 8. Interaksi siswa dengan lingkungannya.

9. Proses pemberian stimulus-stimulus guna mendapat response yang diharapkan.

10. Repetisi dalam belajar perlu berkali-kali agar pengertian dan keterampilan atau sikap mendalam pada siswa.

(25)

10

tersebut guru/pembimbing juga perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intern dan ekstern menurut Daryanto (2013: 36) sebagai berikut:

1. Faktor Intern

a. Faktor Jasmaniah 1) Faktor kesehatan

Kesehatan berpengaruh pada proses belajar, jika badannya lemah atau kurang sehat, maka hasil belajar juga akan rendah atau menurun.

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan tubuh kurang baik atau sempurna, contohnya patah tulang, tuna rungu, tuna netra, lumpuh dan sebagainya.

b. Faktor Psikologi

1) Intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(26)

11

3) Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan kegiatan dengan rasa senang.

4) Bakat merupakan sesuatu yang dimiliki sejak lahir. Jika bahan pelajaran siswa sesuai bakat maka hasilnya lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya akan membuat lebih giat lagi dalam belajar.

5) Motif erat hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai guna mendorong siswa belajar melalui latihan-latihan, kebiasaan dan pengaruh lingkungan.

6) Kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan merupakan kesediaan memberikan response jika siswa sudah bersedia atau siap belajar maka hasil belajarnya akan baik. c. Faktor Kelelahan

(27)

12

2. Faktor Ekstern a. Faktor Keluarga

Faktor yang mempengaruhi keluarga itu sendiri, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan sehingga besar pengaruhnya dalam pendidikan. b. Faktor Sekolah

Sekolah akan mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode, dan tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar sebab keberadaan siswa tidak lepas dari lingkungan masyarakat. sehingga membentuk kepribadian, adanya mass media seperti bioskop, TV, majalah, internet memberi dampak positif dan negatif siswa, bentuk kehidupan masyarakat juga akan mempengaruhi belajar siswa karena mereka cenderung meniru yang dikerjakan orang-orang di sekitarnya.

(28)

13

2.1.4 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa, guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Menurut Sani (2014: 40) pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Suherman (dalam Jihad dan Haris 2012: 11) menjelaskan pembelajaran merupakan proses komunikasi antar masing-masing siswa serta antara guru dengan siswa dalam rangka perubahan sikap. Sedangkan Corey (dalam Putra 2013: 16) pembelajaran ialah suatu proses yang menunjukkan bahwa lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus.

Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa, guru, sumber dan lingkungan belajar yang telah terorganisir sehingga memungkinkan adanya perubahan tingkah laku. Pembelajaran merupakan sistem terdiri dari komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga harus dipenuhi secara menyeluruh.

2.1.5 Komponen-komponen Pembelajaran

Rifa’i dan Anni (2012:159) membagi komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:

1. Tujuan, berupa pengetahuan dan keterampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran kurikuler.

(29)

14

melakukan proses belajar mengajar, sebagai obyek karena siswa diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku.

3. Materi, hendaknya komprehensif, terorganisasi secara sistematis, dan dideskripsikan dengan jelas supaya proses pembelajaran berlangsung intensif.

4. Strategi, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan.

5. Media, yaitu alat atau wahana yang digunakan pendidik untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

6. Penunjang, yaitu fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, dan bahan pelajaran berfungsi untuk memperlancar, melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan komponen pembelajaran perlu dipenuhi supaya tercapai keberhasilan pembelajaran, meliputi: tujuan, subyek belajar, materi, strategi, media, dan penunjang.

2.1.6 Aktivitas Siswa

(30)

15

keterampila-keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis lainnya.

Dierich (dalam Hamalik 2015: 172) membagi kegiatan aktivitas belajar siswa menjadi 8 kelompok yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja;

2. Kegiatan-kegiatan lisan meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, pendapat, diskusi, wawancara;

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan penyajian bahan, diskusi, permainan instrument musik, siaran radio;

4. Kegiatan-kegiatan menulis meliputi menulis cerita, laporan, karangan, membuat sketsa, mengerjakan tes, mengisi angket;

5. Kegiatan-kegiatan menggambar meliputi menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola;

6. Kegiatan-kegiatan metrik meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, permainan, menari; 7. Kegiatan-kegiatan mental meliputi menanggapi, mengingat,

memecahkan masalah dan sebagainya;

(31)

16

Aktivitas siswa dalam belajar mempengaruhi daya ingat terhadap materi sehingga akan berdampak pada hasil belajar. Edgar Dale (dalam Sani 2014: 60) menyatakan belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak hanya mengamati tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Daya ingat siswa terkait proses pembelajaran yang dilakukan, sebagai berikut: 1) siswa mengingat 20% apa yang dibaca atau didengar; 2) mengingat 30% apa yang dilihat; 3) mengingat 50% apa yang didengar dan dilihat; 4) mengingat 70% apa yang dikatakan; 5) mengingat 90% apa yang dilakukan.

