i
KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI
SAMIRONO YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh Viski Ristyaspuri NIM 13108244015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI
SAMIRONO YOGYAKARTA
Oleh:
Viski Ristyaspuri NIM 13108244015
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model cooperative learning tipe time token terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Samirono. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian eksperimen dengan desain quasi experimental design dengan tipe Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Samirono dengan subjek penelitian siswa kelas V SD Negeri Samirono yang berjumlah 33 siswa, dengan rincian 17 siswa kelas VA dan 16 siswa kelas VB. Kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar dan observasi. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya Keefektifan Model Cooperative Learning Tipe Time Token terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut dibuktikan dengan hasil uji-t ( t-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan perolehan nilai t sebesar 2,203, nilai thitung > ttabel (2,203 > 2,042). Kelas eksperimen memperoleh hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest sebesar 35,40 sedangkan kelas kontrol memperoleh hasil perhitungan selisih mean pretest-posttest sebesar 27,70. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dimaknai bahwa kelas eksperimen memiliki perubahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
iii
THE EFFECTIVENESS OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF TIME TOKEN ON STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT ON SOCIAL SCIENCE SUBJECT OF THE FIFTH GRADE STUDENTS AT
ELEMENTARY SCHOOL OF SAMIRONO YOGYAKARTA
By:
Viski Ristyaspuri NIM 13108244015
ABSTRACT
This research aims to find out the effectiveness of cooperative learning model of time token on students’ learning achievement on Social Science subject of the fifth grade students at Elementary School of Samirono.
The research used quantitative approach and classified as a quasi-experimental in form of Nonequivalent Control Group Design. The research was conducted in Elementary School of Samirono. It involved 33 fifth grade students of Elementary School of Samirono in which the class VA (17 students) as the control group, whereas the class VB (16 students) as the experimental group. The data were collected by using test and observation. The research conducted was the study of population so that the data analysis technique was done through descriptive analysis.
The research result shows that the effectiveness of cooperative learning model of time token affects the fifth grade students’ learning outcomes on Social Science subject at Elementary School of Samirono. It is proven by the results of the t-test on the control and experiments classes which gain 2.203 of t value. This finding is indicated by the tcount which is bigger than the ttable (2.203 > 2.042). The experimental groups’ pretest-posttest mean difference is 35.40, whereas the control groups’ pretest-posttest mean difference is 27.70. Based on aforementioned calculation results, the experimental group has higher score difference score than the control group.
vii MOTTO
“Yang paling dekat adalah kematian
Yang paling jauh adalah masa lalu
Yang paling besar adalah hawa nafsu
Yang paling berat adalah memegang amanah
Yang paling ringan adalah meninggalkan shalat
Dan yang paling tajam adalah lisan manusia”
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur atas nikmat dan rahmat-Nya
Alhamdulillahirabbil’alamin, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak, Ibu dan keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan
doa.
2. Almameter Universitas Negeri Yogyakarta.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Cooperative Learning Tipe Time Token terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta” sesuai waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hidayati, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Ibu Hidayati, M.Hum selaku validator instrumen penelitian Tugas Akhir Skripsi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Ibu Hidayati, M.Hum selaku ketua penguji, Ibu Safitri Yosita Ratri selaku sekretaris dan Bapak Dr. Haryanto selaku penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. 4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua jurusan beserta dosen dan staf yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.
5. Bapak Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi
6. Ibu Siti Daroyah Anggraeni, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Samirono yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini
x
8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khusunya dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Yogyakarta, 12 Juni 2017 Penulis
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D.Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Tentang Mata Pelajaran IPS ... 10
1. Definisi IPS ... 10
2. Tujuan IPS ... 11
3. Ruang Lingkup IPS ... 13
B.Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar ... 15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20
C.Kajian Tentang Model Cooperative Learning Tipe Time Token .. 25
1. Definisi Model Cooperative Learning ... 25
2. Karakteristik Model Cooperative Learning ... 27
3. Prinsip-Prinsip Model Cooperative Learning ... 28
4. Model Cooperative Learning Tipe Time Token ... 31
D.Kajian Tentang Metode Ceramah Bervariasi ... 33
xii
F. Keterkaitan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Time
Token dengan Hasil Belajar Siswa ... 39
G.Penelitian yang Relevan ... 40
H.Kerangka Berpikir ... 41
I. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 43
B.Desain Penelitian ... 43
C.Subjek Penelitian ... 45
D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
1. Tempat Penelitian ... 46
2. Waktu Penelitian ... 47
E.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47
F. Variabel Penelitian ... 50
G.Definisi Operasional ... 51
H.Teknik Pengumpulan Data... 52
I. Instrumen Penelitian ... 53
J. Teknik Analisis Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 64
B.Pelaksanaan Penelitian ... 65
C.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 66
1. Deskripsi Data Hasil Belajar ... 66
2. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa ... 73
3. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Guru... 80
D.Analisis Data ... 81
E.Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
F. Keterbatasan Penelitian ... 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 90
B.Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester 1 Mata
Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD Negeri Samirono. 3
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Tengah Semester Siswa Pada Semester 1 Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2016/2017 ... 4
Tabel 3. Jumlah Populasi Siswa Kelas V SD Negeri Samirono... 46
Tabel 4. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar IPS sebelum uji Validitas ... 55
Tabel 5. Kisi-Kisi Observasi Sikap Siswa ... 57
Tabel 6. Koefisien reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006: 276) ... 60
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 60
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 65
Tabel 9. Distribusi Frekuensi nilai pretest kelas eksperimen ... 66
Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Pretest Kelas Eksperimen... 67
Tabel 11. Distribusi Frekuensi nilai pretest kelas kontrol ... 68
Tabel 12. Statistik deskriptif hasil belajar pretest kelas kontrol ... 69
Tabel 13. Distribusi Frekuensi nilai posttest kelas eksperimen ... 69
Tabel 14. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen ... 70
Tabel 15. Distribusi Frekuensi nilai posttest kelas kontrol ... 71
Tabel 16. Statistik deskriptif hasil belajar posttest kelas kontrol ... 72
Tabel 17. Selisih mean pretest-posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 72
Tabel 18. Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Eksperimen dari pertemuan I-III ... 74
xiv
Tabel 20. Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Kontrol dari pertemuan I-III ... 77
Tabel 21. Perbandingan Hasil Observasi Sikap Siswa Kelas Kontrol ... 79
Tabel 22. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eskperimen... 80
Tabel 23. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Kontrol ... 81
Tabel 24. Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82
Tabel 25. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ... 82
Tabel 26. Hasil Perhitungan Uji t Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 83
Tabel 27. Hasil Perhitungan Uji t Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2010: 116) ... 44
Gambar 2. Skema hubungan variabel bebas dan varibel terikat ... 51
Gambar 3. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 67
Gambar 4. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 68
Gambar 5. Diagram Batang Nilai Postest Kelas Eksperimen ... 70
Gambar 6. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 71
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Subjek Penelitian... 95
Lampiran 2. Nilai UTS Semester Gasal ... 96
Lampiran 3. Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen ... 98
Lampiran 4. Rincian Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 100
Lampiran 5. Uji Reliabilitas Hasil Belajar ... 101
Lampiran 6. Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 102
Lampiran 7. Data Mentah Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 109
Lampiran 8. Nilai Pretest-Posttest Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 115
Lampiran 10. Hasil Analisis Data ... 119
Lampiran 11. Instrumen Observasi ... 121
Lampiran 12. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131
Lampiran 13. Hasil Observasi Kegiatan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 146
Lampiran 15. Dokumentasi ... 186
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah
dasar. IPS adalah mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial. Menurut Hidayati (2004: 9) IPS adalah fusi dari disiplin
ilmu-ilmu sosial. Pengertian fusi bahwa IPS adalah suatu bidang studi utuh yang
tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa
bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah
secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.
Akbar dan Sriwiyana (2010: 77- 78) menjelaskan bahwa salah satu tujuan
dari mata pelajaran IPS di SD adalah agar siswa memiliki kemampuan mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya.
Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian dan tujuan IPS di atas, maka dibutuhkan suatu pola
pembelajaran untuk menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Untuk
mewujudkan pembelajaran yang baik dan ideal, proses pembelajaran perlu
direncanakan dan dipertimbangkan agar dalam pelaksanaannya dapat berlangsung
dengan baik. Setiap guru harus mengetahui komponen-komponen yang
mendukung keberhasilan proses pembelajaran seperti keadaan siswa, media,
2
dalam belajar tergantung pada model penyajian materi. Joyce & Weil (Rusman,
2011: 132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain.
Model penyajian materi yang menarik, menyenangkan, tidak membosankan,
dan mudah dipahami siswa tentunya akan membawa pengaruh positif terhadap
keberhasilan belajar. Dengan begitu siswa akan terlibat langsung dan akan
memiliki pemahaman yang baik. Pemahaman yang baik tersebut tentunya akan
berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Menurut Susanto (2015: 5) yang dimaksud
dengan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan
belajar.
Salah satu kompetensi yang dimiliki oleh guru profesional adalah
kemampuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Dalam pembelajaran IPS,
guru hendaknya dapat mengarahkan dan membimbing siswanya dalam menguasai
konsep dasar, sehingga siswa dapat membentuk struktur ilmu pengetahuannya
sendiri (Sapriya, 2012: 48). Akan tetapi, pembelajaran IPS saat ini masih sangat
memerlukan perhatian karena pembelajaran yang sepenuhnya belum terwujud
dengan baik misalnya terkait dalam praktik pembelajaran langsung di lapangan.
