• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Investor pada Daerah Tertinggal Ditinjau dari Undang-UndangNomor 25 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Investor pada Daerah Tertinggal Ditinjau dari Undang-UndangNomor 25 Tahun 2007"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Amirizal. Hukum Bisnis Risalah dan Praktek, Jembatan, (Jakarta : Adinatha Mulia, 1999).

Azhar. Rizki Wahyu Moch, Pengawasan Badan Koordinasi Promosi Dan Penanamanmodal Daerah (Bkppmd) Provinsi Jawa Baratdalam Kegiatan Investasi Penanam Modal Asing (Pma) Dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) Di Provinsi Jawa Barat, (Jatinangor : Universitas Padjadjaran, 2012).

Dirdjosisworo. Soedjono , Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia, cetakan Pertama, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1999).

Dirdjosisworo. Soedjono , Asas-asas Sosiologi. (Bandung : Penerbit: Armico, 1985).

Dumairy. Perekonomian Indonesia, (Jakarta : Penerbit Erlangga. 1997). Ernawan. Erni, R., Business Ethics. (Bandung : Penerbit Alfabet, 2007).

Gayatri. Monica Nunik, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Pemberian Insentif Bagi Investor Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman Modal), Penulisan karya Ilmiah (Surakarta :Universitas Sebelas Maret, 2010).

Hamid. Edy Suadi, Ekonomi Indonesia dari Sentralisasi ke Desentralisasi, (Yogyakarta : UII Press, 2005).

Harjono. Dhaniswara K., Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: PT. Raharja Grafindo Persada, 2007).

HS. Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008).

Halim. Abdul, Analisis Investasi. Edisi Pertama, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2003).

Ilmar. Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana, 2007).

(2)

Jeddawi. Murtir, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,Kajian Beberapa Perda Tentang Penanaman Modal, (Yogyakarta : UII Press, 2005).

Kairupan. David, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2013).

Kessa. Wahyudin, Perencanaan Pembangunan Desa, (Jakarta : Kementerian Desa, Pembangunan Daerah TertinggalDan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015).

Kurniati. Yati, Donni Fajar Anugrah & Tevy Chawwa, Peran Investasi Dalam Sartika Simangunsong, Strategi Pembangunan Daerah Tertingal Dan Dampaknya Terhadap Keuangan Daerah, Makalan Pengelolaan Daerah Tertinggal, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi, 2015. MIGA . “World Investment and Political Risk2012”, MIGA WIPR Report, 2012. Muchsin . Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,

(Surakarta; magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003).

Muhammad. Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2002).

Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2001).

Noor. Henry Faizal, Investasi : Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta : PT Indeks, 2009).

Prasetyo. Eko, Analisis Pengaruh Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modalsing (Pma), Tenaga Kerja, Dan Eksporterhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawatengah, (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2011).

Rafael La Porta . “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial Economics, No. 58, (Oktober 1999).

(3)

Rahardjo. Soetjipto, Permasalahan Hukum Di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1983).

Rajagukguk. Erman, “Hukum Ekonomi Indonesia: Menjaga Persatuan Bangsa, Memulihkan Ekonomi, dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 22 (2003).

Rares. Widya Natalia, Tanggung Jawab Investor Dalam Penanaman Modal Di Indonesia, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana (Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado, 2013).

Rokharussa’dyah. Ana dan Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010).

Sarwedi. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta ; Penerbit Gramedia. 2002).

Sembiring. Sentosa, Hukum Perbankan, (Bandung : CV Mandar Maju, 2000). Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). (Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

2004).

Sihombing. Jonker, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. (Bandung : Penerbit PT. Alumni, 2009).

Sosiawan. Ulang Mangun, Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan Kaitan Dengan Pembangunan Daerah Tertinggal, Laporam Akhir Penelitian Hukum, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2011)\I.

Supancana. IBR , Perlindungan Terhadap Investasi di Bidang Pengangkutan dalam Era Globalisasi, Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2006.

Suparji. Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : UAI Press, 2013).

Suprapto. Siti Adipringadi Adiwoso, Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal di Jakarta, Galang vol. 1 No. 2, Januari 2006.

Supriyono. R.A. Akuntansi Manajemen 2 Struktur Pengendalian Manajemen. (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2001).

(4)

Tandelilin. Portofolio dan Investasi, (Yogyakarta: Penerbit UGM, 2003).

Wahyu. Rizki Moch Azhar, Pengawasan Badan Koordinasi Promosi Dan Penanamanmodal Daerah (Bkppmd) Provinsi Jawa Baratdalam Kegiatan Investasi Penanam Modal Asing (Pma) Dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) Di Provinsi Jawa Barat, (Jatinangor : Universitas Padjadjaran, 2012).

Warka. Made, Dampak Penanaman Modal dalam Konteks Otonomi Daerah Jawa Timur, Jurnal Ilmiah Hukum ISSN : 0854-6509, Nomor 2 Vol. 15,

(Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945).

Wibawa. Fahmi, Praktis Perizinan Usaha Terpadu, (Jakarta: Grasindo, 2014). Widjaya. I.G.Rai, Penanaman Modal : Pedoman Prosedur mendirikan dan

menjalankan perusahaan dalam rangka PMA dan PMDN, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2005).

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Pembangunan Daerah Tertinggal Strategi Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan

Daerah Tertinggal.

Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.14 Tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata cara Izin Prinsip Penanaman Modal.

Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 1/P/2008 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.

III. Website

(5)

Alvinu Rahmi, Penanaman Modal, melalui http://alvinurrahmi95.blogspot.co.id /2014/10/makalah-penanaman-modal.html, diakses tanggal 8 Januari 2016. Alvin, Penanaman Modal dan PMDN, melalui http://alvincr7.blogspot.

co.id/2013/06/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-a.html, diakses tanggal 11 Januari 2016.

Ananda, Dampak Investasi Asing, melalui

http://ananda9mei.blogspot.co.id/2013/05/ dampak-investasi-asing-terhadap.html, diakses tanggal 15 Januari 2016.

Ardianyah, Perlindungan Hukum Bagi Investasi dan Investor, melalui https://customslawyer.wordpress.com/2014/05/13/perlindungan-hukum-bagi-investasi-dan-investor/. diakses tanggal 21 Januari 2016.

Ardiansyah, Letak, Kedudukan dan Posisi hokum Investasi, melalui

https://customslawyer.wordpress.com/2014/05/13/letak-kedudukan-dan-posisi-hukum-investasi/, diakses tanggal 21 Januari 2016.

Azkar rizal, Penyelesaian Sengketa di bidang Investasi, melalui http://azkarrizal13. blogspot.co.id/2013/07/penyelesaian-sengketa-di-bidang.html, diakses tanggal 21 Januari 2016.

Cahaya Turbo, Dampak Investasi Terhadap Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah, Makalah Ekonomi, melalui http://cahayaturbo.blogspot .co.id/p/makalah.html, diakses tanggal 23 Januari 2016.

Devi Puspita Sari, Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia dapat diwujudkan mealui peningkatan Investasi dan Perluasan Pasar, melalui https://devipuspitasari. wordpress.com/ diakes tanggal 6 Januari 2016. Derman, Makalah daerah Tertinggal, melalui http://dernewblogadres.blogspot.co.id

/2015/05/makalah-daerah-tertinggal.html, diakses tanggal 8 Januari 2016. Eko Budi, Implikasi UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal terhadap

PeningkatanInvestasi di Provinsi Jambi, melalui http://ditpolairdajambi.blogspot.co.id /2015/01/implikasi-uu-no-25-tahun-2007-tentang.html, diakses tanggal 16 Februari 2016.