Bagan 2.1

Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan segala kegiatan siswa baik fisik maupun psikis seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, mental dan emosional

Hasil Belajar Daya ingat 10 % baca dengar 20 % melihat gambar 30 % menonton video menyaksikan pertunjukkan mengamati demostrasi 50 %

berpartisipasi dalam lokakarya

Menganalisis, merancang, mengevaluasi, berkreasi merancang pembelajaran berkolaborasi

70 %

melakukan simulasi pengalaman nyata

(32)

17

dalam mengolah pengalaman belajar. Sesuai delapan aktivitas siswa yang telah dijabarkan, indikator penilaian yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah:

1. Mendengarkan guru menyampaikan materi pembelajaran (kegiatan mendengar)

2. Memperhatikan video/gambar yang ditunjukkan (kegiatan visual) 3. Keaktifan bertanya siswa dalam pembelajaran (kegiatan lisan)

4. Menjawab pertanyaan atau berpendapat (kegiatan mental, emosional) 5. Membuat catatan dari penjelasan guru (kegiatan menulis)

6. Melaksanakan kegiatan diskusi kelompok (kegiatan mendengar) 7. Mempresentasikan hasil diskusi (kegiatan lisan)

8. Menyimpulkan materi pelajaran (kegiatan menulis)

Semakin terlibat aktif, berpikir kritis akan semakin besar pula daya ingat siswa terhadap materi. Adanya kesinambungan aktivitas siswa melalui daya ingat yang diperoleh, dapat terlihat pada hasil belajar.

2.1.7 Hasil Belajar

(33)

18

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluasion (menilai).

Berdasarkan pendapat oleh para ahli, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian ini memfokuskan penilaian pada aspek kognitif yaitu pengetahuan siswa pada hasil belajar PKn materi keputusan bersama dengan indikator sebagai berikut:

1. menjelaskan pengertian keputusan bersama (C2);

2. membedakan antara keputusan sendiri dan bersama (C3); 3. menyebutkan lima nilai dasar keputusan bersama (C1);

4. menyebutkan empat cara pengambilan keputusan bersama (C1) 5. menjelaskan pengambilan keputusan secara musyawarah (C2); 6. menjelaskan pengambilan keputusan secara voting (C2); 7. menjelaskan pengambilan keputusan secara aklamasi (C2); 8. menjelaskan bentuk-bentuk keputusan (C2);

9. menjelaskan contoh bentuk keputusan bersama di lingkungan keluarga (C2);

(34)

19

2.1.8 Model Time Token

Model time token digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Huda 2014: 239). Sesuai pendapat Rahmat Widodo (dalam Shoimin 2014: 216), model time token untuk mengajarkan keterampilan sosial, sehingga menghindari siswa yang dominan atau pendiam. Model time token mengajak semua siswa aktif belajar berbicara di depan umum, untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa harus merasa takut atau malu.

Langkah-langkah model time token sebagai berikut: (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (2) Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning ); (3) Guru memberi tugas kepada siswa; (4) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik per kupon pada tiap siswa; (5) Guru meminta siswa menyerahkan satu kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi sementara yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak menyampaikan pendapatnya; (6) Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa.

(35)

20

boleh bicara lagi, sedangkan yang masih punya kupon harus berbicara sampai kupon habis, dan seterusnya.

Sependapat dengan Aqib (2014: 33) langkah-langkah time token adalah 1) mengkondisikan siswa berdiskusi (cooperative learning); 2) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik, dengan nilai sesuai waktu keadaan; 3) jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon; 4) siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, dan yang masih punya kupon harus menghabiskannya. Langkah-langkah model time token yang digunakan dalam penelitian adalah: (1) Menentukan tujuan pembelajaran; (2) Menyampaikan materi pembelajaran; (3) Mengkondisikan siswa berdiskusi kelompok; (4) Memberikan tugas kepada siswa; (5) Membagikan dua kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada siswa; (6) jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon; (7) siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan yang masih punya kupon harus berbicara sampai kupon habis, dan seterusnya.

