i
LABORATORIUM KETRAMPILAN TATA
BUSANA TERHADAP HASIL BELAJAR
TATA BUSANA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 BRANGSONG
KENDAL 2012
SKRIPSI
diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
oleh
ARI FRIYANI NURUL FAJRI NIM 5401408058
JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI
FAKULTAS TEKNIK
ii ABSTRAK
Ari Friyani Nurul Fajri, 2012 “Pengaruh Minat Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana Terhadap Hasil Belajar Tata Busana
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “ , Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Keluarga , Fakultas Teknik , Universitas Negeri Samarang, Dosen Pembimbing I Dr.Asih Kuswardinah ,M.Pd dan Dosen Pembimbing II Rina Rachmawati M.SE
Kata Kunci : Minat Belajar , Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana , Hasil Belajar
Abstrak: Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan, keuletan, kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin timbul. Sasaran faktor eksternal salah satunya adalah tersedianya fasilitas laboraturium kertampilan tata busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta adanya kurikulum dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana yang baik dan lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Sampel sebanyak 140 siswa.Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah Observasi , Dokumentasi dan Angket. Analisis yang di gunakan adalah deskriptif data dan analisa regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan minat belajar siswa sebesar 84% berada pada kategori sangat tinggi dan fasilitas laboraturium yang dimiliki di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal sebesar 81% berada pada kategori baik. Uji F (simultan) hasilnya sebesar 32.291.
iii
.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, Januari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Asih Kuswardinah , M.Pd Rina Rachmawati ,S.E, M.M
NIP 19570719 198303 2 001 NIP 19800307 200604 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknologi
Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Dra. Wahyuningsih , M.Pd Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd NIP 19600808 198601 2 001 NIP 19680528 199303 2 001
Penguji,
Dra. Urip Wahyuningsih. M.Pd NIP 19670410 199103 2 001
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Dr. Asih Kuswardinah , M.Pd. Rina Rachmawati ,S.E, M.M. NIP 19800307 200604 2 001 NIP 19570719 198303 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNNES
v
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam sekrispi ini benar – benar hasil
karya saya sendiri , bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam sekripsi ini di
kutip atu di rujuk berdsarkan kode etik ilmiah.
Semarang , Januari 2013
Ari Friyani Nurul Fajri
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jadikan sabar dan salat menjadi penolongmu dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecil bagi orang-orang yang khusyu’ (QS. Al Baqoroh : 45).
PERSEMBAHAN
Untuk ayahanda Supriyono, ibunda D.
Sumaryani, Taufik Irfanto, Reza Adistya,
teman-teman mahasiswa Tata Busana
angkatan 2008, dan Almamaterku FT
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah , segala puji hanya milik Allah SWT semesta alam yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga sekripsi yang berjudul
“Pengaruh Minat Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Mesin Jahit Terhadap Hasil
Belajar Tata Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “ ,
dapat terselesaikan dengan lancar.
Sekripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Kosentrasi Tata
Busana Fakultas Teknik UNNES. Skripsi yang mengambil judul “Pengaruh Minat
Belajar Dan Fasilitas Laboratorium Mesin Jahit Terhadap Hasil Belajar Tata
Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “sekripsi ini
tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan inspirasi dari semua
pihak yang terkait. Segala hormat dan kerendahan hati saya sampaikan terima
kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
2. Ketua Jurusan Jasa Dan Produksi Universitas Negeri Semarang
3. Dr. Asih Kuswardinah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan masukan yang sangat berharga serta pembelajaran dengan
penuh kesabaran.
4. Rina Rachmawati, S.E, M.M Dosen Pembimbig II yang telah memberikan
bimbingan dan masukan yang sangat berharga serta pembelajaran dengan
viii
5. Dra.Sri Hartini, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Brangsong, yang telah
memberikn ijin penulis untuk melaksanakan penelitian.
6. Ibu Wiji Astuti, Guru Tata Busana SMP Negeri 1 Brangsong dan Staf TU yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu telah membantu proses penelitian,
semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.
7. Siswa tata busana kelas VIII yang telah membantu dalam proses penelitian
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan sekripsi ini.
Penyusunan sekripsi ini masih jauh dari sempurna , maka kritik , saran dan
masukan yang bersifat membangun demi sempurnanya sekripsi ini sangat di
harapkan dan bermanfaat .
Semarang , Januari 2013
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pendidikan ... 11
2.2 Minat Belajar ... 12
2.2.1 Pengertian Minat Belajar ... 12
2.2.2 Faktor – faktor Mempengaruhi Minat Belajar ... 13
2.2.3 Macam – macam Minat Belajar ... 16
2.3 Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana ... 17
2.3.1 Pengertian Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana ... 17
x
2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan laboratorium mesin jahit ... 24
2.4 Hasil Belajar ... 29
2.5 Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana ... 32
2.5.1 Pengertian Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana 32 2.5.2 Landasan Hukum Kurikulum Muatan Lokal ... 33
2.5.3 Tujuan Pelajaran Muatan Lokal ... 34
2.5.4 Materi Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas VIII ... 35
2.5.5 Program Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas VIII ... 35
2.5.6 Penilaian ( evaluasi ) Dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana ... 36
2.6 Kerangka Berfikir ... 37
2.7 Hipotesis ... 39
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel ... 39
3.1.1 Lokasi Penelitian ... 39
3.3.3 Metode Angket atau Kuesioner ... 42
3.4 Uji Coba Instrumen ... 43
3.4.1 Validitas ... 43
xi
3.5 Metode Analisis Data ... 45
3.5.1 Uji Prasyarat Data ... 46
3.5.1.1Uji Normalitas Data ... 47
3.5.2 Uji Hipotesis ... 49
3.5.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51
4.2 Pembahasan ... 70
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana
Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana ... 19
Tabel 2.2 Ruang praktik Tata Busana dilengkapi sarana Standar Sarana pada Ruang Praktik Pola ... 20
Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual ... 21
Tabel 2.4 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Masinal ... 22
Tabel 2.5 Standar Sarana pada Ruang Praktik Peragaan Busana ... 23
Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tata Busana ... 32
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Populasi ... 40
Tabel 3.2 Interval kelas persentase dan kategorinya ... 46
Tabel 4.1 Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 52
Tabel 4.2 Deskriptif Fasilitas Laboratorium ... 53
Tabel 4.3 Deskriptif Hasil Belajar ... 57
Tabel 4.4 Reliabilitas Instrumen ... 59
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data ... 61
Tabel 4.6 Analisis Regresi ... 64
Tabel 4.7 Uji simultan ... 67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Laboratorium Busana ... 28
Gambar 4.1 Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 52
Gambar 4.2 Deskripsi fasilitas laboraturium ... 54
Gambar 4.3 Deskripsi Prestasi belajar siswa ... 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Usulan Penetapan Pembimbing ... 79
Lampiran 2 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 80
Lampiran 3 Surat Observasi ... 81
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ... 82
Lampiran 5 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 83
Lampiran 6 Kisi – Kisi Variabel Penelitian I ... 84
Lampiran 7 Kisi – Kisi Variabel Penelitian II ... 86
Lampiran 8 Kisi – Kisi Instrumen Angket ... 88
Lampiran 9 Angket penelitian... 109
Lampiran 10 Perhitungan Validitas ... 118
Lampiran 11 Perhitungan Reabilitas ... 119
Lampiran 12 Perhitungan Uji Validitas dan Reabilitas Data Penelitian . 120 Lampiran 13 Tabulasi Data Peneltian ... 121
Lampiran 14 Hasil SPSS ... 132
Lampiran 15 Daftar Nama dan Nilai sampel ... 134
Lampiran 16 Daftar Nilai Hasil Penelitian ... 138
Lampiran 17 Daftar Cek List Fasilitas Laboratorium ... 142
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga permasalahan pendidikan tidak hanya
terletak pada siswa dan guru tetapi masyarakat dan pemerintah juga turut andil
dalam masalah pendidikan. Pemerintah berusaha memperbaiki mutu pendidikan
melalui sistem pendidikan. Ketrampilan merupakan salah satu mutu pendidikan
yang harus di kembangkan maka di sekolah perlu adanya mata pelajaran
ketrampilan. Bentuk mata pelajaran ketrampilan tersebut adalah muatan lokal tata
busana. Muatan lokal tata busana diajarkan mulai dari kelas VII sampai kelas XI.
Mata pelajaran Tata Busana untuk kelas VIII meliputi berbagai macam materi
yaitu : 1) Pemilihan Disain Busana, 2) Macam-macam pola, 3) Mengambil ukuran
badan, 4)Pola konstruksi seragam sekolah, 5) Membuat seragam SMP. (sumber:
buku paket muatan lokal tata busana). Salah satu keterampilan pada pelajaran
muatan lokal tata busana adalah keterampilan menjahit yang di mulai dari kelas
VIII.
Pelajaran teori dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian melakukan
praktek. Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat memahami serta
terampil menjahit dengan baik dan benar, agar siswa mampu memilih karier,
mengembangkan sikap profesionalisme dalam progam keahlian tata busana,
membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Salah satu
tujuan pelaksanaan pelajaran muatan lokal tata busana adalah siswa di harapkan
dapat memilki pengetahuan dan keterampilan tata busana dalam mencukupi
kebutuhan hidup di lingkungan rumah tangga ataupun masyarakat. Dengan
adanya konveksi disekitar lingkungan daerah Brangsong sebagian para siswa yang
tidak bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan masalah kendala
biaya orang tua dapat bekerja di konveksi tersebut.
Para siswa setelah lulus dari SMP dapat melanjutkan ke SMK atau
langsung bekerja dikonveksi dengan menerapkan keterampilan yang didapat pada
waktu di SMP. Ketrampilan menjahit di perlukan ruangan laboratorium yang
nyaman saat melaksanakan praktek menjahit. Menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan arus globalisasi yang
semakin hebat, sehingga banyak persaingan dalam berbagai hal yang menuntut
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.
Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan,
keuletan, kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin
timbul. Banyak kasus penyebab kegagalan hasil belajar siswa terhadap mata
maka siswa akan memiliki perhatian untuk melakukan segala sesuatunya menjadi
lebih konsentrasi dan lebih mengingat atau tidak mudah bosan serta senang untuk
mempelajari pelajaran muatan lokal tata busana. Salah satu faktor utama untuk
mencapai sukses dalam berbagai bidang, baik pendidikan, kerja dan aktivitas di
karenakan adanya minat. Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perasaan senang siswa terhadap mata pelajaran tata busana.
Faktor eksternal salah satunya adalah tersedianya fasilitas laboratorium
ketrampilan tata busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta
adanya kurikulum dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas
yang menunjang dalam proses belajar mengajar maka proses belajar mengajar
tidak dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Secara umum alat menjahit
dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu alat jahit pokok atau utama dan alat
jahit penunjang. Alat jahit pokok antara lain mesin jahit manual, mesin jahit
otomatis, mesin jahit industri, mesin penyelesaian. Alat jahit penunjang yaitu alat
tulis, buku pola, skala, pita ukur, peterban, penggaris, pengukur panjang rok,
pengukur kelim, gunting, jarum, alat pemasuk benang, bidal, pendedel jahitan,
kapur jahit/pensil jahit, rader, karbon, setrika, bantal setrika, setrika bentuk
panjang, papan setrika. Fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana terdiri dari
ruang desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas, ruang penyimpanan,
Ruang praktek busana.
SMP Negeri 1 Brangsong Kendal melaksanakan proses pembelajaran di
dalam ruang keterampilan tata busana yang berukuran 13 x 13,8 M. Terdapat
program keterampilan tata busana dalam ruangan tersebut. Jumlah peralatan
mesin jahit yang terdapat di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal yaitu mesin jahit
ada 42 buah, mesin obras ada 2 buah, mesin bordir ada 42 buah, setrika ada 2
buah, meja potong ada 3, almari ada 2. Berdasarkan pengamatan awal penelitian
jumlah siswa perkelas rata-rata ada 42 siswa dengan jumlah mesin jahit ada 42
buah. Maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas laboratorium ketrampilan tata
busana sesuai dengan jumlah siswa karena tiap anak mendapatkan 1 mesin jahit
dengan seperti itu waktu yang di gunakan dapat efisien.
Hasil survey awal yang di lakukan terhadap data prestasi belajar siswa
untuk mata pelajaran tata busana pada kelas V111 SMP N 1 Brangsong tahun
ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswanya keseluruhan dari 7 kelas terhadap nilai
teori dan praktek yaitu 294 siswa, di ketahui bahwa yang memenuhi kriteria
ketuntasan dengan nilai 75 ≥ adalah 140 siswa atau 47,6% dan yang belum
mencapai kriteria nilai tersebut sebanyak 154 siswa atau 52,3% . Sedangkan dari
siswa tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa keseluruhan dari 7 kelas
yaitu 300 siswa , di ketahui bahwa yang memenuhi kriteria ketuntasan dengan
nilai 75 ≥ adalah 148 siswa atau 49,3% dan yang belum mencapai kriteria
ketuntasan sebanyak 152 siawa atau 50.6%. Hal ini menunjukan jumlah siswa
yang nilainya sudah memenuhi KKM masih kurang di banding siswa yang
nilainya tidak memenuhi KKM. Ini menujukkna bahwa hasil belajar tata busana
siswa kelas VIII SMP N 1 Brangsong masih belum optimal.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui minat belajar
akan memilih judul di dalam penelitiannya yaitu: “Pengaruh Minat Belajar Dan
Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana Terhadap Hasil Belajar Tata
Busana Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 “.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.2.1 Apakah ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium ketrampilan
tata busana terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Brangsong Kendal 2012 ?
1.2.2 Seberapa besar pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium
ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Brangsong Kendal 2012 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1.3.1 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh minat belajar dan fasilitas
laboratorium ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bransong Kendal 2012
1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh minat belajar dan fasilitas
laboratorium ketrampilan tata busana terhadap hasil belajar tata busana
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tersebut sebagai berikut :
1.4.1 Bagi Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah dapat memberikan sumbangan
yang baik dalam rangka proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar menjahit peserta didik dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.
1.4.2 Bagi guru
Hasil penelitian ini Di harapkan sebagai sumber informasi tetang
hubungan minat belajar dengan fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana
terhadap hasil belajar tata busana di SMP Negeri 1 Brangsong Kendal.
1.4.3 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini di harapakan dapat menambah kasanah pengetahuan
tentang hubungan minat belajar dengan fasilitas laboratorium ketrampilan tata
busana terhadap hasil belajar tata busana sehingga dapat dijadikan bekal bagi
peneliti dalam menerapkan ilmu kependidikan yang telah diperoleh dikemudian
hari.
1.4.4 Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang untuk menambah kasanah
ilmiah sebagai ilmu pengetahuan yaitu sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan
diharapkan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan terutama
1.5 Penegasan Istilah
Agar tidak salah tafsir mengenai judul diatas, maka perlu adanya
pembatasan masalah sehingga ruang lingkupnya jelas. Adapun pembatasan
masalah sebagai berikut : 1.5.1 Pengaruh
Pengaruh menurut KBBI (2001: 849) adalah daya yang timbul dari sesuatu
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat belajar dan fasilitas
laboraturium mesin jahit yang mempengaruhi terhadap hasil belajar.
1.5.2 Minat Belajar
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2002:180). Menurut kamus
besar bahasa Indonesia (2003:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap suatu keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dalam lingkungan
(Slameto, 2002:2).
Minat beljar dalam penelitian ini adalah suatu rasa ketertarikan siswa
1.5.3 Fasilitas Laboratorium
Menurut Sumarjo (2005:2) laboratorium pendidikan adalah sarana dan
tempat untuk mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan
pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasibidang ilmu sesuai dengan
bidang pekerjaan yang ada pada mata pelajaran muatan lokal tata busana.
Sedangkan dalam penelitian ini yang di maksud fasilitas laboraturium adalah
sarana atau tempat untuk mendukung hasil belajar tata busana.
1.5.4 Hasil belajar
Hasil adalah sesuatu yang di adakan (di buat, dijadikan dan sebagainya)
oleh usaha, pengertian belajar menurut Slavin dalam Katarina T.A adalah
perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktifitas belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah dari
hasil tes yang diberikan melalui tes teori ulangan harian sedangkan hasil belajar
praktek yang diperoleh dari dokumen guru pengajar muatan lokal tata busana,
hasil tersebut selanjutnya dirata-rata.
1.5.5 Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang
mengikuti mata pelajaran tata busana di SMP N 1 Brangsong, sebagai mata
1.6 Sistematika Skripsi
Sistematika penyusunan skripsi merupakan rangkuman isi tiap-tiap bab
dalam penelitian yang di buat untuk memberi gambaran mengenai hal-hal yang
diuraikan dalam proyek akhir.
Adapun sistematika penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Uraian dalam bab ini meliputi : latar belakang pemilihan dan
penentuan judul, identifikasi perumusan masalah, tujuan, , manfaat
penelitian, penegasan istilah dan sistematika penyusunan skripsi.
BAB 2 : Landasan Teori
Menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian
BAB 3 : Metodelogi Penelitian
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, meliputi
metode penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,
BAB 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini penulis menguraikan tentang hasil penelitian
BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan kesimpulan dan saran-saran mengenai apa yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang
10
2.1
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkunganya dan dengan
demikian akan menimbulkan perubahan bagi dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara ide kuat dalam kehidupan masyarakat. (Hamalik, 2001:
79).
UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian,
kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang perlu didirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Definisi UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 maka dapat kita
simpulkan bahwa tugas utama pendidikan adalah menolong peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada serta sikap dan bentuk tingkah
laku ke arah yang lebih baik sebagai sumber daya manusia sehingga ia dapat
didayagunakan sebagai modal pembangunan dan berguna bagi perserta didik
2.2
Minat Belajar
2.2.1Pengertian Minat Belajar
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2002:180). Menurut kamus
besar bahasa Indonesia (2003:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap suatu keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dalam lingkungan
(Slameto, 2002:2).
Pendapat di atas, dapat di simpulkan minat belajar adalah suatu perasaan
tertarik terhadap suatu objek tertentu. Seseorang dapat dikatakan berminat
terhadap suatu objek apabila ia menyatakan perasaannya tertarik pada objek
tersebut. Adapun minat belajar dalam penelitian ini adalah suatu rasa ketertarikan
siswa dalam belajar tata busana (Slameto 2002:180).
Seseorang memiliki minat belajar tinggi untuk mempelajari mata
pelajaran, maka ia akan mempelajari pada waktu jangka tertentu. Misalnya
seseorang yang tidak memiliki minat belajar maka seseorang tersebut tidak akan
mencapai proses hasil belajar yang baik. Karena dia belajar tidak atas keinginan
sendiri tetapi karena paksaan orang lain. Tetapi sebaliknya jika seseorang
mempunyai minat untuk belajar meski ada yang mempengaruhinya, tetapi minat
itu akan melekat pada dirinya dan belajarnya akan berhasil.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang efektif untuk
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat
belajar pada pelajaran tata busana yaitu menjahit. Sebelum mengajarkan menjahit
pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai
cara menjahit yang baru saja berlangsung. Kemudian sedikit demi sedikit
diarahkan ke materi yang sesungguhnya.
Disamping pemanfaatan minat belajar yang telah ada tener (1995)
menyarankan agar para pengajar juga membentuk minat-minat baru pada diri
siswa. Misalnya saja dengan memberikan informasi pada siswa mengenai
hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan
pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan
datang.
2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi minat belajar
Pelajaran muatan lokal tata busana sebagai kumpulan kajian dan pelajaran
tentang dasar-dasar menjahit dengan memperhatikan estetika dan etika berbusana,
mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus didasari
minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti mata pelajaran tata busana
sehingga di harapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan siswa.
Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya
diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut
dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang di
pelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang kurang
Singgih Dirgogunaso dalam Endang Tri Astuti, 1990 : 108 dalam
pengantar psikologi mengatakan perhatian di pengaruhi oleh kuat lemahnya
rangsang, gerakan, pengulangan, kesediaan dan harapan. Pendapat tersebut
mengatakan bahwa minat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor psikis
dan faktor kondisi fisik. Faktor fisik yang di maksud adalah kondisi fisik dari
individu. Misalnya cacat tubuh, mudah lelah dan sebagainya. Siswa yang berminat
dalam pelajaran muatan lokal tata busana tetapi kondisi fisikmya lemah dengan
demikian akan menghambat minat untuk belajar muatan lokal tata busana. Faktor
psikis antara lain meliputi motif, perasaan, perhatian dan kondisi lingkungan.
Faktor -faktor yang mempengaruhi minat yaitu:
a. Motif
Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya
diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut
dipengaruhi oleh rendahnya motif. Menurut natawidjaja (1979:87) motif adalah
dorongan yang membuat seseorang berminat melakukan sesuatu. Motif
merupakan suatu tenaga (dorongan,alasan,kemauan) dari dalam diri yang
mnyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada
tujuan tertentu yang hendak dicapai.
b. Perasaan
Menurut Winkel (1984:31) perasaan adalah aktifitas psikis yang
didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek. Perasaan senang akan
menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Hubungan
Perasaan Sikap Minat
Perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa
yang datang pada subyek yang bersangkutan. Jika seorang senang terhadap
sesuatu akan berdampak terhadap minatnya terhadap minatnya tersebut.
c. Perhatian
Menurut Kartini (1996:111) perhatian merupakan reaksi umum dari
organisme dan kesadarannya yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya
kosentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Perhatian akan
menimbulkan minat seseorang jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi minat adalah lingkungan
keluarga, Lingkungan sekolah, dan masyarakat. Lingkungan tersebut merupakan
lingkungan , tingkah laku, karakter dan minat terhadap sesuatu. Didalam keluarga
setiap individu belajar menggali bakat dan potensi yang ada dalam diri individu
sehingga dapat berkembang dengan optimal. Lingkungan sekolah disamping
sebagai tempat untuk tempat blajar juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
khususnya minat terhadap sesuatu. Disekolah diajarkan bagaimana menumbuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dapat memunculkan minat terhadap
sesuatu. Lingkungan masyarakat adalah lingungan disekitar tempat tinggal,
tempat dimana seseorang berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
e. Kondisi fisik
Kondisi seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat. minat belajar
pada saat mempelajari pelajaran muatan lokal tata busana. Orang yang memiliki
fisik yang sehat tentu saja akan berbeda minatnya dibandingkan dengan orang
yang lemah dan mempunyai cacat tubuh. Kondisi fisik adalah kemampuan fisik
seseoarng untuk mengerjakan kegiatan tertentu. seseorang yang tinggal
didalamnya. disekitar individu yang sangat mempengaruhi minatnya. Lingkungan
keluarga merupakan peletak dasar pola pemikiran Suatu pekerjaaan yang relatif
berat membutuhkan kondisi yang baik. Faktor fisik merupakan pendukung utama
setiap aktivitas yang dilakukan.
2.2.3 Macam–macam minat belajar menurut Dewa Ketut Sukardi (1989:105) ada 3 yaitu:
2.2.3.1 Minat yang di ekspresikan (eksprsed interest)
Seseorang dapat mengungkap minat atau pilihannya dengan kata-kata
tertentu.
2.2.3.2 Minat yang diwujudkan (manifest interest)
Seseorang dapat mengespresikan minat bukan melalui kata, tetapi melalui
tindakan atau perbuatan, ikut berperan aktif dalam aktifitas tertentu
2.2.3.3 Minat yang di investarikan (inventeroid interest)
Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap
sejumlah pertanyaan tertentu atau antar pilihannya 7 kelompok aktifitas tertentu.
Mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus
didasari minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran tata
busana, sehingga diharapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan
siswa. Saat ini pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survai hanya
diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat. Hal tersebut di
pengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang diajarkan,
kurangnya harapan mempelajari materi, kurangnya perhatian materi yang
dipelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang mendukung.
Adanya faktor penghambat diatas diharapkan baik pihak sekolah dan
orang tua dapat membantu menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti mata
pelajaran muatan lokal tata busana. Dengan motivasi pada siswa akan manfaat
ilmu yang diperoleh dapat menumbuhkan minat siswa mengikuti mata pelajaran
muatan lokal tata busana. Adanya motivasi tersebut membuat perasaan senang
pada materi yang diajarkan. Sehingga harapan untuk mempelajari
keterampilannya membuat siswa mempunyai perhatian terhadap mata pelajaran
muatan tata busana. Hal lain yang berpengaruh pada minat siswa adanya
dukungan dari orang tua juga lingkungan tempat tinggal yang dapat memperkuat
minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana.
2.3
Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana
2.3.1 Pengertian Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana
Menurut (Sumarjo, 2005:2) laboratorium pendidikan adalah sarana dan
pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan
bidang pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Sedangkan dalam
penelitian ini yang dimaksud laboratorium ketrampilan tata busana adalah sarana
atau tempat untuk mendukung pembelajaran praktek menjahit (Sumarjo, 2005:2).
Menurut Sumarjo (2005:3) fungsi laboratorium seperti tercantum dalam
peraturan pemerintah nomor 5 tahun 1990 pasal 27 yaitu bahwa laboratorium
merupakan sarana penunjang jurusan dalam pembelajaran ipteks tertentu sesuai
program studi yang bersangkutan. Pembelajaran ipteks tidak hanya terbatas pada
ilmu pengetahuan alam atau teknologi. Fasilitas laboratorium ketrampilan tata
busana terdiri dari ruang desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas,
ruang penyimpanan, Ruang praktek busana.
Menurut (Euis Ratna Dewi 2000 :11), ruang praktek laboratorium
ketrampilan tata busana terdiri dari :
1) Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain sebuah
busana. Alat bahan dan perlengkapan desain seperti pensil, pensil warna,
kertas gambar dan meja gambar tersedia secara khusus diruangan tersebut.
2) Ruang pola adalah tempat meja pembuatan pola sekaligus meja potong kain
sebagai bahan pembuatan busana dan alat-alat yang mendukung proses
tersebut
3) Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses menjahit sampai
dengan proses penyelesaian. Dalam ruangan ini terdapat mesin jahit meja,
4) Ruang mengepas adalah sebuah ruangan untuk mencoba atau mengepas
busana yg dijahit dan di lengkapi dengan cermin rak baju dan tempat
gantungan baju.
5) Ruang penyimpaanan adalah sebuah ruangan untuk menyimpan alat dan
bahan untuk pembuatan busana yaitu berupa rak atau lenmari pakaian.
6) Ruang praktek busana adalah ruang dimana siswa melakukan kegiatan
untuk membuat busana dengan mempergunakan alat dan perlengkapannya.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut ada beberapa yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan laboratorium.
Tabel. 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program
Keahlian Tata Busana
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Ruang praktik pola 4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8
peserta didik.
Luas minimum adalah
32 m².
Lebar minimum adalah
4 m.
2 Ruang praktik menjahit
manual
4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8
peserta didik.
Luas minimum adalah
32 m².
Lebar minimum adalah
4 m.
3 Ruang praktik menjahit
masinal
4 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8
peserta didik.
32 m².
Lebar minimum adalah
4 m.
4 Ruang praktik peragaan
busana
15 m²/peserta didik Kapasitas untuk 8
peserta didik.
Luas minimum adalah
120 m².
Lebar minimum adalah
6 m.
5 Ruang penyimpanan
dan instruktur
4 m²/instruktur Luas minimum adalah
48 m².
membuat desain, pola dan
memotong. 1.2 Kursi kerja/stool
1.3 Lemari simpan alat dan
bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk
pekerjaan membuat
pola.
1 set/ruang Untuk minimum 8 peserta
didik pada pekerjaan
membuat desain, pola dan
memotong.
3 Media pendidikan
8 peserta didik pada
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang bersifat
teoritis.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual
No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool
1.3 Lemari simpan alat dan
bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
menjahit manual.
1 set/ruang Untuk minimum 8
peserta didik pada
pekerjaan menjahit
secara manual.
3 Media pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung
minimum 8 peserta didik
pada pelaksanaan
kegiatan belajar
teoritis.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 4
Tabel 2.4 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Masinal
No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool
1.3 Lemari simpan alat dan
bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
menjahit masinal.
1 set/ruang Untuk minimum 8
peserta didik pada
pekerjaan menjahit
secara masinal.
3 Media pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung
minimum 8 peserta didik
pada pelaksanaan
kegiatan belajar
mengajar yang bersifat
4 Perlengkapan lain
Tabel 2.5 Standar Sarana pada Ruang Praktik Peragaan Busana
No Jenis 1.2 Kursi kerja/stool
1.3 Lemari simpan alat dan
bahan
2 Peralatan
2.1 Peralatan untuk pekerjaan
peragaan busana.
1 set/ruang Untuk minimum 8
peserta didik pada
pekerjaan memperagakan
berbagai produk busana.
3 Media pendidikan
3.1 Papan tulis 1 buah/ruang Untuk mendukung
minimum 8 peserta didik
pada pelaksanaan
kegiatan belajar
mengajar yang bersifat
teoritis.
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 8
buah/ruang.
Untuk mendukung
yang memerlukan daya
listrik.
4.2 Tempat sampah Minimum 1
buah/ruang.
Sumber : Standarisasi Prasarana Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana
2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium ketrampilan tata busana :
2.3.3.1 Letak bangunan laboratorium
Laboratorium mesin jahit sebaiknya terpisah dari ruanagan untuk
pembelajaran teori, sehingga pada waktu pembelajaran teori siswa tidak terganggu
suara bising dari mesin jahit di laboraturium. Laboratorium sebaiknya berdekatan
dengan gudang dan kamar kecil sehingga akan menghemat waktu dan tenaga
siswa, hal ini karena bekerja dilaboratorium memerlukan waktu yang cukup lama
dan menguras tenaga.
2.3.3.2 Luas laboratorium
Luas laboraturium mesin jahit sebaiknya di sesuaikan dengan jumlah
siswa dan jenis kegiatan. Luas ruanagan yang dapat di gunakan sebagai pedoman
untuk laboratorium mesin jahit adalah 3,21 m2 untuk tiap siswa, jadi untuk
menentukan kebutuhan seluruh ruangan yang di butuhkan dengan cara
mengalihkan jumlah siswa yang akan di tampung yaitu contoh 20 x 3,21 m2=
64,20 m2 atau dengan ukuran 9x7 meter (Jemina Siregar 1984;19) di usahakan
juga ruangan laboraturium mesin jahit berbentuk empat segi panjang dengan
2.3.3.3 Keberhasilan dan kesehatan laboratorium
Usahakan agar laboratorium selalu dalam keadaan bersih dan rapi
keberhasilan dapat di peroleh dengan melakukan perawatan baik sebelum dan
sesudah praktek contoh menyapu dan mengepel sebelum sebelum dan sesudah
praktek: untuk menjaga kesehatan sebaiknya pergantian udara dan penerangannya
langsung dari sinar matahari juga di perhatikan, jika ruangan tidak ber AC
sebaiknya perlu di buat ventilasi yang cukup dan sesuai dengan luas ruangan.
Tempat sampah sebaiknya juga tersedia minimal 1 buah untuk satu ruangan tetapi
alangkah baiknya jika 1 unit kerja tersedia tempat sampah.
Sedangkan di SMP 1 brangsong tidak ber AC namun untuk pertukaran udara dan
cahaya sudah cukup baik karena dalam ruangan terdapat jendela yang cukup
untuk penggantian udara dan penerangan langsung dari sinar matahari juga
ditambah dengan lampu.
2.3.3.4 Keamanan laboratorium
Keamanan adalah hal terpenting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan
praktek di laboratorium. Hal - hal yang harus di perhatikan dalam keamanan
antara lain : dinding yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok tetapi merupakan
perpaduan antara tembok dan jendela agar cahaya terang dapat masuk ke dalam
ruangan jadi pada saat praktek nenjahit siswa tidak terluka terkena jarum, lantai
laboratorium sebaiknya terbuat dari ubin yang tidak licin serta rata, hal ini
bertujuan agar siswa merasa aman saat praktek menjahit. Siswa sebaiknya juga
memperhatikan alas kaki saat bekerja di laboraturium. Contohnya: tidak
instalansi listrik pada tempat yang tidak membahayakan. Peralatan laboratorium
sebaiknya di atur dengan dengan baik dan sesuai tahap-tahap praktek menjahit,
sehingga tidak mengganggu lalu lintas kerja dan memberi kesan teratur.
2.3.3.5 Keindahan dan Kelengkapan laboratorium
Laboratorium merupakan ruangan praktek untuk bekerja meskipun begitu
keindahan dan kelengkapan juga harus di perhatikan. Keindahan dapat di peroleh
dengan memperhatikan beberapa hal antara lain : warna dinding, tirai,
gambar-gambar yang terpasang, sebaiknya warna yang di pilih jangan terlalu kontras,
karena warna cukup mempengaruhi perasaan seorang dalam bekerja. Serta
kelengkapan dapat di peroleh dengan memperhatikan barang – barang yang ada di
dalam laboratorium.
2.3.3.6 Tata letak peralatan laboraturium ketrampilan tata busana
Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penataan barang di dalam
ruang laboratorium ketrampilan tata busana menurut (euis ratna dewi 2000:13)
adalah
1. Mesin jahit dan meja potong sebaiknya berdekatan sehingga waktu proses
menjahit mudah di jangkau tanpa banyak waktu terbuang.
2. Mesin obras dan mesin jahit sebaiknya di tempatkan berdekatan sehingga
waktu pemakaiannya mudah di jangkau.
3. Papan setrika sebaiknya di letakkan dekat tempat aliran listrik sehingga jika
4. Lemari dan alat bahan sebaiknya penempatannya tidak mengganggu
aktifitas siswa dan mudah tanpa banyak mengeluarkan tenaga dan waktu.
5. Lalu lintas ruangan laboratorium mesin jahit
Peralatan di dalam laboratorium sebaiknya di atur dengan baik. Sehingga
tidak mengganggu siswa dalam praktek menjahit dan tidak mengganggu guru
dalam mengawasi siswanya. Agar lalu lintas praktek menjahit siswa maupun guru
tidak saling terganggu sebaiknya meja praktek satu dengan yang lainnya memiliki
jarak ±1 meter.
Beberapa hal yang harus di perlukan dalam lalu lintas ruang kerja menurut
(euis ratna dewi 2000:13) adalah
a. Jarak penempatan satu dengan yang lainnya minimal 40 cm atau 2 kali lipat
lebar badan seseorang
b. Sebaiknya penempatan alat tidak ada yang rapat kedinding jika minimal 20
cm.
c. Untuk jalur lalu lintas ruangan sebaiknya tidak terjadi dua arah sehingga
terhindar dari tabrakan.
d. Efesiensi laboratorium mesin jahit.
e. Efesiensi hal ini tercapai jika peralatan kerja teratur sesuai urutan.
2.4
Hasil Belajar
Menurut Morgan etal (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan relatif yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Belajar
merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan ia mencakup segala
sesuatu yang diperkirakan dan di kerjakan. Belajar memegang peranan penting di
dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan
bahkan persepsi manusia.
Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar belajar, seseorang
mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peranan penting dalam
psikologis.
Menurut Gagne ( 1984 ) konsep tentang belajar terdapat 3 unsur utama:
1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku untuk mengukur apakah
seseorang telah belajar. Maka di perlukan perbandingan antara perilaku
sebelum dan sesudah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan
perilaku, maka dapat di simpulkan bahwa seseorang telah belajar.
2. Perubahan perilaku itu terjadi karena di dahului oleh proses pengalaman.
perubahan perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik seperti tinggi
dan berat badan kekuatan fisik tidak di sebut sebagai hasil belajar.
3. Perubahan perilakau karena belajar bersifat relatif permanen, namanya
perubahan perilaku yang terjadi pada diri seorang adalah sukar untuk di
ukur. Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung selama satu hari, satu
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai
unsur yang saling kait mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku
(Gagne). Beberapa unsur yang di maksud adalah sebagai berikut:
1. Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar dapat berupa warga
belajar dan peserta pelatihan pembelajaran memiliki organ penginderaan
yang di gunakan untuk mentranformasikan hasil penginderaan kedalam
memori yang komplek dan syarat atau otot yang di gunakan untuk
menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah di pelajari.
2. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh pembelajar kemudian di organisir
dalam bentuk kegiatan syarat beberapa rangsangan itu di simpan di dalam
memorinya. Kemudian memori tersebut di terjemahkan ke dalam merespon
sesuatu di rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan
pembelajar di situasi stimulus dalam kehidupan seseorang terdapat banyak
stimulus yang berada di lingkungannya suara, sinar, warna, panas, dingin,
tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selalu berada di
lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu belajar optimal ia harus
memfokuskan pada stimulus tertentu.
3. Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari aktifitas belajar sebelumnya.
4. Respon, tindakan yang di hasilkan dari aktualisasi memori di sebut respon.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada dalam
dalam pembelajaran di amati pada akhir proses pembelajaran yang di sebut
perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performent)
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajaran
setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena itu
apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep maka perubahan
perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena
itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan terhadap konsep. Dalam
pembelajaran perubahan perilaku yang akan di capai oleh pembelajar setelah
melaksanakan aktifitas belajar di rumuskan dalam tujuan pembelajaran Katarina
Tri Ani (2004:5).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Katarina Tri Ani
(2004:11) adalah kondisi internal dan eksternal pembelajar. Kondisi internal
mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh. Kondisi psikis seperti
kemampuan intelektual, emosional. minat, kondisi sosial seperti kemampuan
bersosialisasi dalam lingkungan, kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang
di miliki pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan proses hasil belajar.
Faktor-faktor internal ini dapat berbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan,
pengalaman belajar dan perkembangan.
Beberapa faktor eksternal: variasi dan derajat, kesulitan materi (stimulus)
yang di pelajari (di respon) tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya
belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan proses dan hasil belajar. Hasil
sedangkan hasil belajar praktek yang diperoleh dari dokumen guru pengajar
muatan lokal tata busana, hasil tersebut selanjutnya dirata-rata.
Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran Tata Busana
di SMP ( sumber : buku paket muatan lokal tata busana kelas VIII)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Mengkomunikasikan tentang disain
busana anak dan mempraktekan
pembuatan seragam sekolah.
2. Mengkomunikasikan penggunaan
pola untuk membuat pakain
1.1 Mendiskripsikan tentang
pemahaman disain busana
yang sesuai untuk berbagai
kesempatan
2.1 Mendiskripsikan penggunaan
pola untuk membuat pakain
2.1.1 Mendiskripsikan
tentang penerapan dan
cara mengambil ukuran
badan anak putra dan
putri.
2.4
Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana
Mata pelajaran Muatan Lokal Tata Busana merupakan mata pelajaran
muatan lokal menurut kurikulum muatan lokal pendidikan dasar untuk kelas V111
SMP N 1 Brangsong. Mata pelajaran muatan lokal tata busana meliputi bahan
kajian tentang pelaksanaan yang menyangkut kebutuhan hidup di lingkungan dan
masyarakat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
di pelajari melalui kegiatan melibatkan pengetahuan dan praktek. Pelajaran
muatan lokal tata busana perlu di kaitkan dengan kehidupan nyata seperti dalam
bidang kesehatan, industri, sosial, budaya , ilmu pengetahuan dan lingkungan
dalam rangka meningkatkan wawasan dan kebanggaan daerah serta kebangaan
nasional ( Kurikulum Muatan Lokal SMP ).
Muatan Lokal Tata Busana adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran
tentang dasar - dasar menjahit dengan memperhatikan estetika dan etika busana.
Muatan lokal tata busana merupakan salah satu pelajaran yang di ajarkan di SMP
N 1 Brangsong khususnya kelas V111 materi yang di sampaikan berupa materi
teori dan materi praktek. Dalam materi praktek peserta didik di ajarkan cara
membuat seragam sekolah khususnya pembuatan kemeja.
2.4.2 Landasan Hukum Kurikulum Muatan Lokal
Landasan hukum di berlakukannya kurikulum muatan lokal adalah sebagai
berikut :
a. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab 1V pasal 10 yang menyatakan bahwa: Pemerintah dan
Pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing dan mengawasi
yang berlaku. Selanjutnya pasal 11 ayat (1) juga menyatakan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga tanpa diskriminasi.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan di jelaskan :
1. Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madarasah
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di
bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan
SMK serta departemen yng menangani urusan pemerintah di bidang
agama untuk MI, MTS, MA dan MAK pasal 17 ayat (2).
2. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang - kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan
penilian hasil belajar (pasal 20).
2.5.3 Tujuan Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana
Adapun tujuan pemberian muatan lokal tata busana berdasarkan
Kurikulum Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111 adalah:
1. Menumbuhkan apresiasi kerja pesrta didik sebagai dasar pembinaan etos
2. Membekali peserta didik dengan ketrampilan dasar untuk bekerja sesuai
dengan tahap perkembangan anak usia tingkat SMP.
3. Peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar estetika etika
berbusana , pembuatan busana pemeliharaan busana dan lenan rumah tangga
serta peralatan menjahit sebagai bekal untuk mengembangkan diri di bidang
busana sehinggan bila terjun dalam masyarakat peserta didik dapat
membawakan diri dengan baik.
4. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
2.5.4 Materi Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111
Materi muatan lokal tata busana yang terdiri dari :
1. Mengenal berbagai produk kerajinan jahit dan sulam
2. Mengapresiasikan produk kerajinan jahit dan sulam
Materi Muatan Lokal tata busana yang berisi teori dan praktek :
1. Merencanakan prosedur kerja pembuatan produk kerajinan jahit dan sulam
2. Mendisaian kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias tradisional dan
mancanegara serta modifikasinya
3. Membuat produk kerajinan jahit dan sulam dengan ragam hias tradisional
dan mancanegara serta modifikasinya
4. Membuat kemasan produk jahit dan sulam sehingga siap di pamerkan dan
2.5.5 Program Muatan Lokal Tata Busana di SMP N 1 Brangsong kelas V111
Program semester 1 materi muatan lokal yang terdiri dari teori :
1. Pengertian teknik jahit
2. Jenis peralatan dan produk jahit
3. Fungsi peralatan jahit
4. Prosedur teknik jahit
Program semester I dan II materi muatan lokal yang berisi teori dan
praktek :
1. Perencanaan disain jahit
2. Disain kerajinan teknik jahit
3. Bahan dan alat
4. Kemasan
2.5.6 Penilaian (evaluasi) Dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana
Penilaian dan Evaluasi di perlukan untuk mengukur seberapa besar hasil
belajar peserta didik setelah mendapatkan materi pelajaran dari guru. Faktor –
faktor penilaian yang di gunakan untuk mendapatkan nilai dalam mata pelajaran
ketrampilan tata busana yaitu teknik tes. Teknik tes dalam penilaian mata
pelajaran muatan lokal tata busana adalah sebagai berikut :
a. Tes praktek : di gunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam
dalam praktek meliputi : perencanaan disain jahit dan dan kerajinan teknik
jahit , bahan , alat dan kemasan.
b. Ulangan harian : Untuk mengetahui sejauh mana bahan yang di ajarkan dapat
di terima peserta didik. Materinya meliputi pengertian teknik jahit , jenis
peralatan dan produk jahit. Fungsinya peralatan dan bahan jahit serta prosedur
teknik jahit
c. Tugas mandiri : di gunakan guru untuk memberikan tugas kepada masing –
masing peserta didik untuk di kerjakan di rumah dalam jangka waktu tertentu.
Tugas mandiri berupa ketrampilan membuat macam – macam tusuk – tuuk di
gumakan dalam busana .
d. Ujian akhir : di gunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan materi yang di
ajarkan oleh guru dalam satu semester dapat di terima oleh peserta didik.
2.5
Kerangka Berfikir
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan mata pelajaran yang di
pelajari tidak sesuai dengan minat membuat peserta didik malas untuk mengikuti
mata pelajaran tersebut karena peserta didik tidak mempunyai kepuasan dari
pelajaran itu. Peserta didik yang berminat untuk mengikuti mata pelajaran muatan
lokal tata busana tentunya akan senang mengikuti mata pelajaran tersebut
berlangsung. Kesungguhan mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana
tentunya di harapkan dapat memperoleh pengalaman dalam bidang tersebut.
Lingkungan masyarakat juga memberikan pengaruh kuat pada minat anak, bila
yang besar untuk mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana, maka akan
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya terhadap mata pelajaran muatan lokal
tata busana.
Minat adalah suatu perasaan tertarik terhadap suatu objek tertentu.
Seseorang dapat dikatakan berminat terhadap suatu objek apabila ia menyatakan
perasaannya tertarik pada objek tersebut. Perasaan tidak dapat di pisahkan dari
minat. Peserta didik yang tidak berminat mengikuti pelajaran muatan lokal tata
busana tentunya kurang senang mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata
busana. Peserta didik yang berminat mengikuti pelajaran muatan lokal tata busana
tentunya akan senang mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana.
Keberhasilan siswa dalam pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang bersumber dari diri siswa yang meliputi minat, bakat, ketekunan,
keuletan dan kesabaran dalam mengatasi masalah atau tantangan yang mungkin
timbul. Faktor eksternal adalah tersedianya fasilitas laboraturium ketrampilan tata
busana. Meskipun siswa memiliki bakat dan kepandaian serta adanya kurikulum
dan tenaga pengajar yang bagus namun tanpa adanya fasilitas yang menunjang
dalam proses belajar mengajar maka proses belajar mengajar tidak dapat berjalan
dengan cepat dan efisien.
Mata pelajaran muatan lokal tata busana sebagai materi yang tidak hanya
berisi materi teori tetapi juga praktek ketrampilan. Untuk materi ketrampilan
menjahit di perlukan ruangan laboratorium yang ruangannya tersebut nyaman
mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan,
pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang
pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Agar pada saat praktek menjadi
nyaman ada hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengelolaan ruang
laboratorium.
Hal-hal tersebut yaitu letak bangunan laboratorium, luas laboratorium,
keberhasilan dan kesehatan laboratorium, keamanan laboratorium, keindahan
laboratorium dan lay out peralatan laboratorium. Bekal yang di terima siswa dari
bangku sekolah dapat di harapkan dapat bermanfaat untuk bekerja di perusahaan
atau konveksi sehingga mendapatkan pendapatan secara materi untuk memenuhi
kebutuhan hidup . Harapan untuk memanfaatkan ketrampilan yang di terima di
bangku sekolah memberikan perhatian lebih pada saat mata pelajaran muatan
lokal berlangsung .
2.6
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitiana sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi
Arikunto ,1996: 67). Hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai
berikut :
Hipotesis kerja (Ha)
1. Ha : Ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium mesin jahit
terhadap hasil belajar tata busana siswa kelas VIII SMP N 1 Brangsong.
2. Ho : tidak ada pengaruh minat belajar dan fasilitas laboratorium mesin jahit
40
Metodelogi penelitian merupakan cara atau langkah – langkah yang harus
di tempuh dalam penelitian sehingga penelitian dapat mencapai sasaran. Dalam
melalukan suatu penelitian untuk memperoleh data perlu adanya langkah -
langkah sebagai berikut, yaitu menentukan: (a) populasi dan sampel (b) variabel
penlitian (c) metode pengumpulan data (d) uji coba instrument (e) teknik analisis
data.
3.1 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP N 1 Brangsong Jl. Soekarno Hatta No.
65 Kabupaten Kendal. Adapun yang menjadi alasan dipilihnya SMP sebagai
lokasi penelitian di sebabkan karena di sekolah tersebut memiliki program mata
pelajaran wajib muatan lokal tata busana yang di dalamnya terdapat mata
pelajaran menjahit yang akan dikaji dalam penelitian.
3.1.2 Populasi
Suharsimi Arikunto (2002:108) menjelaskan bahwa, “Populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian” sesuai dengan pendapat tersebut populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Brangsong yang
3.1.3 Sampel
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) adalah “sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Menurut Sugiono dalam buku Statistika untuk
penelitian, sampel adalah sebagian dari jumlah atau karakteristik yang di miliki
oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini di ambil 48% dari jumlah
siswa SMP N 1 Brangsong. Jumlah sampel sebanyak 140 siswa dari kelas VIII A
sampai VIII G. Teknik yang di gunakan adalah proportional random sampling
guna mengambil sampel. Menurut Arikunto (2006:112) propotional random
sampling atau sampel acak, teknik ini di beri nama demikian karena pengambilan
sampelnya, peneliti “mencampur” subyek - subyek di dalam populasi sehingga
semua subyek di anggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama
kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan di pilih menjadi sampel.
Maka dalam penelitian ini sudah di tentukan peserta didik menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak 140 siswa dengan rincian sampel dapat dilihat pada tabel
3.1:
Tabel 3.1 Rincian Jumlah Populasi
No Kelas Jumlah Peserta
Didik
48%
1 VIII A 42 0,48 x 42 = 20
2 VIII B 42 20
3 VIII C 42 20
5 VIII E 42 20
6 VIII F 42 20
7 VIII G 42 20
Jumlah 140
(Sumber : Biro Administrasi SMP N 1 Brangsong Kab. Kendal 2013)
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah konstruk yang sifat - sifatnya sudah di beri nilai dalam
bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu
kontinum (Hasan, 2004:12). Menurut Arikunto (2002:96) variabel adalah obyek
penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
3.2.1 Variabel Bebas ( Independent Variable )
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel
penyebab atau independent variabel (Arikunto, 2002 : 97) di nyatakan dengan X, Variabel bebas dalam penelitian ini adalah (X1) adalah minat belajar dan Variabel
bebas ( X2) adalah fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana.
3.2.2 Variabel Terikat ( Dependent Variable )
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas. Di
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan
data yang di lakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar (Suharsimi
Arikunto , 2002 : 197). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Metode Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi di gunakan bila penelitian
berkenandengan perilaku siswa , proses belajar, gejala – gejala alam, dan bila
responen yang di amati tidak terlalu besar (Sugiono 2003:139). Metode observasi
dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data efektivitas pemanfaatan
fasilitas laboraturium mesin jahit yang dimiliki SMP Negeri 1 Brangsong dan
hasil belajar tata busana siswa kelas VIII. Alat yang digunakan adalah cek list, cek
list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subyek dan faktor-faktor yang akan
diteliti.
3.3.2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data tentang daftar nama siswa dan jumlah siswa tersebut merupakan data yang
digunakan untuk meneliti sampel metode dokumentasi juga digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil belajar tata busana semester 1.
3.3.3 Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk