• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL INDONESIA: PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) dan PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL TAMAN BOGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JUDUL INDONESIA: PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) dan PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL TAMAN BOGO"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) dan PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL TAMAN BOGO

Oleh

I GUSTI PUTU SETIAWAN

Penggunaan pupuk akhir-akhir ini semakin berkembang, bahkan cenderung

mutlak diperlukan. Pada tanah pertanian sering digunakan pupuk buatan atau

kimia. Penggunaaan pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang

lama dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan produktivitas

tanah menurun. Untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat

penggunaan pupuk kimia, petani dapat menggunakan pupuk organik yang

memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu pupuk

organik yang dapat digunakan tersebut adalah vermikompos. Pemupukan ini

dimaksudkan untuk menambahkan unsur hara tanah yang semakin lama semakin

berkurang karena terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk

keluarga Brassicaceae. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami

(2)

I Gusti Putu Setiawan

pembuangan airnya baik derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk

pertumbuhannya adalah antara pH 5 sampai pH 7.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2013. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 ulangan,

secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari 24 satuan percobaan . Perlakuan yang

digunakan adalah Kontrol, Tanah dengan 10 % (0,5 kg vermikompos), Tanah

dengan 20 % (1 kg vermikompos), dan Tanah dengan 30 % (1,5 kg

vermikompos). Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji

homogenitasnya dengan uji Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey.

Selanjutnya data dianalisis dengan analisis ragam pada taraf 5%. Untuk

mengetahui beda nilai tengah dilakukan uji BNT pada taraf 5%, serta untuk

melihat hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan pH, C-organik, dan

N-total dilakukan uji korelasi pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos 20% menghasilkan

bobot tanaman pakcoy yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Aplikasi vermikompos mempengaruhi sifat kimia tanah ,yaitu melalui proses

dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah. Hasil analisis kimia tanah

menunjukan hasil analisis tanah setelah pertanaman dengan pH yang mengalami

kenaikan disetiap perlakuan yaitu dari pH awal tanah 4,69 menjadi 5,64

sampai6,98, untuk N-total tanah 1,70 menjadi berkisar 0,07 sampai 0,63, dan

untuk C-organik berpenurunan dari 6,6 menjadi 0,6 sampai 3,50.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gedung Wani, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten

Lampung Timur pada tanggal 13 Juni 1991. Penulis adalah anak pertama dari 1

bersaudara dari pasangan bapak I gusti Made Sujandra dan ibu Ni Sayu Made

Kariasih.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisiah Bustanul

Alfa Marga Tiga, Lampung Timur pada tahun 1996 – 1997.Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 1 Gedung Wani, Lampung

Timur dan lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikanya di

SMP Xaverius 2 Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada

tahun 2006. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN

10 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan praktik umum di Dinas Pertamanan Kota Bandar Lampung

bulan Januari – Februari 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti

kegiatan keorganisasian, Pada tahun 2009 - 2010, penulis aktif di Persatuan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian sebagai kader.

Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seperti Latihan Kepemimpinan

(8)

Penulisan Karya Ilmiah), Kemah Bakti Sosial Mahasiswa (KBSM) di Persatuan

Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT). Pada tahun 2011-2012, penulis

terdaftar sebagai sekertaris bidang organisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu

(UKMH) Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi

(9)

Jangan pernah berpikir setiap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang sia-

sia, rugi itu belajar dan hiduplah tanpa penyesalan. Kita memang terlahir

untuk kalah tapi bukan untuk menyerah (Bagus Prambudi, S.P.)

Niatkan dalam dirimu untuk dapat memberikan kebahagian kepada orang

disekitarmu dan sayangilah mereka yang masih bisa tersenyum untukmu karena

(10)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Sang Hyang Widhi,

Tuhan Yang Maha Esa

Kupersembahkan karyaku ini untuk Bapak I Gusti Made Sujandra, Ibu

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena berkat

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudul Pengaruh Pemberian Verikompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pakcoy (Brasicca rapa L.) dan Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol

Taman Bogo.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah

membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Pembimbing Utama

yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi,

bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan

skripsi ini selesai.