Kegiatan belajar yang monoton dapat membuat siswa kurang tertarik dan
membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila
3
materi yang akan diajarkan, jika tidak dapat memilih model pembelajaran yang
tepat belum menjamin siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VA dan VB SD Negeri
Samirono yang dilakukan pada hari jum’at tanggal 04 November 2016, kurikulum yang diterapkan di SD Negeri Samirono masih menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan diperoleh bahwa hasil belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran IPS tergolong masih rendah. Jika dibandingkan dengan
Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang diterapkan oleh sekolah, nilai
rata-rata siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan. Selain itu dalam pembelajaran
IPS siswa terlihat kurang aktif dibandingkan dengan pelajaran lain. Adapun
rincian nilai rata-rata setiap mata pelajaran pada ulangan tengah semester tahun
ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester 1 Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD Negeri Samirono
No Mata Pelajaran Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester
Kelas VA Kelas VB 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 67,47 52,31
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 36,00 48,00
3. Bahasa Indonesia 61,18 72,25
4. Matematika 47,18 62,81
5. Pendidikan Kewarganegaraan 70,88 73,63
Dari tabel di atas membuktikan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran
IPS di kelas V SD Negeri Samirono kurang optimal. Dari 33 siswa kelas V,
rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Rata-rata-rata nilai siswa kelas VA sebesar 67,47
4
semester siswa pada semester 1 mata pelajaran ips tahun ajaran 2016/2017 adalah
sebagai berikut.
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Tengah Semester Siswa Pada Semester 1 Mata Pelajaran IPS Tahun Ajaran 2016/2017
Kelas Nilai Jumlah Siswa
<75 >75
VA 10 7 17
VB 15 1 16
Jumlah 25 8 33
Presentase % 76 % 24 % 100 %
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah ketuntasan siswa mata pelajaran
IPS menunjukkan bahwa pada kelas VA terdapat 10 siswa belum mencapai KKM
dan 7 siswa sudah mencapai KKM. Sedangkan pada kelas VB terdapat 15 siswa
belum mencapai KKM dan 1 siswa sudah mencapai KKM. KKM yang ditetapkan
sekolah pada mata pelajaran IPS adalah 75,00. Siswa dapat dinyatakan tuntas
apabila hasil belajarnya lebih dari KKM atau minimal sama dengan KKM dan
apabila hasil belajar siswa berada dibawah KKM maka siswa dinyatakan belum
tuntas.
Hasil pengamatan peneliti saat melakukan kegiatan observasi dan wawancara
dibulan November 2016 di SDN Samirono Yogyakarta, didapatkan permasalahan
pada kualitas pembelajaran yang belum optimal. Pada saat proses pembelajaran
guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara konkret yang mampu
menarik perhatian siswa. Media yang banyak digunakan guru ketika pembelajaran
IPS adalah peta dan globe padahal tidak semua materi dapat menggunakan media
tersebut. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, faktor guru yang belum
5
membuat media yang menjadi penyebab guru tidak menggunakan media
pembelajaran.
Lebih lanjut, saat proses pembelajaran berlangsung guru mengajar masih
bersifat teacher center (berpusat pada guru) karena penyampaian materi masih
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Aktivitas siswa sebatas
mendengarkan penjelasan guru tanpa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Hal inilah yang menjadi penyebab pembelajaran di kelas bersifat teoritis sehingga
menimbulkan kejenuhan siswa terhadap proses pembelajaran. Penyampaian
materi yang kurang menarik dari guru akan mengalihkan siswa dengan kegiatan
lain seperti bermain sendiri, mengobrol dengan teman sebangku bahkan sibuk
menganggu teman yang lainnya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, beliau mengungkapkan
bahwa pada saat proses pembelajaran beliau masih merasa kesulitan dalam
mengaktifkan siswa. Ketika guru menjelaskan siswa cenderung diam dan tidak
bertanya. Guru sudah berupaya untuk memancing siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan, namun belum semua siswa aktif. Hal ini dapat terlihat pada saat
kegiatan tanya jawab hanya beberapa anak yang berani mengangkat tangan untuk
menjawab pertanyaan guru. Sedangkan siswa yang lainnya hanya diam saja.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, sebenarnya banyak model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjadikan siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe time token. Menurut Huda (2014: 239)
6
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Siswa mendapatkan kesempatan secara merata dan dapat memberikan
kontribusi saat pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran siswa
akan terlibat aktif dan belajar berbicara di depan umum, mengungkapkan
pendapatnya tanpa harus merasa takut dan malu.
Salah satu kelebihan model pembelajaran time token adalah melatih siswa
untuk mengungkapkan pendapatnya, membantu siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi. Usia sekolah dasar merupakan masa perkembangan kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata sehingga dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe time token memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui interaksi
dengan teman sebaya. konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar yang di kemukakan oleh Jean Piaget bahwa siswa sekolah dasar
berada dalam tahap perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini umumnya
siswa lebih menyukai proses pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur
bermain dan mengelompok dengan temannya. Oleh karena itu, guru berusaha
membuat pembelajaran yang bermakna agar materi pelajaran yang berisi
7
Dari permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul tentang keefektifan
model cooperative learning tipe time token terhadap hasil belajar IPS siswa kelas
V SD Negeri Samirono Yogyakarta.
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan pembelajaran IPS di SD Negeri Samirono yaitu sebagai berikut:
1. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang
aktif.
2. Guru belum terampil dalam membuat media.
3. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.
4. Terjadi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
5. Guru merasa kesulitan dalam mengaktifkan siswa ketika pembelajaran.
6. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai KKM.
7. Model pembelajaran cooperative learning tipe time token belum pernah
diterapkan dalam proses pembelajaran IPS.
