SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh :
Ta’miruddin Sya’bana
1110053000033
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ii
Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan
Sebagai lembaga dakwah tentu kegiatan/program dakwah merupakan prioritas yang utama, karenanya semua itu merupakan tugas dan sebagai sumber poros berjalannya lembaga tersebut. Peran dakwah sebagai salah satu bentuk untuk merubah seseorang menjadi lebih baik, tentu sangatlah dibutuhkan di setiap lapisan masyarakat karena sebagai benteng diri dalam menghadapi kemerosotan moral yang akhir-akhir ini sudah banyak terjadi.
Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Jakarta Selatan merupakan salah satu lembaga dakwah yang lebih bergerak pada tataran generasi muda Islam. Disadari atau tidak, ternyata BKPRMI mampu memberikan sentuhan yang berbeda untuk dapat menciptakan generasi muda Islam yang lebih baik dan berbasis pada masjid.
Dalam segala bentuk pengaplikasian kegiatan dakwahnya yang dilakukan, disini manajemen menjadi alat yang sangat dibutuhkan untuk mengatur pada setiap lini kegiatan dakwah yang sudah terprogram. Tentu dengan adanya manajemen, SDM yang ada mampu bekerja secara maksimal dan program/kegiatan yang sudah direncanakan akan berjalan secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil guna).
iii
melimpahkan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan
Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan”.
Shalawat dan salam dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, sebagai pembawa cahaya kebenaran dan penyempurnaa akhlak.
Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
menempuh Ujian Sarjana (Strata-1) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini adalah buah dari proses yang sangat panjang. Serta
diberikannya segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, serta doa dari seluruh
orang yang mensupport penulis, akan sangat mustahil bagi penulis untuk dapat
menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ada banyak tangan, sumbangan pikiran dan tenaga yang
ikut ambil bagian didalamnya sejak penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
Oleh karena itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas segala dorongan, bantuan moril maupun materil serta segala
bimbingannya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
iv
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Muhammad Luthfi, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing dalam
menyusun skripsi ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dengan
penuh bijaksana serta kritikan, ilmu dan motivasi kepada penulis guna
selesainya skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Sudarnoto, selaku pembantu rektor III bagian kemahasiswaan
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan spirit
motivasi untuk terus menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya di Jurusan Manajemen Dakwah yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kedua Orang Tua Tercinta Drs. H
Maswan HM M.Pd.i dan Hj Herlina S.Pd.i yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan penuh ikhlas dan tanpa pamrih. Penulis berterima kasih karena berkat do’a dan dorongan motivasi setiap hari yang diberikan
oleh beliau, penulis mampu memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk dapat
menyelesaikan jenjang Strata Satu ini. Serta kepada Adik-adik yang penulis
banggakan, yaitu Ahmad Hudori Syahri, Ahmad Katsiri Agung, dan
Muhammad Zaid Fauzi untuk dukungan dan dorongan yang kalian berikan.
8. Kepada Bapak Andri Anas selaku Ketua Umum (DPD) BKPRMI Jakarta
v
atas bantuan penelitian yang telah disediakan.
9. Kepada para sahabat-sahabat PMII KOMFAKDA maupun KOMPABANGSA
yaitu Didik Setyawan, Matsalul Jaki, Sirojuddin, Said, Faiz Mubarok, Didi
Triadi serta yang lainnya telah banyak memberikan motivasi, ilmu, dan
masukan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Terima kasih untuk teman-teman MD A angkatan 2010, serta sahabat kelas
Nurul Husna, Ahmad Nursyamsi, Alung dan Siro yang banyak memberikan
canda tawa dan hiburan, semoga pintu kesuksesaan terus menghampiri kita
semua.
11.Terima kasih untuk teman-teman di Jakampus UIN yang selalu loyal dan terus
mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca
dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua
Amin.
Jakarta, 4 November 2014
vi
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D.Metodelogi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen ... 12
1. Pengertian Manajemen ... 12
2. Unsur-Unsur Manajemen ... 15
3. Fungsi Manajemen ... 17
4. Tahapan dan Penerapan Manajemen ... 23
B. Dakwah ... 26
1. Pengertian Dakwah ... 26
2. Unsur-unsur Dakwah ... 29
vii
BAB III GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIA JAKARTA SELATAN
A.Sejarah Berdirinya ... 44
B. Visi, Misi dan Tujuan ... 47
C.Organisasi Kepengurusan ... 50
D.Program dan Bentuk Kegiatan ... 56
E. Sarana dan Prasarana ... 60
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIAJAKARTA SELATAN A. Deskripsi Informan (Subjek Penelitian) ... 62
B. Kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 65
C. Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 70
viii DAFTAR PUSTAKA
1
Pada dasarnya manajemen merupakan suatu perencanaan yang sangat
berperan penting pada kehidupan sehari-hari. Karena segala sesuatunya
apabila ingin tercapai dengan baik maka harus adanya penerapan manajemen
secara baik atau dalam hal ini bisa disebut juga sebagai pengaturan.
Manajemen yang dapat dikategorisasikan sebagai ilmu (science), maupun
sebagai seni (art), pada mulanya tumbuh dan berkembang dikalangan dunia
industri dan perusahaan (bussiness). Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya ternyata sangat diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam
berbagai lapangan.
Pada zaman modern sekarang ini boleh dikatakan tidak ada suatu usaha
kerjasama manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang tidak
mempergunakan manajemen. Maka usaha dakwah yang lebih luas dan
complicated dibandingkan dengan kegiatan bussiness, tentulah tidak dapat
berjalan secara efektif dan efisien, apabila tidak disertai dengan manajemen.
Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam proses
penyelenggaraan dakwah adalah conditio sine qua non.1
Islam merupakan salah satu dorongan yang bersifat rohani yang
menimbulkan untuk senantiasa aktif dalam melakukan kegiatan dakwah.
Kemajuan dan kemunduran umat Islam, sangat berkaitan erat dengan kegiatan
1
dakwah yang dilakukan. Kata “dakwah” berasal dari bahasa arab yang artinya
ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi definisi dakwah secara umum
adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi ajaran–ajaran dan tuntuan–
tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu idiologi pendapat pekerjaan tertentu.
Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.2
Dakwah sebagai ajakan juga bisa dilihat dari peranan budaya yang
dapat dilihat bagaimana komunikasi terhadap budaya itu sendiri dilihat dari
berbagai level, komunikator, level keluarga, komunikasi antar pribadi, orang
yang berbeda jenis kelamin, etnis dan ras serta komunikasi antar kelompok,
komunikasi organisasi, komunikasi politik tingkat nasional dan internasional.3
Berangkat dari masalah di atas, maka suatu organisasi/lembaga dakwah
merupakan pilihan positif dalam rangka pembinaan ajaran Islam yang
Rahmatanlil’alamin, terlebih konteks ini mengarah kepada para
pemuda/remaja. Contohnya seperti badan remaja masjid, dimana hal tersebut
mampu memberikan wadah yang positif yaitu kreatifitas dengan tetap
menjunjung tinggi nilai–nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas.
Manajemen berperan sebagai alat untuk membantu terlaksananya dakwah agar
lebih efektif dan efisien. Di mana sumber daya manusia sebagai poros dan
mengerucut pemuda sebagai pelaku utamanya. Pemuda yang akan berperan
2
Toha Jahja Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya Jakarta, 1967), Cet. Ke-1. h. 10.
3
dalam mengembangkan dakwah adalah pemuda yang memiliki iman yang
mantap, ilmu yang memadai dan amal yang ihsani. Ketiganya harus menyatu
pada diri pemuda yang akan mengembangkan dakwah Islam. Ilmu berguna
memperkaya pengetahuan dan menjadi faktor komplementer dari pemaknaan
terhadap keimanan dan kehidupan, dan amal merupakan upaya keteladanan
sebagai juru dakwah yang akan menjadi tuntunan (orang yang didakwahi).
Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar
dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil, menundang,
mengajak, mendorong dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan
menganjurkan untuk mengamalkannya.4
Untuk itu, penerapan manajemen pada kegiatan dakwah dianggap perlu
dan kedepan harus mengantarkan terbinanya solidaritas dan kerja sama dalam
menyelesaikan persoalan umat terutama pada kaum muda yang memang
merupakan bibit generasi Islam yang didambakan nantinya. Untuk itu,
koordinasi menyeluruh antar organisasi bidang dakwah harus terwujud. Jika
kepercayaan bisa diwujudkan, maka dakwah kolaboratif bisa terwujud. Oleh
karena itu hakikat dakwah Islam telah berlangsung lama yang intinya adalah
sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran
agama untuk membangun tatanan kehidupan yang lebih baik.
Keseluruhannya semakin dibutuhkan manakala kita melihat begitu
pengapnya dunia modernisme yang terbaratkan (westernisasi dan sekulerisasi)
karena telah menutup ruang-ruang, ventilasi pada kehidupan manusia di mana
4Jum’
agama sejatinya menyinarinya. Karenanya para pemuda juga harus dapat
membaca prospek dan tantangan dakwah ke depan muaranya pada massifnya
gerakan dakwah yang akan menghantarkan pada ampunan Allah Swt dan
keberkahan negeri Indonesia. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah
tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun
eksternal, dimana tujuannya mampu menciptakan masyarakat madani yang
bersyariatkan Islami.
Serta pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani
(teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam
bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi
cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual dan sosio–kulturan dalam rangka mengusahakan terwujudnya
ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.5
Dengan menggunakan prinsip manajemen, kegiatan dakwah diharapkan
terus mampu merencanakan dan mengorganisasikan dalam suatu kesatuan
yang digerakkan dan diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Kemudian
langkah selanjutnya dilakukan pengawasan atau penilaian untuk memeriksa
dan mengetahui sampai dimana usaha-usaha dakwah yang telah dilakukan.
BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia)
Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan Merupakan salah satu lembaga
dakwah yang dalam aktivitas–aktivitasnya menerapkan pola manajemen guna
tercapainya tujuan dakwah yang telah direncanakan, baik itu menggunakan
5
pendekatan dakwah verbal maupun melalui dakwah bil hal. Kegiatan dakwah
di BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia)
Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan diharapkan dapat memberikan
perubahan, bagi remaja muslim khususnya yang ada di Jakarta Selatan dan
umumnya pada seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis meneliti tentang
“Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda Dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI)
Jakarta Selatan “.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih fokus dan mendalam penulis
akan membatasi pada penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang
ada di DPD BKPRMI Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Sedangkan pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka
penulis perlu membuat perumusan masalah pada penulisan penelitian ini
untuk menjawab permasalahan – permasalahan sebagai berikut :
a. Apa saja kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang
dilakukan ?
b. Bagaimana bentuk program manajemen dakwah yang dilakukan DPD
BKPRMI Jakarta Selatan ?
BKPRMI Jakarta Selatan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini, yaitu
:
a. Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada DPD BKPRMI
Jakarta Selatan yang selama ini telah dilakukan.
b. Untuk mengetahui program manajemen dakwah yang dilakukan DPD
BKPRMI Jakarta Selatan.
c. Untuk mengetahui temuan analisis manajemen pada kegiatan dakwah
yang dilakukan DPD BKPRMI Jakarta Selatan.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
masalah ini, disamping sebagai pembanding antara teori yang
didapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi dilapangan.
Serta dalam akademis diharapkan dapat menambah wawasan dan
khazanah ilmu pengetahuan khususnya jurusan Manajemen Dakwah
dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.
b. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian
guna mengembangkan konsep dakwah yang sesuai dengan kondisi dan
situasi.
pengembangan dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan untuk menjadi
contoh bagi lembaga-lembaga lain.
D. Metodelogi Penelitian
Metodelogi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah–langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah–masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan
dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Dalam pembahasan penelitian
ini penulis menggunakan metode deskriptik analitik, yaitu penelitian yang
dilakuakan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data–data, dan
kemudian data–data yang diperoleh disusun dan dikemukakan dengan
subjektif mungkin untuk kemudian dianalisis.6
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota DPD
BKPRMI Jakarta Selatan, dimana terdapat 5 orang yang dapat dijadikan
acuan untuk penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini
adalah penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang dilaksanakan
DPD BKPRMI Jakarta Selatan.
2. Waktu dan Lokasi penelitian
Sekiranya penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung sesuai
6
dengan batasan waktu yang ditentukan. Adapun tempat penelitiannya di
sekretariat DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang bertempat di Masjid Jami’
Al Hikmah Jl. Ulujami Raya No 22b, Kecamatan Pesanggrahan, Ulujami
Jakarta Selatan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Melalui penelitian lapangan akan diperoleh data-data primer dimana
penelitian tersebut dilakukan dengan cara :
1) Observasi
Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung objek yang akan
diteliti, adapun hal-hal yang diperlukan untuk observasi ini adalah
alat perekam, kamera, buku catatan yang akan digunakan selama
observasi berlangsung.
2) Wawancara (Interview)
Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung
tentang beberapa jenis data.7 Dalam penelitian ini penulis langsung
mewawancarai pengurus DPD BKPRMI Jakarta Selatan.
3) Dokumentasi
Dokumentasi dapat diartikan sebagai bahan tertulis maupun data
yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal
organisasi itu sendiri.
4) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.
7
Dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, dan
referensi dari sumber-sumber lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan dan relevan dengan masalah yang diteliti.
4. Teknik Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan
metode analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data
dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang
terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis telah membaca dan
menganalisis dari beberapa karya ilmiah mengenai manajemen program
pengembangan dakwah dan remaja masjid diantaranya dengan judul :
”Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini” oleh Rahmawati
jurusan Manajemen Dakwah, yang membedakannya yaitu terletak pada
lembaga yang diteliti serta pada pengembangan manajemen dakwah.
“Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam Pembinaan
Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat” oleh Ahmad Rifqi jurusan
Manajemen Dakwah, yang membedakan dari skripsi ini terletak pada strategi
pelaksanaan dakwah yang dimiliki sanggar budaya betawi si pitung dalam
upaya pembinaan pemuda di wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.
“Manajemen Program Dakwah Pusbinroh DKI Jakarta” oleh Safrida
Fitri Auriyah jurusan Manajemen Dakwah yang membedakan skripsi ini
Berdasarkan kajian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan
sudut pandang yang berbeda yaitu mengenai “ Penerapan Manajemen pada
Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan
Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan “.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran mengenai penelitian ini, penulis telah menyusun
penulisan ini dalam lima bab. Masing – masing bab terdiri dari beberapa sub
bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran–
saran. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan
pustaka, sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Terdiri dari pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen, Unsur–
unsur Manajemen, Tahapan dan Penerapan Manajemen,
Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Penerapan
Manajemen dalam Dakwah, Pengertian Remaja Masjid, Remaja
Masjid Sebagai Lembaga Dakwah.
BAB III : GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH
BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID
INDONESIA JAKARTA SELATAN
Kepengursan, Program dan Bentuk Kegiatan, Sarana dan
Prasarana.
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN
PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS
DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA
MASJID JAKARTA SELATAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang Deskripsi Informan (Subjek
Penelitian), Kegiatan Dakwah pada DPD BKPRMI Jakarta
Selatan, Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta
Selatan, Analisis Manajemen pada Kegiatan Dakwah DPD
BKPRMI Jakarta Selatan.
BAB V : PENUTUP
12
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian, secara universal
merupakan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasaran dan
kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non
profit. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris,
management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan
pengelolaan. Serta pada kesimpulannya adalah sebagai suatu proses yang
diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi
untuk mencapai suatu tujuan.1
Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang
dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian manajemen, diantaranya :
a. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen.
Yang berpendapat dalam hal ini adalah George R. Terry yang
pernyataannya dikutip oleh Mochtar Effendi, dengan mengemukakan
bahwa manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seorang yang
berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan
tanggung jawab tetap di tangan yang memerintah.2
1
M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet. Ke-3. h. 9.
2
Pengertian ini juga dikemukakan oleh Laurent A. Aply yang
dikutip oleh Jawahir Tantowi, mengatakan bahwa “Management is art
of getting think done tough people” (Manajemen adalah seni untuk
menggerakan orang melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai hasil
tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).3
b. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.
Hal ini dikemukakan oleh A. W. Widjaya dengan mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu seni dan ilmu, yaitu seni dan ilmu
perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, penyusunan, dan
pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditentukan.4
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang
nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen
sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena,
gejala-gejala, kejadian-kejadian dan keadaan. Mary Parker Follet juga
mendefinisikan manajemen sebagai seni, yaitu dimana dalam
menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan dengan melalui orang lain.
Hal ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan-pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.5
Sedangkan manajemen dikatakan sebagai ilmu, karenamenurut
Gullick manajemen telah memenuhi persyaratan bidang ilmu. Karena
3
Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al Quran, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), h. 9.
4
A. W. Widjaya, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet, ke-II, h. 13.
5
telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasikan
menjadi suatu rangkaian teori, teori manajemen selalu diuji dalam
prektek sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.6
c. Manajemen sebagai suatu proses.
Manajemen sebagai suatu proses dikemukakan oleh Robert
Kreitner dalam bukunya Manajemen yang dikutip oleh Zaini
Muhtarom mengatakan bahwa “Management is the process of working
with and trough others to achive organizational objectives in a
changing environment. Central to this process is the effective and
efficient use of limited resources” (Manajemen ialah proses bekerja
dengan dan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada pengunaan
secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas).7
Sedangkan pendapat yang sama dikatakan manajemen sebagai
suatu proses, hal ini dikemukakan oleh James A.F. Stoner dalam
bukunya Manajemen yang dikutip oleh T. Hani Handoko mengatakan
bahwa “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”.8
Kesimpulan dari rumusan di atas, bahwa manajemen merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
6
Ibid, h. 11.
7
Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manjemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1996), Cet, ke-I, h. 36.
8
mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan
menggunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Di samping itu, pengertian manajemen juga sangat ditekankan pada aspek
pengaturan aktivitas fungsi dari sumber daya manusia. Dalam hal ini manajer
atau pimpinan serta manajer staff sangat berkepentingan, karena ketiga
komponen tersebut merupakan faktor penggerak dalam sebuah organisasi.
Sesuai dengan definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para
pakar di atas, maka esensi manajemen adalah proses integrasi dan
koordinasi.
2. Unsur-Unsur Manajemen
Pada umumnya seperti yang telah diketahui bahwa untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien, maka sangat diperlukan sekali adanya
fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut juga sumber atau
unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur-unsur tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man,
money, materials, machines, method, dan markets.
a. Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Serta dalam diri manusia terdapat potensi berupa akal, daya fikir,
daya hayal, dan berbagai daya yang memungkinkan akan terbentuknya
berbagai macam inspirasi.9
9
b. Money(Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting
untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang
harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari
suatu organisasi.
c. Materials (Bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi atau bersumber pada
sumber daya alam yang dikelola. Dalam dunia usaha untuk mencapai
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus
dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
d. Machines (Mesin)
Dalam menopang manajemen, mesin menjadi pembantu dalam
terselenggaranya kegiatan manajemen. Tanpa adanya mesin proses
manajemen akan berjalan lambat dan sulit diwujudkan. Karena
penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan
e. Methods (Metode)
Metode adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Metode atau cara sangat menentukan kelancaran roda
manajemen dalam organisasi, dengan metode yang tepat akan
menghasilkan output yang bagus sehingga menguntungkan bagi yang
menggunakanya.
Metode yang tepat adalah metode yang memiliki jiwa ilmiah
dalam arti mengandung dua aspek, yakni analisis dan kontruksi.
Analisis berarti pemilihan yang dilakukan manajemen, sedangkan
kontruksi berarti penambahan yang dilakukan manajemen dari hal
yang dihadapi oleh manajemen itu sendiri.10
f. Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting, sebab
bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang
akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi
merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli kemampuan konsumen.
3. Fungsi Manajemen
Manajemen adalah proses yang khas untuk mengatur kelangsungan
kegiatan, karena dengan adanya manajemen maka terdapat mekanisme
10
yang menjamin untuk menyelesaikan kewajiban dan mendapatkan hasil
baru sesuai dengan proses yang teratur. Sebuah organisasi atau aktivitas
jika dilaksanakan dengan manajemen dengan manajemen dapat diketahui
secara utuh kapasitas kemampuannya dan menunjukkan jalan yang paling
utuh untuk mewujudkan tujuan-tujuannya.11
Manajemen juga merupakan faktor utama yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sebuah
rancangan yang dijadikan dasar-dasar untuk pelaksanaan organisasi yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak sekali para ahli ilmu
manajemen yang memiliki pendapat tentang fungsi manajemen, seperti
Henry Fayol industriawan Perancis sebagai pelopor pendekatan fungsional
mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses
pelaksanaan manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Command (perintah), Coordination (koordinasi), dan
Control (pengawasan).12
Dan juga pendapat Luter Gullich yang berpendapat bahwa fungsi
manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,
pemberian perintah, pengkordinasian, pelaporan dan pembiayaan.13
Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat
saja yang mana secara umum telah dipergunakan dalam berbagai instansi
atau lembaga yaitu menurut pendapat M. Manulang. Fungsi tersebut
11
M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet, ke-2, h. 82.
12
Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, h. 38.
13
adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan.
Berikut penjelasan masing-masing fungsi manajemen, yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Rencana merupakan pokok dasar yang harus dimiliki dari setiap
organisasi maupun lembaga. Karena dengan adanya rencana program
apapun yang sudah tertera pasyi dapat berjalan dengan maksimal dan
sesuai dengan harapan yang sudah ditentukan.
Oleh karena itu definisi perencanaan adalah pemilihan atau
penetapan tujuan-tujuan organisasi yang telah disepakati dengan
penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, prosedur, metode, system,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.14
Menurut Louis A. Allen yang dikutip oleh Bedjo Siswanto
mengatakan bahwa perencanaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
dioperasikan oleh manajer untuk berfikir ke depan dan mengambil
keputusan yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi
tantangan di waktu yang akan datang.15
Aktivitas-aktivitas yang ada dalam perencanaan adalah :
1) Perkiraan (Forecasting)
Perkiraan adalah suatu prediksi guna mempersiapkan hal
apapun yang nantinya akan terjadi pada masa yang akan datang.
2) Tujuan (Objectives)
Tujuan adalah penentuan perumusan sasaran dalam rangka
pencapaian dari prioritas pelaksanaannya. Agar tujuan itu tercapai
14
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, h. 23.
15
maka instansi atau organisasi harus berusaha dengan
sungguh-sungguh.
3) Kebijakan (Policies)
Kebijakan adalah suatu yang diperlukan sebagai rujukan atau
pedoman umum dalam pengambilan keputusan. Kebijakan akan
sangat mempengaruhi cara, pola, strategi, dan fokus perubahan
yang akan dicapai.16
4) Program (Programming)
Program adalah rancangan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan oleh sebuah organisasi. Di dalam program juga
ditemukan mana yang harus lebih dulu diprioritaskan, mana
program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.17
5) Jadwal (Shedule)
Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan
program-program yang sudah ditentukan dan batas-batas waktu
program harus dijalankan.
6) Prosedur (Prosedures)
Prosedur adalah metode atau cara yang digunakan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Tanpa adanya prosedur maka
proses jalannya organisasi akan tidak stabil.18
16
Markinuddin, Tri Hadyanto Sasongko, Analisis Sosial, (Bandung: Yayasan Akatiga, 2006), h. 24.
17
Jhon M. Ivancevich, Robert Konopaske, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Mc Graw Hill: Erlangga, 2006), h. 27.
18
7) Anggaran (Budget)
Budget merupakan anggaran-anggaran atau ongkos biaya
yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi.19
b. Pengorganisasian (Organizing)
Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara
umum yang diartikan adalah sebagai keseluruhan proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas tanggung jawab atau
wewenang sedemikian rupa sehinga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan.20
Sedangkan T. Hani Handoko mengemukakan pengertian
bahwa pengorganisasian adalah :
1) Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.
3) Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.
4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.21
Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang
dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang bulat.
19
Justin T. Sirait, Anggaran sebagai Alat Bantu bagi Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 73.
20
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), h. 77.
21
c. Penggerakkan (Actuating)
Penggerakkan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan
suatu organisasi menjadi “berjalan”, George R. Terry memberikan
definisi penggerakan ini sebagai “tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dari usaha-usaha
organisasi”.22
Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin
serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi,
dan disiplin karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan
dengan orang-orang dalam organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan mengandung arti penjagaan stabilitas guna
mencapai keseimbangan, bagaimanapun juga manajer harus selalu
merubah apa yang dikerjakannya atau merubah standar yang digunakan
sekarang untuk mengukur pelaksanaan.23
Fungsi pengawasan sangatlah dibutuhkan, tanpa adanya
pengawasan maka fungsi-fungsi lain tidak akan berjalan dengan baik.
Di dalam pengawasan ini seorang pimpinan bisa merubah atau
memperbaiki apa yang dikerjakan jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan di tengah jalan yang tidak sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
22
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, h. 87.
23
Menurut prosesnya maka pengawasan terdiri dari
kegiatan-kegiatan antara lain :
1) Menentukan standar sebagai suatu ukuran pengawasan.
2) Pengukuran dan pengamatan terhadap berjalannya operasi
berdasarkan rencana yang ditentukan.
3) Penafsiran dan perbandingan hasil yang ada dengan standar yang
diminta.
4) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
5) Perbandingan hasil akhir dengan masukan yang telah terjadi.24
4. Tahapan dan Penerapan Manajemen
Manajemen diperlukan sebagai upaya agar segala kegiatan yang
dilakukan berjalan efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan
mengarah kepada apa yang diharapkan, ada beberapa fungsi yang sudah
diketahui sebelumnya yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan atau implementasi, serta pengendalian atau pengawasan.25
Agar manajemen dapat berjalan dengan mulus serta dapat bekerja
ekstra di setiap lini maka dibutuhkan tahapan manajemen dari tingkat
teratas sampai terbawah, pelaksanaan ini dapat berlangsung dalam wilayah
kerja masing-masing namun berkewajiban untuk saling berkomunikasi.
Adapun tahapan manajemen tersebut adalah26:
a. Manajemen level atas, dimana manajemen ini bekerja untuk
mengonsep dan mewujudkan visi dan misi. Serta merancang strategi
24
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 129.
25
Erni Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h. 7.
26
secara keseluruhan dan mengedepankan pekerjaan dengan format
keputusan bersifat umum.
b. Manajemen level menengah, yaitu mengedepankan konsep efektivitas
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dan bertugas mengkoordinir
pada setiap bidang yang ada.
c. Manajemen level bawah, yaitu mengedepankan konsep efisiendi
dalam bekerja. Dan melakukan pekerjaan dengan sangat sistematis
sesuai arahan yang sudah ada terhadap tujuan yang akan dicapai.
Dalam penerapannya tentu manajemen sangat dibutuhkan dalam
segala bidang. Ini merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja,
karena peranannya dapat menjadikan suatu tujuan yang diharapkan
menjadi efektif dan efisien. Untuk itu, penerapan yang dilakukan adalah
memasukkan fungsi-fungsi manajemen pada setiap instansi/lembaga yang
terkait dan telah menjadi tolak ukur suatu keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Maka fungsi-fungsi manajemen inilah yang menjadi suatu terapan,
yaitu27 :
a. Menerapkan fungsi perencanaan, yaitumenyadari bahwa
apapuntujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien
bilamana sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan
matang. Demikian pula dengan suatu program/kegiatan yang sudah
ada, dan proses pencapaian tujuannya memerlukan proses manajemen
yang sehat, dalam arti terarah dengan efektif, dan efisien. Empat tahap
dasar perencanaan :
27
1) Menetapkan tujuan/serangkaian tujuan
2) Merumuskan keadaan saat ini
3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
4) Mengembangkan rencana/serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan
b. Menerapkan fungsi pengorganisasian, yaitu
mampumengimplementasikan suatu tindakan atau kegiatan
danmenggabungkan seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian
dalam suatu kelompok, serta bersama-sama bekerja guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dalam penerapan ini harus menggunakan
metode yang dikenal dengan KISS (koordinasi, integrasi,simplifikasi,
dan sinkronisasi) untuk dapat menciptakankeharmonisan dalam
kegiatan organisasi.
c. Menerapkan fungsi penggerakkan, yaitu usaha, cara, teknik dan
metode untuk mendorong para anggota serta menjuruskan semua
anggota agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk mencapai
maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan
serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.
d. Menerapkan fungsi pengawsan, yaitu merupakan proses untuk
mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Untuk menjalankannya tentu diperlukan adanya standar kinerja yang
jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Pada dasarnya pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu
menjadi jaminan bahwa orang tersebut dapat memahami dengan baik
pengertian yang dikandung oleh istilah itu. Demikian pula terhadap
konteks istilah dakwah, meskipun istilah tersebut sudah sangat populer di
Indonesia akan tetapi belum tentu setiap orang dapat memahami
pengertian dakwah secara sebaik-baiknya. Ditinjau dari segi bahasa,
dakwah berarti : panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut
dalam bahasa Arab disebut mashdar.28
Hal ini diartikan secara etimologis yang berasal dari kata da’a,
yad’u, da’wan, du’a sebagai artian mengajak, menyeru, dan permintaan.
Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr
ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah,
tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.29
Oleh karena itu, pengertian dakwah secara terminologis dimaknai
dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan
keselamatan dunia dan akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan
definisi dakwah yang bervariasi, diantaranya :
a. Toha Yahya Omar yang dikutip oleh Nasaruddin Latif mengatakan
bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana
28
A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 7.
29
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.30
b. Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada
keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna beik terhadap pribadi maupun
masyarakat.31
c. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan
menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah termasuk
amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat.32
d. Sedangkan M. Arifin mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan
yang “mengajak” baik dalam bentuk tulisan, tingkah laku dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara
kelompok, agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai
message (pesan) yang disampaikan kepadanya tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.33
Dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengandung
pengertian dakwah, diantaranya adalah surat Ali Imran ayat 104 dan 110,
surat Al „Araf ayat 157 dan surat At Taubah ayat 71, yang berbunyi :
30
Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara, 2007), h. 11.
31
Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 194.
32
Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, 2001), h. 31.
33
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al. Imran:104)34
Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Al. Imran:110)35
Artinya : “ Orang-orang yang mengikut Rosul, Nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu pada mereka. Maka
34
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraa dan Penafsir Al Qur’an, 1990), h. 93.
35
orang-orang yang beriman kepadanya. Memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. “ (QS. Al.A’raf:157)36
Artinya : “ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At. Taubah:71)37
Dari beberapa pengertian di atas, meskipun formulasinya
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun dapat disimpulkan bahwa
esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia,
baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada
situasi yang lebih baik.
Dimana dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan
untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku ummat yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat
untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat
dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku
36
Ibid, h. 246.
37
dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media
dakwah), thariqoh (metode), dan atsar (efek dakwah).38
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
lewat organisasi/lembaga. Kata Da’i berasal dari bahasa Arab yang
berarti orang yang mengajak. Menurut istilah Da’i berarti orang yang
mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung
menuju kearah perbuatan yang lebih baik menurut ajaran Islam.39
Menurut penulis, seorang Da’i harus memiliki keistiqomahan
dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru kepada jalan yang benar
dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Dimana Da’i
berperan sebagai pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat
keselamatan hidup baik di dunia maupun akhirat kelak.
Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu
proses dakwah di samping faktor hidayah Allah SWT. Hal ini
mengerucut kepada tataran subyek dakwah yaitu manusia. Manusia
tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang kafir,
sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek
Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu proses dakwah.
38
M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 21.
39
Seorang Da’i juga harus berfungsi mengetahui cara
menyampaikan tentang dakwah tentang Allah, alam semesta, dan
kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi,
terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang
dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia
tidak salah dan tidak melenceng.40
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok,
baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain,
manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama
Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti
agama Islam sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama
Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan
Ihsan.41
Mad’u merupakan mitra dakwah yang terdiri dari berbagai
macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’usama
dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi,
ekonomi, dan seterusnya. M. Munir mengutip di dalam bukunya
ungkapan Muhammad Abduh yang menyatakan bahwasannya membagi
mad’u menjadi tiga golongan, yaitu :
40
Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhowi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18.
41
1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir
secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan trsebut, mereka
senang membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan
tidak mampu membahasnya secara mendalam.42
c. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah atau pesan adalah pesan-pesan atau segala sesuatu
yang harus disampaikan oleh Da’i kepada Mad’u, yaitu keseluruhan
ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.43
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu :
1) Akidah
2) Ibadah
3) Muamalah
4) Akhlak
5) Sejarah
6) Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk
singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk
42
M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet. Ke-3, h. 24.
43
mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan
perubahan-perubahannya.44
Dalam materi dakwah di harapkan para penyuluh agama
(da’i) dalam hal ini sebagai agen perubahan menyampaikan ajaran
agama Islam senantiasa memasukkan (difusi) ide yang terbaru,
ide-ide terbaru tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.
d. Wasilah(Media Dakwah)
Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada mad’u.45 Untuk menyampaikan
hal tersebut dapat menggunakan berbagai wasilah. M. Munir mengutip
ungkapan Hamzah Ya’qub yaitu membagi wasilah dakwah menjadi
lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.
1) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat
berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan
sebagainya.
2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat
kabar, spanduk dan sebagainya.
3) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan
sebagainya.
4) Audiovisual adalah dakwah melalui indra pendengaran, penglihatan,
atau kedua-duanya, seperti televisi, film, internet, dan sebagainya.
44
Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, h. 14.
45
5) Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islamyang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u.
e. Thariqah (Metode Dakwah)
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki
pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana
sistem, dan tata pikior manusia.46
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah
untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam
menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting
peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan
lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si
penerima pesan.47
Secara garis besar ada tiga pokok metode (Thariqah) dakwah,48
yaitu :
1) Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan
kondisi sasarn dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan
mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam
selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
2) Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan
nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih
46
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet, ke-1, h. 160.
47
M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 33.
48
sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu
dapat menyentuh hati mereka.
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara
bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya
dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memeberatkan
pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.
f. Atsar (Efek Dakwah)
Atsar (efek) sering disebut dengan feedback(umpan balik) dari
proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian
Da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah
disampaikan, maka selesailah tugas dakwah. Padahal atsar sangat besar
artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.
Dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka
diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian
juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah
yang dianggap baik dapat ditingkatkan. Jika proses ini dapat terlaksana
dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam
bidang dakwah. Dalam bahasa agama, inilah sesungguhnya yang
disebut dengan ikhtiar insani.49
Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa ada beberapa efek yang
timbul dari suatu tindakan dakwah yang dilakukan, yaitu efek kognitif
hal ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
49
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Efek afektif
timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci, khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan
emosi, sikap, serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada
perilaku nyata yang diamati, yang meliputi pola-pola tindakan,
kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.50
3. Penerapan Manajemen dalam Dakwah
Semakin berkembangnya zaman dalam mengatasi suatu problema
diperlukanlah suatu ilmu manajemen. Hal ini digunakan sebagai alat
pengaturan untuk mencapai tujuan yang pasti secara maksimal. Chester J.
Barnard mengemukakan bahwa “ tidak ada suatu hal untuk akal modern
seperti sekarang ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen,
kelangsungan hidup pemerintah yang beradab akan sangat bergantung
pada kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sesuatu
memerlukan administrasi dan manajemen sebagai alat dalam memecahkan
masyarakat modern”.51
Alasan tersebut yang membuat mengapa masyarakat modern
mengkaji dan mengembangkan manajemen termasuk dalam kegiatan
dakwah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-harinya. Ajaran Islam termasuk dalam konsepsi yang sempurna dan
komprehensif, karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia.52
50
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka, Teori dan Praktik Berpidato,
(Bandung: Akademika, 1982), h. 269.
51
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1978), h. 2.
52
Dalam konteks dakwah sebagai suatu proses usaha kerjasama untuk
mencapai apa yang menjadi tujuannya, menyangkut segi-segi atau
bidang-bidang yang sangat luas. A. Rosyad Saleh dalam bukunya Manajemen
Dakwah Islam mengemukakan bahwa dakwah memasuki segenap
lapangan kehidupan manusia, yaitu bidang pendidikan, sosial, ekonomi,
politik dan kebudayaan kesemuanya itu terdapat persoalan dakwah.53
Dalam bidang pendidikan misalnya, yaitu bagaimana usaha
pendidikan itu harus diselenggarakan. Sehingga dapat mengantarkan dan
mencetak anak-anak didik menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak
mulia, dimana hal ini merupakan salah satu aspek penting bagi dakwah.
Dalam bidang sosial, dimana berperan sangat penting karena untuk
mewujudkan kesejahteraan, melenyapkan segenap hambatan dan
kepincangan hidup, seperti kemiskinan, keterbelakangan, kebidihan
merupakan persoalan-persoalan dakwah.
Dalam bidang ekonomi, proses dakwah antara lain berupa
mencarikan jalan keluar terhadap kesulitan yang dihadapi masyarakat
dalam mendapatkan lapangan kerja serta memberikan dorongan agar
setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh
pekerjaan. Kemudian dalam bidang politik, dimana usaha-usaha dalam
rangka dakwah antara lain memberikan warna keIslaman ke dalam
lingkungan pemegang kekuasaan, sehingga kekuasaan yang dipegangnya
tidak dipergunakan untuk menindas dan tidak disalah gunakan untuk
kepentingan sendiri.
53
Serta berikutnya dalam bidang kebudayaan, dimana dakwah
berperan sebagai usaha mengukuhkan nilai-nilai ajaran Islam dalam
kehidupan masyarakat, sehingga ajaran Islam benar-benar menjadi sumber
dan mewarnai seluruh ide dan karya manusia.
Sesuai dengan pengertian dakwah yang begitu luas, maka
pelaksanaan dakwah tidaklah mungkin dilakukan oleh orang seorang
secara sendiri-sendiri. Pelaksanaan dakwah yang mempunyai skope
kegiatan yang begitu kompleks, hanya akan dapat berjalan secara efektif,
bilamana diterapkan ilmu manajemen serta kepemimpinan didalamnya.
Hal ini dilakukan agar setiap tenaga yang berada dalam proses dakwah
berjalan dengan maksimal.54
Adapun prosesnya yaitu dengan cara merencanakan tugas,
mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian
menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah yang dalam hal ini
disebut Manajemen Dakwah.55
Dalam hal ini, kemampuan serta keahlian untuk penerapan
manajemen dalam dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut56 :
a. Melihat kedepan, menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan dan
tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-waktu
yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan
tertentu, menempatkan para pelaksana yang kompoten pada
54
A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 32.
55
Ibid, h.34.
56
kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan di
antara mereka.
c. Menggerakkan para pelaksana dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.
d. Mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk, pedoman dan
ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya.
Keempat kelompok kemampuan atau keahlian diatas oleh para ahli manajemen disebut sebagi fungsi manajemen, yang secara berurutan
dinamakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian.
C. Remaja Masjid
1. Pengertian Remaja Masjid
Kumpulan dari remaja yang beraktivitas di masjid dalam rangka
memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung bagi
keberlangsungan dakwah di masjid dan atau di masyarakat. Visi Remaja
Masjid itu sendiri bertujuan melakukan aktivitas sosial dan ibadah di
lingkungan masjid.Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam
menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika
masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya. Sedangkan misi
dari remaja masjid adalah berdakwah dengan hikmah dan pelajaran yang
baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam.57
57
Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan
aktivitas sosial dan ibadah di lingkungngan masjid. Pembagian tugas dan
wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang
menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah,
mufakat dan amal jama’i (gotong royong) dalam segenap melakukan
aktivitasnya.
Remaja masjid sebagai agen strategis dalam pemberdayaan umat perlu
dibekali keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan, misalnya para
aktivis remaja masjid juga perlu menekuni pengetahuan jurnalistik dan
kewirausahaan. Hal itu penting untuk menguatkan dakwah dan
pemberdayaan umat. Dua pengetahuan itu dapat menjadi sarana dakwah,
maupun peningkatan SDM Remaja Masjid sehingga mampu mandiri.
Dengan demikian, kedudukan remaja masjid adalah sebagai organisasi
otonom yang relatif independen dalam membina anggotanya. Remaja
masjid dapat menyusun program, menentukan bagan dan struktur
organisasi serta memilih pengurusnya sendiri. Karena itu aktivis remaja
masjid memiliki kesempatan untuk berkreasi, mengembangkan potensi
dan kemampuannya serta beraktivitas secara mandiri. Adapun peran dan
fungsi remaja masjid antara lain :
a. Memakmurkan Masjid
b. Pembinaan Remaja Muslim
c. Kaderisasi Umat
e. Dakwah dan Sosial58
Remaja masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan
beramal sholih dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk
mencapai keridhaanNya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka
program yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas.
Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara
struktural dan terencana. Mereka menyusun program kerja periodik dan
melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada :
a. Keislaman.
b. Kemasjidan.
c. Keremajaan.
d. Keterampilan.
e. Keilmuan. 59
Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan
kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif, dan efisien.
Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi – fungsi
organisasi yang disesuaikan dengan program kerja dan aktivitas yang akan
diselenggarakan diantaranya :
Tengah”,(Semarang, 2009), h. 32.
59