Fahmianzah, Penanaman Modal Asing, melalui http://fahmianzah.blogspot.co.id /2013/02/penanaman-modal-asing-dalam-rangka.html, diakseskan tanggal 12 Januari 2016.

Fhaw Zand, Perkembangan Investasi di Indonesia, melalui http://zempat.blogspot.

(6)

Fitriana Risky, Hukum Investasi (Perlindungan Investasi dalam UU Penanaman Modal), melalui http://fitrianarizkysh.blogspot.co.id/2015/07/hukum-investasi-perlindungan-investasi.html, diakses tanggal 28 Januari 2016. Galih Adips, Sokong Pembangunan Daerah Tertinggal dengan Pengembangan

Potensi Daerah Menuju Industri Kreatif,

http://economicwatcher.blogspot.co.id/ 2012/04/sokong-pembangunan-daerah-tertinggal.html, diakses tanggal 22 Januari 2016.

Gita Karina P.I.S , Lasmawati Butar-butar & Tsiqah Khumirah, Penanaman Modal Asing, melalui http://tsiqahk.blogspot.co.id/2013/05/tugas-3-penanaman-modal-asing.html, diakses tanggal 27 Februari 2016.

Hadiyanto Pratomo, Strategi Mengatasi Kemiskinan Daerah, melalui

http://hadiyantopratomo.blogspot.co.id/2012/05/strategi-mengatasi-kemiskinan-daerah.html, diakses tanggal 17 Januari 2016.

http://evaerviana23.blogspot.co.id/.html, diakses tanggal 28 Januari 2016.

http://kemendesa.go.id/hal/300027/183-kab-daerah-tertinggal, diakses tanggal 7 Januari 2016. sinergi-pusat-daerah.html, diakses tanggal 18 Januari 2016.

http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-dipercepat.html, diakses tanggal 20 Januari 2016.

http://pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/4255-peran-investasi-dalam-pembangunan-ekonomi-nasional.html?device=xhtml, diakses tanggal 24 Januari 2016.

http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=8382&coid=1&caid=28&gid=3.html , diakses tanggal 24 Januari 2016.

(7)

http://cramoz.blogspot.co.id/2011/03/tugas-2-investasi-dan-penanaman modal.html, diakses tanggal 27 Januari 2016.

http://ninathalib.tumblr.com/post/52298890226/penanaman-modal-asing, diakses tanggal 13 Februari 2016.

http://forum-penanaman-modal.blogspot.co.id/2010/03/spirit-kerja-sama-penanaman-modal.html, diakses tanggal 21 Februari 2016.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl48/peranan-multilateral-investment-guarantee-agency-di-indonesia, diakses tanggal 20 Februari 2016.

Iffaty Nasyi’ah, Kewajiban dan Hak serta Tanggungjawab Penanaman Modal Asing, melalui http://koirula.blogspot.co.id/2015/01/kewajiban-dan-hak-serta-tanggung-jawab.html, diakses tanggal 5 Maret 2016.

Intan Permata Sari, Penanaman Modal Dalam Negeri Untuk Pembangunan di

Indonesia, melalui

http://intaaanpermata.blogspot.co.id/2013/06/penanaman-modal-dalam-negeri-untuk.html, diakses tanggal 11 Januari 2016.

Iwan Setiawan, Keterlambatan Dana, Hambat Pembangunan Desa, melalui

http://www.gatra.com/ekonomi/makro/163983-keterlambatan-dana-hambat-pembangunan-desa.html, diakses tanggal 19 Januari 2016.

Lei Mena, Analisis Yuridis Percepatan Pembangunan daerah tertinggal sebagai bagian dari perwujudan Negara kesejahteraan, melalui http://www.leimena. org/id, diakses tanggal 17 Januari 2016.

Max Ridzka, Penanaman Modal Asing, melalui http://maxyridzka.blogspot. co.id/2012/03/tugas-softskill-penanaman-modal-asing.html, diakses tanggal 10 Januari 2016.

Moch. Basarah, Peran dan Prospek Konvensi Washington 1965 Dalam Kerangka

Penanaman Modal Asing di Indonesia,

https://mochamadbasarah.wordpress.com/2009/05/28/my-article/, diakses tanggal 21 Februari 2016.

Muharyanto, Hukum Penanaman Modal Asing, melalui

http://muharyanto.blogspot.co.id /2009/04/blog-post.html, diakses tanggal 17 februari 2016.

Noviana Monalisa, Kritik atas Undang-undang Penanaman Modal, melalui https://yudicare.wordpress.com/2011/03/19/kritik-atas-undang-undang-penanaman-modal-di-indonesia/, diakses tanggal 27 Januari 2016.

(8)

Prasetyo, Perekonomian dan faktor mempengaruhi Investasi dalam Perekonomian suatu negara, melalui https://punyaprasetyo.wordpress.com/, diakses tanggal 22 Januari 2016.

Ratna Riani, Investasi dan Penanaman Modal, melalui

https://ratrianicp.wordpress.com /2013/07/02/investasi-dan-penanaman-modal.html, diakses tanggal 9 Januari 2016.

Satria Nugraha, http://www.kompasiana.com/satriya1998/tanggung-jawab-sosial-

dan-lingkungan-perseroan-terbatas-sudah-diatur-pemerintah-dan-pemerintah-provinsi-jawa-timur_55106191a333111c37ba8449, diakses tanggal 20 Februari 2016.

Sendaru Giana, Investasi dan Penanaman Modal, melalui http://sendarusgiana. blogspot.co.id /2012/05 /investasi- dan-penanaman-modal.html, diakses tanggal 7 Januari 2016.

Setyo Pamungkas, Investasi di Era Otonomi Daerah, melalui

https://setyopamungkas. wordpress.com/2012/07/11/investasi-di-era-otonomi-daerah-2.html. diakses tanggal 4 Maret 2016

Suleman Batu bara, Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan, Ekonomi Di Indonesia, melalui http://batubarasuleman.blogspot.co.id/2010/11/peranan-investasi-dalam-pertumbuhan.html, diakses tanggal 23 Januari 2016.

Susaei, Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Daerah Tertinggal, melalui

https://susaei. wordpress.com/2013/12/12/pertumbuhan-ekonomi-pertanian-dan-daerah-tertinggal-2/, diakses tanggal 20 Januari 2016. Tanti Tri Setianingsih, Investasi dan Penanaman Modal, melalui http://tantitrisetia

ningsih.blogspot.co.id/2012/05/investasi-dan-penanaman-modal.html, diakses tanggal 27 Februari 2016.

(9)

BAB III

KEDUDUKAN HUKUM INVESTOR DALAM PEMBANGUNAN

PADA DAERAH TERTINGGAL

A. Daerah Tertinggal, Syarat, Ciri-ciri Sebagai Daerah Tertinggal

Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional.106Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, dan pendidikan. Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana dari pemerintah Replubik Indonesia untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas atau masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas atau masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah.107Sebuah daerah dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal apabila

106

Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Pembangunan Daerah Tertinggal Strategi Nasional.

107

Hadiyanto Pratomo, Strategi Mengatasi Kemiskinan Daerah, melalui

(10)

kawasan beserta penduduk daerah tersebut tidak berkembang dibandingkan dengan kawasan beserta penduduk daerah lainya,. Pembangunan daerah tertinggal menjadi penting karena menyangkut kebahagian dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.108

Daerah Tertinggal dimaknai sebagai daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional yang penentuannya menggunakan enam kriteria dasar, yaitu: perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik khusus daerah (bencana alam, konflik, dan perbatasan negara).109

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah.

108

Lei Mena, Analisis Yuridis Percepatan Pembangunan daerah tertinggal sebagai bagian dari perwujudan Negara kesejahteraan, melalui http://www.leimena.org/id/page/v/548/analisis-

yuridis-percepatan-pembangunan-daerah-tertinggal-sbg-bag-dr-perwujudan-negara-kesejahteraan.html, (diakses tanggal 17 Januari 2016).

(11)

Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulau-pulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik sosial maupun politik.

Untuk melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal diperlukan suatu instrumen yang menjadi acuan dalam merencanakan, menyusun, dan merumuskan program kegiatan terkait dengan pelaksanaan percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Adapun instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut :110 a. Instrumen Bantuan Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Khusus

Penyelenggaraan instrumen ini merupakan dukungan nyata pemerintah dalam memfasilitasi pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan dan mengembangkan daerah-daerah tertinggal dan khusus, serta meningkatkan sosial ekonomi dan pemerintah setempat dengan memperkuat kapasitas masyarakat ditingkat kabupaten serta memusatkan pada upaya memperkuat kembali proses perencanaan sebagai jalan menuju proses pembangunan yang normal dan secara operasional dapat mendorong terjadinya pendekatan yang efektif secara multi sektor. Instrumen Pembukaan Keterisolasian Daerah Penyelenggaraan PDT memprioritaskan penyediaan infrastruktur dasar yang mendukung potensi ekonomi wilayah berbasis sektor primer, sekunder maupun tersier, yang dapat dipergunakan untuk membuka keterisolasian daerah dan mengurangi disparitas ketersediaan infrastruktur dasar tersebut. Melalui dukungan peningkatan infrastruktur dalam pembangunan, diharapkan produk-produk yang dihasilkan (dari bahan baku yang memiliki keunggulan

komparatif) akan memiliki keunggulan kompetitif atau berdaya saing

(competition advantages) tinggi, yang diharapkan mampu menguasai pasar domestik ataupun berkiprah dalam pasar global. Tujuan dan sasaran

110

(12)

penyelenggaraan instrument ini adalah membuka keterisolasian yang difokuskan pada daerah memiliki potensi ekonomi besar dan aksesibilitas yang sangat diperlukan dalam membuka keterisolasian Daearah. Dengan demikian

gema pembangunan daerah tertinggal tidak hanya menjadi retorika politik (tidak berhenti pada tataran political will), namun merupakan akselerasi (political implementation) yang dilakukan secara terpadu dan harmonis, serta menghindari terjadinya tumpang tindih kebijakan program dan kegiatan pembangunan di daerah tertinggal yang selama ini sering terjadi.

b. Instrumen Pembangunan Kawasan Produksi

Instrumen pembangunan kawasan produksi, salah satunya melalui pengembangan lahan usaha dan investasi di sektor pertanian, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, pariwisata dan sektor lainnya sesuai potensi unggulan daerah setempat yang produktif dan prospektif dalam skala usaha ekonomi menengah dan besar menjadi sebuah kawasan produksi terpadu yang saling terintegrasi mulai dari kegiatan hulu, tengah sampai kegiatan hilir. c. Instrumen Pengembangan Jaringan Ekonomi Antar Wilayah

Jaringan ekonomi di daerah tertinggal ternyata belum berjalan optimal, akibat masih belum tertanganinya pembangunan secara terintegrasi. Salah satu daya pemacu dalam pembangunan daerah tertinggal adalah melalui pembinaan ekonomi dan dunia usaha secara konsisten dan berkesinambungan, sedangkan daya topang yang sangat vital adalah ketersediaan jaringan ekonomi antar wilayah yang memadai. Ketersediaan jaringan ekonomi antar wilayah di daerah tertinggal masih sangat terbatas atau dapat dikatakan jauh dari memadai. Apabila jaringan ekonomi antar wilayah ini dikembangkan, jarak antara produsen dan konsumen menjadi lebih singkat, sehingga produk yang dihasilkan berdasar pada potensi local masing-masing daerah tertinggal akan mempunyai daya saing yang tinggi, baik lokal maupun pasar global.

d. Instrumen Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu kegiatan strategis Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dalam upaya mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru dengan memperhatikan produk andalan daerah. Tujuannya membangun daerah tertinggal yang mampu meningkatkan kegiatan ekonomi produktif berbasis komoditas unggulan, memperluas lapangan usaha, dan membuka kesempatan kerja baru, meningkatkan taraf hidup lebih layak, serta tercapainya pemerataan pembangunan.

e. Instrumen Pembangunan Kawasan Perbatasan dan Pulau Terpencil

(13)

Pengertian Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, antara lain:

1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.

2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.

3. Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.

4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana. Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.111

B. Dampak dari Keterlambatan dalam Pembangunan Daerah Tertinggal

Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, keamanan, dan bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju. Penetapan kriteria daerah

111

(14)

tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam kriteria dasar yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, serta karakteristik daerah. Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan daerah tertinggal, kebijakan diarahkan untuk melakukan pengembangan. Percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya pemerataan pembangunan yang diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada di suatu daerah tertinggal. Dalam hal ini, melalui pelayanan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dinilai sejauh mana kegiatan tersebut mampu mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal itu sendiri sesuai dengan prioritas kebijakan pembangunan yang dipilih.112

Dalam perubahan sosial yang terjadi pada era sekarang ini, eksistensi hukum dalam pembangunan masyarakat daerah tidak lepas dari paradigma yang dipakai dan melekat pada hukum yang berlaku. Untuk merajut motivasi dasar masyarakat daerah tertinggal, pendukung tegaknya hukum seperti birokrasi, penegakan hukum, dan segenap lapisan masyarakat selalu dituntut dalam bingkai dan rancang bangun “tegaknya hukum”. Sehingga tidak menimbulkan tirani, ketidakadilan di bidang ekonomi, social budaya, politik yang mengakibatkan meningkatnya kejahatan, kekerasan, korupsi, dan eksploitasi pada yang lemah. Kendala pembangunan daerah tertinggal pada umumnya memiliki ketidak beruntungan komparatif (comparative disadvantage) yang cukup serius dalam

112

(15)

konteks perkembangan persaingan pasar global. Ketidak beruntungan komparatif tersebut biasanya muncul karena:

a. ketertinggalan pembangunan berbagai infrastruktur yang mengakibatkan keterbatasan masyarakat daerah tertinggal dalam berkomunikasi, produk, uang, dan informasi. Ini merupakan ketidak beruntungan dalam hal akses.

b. keterbatasan kemampuan (ability) dan sumberdaya (resources-type disadvantage untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dijual di pasar yang lebih luas. Ketidak beruntungan dalam hal akses biasanya tampak nyata dan dapat dikuantifikasikan. Ketidak beruntungan ini membatasi berbagai akses daerah pinggiran, misalnya akses fisik, ekonomi, dan politis (atau kebijakan). Contoh yang paling jelas adalah akses fisik yang buruk karena jeleknya infrastruktur fisik (jaringan transportasi, telekomunikasi, amenities, dan sebagainya) yang menjadi kendala yang sangat kuat bagi pergerakan manusia, barang, dan informasi. Jaringan jalan yang buruk akan menghambat kegiatan communicating masyarakat daerah tertinggal ke sentra-sentra ekonomi dan industry di sekitarnya, membatasi pemasaran produk yang dihasilkan, atau bisa juga menghambat kedatangan para wisatawan jika wilayah tersebut memiliki obyek wisata yang menarik. Lebih dari itu, keterbatasan ketersediaan jaringan jalan yang memadai juga akan mengurangi daya tarik investasi, baik yang berasal dari lokal maupun yang dari luar. Keterbatasan infrastruktur lunak (soft-infrastruktur) seperti jasa-jasa bisnis dan keuangan, institusi pendidikan, atau jasa pelayanan kesehatan meskipun agak kurang kelihatan (less visible) tetapi memliki dampak yang sama. Keterbatasan infrastruktur lunak tersebut akan membatas pergerakan uang (investasi) dan dunia usaha untuk masuk dan keluar. Ini merupakan kendala akses ekonomi.

c. Kelemahan atau kekurangan institusi publik atau kemasyarakatan yang ada seperti: administrasi publik, organisasi-organisasi masyarakat, agen-agen pembangunan (Lembaga Swadaya Masyarakat), masyarakat madani (civil societies), dan organisasi sosial politik. Kelemahan institusi public tersebut akan membatasi akses kebijakan (policy access) atau kemampuan organisasi-organisasi pusat untuk mencapai daerah tertinggal dalam upaya untuk menetapkan aturan atau menyalurkan sumberdaya pembangunan.113

Dampak dari seluruh kendala di atas adalah keterbatasan akses yang menyebabkan aliran modal, barang-barang, masyarakat, informasi, dan kebijakan ke dalam dan ke luar daerah tertinggal menjadi terbatas. Pada akhirnya kendala-kendala tersebut akan menyebabkan daerah tertinggal tetap tertinggal karena terkucil dari arus utama perekonomian, kehidupan politik , dan budaya. Ketidak

113

(16)

beruntungan dalam hal akses ke sumberdaya (resources-type acces) dari daerah tertinggal merupakan akibat dari ketergantungan daerah tertinggal terhadap pusat-pusat perkotaan, struktur ekonomi dan lokasi geograis yang kurang menguntungkan dan keterbatasan akses daerah tertinggal terhadap barang, informasi, dan sumberdaya pokok. Kendala tersebut membatasi kemampuan daerah tertinggal untuk menghasilkan barang dan jasa yang bisa dijual di pasar yang lebih luas (regional, nasional, atau global). Keterbatsan-keterbatasan ini dapat dikelompokkan menjadi keterbatasan sumberdaya keuangan, manusia (human), dan kelembagaan (institusional). Secara empiris dan realitas di lapangan, harus diakui bahwa dari ketidak beruntungan ini adalah kelangkaan sumber daya keuangan. Secara umum, dunia usaha, masyarakat, dan bahkan otoritas local di daerah tertinggal relatif miskin dan memiliki kapasitas yang terbatas. Proses akumulai modal, jika ada, sangat terbatas dalam sektor produksi primer, resiko sangat tinggi, dan banyak faktor yang menghambat kemampuan tntrepreneur dan otoritas lokal untuk mendapatkan modal untuk investasi. Kelangkaan beberapa jenis infrastruktur dapat juga dianggap sebagai ketidak beruntungan dalam hal sumberdaya, jika kelangkaan jalan antar kabupaten dapat membatasi komunikasi local, pengembangan jejaring sosial, kerjasama (co-operation), dunia usaha. Kehilangan amneties dan inrastruktur wisata menyulitkan pengembangan potensi wisata. Keterbatasan ketesediaan lembaga keuangan di daerah tertinggal menyulitkan perkembangan dunia usaha.

(17)

jumlah penduduk berusia lanjut yang semakin meningkat. Sementara itu, penduduk daerah tertinggal yang memiliki tingkat pendidikan yang relati lebih baik banyak berimigrasi ke daerah lainnya, terutama ke daerah perkotaan/industry sehingga memperburuk kualitas dan kuantitas sumberaya manusia yang tinggal di wilayah tertinggal. Salah satu akibat dari lemahnya sumberdaya manusia daerah tertinggal ini adalah rendahnya budaya kewirausahaan (entrepreneurship) dan rendahnya jumlah sumberdaya yang dimiliki masyarakat daerah tertinggal sehingga pada gilirannya mengakibatkan kapasitas inovasi dan pembelajaran masyarakat juga rendah.

Pada daerah tertinggal dimana sumberdaya manusianya sangat buruk, budaya saling percaya (mutual trust) dan keinginan untuk bekerja sama pun bisa hilang sehingga pada akhirnya semakin menyulitkan dalam memulai atau melaksanakan pembangunan jenis apapun. Keterbatasan institusi publik dan madani (civic) yang juga merupakan ketidak beruntungan akses akan menghambat daerah tertinggal untuk menyadari dan mengekspresikan kebutuhan mereka secara efisien dan untuk menarik bantuan dan sumberdaya keuangan. Ketidak beruntungan dalam hal sumberdaya ini akan membuat daerah tertinggal tidak mampu bertahan dan bersaing dalam persaingan global, meskipun mereka memiliki akses yang memadai ke pasar.114

Lambannya penyaluran dana desa sangat merugikan warga desa, karena tidak bisa melaksanakan berbagai program pembangun desan yang telah disepakati dalam musyawarah desa. Lambatnya desa menerima pencairan dana, sangat merugikan bagi desa, karena menghambat kegiatan pembangunan desa yang telah ditetapkan melalui musyawarah desa. Dana segera diterima desa, segera

114Ibid

(18)

manfaatkan untuk membangun infrastruktur desa, seperti jalan dan irigasi. Ini semua sangat vital bagi kemajuan pertanian dan usaha desa lainnya. Adapun tujuan pembangunan desa, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Atas dasar itu, pembangunan infrastruktur desa itu sangat mendesak. Misalnya, banyak jalan desa yang kondisinya rusak parah dan harus segera diperbaiki agar sarana transportasi desa berjalan lancar, ekonomi desa berjalan baik, perdagangan antar desa berjalan lancar, dan masyarakat bisa menjual hasil kebun atau ternak dan ikannya ke kota. Dana desa juga penting untuk memajukan ekonomi desa, mengembangkan sumberdaya yang ada di desa menjadi usaha produktif yang bisa menggerakkan ekonomi desa, menciptakan banyak lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat desa, mengurangi pengangguran, kemiskinan dan urbanisasi. Potensi desa yang berbasis sumberdaya alam, seperti sumber mata air yang bisa dikembangkan menjadi usaha air bersih, selain bisa memberikan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga desa, juga bisa dikelola sebagai bisnis air bersih yang memberikan keuntungan komersial bagi desa. 115

Terdapat 2 (dua) hambatan atau kendala yang dihadapi untuk mendatangkan investasi asing, sebagaimana diinventarisasi oleh BKPM, yaitu kendala internal dan eksternal. Hal-hal yang termasuk dalam kendala internal adalah: kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yang

115

Iwan Setiawan, Keterlambatan Dana, Hambat Pembangunan Desa, melalui

(19)

sesuai;kesulitan memperoleh bahan baku;kesulitan dana/pembiayaan; kesulitan pemasaran; dan adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham. Sedangkan kendala eksternal, meliputi: faktor lingkungan bisnis, baik nasional, regional dan global yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif atau fasilitas investasi yang diberikan pemerintah; masalah hukum;keamanan, maupun stabilitas politik yang merupakan faktor eksternal ternyata menjadi faktor penting bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia; adanya peraturan daerah, keputusan menteri, undangundang yang turut mendistorsi kegiatan penanaman modal.116

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas meminta agar distribusi dana desa kepada 74.093 desa sasaran dipercepat pada pertengahan 2015, mengingat keterlambatan pencairan tahap pertama di pertengahan April 2015 yang dikhawatirkan dapat mengganggu program pemberdayaan desa. Keterlambatan pencairan dana desa tersebut dapat terjadi karena program dana desa merupakan program baru, dimana pemerintah pusat dan daerah perlu mematangkan persiapan agar dana desa tersebut efektif untuk pembangunan desa.Keterlambatan pencairan dana desa ini, tidak akan memberikan dampak signifikan bagi target penurunan tingkat kemiskinan.117

C. Kedudukan hukum investor dan Perlunya Investor menanamkan

modalnya dalam Pembangunan daerah tertinggal

Dalam konteks ketertinggalan, struktur ekonomi kabupaten di daerah tertinggal selama ini sebagian besar di topang oleh pertanian secara luas

116

Widya Natalia Rares, Op.Cit , hlm. 74.