Berdasarkan langkah-langkah model time token memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran.

2.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Model Time Token

(36)

21

berkomunikasi; (4) mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain; (5) tidak memerlukan banyak media pembelajaran. Didukung Shoimin (2014: 217) kelebihan model time token: (1) siswa menjadi aktif dalam pembelajaran; (2) menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan keterbukaan terhadap kritik; (3) guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.

Kekurangan model time token, yaitu : (1) digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja; (2) tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlahnya terlalu banyak; (3) memerlukan banyak waktu untuk persiapan; (4) kecenderungan untuk sedikit menekankan siswa yang pasif dan membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas ( Huda 2014: 241). Guru harus memerhatikan kelebihan dan kekurangan model guna dijadikan acuan kegiatan pembelajaran.

2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung Model Time Token

2.1.10.1 Teori Belajar Kognitif

(37)

22

Menurut Piaget (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:32-35) perkembangan kognitif terdiri atas empat tahap, yaitu:

1) Tahap sensorimotorik (usia 0-2 tahun). Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik, bayi memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks.

2) Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Pemikiran lebih bersifat simbolis, egoisentries, dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini dibagi menjadi dua sub-tahap yaitu simbolik dan intuitif.

3) Tahap operasional konkret, (usia 7-11 tahun). Siswa dapat mengoperasikan berbagai logika, namun masih berbentuk benda konkrit, dan dapat berpikir logis untuk memecahkan masalah konkret. 4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun) siswa dapat berpikir

abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam memecahkan masalah verbal.

Teori Piaget merupakan proses dimana anak secara aktif membangun kemampuan pemahaman melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi dalam lingkungannya ( Trianto 2011: 14).

(38)

23

pengetahuan motorik; (2) Tahap ikonik yaitu memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal; (3) Tahap simbolik yaitu individu mampu memiliki ide-ide abstrak melalui simbol bahasa, logika, dan sebagainya.

Bruner, David Ausubel (dalam Isjoni 2011: 35) mengemukakan pembelajaran harus bermakna yaitu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang dimiliki struktur kognitif siswa. pembelajaran yang bermakna lebih menekankan bagaimana melaksankan proses pembelajaran dan kualitasnya sehingga bahan pelajaran tidak hanya dihafal atau diingat melainkan ada yang dipraktekkan dalam situasi nyata. Untuk memperlancar proses tersebut dibutuhkan bimbingan guru baik lisan atau contoh tindakan.

2.1.10.2 Teori Konstruktivisme

Menurut Suprijono (2012: 40) pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan belajar artikulasi yaitu proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Belajar tidak hanya mengonstruksikan makna dan mengembangkan pikiran akan tetapi memperdalam proses melalui eksplorasi ide-ide dengan kondisi nyata.

Siregar,dkk (2010:41) belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa secara aktif dalam kegiatan berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

(39)

24

dapat membangun pengetahuannya sendiri mengenai materi yang diajarkan guru sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Penerapan model time token perlu disesuaikan terhadap karakteristik siswa sehingga materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik.

2.1.11 Karakteristik Siswa SD

Piaget (dalam Taufiq,dkk 2010: 2.8) membagi perkembangan kognitif anak dalam beberapa tahap sesuai dengan rentang usianya, seperti tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap operasional formal ( > 11 tahun).

Berdasarkan teori Piaget, siswa SD berada dalam tahap operasional konkret, anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret. Anak mampu menyusun rangkaian (seriation) yakni operasi kongkrit untuk mengurutkan dimensi kuantitatif, dan penglihatan (transitivity) yakni kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan-hubungan secara logis guna memahami kesimpulan tertentu ( Rifa’i dan Anni 2012: 34).

(40)

25

2.1.12 Pembelajaran PKn di SD

PKn yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006 yang berisi tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Winataputra (2009: 1.20) menyebutkan ada empat isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yaitu: (1) Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan; (2) Standar muatan kurikulum dan pembelajaran; (3) Indikator pencapaian; (4) Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.

Ruang lingkup PKn secara umum meliputi: (1) Persatuan dan Kesatuan, (2) Norma Hukum dan Peraturan, (3) HAM, (4) Kebutuhan warga Negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan Politik, (7) Kedudukan Pancasila, dan (8) Globalisasi. PKn SD terdiri dari 24 standar kompetensi dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar. Menurut Mulyasa (dalam Ruminiati 2008: 1.26), delapan kelompok tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

(41)

26

dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, dan hukum dan peradilan internasional.

3. Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan Warganegara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan rnengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaañ dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi-pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. 7. Kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

(42)

27

Berdasarkan ruang lingkupnya, pembelajaran PKn di SD memiliki peranan penting guna pembentukan karakter siswa, mengembangkan pengetahuan tentang kewarganegaraan, serta menumbuhkan rasa patriotisme sejak dini mengingat pengaruh negatif globalisasi yang semakin sulit dicegah. Salah satu ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan yaitu kebutuhan warga negara termasuk didalamnya materi keputusan bersama.

2.1.13 Keputusan Bersama

Materi penelitian adalah Pendidikan kewarganegaraan kelas V semester

genap “Keputusan Bersama”. Keputusan merupakan suatu pilihan atau ketetapan, yang diambil oleh seseorang atau sekelompok orang untuk dilakukan. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan dan pemikiran. Secara umum keputusan dibagi menjadi dua, yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama.

1. Keputusan Pribadi

(43)

28

2. Keputusan bersama

Keputusan bersama merupakan keputusan yang diambil atas dasar keputusan dan kesepakatan bersama. Keputusan bersama diambil untuk memutuskan sesuatu yang menjadi kepentingan orang banyak. Ciri-ciri keputusan bersama yaitu:

a. Keputusan yang diambil merupakan keputusan untuk kepentingan bersama melibatkan lebih dari satu orang secara langsung maupun tidak langsung

b. Keputusan bersama harus dilakukan dan tidak diganggu gugat

c. Hasil keputusan bersama diambil berdasarkan hasil musyawarah atau mufakat

d. Hasil keputusan bersama harus diterima oleh semua pihak dengan ikhlas, bertanggungjawab dan lapang dada.

Beberapa hal yang perlu dilakukan agar keputusan membuahkan hasil tanpa meninggalkan masalah antara lain: (1) Saling memahami dan menghargai pendapat orang lain; (2) memahami persoalan yang dimusyawarahkan; (3) mengutamakan kepentingan umum; (4) menerima masukan baik kritik, usul, maupun saran; (5) tidak memaksakan kehendak dalam mengambil keputusan; (6) menerima keputusan yang sudah disepakati; (7) melaksanakan keputusan dengan sebaik-baiknya.

(44)

29

rapat harus menampung pendapat peserta musyawarah supaya kesepakatan bisa disetujui.

Keputusan juga bisa dilakukan melalui voting, yaitu penentuan keputusan didasarkan pada suara terbanyak yang biasanya muncul apabila kesepakatan belum bisa diputuskan secara musyawarah mufakat namun bisa juga keputusan voting itu sengaja dibuat. Ada kalanya keputusan bersama tidak diambil dengan cara mufakat ataupun voting, tetapi dengan cara aklamasi yaitu pernyataan setuju secara lisan dari seluruh anggota kelompok. Aklamasi bukanlah jalan yang mutlak. Aklamasi bisa sah atau diterima jika seluruh peserta menyuarakan untuk setuju. Artinya, jika ada peserta yang menyatakan tidak setuju maka aklamasi tidak berlaku.Tidak semua keputusan dalam musyawarah selalu sesuai dengan keinginan kita. Jika keputusan itu tidak sesuai dengan keinginan kita, maka jangan sampai memaksakan kehendak, apa yang sudah diputuskan harus ditaati dan dilaksanakan. ( Widihastuti,dkk 2008: 78-91).

Materi keputusan bersama mengajarkan pada siswa akan pentingnya menghargai pendapat orang lain sehingga dapat diimplementasikan menggunakan model time token yang menekankan aktivitas masing-masing siswa.

2.1.14 Implementasi Model Time Token dalam Pembelajaran PKn Materi

“Keputusan Bersama”

(45)

30

Tabel 2.1

Implementasi Model Time Token Langkah-langkah Model Time

Token (*)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Menentukan tujuan pembelajaran

Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai pembelajaran

Siswa menyiapkan diri

mengikuti pembelajaran

Guru memberi motivasi kepada siswa

Siswa bernyanyi bersama-sama

Guru melakukan apersepsi guna menggali pengetahuan siswa

Siswa menjawab pertanyaan guru

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran

Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran

2. Menyampaikan materi pembelajaran

Guru menyampaikan materi pembelajaran dan menunjukkan gambar/ video

Siswa memperhatikan

gambar/video dan bertanya jawab tentang materi

3. Mengkondisikan siswa

berdiskusi kelompok

Guru mengkondisikan kelas untuk berdiskusi dengan membentuk 4-5 siswa per kelompok

Siswa mengkondisikan diri sesuai kelompok masing-masing

4. Memberikan tugas kepada siswa

Guru memberi tugas berupa soal kepada siswa

Siswa dapat berdiskusi menyelesaikan soal yang diberikan.

5. Membagikan dua kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada siswa

Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik per kupon pada tiap siswa.

Siswa menuliskan jawaban masing-masing dan membuat catatan penting

6. Jika telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon

Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar.

Siswa menyerahkan kupon

berbicara sewaktu

menyampaikan jawaban atau memberi komentar

7. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi, sedangkan yang masih punya kupon harus berbicara sampai kupon habis, dan seterusnya

Guru memberikan kesempatan siswa lainnya untuk berbicara agar semua siswa aktif

Siswa menyampaikan pendapatnya terkait materi

8. Menyimpulkan pembelajaran

Guru membimbing siswa

menyimpulkan pembelajaran

Siswa bersama guru

menyimpulkan pembelajaran

Sumber : *__Suprijono (2013: 133), Aqib (2014: 33) dan Shoimin (2014: 216).

2.1.15 Keefektifan Model Time Token dalam Pembelajaran PKn

[image:45.595.131.554.157.626.2]
(46)

31

pembelajaran. Pencapaian tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: 1) peningkatan pengetahuan; 2) peningkatan keterampilan; 3) perubahan sikap; 4) perilaku; 5) kemampuan adaptasi; 6) peningkatan integrasi; 7) peningkatan partisipasi; 8) peningkatan interaksi cultural.

Slameto (2013: 92) syarat-syarat yang diperlukan dalam pembelajaran efektif diantaranya; 1) belajar secara aktif, mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis, menganalisis, mengerjakan sesuatu; 2) variasi metode, penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa sehingga kelas lebih hidup; 3) motivasi guna meningkatkan kegiatan belajar; 4) guru harus mampu menciptakan suasana demokratis, lingkungan yang saling menghormati, menghargai, berdiskusi, tanggung jawab, dan lain-lain. 5) pengajaran remedial, sebagai diagnose kesulitan belajar siswa.

Dapat disimpulkan bahwa keefektifan pembelajaran dapat dicapai dengan memenuhi syarat-syarat pembelajaran yaitu peningkatan pengetahuan, keterampilan, partisipasi, perubahan sikap sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(47)

32

menerangkan materi, kemudian memberikan tugas pada masing-masing kelompok. Setelah selesai mengerjakan setiap siswa boleh menjawab soal yang dibahas dengan menyerahkan kuponnya. Masing-masing siswa bebas berpendapat sehingga penilaian guru per individu.

Time token mendorong siswa berpikir aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Meminimalisir adanya siswa yang dominan sebab semuanya memiliki kesempatan sama. Aktivitas siswa dalam pembelajaran diamati melalui lembar observasi sehingga guru dapat lebih mudah melakukan penilaian. Keefektifan model terhadap materi PKn keputusan bersama dengan membandingkan nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen didukung deskripsi aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model time token.

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Penelitian yang relevan sebagai pendukung peneliti mengenai keefektifan model time token terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa adalah:

Penelitian “The Effectiveness Of Cooperative Learning” oleh Chin-Min Hsiung pada Januari 2012 Journal of Engineering Education Vol.101, No. 1. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa kelompok yang menggunakan pembelajaran kooperatif menunjukkan hasil lebih baik tes tertulis daripada kelompok pembelajaran secara individual.

Cooperative Learning In Distance Learning: A Mixed Methods Study

(48)

33

menyimpulkan kelompok yang menggunakan cooperative learning mendapat hasil yang lebih baik daripada kelompok tradisional.

Effect Of Cooperative Learning On Secondary School Students’

Mathematics Achievement” oleh Zulkarnain,dkk pada Februari 2013 Creative Education Vol.4, No.2, 98-100. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang siqnifikan terhadap rata-rata hasil belajar Matematika diantara kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok tradisional. Analisis data mengungkapkan bahwa siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan pemahaman materi dan perkembangan kepercayaan dirinya.

Dari ketiga hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat persamaan yaitu model cooperative learning memberikan pengaruh positif atau efektif terhadap hasil belajar siswa. Keterkaitan dengan penelitian ini sebab model time token termasuk jenis cooperative learning sehingga dapat dijadikan jurnal pendukung.

Penelitian Ichsani,dkk “Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Time Token Arends di Sekolah

Dasar” pada Agustus 2014 Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 3, No 8.

(49)

34

Penelitian Perwitasari,dkk “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Time Token Arends dengan Media Audio Visual pada tahun 2014 Joyful Learning Journal Vol 3 (1). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dalam setiap variabel setiap siklusnya, tingkat pencapaian hasil belajar klasikal siswa siklus I sebesar 71,41%, siklus II sebesar 79,48% dan siklus III 89,74%. Sedangkan perolehan ketuntasan klasikal yang mencapai indikator keberhasilan =80% terpenuhi pada siklus III. Model time token arends dengan media Audio Visual terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn kelas V SDN Tambakaji 03 Semarang.

Penelitian oleh Ichsani dan Perwitasari juga dapat dijadikan pendukung penelitian sebab terdapat beberapa kesamaan yaitu model time token meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan berbicara siswa. Sedangkan perbedaannya pada jenis penelitian tindakan kelas (PTK), sedangkan yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitian eksperimen.

Ningzaswati,dkk “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Time Token terhadap Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI

(50)

35

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Berbantu Puzzle terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X pada Materi Gelombang oleh Latifah Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 No 1 (2015) ISSN 2303-1832. Berdasarkan analisis data pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil t hitung = 7,80 sedangkan t tabel =1,67 sehingga

t hitung > t tabel yaitu 7,80 > 1,67 maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

ada pengaruh yang signifikan menggunakan model time token berbantu puzzle terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Gelombang.

Penelitian Farida berjudul “Penggunaan Time Token Arends untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VIII SMP Negeri Megang Sakti Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian dilakukan Juni 2015 Jurnal Edukasi Musi Rawas Vol. 3 No. 1. Hasil penelitian menjelaskan terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode time token arends. Siklus 1 hanya 38,9% mendapatkan nilai di atas KKM. Pada siklus 2 menjadi 86,1%. maka pembelajaran menggunakan time token arends berhasil.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah disebutkan, terdapat perbedaan dan persamaan pada penelitian ini. Perbedaannya terletak pada mata pelajaran (IPA, Bahasa, Matematika), jenjang pendidikan, jenis penelitian. Persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model time token.

(51)

36

dan aktivitas siswa. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam meneliti apakah model time token efektif diterapkan dalam pembelajaran PKn pada materi Keputusan Bersama kelas V SD Negeri Gugus Cakra Kota Semarang.

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan hasil observasi peneliti, ditemukan permasalahan pada pembelajaran PKn di kelas V SDN Gugus Cakra, yaitu selama proses pembelajaran guru belum menggunakan model yang inovatif sehingga siswa kurang antusias berperan aktif dan sulit memahami materi yang diajarkan.

(52)

37

Permasalahan Hasil Belajar PKn Kelas V SD

Kelas Kontrol

Uji Normalitas

Kelas Eksperimen

Pretest

Uji Homogenitas

Observasi aktivitas siswa pada

kelas eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model konvensional

Kelas Eksperimen Pembelajaran dengan

model time token

Uji Normalitas

Posttest di kedua kelas

Uji Homogenitas Uji t dan

N-Gain

Hasil uji Postest Kelas Kontrol

Hasil uji Posttest Kelas Eksperimen

(53)

38

2.4

HIPOTESIS

Hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan melalui penerapan model time token dapat mengefektifkan pembelajaran yaitu:

Ho : Rata-rata hasil belajar PKn materi keputusan bersama dengan menggunakan model time token lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model konvensional.

(54)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas perlakuan terhadap sampel. Perlakuan yang dimaksud adalah model time token pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol. Kedua kelas diasumsikan homogen dari segi kemampuan belajar, materi dan gugus yang sama. Kedua kelas harus dikontrol dengan teliti agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar valid sehingga dapat diketahui efektif tidaknya model time token.

3.1.2

DesainPenelitian
(55)

40

Bagan 3.1 NonequivalentControl Grup Design Keterangan:

O1 adalah pretest kelompok eksperimen O2 adalah posttest kelompok eksperimen O3 adalah pretest kelompok kontrol

Kelompok O1 (kelompok eksperimen) diberi perlakuan (X) yaitu

menggunakan model time token, sedangkan kelompok O3 (kelompok kontrol)

tidak diberi perlakuan. Kelompok ekperimen dan kontrol diberi pretest (O1-O3)

untuk menghitung kesamaan rata-rata antara kedua kelomptok tersebut. Pada akhir pembelajaran, dilakukan posttest (O2-O4) untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelompok menggunakan model pembelajaran berbeda.

