• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

IKA WAHYUNINGSIH

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran question student have terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Model pembelajaran question student have adalah salah satu model yang dikembangkan untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan dan ketrampilan bertanya dalam bentuk pertanyaan tertulis. Desain yang digunakan adalah posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian dipilih dua kelas dari delapan kelas dengan cara purposive random sampling. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran question student have berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013.

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

IKA WAHYUNINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PENGARAUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester

Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Ika Wahyuningsih Nomor Pokok Mahasiswa : 0913021047

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19610524 198603 1 006 NIP. 19591002 1988031002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. _________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pandansari, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu pada tanggal 03 Januari 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Wiryo H.S. dan Ibu Khosiyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Islamiyah Sukoharjo pada tahun 1997, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Pandansari pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di MTs Negeri Pringsewu pada tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

(6)

Motto

Kesuksesan itu tidak untuk

ditunggu, namun diciptakan.

Berupayalah tidak hanya menjadi

manusia yang sukses, tetapi juga

(7)

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Matematika ... 8

B. Model Pembelajaran ... 9

C. Model Pembelajaran PAKEM ... 10

D. Model Pembelajaran Question Student Have ... 13

E. Pembelajaran Konvensional ... 18

F. Perbedaan Model Pembelajaran Question Students Have dengan Model Pembelajaran Konvensional ... 21

G. Pemahaman Konsep Matematis... 21

(8)

vii

1. Anggapan Dasar ... 27

2. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 28

B. Desain Penelitian ... 29

C. Prosedur Penelitian ... 29

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 30

1. Data Penelitian ... 30

2. Instrumen Penelitian ... 30

a. Reliabilitas ... 32

b. Tingkat Kesukaran (TK)... 33

c. Daya Pembeda (DP) ... 34

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 36

1. Uji Normalitas ... 36

2. Uji Homogenitas ... 37

3. Uji Hipotesis ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 39

1. Hasil Uji Prasyarat Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 40

2. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 41

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Question Students Have dengan

Model Pembelajaran Konvensional ... 21

3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo ... 28

3.2 Desain Penelitian ... 29

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep... 31

3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 33

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 35

3.6 Rekapitulasi Hasil Data Test Uji Coba ... 35

4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-Rata Skor, dan Simpangan Baku Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 39

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 40

4.3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 41

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) Kelas Eksprimen ... 53

A.2 Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 85

A.3 Lembar Kerja Siswa ... 117

B.7 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 160

C.Analisis Data C.1 Analisis Reliabilitas Item Hasil Tes Uji Coba Posttest Pada Pokok Bahasan Lingkaran ... 162

C.2 Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Item Hasil Tes Uji Coba ... 164

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global (Permendiknas No. 22, 2006).

Sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan :

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

(12)

kenyataannya, pendidikan di Indonesia saat ini masih belum mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan masih perlu adanya perbaikan di berbagai aspek pembelajaran. Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru dituntut untuk selalu meningkatkan diri baik dalam pengetahuan maupun pengelolaan

pembelajaran di kelas. Dijelaskan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar

pendidik dan tenaga kependidikan menjelaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat memilih dan menggunakan beberapa strategi. Terdapat banyak jenis strategi dalam pembelajaran, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu strategi dapat diminimalisir dengan strategi pembelajaran yang lain.

(13)

pemahaman terhadap konsep menjadi kurang optimal. Dengan pemahaman konsep yang kurang optimal, maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Walaupun demikian, bukan berarti metode ceramah tidak cocok digunakan untuk pembelajaran matematika. Supaya hasil belajar yang diperoleh dapat menjadi lebih baik, perlu dicoba pembelajaran dengan model lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika di kelas VIII SMPN 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu, diketahui bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah. Pemahaman konsep matematis yang rendah tersebut dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang selama ini dilakukan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah. Siswa umumnya tidak aktif bertanya, disebabkan karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang mendorong siswanya untuk bertanya tentang materi yang tidak mereka pahami. Siswa yang belum atau bahkan tidak memahami materi namun tidak bertanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya siswa malu untuk mengajukan pertanyaan, siswa tidak dapat menyusun pertanyaan dengan baik, siswa tidak percaya diri atau bahkan takut untuk bertanya. Beberapa faktor tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan tidak memahami materi yang diberikan guru. Dengan sikap yang pasif tersebut menyebabkan tidak adanya interaksi timbal balik antara guru dan siswa.

(14)

aktif dan menyatukan pendapat dan mengukur sejauh mana siswa memahami pelajaran melalui pertanyaan tertulis. Model pembelajaran question students have mengharuskan siswa-siswi untuk menuliskan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran yang tidak dipahami dalam bentuk lembaran-lembaran kertas, kemudian memberikan kesempatan kepada teman-teman yang lain untuk membaca pertanyaan yang telah ada. Jika siswa ingin mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, siswa dapat memberikan tanda ceklis pada pertanyaan tersebut. Tujuan siswa bertanya adalah untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu topik, siswa lebih aktif, siswa harus belajar secara maksimal dan mengembangkan pola pikir sendiri.

Oleh karena itu, model pembelajaran question students have memberikan peluang kepada siswa untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang menyediakan situasi timbal balik, baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga pengaruh model pembelajaran question students have terhadap pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah model pembelajaran question student have berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2012/2013?”

(15)

pembelajaran question student have lebih baik daripada pemahaman konsep

matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran question student have terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan keilmuan di bidang matematika, dengan penerapan model pembelajaran question student have.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, guru, dan siswa.

a. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian dan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran question student have.

(16)

c. Bagi siswa, dapat menambah pengalaman baru dalam memperoleh materi pelajaran matematika serta menambah rasa percaya dirinya untuk aktif bertanya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Pengaruh adalah sejauh mana sesuatu dapat memberikan perubahan atau dampak terhadap suatu hasil melalui suatu kegiatan. Model pembelajaran question student have dikatakan berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa apabila pemahaman konsep matematis kelas yang menggunakan model pembelajaran question student have lebih baik daripada pemahaman konsep matematis kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(17)

3. Model pembelajaran konvensional guru hanya berperan sebagai pemindah informasi secara langsung kepada siswa dan siswa sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses

“meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali

pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes.

4. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran, dalam hal ini pada pelajaran matematika. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Matematika

(19)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika dapat diartikan sebagai ilmu yang terorganisir yang dapat digunakan untuk mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang teori atau pernyataannya diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum) karena memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis, logis dan efisien, serta bersifat artifisial.

B. Model Pembelajaran

Secara umum istilah model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Zuleha (2005: 57) menyatakan sebagai berikut.

Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, desain pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar dengan bantuan program komputer, dengan kata lain adalah bantuan alat-alat yang mempermudah siswa dalam proses belajar.

Winataputra (2006: 90) menyatakan sebagai berikut.

(20)

Selanjutnya, Abbas (2010) menyatakan sebagai berikut.

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting, tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang menerangkan bagaimana mempermudah cara belajar siswa di dalam kelas dengan menggunakan alat-alat bantu dalam rangka pencapaian tujuan belajar yang baik. Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru.

C. Model Pembelajaran PAKEM

Muhibbin dan Rahayu (2009: 1), menyatakan bahwa PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAKEM dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media

(21)

Menurut Setiawan (2004: 6), PAKEM bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan ketrampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap bagi kehidupan kelak. (a) Aktif diartikan peserta didik maupun berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru harus menciptakan suasana sehingga peserta didik aktif bertanya, memberikan tanggapan, mengungkapkan ide dan mendemonstrasikan gagasan atau idenya. Guru aktif akan memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan menantang dan mempertanyakan gagasan anak didik. Dengan memberikan kesempatan peserta didik aktif akan mendorong kreativits peserta didik dalam belajar maupun memecahkan masalah, (b) Kreatif diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu belajar, bahkan mencipta teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya. Peserta didik akan kreatif, bila diberi kesempatan merancang/membuat sesuatu, menuliskan ide atau gagasan. Kegiatan tersebut akan memuaskan rasa keingintahuan dan imajinasi mereka. Apabila suasana belajar yang aktif dan kreatif terjadi, maka akan mendorong peserta didik untuk menyenangi dan memotivasi mereka untuk terus belajar, (c) Efektifyang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan (kompetensi) merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang tampaknya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif akan tampak hanya sekedar permainan belaka, (d) Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar

mengajar yang ”hidup”, semarak, terkondisi untuk trus berlanjut, ekspresif, dan

(22)

dan merayakan kerja kerasnya dengan tepuk tangan, poster umum, catatan pribadi atau saling menghargai. Kegiatan belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan harus tetap bersandar pada tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.

Setiawan (2004: 10), menjelaskan bahwa secara garis besar PAKEM meng-gambarkan kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Perserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan (aktifitas) yang mengembangan keterampilan, kemampuan dan pemahamannya dengan menekankan pada belajar dengan berbuat (learning by doing).

2. Guru menggunakan berbagai stimulus/motivasi dan alat peraga, termasuk lingkungan sebagai sumber belajar agar pengajaran lebih menarik, menyenangkan dan relevan bagi peserta didik.

3. Guru mengatur kelas untuk memajang buku-buku dan materi-materi yang menarik.

4. Guru menggunakan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk belajar kelompok.

5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah, mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya sendiri.

Selanjutnya, Setiawan (2004: 11) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan PAKEM perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

1. Memahami sifat anak

2. Mengenal peserta didik secara individu/perorangan

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4. Mengembangkan kemampuan bepikir kritis, kreatif dam kemampuan memecahkan masalah

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7. Memberikan umpan balik yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.

(23)

fokus pembelajaran terletak pada siswa, bukan pada guru, (c) siswa belajar secara aktif, (d) siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karyanya sendiri, tidak hanya mengutip dari guru.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi peserta didik dengan ketrampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

D. Model Pembelajaran Question Student Have

Menurut Hafidh (2010), model pembelajaran question student have adalah salah satu model pengembangan dari model pembelajaran PAKEM yang dikembangkan untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan dan ketrampilan bertanya. Zaini (2006: 12) menjelaskan bahwa question students have merupakan suatu strategi yang menuntut siswa bertanya dalam bentuk tulisan. Pertanyaan adalah stimulus yang mendorong siswa untuk berpikir dan belajar. Tujuan siswa dalam membuat pertanyaan adalah mendorong siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah suatu soal, menyelediki dan menilai penguasaan siswa tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat siswa untuk sesuatu sehingga akan menimbulkan keinginan untuk mempelajarinya dan juga menarik perhatian siswa dalam belajar.

(24)

melalui pertanyaan tertulis. Tujuan siswa bertanya adalah untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu topik, siswa lebih aktif, siswa harus belajar secara maksimal dan mengembangkan pola pikir sendiri. Model ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan.

(25)

kepada siswa untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok. Jawaban lisan maupun tulisan.

Menurut Zaini (2006: 17) langkah–langkah dalam model pembelajaran question students have adalah sebagai berikut:

1. Bagikan potongan-potongan kertas kepada siswa.

2. Minta setiap siswa untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran.

3. Setelah semua selesai membuat pertanyaan, masing-masing diminta untuk memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman disamping kirinya.

4. Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, siswa diminta untuk membaca pertanyaan yang ada.

5. Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, siswa diminta untuk menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya.

6. Beri respon kepada pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban langsung secara singkat,

7. Menunda jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas topik tersebut.

8. Jika waktu cukup, minta beberapa orang siswa untuk membacakan pertanyaan yang dia tulis meskipun tidak mendapatkan tanda centang yang banyak kemudian beri jawaban.

9. Kumpulkan semua kertas. Besar kemungkinan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan anda jawab pada pertemuan berikutnya.

Sedangkan menurut Hartono (2008), langkah-langkah dalam model pembelajaran question students have yaitu:

1. Bagikan kartu kosong kepada siswa

2. Meminta setiap siswa menulis beberapa pertanyaan tentang mata pelajaran yang sedang dipelajari

3. Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada siswa berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek jika pertanyaan ingin mereka ajukan.

4. Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap siswa telah memeriksa semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Langkah ini akan mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan :

a). Jawaban langsung atau memberikan jawaban kepada siswa yang berani menjawab pertanyaan.

(26)

c). Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan.

5. Panggil beberapa siswa berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak.

6. Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.

Dari langkah-langkah tersebut di atas, guru harus bisa membuat beberapa catatan dalam proses pembelajaran seperti membuat sub kelompok dalam kelas yang disesuaikan dengan banyaknya jumlah siswa, kemudian guru memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk menuliskan sebanyak-banyaknya pertanyaan, guru mengawasi jalannya perputaran kartu tiap kelompok, dan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dengan ceklis terbanyak akan didiskusikan bersama oleh guru dan siswa. Semakin banyak siswa yang bertanya akan menjadikan proses pembelajaran berjalan dengan lancar, karena dapat dilihat bahwa siswa yang tidak pernah mengajukan pertanyaaan menjadi berani mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini, guru akan dapat melihat bagaimana keinginan siswa yang sebenarnya dalam mengikuti proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan terbuka.

Menurut Hartono (2008) model pembelajaran question students have memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

1. Kelebihan Model Pembelajaran Question Students Have

(27)

dalam menerima dan memahami materi yang diajarkan karena terjadi timbal balik antara guru dan siswa, (c) mendapat partisipasi siswa melalui tulisan, sehingga sangat baik bagi siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan, dan harapan-harapan melalui percakapan, (d) siswa tidak hanya mendengarkan tetapi perlu membaca, menulis, berdiskusi dan mendorong siswa untuk berfikir dalam memecahkan suatu soal dan menilai penguasaan siswa tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat siswa sehingga akan menimbulkan keinginan untuk mempelajarinya juga menarik perhatian siswa dalam belajar, (e) dapat menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, memperkuat dan memperlancar stimulus respon siswa, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa, dan (f) guru lebih mengetahui dimana letak ketidakpahaman siswa, karena semua siswa sudah mengajukan pertanyaan dan akan didiskusikan.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Question Students Have

Kelemahan Model pembelajaran question students have yaitu: (a) memakan waktu yang banyak, dan (b) tidak semua materi pelajaran bisa digunakan model pembelajaran question students have, misalnya: pada materi pelajaran singkat karena tidak terlalu banyak pertanyaan yang akan diajukan siswa.

Bersadarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran question student have adalah suatu strategi dalam mengajar yang menuntut siswa

(28)

E. Pembelajaran Konvensional

Burrowes dalam Juliantara (2009: 7) menyampaikan bahwa pembelajaran konven-sional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.

Menurut Hannafin dalam Juliantara (2009), model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa dipergunakan guru dalam mengajar. Guru dianggap sebagai sentral pendidikan, sedangkan siswa hanya pasif menerimanya tanpa berperan aktif mencari informasi sehingga perbandingan apa yang disampaikan guru dan juga bahan melengkapi referensi guru. Pada model konvensonal ini siswa belajar dengan lebih banyak mendengarkan penjelasan guru didepan kelas dan melaksanakan tugas ketika guru memberikan latihan soal-soal atau pekerjaan rumah kepada siswa. Guru akan lebih banyak memberikan informasi-informasi sedangkan siswa sebagai pendengar yang secara seksama akan merekam dan menyimak penjelasan yang diberikan guru.

(29)

Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari pembelajaran berlangsung satu arah. Peran guru tidak lagi sebagai fasilitator dan mediator yang baik melainkan guru memegang otoritas pembelajaran.

Jadi, pembelajaran konvensional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama, belajar dengan perlakuan yang sama, pada waktu yang sama dengan materi pelajaran yang terstruktur dan didominasi oleh guru sehingga siswa berperan sebagai pengikut dan penerima dari kegiatan yang dilaksanakan.

Dalam pembelajaran konvensional, model yang sering digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah model ceramah, diskusi, tanya jawab dan tugas. Menurut Sunarto (2009: 50) :

Model ceramah adalah model yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Model tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Model pemberian tugas adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan.

(30)

Djamarah dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kelemahan:

1. Kelebihan model pembelajaran konvensional yaitu:

a). Tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih efesien dari pada belajar kelompok.

b). Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya c). Guru mudah menguasai kelas

2. Kelemahan model pembelajaran konvensional yaitu: a). Siswa menjadi pasif.

b). Pembelajaran didominasi oleh guru dan tidak banyak mendapat umpan balik atau cenderung searah.

c). Siswa kurang mengerti apa yang disampaikan guru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, dalam model pembelajaran konvensional guru hanya berperan sebagai pemindah informasi secara langsung kepada siswa dan siswa sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,

sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat

(31)

F. Perbedaan Model Pembelajaran Question Students Have dengan Model Pembelajaran Konvensional.

Dengan menggunakan model pembelajaran pada umumnya guru masih menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas sehingga proses pembelajaran berpusat pada guru sedangkan siswa sebagai pendengar, dan penerima pesan. Sehingga siswa cenderung pasif dalam menerima dan mendengarkan pembelajaran yang diberikan guru. Berbeda halnya dengan model pembelajaran question students have, siswa dituntut lebih aktif (berpusat kepada siswa) dalam proses pembelajaran, sedangkan guru mengawasi dan melihat bagaimana perkembangan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Question Students Have dengan Model Pembelajaran Konvensional

4. Penilaian atas hasil belajar meningkat

1. Menjelaskan pembelajaran cenderung tertutup

2. Siswa menjadi pasif

3. Guru memberi pertanyaan dan menyediakan jawabannya 4. Penilaian hasil belajar rendah

(Novak & Gowin, 2006)

G. Pemahaman Konsep Matematis

(32)

mengajar menyarankan pembelajaran dengan berusaha untuk pemahaman konsep terlebih dahulu memungkinkan siswa memperoleh manfaat dari sebuah pemaparan yang membawa serta sebuah gagasan.

Dengan kata lain, pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak hanya mengetahui atau mengingat sebuah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan unsur kognitif yang dimilikinya (Dahar, 1989).

Menurut Kilpatrick (2001: 118) siswa dengan pemahaman konsep akan tahu lebih dari sekedar fakta dan rumus yang ada. Mereka mengerti mengapa ide matematika itu penting dan konteks mana yang berguna dalam menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya, Kilpatrick mengemukakan indikator pemahaman konsep antara lain: a). Kemampuan menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari. b). Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau

tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. c). Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.

d). Kemampuan memberikan contoh dan counter example dari konsep yang telah dipelajari.

e). Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.

f). Kemampuan mengaitkan berbagai konsep.

(33)

Menurut Zulaiha (2006: 19), hasil belajar yang dinilai dalam mata pelajaran matematika ada tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta pemecahan masalah. Ketiga aspek tersebut bisa dinilai dengan menggunakan penilaian tertulis, penilaian kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, maupun penilaian portofolio. Menurut Zulaiha (2006: 19) kriteria pemahaman konsep yaitu:

a) Menyatakan ulang sebuah konsep.

b) Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c) Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g) Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah.

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

(34)

pemahaman siswa dapat lebih mengerti akankonsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep.

H. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar merupakan peran penting dalam pencapaian pemahaman konsep. Guru mempunyai tugas utama dalam penyelenggara pembelajaran, karena pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memberi pengajaran kepada siswanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan model belajar yang tepat. Model belajar yang tepat akan mempengaruhi dan membangkitkan rasa keingintahuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berpengaruh pada pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa yang besar dan semakin banyak guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengembangkan sendiri kreatifitasnya dalam bertanya, maka pemahaman konsep terhadap suatu materi pembelajaran semakin baik. Semakin baik pemahaman konsep siswa, maka akan semakin tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(35)

Pembelajaran question students have menyediakan kesempatan siswa berlatih keterampilan berfikir dan keterampilan bertanya, serta mampu memunculkan gagasan-gagasan yang selama ini tidak terlihat dalam kegiatan belajar mengajar. Situasi proses pembelajaran yang sebenarnya adalah dapat mengembangkan kebebasan mengeluarkan aspirasi, pendapat, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek penyelenggaraan, sesuai fakta atau penalaran. Artinya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif bertanya dengan cara mengungkapkan permasalahannya secara tertulis. Bertanya dalam hal ini dapat diajukan oleh siswa kepada guru dan guru dapat melempar pertanyaan tersebut kepada siswa, sehingga siswa menjadi aktif dan terjadi interaksi timbal balik antar siswa dan antara siswa dengan guru.

(36)

Berbeda dengan model pembelajaran question student have, model pembelajaran konvensional berpusat pada guru, tidak ada peluang siswa untuk mendapatkan kebebasan berfikir sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mampu menerima pelajaran tanpa bisa memahaminya. Pembelajaran berlangsung individualistis yaitu kemajuan siswa dalam belajar mengikuti jalannya sendiri, tidak ada interkasi antara siswa maupun siswa dan guru. Oleh karena itu, bagi siswa yang mengalami kesulitan atau tidak memahami materi yang sedang dipelajari akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk lepas dari kesulitan. Kondisi seperti ini akan menciptakan kemungkinan siswa tersebut tidak akan memiliki solusi selama pembelajaran. Siswa yang mengalami hal tersebut tentunya akan masuk kedalam suasana yang tidak nyaman dalam belajar. Dengan demikian, pembelajaran konvensional cenderung menghasilkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang lemah.

(37)

I. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Penelitian ini, bertolak pada anggapan dasar sabagai berikut :

a. Setiap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013 memperoleh materi pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

b. Faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dianggap memberikan kontribusi yang sama.

2. Hipotesis

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab.Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu yang terdistribusi dalam delapan kelas dengan jumlah siswa sebanyak 294. Distribusi kelas dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1Sukoharjo

No. Kelas Jumlah Siswa Nilai rata-rata UAS

1. VIII.A 38 76.32

2. VIII.B 38 76.28

3. VIII.C 36 76.02

4. VIII.D 38 75.36

5. VIII.E 36 74.88

6. VIII.F 36 74.92

7. VIII.G 36 74.45

8 VIII.H 36 73.22

Nilai Rata-Rata Populasi 75.18

Sumber : SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013

(39)

kelas VIII.B sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu dengan menggunakan model posttest only control grup design. Secara umum skema dari model rancangan

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A1 B1 C1

A2 B2 C2

(Diadaptasi dari Anggoro, 2007: 337)

Keterangan:

A1 = Kelas eksperimen A2 = Kelas kontrol

B1 = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran question student have

B2 = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional

C1 = Skor posttest pada kelas ekperimen C2 = Skor posttest pada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. melakukan observasi ke sekolah.

2. Menyiapkan instrumen penelitian berupa perangkat pembelajaran dan instrumen posttest.

3. Melakukan validasi instrumen penelitian.

(40)

a). Memilih sampel sebanyak dua kelas. Satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII.A, dan satu kelas dijadikan sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII.B.

b). Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelas 5. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

6. Melakukan perbaikan instrumen.

7. Melaksanakan posttest kepada kedua kelas tersebut. 8. Mengolah data hasil penelitian.

9. Menyusun laporan.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran question student have pada kelas eksperimen maupun yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis. Perangkat tes terdiri dari 5 butir soal esai. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis.

(41)

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah

1 c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan

benar

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

2 3. Memberi contoh

dan non contoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah

1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan

benar

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah

1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep tetapi salah

1 c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat

cukup dari suatu konsep dengan benar

2 memilih prosedur tetapi salah

1

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat

1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

Sumber: Sartika (2011: 22)

(42)

membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis oleh guru. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid sehingga langkah selanjutnya diadakan uji coba soal yang dilakukan di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yang sama, kemudian menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui kualitasnya yaitu mengenai realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

a. Reliabilitas

Perhitungan untuk mencari nilai reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:



r : nilai reliabilitas instrumen (tes) n : banyaknya butir soal (item)

2

i

(43)

: varians total N : banyaknya data

�� : jumlah semua data

��2 : jumlah kuadrat semua data

Sudijono (2008: 207) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,70.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai reliabilitasnya 0.78, sehingga dapat dikatakan bahwa tes tersebut sudah reliabel. Analisis lebih lengkap terdapat pada Lampiran C.1.

b. Tingkat Kesukaran (TK)

Sudijono (2008: 372) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Perhitungan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

� = �

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

(44)

Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah memiliki intepretasi sedang, yaitu memiliki nilai tingkat kesukaran 0.30TK0.70.

Dari hasil uji coba dan perhitungan indeks kesukaran butir tes terhadap 5 butir tes yang diuji cobakan menunjukkan butir tes tergolong sedang dengan kisaran indeks kesukaran antara 30% s.d 70%. Berdasarkan kriteria indeks kesukaran butir tes yang diharapkan untuk mengambil data, tampak bahwa tes yang diperoleh dapat digunakan untuk mengumpulkan data. (Lampiran C.2)

c. Daya Pembeda (DP)

Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda.

DP =JA−JB IA

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

(45)

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda ≥ 0,30.

Dari hasil uji coba dan perhitungan daya beda butir tes, menunjukkan bahwa ke 5 butir tes uji coba memiliki daya beda lebih dari 0,30 yaitu berkisar dari 0,32 s.d 0,37. Jadi, daya beda butir uji coba memenuhi kriteria sebagai butir yang baik digunakan untuk mengumpulkan data. (Lampiran C.2)

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan didapatkan data validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran sebagai berikut.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Data Tes Uji Coba

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa keempat komponen dari kelima butir soal tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga

No

Soal Validitas Reliabilitas

(46)

kelima butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep matematis siswa.

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari nilai posttest. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih tinggi antara model pembelajaran question student have dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, sebagai prasyarat maka

akan dilakukan uji normalitas dan uji homogenitasnya.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273).Berikut langkah-langkah uji normalitas.

a) Hipotesis

H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi

(47)

c) Statistik Uji

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan

d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika 2 21k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat pemahaman konsep matematis siswa.

Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F. Adapun Hipotesis untuk uji ini :

Ho :�12 = �22 (kedua sampel memiliki varians yang sama)

H1 :�12 ≠ �22 (kedua sampel tidak memiliki varians yang sama)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah :

�= � � � � �

� � � � � �

(48)

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t. Menurut Sudjana (2005: 238-242) hipotesis uji t untuk uji dua pihak sebagai berikut:

H0 :�1 = �2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran question student have sama dengan rata-rata pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1 :μ1 ≠ μ2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran question student have berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa SMPN 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu tahun ajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran question student have agar pemahaman konsep matematis siswa lebih baik. Namun dalam penerapannya harus diimbangi dengan pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang optimal.

2. Peneliti lain yang ingin melakukan sebuah penelitian sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup sehingga pengukuran pemahaman konsep dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran question student have di kelas benar-benar telah kondusif. Selain itu,

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas. (2010). Strategi dan Pilihan Mengajar Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Cahyani, Eka Fenty. (2011). Efektivitas Penerapan Model Kolaborasi Quantum Teaching-Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan

Penguasaan Konsep Matematis Siswa. Skripsi FPMIPA UNILA : tidak diterbitkan.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2005). Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak. Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

_________. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S.B. Dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Hafidh. (2010). Model-Model Pengembangan PAKEM. Jakarta: Grasindo.

Hartono. (2010) Model Pembelajaran Question Student Have dan Pengembangan PAKEM Lainnya. Bandung: Bina Media Informasi.

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/ (tanggal 5 Desember 2012).

Kholik, Muhammad. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. Tersedia online di : http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/. Diunduh pada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 06.52 WIB.

(52)

Kusnandar. (2007). Penjelasan atas Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 19. Tersedia online di : www.djpp.depkumham.go.id. Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 20.05 WIB.

Luthfiiah, Siti . (2011). Active Learning Tipe Question Student Have (QSH). Tersedia online di :

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtp tiain-gdl-sitiluthfi-5380&q=Tahun. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 11.22 WIB.

Muhibbin dan Rahayu. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan(PAKEM). Bandung: Tidak Diterbitkan.

Mustika. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pemberian Tugas Terstruktur . Skripsi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Novak dan Gowin. (2006). Model Pembelajaran PAKEM yang dikembangkan. Tersedia online di:

http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/. Diunduh pada tanggal 18 Oktober 2012 pukul 06.52 WIB. Nurhayati, Yusi. (2011). Penerapan Metode Personalized System Of Instruction

(PSI) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP . Skripsi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

Rooijakkers, Ad. (1980). Mengajar Dengan Sukses. Jakarta : Gramedia. Roni, Ahmad. (2010). Masalah Kurikulum dalam Pembelajaran. Tersedia di

http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/masalah-kurikulum-dalam-pendidikan/. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 pukul 20.30 WIB.

Sartika, Dewi. (2011). Evektifitas Model Pmbelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi Tidak Diterbitkan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiawan. (2004). Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Yogyakarta: PPPG Matematika.

(53)

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : FPMIPA UPI.

Sumardyono. (2004). Proses Belajar Mengajar Matematika. Jurusan Matematika FMIPA UM Malang: Malang.

Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. (Online). Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (21 Agustus 2012) .

Winataputra. (2006). Teknik dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta.

Zaini, M. (2006). Strategi Pembelajaran Question Student Have. Yogyakarta: PPPG Matematika Yogyakarta.

Zuleha, S. (2010). Proposal Question Student Have. Tersedia online di : http://lehawir.blogspot.com/2010/10/berbagi-ilmu-proposal-question-students.html. Diunduh pada tanggal 19 September 2012 pukul 20.12 WIB. Zulaiha. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dalam

Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Pemberian Tugas. Skripsi FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Question Students Have dengan
Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1Sukoharjo
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Data Tes Uji Coba

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini memberikan makna bahwa bagi PTS di Sulawesi Tenggara, keunikan atau kekhasan suatu program studi yang dimiliki merupakan bagian penting dalam kelangkaan

yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Sumedang yang menyatakan bahwa Para Pembanding / Para Terbanding semula Tergugat I, II, III dan IV pada tanggal 1

Dalam jasa konsultan pajak harga tidak dapat diukur secara langsung karena tergantung manfaat yang didapat dari layanan jasa tersebut.. Bisa jadi mahal menurut pelanggan namun

Penelitian ini memeiliki tujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara pimpinan dan staf di sekretariatan komisi penyiaran Indonesia daerah (KPID) Provinsi Jawa

Dilatarbelakangi kondisi tersebut, penulis mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh umur , perbedaan jenis kelamin, perbedaan jam

[r]

Bahwa faktor-faktor yang menyebabkan masih lemahnya pengawasan ketenagakerjaan pada perusahaan-perusahaan industri di kabupaten kubu raya di sebakan 2 (hal) yakni : faktor

'DWD ERERW WXEXK EXDK GDQ QLODL (ILVLHQVL .RQYHUVL%LRORJL(.%GLDQDOLVLVPHQJJXQDNDQ UDQFDQJDQ DFDN OHQJNDS SHUODNXDQ MHQLV MDPXU GHQJDQ OLPD NDOL XODQJDQ VHGDQJNDQ GDWD NHKLODQJDQ