2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran,

nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku Penguji atas saran, arahan,

motivasi dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

(12)

6. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program

Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan

serta motivasi selama penulis menyelesaikan studi.

7. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan,

motivasi dan saran selama penulis menempuh masa studi.

8. Ayah (Gusti Made), Ibu (Sayu Made) dan Nenek (nini) atas doa, bantuan, kasih

sayang, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada penulis.

9. Wayan Herlina Wati atas dukungan, motivasi dan waktu yang telah diluangkan

kepada penulis.

10.Teman-teman seperjuangan Fajar Santoso, S.P., Yoga Herianto, S.P., Rizky

Angga Kurniawan, S.P., Anggita Cheryani, S.P., Dharma Mahardika, S.P.,

Fajar Apriyaldi, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Reza Utama Saputra, S.P.,

Saede Nerotama, S.P., Panji Perwira, S.P., dan seluruh mahasiswa

Agroteknologi Angkatan 2009 serta teman-teman yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu, atas bantuan, dukungan, persehabatan, dan kebersamaan

selama ini.

Semoga karunia Tuhan Yang Maha Esa dilimpahkan atas keikhlasan bantuan

yang telah diberikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat.

Bandar Lampung, Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vermikompos ... 7

2.2 Proses Pembuatan Vermikompos ... 9

2.3 Tanah Ultisol ... 9

2.4 Tanaman Pakcoy ... 11

(14)

ii

3.5.5 pH Tanah Awal ... 16

3.5.6 C organik Tanah Awal ... 16

3.5.7 N Total Tanah Awal ... 17

3.5.8 pH Tanah Setelah di Beri Vermikompos ... 17

3.5.9 C organik Tanah setelah di Beri Vermikompos ... 17

3.5.10 N Total Tanah Setelah di Beri Vermikompos ... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 18

4.1.1. Ringkasan Analisi Ragam ... 18

4.1.2. Bobot Basah ... 18

4.1.3. Bobot Kering ... 19

4.1.4. Tinggi Tanaman ... 20

4.1.5. Jumlah Daun ... 21

4.1.6. Sifat Kimia ... 22

4.2. Pembahasan ... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

PUSTAKA ACUAN ... 28

(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap parameter tanaman pakcoy

pada tanah Ultisol Taman Bogo ……… 18

2. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 19

3. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 20

4. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-4 ... 21

5. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo

minggu ke-4 ... 22

6. Hasil analisis awal tanah Ultisol Taman Bogo ... 22

7. Hasil analisis tanah Ultisol Taman Bogo setelah panen ... 22

8. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 31

9. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 31

10. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

(16)

iv

11. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 32

12. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 32

13. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo ... 32

14. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu

ke-1 ... 33

15. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-1 …... 33

16. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-1 ... 33

17. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu

ke-2 ... 34

18. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-2 ... 34

19. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-2 ... 34

20. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu

ke-3 ... 35

21. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-3 ... 35

22. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

(17)

v

23. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-4 ... 36

24. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-4 ... 36

25. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-4 ... 36

26. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo

minggu ke-1 ... 37

27. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke-1... 37

28. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman

Bogo minggu ke1... 37

29. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlahdaun

pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke-2... 38

30. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo minggu ke-2... 38

31. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo minggu ke-2... 38

32. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap Jumlah daun

pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke- 3... 39

33. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanahUltisol Taman Bogo

minggu ke-3... ... 39

34. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol

Taman Bogo minggu ke-3... 39

35. Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun

(18)

vi

36. Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu

ke-4... 40

37. Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu

ke-4... 40

38. Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap tinggi tanaman Pakcoy setiap minggu... 41

39. Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap jumlah daun

tanaman pakcoy setiap minggu... 41

40. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot basah pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman

pakcoy... 42

41. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot kering pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman

pakcoy... 42

42. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan tinggi tanaman pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 42

43. Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan jumlah daun pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman

pakcoy... 43

44. Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan bobot basah pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 44

45. Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan bobot kering pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 45

46. Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan tinggi tanaman pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 45

47. Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan jumlah daun pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

(19)

vii

48. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot basah pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 47

49. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot kering pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 47

50. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan tinggi tanaman pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

tanaman pakcoy... 47

51. Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan jumlah daun pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Korelasi antara pH dengan bobot basah ... 43

2. Korelasi antara pH dengan bobot kering ... 43

3. Korelasi antara pH dengan tinggi tanaman ... 44

4. Korelasi antara pH dengan jumlah daun ... 44

5. Korelasi antara N-total dengan bobot basah ... 46

6. Korelasi antara N-total dengan bobot kering ... 46

7. Korelasi antara N-total dengan tinggi tanaman ... 46

8. Korelasi antara N-total dengan jumlah daun ... 46

9. Korelasi antara C-organik dengan bobot bobot basah ... 48

10.Korelasi antara C-organik dengan bobot kering ... 48

11.Korelasi antara C-organik dengan tinggi tanaman ... 49

12.Korelasi antara C-organik dengan jumlah daun ... 49

13.Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap tinggi tanaman pakcoy setiap minggu ... 41

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan

penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

Untuk meningkatkan produksi pangan diperlukan tanah yang subur. Pemupukan

merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan kesuburan

tanah. Petani biasanya melakukan pemupukan dangan menggunakan pupuk kimia

seperti Urea, SP36, KCl dan sebagainya. Di samping menggunakan pupuk kimia,

petani juga sering menggunakan pupuk organik yang memiliki potensi tinggi

untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu pupuk organik yang dapat

digunakan tersebut adalah vermikompos. Pemupukan dimaksudkan untuk

menambahkan unsur hara tanah yang semakin lama semakin berkurang karena

terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sutedjo dkk., 1991).

Jika kekurangan ini berlangsung secara terus menerus, akan mengakibatkan

terjadinya degradasi kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas

tanaman akan terganggu (Syekhfani, 2003). Untuk mengatasi keadaan tersebut

perlu dilakukan penambahan hara dari luar yaitu dengan pemupukan. Pemupukan

ditujukan untuk menyediakan unsur hara, yang secara langsung atau tidak

langsung dapat memperbaiki struktur dan produktivitas tanah

(22)

2

Pada tanah pertanian sering digunakan pupuk buatan atau kimia. Penggunaaan

pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan produktivitas tanah

menurun. Untuk itu diperlukan penggunaan bahan organik agar dapat

menstabilkan proses fisika, kimia, dan biologo tanah.

Penggunaan bahan organik dimaksudkan untuk mengurangi pupuk kimia yang

cendrung mahal, karena kebanyakan petani memiliki modal yang sedikit. Untuk

menghemat biaya dan mencegah kerusakan lahan lebih lanjut, diperlukan

penggunaan pupuk organik sebagai alternatif pilihan atau substitusi sebagian dari

pupuk kimia. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat meningkatkan

kandungan hara, baik yang tergolong unsur makro maupun mikro. Pupuk organik

juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, melalui perannya sebagai

sumber energi mikrobia di dalam tanah (Sugito dkk., 1995). Residu nitrogen dan

hara lain dari pupuk organik diperkirakan dapat bertahan 5-10 tahun karena proses

dekomposisi bahan organik yang berjalan tahap demi tahap (Sosrosoedirdjo dkk.,

1970). Salah satu pupuk organik yang saat ini sedang populer adalah

vermikompos.

Vermikompos merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan

organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing tanah. Dalam proses

dekomposisi bahan kompos oleh cacing tanah, hasil dekomposisi tersebut

mengandung berbagai unsur hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang

mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Zahid (1994) vermikompos

(23)

3

unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri

penambat N nonsimbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang

dibutuhkan oleh tanaman. Vermikompos juga mengandung berbagai unsur hara

mikro yangdibutuhkan tanaman seperti Fe, Mn, Cu, Zn, Bo dan Mo

(Mashur, 2001).

