• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS LABORATORIUM KETRAMPILAN TATA BUSANA TERHADAP HASIL BELAJAR TATA BUSANA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS LABORATORIUM KETRAMPILAN TATA BUSANA TERHADAP HASIL BELAJAR TATA BUSANA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL 2012"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

i

LABORATORIUM KETRAMPILAN TATA

BUSANA TERHADAP HASIL BELAJAR

TATA BUSANA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 BRANGSONG

KENDAL 2012

SKRIPSI

diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk mencapai gelar sarjana pendidikan

oleh

ARI FRIYANI NURUL FAJRI NIM 5401408058

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii ABSTRAK

Ari Friyani Nurul Fajri, 2012 “Pengaruh Minat Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana Terhadap Hasil Belajar Tata Busana

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “ , Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Keluarga , Fakultas Teknik , Universitas Negeri Samarang, Dosen Pembimbing I Dr.Asih Kuswardinah ,M.Pd dan Dosen Pembimbing II Rina Rachmawati M.SE

Kata Kunci : Minat Belajar , Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana , Hasil Belajar

Abstrak: Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan, keuletan, kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin timbul. Sasaran faktor eksternal salah satunya adalah tersedianya fasilitas laboraturium kertampilan tata busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta adanya kurikulum dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana yang baik dan lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Sampel sebanyak 140 siswa.Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah Observasi , Dokumentasi dan Angket. Analisis yang di gunakan adalah deskriptif data dan analisa regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan minat belajar siswa sebesar 84% berada pada kategori sangat tinggi dan fasilitas laboraturium yang dimiliki di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal sebesar 81% berada pada kategori baik. Uji F (simultan) hasilnya sebesar 32.291.

(3)

iii

.

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Januari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Asih Kuswardinah , M.Pd Rina Rachmawati ,S.E, M.M

NIP 19570719 198303 2 001 NIP 19800307 200604 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknologi

Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Dra. Wahyuningsih , M.Pd Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd NIP 19600808 198601 2 001 NIP 19680528 199303 2 001

Penguji,

Dra. Urip Wahyuningsih. M.Pd NIP 19670410 199103 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dr. Asih Kuswardinah , M.Pd. Rina Rachmawati ,S.E, M.M. NIP 19800307 200604 2 001 NIP 19570719 198303 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik UNNES

(5)

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam sekrispi ini benar – benar hasil

karya saya sendiri , bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau

seluruhnya pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam sekripsi ini di

kutip atu di rujuk berdsarkan kode etik ilmiah.

Semarang , Januari 2013

Ari Friyani Nurul Fajri

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Jadikan sabar dan salat menjadi penolongmu dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecil bagi orang-orang yang khusyu’ (QS. Al Baqoroh : 45).

PERSEMBAHAN

Untuk ayahanda Supriyono, ibunda D.

Sumaryani, Taufik Irfanto, Reza Adistya,

teman-teman mahasiswa Tata Busana

angkatan 2008, dan Almamaterku FT

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah , segala puji hanya milik Allah SWT semesta alam yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga sekripsi yang berjudul

“Pengaruh Minat Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Mesin Jahit Terhadap Hasil

Belajar Tata Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “ ,

dapat terselesaikan dengan lancar.

Sekripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Kosentrasi Tata

Busana Fakultas Teknik UNNES. Skripsi yang mengambil judul “Pengaruh Minat

Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Mesin Jahit Terhadap Hasil Belajar Tata

Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “sekripsi ini

tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan inspirasi dari semua

pihak yang terkait. Segala hormat dan kerendahan hati saya sampaikan terima

kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

2. Ketua Jurusan Jasa Dan Produksi Universitas Negeri Semarang

3. Dr. Asih Kuswardinah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan masukan yang sangat berharga serta pembelajaran dengan

penuh kesabaran.

4. Rina Rachmawati, S.E, M.M Dosen Pembimbig II yang telah memberikan

bimbingan dan masukan yang sangat berharga serta pembelajaran dengan

(8)

viii

5. Dra.Sri Hartini, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Brangsong, yang telah

memberikn ijin penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Ibu Wiji Astuti, Guru Tata Busana SMP Negeri 1 Brangsong dan Staf TU yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu telah membantu proses penelitian,

semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.

7. Siswa tata busana kelas VIII yang telah membantu dalam proses penelitian

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan sekripsi ini.

Penyusunan sekripsi ini masih jauh dari sempurna , maka kritik , saran dan

masukan yang bersifat membangun demi sempurnanya sekripsi ini sangat di

harapkan dan bermanfaat .

Semarang , Januari 2013

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pendidikan ... 11

2.2 Minat Belajar ... 12

2.2.1 Pengertian Minat Belajar ... 12

2.2.2 Faktor – faktor Mempengaruhi Minat Belajar ... 13

2.2.3 Macam – macam Minat Belajar ... 16

2.3 Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana ... 17

2.3.1 Pengertian Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana ... 17

(10)

x

2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pengelolaan laboratorium mesin jahit ... 24

2.4 Hasil Belajar ... 29

2.5 Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana ... 32

2.5.1 Pengertian Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana 32 2.5.2 Landasan Hukum Kurikulum Muatan Lokal ... 33

2.5.3 Tujuan Pelajaran Muatan Lokal ... 34

2.5.4 Materi Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas VIII ... 35

2.5.5 Program Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas VIII ... 35

2.5.6 Penilaian ( evaluasi ) Dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana ... 36

2.6 Kerangka Berfikir ... 37

2.7 Hipotesis ... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel ... 39

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.3.3 Metode Angket atau Kuesioner ... 42

3.4 Uji Coba Instrumen ... 43

3.4.1 Validitas ... 43

(11)

xi

3.5 Metode Analisis Data ... 45

3.5.1 Uji Prasyarat Data ... 46

3.5.1.1Uji Normalitas Data ... 47

3.5.2 Uji Hipotesis ... 49

3.5.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.2 Pembahasan ... 70

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana

Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana ... 19

Tabel 2.2 Ruang praktik Tata Busana dilengkapi sarana Standar Sarana pada Ruang Praktik Pola ... 20

Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual ... 21

Tabel 2.4 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Masinal ... 22

Tabel 2.5 Standar Sarana pada Ruang Praktik Peragaan Busana ... 23

Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tata Busana ... 32

Tabel 3.1 Rincian Jumlah Populasi ... 40

Tabel 3.2 Interval kelas persentase dan kategorinya ... 46

Tabel 4.1 Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 52

Tabel 4.2 Deskriptif Fasilitas Laboratorium ... 53

Tabel 4.3 Deskriptif Hasil Belajar ... 57

Tabel 4.4 Reliabilitas Instrumen ... 59

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data ... 61

Tabel 4.6 Analisis Regresi ... 64

Tabel 4.7 Uji simultan ... 67

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Laboratorium Busana ... 28

Gambar 4.1 Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 52

Gambar 4.2 Deskripsi fasilitas laboraturium ... 54

Gambar 4.3 Deskripsi Prestasi belajar siswa ... 58

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Usulan Penetapan Pembimbing ... 79