C.Batasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, tidak semua masalah akan
diteliti. Hal ini dimaksudkan agar penelitian memperoleh hasil yang maksimal.
Penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
belum mencapai KKM dan belum diterapkannya model cooperative learning tipe
8 D.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. “Adakah perbedaan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta?”
2. “Seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran cooperative learning tipe
time token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Negeri Samirono Yogyakarta?”
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelititan ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Perbedaan model pembelajaran cooperative learning tipe time token dengan
metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri
Samirono Yogyakarta.
2. Seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran cooperative learning tipe time
token dengan metode ceramah bervariasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas
V SD Negeri Samirono Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
9 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dasar khususnya mengenai
pembelajaran IPS.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan
masukan bagi guru sebagai alternatif dalam penggunaan model pembelajaran
IPS agar guru menjadi lebih kreatif sehingga diharapkan dapat memberikan
pembelajaran yang lebih efektif, efisien, variatif dan menyenangkan.
b. Bagi siswa
Dengan penelitian ini diharapkan konsep-konsep IPS mudah dikuasai dan
bermakna bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan referensi, bahan pertimbangan dan wacana dan
penyempurnaan kurikulum khususnya untuk sekolah dasar.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan serta pengetahuan dalam meningkatkan motivasi siswa
10 BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian Tentang Mata Pelajaran IPS
1. Definisi IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat dengan IPS merupakan
perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial
yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah. Menurut
(Hidayati, 2002: 4) IPS di pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik,
ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi dan sosiologi yang memiliki objek
material kajian yang sama yaitu manusia.
Akbar dan Sriwiyana (2010: 77) IPS merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD memuat perpaduan materi
geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Dengan mempelajari IPS siswa
mendapatkan bekal pengetahuan dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain
dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik secara
individu maupun secara kelompok. Sehingga nantinya diharapkan peserta didik
dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
Susanto (2015:143) menyatakan bahwa Pendidikan IPS di SD merupakan
bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan
interaksinya dalam masyarakat. oleh karena itu peranan IPS sangat penting untuk
11
agar kelak siswa dapat menjadi warga negara yang baik yang mampu memahami
dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya serta mampu secara
aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupannya.
Sapriya (2012: 194) menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis. Artinya bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran
pengetahuan yang mengacu pada aspek kehidupan yang riil (nyata) dimana
pengetahuan tersebut digali dari kehidupan sehari hari seperti ilmu sejarah,
ekonomi, geografi serta antropologi adalah hal-hal yang sering ditemui dalam
kelangsungan hidup di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah
perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup
antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi,
agama, dan psikologi yang sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran IPS
dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar IPS
memuat perpaduan materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi.
2. Tujuan IPS
Tujuan IPS menurut Hidayati (2004: 12) adalah untuk memperkaya dan
mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan
dalam lingkungannya. Anak didik dilatih dilatih untuk menempatkan dirinya
12
hidup yang lebih baik. Dengan demikian anak didik akan lebih peka terhadap
lingkungan beserta masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan terampil dalam
mengatasi masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Akbar dan Sriwiyana (2010: 78) tujuan pembelajaran IPS adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan:
a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
Solihatin dan Raharjo (2007: 15) mengungkapkan bahwa tujuan dari
pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan
dan lingkungannya, serta berbagai bekal pada siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Munir
(Susanto, 2015: 150) bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS
pembelajaran di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat.
b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian.
d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
13
Sapriya (2015: 12) IPS di tingkat sekolah bertujuan untuk mempersiapkan
para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta
kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran IPS adalah untuk mengajarkan dan memberikan bekal konsep
ilmu-ilmu sosial dan mengembangkan segala kemampuan yang ada pada diri anak baik
dari bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, membentuk sikap kepedulian
sosial dan memiliki sikap mental positif serta terampil dalam mengatasi setiap
masalah sehari-hari yang nantinya akan berguna bagi dirinya serta masyarakat dan
bangsa. Dari bekal tersebut diharapkan siswa dapat peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat serta dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk
menjadi warga negara yang baik.
3. Ruang Lingkup IPS
Salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai sekolah menengah adalah mata pelajaran IPS. Pengorganisasian mata
pelajaran IPS di sekolah dasar dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada
disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa
sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan usia dan kebiasaan dalam
14
Menurut Akbar dan Sriwiyana (2010: 78) ruang lingkup mata pelajaran IPS
di SD/MI meliputi beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
a. Manusia, tempat tinggal dan lingkungan.
b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan.
c. Sistem sosial budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fajar (2002: 111) yang menjelaskan
ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI adalah sebagai berikut.
a. Sistem sosial budaya.
b. Manusia, tempat dan lingkungan. c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. e. Sistem berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup
mata pelajaran IPS di SD/MI adalah manusia, tempat tinggal dan lingkungan;
waktu, keberlanjutan dan perubahan; sistem sosial budaya; perilaku ekonomi dan
kesejahteraan serta sistem berbangsa dan bernegara. Sedangkan ruang lingkup
dalam penelitian ini meliputi waktu, keberlanjutan dan perubahan serta sistem
berbangsa dan bernegara.
Dalam penelitian ini materi pokok IPS kelas V semester 2 yang digunakan
untuk penelitian yakni Kompetensi Dasar 2.2 yaitu menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi
Dasar 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
15 B.Kajian Tentang Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003: 2) Belajar dapat didefinisikann sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu
proses atau suatu kegiatan, belajar itu bukan sekedar mengingat dan menghafal
saja namun lebih luas dari itu yaitu mengalami.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Perubahan yang diperlihatkan
dalam bentuk tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari yang sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan dimana siswa
belajar melakukan sendiri atau dengan mengalaminya sendiri (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 7).
Selanjutnya menurut Aunurrahman (2016: 34) mengungkapkan bahwa
seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya
terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Selain itu perubahan juga terjadi dari tidak paham menjadi paham, dari
kurang terampil menjadi terampil berkat interaksi aktif siswa secara langsung
dengan lingkungan sekitar. Sehingga dari perubahan itu akan diperoleh kecakapan
16
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar disini diartikan sebagai
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku seseorang yang relatif tetap baik
dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak. Perubahan yang terjadi bukan
karena kematangan seseorang dalam berkembang tetapi perubahan yang diperoleh
melalui usaha yang merupakan hasil dari pengalaman.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran unuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar hanya terjadi
pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu yang belajar
akan menampilkan perilaku belajar yang berbeda.
Purwanto (2010: 44) mendefinisikan hasil belajar adalah perolehan yang
didapatkan setelah siswa mengalami belajar sehingga mengalami perubahan
perilaku dibanding sebelumnya. Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari tingkah
laku yang tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.
Selanjutnya menurut Slameto (2015: 5) hasil belajar adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Dengan demikian penguasaan hasil
belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya dalam bentuk penguasaan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik setelah siswa menerima
pengalaman belajarnya.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
17
objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil dari kegiatan belajar
pada diri siswa mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, hasil belajar yang diukur
merefleksikan tujuan instruksional. Peranan tujuan instruksional berisi rumusan
kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur
penting sebagai dasar dan acuan penilaian (Sudjana, 1992: 3).
Purwanto (1992: 33) menjelaskan bahwa tes hasil belajar ialah tes yang
dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru
kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran sekolah dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Tes yang biasa digunakan
guru terdapat dua macam, yakni tes yang telah ditetapkan dan tes buatan guru
sendiri.
Dengan memperhatikan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dengan hasil belajar diharapkan adanya perubahan
perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku tersebut disebabkan karena
siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan oleh guru. Hasil
belajar berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada
pokok bahan IPS yaitu materi persiapan kemerdekaan Indonesia.
Hasil belajar menurut Bloom dalam Sudjana (1992: 22-33) dibagi menjadi
18 a. Ranah Kognitif
Hasil belajar ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi
kegiatan sejak dari sensori menerima stimulus eksternal lalu disimpan dan diolah
dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Secara hierarki Bloom membagi tingkat
hasil belajar kognitif menjadi Enam tingkatan hasil belajar yaitu:
1) pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan memanggil kembali fakta yang
disimpan dalam otak yang digunakan untuk mengingat informasi yang sudah
dipelajarimisalnya tentang nama, istilah, rumus-rumus, istilah, pasal dalam
undang-undang, nama-nama tokoh, ide, gejala dan lain sebagainya,
2) pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan seseorang untuk
menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna
atau arti suatu konsep yang dijelaskan dengan kata-katanya sendiri,
3) penerapan (application) yaitu kemampuan mengaplikasikan suatu bahan
pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum,
konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret,
4) analisis (analysis) yaitu kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bagian bahan itu,
5) sintesis (synthesis) yaitu kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke
19
terstruktur. Seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak
dari berbagai informasi yang tersedia,
6) evaluasi (evaluation) adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif.
Evaluasi berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi yang akan
membentuk tingkah laku siswa. Hasil belajar afektif dibagi menjadi lima
tingkatan yang meliputi:
1) penerimaan (receiving) adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang
terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah,
2) penanggapan (responding) adalah kesediaan memberikan respon dengan
berpartisipasi,
3) penghargaan (valuing) adalah kesediaan menentukan pilihan sebuah nilai dari
rangsangan tersebut,
4) pengorganisasian (organization) adalah kesedian mengorganisasikan
nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman dalam berperilaku,
5) karakterisasi nilai (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga
menjadi bagian dari pribadi dalam berperilaku sehari-hari.
c. Ranah Psikomotor
Domain psikomotorik adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
20
menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan
mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan
kompleks. Hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila
siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpason dalam Purwanto
(2010: 52) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotor menjadi enam, yaitu:
1) persepsi (perception) adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain,
2) kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan,
3) gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan,
4) gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh,
5) gerakan kompleks (adaption) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat,
6) kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan atau mengombinasikan gerakan.
Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti
proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah
hasil usaha anak untuk menguasai mata pelajaran yang akan dicapai. Hasil belajar
IPS dalam penelitian ini menitikberatkan pada ranah kognitif yaitu (C1)
pengetahuan, (C2) pemahaman dan (C3) penerapan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar yang diperoleh siswa tentunya tidak lepas dari
faktor-faktor dalam proses pembelajaran. Munculnya faktor-faktor-faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa bukan karena kelemahan guru semata-mata
akan tetapi bahwa kegiatan belajar merupakan suatu aktivitas yang dinamis.