Akhir-akhir ini tanah subur untuk tanaman sayuran semakin berkurang. Oleh

karena itu produksi tanaman sayuran akan berekspansi ke tanah yang relatif

kurang subur seperti tanah Ultisol. Permasalahannya adalah apakah vermikompos

dapat meningkatkan kesuburan tanah ultisol dan berapa dosis yang yang baik bagi

tanaman sayuran, khususnya pakcoy.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian vermikompos

dalam berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan perubahan beberapa sifat kimia

tanah pada tanah yang ditanami pakcoy.

1.3 Kerangka Pemikiran

Beberapa spesies cacing tanah yang berperan dalam proses pengomposan yaitu

Eisenia fetida dan Lumbricus rubellus. Vermikompos dari cacing tanah

Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg kg-1, K

21,80 mg kg-1, Ca 34,99 mg kg-1, Mg 21,43 mg kg-1, S 153,70 mg kg-1, Fe 13,50

mg kg-1, Mn 661,50 mg kg-1, AI 5,00 mg kg-1, Na 15,40 mg kg-1, Cu 1,7 mg kg-1,

Zn 33,55 mg kg-1, Bo 34,37 mg kg-1, dan pH 6,6-7,5. Sedangkan vermikompos

(24)

unsur-4

unsur hara seperti N-total 1,4-2,2%, P 0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2,

Ca 1,3-1,6%, Mg 0,4-0,95, pH 6,5-6,8. Vermikompos yang berkualitas baik

ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur

remah dan matang (C/N < 20) (Mashur, 2001).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa vermikompos dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman hortikultura, seperti jagung manis, mentimun,

melon, dan padi. Hasil analisis menunjukkan bahwa vermikompos mempunyai

sifat-sifat kimia yang lebih unggul. Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kimia

tanah dalam vermikompos seperti kandungan unsur hara N dan P didalam

vemikompos lebih tinggi, begitu pula dengan C-organik dan bahan organik tanah

(BPPP, 2008). Selain kelebihan dari pupuk organik seperti vermikompos itu

sendiri, terdapat beberapa kekurangannya yaitu nutrisi yang terkandung dalam

pupuk organik dirilis lebih lambat dan disimpan untuk waktu yang lama di dalam

tanah sehingga efeknya beresidu panjang serta nutrisi/unsur hara yang terkandung

lebih sedikit daripada anorganik (Sharma dan Mittra, 1991).

Pemberian vermikompos selain meningkatkan kesuburan tanah dengan

penambahan unsur hara juga meningkatkan sifat fisik tanah, dan sifat biologi

tanah sehingga tanah tetap lembah dan gembur. Kondisi tersebut sangat

menunjang pertumbuhan tanaman sayuran khususnya pakcoy.

Menurut Hadiwiyono dan Dewi (2000) pemberian vermikompos dengan dosis 20

t ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pakcoy dari 26,2 t ha-1 (tanpa

vermikompos) menjadi 29,6 t ha-1. Dalam penelitian tersebut belum diketahui

(25)

5

Hasil penelitian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP)

Denpasar menunjukkan caisim/pakcoy yang ditanam menggunakan media bekas

kascing sebanyak 5 t ha-1 meningkatkan panen caisin sebanyak 28,088 t ha-1.

Selain itu, penampilan caisim lebih segar, lembut, warna lebih hijau, cerah dan

mengkilap. Panen dapat dilakukan secara bertahap. Di sisi lain, penanaman

kedua dan ketiga tidak perlu menambahkan kascing lagi (Trubus, 2007).

Pengaplikasian vermikompos (dari kotoran sapi, ayam, kuda dan domba) dengan

dosis 10 t ha-1 pada tanaman caisim, menunjukkan bahwa semua jenis

vermikompos dapat meningkatkan kandungan N dan menurunkan C/N tanah

latosol, meningkatkan serapan N, kandungan klorofil, dan biomassa tanaman.

Diantara keempat jenis vermikompos, vermikompos asal kotoran sapi yang

memberikan pengaruh terbaik, baik terhadap tanah maupun terhadap tanaman

(Wahyudin, 2001).

Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan

vermikompos pada media tanam akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan

tinggi, dan bobot tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanaman

( Mashur, 2001 ).