Lampiran 2 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 80

Lampiran 3 Surat Observasi ... 81

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ... 82

Lampiran 5 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 83

Lampiran 6 Kisi – Kisi Variabel Penelitian I ... 84

Lampiran 7 Kisi – Kisi Variabel Penelitian II ... 86

Lampiran 8 Kisi – Kisi Instrumen Angket ... 88

Lampiran 9 Angket penelitian... 109

Lampiran 10 Perhitungan Validitas ... 118

Lampiran 11 Perhitungan Reabilitas ... 119

Lampiran 12 Perhitungan Uji Validitas dan Reabilitas Data Penelitian . 120 Lampiran 13 Tabulasi Data Peneltian ... 121

Lampiran 14 Hasil SPSS ... 132

Lampiran 15 Daftar Nama dan Nilai sampel ... 134

Lampiran 16 Daftar Nilai Hasil Penelitian ... 138

Lampiran 17 Daftar Cek List Fasilitas Laboratorium ... 142

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

didik menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian

akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi

dalam kehidupan masyarakat. Sehingga permasalahan pendidikan tidak hanya

terletak pada siswa dan guru tetapi masyarakat dan pemerintah juga turut andil

dalam masalah pendidikan. Pemerintah berusaha memperbaiki mutu pendidikan

melalui sistem pendidikan. Ketrampilan merupakan salah satu mutu pendidikan

yang harus di kembangkan maka di sekolah perlu adanya mata pelajaran

ketrampilan. Bentuk mata pelajaran ketrampilan tersebut adalah muatan lokal tata

busana. Muatan lokal tata busana diajarkan mulai dari kelas VII sampai kelas XI.

Mata pelajaran Tata Busana untuk kelas VIII meliputi berbagai macam materi

yaitu : 1) Pemilihan Disain Busana, 2) Macam-macam pola, 3) Mengambil ukuran

badan, 4)Pola konstruksi seragam sekolah, 5) Membuat seragam SMP. (sumber:

buku paket muatan lokal tata busana). Salah satu keterampilan pada pelajaran

muatan lokal tata busana adalah keterampilan menjahit yang di mulai dari kelas

VIII.

Pelajaran teori dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian melakukan

praktek. Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat memahami serta

(16)

terampil menjahit dengan baik dan benar, agar siswa mampu memilih karier,

mengembangkan sikap profesionalisme dalam progam keahlian tata busana,

membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu

tujuan pelaksanaan pelajaran muatan lokal tata busana adalah siswa di harapkan

dapat memilki pengetahuan dan keterampilan tata busana dalam mencukupi

kebutuhan hidup di lingkungan rumah tangga ataupun masyarakat. Dengan

adanya konveksi disekitar lingkungan daerah Brangsong sebagian para siswa yang

tidak bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan masalah kendala

biaya orang tua dapat bekerja di konveksi tersebut.

Para siswa setelah lulus dari SMP dapat melanjutkan ke SMK atau

langsung bekerja dikonveksi dengan menerapkan keterampilan yang didapat pada

waktu di SMP. Ketrampilan menjahit di perlukan ruangan laboratorium yang

nyaman saat melaksanakan praktek menjahit. Menghadapi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan arus globalisasi yang

semakin hebat, sehingga banyak persaingan dalam berbagai hal yang menuntut

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.

Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan,

keuletan, kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin

timbul. Banyak kasus penyebab kegagalan hasil belajar siswa terhadap mata

(17)

maka siswa akan memiliki perhatian untuk melakukan segala sesuatunya menjadi

lebih konsentrasi dan lebih mengingat atau tidak mudah bosan serta senang untuk

mempelajari pelajaran muatan lokal tata busana. Salah satu faktor utama untuk

mencapai sukses dalam berbagai bidang, baik pendidikan, kerja dan aktivitas di

karenakan adanya minat. Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perasaan senang siswa terhadap mata pelajaran tata busana.

Faktor eksternal salah satunya adalah tersedianya fasilitas laboratorium

ketrampilan tata busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta

adanya kurikulum dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas

yang menunjang dalam proses belajar mengajar maka proses belajar mengajar

tidak dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Secara umum alat menjahit

dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu alat jahit pokok atau utama dan alat

jahit penunjang. Alat jahit pokok antara lain mesin jahit manual, mesin jahit

otomatis, mesin jahit industri, mesin penyelesaian. Alat jahit penunjang yaitu alat

tulis, buku pola, skala, pita ukur, peterban, penggaris, pengukur panjang rok,

pengukur kelim, gunting, jarum, alat pemasuk benang, bidal, pendedel jahitan,

kapur jahit/pensil jahit, rader, karbon, setrika, bantal setrika, setrika bentuk

panjang, papan setrika. Fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana terdiri dari

ruang desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas, ruang penyimpanan,

Ruang praktek busana.

SMP Negeri 1 Brangsong Kendal melaksanakan proses pembelajaran di

dalam ruang keterampilan tata busana yang berukuran 13 x 13,8 M. Terdapat

(18)

program keterampilan tata busana dalam ruangan tersebut. Jumlah peralatan

mesin jahit yang terdapat di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal yaitu mesin jahit

ada 42 buah, mesin obras ada 2 buah, mesin bordir ada 42 buah, setrika ada 2

buah, meja potong ada 3, almari ada 2. Berdasarkan pengamatan awal penelitian

jumlah siswa perkelas rata-rata ada 42 siswa dengan jumlah mesin jahit ada 42

buah. Maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas laboratorium ketrampilan tata

busana sesuai dengan jumlah siswa karena tiap anak mendapatkan 1 mesin jahit

dengan seperti itu waktu yang di gunakan dapat efisien.