Faktor-faktor psikologis yang hadir dalam diri siswa ketika belajar juga memberi
21
Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa. Ada tiga faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Faktor intern meliputi:
1) Kecerdasan Anak
Kecerdasan anak mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar.
Kecerdasan berkaitan dengan cepat atau lambatnya penerimaan informasi dan
penyelesaian masalah. Seseorang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi bisa
akan lebih berhasil dari pada seseorang yang mempunyai kecerdasan yang rendah.
Ini berarti bahwa kecerdasan berpotensi dasar bagi pencapaian hasil belajar siswa.
2) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar termasuk dalam salah satu aspek psikologis yang dapat
diketahui oleh diri individu itu sendiri. Kesulitan berkonsentrasi merupakan
indikator adanya masalah yang dihadapi siswa. Bimbingan, perhatian serta bekal
kecakapan seorang guru mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian
hasil belajar siswa.
3) Minat
Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Kegiatan yang
diminati seseorang dengan disertai rasa senang akan diperhatikan terus menerus.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, seseorang yang mempunyai minat
22
menjadikan siswa lebih giat dalam belajar yang akhirnya dapat melakukan
pencapaian prestasi yang baik.
4) Motivasi Belajar
Perilaku yang menunjukkan seseorang untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhannya disebut dengan motivasi. Motivasi menjadi kekuatan yang
mendorong siswa mendayagunakan seluruh potensi yang ada pada dirinya dalam
mewujudkan tujuan belajar. Rendahnya motivasi belajar akan memberikan
dampak pada ketercapaian hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi akan
terlihat melalui kesungguhannya untuk terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
5) Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.
Kondisi badan yang cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk
ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat indera dalam
tubuhnya terganggu berpengaruh terhadap proses belajar siswa.
6) Kesiapan dan Kematangan
Kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Selain itu kesiapan juga timbul dari dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Karena kematangan
berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Jika siswa belajar sudah ada
23 b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Faktor-faktor eksternal meliputi:
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak karena dari
keluarga anak menerima pendidikan. Keluarga yang sehat besar, artinya untuk
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat
pernyataan tersebut dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga dalam
pendidikan anaknya. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
misalnya cara orang tua mendidik anak-anaknya. Selain itu, suasana rumah yang
tenang dan tenteram, keadaan ekonomi, pengertian dari orang tua, perkataan dan
bimbingan orang tua juga akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Oleh
karena itu, kondisi rumah yang baik akan mempengaruhi anak belajar dengan
baik, begitupun sebaliknya. Kebiasaan keluarga akan mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar
mendorong semangat anak untuk belajar guna mencapai prestasi belajar yang
baik.
2) Lingkungan Sekolah
Selain di rumah waktu belajar anak akan berada di sekolah. Faktor sekolah
24
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
Lingkungan sekolah yang baik akan mempengaruh pencapaian hasil belajar.
3) Lingkungan Sosial (teman sebaya)
Setiap anak tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungannya, terutama di
lingkungan sekolah. Lingkungan sosial dapat memberi pengaruh positif maupun
negatif kepada anak. Lingkungan sosial yang tidak menguntungkan bagi
perkembangan siswa akan mendatangkan dampak negatif terhadap proses dan
hasil belajar yang diperoleh. Pada sisi lain, lingkungan sosial juga memberi
pengaruh positif terhadap siswa. Peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman
sebaya yang mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Selain itu
motivasi dalam belajar siswa, juga dapat mengalami perubahan sikap positif yang
ia tiru dalam pergaulan dan interaksi sehari-hari.
4) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat. Pengaruh dari teman bergaul siswa akan lebih cepat masuk dalam
jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh yang baik terhadap siswa,
begitu juga sebaliknya. Bila kehidupan sekitar masyarakat adalah orang-orang
terpelajar yang baik, mereka mendidikkan dan menyekolahkan anak-anaknya,
antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak/siswa juga
25
Pengaruh moral yang baik dan orang-orang yang berpendidikan disekitarnya akan
memberikan pengaruh yang dapat mendorong semangat anak untuk giat belajar.
5) Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar anak juga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
belajarnya. Seperti bangunan rumah, keadaan lalu lintas, suasana sekitar dan
iklim. Kondisi yang tenteram dilingkungan tempat tinggal anak akan menunjang
untuk memperoleh hasil yang belajar yang maksimal.
Keberhasilan belajar merupakan tujuan akhir dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga orang tua,
sekolah dan masyarakat harus berupaya secara optimal memahami berbagai
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan dalam
pencapaian hasil belajar, termasuk dalam hasil belajar IPS. Salah satu faktor
eksternal yang digunakan adalah untuk mempengaruhi hasil belajar IPS dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe time token. Dengan
menggunakan model pembelajaran tersebut diharapkan akan memudahkan anak
dalam menerima materi yang diajarkan guru serta dapat mempengaruhi hasil
belajar IPS siswa.
C.Kajian Tentang Model Cooperative Learning Tipe Time Token 1. Definisi Model Cooperative Learning
Menurut Rusman (2011: 204) cooperative learning adalah teknik
pengelompokkan yang terdiri dari 4-5 orang yang didalamnya siswa belajar
bersama dalam menguasai materi yang diberikan guru dengan tujuan yang terarah.
26
kelompok. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.
Cooperative learning adalah sikap atau perilaku dalam bekerja sama dalam
kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dimana keberhasilan kelompok
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Dengan bekerja sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan
motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Sehingga pengembangan kualitas
diri dapat diasah dengan baik, karena ketika berkelompok interaksi yang saling
percaya, terbuka dan santai dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan pengetahuan sikap, nilai dan moral serta keterampilannya
(Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).
Menurut Slavin (2015: 33) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang
mereka butuhkan dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat. Model
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat. Kelompok belajar
yang dapat mencapai hasil belajar dengan maksimal akan diberikan penghargaan,
penghargaan ini untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar siswa.
Sementara itu Ibrahim dalam Trianto (2010: 60) menjelaskan bahwa
cooperative learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang
luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan
27
peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan
belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal ini dilandasi dengan pemikiran
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep apabila
mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari
4-5 orang. Pembelajaran cooperative learning menekankan kerja sama antara
siswa dalam kelompok. Siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan
sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota
kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi
dengan baik.
2. Karakteristik Model Cooperative learning
Proses pembelajaran model cooperative learning lebih menekankan pada
proses kerja sama kelompok untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai
tidak hanya kemampuan akademik tetapi dengan adanya unsur kerja sama dalam
penguasaan materi. Sehingga adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas
dalam pembelajaran cooperative learning . Seperti penjelasan Rusman (2011:
207) bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran cooperative learning adalah
sebagai berikut.
a. Pembelajaran dilakukan secara tim.
28
c. Kemauan untuk bekerja sama dalam kelompok dalam mencapai hasil yang
optimal.
d. Keterampilan dalam bekerja sama dan melakukan koordinasi dalam
menyelesaikan tugas untuk mencapai satu penghargaan bersama.
Sementara menurut Asma (2006: 6-7) model pembelajaran cooperative
learning ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Siswa bekerja kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b. Pembagian kelompok dibentuk berdasarkan siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
c. Alangkah lebih baik, jika dalam satu anggota kelompok terdapat siswa yang
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih ditujukan kepada kelompok daripada individu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dicirikan oleh struktur tugas yang harus dikerjakan secara
berkelompok, dimana siswa harus bekerja sama dan mereka harus
mengoordinasikan untuk menyelasaikan tugasnya sehingga tujuan dapat dicapai
secara optimal, serta secara individu mereka saling membutuhkan hingga
mendapatkan penghargaan secara tim.
3. Prinsip-Prinsip Model Cooperative learning
Guru dapat menekankan kerja sama antara siswa dengan kelompok melalui
kegiatan siswa dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti
29
penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman sekelompoknya
untuk berpartisipasi secara aktif dan berdiskusi. Sehingga pembelajaran
cooperative learning menjadi menantang dan mengesankan bagi siswa. Menurut
Asma (2006: 14-16) dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative learning
terdapat lima prinsip yang dianut yaitu:
a. Belajar Siswa Aktif
Proses pembelajaran dalam cooperative learning berpusat pada siswa karena
aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa. keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas tergantung pada usaha kelompok bukan kinerja
masing-masing individu. Semua anggota kelompok harus memahami materi pembelajaran
dan membuat laporan baik secara kelompok maupun individu. Dalam
menyelesaikan tugas siswa bekerja sama saling berdiskusi, mengemukakan ide
masing-masing anggota dan mengujinya secara bersama-sama, siswa menggali
seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian
kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya.
b. Belajar Kerjasama
Belajar kelompok akan meningkatkan interaksi antara siswa. Dalam
membangun pengetahuan yang dipelajari dibutuhkan kerja sama sesama anggota.
Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi,
memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk
pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Dengan begitu pengetahuan yang
diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama akan lebih melekat
30 c. Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran partisipatorik, melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa belajar dengan melakukan
sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama. Melatih kemampuan untuk
mengemukakan hasil dari kerja kelompoknya, memberikan kesempatan kepada
semua anggota untuk mengemukakan pendapat dan kritis dalam mengkritik
pendapat kelompok.
d. Reactive Teaching
Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan
manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Sehingga seorang guru perlu
memahami cara untuk mengantisipasi kebosanan pada siswa dan dapat
menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar
yang tinggi. Ciri-ciri guru yang reaktif adalah: 1) menjadikan siswa sebagai pusat
belajar, 2) pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal yang diketahui dan
dipahami siswa, 3) selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi
siswa-siswanya, 4) mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera
menanggulanginya.
e. Pembelajaran yang Menyenangkan
Prinsip pembelajaran yang menyenangkan bahwa pembelajaran harus
berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang
31
pembelajaran cooperative learning tidak akan berjalan efektif jika suasana belajar
yang ada tidak menyenangkan.
Dari kelima prinsip-prinsip tersebut, model pembelajaran cooperative
learning juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model
pembelajaran lainnya. Menurut Slavin dalam Trianto (2010-61-62) bahwa konsep
utama dari belajar cooperative learning adalah sebagai berikut.
a. Jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan maka mereka akan
mendapatkan penghargaan kelompok.
b. Tanggung jawab individu, ini bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajarnya individu masing-masing anggota kelompok.
Individu mempunyai rasa tanggungjawab bersama dalam membantu teman
yang lain dan memastikan semua anggota kelompok siap dalam menghadapi
evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, siswa telah membantu keberhasilan
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka. Tidak
membeda-bedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah.
Karena kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai untuk sama-sama
tertantang melakukan yang terbaik.
4. Model Cooperative Learning tipe Time Token
Model pembelajaran time token menurut Huda (2014: 239) adalah salah satu
pembelajaran cooperative learning dimana pembelajarannya untuk mengajarkan
32
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali.
Penerapan model pembelajaran time token dilakukan secara berkelompok,
dalam pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari
siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa diam sama sekali dalam
berdiskusi. Guru bertindak dan memastikan semua siswa yang berada dalam
kelompok menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian siswa
melaksanakan tes atas materi yang diberikan lalu mengerjakan tes tersebut tanpa
bantuan siswa lain (Shoimin, 2016: 216).
Menurut Suprijono (2011: 133) langkah-langkah model pembelajaran
cooperative learning tipe time token yang diterapkan dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
b. Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi.
c. Guru memberi tugas kepada siswa.
d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon
pada setiap siswa.
e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa
dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya
33
f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan siswa
dalam berbicara.
Menurut Huda (2014: 241) model pembelajaran cooperative learning tipe
time token memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi.
b. Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak bicara sama sekali.
c. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara). e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat.
f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik.
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
h. Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi.
i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Jadi, model time token digunakan untuk melatih keterampilan sosial dan
komunikasi siswa. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu yang
sudah ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap
kali berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lain. Siswa
yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi sedangkan siswa yang masih
memiliki kupon harus berbicara sampai kupon tersebut habis.
D.Kajian Metode Ceramah Bervariasi
Metode ceramah adalah metode yang banyak digunakan dalam proses
pembelajaran. Menurut Sumiati dan Asra (2009: 98) metode ceramah merupakan
suatu penyampaian pelajaran melalui penuturan dengan cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok
34
Dalam bentuk penyampaiannya, metode ceramah sangat sederhana dari mulai
pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan. Menurut Anitah
(2008: 5.18) ceramah yang baik adalah ceramah bervariasi artinya ceramah yang
dilengkapi dengan penggunaan alat dan media serta adanya tambahan dialog
interaktif atau diskusi sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan.
Penggunaan metode ceramah bervariasi dapat menjadi baik dalam
pembelajaran karena metode ceramah bervariasi memiliki sejumlah keunggulan.
Achsin (Hidayati, 2002: 67) mengemukakan keunggulan metode ceramah
bervariasi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Menghemat waktu mengajar, karena guru dapat menyampaikan pikirannya tepat sasaran.
2. Memungkinkan guru menghadapi siswa dalam jumlah banyak dan dapat menyajikan materi yang banyak pula.
3. Dapat mengemukakan pengetahuan yang belum pernah ditemukan siswa dalam bacaan-bacaan atau pengalaman mereka.
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan mendengarkan secara tepat.
5. Dapat membantu memperkenalkan pokok-pokok yang baru dengan jalan membekali siswa dengan pengetahuan dasar yang dibutuhkan.
Langkah-langkah atau prosedur dalam menggunakan metode ceramah
menurut Sumiati dan Asra (2009: 101) adalah sebagai berikut.
1. Guru menjelaskan tujuan dan topik yang diajarkan.
2. Memberikan motivasi belajar dengan menggunakan berbagai kegiatan seperti ungkapan yang membuat perasaan senang atau humor.
3. Menjelaskan materi atau sub materi secara garis besar. 4. Menyelingi pembelajaran dengan diskusi atau tanya jawab. 5. Untuk materi pemantapan dapat diberikan tugas.
6. Melakukan evaluasi dengan prosedur tertentu.
Metode ceramah bervariasi merupakan suatu cara penyajian bahan atau
penyampaian bahan pelajaran secara lisan dari guru dalam menyampaikan mata
35
acuan dalam perlakuan yang diterima pada kelas kontrol yang menerima
pembelajaran biasa.
E.Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Anak usia Sekolah Dasar adalah anak yang sedang dalam tahap
perkembangan dari masa kanak-kanak memasuki masa remaja awal. Individu
yang sedang berkembang ini mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun
mental. Masa-masa anak usia SD biasanya berkisar antara usia 6 tahun sampai 12
tahun.
Piaget dalam Susanto (2015: 77) menguraikan empat tahap perkembangan
kognitif yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret dan operasional
formal.
1. Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). Pada tahap ini perilaku yang sudah
diperlihatkan adalah ia mulai menggunakan ingatan dan fikiran, belajar
melalui perasaan, dan belajar melalui reflex.
2. Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Perilaku pada tahap