3.2

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian diawali dengan mengambil data nilai ulangan akhir semester I siswa kelas V SDN Tambakaji 01, Tambakaji 03, kemudian dilakukan analisis dengan kondisi kelas. Setelah diketahui penyebab permasalahan selanjutnya menentukan sampel penelitian kelas kontrol dan eksperimen. Peneliti kemudian menyusun kisi-kisi tes yang akan diujicobakan sebagai pedoman menyusun instrumen tes. Berikutnya dilakukan uji coba soal dan analisis data hasil uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Setelah dinyatakan valid, baru diberikan pretest pada kelas eksperimen dan

O1 X O2 O3 O4

Pengaruh perlakuan (O2 - O1) - (O4 - O3)

(56)

41

kontrol. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen menggunakan model time token dan kelas kontrol menggunakan model konvensional. Setelah pemberian perlakuan, peneliti memberikan posttest pada kedua kelas dengan tes yang sama. Hasil dari pretest dan posttest kelas eksperimen dibandingkan dengan hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan dilakukan pembahasan sesuai dengan teori sehingga dapat ditarik kesimpulan terkait hipotesis yang diajukan. Alur pelaksanaan penelitian pada bagan berikut ini.

Pretest Kelas Kontrol Pretest Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan Model konvensional

Pembelajaran dengan Model time token

Posttest Kelas Eksperimen Penyusunan Instrumen/tes

Uji coba instrumen

Instrumen Valid Pra-Reseach

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan laporan Posttest Kelas

Kontrol

Bagan 3.2

(57)

42

3.3

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian SDN Gugus Cakra Kota Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 antara bulan Februari-Juni 2016, dengan tahapan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan identifikasi masalah, penyusunan proposal, instrumen, rencana pembelajaran, serta konsultasi dan izin tempat pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi uji coba lapangan pada sampel di dalam populasi selain sampel, penerapan model time token di kelas eksperimen dan model konvensional di kelas kontrol, serta pengambilan data sesuai instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi tahap analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Analisis data meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, uji N-Gain.

3.4

SUBJEK PENELITIAN

(58)

43

3.5

POPULASI

[image:58.595.193.431.351.575.2]

Penelitian pendidikan sama halnya penelitian lain yang ditujukan untuk mendapat kesimpulan tentang kelompok besar dalam lingkup wilayah luas dengan hanya meneliti kelompok kecil dalam daerah yang sempit. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian disebut populasi (Sukmadinata 2009: 250). Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V SDN Gugus Cakra Semarang yang terdiri dari tujuh SD Negeri.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa

No SDNegeri Jumlah siswa

kelas V 1 SDN Tambakaji 01 62 siswa 2 SDN Tambakaji 02 36 siswa 3 SDN Tambakaji 03 60 siswa 4 SDN Tambakaji 05 42 siswa 5 SDN Wonosari 01 65 siswa 6 SDN Wonosari 02 77 siswa 7 SDN Wonosari 03 65 siswa Jumlah semua siswa 407 siswa

3.6

SAMPEL

(59)

44

dalam populasi, sampel yang diambil kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Data jumlah siswa kelas V SDN Gugus Cakra yaitu 407 siswa, sehingga ukuran sampel diambil 30% yaitu 122 siswa. Penentuan sekolah secara random sebagai berikut SDN Tambakaji 01, SDN Tambakaji 03 dan SDN Tambakaji 05. Dari ketiga SD, terdapat lima kelas yakni kelas VA dan VB SDN Tambakaji 01, VA dan VB SDN Tambakaji 03 dan kelas V SDN Tambakaji 05. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol harus memenuhi uji normalitas dan homogenitas data yaitu kelas VB SDN Tambakaji 01 sebagai kelas eksperimen dan VB Tambakaji 03 sebagai kelas kontrol.

3.7

VARIABEL PENELITIAN

Terdapat tiga jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (X), variabel terikat (Y), dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono 2013: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model time token dengan pengukuran keefektifan model melalui uji hipotesis dan uji normal gain rata-rata nilai pretest-posttest kelompok kontrol dan eksperimen. 2. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

(60)

45

3. Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono 2013: 64). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar, materi pembelajaran, jumlah jam, fasilitas sekolah dan kualifikasi guru (tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan jenis kelamin).