117 http://www.neraca.co.id/article/52803/pencairan-dana-desa-harus-dipercepat.html

(20)

(perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan kelautan). Dengan profil sebaran kemiskinan yang banyak di perdesaan yang sebagian besar berada di sektor pertanian, diharapkan Industrialisasi dan hilirisasi yang sedang berjalan menjadi respon positif dalam mengatasi persoalan ini. Dengan sebaran industrialisasi dan hilirisasi khususnya di luar Jawa selain meningkatkan nilai tambah produksi juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha baru. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru diharapkan terus diperbanyak di luar Pulau Jawa. Hal ini akan menstimuli pembangunan di luar Pulau Jawa, sehingga kedepannya akan lebih banyak lagi daerah yang akan berkembang. Untuk aksesibilitas ke sektor produktif, program pemberdayaan masyarakat, perluasan akses keuangan (modal), akses produksi dan pasar dilakukan melalui berbagai program baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah.118 Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan yang dimiliki. Investor adalah penanam uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan.119

Kedudukan penanaman modal di suatu negara merupakan salah satu tempat alokasi dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Penanaman Modal (investor) adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara tertentu. Orang awam menyebutnya jumlah uang atau modal yang ditanam di

118

Susaei, Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Daerah Tertinggal, melalui https://susaei. wordpress.com/2013/12/12/pertumbuhan-ekonomi-pertanian-dan-daerah-tertinggal-2/, (diakses tanggal 20 Januari 2016).

119

(21)

berbagai sektor (pemerintah/BUMN/BUMD, swasta atau koperasi). Sedangkan pelaku investasi disebut investor atau Penanam Modal yaitu perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Agar orang atau badan mau menanamkan modalnya maka bermacam cara yang dilakukan pemerintah agar penanaman modalnya membuahkan hasil atau margin yang diinginkannya, antara lain melakukan deregulasi dan memberikan insentif bági usaha pionir atau di daerah tertentu/terpencil dan kemudahan agar suasana penanaman modal ebih bergairah atau membuka sektor sektor yang memerlukan modal besar dan expertise

yang tinggi kepada asing. Misalnya dibuat PP No. 45 th. 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah. Pemberian Kemudahan dalarn hal ini misalnya penyediaan fasilitas dan pemerintah daerah kepada penanam modal untuk mempermudah setiap kegiatan penanaman modal dalam rangka mendoróng peningkatan penanaman modal di daerah.120

Pada prinsipnya, investor yang menanamkan investasinya di Indonesia mengharapkan investasi yang ditanamkannya dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya dan tidak menimbulkan gangguan, baik dari pihak pemerintah sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Semakin baik dan aman dalam menjalankan usahanya para investor, maka semakin besar keuntungan yang akan diperolehnya di kemudian hari. Tujuan utama para investor menanamkan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Walaupun para investor telah menjalankan usahanya dengan baik, tidak tertutup kemungkinan usaha yang

120

Ardianyah, Perlindungan Hukum Bagi Investasi dan Investor, melalui

(22)

dijalankannya menimbulkan persoalan dengan pihak pemerintah maupun masyarakat sekitarnya.121

Letak hukum investasi dalam studi hukum. Sebagian hukum Investasi masuk bidang hukum perdata yang terkait dengan perjanjian – perjanjian. Sebagian lagi masuk bidang hukum perijinan yang dapat dikelompokkan dalam hukum administrasi negara atau bagian dan hukum publik. Selain itu hukum investasi terkait pula dengan konstitusi ekonomi suatu negara yang juga terletak dalam bidang hukum publik, sehingga banyak ahli hukum menyebutnya hukum investasi menyebutkan sebagai bagian dan hukum ekonomi atau hukum ekonomi dalam arti sempit disebut pula Hukum Bisnis, jadi mencakup usaha perorangan, koperasi dan korporasi atau badan hukum.122

Investasi juga bisa dipakai sebagai alat untuk pemerataan baik pemerataan antar daerah, antar sektor dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri atau dibiarkan berjalan menuruti mekanisme pasar tetapi harus ada intervensi pemerintah. Misalnya saja pemerintah bertujuan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi antar dua daerah (daerah yang satu maju dan yang satu tertinggal). Maka ketimpangan itu bisa diatasi salah satunya dengan mengarahkan investasi ke daerah yang tertinggal. Caranya ada macam-macam, misalnya memberi insentif pembebasan pajak bagi investor yang bersedia berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah ijin investasi di

121

Azkar rizal, Penyelesaian Sengketa di bidang Investasi, melalui http://azkarrizal13. blogspot.co.id/2013/07/penyelesaian-sengketa-di-bidang.html, (diakses tanggal 21 Januari 2016).

122

Ardiansyah, Letak, Kedudukan dan Posisi hukum Investasi, melalui

(23)

daerah tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya di sana, dan banyak kebijakan lain.123

Daerah tertinggal dalam hal ini adalah daerah dengan intensitas pembangunan daerah yang masih minim baik itu di bidang ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan. Pembangunan yang berkesinambungan dalam suatu daerah tertinggal lambat laun akan membawa tingkat kesejahteraan ke tingkat yang lebih tinggi. Pemanfaatan potensi daerah baik itu yang bersumber dari alam maupun berdasarkan hasil pemikiran dari populasi penduduknya sendiri di pastikan mampu menumbuhkan sektor industri kreatif di daerah tersebut. Tentunya harapan seperti ini harus sejalan dengan kontribusi pemerintah di dalamnya yang utamanya berkontribusi dalam permasalahan permodalan. Permodalan bagi daerah tertinggal memang susah jika bersumber dari investor luar karena kurangnya rasa kepercayaan akan keberhasilan proyek yang akan di danai. Hal ini seharusnya memunculkan inisiatif bagi pemerintah untuk membantu pembangunan daerah tertinggal dengan meningkatkan intensitas penanaman modal pemerintah bagi daerah tertinggal.

Selain masalah permodalan, masalah kualitas sumber daya manusia yang ada di daerah tertinggal menjadi faktor penghambat lain tumbuhnya industri kreatif. Lagi-lagi masalah ini harus di selesaikan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal dengan tujuan mencapai industri kreatif yang berbasis otonomi daerah. Perhatian yang lebih intensif lagi di perlukan bagi daerah tertinggal untuk mencapai suatu kemandirian dan juga siap untuk menjadi rujukan industri kreatif. Sebagai bahan pertimbangan sekaligus saran,

123

(24)

secara sederhananya untuk menciptakan industri kreatif berskala kecil pun sebenarnya daerah tertinggal sudah mampu melakukannya. Sedikit bantuan untuk menghidupkan industri kreatif setara industri rumahan cuma modal dan bantuan untuk pemasaran saja. Secara keterampilan masyarakat daerah tertinggal pun dirasa cukup mampu. Jika memang demikian, maka kerja pemerintah tidak akan terlalu berat untuk mengentaskan daerah tertinggal. Sekarang tinggal bagaimana kita dan semuanya mau menghargai produk industri kreatif dalam negeri yang mungkin saja salah satu produk yang kita konsumsi adalah hasil dari pengembangan potensi daerah tertinggal.124