(26)

6

merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol menurut Soil

Taxonomy. Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16

cmol/kg liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik. Reaksi tanah Ultisol

pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali tanah Ultisol

dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam

(pH 6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol dari granit, sedimen,

dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol/kg,

6,11−13,68 cmol/kg, dan 6,10−6,80 cmol/kg, sedangkan yang dari bahan

volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (>17 cmol/kg). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa beberapa tanah Ultisol dari bahan volkan, tufa

berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi

(Prasetyo dkk., 2000). Dengan penggunaan vermikompos pada tanah Ultisol,

diharapkan memberikan pengaruh perubahan produksi pakcoy yang lebih baik.

1.4 Hipotesis

1. Tanaman pakcoy yang medianya diberi vermikompos, pertumbuhannya lebih

baik dibandingkan dengan media tanpa diberi vermikompos.

2. Pertumbuhan tanaman pakcoy yang terbaik adalah yang diberi dosis 20%

(27)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vermikompos

Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan

organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik,

kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Karena

bahan yang akan diurai jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing.

Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan

istilah vermikomposting. Sementara hasil akhirnya disebut vermikompos

( Agromedia, 2007 ).

Vermikompos adalah hasil dekomposisi lebih lanjut dari pupuk kompos oleh

cacing tanah yang mempunyai bentuk dan kandungan hara lebih baik untuk

tanaman (Hadiwiyono dan Dewi, 2000).

Beberapa keunggulan vermikompos adalah menyediakan hara N, P, K, Ca, Mg

dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, meningkatkan kandungan bahan

organik, meningkatkan kemampuan tanah mengikat lengas, menyediakan

hormon pertumbuhan tanaman, menekan resiko akibat infeksi patogen,

sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai

(28)

8

Vermikompos dari cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N

1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,80 mg/100g, Ca 34,99 mg/100g, Mg

21,43 mg/100g, S 153,70 mg kg-1, Fe 13,50mg kg-1, Mn 661,50 mg kg-1, AI 5,00

mg kg-1, Na 15,40 mg kg-1, Cu 1,7 mg kg-1,Zn 33,55 mg kg-1, Bo 34,37 mg kg-1,

dan pH 6,6-7,5. Sedangkan vermikompos yang dihasilkan dengan menggunakan

cacing tanah E. fetida mengandung unsur-unsur hara seperti N-total 1,4-2,2%, P

0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2, Ca 1,3-1,6%, Mg 0,4-0,95, pH

6,5-6,8. Vermikompos yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan

hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang

(C/N < 20) (Mashur, 2001).

Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan

kascing pada media tanam akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi,

dan berat tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanaman

( Mashur, 2001 ).

2.2 Proses Pembuatan Vermikompos

Dalam pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting

yaitu sebagai dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease,

lipase, amilase, selulose dan kitin yang memberikan perubahan kimia secara

cepat terhadap meterial selulosa dan protein dari sampah organik. Aktivitas

cacing tanah menunjukkan peningkatan dekomposisisi dan penghancuran

sampah secara alami (60% - 80%). Hal ini sangat berpengaruh mempercepat

(29)

9

Vermikomposting menghasilkan 2 manfaat utama yaitu biomassa cacing tanah dan

vermikompos (Sharma dkk., 2005). Vermikompos memiliki struktur halus,

partikel-partikel humus yang stabil, porositas, kemampuan menahan air dan

aerasi, kaya nutrisi, hormon, enzim dan populasi mikroorganisme (Lavelle dkk.,

1999). Vermikompos yang dihasilkan berwarna coklat gelap, tidak berbau dan

mudah terserap air (Ismail 1997).

2.3 Tanah Ultisol

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika,

mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Ultisol dicirikan

oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi

daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi

merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan

karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol

sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila

lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Tanah

Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan

oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman

tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini

mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah

ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti

Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka

terhadap erosi (Adiningsih dkk., 1993). Pada umumnya Ultisol berwarna kuning

(30)

10

Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat

bervariasi dengan hue dari 10YR hingga 10R, nilai 3−6 dankroma 4−8. Warna

tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang

menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan

seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida

besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga

merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan

makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit (Soepraptohardjo,

1961). Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk

tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya

mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah Ultisol dari

batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus

seperti liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga

kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Suharta dkk., 1986).

2.4 Tanaman Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang

termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah

dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat

serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih

sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di

Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Anonim, 2012).

Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut :

(31)

11

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa L

Yogiandre dkk. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu

sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai,

berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala,

tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat

pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk

dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm.

Tanaman pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena

Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga

dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari

ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun

biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter

sampai 500 meter dpl.Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang

berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran

rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang

diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakchoy tahan terhadap air hujan,

sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu

(32)

12

Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan

kerapatan tinggi; yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil

ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan

kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki

umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10

hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy

adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan

airnya baik Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya

(33)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman

pakcoy yang dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Tanah Ultisol yang diambil dari kebun percobaan Taman Bogo, benih pakcoy,

vermikompos dari Salatiga Jawa Tengah, air, label dan polibag.

Peralatan yang digunakan antara lain :

Polibag, bak pasir untuk penyemaian, hand sprayer, alat tulis, ayakan 5 mm, alat

tulis, penggaris, timbangan, ember, alat hitung, oven..

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 6 ulangan, secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari 24 satuan

percobaan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah:

TK0 = Tanah + 0 % (0 kg vermikompos/media pertanaman),

(34)

14

TK2 = Tanah + 20 % (1 kg vermikompos/media pertanaman),

TK3 = Tanah + 30 % (1,5 kg vermikompos/media pertanaman),

Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji homogenitasnya dengan uji

Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey. Selanjutnya data dianalisis dengan

analisis ragam pada taraf 5%. Untuk mengetahui beda nilai tengah dilakukan uji

BNT pada taraf 5%, serta untuk melihat hubungan antara pertumbuhan tanaman

dengan pH, C-organik, dan N-total dilakukan uji korelasi pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan adalah tanah ultisol yang diambil dari kebun percobaan

Taman Bogo, Lampung Timur. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa akar tanaman dan

sampah atau kotoran plastik, kemudian tanah dikeringanginkan selama 2 hari.

Setelah itu diambil sampel tanah masing-masing 3 sampel sebanyak 5 g untuk

dioven guna mengetahui kadar air tanah.

3.4.2 Pencampuran pupuk vermikompos

Tanah setara BKO ditimbang sebanyak 5 kg dan dimasukkan ke dalam polybag.

Setiap contoh tanah diaplikasikan pupuk vermikompos dengan dosis sesuai

perlakuan masing-masing kemudian ditanam pakcoy yang telah berumur 2

(35)

15

3.4.3 Penyemaian benih tanaman pakcoy

Media untuk persemaian adalah tanah sebanyak 1,5 kg yang dimasukkan dalam

kotak dari geribik, selanjutnya benih pakcoy disebar merata pada media semai dan

ditutup tipis dengan tanah setebal 1 cm, lalu disiram. Kemudian ditutup dengan

daun pisang untuk menjaga kelembaban dan mempercepat perkecambahan.

Setelah berkecambah ± 3-5 hari sejak semai, daun pisang sebagai penutup

dibuka. Selanjutnya setelah berdaun 3 – 5 helai (umur 2 – 3 minggu), bibit dicabut

dengan hati-hati, selanjutnya dipindahkan ke dalam polibag percobaan yang telah

disiapkan sebelumnya.

3.4.4 Penanaman bibit pakcoy

Bibit pakcoy dipilih yang paling baik dan seragam, lalu bibit pakcoy ditanam

sebanyak 2 bibit/polibag dengan kedalaman 2 cm, tutupi bagian akar bibit dengan

media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan

media. Setelah 7 HST, bibit dipotong 1, bibit yang dipertahankan adalah yang

terbaik.

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman pakcoy meliputi penyulaman, yaitu dengan mengganti

tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Pengendalian hama dilakukan

(36)

16

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap variabel utama dan variable pendukung antara

lain

Variabel utama yang diamati meliputi :

3.5.1 Jumlah daun

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah

membuka sempurna, yang dilakukan seminggu sekali sejak umur tanaman

1 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Jumlah daun dihitung dalam

satuan helai.

3.5.2 Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media tumbuh sampai ujung

daun atau bagian tanaman tertinggi. Dilakukan seminggu sekali sejak umur

tanaman 1 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Tinggi tanaman

diukur dalam satuan sentimeter.

3.5.3 Bobot basah

Bobot basah tanaman ditimbang pada saat pemanenan tanaman yaitu pada

umur 28 hari, penimbangan dengan menggunakan timbangan elektrik.

3.5.4 Bobot kering

Bobot kering tanaman ditimbang setelah tanaman dioven dengan suhu 80°

C selama 24 jam, di timbang menggunakan timbangan elektrik.

Variabel pendukung yang diamati meliputi :

3.5.5 pH tanah awal

(37)

17

3.5.7 N total tanah awal

3.5.8 pH tanah setelah diberi vermikompos

3.5.9 C organik tanah setelah diberi vermikompos

(38)

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Aplikasi vermikompos meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

pakcoy serta maningkatkan pH tanah dan kandungan hara tanah,

2. Aplikasi vermikompos pada media tanam pakcoy dengan dosis minimal 20%

per bobot tanah menghasilkan bobot basah dan bobot kering terbaik

dibandingkan dengan yang lainnya, sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun

terbaik diperoleh pada aplikasi vermikompos sebesar 10% per bobot tanah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui residu yang ditinggalkan

oleh pupuk vermikompos. Selain itu, perlu dilakukan penelitian yang dilakukan

di lahan lapang untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan

(39)

28

PUSTAKA ACUAN

Adiningsih, S. J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hal. 29-50.

Agromedia, R. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia, Jakarta. Hal 80-81 Anonim. Tanaman Pakcoy . http://id.wikipedia.org/wiki/. Diunduh 15 November

2012.

Atiyeh,R.M., S. Subler, C.A. Edwards, G. Bachman, J.D. Metzger, and W. Shuster. 2000. Effects of vermicomposts and composts on plant growth in horticultural container media and soil. Pedobiologia, 44: 579-590.

BPPP. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta. 80 hlm

Hadiwiyono dan W.S. Dewi. 2000. Uji pengaruh penggunaan vermikompos,

Trichoderma viride dan mikoriza Vesikulaarbuskula terhadap serangan cendawan akar bengkak (Plasmodiophora brassicae Wor.) dan pertumbuhan pada caisin. Caraka Tani 15 (2): 20-28.

Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas

Lampung, Lampung.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta, hal 41-49

Ismail S.A. 1997. Vermicology: The Biology of Earthworms.Chennai: Orient Longman

Mahanani, C. R. L 2003. Pengaruh media tanam dan pupuk NPK terhadap produki tanaman pak-choi (Brassica chinensis) varietas green pak-choi. (Skripsi). Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor, 56 hlm.

Mamta, K.A. Wani and R.J. Rao, 2012. Effect of Vermicomposton Growth of Brinjal plant (Solanum Melongena) under Field Conditions. J. New Biol.

(40)

29

Manivannan, S., M.Balamurugan, K. Parthasarathi, G.Gunasekaran, and L.S.Ranganathan. 2009. Effect of vermicompost on soil fertility and crop productivity--beans (Phaseolus vulgaris). J. Environ. Biol. 30(2): 275-81.

Mashur, G. Djajakirana, Muladno. 2001. Kajian Pebaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia fetida Dengan memanfaatkan Limbah Organik Sebagai Media. Med. Pet. 24 (1): 22-34.

Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah). Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram. Mataram.

http:/kascing.comarticlemashurvermikompos.htm. Diakses tanggal 9 Januari 2013.

Pant, A., T.J.K. Radovich, N.V. Hue and N.Q. Arancon. 2011. Effects of Vermicompost Tea (Aqueous Extract) on Pak Choi Yield, Quality, and on Soil Biological Properties. Compost Science & Utilization. 19, (4): 279-292.

Prasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung. 2000. Soil of Pametikarata, East Sumba: Its suitability and constraints for food crop development. Indon. J. Agric. Sci. 1(1): 1-9.

Romaniuk, R., L. Giuffré, dan R. Romero. 2011. A Soil Quality Index to Evaluate the Vermicompost Amendments Effects on Soil Properites. J. Agric. Sci. 2: 502-510.

Sanusi, M. dan S. Riyanto. 2003. Pertanian organik untuk menyelamatkan ekosistem. Dalam Agustina, L., Syekhfani, D.A. Sunarto, U. Setyobudi, H.

Tarno, dan M. Muhtar (eds). MemasyarakatkanPertanian Organik sebagai Jembatan Menuju PembangunanPertanian Berkelanjutan. Prosiding

Lokakarya Nasional PertanianOrganik. Universitas Brawijaya Malang, 112 hlm

Sharma, A.R. dan B.N. Mittra, 1991. Effect of different rates of application of organic and nitrogen fertilizers in a rice-based cropping system. J. Agric. Sci, 117: 313-318.

Sinha, R.K., S. Herat, S. Agarwal, R. Asadi and E. Carretero. 2002. Vermiculture and Waste Management: Study of Action of Earthworms Elsinia foetida, Eudrilus euginae and Perionyx excavatus on Biodegradation of Some

Community Wastes in India and Australia. The Environmentalist. 22(3): 90-94

Sinha, R.K. , S. Agarwal, K. Chauhan, and D.Valani. 2010. The wonders of earthworms & its vermicompost in farm production: Charles Darwin’s

‘friends of farmers’, with potential to replace destructive chemical fertilizers.

J. Agric. Sci. 1: 76-94.

(41)

30

Sosrosoedirdjo, R.S., T.B. Bachtiar, Rifai, dan I.S. Prawiro. 1970. Ilmu Memupuk II. Jakarta: Penerbit CV. Yasaguna, 80 hlm.

Suharta, N. dan B.H. Prasetyo. 1986. Karakterisasitanah-tanah berkembang dari batuan granit di Kalimantan Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 6: 51-60.

Sugito, Y., Y. Nuraini, dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Malang: Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm. Sutedjo, M.M., A.G. Kartosaputro, dan R.D.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi

Tanah. (skripsi) Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Budi Daya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian

2(2): 131-147.

Syekhfani. 2003. Pengelolaan tanah secara organik. Dalam Agustina, L., Syekhfani, D.A. Sunarto, U. Setyobudi, H. Tarno, dan M. Muhtar (ed.).

Memasyarakatkan Pertanian Organik sebagai JembatanMenuju

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. ProsidingLokakarya Nasional Pertanian Organik. Universitas Brawijaya Malang, 130 hlm.

Trubus. 2007. Kascing Pengganti Pupuk. http://kascing.com. Diakses tanggal 29 Desember 2008.

Zahid, A. 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta,Ciamis.

Gambar

Tabel                                                                                                         Halaman
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Trigger dan Stored Procedure sudah dibuat, anggota tim kerja dapat menggunakan bahasa pemrograman yang berbeda dalam mengaksesnya, karena Trigger disimpan

mencapai keseimbangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan. Dalam perjanjian penerbitan buku klausul mengenai hak dan kewajiban para

Berlatarbelakang permasalahan baik dari segi produktivitas maupun kualitas seperti yang dihadapi industri karak tersebut, maka pendekatan penyelesaian masalah yang sesuai

Berdasarkan rangkaian perangkat perangkat konseptual tersebut, penelitian ini menggunakan etnomusikologi musik sebagai pendekatan utamannya dengan fokus kajian

Skils assessment indicator include directing students to show achievement of learning outcomes, project task according student progress, time frame of work, rubric

menggunakan program SPSS 16.0 for Windows, dilihat dari tabel 05 pada kolom Corelation Partial dapat dilihat bahwa pengaruh secara parsial untuk variabel sosial ekonomi (X1)

Koefisien determinasi sebesar 29,1% mempunyai makna bahwa ketiga variabel independen yaitu literasi ekonomi, kelompok teman sebaya, dan kontrol diri memberikan

Walaupun dalam proses implementasinya, harus tetap kritis, sebab dunia pendidikan juga tidak luput dari tindak pidana korupsi (Teten Masduki, 2009). Dengan