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

No. Definisi Operasional Variabel

1. Shoimin (2014: 216) model time token merupakan model yang mengajarkan ketrampilan sosial, sehingga menghindari siswa yang dominan atau pendiam, semua siswa aktif belajar berbicara di depan umum, keefektifan model terlihat dari penguasaan materi keputusan bersama selama pembelajaran menggunakan model time token.

Keefektifan model pembelajaran Time Token

2. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar

(Rifa’i dan Anni, 2012: 69). Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif.

Hasil belajar PKn

3.8

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(61)

46

3.8.1 Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Salah satu jenis tes yang dapat mengukur pencapaian siswa setelah mempelajari sesuatu adalah tes prestasi (Arikunto 2013: 193). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi keputusan bersama kelas eksperimen dan kontrol dengan ketentuan sebagai berikut. Prosedur tes : tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

Jenis tes : tertulis

Bentuk tes : pilihan ganda.

3.8.2 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono 2013: 203) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran kelas eksperimen. Hasil dari observasi akan dibentuk skor-skor berskala 1 sampai 4 kemudian dikonfersi menjadi persentase dengan rumus sebagai berikut:

Presentase aktivitas siswa = � � � � ℎ

(62)
[image:62.595.183.469.150.250.2]

47

Tabel 3.3

Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Persentase Kriteria

0% - 24,99 % rendah

25% - 49,99% sedang

50% - 74,99% tinggi

75% - 100% sangat tinggi

Sumber: Kusumah,dkk (2012: 154)

Hasil perhitungan persentase siswa tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kriteria tertentu menurut Kusumah,dkk (2012: 154).

3.8.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto 2013: 274). Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama siswa dan hasil belajar sebelum/sesudah perlakuan, surat-surat, foto atau video pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol.

3.9

UJI PRASYARAT INSTRUMEN

3.9.1 Uji Validitas

(63)

48

r

pbis

=

−�

��

(Arikunto 2013: 326) Keterangan:

r

pbis : Koefisien korelasi point biserial

Mp : Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul

item yang dicari korelasinya dengan tes. Mt : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh

pengikut tes).

St : Standar deviasi skor total.

p : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q : 1- p

Jika

r

pbis

> r

tabel dan α = 5% maka alat ukur dikatakan valid. Hasil

perhitungan dengan korelasi point biserial dapat dikonsultasikan ke Tabel r hasil korelasi product moment.

3.9.2 Uji Reliabilitas

(64)

49

ketetapan meskipun diteskan berkali-kali. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan rumus K- R20 :

r

11

=

k � −

(Arikunto 2013: 231)

Keterangan:

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal Vt = varians total

p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 –p) Jika > maka tes dapat dikatakan reliabel

Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut.

0,800 < r ≤ 1,000 : sangat tinggi

0,600 < r ≤ 0,800 : tinggi

0,400 < r ≤ 0,600 : cukup

0,000 < r ≤ 0,200 : sangat rendah ( Sundayana 2015: 70)

3.9.3 Uji Coba Instrumen

Peserta uji coba instrumen penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tambakaji 05. Setelah dilakukan analisis statistik uji coba soal, selanjutnya adalah menentukan butir soal sebagai instrumen tes hasil belajar.

3.9.3.1 Uji Tingkat Kesukaran Soal

(65)

50

mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks kesukaran antara 0 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Rumus yang digunakan untuk menguji tingkat/taraf kesukaran soal sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

(66)

51

3.9.3.2 Daya Pembeda Butir Soal

Suatu soal yang dapat dijawab benar oleh semua siswa baik yang pandai maupun yang tidak pandai, maka soal tersebut tidak baik karena tidak memiliki daya pembeda begitu juga sebaliknya. Arikunto (2013: 226) menjelaskan daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Gambar

gambar/video dan bertanya
Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4  Kriteria Skor Gain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Iriawan mengajak PJU Polda Bali, Staf Asops dan seluruh anggota yang berada di Polres Karangasem untuk makan bersama menikmati apa yang beliau masak bersama Polwan dan Bhayangkari

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatn model yang memungkinkan profesiaonal sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang

penggunaan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2011

[r]

Bahan dasar produk kerajinan bahan alam berupa vas bunga yang terdapat pada gambar dibawah ini adalah …..

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan

Berdasarkan keempat kaidah tersebut, switch probability (p) digunakan untuk memilih tipe penyerbukan yang akan mengontrol proses optimasi pada iterasi..

Dari tanggapan responden yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa DPRD Kota Pekanbaru periode 2009-2014 sudah baik dalam responsivitas pelaksanaan fungsi