124

(25)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

PADA DAERAH TERTINGGAL

A. Peran Investor dalam Pembangunan Daerah Tertinggal

Investasi mempunyai peranan yang penting sekali. Tidak ada investasi berarti tidak ada pembangunan, karena sasaran suatu pembangunan akan dapat dicapai apabila ada investasi yang dilakukan. Suatu perencanaan pembangunan pada dasarnya untuk merumuskan pilihan terhadap investasi yang bertitik tolak pada skala prioritas pembangunan dan yang disesuaikan dengan kemampuan yang terbatas baik dari segi modal, sumber alam, tenaga ahli dan sebagainya. Sebelum suatu investasi dilakukan harus dikaji secara mendalam, karena biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar dan hasilnya baru dapat dirasakan pada tahun-tahun pertama. Keberhasilan suatu investasi berarti keberhasilan perencanaan pembangunan. Sebaliknya jika investasi itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan berarti pembangunan itu gagal yang sekaligus merupakan kegagalan perencanaan pembangunan.125

Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik telah menimbulkan harapan baru. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih banyak ditopang oleh tingginya konsumsi. Kontribusi konsumsi terhadap GDP cukup besar dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sekitar 67%. Sebaliknya, peran investasi dalam pembentukan GDP sangat kecil yaitu rata-rata 22% pada tahun 2007-2012. Hal tersebut cukup memprihatinkan mengingat

125

(26)

investasi seharusnya menjadi faktor pendorong perekonomian. Investasi baik berupa investasi domestik maupun luar negeri (FDI) dapat berdampak pada peningkatan kinerja sektoral. Rendahnya investasi di Indonesia disebabkan iklim investasi yang kurang kondusif seperti kurangnya faktor kepastian hukum, birokrasi yang rumit dan sebagainya. Selain itu, prospek dari sektor riil juga mempengaruhi minat investor. Perbedaan potensi dari sektor-sektor perekonomian juga mempengaruhi penempatan investasi oleh investor. Beberapa sektor perekonomian pada saat ini justru mengalami penurunan. Sedikit menurunnya pertumbuhan kedua sektor tersebut perlu mendapatkan perhatian pemerintah, terutama sektor manufaktur. Beberapa industri dalam sektor ini, seperti industri tekstil menurun seiring dengan turunnya ekspor tekstil ke luar negeri yang disebabkan adanya kuota impor tekstil dari Indonesia pada beberapa negara. Untuk meningkatkan pertumbuhan pada masing-masing sektor tersebut, pemerintah telah melakukan upaya-upaya tertentu, antara lain dengan meningkatkan peran investasi. Usaha pemerintah dalam rangka mendorong investasi terus dilakukan. Namun demikian, diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan gambaran seberapa besar investasi yang diperlukan pada masing-masing sektor tersebut dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai potensi pada masing-masing sektor tersebut. Sehingga peningkatan investasi pada suatu sektor akan tepat sasaran untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi pemerintah.126

126

(27)

Investasi merupakan salah satu indikator dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara.127 Melihat realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat dari statistik yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai investasi dari negara yang bersangkutan maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Peningkatan nilai investasi bagi setiap negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pentingnya investasi ini, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjadikan pemerintah dari setiap negara berlomba-berlomba untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam negaranya. Hal ini dilakukan dengan berbagai upaya yang antara lain; memulihkan situasi politik,keamanan dan ketertiban negara, memberikan insentif bagi para investor, memberikan kemudahan dalam birokrasi, menjamin kepastian hukum serta menjalin hubungan diplomasi baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Kesemua upaya tersebut berorientasi pada peningkatan nilai investasi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuahan ekonomi sehingga cita-cita negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya dapat tercapai.128

Kondisi iklim berusaha dan resiko investasi yang positif ternyata kemudian membuahkan hasilnya. Perusahaan-perusahaan domestik tanpa ragu-ragu dapat melakukan ekspansi usahanya disegala lini produksi. Minat untuk melakukan investasi secara langsung pada sektor riil yang dilakukan oleh masyarakat bisnis

127 Erman Rajagukguk, “Hukum Ekonomi Indonesia: Menjaga Persatuan Bangsa,

Memulihkan Ekonomi, dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Jurnal Hukum Bisnis, vol. 22 (2003), hlm. 23.

128

Suleman Batu bara, Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan, Ekonomi Di Indonesia, melaluihttp://batubarasuleman.blogspot.co.id/2010/11/peranan-investasi-dalam-pertumbuhan.html,

(28)

dan industri rumahtangga meningkat tajam baik di sektor pertanian, perikanan, pertambangan, konstruksi, industri pengolahan, industri berat, jasa keuangan dan perbankan, serta pada sektor-sektor jasa lainnya.

Minat investasi yang paling menonjol dan menunjukkan peningkatannya adalah investasi langsung dalam rangka mendapatkan fasilitas penanaman modal asing (FDI). Kehadiran FDI telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong kinerja laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong timbulnya industri pasokan bahan baku lokal, proses alih teknologi dan manajemen, serta manfaat bagi investor lokal. Manfaat yang paling menonjol adalah berkembang nya kolaborasi yang saling menguntungkan dan terjalin antar investor asing dengan kalangan pebisnis lokal. Disini kita melihat bagaimana bisnis dan industri komponen berkembang dengan pesat, termasuk berbagai kegiatan usaha yang berorientasikan ekspor.

Perkembangan investasi pengusaha domestik dan asing tadi masih memberikan berbagai kontribusi positif untuk peningkatan sumber-sumber pajak perusahaan dan perseorangan yang berguna dalam pembangunan daerah pada tingkat satu dan tingkat dua. Perkembangan ekonomi lokal disekitar lokasi tempat usaha perusahaan-perusahaan yang menanamkan investasinya menunjukkan kecenderungan mendapatkan pengaruh dampak langsung dari kehadiran mereka. Penyelenggaran fasilitas umum dan sosial dapat ditingkatkan sekaligus bertambahnya tingkat konsumsi lokal terhadap kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari.

(29)

masyarakat dapat memberikan iklim yang kondusif untuk terselengaranya investasi. Pada tingkatan pemerintah pusat, masalah yang dihadapi adalah masih belum terlihatnya yang jelas dalam strategi pengembangan industrialisasi. Strategi yang demikian sangat diperlukan sehingga birokrasi pada pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten, dapat menyatu-padukan dan melakukan koordinasi atas rancangan-rancangan pengembangan investasinya di daerah untuk dapat mendukung tercapainya target-target dari strategi industrialisasi nasional tersebut.

Pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat memelihara iklim usaha yang baik dan tidak memberatkan dunia usaha dan para calon investor di kawasannya masing-masing. Akhirnya bagi masyarakat, pada era demokratisasi saat ini yang sedang marak akhir-akhir ini dengan berbagai tuntutan-tuntutan yang berlebihan janganlah mengorbankan iklim usaha yang telah terbina. Pengusaha dan calon investor di manapun menuntut kenyamanan, keamanan dan kepastian berusaha dari proses penanaman modalnya di daerah. Kemajuan dan peningkatan volume produksi dari kegiatan-kegiatan investasi yang diunggulkan sudah pasti lambat laun akan memberikan efek pengganda pada perekonomian lokal dan pendapatan rumah tangga masyarakat disekitarnya. Masih banyak lagi tantangan-tantangan lainnya untuk disebutkan satu persatu disini. Yang jelas baik kalangan pebisnis sendiri maupun para pelaku-pelaku ekonomi dan administrasi pemerintahan perlu melakukan perubahan-perubahan cara pandang, penerapan tata kelola perusahaan dan tata kelola administrasi pemerintahan yang saling mendukung demi terciptanya percepatan investasi di masing-masing daerah dan lokalitas.129

(30)

Tanggung jawab memajukan dan membangun daerah bukan hanya terletak di tangan pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Keberadaan investor di daerah juga memiliki peran penting. Hal itu bahkan sudah diatur undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah (PP). Peran serta perusahaan baik itu BUMN, swasta, maupun perusahaan daerah (perusda) sangat penting dalam memajukan daerah baik berupa pembangunan fisik maupun nonfisik. Investor atau korporasi serta masyarakat (people) untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal. Dengan jumlah investor yang mencapai ratusan, sudah barang tentu peran serta mereka dalam menentukan arah pembangunan daerah tertinggal sangatlah penting.

(31)

kesejahteraan rakyat di negara tersebut Peran pengarah adalah tugas pemerintah dalam mengalokasikan atau mengarahkan pemanfaatan sumber daya nasional secara efisien dan efektif.

Peran pengarah ini diwujudkan dalam bentuk pengarahan untuk: mengelompokkan investasi apa saja yang perlu dilindungi (protected) oleh Negara dalam rangka memperkuat ketahanan ekonomi nasional, investasi mana saja yang perlu dibantu (assisted) oleh negara dalam rangka pemberdayaan kelompok masyarakat tertentu demi keadilan dan pemerataan pembangunan nasional, sehingga negara perlu menyediakan sarana atau prasarananya, investasi mana saja yang perlu didorong (promoted) pengembangannya, karena memberikan dampak (multiplier effect) positif yang besar bagi ekonomi nasional sehingga perlu diberi insentif. Peran ini bertujuan agar investasi nasional dapat memberikan kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat. Seperti halnya peran pengaturan, maka keluaran dari peran pengarah ini,juga perlu ditinjau secara berkala agar sesuai dengan perkembangan ekonomi masyarakat, dan tujuannya adalah semata- mata untuk kepentingan nasional, khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat di negara tersebut. Peranan pengembangan investasi nasional yang sekarang sedang giat dilakukan. Bila pengembangan investasi dilakukan tanpa visi yang jelas dan tegas yang berpihak pada kesejahteraan bangsa, maka tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai.130

130http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=8382&coid=1&caid=28&gid=3.html,

(32)

B. Perlindungan Hukum bagi Investor apabila mengalami kerugian pada saat maupun setelah melakukan pembangunan pada daerah tertinggal ditinjau dari Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 dan beberapa peraturan pendukung lainnya

Iklim investasi di lndonesia bertambah tidak kondusif karena stabilitas sosial dan politik serta jaminan keamanan dan penegakan hukum di dalam negeri masih rawan. Investor sering mengeluhkan masalah penegakan hukum. Pemerintah yang kebijakan investasinya berubah-ubah dengan cepat atau tidak transparan dalam perundingan bisnis, akan kesulitan, bahkan mustahil menarik modal skala besar dan munculnya kegiatan anti investor dapat juga mempengaruhi lokasi dan jumlah modal perusahaan swasta di bar negeri. Ketidakstabilan politik dapat menutup operasi asing menjauhkan investasi baru. Di samping kebijakan yang berubah-ubah, Pemerintah yang tidak kompeten, lemah atau kolusif yang tidak mampu atau tidak mau menghilangkan perilaku yang membuat investor asing takut, maka sulit menemukan investasi asing dan kemajuan perekonomian. Hal ini juga nampak pada akses kebijakan Pemerintah Pusat, dalam hal kebijakan investasi asing, di mana seharusnya Pemerintah Daerah harus memahami bahwa investor asing mungkin saja membawa permasalahan investasi mereka. Apa yang bisa membuat investor merasa tenang dalam berusaha adalah adanya kepastian hukum, karena dengan kepastian hukum investor dapat melakukan sejumlah prediksi terhadap rencana usaha yang dilakukannya.

(33)

kepastian hukum dalam penyelenggaraan investasi tidak seluruhnya ditentukan oleh kaidah-kaidah hukum dalam UU tersebut. Kepastian hukum dalam pengertian substansi harus pula didukung pula oleh substansi hukum pada bidang hukum bisnis lainnya dan ditentukan pula aspek kepastian dalam struktur penegakan hukum. Dalam hal yang terakhir ini penerapan kaidah hukum dan peraturan perundang-undangan terkait investasi dalam peristiwa konkrit melalui putusan-putusan badan peradilan menjadi faktor sorotan adanya kepastian hukum. Pada perspektif ini dunia peradilanlah yang memberikan citra pada kepastian hukum tersebut.

Dukungan investasi pemerintah yang memadai tersebut perlu pula dibarengi dengan penciptaan dan perbaikan iklim investasi yang pada gilirannya akan menunjang peran serta investasi dari pihak swasta untuk dapat menanamkan modalnya pada wilayah-wilayah yang relatif masih tertinggal tersebut. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah dan sulitnya kondisi alam, serta terbatasnya sumberdaya dan dana yang tersedia di kawasan ini, pembangunan prasarana dan sarana tersebut perlu diprioritaskan pada wilayah-wilayah yang telah dan akan menjadi pusat-pusat pertumbuhan, baik dalam skala regional maupun lokal.

(34)

dalam berinvestasi di daerah kecuali memiliki hubungan pribadi yang baik dengan penguasa daerah.131

Percepatan pembangunan ekonomi nasional dan upaya mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, merupakan salah satu alasan yang melatar belakangi pembentukkan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini mengingat bahwa investasi di Indonesia mengalami banyak pasang surut, yang di pengaruhi oleh berbagai kendala internal berupa mekanisme perizinan yang rumit, kondisi perekonomian dan politik yang belum sepenuhnya kondusif, serta upaya penegakkan hukum yang lemah dan eksternal seperti persaingan global terhadap pilihan Negara tujuan investasi bagi para investor asing. Kehadiran Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga memberikan dampak yuridis yang signifikan terhadap para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Salah satunya adalah memberikan perlindungan hukum terhadap investor dalam negeri dan investor asing.

Kesepakatan penanaman modal di dalam Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M), ternyata cukup luas. Misalnya tentang perlindungan aset penanaman modal yang tidak hanya pada aset yang berwujud, namun juga meliputi aset yang tidak berwujud. Demikian pula mengenai definisi keuntungan yang dikatakan sebagai sejumlah uang yang dihasilkan dari kegiatan penanaman modal. Keuntungan atau penghasilan yang dimaksud meliputi;

131http://beta.mediaindonesia.com/news/2012/10/24/1160206/html

(35)

keuntungan bunga, keuntungan penjualan barang modal, deviden, royalti atau uang jasa. Dalam hal peningkatan dan perlindungan penanaman modal, di dalam P4M sepakat untuk saling mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan investor di antara mereka. Komitmen itu mereka terjemahkan dengan cara mengizinkan setiap bentuk kegiatan penanaman modal yang berlangsung di wilayahnya sesuai peraturan yang berlaku. Kedua negara juga telah sepakat akan memperlakukan investor di antara mereka secara adil dan layak, serta memberi perlindungan dan keamanan yang memadai.

