• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI EXPERIENTIAL MARKETING DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS DENGAN DI MEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Mahasiswi Pengguna Pembalut Wanita Merek Charm di Universitas Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLIKASI EXPERIENTIAL MARKETING DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS DENGAN DI MEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Mahasiswi Pengguna Pembalut Wanita Merek Charm di Universitas Lampung)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI EXPERIENTIAL MARKETING DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS DENGAN DI MEDIASI

OLEH KEPUASAN KONSUMEN

(Studi pada Mahasiswi Pengguna Pembalut Wanita Merek Charm di Universitas Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Yornelis Dwi Setia Riyanti

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

IMPLICATIONS EXPERIENTIAL MARKETING AND PRODUCT QUALITY TO THE LOYALTY MEDIATED BY CUSTOMER SATISFACTION

By

Yornelis Dwi Setia Riyanti

This study aims to analyze the influence of experiential marketing and product quality variables towards customer loyalty which is mediated by customer satisfaction variable to users of sanitary napkin brand Charm at the University of Lampung. This study uses four variables, namely experiential marketing (X1), the quality of the product (X2), customer satisfaction (Z) and customer loyalty (Y). After a literature review and preparation of hypotheses, data were collected throught questionnaires distributed method to the 97 respondents in the University of Lampung students who use Brand Bandages Women Charm using purposive sampling technique. While this analysis is done by processing the data using version Smart PLS 3.0 m3 run with computer media.

This study uses the measurement model (outer model) and the model of structural equation analysis (inner model) and hypothesis testing as the data processing techniques. The fourth hypothesis of this study indicate that the value of experiential marketing, product quality, and customer loyalty significantly influence customer satisfaction. Accordingly, the Uni Charm Company expected to maintain and enhance the value of experiential marketing, product quality, and customer loyalty, which can give satisfaction to the customer.

(3)

ABSTRAK

IMPLIKASI EXPERIENTIAL MARKETING DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS DENGAN DIMEDIASI OLEH KEPUASAN

KONSUMEN

Oleh

Yornelis Dwi Setia Riyanti

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari variabel experiential marketing dan kualitas produk terhadap loyalitas konsumen dengan dimediasi oleh kepuasan konsumen pada pengguna pembalut wanita merek Charm di Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu

experiential marketing (X1), kualitas produk (X2), kepuasan konsumen (Z) dan loyalitas konsumen (Y). Setelah dilakukan tinjauan pustaka dan penyusunan hipotesis, data dikumpulkan melalui metode kuesioner yang disebar kepada 97 orang responden di Universitas Lampung yang menggunakan produk pembalut wanita merek Charm dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan analisis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan Smart PLS 3.0 m3 yang dijalankan dengan media komputer.

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data dengan model pengukuran

(outer model) dan model analisis persamaan struktural (inner model) serta pengujian hipotesis. Dari keempat hipotesis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai experiential marketing, kualitas produk, dan loyalitas konsumen berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Dengan demikian, Perusahaan Uni Charm diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan nilai

experiential marketing, kualitas produk, dan loyalitas konsumen yang mampu memberikan kepuasan terhadap konsumen.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota kembang Bandung, pada tanggal

10 Juni 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara buah kasih pasangan Bapak Agus Iriyanto, S.E.,

dan Ibu Endang Puji Astuti, S.Pd. Adik dari Mega Filly

Numay GusEndang, S.Pt., dan Kakak dari Roid Azhar Aziz.

Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Mohammad Toha 2 Bandung

yang diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan lanjut ke Sekolah Menengah

Pertama di SMPN 1 Subang Bandung kemudian pindah pada kelas tiga ke

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Metro, yang diselesaikan pada tahun

2008. Penulis mendapatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 4

Metro, pendidikan ini diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis

terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis FISIP UNILA

melalui jalur Ujian Mandiri.

(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Kedua Orang Tuaku Tercinta:

Papaku tersayang Agus Iriyanto dan Mamaku tersayang

Endang Puji Astuti

Yang senantiasa selalu mendoakanku, sabar dan selalu

memberikan dukungan kepadaku...

Kakaku Tercinta

Mega Filly Numay GusEndang, S.Pt.

Dan Adikku Tercinta

Roid Azhar Aziz

Yang selalu mendukung setiap langkahku dalam doa

kalian

untuk menyelesaikan tulisan ini.

(10)

MOTO

JANGANLAH LARUT DALAM SATU

KESEDIHAN KARENA MASIH ADA HARI

ESOK YANG MENYONGSONG DENGAN

SEJUTA KEBAHAGIAAN

JADIKANLAH KEKECEWAAN MASA LALU

MENJADI SENJATA SUKSES DI MASA

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Implikasi Experiential

Marketing dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Dengan Dimediasi Oleh

Kepuasan Konsumen pada Pengguna Pembalut Wanita Merek Charm di

Universitas Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Oleh karena itu dengan segala

hormat penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya

kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Effendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

(12)

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

7. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah bersedia meluangkan waktu dan sabar dalam membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis. Penulis ucapkan permohonan maaf untuk

setiap salah dan khilaf penulis selama ini.

8. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Penguji yang tealah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan saran, petunjuk, arahan dan masukan

kepada penulis. Penulis ucapkan permohonan maaf untuk setiap salah dan

khilaf penulis selama ini.

9. Ibu Mediya Destalia, S.AB., M.AB. selaku Dosen Pembimbing Akademik

selama penulis menempuh studi di Universitas Lampung.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis.

11. Ibu Mertayana selaku Staff Jurusan Administrasi Bisnis.

12. Terimakasih banyak untuk Keluarga tercintaku, Mamaku Dra.Endang Puji

Astuti dan Papaku Agus Iriyanto.S.E., yang selalu setia mendoakan anaknya

dalam setiap sujudnya, Kakaku Mega Filly Numay GusEndang, S.Pt., dan

Adiku Roid Azhar Aziz, yang selalu memberi dan membuatku semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta keluarga besar tercinta yang turut

(13)

kebersamaan yang penuh makna dalam suka dan duka, yang telah membantu

dan memotivasiku. Maaf jika sifat dan sikap selama ini pernah ngeselin,

nyebelin, semoga tetep bisa kumpul-kumpul lagi yaa dengan kebersamaan

dan kebahagiaan yang selalu menyertai. Amin..

14. Teman-teman ABI 011: Yudha, Eriza, Sendy, Rika, Nabilla, Lolianda, Intan,

Vera, Nanda, satu bimbingan pak Ali (Erika, Junaidi, irham), Keket, Lailatul,

Ratih, Ade, Inggrid, Made, Vivi, Bekti, Rinda, Yuki, Putri, Agung, Tomi,

Ahwa, Yayan, Oci, Heral, Umam, Damar, Anwil dkk, Ena dkk, Supri dkk,

Danis dkk, Vivi Soraya dkk, dan semua angkatan ABI 011 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, mohon maaf apabila ada salah-salah kata dan

perbuatan, semangat terus buat kita!!!!!!! Mb Shinta, Mb Anggun, Ka Hari,

Ka Yoga, Ka Mayroni, Ka Ruslan, Mb Icha, dan kakak-kakak tingkat lainnya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih sudah membantu dan

memberi semangat, Kakak-kakak Alumni ABI, Kakak Tingkat ABI,

Adik-adik tingkat ABI dan Adik-adik Adik-adik tingkat yang selalu stay di kafe bisnis tercinta

terimakasih atas semua doa dan dukungannya.

15. Sahabat-sahabat setiaku: Eshaesfourexnam (Rizqun Nisa Afriyanti, Dera

Aisyah, Shari Jayanti Lamunyai, Nila Ayuning Tyas, Cike Nopiyandha, Dwi

Revi Santoso, Mayang Sari Helfa, Rizki Apriyani), Yoppy Oktavia, Rizki

Puspita Sari, Sisca Devita Aprilia, Uti Utari Mutiara, Iqbal Lika Astama,

(14)

17. Teman-teman KKN Desa Sriwaylangsep Kecamatan Kalirejo: Cita, Hilda,

Herli, Intan, Rama, Imam, Rachmat, Abas, Rae, Marulfa, Mahendra.

18. Semua pihak yag tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah

membantu penulis dalam menyelsaikan karya ini.

19. Almamater Universitas Lampung yang turut mendewasakanku, baik dari segi

pemikiran dan tindakanku.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 11 Desember 2014

Penulis

Yornelis Dwi Setia Riyanti

(15)

DAFTAR ISI

(16)

1. Model Pengukuran atau Outer Model ... 48

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 60

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 61

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Produk yang Digunakan ... 61

4. Deskripsi Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pemakaian ... 62

5. Deskripsi Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Pembalut ... 63

6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan ... 64

7. Deskripsi Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja Per Bulan ... 65

4.3Hasil Analisis Data ... 65

4.3.1 Hasil Analisis Data Deskriptif ... 65

1. Variabel Experiential Marketing... 66

2. Variabel Kualitas Produk ... 71

3. Variabel Kepuasan Konsumen ... 77

4. Variabel Loyalitas Konsumen ... 81

4.3.2 Hasil Analisis Data Inferensial... 86

1. Pengukuran Model (Outer Model) ... 86

1. Variabel Experiential Marketing ... 88

2.Variabel Kualitas Produk ... 90

3.Variabel Kepuasan Konsumen ... 91

4.Variabel Loyalitas Konsumen ... 93

2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ... 94

4.4Hasil Pengujian Hipotesis ... 97

4.5Pembahasan Hipotesis ... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 109

5.2 Saran ... 110

(17)

DAFTAR TABEL

4.10 Jawaban Responden Mengenai Tekstur pada Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... ... 67

4.11 Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Menggunakan Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... ... 67

4.12 Jawaban Responden Mengenai Kesenangan Menggunakan Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... ... 68

4.13 Jawaban Responden Mengenai Harga Produk Pembalut Wanita Merek Charm Terjangkau ... ... 69

(18)

Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 75 4.22 Jawaban Responden Mengenai Nilai Manfaat Produk

Pembalut Wanita Merek Charm ... 76 4.23 Jawaban Responden Mengenai Kualitas Produk Pembalut

Wanita Merek Charm ... 77 4.24 Jawaban Responden Mengenai Kebanggaan Menggunakan

Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 78 4.25 Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Tersendiri

Terhadap Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 78 4.26 Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Keseluruhan

Terhadap Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 79 4.27 Jawaban Responden Mengenai Ketertarikan Menggunakan

Kembali Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 80 4.28 Jawaban Responden Mengenai Pembelian Produk Pembalut

Wanita Merek Charm Sejak Menstruasi ... 81 4.29 Jawaban Responden Mengenai Keunggulan Produk Pembalut

Wanita Merek Charm ... 82 4.30 Jawaban Responden Mengenai Pembelian Kembali Produk

Pembalut Wanita Merek Charm ... 82 4.31 Jawaban Responden Mengenai Menyarankan Kepada Orang

Lain Tentang Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 83 4.32 Jawaban Responden Mengenai Akan Membicarakan Hal

Positif Tentang Produk Pembalut Wanita Merek Charm ... 84 4.33 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel

Nilai Experiential Marketing ... 88 4.34 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel

Nilai Kualitas Produk ... 90 4.35 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel

Nilai Kepuasan Konsumen ... 91 4.36 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural Variabel

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Model Loyalitas Konsumen ... 27

2.2 Model Penelitian ... 36

3.1 Model Analisis Persamaan Struktural ... 57

4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 87

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak di dunia, sehingga Indonesia merupakan pasar yang

potensial bagi berbagai sektor industri, baik industri barang konsumen

maupun industri produk atau jasa. Persaingan dunia usaha di Indonesia pada

era globalisasi saat ini sangat terbilang kompetitif, salah satunya industri

kosmetik. Hal ini mendorong para perusahaan untuk menghasilkan produk

dalam jumlah besar dan jenis yang lebih bervariasi serta kualitas yang lebih

memadai. Berkembangnya industri kosmetik menyebabkan persaingan

dalam dunia industri, dimana perusahaan berlomba-lomba untuk menarik

hati konsumen sebanyak mungkin.

Industri kosmetik yang bergerak dalam bidang toiletries adalah industri

sanitary napkin atau pembalut wanita. Pembalut wanita adalah alat

pembantu vital pada wanita yang sedang mengalami menstruasi. Dengan

kata lain, pembalut wanita merupakan proteksi wanita terhadap segala hal

yang berhubungan dengan anggapan kotor dari nilai dan norma yang

(21)

Menurut (Replubika, Sabtu 21 April 2011 hal.1) perkembangan produk

pembalut wanita di Indonesia yang bermula dari kain seadanya dengan

lapisan kapas hingga dengan kemajuan teknologi yang mempermudah

manusia khusunya wanita menghadapi tantangan menyebabkan dewasa ini

banyak sekali produk pembalut wanita yang praktis dan menjamin

perlindungan psikis dan fisik bagi wanita. Perlindungan psikis merupakan

pembalut wanita yang mampu meningkatkan rasa percaya diri wanita saat

harus berinteraksi sosial. Sedangkan perlindungan fisik merupakan

perlindungan dari segala pengaruh biologis menstruasi seperti anti

kebocoran pada pembalut.

Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, saat ini banyak sekali

produk pembalut wanita dengan segala jenis, kualitas fungsional dan atribut

praktis yang memberikan jaminan kedua perlindungan tersebut kepada

konsumen. Merek yang ditawarkanpun beragam dengan segala modifikasi

yang disesuaikan dengan selera konsumen dan kebutuhan yang dituntut oleh

pasar. Merek pembalut wanita yang terkenal di Indonesia seperti Laurier,

Softex, Charm, Koteks, Hers Protex, dan lain sebagainya dengan segala

modifikasi yang ditawarkan seperti sayap (wings), double protection

(perlindungan ganda), double adhesive (perekat ganda), ketipisan, lapisan

anti bocor dan gel peresap.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) dalam (Replubika, Sabtu

21 April 2011 hal.1) mengatakan bahwa secara kimiawi bahan pembalut

(22)

penyerapan dan dioxin digunakan untuk pemutih bahan fanel atau kapas

pada pembalut.

Dari berbagai macam merek pembalut wanita yang ada di Indonesia, berikut

adalah grafik presentasi kategori pembalut wanita tahun 2003 - 2011 :

Tabel 1.1

Grafik TOP BRAND Kategori Pembalut Wanita

Sumber : www.topbrand-award.com (diakses pada tanggal 04/09/2014 pukul 06:37)

Dari grafik 1.1 merek Laurier menjadi market leader dalam kategori

pembalut wanita dengan persentase 33,0% kemudian diperingkat kedua

terdapat Charm dengan persentase 32,9% selisih hanya 0,1% dengan

pembalut merek Laurier. Di susul diperingkat ketiga terdapat Softex dengan

(23)

Dengan banyaknya produk pembalut wanita, seperti Laurier, Softex, Charm,

Koteks, Hers Protex, dan lain sebagainya. Namun pembalut wanita merek

Charm lebih diminati karena sudah dibeli dan digunakan mahasiswi

Universitas Lampung, kurang lebih sejak pertama kali mereka menstruasi.

Hal ini dibuktikan dari survei peneliti terhadap 40 responden mahasiswi

pengguna pembalut wanita di Universitas Lampung dengan hasil Laurier

dipilih sebanyak 13 orang, Charm dipilih sebanyak 15 orang, Softex dipilih

sebanyak 9 orang, Koteks dipilih sebanyak 3 orang dan Hers Protexs belum

banyak dipilih oleh mahasiswi Universitas Lampung.

Dari data yang telah di survei, sementara produk pembalut wanita merek

Charm lebih banyak diminati karena sudah dibeli dan digunakan kurang

lebih sejak pertama kali mereka menstruasi, sehingga produk pembalut

merek Charm menjadi dasar objek penelitian.

Hal tersebut juga dibuktikan dari data penjualan pembalut wanita menurut

Top Brand Award tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 1.2

TOP BRAND AWARD

PEMBALUT WANITA TAHUN 2013

MEREK TBI TOP

Charm 40,8% TOP

Laurier 33,4% TOP

Softex 11,5% TOP

Kotex 8,8%

Hers Protex 4,6%

(24)

Data pada tabel 1.2 menurut Top Brand Award. Top Brand memberikan arti

penting bagi kompetisi merek di pasaran. Top Brand mampu memberikan

ukuran kesuksesan sebuah merek di pasar melalui segi penilaiannya. Dari

Top Brand diatas, dapat kita liat pergerakan pembalut wanita merek Charm

perlahan-lahan mampu menyandingkan mereknya sejajar dengan laurier

bahkan melebihi ekspektasi. Charm menjadi market leader dalam penjualan

produk pembalut wanita tahun 2013 dengan presentase 40,8% mengalahkan

pembalut wanita Laurier dengan presentase 33,4% yang sempat menjadi

saingan utamanya dalam memasarkan produk, disusul dengan produk

pembalut Softex, Kotex dan Hers Protex.

Charm dapat membuktikan eksistensinya dan juga performanya dalam dunia

industri kosmetik dalam bidang sanitary napkin atau pembalut wanita.

Dengan mengalahkan pesaing Laurier, produk pembalut wanita Charm kini

semakin dekat dan diminati di hati konsumen. Itu artinya banyak konsumen

yang mengenal dan memakai produk pembalut wanita merek Charm serta

yakin untuk terus menggunakanya di masa depan.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin berkembang, perusahaan perlu

memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang dimiliki perusahaan. Dimana

kelemahan dan kelebihan tersebut akan dijadikan suatu peluang oleh

pesaing. Maka dari itu agar dapat maju dan berkembang perusahaan

Uni-Charm harus mampu memahami kebutuhan dan keinginan para konsumen,

(25)

Perusahaan Uni-Charm harus memilki keunggulan bersaing untuk dapat

terus bertahan pada produk yang mereka tawarkan kepada konsumen. Tidak

sekedar berlomba untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, dan

tidak juga sekedar untuk mendapatkan keuntungan perusahaan. Tetapi

membangun jaringan melalui hubungan jangka panjang dengan konsumen.

Salah satu kunci utama meraih keunggulan bersaing adalah dengan focus

terhadap konsumen. Focus terhadap konsumen dapat dilakukan dengan

memonitor pengalaman atau experience yang dirasakan dari kontak tersebut

(Gentille, Spiller dan Noci, 2007).

Dalam pendekatan ini, perusahaan Uni-Charm perlu menciptakan produk

atau jasa dengan menyentuh panca indera konsumen, menyentuh hati dan

merangsang pikiran konsumen. Jika suatu produk dapat meyentuh nilai

emosional konsumen secara positif maka dapat terjadi memorable

experience antara perusahaan dengan konsumen. Hal ini dapat berpengaruh

sangat baik bagi perusahaan karena konsumen yang merasa puas cenderung

menceritakan pengalamannya menggunakan produk atau jasa suatu

perusahaan kepada orang lain (Rahmawati, 2003).

Dalam mencapai tujuan perusahaan Uni-Charm, dibutuhkan strategi dalam

menarik minat para konsumen. Dalam pendekatan experiential marketing

produk atau jasa harus mampu membangkitkan sensasi dan pengalaman

yang akan menjadi basis terciptanya loyalitas konsumen (Handal, 2010).

Selain produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, salah satu media yang

(26)

produk tersebut. Produk yang berkualitas adalah produk yang mampu

memberi mutu dan manfaat lebih dari yang diharapkan.

Kualitas merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan seseorang

konsumen sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk.

Karena dengan kualitas yang baik, maka produk akan senantiasa tercipta

dibenak para konsumen dan mereka bersedia untuk membeli produk yang

berkualitas tersebut. Perusahaan Uni-Charm dalam segi kualitas produk

berhasil menjual produk-produk pembalut yang nyaman dan aman untuk

digunakan serta menciptakan produk-produk jenis pembalut wanita yang

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para konsumen.

Produk atau jasa yang berkualitas mempuyai peran penting dalam

membentuk kepuasan konsumen. Semakin berkualitas suatu produk atau

jasa yang diberikan, maka kepuasan yang dirasakan konsumen akan

semakin tinggi, dan menimbulkan pembelian ulang yang menguntungkan

bagi perusahaan, sebaliknya jika konsumen tidak merasa puas dengan apa

yang diberikan perusahaan, dapat merugikan perusahaan dan

mengakibatkan konsumen pindah pada produk lain.

Tujuan perusahaan Uni-Charm akan tercapai jika perusahaan dapat

berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang atau jasa yang

diinginkan konsumen dengan memberikan pengalaman pemasaran

(experiential marketing) yang positif, kualitas produk yang berkualitas,

harga yang terjangkau, yang mana dalam hal tersebut dapat membentuk

(27)

keseluruhan berdasarkan pada pembelian dan pengalaman mengkonsumsi

barang atau jasa (Surianto dan Aisyah, 2009).

Strategi experiential marketing dapat dijadikan suatu alat untuk mengukur

kepuasan konsumen pada perusahaan Uni-Charm melalui sense, feel, think,

act dan relate terhadap suatu produk atau jasa. Konsumen merupakan pusat

hidup dari suatu perusahaan. Perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginaan konsumen agar terciptanya kepuasan konsumen. Kepuasan

konsumen dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan

dan konsumen, memelihara hubungan berarti mempertahankan pasar yang

ada melalui loyalitas konsumen untuk tetap terikat dengan perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Loyalitas dibentuk karena adanya kepercayaan konsumen. Pengalaman yang

positif setelah konsumen mengkonsumsi suatu produk atau jasa akan

memperkuat persepsi dan kepercayaan konsumen tentang kualitas produk

yang ditawarkan perusahaan. Kepercayaan tersebut dapat mendorong

konsumen untuk berprilaku loyal terhadap perusahaan. Itulah sebabnya

experiential marketing, kualitas produk, kepuasan konsumen dan loyalitas

konsumen penting bagi semua industri khususnya industri kosmetik dalam

bidang sanitary napkin atau pembalut wanita, untuk mempertahankan

posisisnya dalam persaingan yang begitu sengit terutama persaingan yang

(28)

Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Lampung. Dengan responden

mahasiswi pengguna pembalut wanita merek Charm di Universitas

Lampung. Hal ini memberikan pertimbangan peneliti untuk melihat adakah

diantara mahasiswi yang merupakan pengguna setia pembalut wanita merek

Charm dan mendukung penelitian ini.

Melalui penelitian ini, peneliti akan memperdalam lagi tinjauan mengenai

konsumen pengguna pembalut wanita merek Charm di Universitas

Lampung. Peneliti dapat mengetahui apa saja yang mempengaruhi

konsumen untuk tetap mempertahankan loyalitas mereka terhadap produk

perusahaan Uni-Charm. Penelitian ini perlu untuk dilakukan, untuk

mengetahui apakah experiential marketing dan kualitas produk berpengaruh

terhadap loyalitas konsumen dengan di mediasi oleh kepuasan konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

(29)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan

konsumen?

2. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen?

3. Bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas

konsumen melalui kepuasan konsumen?

4. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas konsumen

melalui kepuasan konsumen?

5. Bagaimana pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan

konsumen.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan

konsumen.

3. Untuk mengetahui pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas

(30)

4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas konsumen

melalui kepuasan konsumen.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang implikasi experiential marketing dan

kualitas produk terhadap loyalitas dengan di mediasi oleh kepuasan

konsumen, yaitu :

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan memberikan

sumbangan pengetahuan kepada perusahaan atau pelaku bisnis,

mengenai pemahaman tentang konsumen yang memberikan dampak

positif pada peningkatan usaha bisnis dan persaingan bisnis.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

penelitian selanjutnya dan menambah wawasan mengenai experiential

marketing, kualitas produk, kepuasan konsumen dan loyalitas

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana individu atau

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

penciptaan dan pertukaran nilai dengan orang lain (Kotler dan Keller, 2009).

Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen agar konsumen merasa puas dengan apa yang perusahaan

tawarkan. Untuk itu perusahaan perlu mengenal konsumen dengan cara

mempelajari keinginan, persepsi dan perilaku belanja konsumen (Kotler dan

Keller, 2009).

Oleh sebab itu, segala perbuatan yang terjadi pada konsumen dan

masyarakat harus tetap diperhatikan. Perilaku konsumen merupakan

kegiatan individu yang secara langsung terikat dalam mendapatkan dan

meggunakan produk atau jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan

keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut (Dharmmesta

(32)

Menurut Loudon dan Della Bitta (1993) perilaku konsumen merupakan

proses dari suatu pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang dilakukan

oleh individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau

menghabiskan produk atau jasa. Pandangan lain mengatakan bahwa perilaku

konsumen merupakan tindakan langsung yang terlibat di dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk atau jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan itu (Engel,

Blackwell dan Miniard, 1995).

Perilaku konsumen dapat dijelaskan pula sebagai suatu kegiatan atau

tindakan individu secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

menghabiskan produk atau jasa dalam mengambil keputusan pembelian.

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor lingkungan ekstern dan faktor

lingkungan intern (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995). Dari kedua faktor

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan ekstern meliputi :

1. Kebudayaan

Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.

2. Kelas sosial

Kelas sosial masyarakat di kelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu : a. Golongan atas

Yang termasuk golongan ini terdiri dari pengusaha-pengusaha kaya, pengusaha menengah.

b. Golongan menengah

Yang termasuk dalam golongan ini adalah karyawan instansi pemerintah, pengusaha menengah.

c. Golongan rendah

(33)

3. Kelompok sosial dan kelompok referensi

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain karena adanya hubungan diantara mereka. Kelompok referensi adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.

4. Keluarga

Keluarga adalah individu yang membentuk keluarga baru, setiap anggota dalam keluarga dapat mempengaruhi suatu pengambilan keputusan.

b. Faktor lingkungan intern meliputi :

1. Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

2. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana konsumen (manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya.

3. Belajar

Belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman.

4. Kepribadian

Kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.

5. Sikap

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada pelaku.

Dalam memahami karakterisik konsumen, terutama perilaku konsumen

bukanlah hal yang sederhana. Perilaku konsumen tidak mudah dibaca

dengan sekilas mata saja. Konsumen dapat berubah-ubah tanpa pemasar

(34)

persepsi, prefensi serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan sasaran

mereka. Itulah sebabnya perilaku konsumen sangatlah penting dalam

pemasaran, untuk memahami tingkah laku pembelian konsumen terhadap

produk atau jasa yang diberikan pemasar kepada konsumen.

2.2 Experiential Marketing

Experiential Marketing merupakan suatu strategi yang sudah lama dipakai

sejak zaman dahulu hingga sekarang oleh para pemasar. Strategi

Experiential Marketing berusaha menciptakan pengalaman yang positif bagi

konsumen dalam segi produk atau jasa. Experiential Marketing tidak hanya

sekedar memberikan pengalaman atas keuntungan yang didapat dari segi

produk atau jasa, tetapi juga membangkitkan perasaan emosi yang

berdampak terhadap pemasaran, khususnya penjualan.

Terdapat dua kata dalam Experiential Marketing yaitu Experiential dan

Marketing. Experiential berasal dari kata experience yang berarti

pengalaman. Menurut Schmitt (1999) menjelaskan bahwa pengalaman

adalah peristiwa khusus yang terjadi pada individu sebagai tanggapan atas

berbagai jenis dari suatu rangsangan. Sedangkan pemasaran menurut (Kotler

dan Keller, 2009) merupakan suatu proses sosial yang mana di dalamnya

terdapat individu dan kelompok yang saling membutuhkan apa yang

diperlukan dan dibutuhkan dalam menciptakan, menawarkan dan saling

bertukar produk dan jasa satu sama lain yang bernilai secara bebas dengan

(35)

Bisa dikatakan bahwa Experiential Marketing merupakan

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada konsumen dikarenakan adanya stimulus tertentu,

misalnya yang diberikan oleh pihak pemasar saat mengkonsumsi barang

atau jasa (Schmitt, 1999). Sedangkan Andreani (2007) mengatakan bahwa

Experiential Marketing merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk

memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk atau jasa dengan

sebanyak-banyaknya. Pandangan lain mengatakan bahwa Experiential

Marketing adalah suatu konsep pemasaran bertujuan untuk membentuk

pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan

suatu feeling yang positif terhadap produk atau service (Kartajaya, 2004).

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa Experiential Marketing

adalah pengalaman yang dialami konsumen karena adanya stimulus dengan

menyentuh emosi dan memberikan pengalaman positif terhadap produk atau

jasa yang diberikan perusahaan dan memberikan informasi mengenai

produk atau jasa dengan sebanyak-banyaknya.

Experiential Marketing pertama kali dikemukakan oleh Bernd H. Schmitt

pada tahun 1999 dengan bukunya yang berjudul Experiential Marketing:

How To Get Customer To Sense, Feel, Think, Act, and Relate To Your

Company and Brand.

Menurut Bernd H. Schmitt (1999) unsur-unsur Experiential Marketing pada

dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

(36)

Yaitu menggunakan pendekatan dengan cara membuat konsumen menciptakan pengalaman melalui media panca indera (sense), perasaan

(feel), berfikir (think), tindakan (act), dan hubungan (relate).

2. Experiential Provider (ExPros)

Yaitu komponen yang memungkinkan terbentuknya memorable experience yang mencakup communications, visual identity, product presence, co-branding, spatial environment, web sites and people.

Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan konsep Strategic

Experiential Modules (SEMs). Strategic Experiential Marketing meliputi 5

dimensi sebagai berikut:

1. Panca indera (sense)

Panca indera atau sense merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman

yang berkaitan dengan panca indera melalui penglihatan (sight), suara

(sound), sentuhan (touch), rasa (taste) dan penciuman (smell). Sense

marketing dapat digunakan untuk membedakan perusahaan dan produk

untuk memotivasi konsumen dan menambah nilai produk. Tujuan sense

marketing adalah untuk menciptakan kesenangan estetika, keindahaan,

kegembiraan, dan kepuasan melalui rangsangan indera.

2. Perasaan (feel)

Feel merupakaan usaha untuk menciptakan pengalaman yang berkaitan

dengan pengalaman afektif. Feel adalah strategi dan implementasi untuk

memberikan pengaruh merek kepada konsumen melalui komunikasi (iklan),

produk (kemasaan dan isinnya), identitas produk, lingkungan, website dan

orang yang menawarkan produk. Tujuan utama pengalaman afektif adalah

(37)

sebagai bagian dari feel strategies yang dapat mempengaruhi emosi dan

suasana hati konsumen.

3. Berfikir (think)

Think atau berfikir merupakan usaha yang ditujukan untuk menciptakan

pengalaman yang berkaitan dengan pengalaman kognitif kreatif. Think

marketing bertujuan untuk mendorong kreativitas konsumen melalu pola

berpikir divergen maupun konvergen dan untuk mengajak konsumen agar

ikut serta dalam pemikiran yang kreatif yang dapat menghasilkan sebuah

reevaluasi dari produk dan perusahaan yang bersangkutan.

4. Tindakan (act)

Act merupakan upaya untuk menciptakan pengalaman konsumen yang

berkaitan dengan pengalaman fisik dan gaya hidup. Hal tersebut

berhubungan dengan tubuh secara fisik, pola, perilaku dan gaya hidup

dalam jangka panjang berdasarkan suatu pengalaman nyata yang terjadi dari

interaksi dengan orang lain. Tujuan penciptaan pengalaman fisik dan gaya

hidup adalah untuk memberikan suatu kesan terhadap pola perilaku dan

gaya hidup, serta memperkaya pola interaksi sosial melalui strategi yang

dilakukan.

5. Hubungan (relate)

Relate merupakan kombinasi dari keempat aspek Experiential Marketing,

yaitu : sense, feel, think, act dan relate atau hubungan berkaitan dengan

budaya seseorang dan kelompok referensi yang dapat menciptakan

(38)

melalui hubungan dengan orang lain, kelompok lain (misalnya pekerjaan,

gaya hidup), atau komunitas sosial yang lebih luas dan abstrak (misalnya

negara, masyarakat, dan budaya).

Bagaimanapun, tetap tujuan utama relate adalah untuk membentuk

hubungan atau jalinan antara arti sosial dari sebuah merek dengan

konsumennya. Esensi relate marketing adalah membuat orang-orang

menghubungkan atau mengaitkan dirinya dengan individu-individu lainnya

maupun dengan kelompok-kelompok atau budaya melalui suatu merek.

Relate marketing akan memberikan sebuah pengalaman yang kuat yang

akan terbentuk dari sosial budaya dan kebutuhan konsumen akan identitas

sosial.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dimensi sense, feel dan

act. Dimensi think dan relate tidak termasuk di dalam kategori pembalut

wanita pada perusahaan merek Charm.

Experiential Marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila diterapkan

pada situasi tertentu (Schmitt, 1999). Beberapa manfaat yang dapat diterima

dan dirasakan apabila perusahaan menerapkan Experiential Marketing,

manfaat tersebut meliputi :

1. Untuk membangkitkan kembali merek yang sedang merosot. 2. Untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing. 3. Untuk menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan. 4. Untuk mempromosikan inovasi.

(39)

2.3 Kualitas Produk

Produk adalah semua yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,

dimiliki, dipakai dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan

kebutuhan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2008). Produk yang

ditawarkan dapat meliputi barang fisik, jasa orang atau pribadi, tempat,

organisasi dan ide. Produk yang berkualitas adalah produk yang mampu

memberi mutu dan manfaat lebih dari yang diharapkan. Mutu produk

merupakan kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya termasuk

keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki

serta atribut bernilai yang lain (Abdullah dan Tantri, 2012). Mutu produk

dipakai untuk menyatakan tingkat kemampuan kerja suatu produk sesuai

spesifikasi yang dijanjikan (Kotler dan Amstrong, 2008).

Untuk mencapai kulitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu

standarisasi kualitas. Kualitas adalah kharakteristik dari produk dalam

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan

dan bersifat laten (Kotler dan Amstrong, 2008). Cara ini dimaksudkan untuk

menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah

ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap

produk yang ditawarkan perusahaan.

Kualitas produk (product quality) adalah kemampuan sebuah produk dalam

memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,

reliablitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga

(40)

merupakan ciri serta sifat produk atau jasa yang berpengaruh pada

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dinyatakan

maupun yang tersirat (Kotler dan Amstrong, 2008).

Sedangkan menurut Tjiptono (2011) mengatakan bahwa kualitas produk

adalah kualitas meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan

konsumen, kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan, kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa

yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas

pada masa mendatang).

Kotler dan Amstrong (2008) mengemukakan bahwa kualitas produk

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kepuasan konsumen karena

kualitas produk dapat dinilai dari kemampuan produk untuk menciptakan

kepuasan konsumen. Kualitas produk mencerminkan kemampuan suatu

produk untuk menjalankan sesuai dengan fungsinya. Apabila suatu produk

atau merek tertentu memiliki kualitas yang buruk atau kurang baik, maka

konsumen secara tidak langsung enggan untuk menggunakan dan

memungkinkan untuk pindah produk atau merek lain.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kualitas produk adalah

kemampuan sebuah produk untuk melakukan fungsinya seperti durabilitas,

reliablitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian, reparasi produk dan

atribut produk lainnya untuk menciptakan keinginan dan kebutuhan

(41)

Menurut David Garvin dalam Tjiptono (2011) mengungkapkan bahwa

terdapat delapan dimensi kualitas produk yang dapat dimainkan oleh

pemasar. Berikut dimensi kualitas produk sebagai berikut :

1. Performance (kinerja)

Performance berhubungan dengan kharakteristik operasi dasar dari sebuah produk inti yang dibeli, meliputi merek, atribut-atribut yang diukur dan aspek-aspek kinerja individu.

2. Durability (daya tahan)

Durability berhubungan dengan berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut diganti. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet, produk yang awet dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.

3. Features (Fitur)

Features berhubungan dengan ciri atau kharakteristik yang melengkapi manfaat dari suatu produk, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya. Fitur dapat meningkatkan kualitas produk jika pesaing tidak memiliki.

4. Reliability (kehandalan)

Reliability berhubungan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu dan kondisi tertentu.

5. Conformance (kesesuaian)

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Conformance berhubungan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang sudah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. Ini semacam janji yang harus dipenuhi suatu produk.

6. Serviceability (pelayanan)

(42)

7. Aesthetic (keindahan)

Aesthetic merupakan kharakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari konsumen. Aesthetic berhubungan dengan tampilan produk yang membuat kosumen suka. Aesthetic atau keindahanbiasanya dalam bentuk desain produk atau kemasan.

8. Perceived quality (kualitas yang dirasakan)

Perceived quality berkaitan dengan penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk yang terkenal biasanya dipersepsikan lebih berkualitas dibandingkan merek yang tidak terdengar. Oleh sebabnya produk selalu beupaya membangun mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi.

2.4 Kepuasan Konsumen

Pada saat ini kepuasan konsumen semakin besar, persaingan semakin tinggi

dimana banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan,

keinginan konsumen yang menyebabkan setiap perusahaan harus

menempatkan dan berorientasi kepada konsumen sebagai tujuan utama

(Tjiptono, 2011). Kepuasan konsumen merupakan tingkat kepuasan yang

dirasakan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan

harapannya (Kotler dan Keller, 2009).

Tingkat kepuasan antara konsumen satu dengan yang lainnya cenderung

berbeda, hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti umur, pekerjaan,

pendapatan, pendididkan, jenis kelamin, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,

budaya, sikap mental dan kepribadian. Jadi tingkat kepuasan merupakan

fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

Menurut Zeithaml, et.al.(2006) menjelaskan bahwa kepuasan konsumen

(43)

merasakan rasa puas jika kinerja produk dan produk yang dihasilkan sesuai

dengan yang diharapkannya, dan sebaliknya konsumen akan merasa tidak

puas jika kinerja produk dan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan

yang diharapkannya.

Customer satisfaction adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan

konsumen yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja

(hasil) suatu produk, dengan kata lain kepuasan sebagai evaluasi paska

konsumen mengkonsumsi produk dimana suatu alternatif yang dipilh

setidaknya memenuhi atau melebihi harapan (Kotler dan Keller, 2009).

Sedangkan menurut Birgelen et al.(2000) bahwa kepuasan konsumen

sebagai respon efektif atau suatu evaluasi kesesuaian atau ketidaksesuaian

yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja produk setelah

pemakaian.

Kepuasan konsumen adalah tingkatan dimana kinerja anggapan produk

sesuai dengan ekspetasi pembeli (Kotler & Armstrong, 2008). Jika kinerja

produk tidak memenuhi ekspetasi maka konsumen akan kecewa, namun jika

kinerja produk memenuhi ekspetasi atau jauh melebihi ekspetasi, maka

konsumen akan merasakan puas atau bahkan sangat puas.

Menurut Tjiptono (2011) kepuasan konsumen dapat dikatakan tercapai

apabila antara persepsi dan harapan tidak ada lagi celah (gap). Pengukuran

kepuasan konsumen dapat diukur dari gap yang terjadi antara persepsi dan

harapan yang terjadi dalam suatu perusahaan, jika tingkat persepsi lebih

(44)

sebaliknya jika persepsi lebih besar dari tingkat harapan berarti konsumen

dalam keadaan puas.

Harapan itu dapat dikatakan sebagai kepercayaan konsumen terhadap

kemampuan suatu produk pada suatu waktu dimasa yang akan datang

(Spreng, Mackenzie dan Olshavsky, 1996). Harapan konsumen dari waktu

ke waktu akan berkembang seiring dengan bertambahnya pengalaman

konsumen (Kotler dan Keller, 2009). Kepuasan konsumen akan tercapai jika

harapan sesuai dengan harapan yang diterima.

Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan perusahaan, maka akan

semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen. Jika kepuasan

konsumen semakin tinggi, tidak hanya menguntungan bagi konsumen

melainkan menguntungkan juga bagi perusahaan. Demikian sebaliknya jika

tanpa adanya kepuasan, maka konsumen dapat pindah ke produk lain

(Kotler dan Amstrong, 2008). Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan

bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tingkatan kepuasan atau

ketidakpuasan yang dirasakan konsumen setelah membandingkan harapan

dan kinerja dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Kotler dan Keller (2009) menyatakan ciri-ciri konsumen yang merasa puas

adalah sebagai berikut :

1. Loyal terhadap produk, konsumen yang cenderung puas terhadap produk akan bersikap loyal, dimana mereka akan melakukan pemembelian ulang dari produsen yang sama.

(45)

positif yaitu rekomendasi kepada calon konsumen lain dan mengatakan hal yang baik mengenai produk dari perusahaan.

3. Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika konsumen melakukan pembelian produk merek lain. Ketika konsumen ingin membeli produk yang lain, maka perusahaan yang telah memberikan kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan yang utama.

Menurut Tjiptono (2006) adanya suatu kepuasan konsumen yang dirasakan

akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, antara lain :

1. Hubungan antara perusahaan dan para konsumen menjadi harmonis. 2. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.

3. Dapat mendorong terjadinya loyalitas konsumen.

4. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan.

5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata konsumen. 6. Laba yang diperoleh perusahaan menjadi meningkat.

Upaya untuk menciptakan kepuasan kepada konsumen bukanlah proses

yang mudah, karena melibatkan komitmen dan dukungan dari para

karyawan dan pemilik perusahaan. Oleh karena itu, proses penciptaan

kepuasan konsumen merupakan sebuah siklus proses yang saling terkait

antara kepuasan pemilik, kepuasan karyawan dan kepuasan konsumen.

Lupiyoadi (2001) menyebutkan bahwa terdapat lima faktor utama yang

perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kepuasan konsumen, antara lain

sebagai berikut:

1. Kualitas Produk

Produk dinyatakan berkualitas bagi konsumen, jika produk itu dapat memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka konsumsi berkualitas.

2. Kualitas Pelayanan

(46)

3. Emosional

Konsumen akan merasa puas ketika orang memuji dia karena menggunakan merek yang mereka pakai.

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetap menetapkan harga yang relative lebih murah akan memberikan nilai yang berkualitas tinggi.

5. Biaya

Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau membuang banyak waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa yang cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.

2.5 Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen merupakan pemberi pengaruh besar dalam berdirinya

suatu perusahaan. Loyalitas merupakan salah satu faktor kunci dari

kesuksesan perusahaan untuk memperoleh daya saing yang

berkesinambungan (Ishak dan Luthfi, 2011). Perusahaan perlu mengetahui

mengapa para konsumen melakukan pembelian ulang setelah menggunakan

produknya (Ishak dan Luthfi, 2011). Informasi tersebut merupakan landasan

bagi suatu perusahaan dalam menetapkan strategi pemasaran. Berikut adalah

model loyalitas konsumen menurut Boora dan Singh (2011) :

Gambar 2.1 Model Loyalitas Konsumen

(47)

Loyalitas merupakan bagian yang sangat penting dalam pemasaran, karena

memiliki arti penting bagi perusahaan yang ingin menjaga kelangsungan

hidup maupun keberhasilan usahanya. Kesetiaan konsumen tidak hanya

sekejab mata terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi melalui beberapa

proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman yang dialami konsumen itu

sendiri dari pembeliaan konsisten sepanjang waktu. Jika yang sudah didapat

konsumen sudah sesuai dengan dengan apa yang diharapkannya, maka

proses pembelian ini terus berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa telah

timbul rasa kesetiaan konsumen pada perusahaan.

Menurut Kheng et.al.(2010), loyalitas diartikan sebagai kesetiaan yang

sebenarnya dibandingkan bukan hanya sekedar melakukan pembeliaan

ulang, namun juga adanya komitmen yang dimiliki oleh konsumen untuk

tetap melakukan pembelian ulang terhadap merek tersebut. Sedangkan

menurut Lupiyodi (2001) loyalitas adalah suatu dorongan perilaku untuk

melakukan pembelian secara berulang dan untuk membangun kesetiaan

terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut,

membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang

berulang-ulang tersebut.

Loyalitas konsumen merupakan suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh

seorang konsumen karena komitmen pada suatu merek perusahaan (Kotler

dan Keller, 2009). Sedangkan loyalitas konsumen menurut Ishak dan Luthfi

(2011) adalah kesediaan konsumen untuk melanjutkan pembelian pada

produk atau pelayanan secara berulang, serta merekomendasikan kepada

(48)

terjadi ketika ada pembelian berulang oleh konsumen yang sama dan

kesediaan mereka merekomendasikan produk kepada konsumen lain tanpa

manfaat langsung (Al-Rousan, 2010).

Pentingnya suatu loyalitas konsumen bagi kelangsungan hidup perusahaan,

maka perusahaan harus berusaha secara konsisten menjaga dan

meningkatkan loyalitas konsumen. Oleh karena itu untuk menjaga suatu

loyalitas konsumen, perusahaan harus memiliki hubungan yang terjalin

harmonis dengan konsumen, sehingga perusahaan dapat memahami akan

kebutuhan, keinginan dan permintaan serta harapan para konsumen.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa loyalitas konsumen

merupakan suatu tindakan konsumen karena adanya komitmen yang terjalin

terhadap suatu perusahaan sehingga konsumen melakukan pembelian ulang,

merekomendasikan kepada teman-teman dan perusahaan lain secara

sukarela.

Menurut Griffin dalam Setiawati (2012), konsumen yang loyal memiliki

karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :

1. Melakukan pembelian secara teratur, 2. Membeli di luar lini produk atau jasa, 3. Merekomendasikan kepada orang lain,

4. Menunjukkan kekebalan terhadap daya tarik produk atau pesaing.

Menurut Tjiptono (2011) terdapat tiga indikator pengukuran loyalitas

(49)

1. Repeat (pembelian ulang)

Yaitu apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa pada perusahaan maka konsumen akan membeli kembali produk atau jasa tersebut.

2. Retention (pembelian menetap)

Yaitu konsumen tidak terpengaruh kepada pelayanan yang ditawarkan oleh pihak lain.

3. Refferal (merekomendasikan)

Yaitu jika produk atau jasa baik, konsumen akan mempromosikan kepada orang lain, dan jika konsumen mendapatkan produk atau jasa yang buruk konsumen akan diam dan memberitahukannya pada pihak perusahaan.

Manfaat yang diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal

menurut Griffin (2005) antara lain :

1. Mengurangi biaya pemasaran. 2. Mengurangi biaya transaksi.

3. Mengurangi biaya turnover konsumen.

4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.

5. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti meras puas.

Loyalitas konsumen terbentuk berdasarkan ketiga tahapan sebagai berikut

(Setiawati, 2012) :

a. The Courtship

Pada tahap ini, hubungan yang terjadi antara perusahaan dan juga konsumen hanya terbatas pada transaksi, konsumen masih mempertimbangkan produk yang akan mereka beli dan juga harga. Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik, maka mereka akan berpindah.

b. The Relationship

(50)

c. Marriage

Pada tahap ini, hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Loyalitas tercipta akibat adanya kesenangan dan ketergantungan konsumen pada perusahaan.

2.6 Hubungan Antar Variabel

Dalam penelitian ini, akan membahas hubungan antar variabel yang dimiliki

oleh keempat variabel yang akan diuji yaitu Experiential Marketing,

Kualitas Produk, Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen. Berikut

pengaruh hubungan antar variabel adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Experiential Marketing terhadap Kepuasan Konsumen

Experiential Marketing adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada

konsumen dikarenakan adanya stimulus tertentu, misalnya yang diberikan

oleh pihak pemasar saat mengkonsumsi barang atau jasa (Schmitt, 1999).

Strategi experiential marketing meliputi sense, feel, think, act, dan relate

yang diyakini Schmitt (1999) akan lebih efektif dalam memberikan

pengalaman jiwa yang luar biasa. Konsumen tidak hanya tertarik pada

fungsi produk atau jasa, melainkan pada pengalaman jiwa yang masuk ke

dalam produk atau jasa tersebut. Salah satu nya dengan memberikan

experiential marketing kepada konsumen.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memahami

pentingnya praktik experiential marketing dan membuat strategi dalam

menciptakan pengalaman yang positif bagi konsumen untuk meningkatkan

(51)

al (2009) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel experiential marketing terhadap variabel kepuasan konsumen. Hal

ini menunjukkan adanya keterkaitan antara experiential marketing yang

terdiri dari sense, feel, think, act, dan relate terhadap kepuasan konsumen.

Dengan demikian dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H1 : experiential marketing berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen

2. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Konsumen

Kualitas produk (product quality) adalah kemampuan suatu produk untuk

menunjukkan berbagai fungsi termasuk ketahanan, kehandalan, ketepatan

dan kemudahan dalam penggunaan (Kotler dan Amstrong, 2008). Kualitas

produk mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kepuasan konsumen

karena kualitas produk dapat dinilai dari kemampuan produk untuk

menciptakan kepuasan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2008). Menurut

Dharmmestha (1999) salah satu faktor penting yang dapat membuat

konsumen merasa puas adalah kualitas dari suatu produk.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad sururi dan Mudji Astuti (2003)

menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan konsumen. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh

S.Sandaleeb dan Carolyn Conway (2006) menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara kualitas produk terhadap kepuasan

konsumen. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara kualitas produk

(52)

Dengan demikian dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H2 : kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen

3. Pengaruh experiential Marketing terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen

Dengan adanya startegi experiential Marketing dalam suatu perusahaan,

konsumen dapat memilih manakah perusahaan yang sesuai dengan apa yang

diinginkan dan dibutuhkan konsumen melalui pengalaman panca indera

(sense), pengalaman afektif (feel), pengalaman kognitif (think), pengalaman

fisik dan gaya hidup (act) dan pengalaman identitas sosial (relate) yang

dapat menciptakan loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen. Hasil

penelitian yang dilakukan Kuo-Min Ling et al (2009) menyebutkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Experiential Marketing

terhadap variabel Loyalitas Pelanggan. Hal ini menunjukkan adanya

keterkaitan antara Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen

melalui kepuasan konsumen.

Dengan demikian dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

(53)

4. Pengaruh kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen

Konsumen akan merasa puas dengan kualitas produk yang diberikan suatu

perusahaan. Jika kualitas produk perusahaan sesuai dengan apa yang

dibutuhkan dan diinginkan konsumen, konsumen secara tidak langsung akan

merasa puas dengan apa yang ditawarkan perusahaan. Dengan adanya

kepuasan konsumen dapat menciptakan loyalitas konsumen pada suatu

perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunarwanto (2003)

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh kualitas produk secara langsung dan

tidak langsung terhadap loyalitas konsumen dengan kepuasan sebagai

variabel intervensinya. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara

kualitas produk dengan loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen.

Dengan demikian dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H4 : kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen

5. Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen

Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasaan konsumen akan berpengaruh

pada pola perilaku selanjutnya. Apabila konsumen merasa puas maka dia

akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk membeli kembali produk

yang sama. Konsumen yang puas cenderung akan memberikan referensi

(54)

suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh seorang konsumen karena

komitmen pada suatu merek perusahaan (Kotler dan Keller, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan Kandampulli dan Suhartanto (2000)

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Customer

Satisfaction dengan Customer Loyalty. Sehingga dapat dikatakan bahwa

keberhasilan suatu perusahaan sangat berpengaruh oleh loyalitas konsumen.

Hal ini menunjukkan keterkaitan antara kepuasan konsumen terhadap

loyalitas konsumen.

Dengan demikian dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H5 : kepuasan konsumen berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen

Kepuasan konsumen adalah kunci utama yang mempengaruhi apakah

konsumen akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut atau

tidak. Kepuasan adalah pendorong utama terciptanya komitmen dan

loyalitas konsumen. Kepuasan konsumen secara tidak langsung

mempengaruhi experiential marketing, kualitas produk, dan loyalitas

konsumen. Penelitian ini bermaksud untuk meneliti adanya pengaruh yang

signifikan antar variabel, yaitu experiential marketing, kualitas produk,

(55)

2.7 Model Penelitian

Experiential marketing dan kualitas produk merupakan faktor yang dapat

menetukan kepuasan konsumen, yang mampu meningkatkan loyalitas

konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Berdasarkan permasalahan yang

ada antara Experiential marketing, kualitas produk, kepuasan konsumen dan

loyalitas konsumen. Untuk lebih jelas uraian tersebut, dapat digambarkan

model penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2 Model Penelitian

2.8 Hipotesis

Berdasarkan teori, tinjauan literatur dan kerangka pemikiran, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Experiential Marketing

terhadap Kepuasan Konsumen

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk terhadap

Kepuasan Konsumen Experiential

Marketing (X1)

Loyalitas Konsumen (Y) Kepuasan

Konsumen (Z) Kualitas

(56)

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Experiential Marketing

terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kualitas Produk terhadap

Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen

H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kepuasan Konsumen

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory

research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut (Jogiyanto

dan Abdillah, 2009) penelitian eksplanasi merupakan penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada. Sedangkan menurut

Sugiyono (2008), penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan

untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari variabel-variabel yang di

teliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya. Pada akhirnya hasil penelitian ini menjelaskan hubungan

kausal antar variabel-variabel melalui penguji hipotesis. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu, Experiential

Marketing (X1), Kualitas Produk (X2) terhadap Loyalitas Konsumen (Y),

Gambar

Grafik TOP BRAND Kategori Pembalut Wanita
Tabel 1.2 TOP BRAND AWARD
Gambar 2.1 Model Loyalitas Konsumen
Gambar 2.2 Model Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah menurunnya motivasi belajar siswa, ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa belum maksimal, laporan dari guru pelajaran

Kasus jumlah penduduk miskin di Jawa Timur tahun 2015 dalam penelitian ini diduga mengalami overdispersion sehingga digunakan metode Generalized Poisson Regression

Untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap keputusan pembelian handphone android Samsung pada Mahasiswa Universitas

1. Kedua orang tua, kakak, adik, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan nasehat dan do’a. Dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah berkenan membantu

Pengetahuan akuntansi dan pengalaman dalam informasi akuntansi merupakan faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri pengusaha mikro, kecil dan menengah yang

Dengan akurasi klasifikasi rata-rata pada kedua metode tersebut dapat dikatakan bahwa pola sinyal EMG pada otot tungkai selama berjalan untuk keenam subyek masih

Abstrak — Pada wireless body area network (WBAN), propagasi radio dari node sensor yang berada di permukaan tubuh manusia sangat kompleks dan unik bila

Figure 1: Hybrid Wireless Mesh Network.. protocols were designed for networks with highly mobile and typically power constrained devices. As a consequence, they are able to handle