Hasil survey awal yang di lakukan terhadap data prestasi belajar siswa

untuk mata pelajaran tata busana pada kelas V111 SMP N 1 Brangsong tahun

ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswanya keseluruhan dari 7 kelas terhadap nilai

teori dan praktek yaitu 294 siswa, di ketahui bahwa yang memenuhi kriteria

ketuntasan dengan nilai 75 ≥ adalah 140 siswa atau 47,6% dan yang belum

mencapai kriteria nilai tersebut sebanyak 154 siswa atau 52,3% . Sedangkan dari

siswa tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa keseluruhan dari 7 kelas

yaitu 300 siswa , di ketahui bahwa yang memenuhi kriteria ketuntasan dengan

nilai 75 ≥ adalah 148 siswa atau 49,3% dan yang belum mencapai kriteria

ketuntasan sebanyak 152 siawa atau 50.6%. Hal ini menunjukan jumlah siswa

yang nilainya sudah memenuhi KKM masih kurang di banding siswa yang

nilainya tidak memenuhi KKM. Ini menujukkna bahwa hasil belajar tata busana

siswa kelas VIII SMP N 1 Brangsong masih belum optimal.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui minat belajar

(19)

akan memilih judul di dalam penelitiannya yaitu: “Pengaruh Minat Belajar Dan

Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana Terhadap Hasil Belajar Tata

Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1.2.1 Apakah ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium ketrampilan

tata busana terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII SMP Negeri

1 Brangsong Kendal 2012 ?

1.2.2 Seberapa besar pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium

ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1.3.1 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh minat belajar dan fasilitas

laboratorium ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bransong Kendal 2012

1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh minat belajar dan fasilitas

laboratorium ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tersebut sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah dapat memberikan sumbangan

yang baik dalam rangka proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar menjahit peserta didik dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.

1.4.2 Bagi guru

Hasil penelitian ini Di harapkan sebagai sumber informasi tetang

hubungan minat belajar dengan fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana

terhadap hasil belajar tata busana di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal.

1.4.3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini di harapakan dapat menambah kasanah pengetahuan

tentang hubungan minat belajar dengan fasilitas laboratorium ketrampilan tata

busana terhadap hasil belajar tata busana sehingga dapat dijadikan bekal bagi

peneliti dalam menerapkan ilmu kependidikan yang telah diperoleh dikemudian

hari.

1.4.4 Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang untuk menambah kasanah

ilmiah sebagai ilmu pengetahuan yaitu sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan

diharapkan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan terutama

(21)

1.5 Penegasan Istilah

Agar tidak salah tafsir mengenai judul diatas, maka perlu adanya

pembatasan masalah sehingga ruang lingkupnya jelas. Adapun pembatasan

masalah sebagai berikut : 1.5.1 Pengaruh

Pengaruh menurut KBBI (2001: 849) adalah daya yang timbul dari sesuatu

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan fasilitas

laboraturium mesin jahit yang mempengaruhi terhadap hasil belajar.

1.5.2 Minat Belajar

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2002:180). Menurut kamus

besar bahasa Indonesia (2003:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi

terhadap suatu keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dalam lingkungan

(Slameto, 2002:2).

Minat beljar dalam penelitian ini adalah suatu rasa ketertarikan siswa

(22)

1.5.3 Fasilitas Laboratorium

Menurut Sumarjo (2005:2) laboratorium pendidikan adalah sarana dan

tempat untuk mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan

pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasibidang ilmu sesuai dengan

bidang pekerjaan yang ada pada mata pelajaran muatan lokal tata busana.

Sedangkan dalam penelitian ini yang di maksud fasilitas laboraturium adalah

sarana atau tempat untuk mendukung hasil belajar tata busana.

1.5.4 Hasil belajar

Hasil adalah sesuatu yang di adakan (di buat, dijadikan dan sebagainya)

oleh usaha, pengertian belajar menurut Slavin dalam Katarina T.A adalah

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktifitas belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah dari

hasil tes yang diberikan melalui tes teori ulangan harian sedangkan hasil belajar

praktek yang diperoleh dari dokumen guru pengajar muatan lokal tata busana,

hasil tersebut selanjutnya dirata-rata.

1.5.5 Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong

Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang

mengikuti mata pelajaran tata busana di SMP N 1 Brangsong, sebagai mata

(23)

1.6 Sistematika Skripsi

Sistematika penyusunan skripsi merupakan rangkuman isi tiap-tiap bab

dalam penelitian yang di buat untuk memberi gambaran mengenai hal-hal yang

diuraikan dalam proyek akhir.

Adapun sistematika penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Uraian dalam bab ini meliputi : latar belakang pemilihan dan

penentuan judul, identifikasi perumusan masalah, tujuan, , manfaat

penelitian, penegasan istilah dan sistematika penyusunan skripsi.

BAB 2 : Landasan Teori

Menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian

BAB 3 : Metodelogi Penelitian

Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, meliputi

metode penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,

BAB 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini penulis menguraikan tentang hasil penelitian

BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran-saran mengenai apa yang

telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang

(24)

10

2.1

Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkunganya dan dengan

demikian akan menimbulkan perubahan bagi dirinya yang memungkinkannya

untuk berfungsi secara ide kuat dalam kehidupan masyarakat. (Hamalik, 2001:

79).

UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian,

kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang perlu didirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Definisi UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 maka dapat kita

simpulkan bahwa tugas utama pendidikan adalah menolong peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada serta sikap dan bentuk tingkah

laku ke arah yang lebih baik sebagai sumber daya manusia sehingga ia dapat

didayagunakan sebagai modal pembangunan dan berguna bagi perserta didik

(25)

2.2

Minat Belajar

2.2.1Pengertian Minat Belajar

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2002:180). Menurut kamus

besar bahasa Indonesia (2003:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi

terhadap suatu keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dalam lingkungan

(Slameto, 2002:2).

Pendapat di atas, dapat di simpulkan minat belajar adalah suatu perasaan

tertarik terhadap suatu objek tertentu. Seseorang dapat dikatakan berminat

terhadap suatu objek apabila ia menyatakan perasaannya tertarik pada objek

tersebut. Adapun minat belajar dalam penelitian ini adalah suatu rasa ketertarikan

siswa dalam belajar tata busana (Slameto 2002:180).

Seseorang memiliki minat belajar tinggi untuk mempelajari mata

pelajaran, maka ia akan mempelajari pada waktu jangka tertentu. Misalnya

seseorang yang tidak memiliki minat belajar maka seseorang tersebut tidak akan

mencapai proses hasil belajar yang baik. Karena dia belajar tidak atas keinginan

sendiri tetapi karena paksaan orang lain. Tetapi sebaliknya jika seseorang

mempunyai minat untuk belajar meski ada yang mempengaruhinya, tetapi minat

itu akan melekat pada dirinya dan belajarnya akan berhasil.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang efektif untuk

(26)

menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat

belajar pada pelajaran tata busana yaitu menjahit. Sebelum mengajarkan menjahit

pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai

cara menjahit yang baru saja berlangsung. Kemudian sedikit demi sedikit

diarahkan ke materi yang sesungguhnya.

Disamping pemanfaatan minat belajar yang telah ada tener (1995)

menyarankan agar para pengajar juga membentuk minat-minat baru pada diri

siswa. Misalnya saja dengan memberikan informasi pada siswa mengenai

hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan

pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan

datang.

2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi minat belajar

Pelajaran muatan lokal tata busana sebagai kumpulan kajian dan pelajaran

tentang dasar-dasar menjahit dengan memperhatikan estetika dan etika berbusana,

mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus didasari

minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti mata pelajaran tata busana

sehingga di harapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan siswa.

Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya

diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut

dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang di

pelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang kurang

(27)

Singgih Dirgogunaso dalam Endang Tri Astuti, 1990 : 108 dalam

pengantar psikologi mengatakan perhatian di pengaruhi oleh kuat lemahnya

rangsang, gerakan, pengulangan, kesediaan dan harapan. Pendapat tersebut

mengatakan bahwa minat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor psikis

dan faktor kondisi fisik. Faktor fisik yang di maksud adalah kondisi fisik dari

individu. Misalnya cacat tubuh, mudah lelah dan sebagainya. Siswa yang berminat

dalam pelajaran muatan lokal tata busana tetapi kondisi fisikmya lemah dengan

demikian akan menghambat minat untuk belajar muatan lokal tata busana. Faktor

psikis antara lain meliputi motif, perasaan, perhatian dan kondisi lingkungan.

Faktor -faktor yang mempengaruhi minat yaitu:

a. Motif

Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya

diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut

dipengaruhi oleh rendahnya motif. Menurut natawidjaja (1979:87) motif adalah

dorongan yang membuat seseorang berminat melakukan sesuatu. Motif

merupakan suatu tenaga (dorongan,alasan,kemauan) dari dalam diri yang

mnyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada

tujuan tertentu yang hendak dicapai.

b. Perasaan

Menurut Winkel (1984:31) perasaan adalah aktifitas psikis yang

didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek. Perasaan senang akan

menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Hubungan

(28)

Perasaan Sikap Minat

Perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa

yang datang pada subyek yang bersangkutan. Jika seorang senang terhadap

sesuatu akan berdampak terhadap minatnya terhadap minatnya tersebut.

c. Perhatian

Menurut Kartini (1996:111) perhatian merupakan reaksi umum dari

organisme dan kesadarannya yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya

kosentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Perhatian akan

menimbulkan minat seseorang jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek.

d. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi minat adalah lingkungan

keluarga, Lingkungan sekolah, dan masyarakat. Lingkungan tersebut merupakan

lingkungan , tingkah laku, karakter dan minat terhadap sesuatu. Didalam keluarga

setiap individu belajar menggali bakat dan potensi yang ada dalam diri individu

sehingga dapat berkembang dengan optimal. Lingkungan sekolah disamping

sebagai tempat untuk tempat blajar juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa

khususnya minat terhadap sesuatu. Disekolah diajarkan bagaimana menumbuhkan

pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dapat memunculkan minat terhadap

sesuatu. Lingkungan masyarakat adalah lingungan disekitar tempat tinggal,

tempat dimana seseorang berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

(29)

e. Kondisi fisik

Kondisi seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat. minat belajar

pada saat mempelajari pelajaran muatan lokal tata busana. Orang yang memiliki

fisik yang sehat tentu saja akan berbeda minatnya dibandingkan dengan orang

yang lemah dan mempunyai cacat tubuh. Kondisi fisik adalah kemampuan fisik

seseoarng untuk mengerjakan kegiatan tertentu. seseorang yang tinggal

didalamnya. disekitar individu yang sangat mempengaruhi minatnya. Lingkungan

keluarga merupakan peletak dasar pola pemikiran Suatu pekerjaaan yang relatif

berat membutuhkan kondisi yang baik. Faktor fisik merupakan pendukung utama

setiap aktivitas yang dilakukan.

2.2.3 Macam–macam minat belajar menurut Dewa Ketut Sukardi (1989:105) ada 3 yaitu:

2.2.3.1 Minat yang di ekspresikan (eksprsed interest)

Seseorang dapat mengungkap minat atau pilihannya dengan kata-kata

tertentu.

2.2.3.2 Minat yang diwujudkan (manifest interest)

Seseorang dapat mengespresikan minat bukan melalui kata, tetapi melalui

tindakan atau perbuatan, ikut berperan aktif dalam aktifitas tertentu

2.2.3.3 Minat yang di investarikan (inventeroid interest)

Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap

sejumlah pertanyaan tertentu atau antar pilihannya 7 kelompok aktifitas tertentu.

(30)

Mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus

didasari minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran tata

busana, sehingga diharapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan

siswa. Saat ini pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survai hanya

diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat. Hal tersebut di

pengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang diajarkan,

kurangnya harapan mempelajari materi, kurangnya perhatian materi yang

dipelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang mendukung.

Adanya faktor penghambat diatas diharapkan baik pihak sekolah dan

orang tua dapat membantu menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti mata

pelajaran muatan lokal tata busana. Dengan motivasi pada siswa akan manfaat

ilmu yang diperoleh dapat menumbuhkan minat siswa mengikuti mata pelajaran

muatan lokal tata busana. Adanya motivasi tersebut membuat perasaan senang

pada materi yang diajarkan. Sehingga harapan untuk mempelajari

keterampilannya membuat siswa mempunyai perhatian terhadap mata pelajaran

muatan tata busana. Hal lain yang berpengaruh pada minat siswa adanya

dukungan dari orang tua juga lingkungan tempat tinggal yang dapat memperkuat

minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana.

2.3

Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana

2.3.1 Pengertian Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana

Menurut (Sumarjo, 2005:2) laboratorium pendidikan adalah sarana dan

(31)

pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan

bidang pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Sedangkan dalam

penelitian ini yang dimaksud laboratorium ketrampilan tata busana adalah sarana

atau tempat untuk mendukung pembelajaran praktek menjahit (Sumarjo, 2005:2).

Menurut Sumarjo (2005:3) fungsi laboratorium seperti tercantum dalam

peraturan pemerintah nomor 5 tahun 1990 pasal 27 yaitu bahwa laboratorium

merupakan sarana penunjang jurusan dalam pembelajaran ipteks tertentu sesuai

program studi yang bersangkutan. Pembelajaran ipteks tidak hanya terbatas pada

ilmu pengetahuan alam atau teknologi. Fasilitas laboratorium ketrampilan tata

busana terdiri dari ruang desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas,

ruang penyimpanan, Ruang praktek busana.

Menurut (Euis Ratna Dewi 2000 :11), ruang praktek laboratorium

ketrampilan tata busana terdiri dari :

1) Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain sebuah

busana. Alat bahan dan perlengkapan desain seperti pensil, pensil warna,

kertas gambar dan meja gambar tersedia secara khusus diruangan tersebut.

2) Ruang pola adalah tempat meja pembuatan pola sekaligus meja potong kain

sebagai bahan pembuatan busana dan alat-alat yang mendukung proses

tersebut

3) Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses menjahit sampai

dengan proses penyelesaian. Dalam ruangan ini terdapat mesin jahit meja,

(32)

4) Ruang mengepas adalah sebuah ruangan untuk mencoba atau mengepas

busana yg dijahit dan di lengkapi dengan cermin rak baju dan tempat

gantungan baju.

5) Ruang penyimpaanan adalah sebuah ruangan untuk menyimpan alat dan

bahan untuk pembuatan busana yaitu berupa rak atau lenmari pakaian.

6) Ruang praktek busana adalah ruang dimana siswa melakukan kegiatan

untuk membuat busana dengan mempergunakan alat dan perlengkapannya.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut ada beberapa yang harus diperhatikan

dalam pengelolaan laboratorium.

Tabel. 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program

Keahlian Tata Busana

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Ruang praktik pola 4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8

peserta didik.

Luas minimum adalah

32 m².

Lebar minimum adalah

4 m.

2 Ruang praktik menjahit

manual

4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8

peserta didik.

Luas minimum adalah

32 m².

Lebar minimum adalah

4 m.

3 Ruang praktik menjahit

masinal

4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8

peserta didik.

(33)

32 m².

Lebar minimum adalah

4 m.

4 Ruang praktik peragaan

busana

15 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8

peserta didik.

Luas minimum adalah

120 m².

Lebar minimum adalah

6 m.

5 Ruang penyimpanan

dan instruktur

4 m²/instruktur Luas minimum adalah

48 m².

membuat desain, pola dan

memotong. 1.2 Kursi kerja/stool

1.3 Lemari simpan alat dan

bahan

2 Peralatan

2.1 Peralatan untuk

pekerjaan membuat

pola.

1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta

didik pada pekerjaan

membuat desain, pola dan

memotong.

3 Media pendidikan

(34)

8 peserta didik pada

pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yang bersifat

teoritis.

4 Perlengkapan lain

4.1 Kotak kontak Minimum 2

Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual

No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool

1.3 Lemari simpan alat dan

bahan

2 Peralatan

2.1 Peralatan untuk pekerjaan

menjahit manual.

1 set/ruang Untuk minimum 8

peserta didik pada

pekerjaan menjahit

secara manual.

3 Media pendidikan

3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung

minimum 8 peserta didik

pada pelaksanaan

kegiatan belajar

(35)

teoritis.

4 Perlengkapan lain

4.1 Kotak kontak Minimum 4

Tabel 2.4 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Masinal

No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool

1.3 Lemari simpan alat dan

bahan

2 Peralatan

2.1 Peralatan untuk pekerjaan

menjahit masinal.

1 set/ruang Untuk minimum 8

peserta didik pada

pekerjaan menjahit

secara masinal.

3 Media pendidikan

3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung

minimum 8 peserta didik

pada pelaksanaan

kegiatan belajar

mengajar yang bersifat

(36)

4 Perlengkapan lain

Tabel 2.5 Standar Sarana pada Ruang Praktik Peragaan Busana

No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool

1.3 Lemari simpan alat dan

bahan

2 Peralatan

2.1 Peralatan untuk pekerjaan

peragaan busana.

1 set/ruang Untuk minimum 8

peserta didik pada

pekerjaan memperagakan

berbagai produk busana.

3 Media pendidikan

3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung

minimum 8 peserta didik

pada pelaksanaan

kegiatan belajar

mengajar yang bersifat

teoritis.

4 Perlengkapan lain

4.1 Kotak kontak Minimum 8

buah/ruang.

Untuk mendukung

(37)

yang memerlukan daya

listrik.

4.2 Tempat sampah Minimum 1

buah/ruang.

Sumber : Standarisasi Prasarana Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana

2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium ketrampilan tata busana :

2.3.3.1 Letak bangunan laboratorium

Laboratorium mesin jahit sebaiknya terpisah dari ruanagan untuk

pembelajaran teori, sehingga pada waktu pembelajaran teori siswa tidak terganggu

suara bising dari mesin jahit di laboraturium. Laboratorium sebaiknya berdekatan

dengan gudang dan kamar kecil sehingga akan menghemat waktu dan tenaga

siswa, hal ini karena bekerja dilaboratorium memerlukan waktu yang cukup lama

dan menguras tenaga.

2.3.3.2 Luas laboratorium

Luas laboraturium mesin jahit sebaiknya di sesuaikan dengan jumlah

siswa dan jenis kegiatan. Luas ruanagan yang dapat di gunakan sebagai pedoman

untuk laboratorium mesin jahit adalah 3,21 m2 untuk tiap siswa, jadi untuk

menentukan kebutuhan seluruh ruangan yang di butuhkan dengan cara

mengalihkan jumlah siswa yang akan di tampung yaitu contoh 20 x 3,21 m2=

64,20 m2 atau dengan ukuran 9x7 meter (Jemina Siregar 1984;19) di usahakan

juga ruangan laboraturium mesin jahit berbentuk empat segi panjang dengan

(38)

2.3.3.3 Keberhasilan dan kesehatan laboratorium

Usahakan agar laboratorium selalu dalam keadaan bersih dan rapi

keberhasilan dapat di peroleh dengan melakukan perawatan baik sebelum dan

sesudah praktek contoh menyapu dan mengepel sebelum sebelum dan sesudah

praktek: untuk menjaga kesehatan sebaiknya pergantian udara dan penerangannya

langsung dari sinar matahari juga di perhatikan, jika ruangan tidak ber AC

sebaiknya perlu di buat ventilasi yang cukup dan sesuai dengan luas ruangan.

Tempat sampah sebaiknya juga tersedia minimal 1 buah untuk satu ruangan tetapi

alangkah baiknya jika 1 unit kerja tersedia tempat sampah.

Sedangkan di SMP 1 brangsong tidak ber AC namun untuk pertukaran udara dan

cahaya sudah cukup baik karena dalam ruangan terdapat jendela yang cukup

untuk penggantian udara dan penerangan langsung dari sinar matahari juga

ditambah dengan lampu.

2.3.3.4 Keamanan laboratorium

Keamanan adalah hal terpenting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan

praktek di laboratorium. Hal - hal yang harus di perhatikan dalam keamanan

antara lain : dinding yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok tetapi merupakan

perpaduan antara tembok dan jendela agar cahaya terang dapat masuk ke dalam

ruangan jadi pada saat praktek nenjahit siswa tidak terluka terkena jarum, lantai

laboratorium sebaiknya terbuat dari ubin yang tidak licin serta rata, hal ini

bertujuan agar siswa merasa aman saat praktek menjahit. Siswa sebaiknya juga

memperhatikan alas kaki saat bekerja di laboraturium. Contohnya: tidak

(39)

instalansi listrik pada tempat yang tidak membahayakan. Peralatan laboratorium

sebaiknya di atur dengan dengan baik dan sesuai tahap-tahap praktek menjahit,

sehingga tidak mengganggu lalu lintas kerja dan memberi kesan teratur.

2.3.3.5 Keindahan dan Kelengkapan laboratorium

Laboratorium merupakan ruangan praktek untuk bekerja meskipun begitu

keindahan dan kelengkapan juga harus di perhatikan. Keindahan dapat di peroleh

dengan memperhatikan beberapa hal antara lain : warna dinding, tirai,

gambar-gambar yang terpasang, sebaiknya warna yang di pilih jangan terlalu kontras,

karena warna cukup mempengaruhi perasaan seorang dalam bekerja. Serta

kelengkapan dapat di peroleh dengan memperhatikan barang – barang yang ada di

dalam laboratorium.

2.3.3.6 Tata letak peralatan laboraturium ketrampilan tata busana

Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penataan barang di dalam

ruang laboratorium ketrampilan tata busana menurut (euis ratna dewi 2000:13)

adalah

1. Mesin jahit dan meja potong sebaiknya berdekatan sehingga waktu proses

menjahit mudah di jangkau tanpa banyak waktu terbuang.

2. Mesin obras dan mesin jahit sebaiknya di tempatkan berdekatan sehingga

waktu pemakaiannya mudah di jangkau.

3. Papan setrika sebaiknya di letakkan dekat tempat aliran listrik sehingga jika

(40)

4. Lemari dan alat bahan sebaiknya penempatannya tidak mengganggu

aktifitas siswa dan mudah tanpa banyak mengeluarkan tenaga dan waktu.

5. Lalu lintas ruangan laboratorium mesin jahit

Peralatan di dalam laboratorium sebaiknya di atur dengan baik. Sehingga

tidak mengganggu siswa dalam praktek menjahit dan tidak mengganggu guru

dalam mengawasi siswanya. Agar lalu lintas praktek menjahit siswa maupun guru

tidak saling terganggu sebaiknya meja praktek satu dengan yang lainnya memiliki

jarak ±1 meter.

Beberapa hal yang harus di perlukan dalam lalu lintas ruang kerja menurut

(euis ratna dewi 2000:13) adalah

a. Jarak penempatan satu dengan yang lainnya minimal 40 cm atau 2 kali lipat

lebar badan seseorang

b. Sebaiknya penempatan alat tidak ada yang rapat kedinding jika minimal 20

cm.

c. Untuk jalur lalu lintas ruangan sebaiknya tidak terjadi dua arah sehingga

terhindar dari tabrakan.

d. Efesiensi laboratorium mesin jahit.

e. Efesiensi hal ini tercapai jika peralatan kerja teratur sesuai urutan.

(41)
(42)

2.4

Hasil Belajar

Menurut Morgan etal (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan relatif yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Belajar

merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan ia mencakup segala

sesuatu yang diperkirakan dan di kerjakan. Belajar memegang peranan penting di

dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan

bahkan persepsi manusia.

Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar belajar, seseorang

mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peranan penting dalam

psikologis.

Menurut Gagne ( 1984 ) konsep tentang belajar terdapat 3 unsur utama:

1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku untuk mengukur apakah

seseorang telah belajar. Maka di perlukan perbandingan antara perilaku

sebelum dan sesudah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan

perilaku, maka dapat di simpulkan bahwa seseorang telah belajar.

2. Perubahan perilaku itu terjadi karena di dahului oleh proses pengalaman.

perubahan perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik seperti tinggi

dan berat badan kekuatan fisik tidak di sebut sebagai hasil belajar.

3. Perubahan perilakau karena belajar bersifat relatif permanen, namanya

perubahan perilaku yang terjadi pada diri seorang adalah sukar untuk di

ukur. Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung selama satu hari, satu

(43)

Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai

unsur yang saling kait mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku

(Gagne). Beberapa unsur yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar dapat berupa warga

belajar dan peserta pelatihan pembelajaran memiliki organ penginderaan

yang di gunakan untuk mentranformasikan hasil penginderaan kedalam

memori yang komplek dan syarat atau otot yang di gunakan untuk

menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah di pelajari.

2. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh pembelajar kemudian di organisir

dalam bentuk kegiatan syarat beberapa rangsangan itu di simpan di dalam

memorinya. Kemudian memori tersebut di terjemahkan ke dalam merespon

sesuatu di rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan

pembelajar di situasi stimulus dalam kehidupan seseorang terdapat banyak

stimulus yang berada di lingkungannya suara, sinar, warna, panas, dingin,

tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selalu berada di

lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu belajar optimal ia harus

memfokuskan pada stimulus tertentu.

3. Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari aktifitas belajar sebelumnya.

4. Respon, tindakan yang di hasilkan dari aktualisasi memori di sebut respon.

Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada dalam

(44)

dalam pembelajaran di amati pada akhir proses pembelajaran yang di sebut

perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performent)

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajaran

setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena itu

apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep maka perubahan

perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena

itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan terhadap konsep. Dalam

pembelajaran perubahan perilaku yang akan di capai oleh pembelajar setelah

melaksanakan aktifitas belajar di rumuskan dalam tujuan pembelajaran Katarina

Tri Ani (2004:5).

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Katarina Tri Ani

(2004:11) adalah kondisi internal dan eksternal pembelajar. Kondisi internal

mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh. Kondisi psikis seperti

kemampuan intelektual, emosional. minat, kondisi sosial seperti kemampuan

bersosialisasi dalam lingkungan, kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang

di miliki pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan proses hasil belajar.

Faktor-faktor internal ini dapat berbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan,

pengalaman belajar dan perkembangan.

Beberapa faktor eksternal: variasi dan derajat, kesulitan materi (stimulus)

yang di pelajari (di respon) tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya

belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan proses dan hasil belajar. Hasil

(45)

sedangkan hasil belajar praktek yang diperoleh dari dokumen guru pengajar

muatan lokal tata busana, hasil tersebut selanjutnya dirata-rata.

Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran Tata Busana

di SMP ( sumber : buku paket muatan lokal tata busana kelas VIII)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Mengkomunikasikan tentang disain

busana anak dan mempraktekan

pembuatan seragam sekolah.

2. Mengkomunikasikan penggunaan

pola untuk membuat pakain

1.1 Mendiskripsikan tentang

pemahaman disain busana

yang sesuai untuk berbagai

kesempatan

2.1 Mendiskripsikan penggunaan

pola untuk membuat pakain

2.1.1 Mendiskripsikan

tentang penerapan dan

cara mengambil ukuran

badan anak putra dan

putri.

2.4

Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana

(46)

Mata pelajaran Muatan Lokal Tata Busana merupakan mata pelajaran

muatan lokal menurut kurikulum muatan lokal pendidikan dasar untuk kelas V111

SMP N 1 Brangsong. Mata pelajaran muatan lokal tata busana meliputi bahan

kajian tentang pelaksanaan yang menyangkut kebutuhan hidup di lingkungan dan

masyarakat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

di pelajari melalui kegiatan melibatkan pengetahuan dan praktek. Pelajaran

muatan lokal tata busana perlu di kaitkan dengan kehidupan nyata seperti dalam

bidang kesehatan, industri, sosial, budaya , ilmu pengetahuan dan lingkungan

dalam rangka meningkatkan wawasan dan kebanggaan daerah serta kebangaan

nasional ( Kurikulum Muatan Lokal SMP ).

Muatan Lokal Tata Busana adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran

tentang dasar - dasar menjahit dengan memperhatikan estetika dan etika busana.

Muatan lokal tata busana merupakan salah satu pelajaran yang di ajarkan di SMP

N 1 Brangsong khususnya kelas V111 materi yang di sampaikan berupa materi

teori dan materi praktek. Dalam materi praktek peserta didik di ajarkan cara

membuat seragam sekolah khususnya pembuatan kemeja.

2.4.2 Landasan Hukum Kurikulum Muatan Lokal

Landasan hukum di berlakukannya kurikulum muatan lokal adalah sebagai

berikut :

a. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional bab 1V pasal 10 yang menyatakan bahwa: Pemerintah dan

Pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing dan mengawasi

(47)

yang berlaku. Selanjutnya pasal 11 ayat (1) juga menyatakan bahwa

Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi

setiap warga tanpa diskriminasi.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan di jelaskan :

1. Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madarasah

mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di

bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan

SMK serta departemen yng menangani urusan pemerintah di bidang

agama untuk MI, MTS, MA dan MAK pasal 17 ayat (2).

2. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang - kurangnya tujuan

pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan

penilian hasil belajar (pasal 20).

2.5.3 Tujuan Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana

Adapun tujuan pemberian muatan lokal tata busana berdasarkan

Kurikulum Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111 adalah:

1. Menumbuhkan apresiasi kerja pesrta didik sebagai dasar pembinaan etos

(48)

2. Membekali peserta didik dengan ketrampilan dasar untuk bekerja sesuai

dengan tahap perkembangan anak usia tingkat SMP.

3. Peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar estetika etika

berbusana , pembuatan busana pemeliharaan busana dan lenan rumah tangga

serta peralatan menjahit sebagai bekal untuk mengembangkan diri di bidang

busana sehinggan bila terjun dalam masyarakat peserta didik dapat

membawakan diri dengan baik.

4. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

2.5.4 Materi Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111

Materi muatan lokal tata busana yang terdiri dari :

1. Mengenal berbagai produk kerajinan jahit dan sulam

2. Mengapresiasikan produk kerajinan jahit dan sulam

Materi Muatan Lokal tata busana yang berisi teori dan praktek :

1. Merencanakan prosedur kerja pembuatan produk kerajinan jahit dan sulam

2. Mendisaian kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias tradisional dan

mancanegara serta modifikasinya

3. Membuat produk kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias tradisional

dan mancanegara serta modifikasinya

4. Membuat kemasan produk jahit dan sulam sehingga siap di pamerkan dan

(49)

2.5.5 Program Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111

Program semester 1 materi muatan lokal yang terdiri dari teori :

1. Pengertian teknik jahit

2. Jenis peralatan dan produk jahit

3. Fungsi peralatan jahit

4. Prosedur teknik jahit

Program semester I dan II materi muatan lokal yang berisi teori dan

praktek :

1. Perencanaan disain jahit

2. Disain kerajinan teknik jahit

3. Bahan dan alat

4. Kemasan

2.5.6 Penilaian (evaluasi) Dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana

Penilaian dan Evaluasi di perlukan untuk mengukur seberapa besar hasil

belajar peserta didik setelah mendapatkan materi pelajaran dari guru. Faktor –

faktor penilaian yang di gunakan untuk mendapatkan nilai dalam mata pelajaran

ketrampilan tata busana yaitu teknik tes. Teknik tes dalam penilaian mata

pelajaran muatan lokal tata busana adalah sebagai berikut :

a. Tes praktek : di gunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam

(50)

dalam praktek meliputi : perencanaan disain jahit dan dan kerajinan teknik

jahit , bahan , alat dan kemasan.

b. Ulangan harian : Untuk mengetahui sejauh mana bahan yang di ajarkan dapat

di terima peserta didik. Materinya meliputi pengertian teknik jahit , jenis

peralatan dan produk jahit. Fungsinya peralatan dan bahan jahit serta prosedur

teknik jahit

c. Tugas mandiri : di gunakan guru untuk memberikan tugas kepada masing –

masing peserta didik untuk di kerjakan di rumah dalam jangka waktu tertentu.

Tugas mandiri berupa ketrampilan membuat macam – macam tusuk – tuuk di

gumakan dalam busana .

d. Ujian akhir : di gunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan materi yang di

ajarkan oleh guru dalam satu semester dapat di terima oleh peserta didik.

2.5

Kerangka Berfikir

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan mata pelajaran yang di

pelajari tidak sesuai dengan minat membuat peserta didik malas untuk mengikuti

mata pelajaran tersebut karena peserta didik tidak mempunyai kepuasan dari

pelajaran itu. Peserta didik yang berminat untuk mengikuti mata pelajaran muatan

lokal tata busana tentunya akan senang mengikuti mata pelajaran tersebut

berlangsung. Kesungguhan mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana

tentunya di harapkan dapat memperoleh pengalaman dalam bidang tersebut.

Lingkungan masyarakat juga memberikan pengaruh kuat pada minat anak, bila

(51)

yang besar untuk mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana, maka akan

berpengaruh terhadap prestasi belajarnya terhadap mata pelajaran muatan lokal

tata busana.

Minat adalah suatu perasaan tertarik terhadap suatu objek tertentu.

Seseorang dapat dikatakan berminat terhadap suatu objek apabila ia menyatakan

perasaannya tertarik pada objek tersebut. Perasaan tidak dapat di pisahkan dari

minat. Peserta didik yang tidak berminat mengikuti pelajaran muatan lokal tata

busana tentunya kurang senang mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata

busana. Peserta didik yang berminat mengikuti pelajaran muatan lokal tata busana

tentunya akan senang mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana.

Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yaitu faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan,

keuletan dan kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin

timbul. Faktor eksternal adalah tersedianya fasilitas laboraturium ketrampilan tata

busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta adanya kurikulum

dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas yang menunjang

dalam proses belajar mengajar maka proses belajar mengajar tidak dapat berjalan

dengan cepat dan efisien.

Mata pelajaran muatan lokal tata busana sebagai materi yang tidak hanya

berisi materi teori tetapi juga praktek ketrampilan. Untuk materi ketrampilan

menjahit di perlukan ruangan laboratorium yang ruangannya tersebut nyaman

(52)

mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan,

pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang

pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Agar pada saat praktek menjadi

nyaman ada hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengelolaan ruang

laboratorium.

Hal-hal tersebut yaitu letak bangunan laboratorium, luas laboratorium,

keberhasilan dan kesehatan laboratorium, keamanan laboratorium, keindahan

laboratorium dan lay out peralatan laboratorium. Bekal yang di terima siswa dari

bangku sekolah dapat di harapkan dapat bermanfaat untuk bekerja di perusahaan

atau konveksi sehingga mendapatkan pendapatan secara materi untuk memenuhi

kebutuhan hidup . Harapan untuk memanfaatkan ketrampilan yang di terima di

bangku sekolah memberikan perhatian lebih pada saat mata pelajaran muatan

lokal berlangsung .

2.6

Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitiana sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi

Arikunto ,1996: 67). Hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai

berikut :

Hipotesis kerja (Ha)

1. Ha : Ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium mesin jahit

terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII SMP N 1 Brangsong.

(53)

2. Ho : tidak ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium mesin jahit

(54)

40

Metodelogi penelitian merupakan cara atau langkah – langkah yang harus

di tempuh dalam penelitian sehingga penelitian dapat mencapai sasaran. Dalam

melalukan suatu penelitian untuk memperoleh data perlu adanya langkah -

langkah sebagai berikut, yaitu menentukan: (a) populasi dan sampel (b) variabel

penlitian (c) metode pengumpulan data (d) uji coba instrument (e) teknik analisis

data.

3.1 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP N 1 Brangsong Jl. Soekarno Hatta No.

65 Kabupaten Kendal. Adapun yang menjadi alasan dipilihnya SMP sebagai

lokasi penelitian di sebabkan karena di sekolah tersebut memiliki program mata

pelajaran wajib muatan lokal tata busana yang di dalamnya terdapat mata

pelajaran menjahit yang akan dikaji dalam penelitian.

3.1.2 Populasi

Suharsimi Arikunto (2002:108) menjelaskan bahwa, “Populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian” sesuai dengan pendapat tersebut populasi dalam

penelitian ini adalah peserta didik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong yang

(55)

3.1.3 Sampel

Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) adalah “sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”. Menurut Sugiono dalam buku Statistika untuk

penelitian, sampel adalah sebagian dari jumlah atau karakteristik yang di miliki

oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini di ambil 48% dari jumlah

siswa SMP N 1 Brangsong. Jumlah sampel sebanyak 140 siswa dari kelas VIII A

sampai VIII G. Teknik yang di gunakan adalah proportional random sampling

guna mengambil sampel. Menurut Arikunto (2006:112) propotional random

sampling atau sampel acak, teknik ini di beri nama demikian karena pengambilan

sampelnya, peneliti “mencampur” subyek - subyek di dalam populasi sehingga

semua subyek di anggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama

kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan di pilih menjadi sampel.

Maka dalam penelitian ini sudah di tentukan peserta didik menjadi sampel dalam

penelitian ini sebanyak 140 siswa dengan rincian sampel dapat dilihat pada tabel

3.1:

Tabel 3.1 Rincian Jumlah Populasi

No Kelas Jumlah Peserta

Didik

48%

1 VIII A 42 0,48 x 42 = 20

2 VIII B 42 20

3 VIII C 42 20

(56)

5 VIII E 42 20

6 VIII F 42 20

7 VIII G 42 20

Jumlah 140

(Sumber : Biro Administrasi SMP N 1 Brangsong Kab. Kendal 2013)

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk yang sifat - sifatnya sudah di beri nilai dalam

bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu

kontinum (Hasan, 2004:12). Menurut Arikunto (2002:96) variabel adalah obyek

penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

3.2.1 Variabel Bebas ( Independent Variable )

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel

penyebab atau independent variabel (Arikunto, 2002 : 97) di nyatakan dengan X, Variabel bebas dalam penelitian ini adalah (X1) adalah minat belajar dan Variabel

bebas ( X2) adalah fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana.

3.2.2 Variabel Terikat ( Dependent Variable )

Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas. Di

(57)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan

data yang di lakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar (Suharsimi

Arikunto , 2002 : 197). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

3.3.1 Metode Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi di gunakan bila penelitian

berkenandengan perilaku siswa , proses belajar, gejala – gejala alam, dan bila

responen yang di amati tidak terlalu besar (Sugiono 2003:139). Metode observasi

dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data efektivitas pemanfaatan

fasilitas laboraturium mesin jahit yang dimiliki SMP Negeri 1 Brangsong dan

hasil belajar tata busana siswa kelas VIII. Alat yang digunakan adalah cek list, cek

list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang akan

diteliti.

3.3.2 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

data tentang daftar nama siswa dan jumlah siswa tersebut merupakan data yang

digunakan untuk meneliti sampel metode dokumentasi juga digunakan untuk

memperoleh data tentang hasil belajar tata busana semester 1.

3.3.3 Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

Gambar

Gambar 4.4 Grafik P-Plot Normalitas Data Penelitian .............................
Tabel. 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program
Tabel 2.2 Ruang praktik Tata Busana dilengkapi sarana Standar Sarana pada
Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Minat Belajar Dan Pemanfaatan Sarana Belajar Di Sekolah

Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik persepsi peserta didik tentang metode mengajar guru, iklim sekolah, pengelolaan emosi dan cara belajar maka akan semakin baik pula

(4) Faktor pendorong implementasi e-learning : motivasi dalam penggunaan dan pengaplikasian internet sangat besar, baik dari kepala sekolah, guru, maupun siswa, sarana

Sedangkan faktor eksternal meliputi: (1) faktor lingkungan sekolah, guru, sarana dan prasarana, serta kurikulum dan (2) faktor lingkungan keluarga yaitu kedua orang tua.

Peneliti juga mengajukan saran praktis untuk kepala sekolah agar menambah fasilitas bagi guru dan siswa, misalnya internet agar guru dan siswa dapat mencari informasi

Saran dari praktikan untuk pengembangan bagi pihak sekolah SMK Muhammadiyah 1 Muntilan adalah perlunya pengadaan sarana dan prasarana yang lebih baik lagi sebagai penunjang

1) Sarana dan Prasarana sekolah memadai untuk kegiatan belajar mengajar. 2) Hubungan yang baik dengan guru pembimbing, dosen pembimbing dan seluruh komponen sangat

Sedangkan bagi guru, motivasi diperlukan untuk: (1) membangkitkan, mengangkat dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) mengetahui dan