Cara untuk memperlakukan investor, Indonesia sepakat untuk menerapkan prinsip national treatment (NT) dan most favoured nation (MFN). Kesetaraan perlakuan penanaman modal yang dimaksud berkenaan dengan manajemen, penggunaan dan pemilikan atau penguasaan penanaman modal, serta seluruh kegiatan apapun yang terkait dengan penanaman modal. Namun demikian perlakuan khusus (hanya) kepada investor bisa saja menjadi tidak berlaku jika di antara mereka terlibat perjanjian internasional lainnya. Keterlibatan itu disebabkan salah satu atau kedua negara duduk sebagai anggota dari negara-negara yang membebaskan bea cukai ekspor barang. Atau bisa pula karena terlibat kesepakatan pasar bersama, zona perdagangan bebas serta terlibat perjanjian ekonomi multilateral terkait lainnya, maka ketentuan perlakuan sama (secara khusus) terhadap investor sing tersebut bisa gagal terlaksana.132

Setiap negara akan memberikan perlindungan dan jaminan bagi setiap investor, Indonesia memberikan beberapa bentuk perlindungan bagi para penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia, seperti MIGA yaitu organisasi

132

(36)

yang menjamin perlindungan bagi investor, Bilateral Investment Treaties (BIT) yaitu kesepakatan yang berisi antara kedua negara, penyelesaian sengketa dengan beberapa cara seperti musyawarah, negosiasi, dan arbitrase. Terhadap seluruh perusahaan multinasional juga berlaku prinsip perlakuan yang sama, dimana seluruh ketentuan telah diatur didalam ketentuan perundang-undangan mengenai penanaman modal. Sehingga setiap perusahaan multinasional yang menanamkan modalnya di suatu negara akan diberikan perlakuan yang sama, tidak ada yang membeda-bedakan.

Bentuk perlindungan hukum bagi investor apabila mengalami kerugian pada saat maupun setelah melakukan pembangunan pada daerah tertinggal ditinjau dari Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 yaitu secara normatif diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata cara Izin Prinsip Penanaman Modal, yaitu dengan diberikannya keterbukaan informasi dan perlindungan hukum terhadap investor yang mengalami kerugian dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang penanaman modal, antara lain :133

a. Untuk mencegah investor mengalami kerugian, pemerintah mewajibkan setiap menanamkan modal untuk mengungkapkan risiko usahanya.

b. Investor harus melakukan evaluasi terhadap saham yang akan dibeli.

c. Landasan hukum bagi penanaman modal di Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan kegiatan di penanaman modal serta perlindungan bagi investor.

d. Konsekuensi perlindungan hukum bagi investor adalah dengan diterapkannya prinsip keterbukaan/full and fair disclosure.

133

(37)

Memuat pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 Tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dilakukan berupa Pengawasan terhadap Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) dilakukan oleh instansi pengawasan internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 menyatakan bahwa Pendanaan PPDT yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus harus memberikan keberpihakan kepada daerah tertinggal, terutama yang kemampuan keuangan daerahnya masih rendah.

Menurut Pasal 30 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Insentif Dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah bahwa Kriteria berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, atau daerah berlaku bagi penanam modal yang bersedia dan mampu mengembangkan kegiatan usahanya di daerah. Kriteria merupakan daerah yang aksesibilitasnya sangat terbatas, serta ketersediaan sarana dan prasarananya rendah.

(38)

belah pihak yang telah bersepakat dan negara-negara lain. Indonesia juga telah bergabung dengan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA).134

MIGA memberikan jaminan kepada proyek-proyek terhadap (a) segala kerugian yang mungkin dialami investor bila mata uang lokal tidak dapat ditukarkan dengan mata uang asing dan dibawa keluar dari negara yang bersangkutan; (b) kerugian akibat tindakan pemerintah negara bersangkutan yang mengurangi atau menutup kendali atau hak investor atas investasi yang dijaminkan, misalnya tindakan nasionalisasi atau penyitaan; (c) kerugian akibat pelanggaran kontrak; (d) kerugian akibat perang dan kerusuhan sipil. Beberapa prestasi dalam memenuhi sasaran pembangunan dapat ditemukan pada sejumlah proyek yang dijamin MIGA.135

C. Perlindungan Hukum atas Modal yang dikeluarkan oleh Investor ditinjau dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 dan beberapa peraturan pendukung lainnya

Undang-Undang Penanaman Modal yang selanjutnya dibaca UUPM merupakan salah satu bagian dari paket perbaikan kebijakan iklim investasi yang dikeluarkan melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 yang salah satu programnya adalah mengubah Undang-Undang Penanaman Modal yang memuat prinsip-prinsip dasar, antara lain: perluasan definisi modal, transparansi, perlakuan sama investor domestik dan asing. UUPM merupakan upaya negara untuk berpaling dari kewajiban konstitusionalnya dengan mengalihkan kewajiban tersebut kepada kuasa modal. Pasal 33 UUD 1945 amandemen ke empat, terutama pada Ayat (3) menyatakan, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

134

http://cramoz.blogspot.co.id/2011/03/tugas-2-investasi-dan-penanaman-modal.html,

(diakses tanggal 27 Januari 2016).

135http://evaerviana23.blogspot.co.id/.html

(39)

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jadi secara konstitusional, sama sekali tidak beralasan untuk menjadikan UUPM sebagai instrumen untuk mensejahterakan rakyat bahkan sebaliknya, UUPM dapat menyebabkan semakin tergantungnya bangsa Indonesia kepada kekuatan perekonomian asing. Secara garis besar UUPM menjanjikan perbaikan iklim investasi dengan perbaikan diberbagai aspek baik yang menyangkut penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri, tenaga kerja, pengembangan UMKM, fasilitas terhadap penanaman modal, kemudahan perizinan dan pelayanan, reposisi BKPM dan Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK). Dengan adanya paket kebijakan ekonomi tersebut diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah utama iklim investasi dan prospek usaha di Indonesia. Sehingga baik investor dalam negeri maupun asing dapat mulai memperhitungkan Indonesia sebagai pilihan dalam membuka usaha ataupun memperluas usahanya. Kemudahan usaha dan prospek pasar Indonesia menjadi daya tarik utama bagi investor untuk ekspansi usahanya, dengan harapan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan dengan terciptanya lapangan kerja yang luas.136

Perlindungan yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada para investor asing yakni dengan memperbaiki tatanan ketentuan peraturan perundang- undangan penanaman modal serta pelaksanaan dari ketentuan perundang - undangan tersebut, memperbaiki fasilitas dan pelayanan penanaman modal, memberikan jaminan keamanan investasi, dan mengendalikan pelaksanaan penanaman modal.

136

(40)

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pengaturan perlindungan investasi diatur dalam beberapa ketentuan, yaitu Pasal 6 menyatakan:

1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Perlakuan tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang

memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Memuat Pasal 7 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menegaskan bahwa: “Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanaman modal, kecuali dengan undang-undang.” Kemudian Pasal 8, yaitu negara tuan rumah mengizinkan penanam modal untuk melakukan pengalihan aset, transfer dan repatriasi terhadap hasil kegiatan bisnis dalam bentuk valuta asing yang antara lain mencakup hasil keuntungan (profit) bisnis, bunga bank dan deviden. Selain itu juga transfer dari hasil royalti atau biaya yang harus dibayar, hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal, kompensasi atas kerugian dan kompensasi atas pengambilalihan (expropriation).

Referensi

Dokumen terkait

Gatot Efdi Saputra : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (Amd) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

L.K.Syafrida Manik : Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau Dari Undang-Undang…, 2004 USU Repository © 2008... L.K.Syafrida Manik : Perlindungan Hukum Terhadap

Pengaturan fasilitas kepada investor di Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal bahwa fasilitas bagi

PERLINDUGAN HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU KREDIT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI IKAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA FORMALIN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG.. NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DAERAH DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (Studi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN JASA KOLAM RENANG DI KOTA PANGKLPINANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Khususnya dalam perlindungan hukum terhadap konsumen tentang peredaran kosmetik mengandung bahan berbahaya ditinjau dari Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang