• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pada kegiatan dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pada kegiatan dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh :

Ta’miruddin Sya’bana

1110053000033

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

(5)

ii

Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan

Sebagai lembaga dakwah tentu kegiatan/program dakwah merupakan prioritas yang utama, karenanya semua itu merupakan tugas dan sebagai sumber poros berjalannya lembaga tersebut. Peran dakwah sebagai salah satu bentuk untuk merubah seseorang menjadi lebih baik, tentu sangatlah dibutuhkan di setiap lapisan masyarakat karena sebagai benteng diri dalam menghadapi kemerosotan moral yang akhir-akhir ini sudah banyak terjadi.

Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Jakarta Selatan merupakan salah satu lembaga dakwah yang lebih bergerak pada tataran generasi muda Islam. Disadari atau tidak, ternyata BKPRMI mampu memberikan sentuhan yang berbeda untuk dapat menciptakan generasi muda Islam yang lebih baik dan berbasis pada masjid.

Dalam segala bentuk pengaplikasian kegiatan dakwahnya yang dilakukan, disini manajemen menjadi alat yang sangat dibutuhkan untuk mengatur pada setiap lini kegiatan dakwah yang sudah terprogram. Tentu dengan adanya manajemen, SDM yang ada mampu bekerja secara maksimal dan program/kegiatan yang sudah direncanakan akan berjalan secara efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil guna).

(6)

iii

melimpahkan nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan

Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan”.

Shalawat dan salam dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW, sebagai pembawa cahaya kebenaran dan penyempurnaa akhlak.

Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

menempuh Ujian Sarjana (Strata-1) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini adalah buah dari proses yang sangat panjang. Serta

diberikannya segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, serta doa dari seluruh

orang yang mensupport penulis, akan sangat mustahil bagi penulis untuk dapat

menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Ada banyak tangan, sumbangan pikiran dan tenaga yang

ikut ambil bagian didalamnya sejak penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

Oleh karena itu penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya atas segala dorongan, bantuan moril maupun materil serta segala

bimbingannya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

(7)

iv

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Muhammad Luthfi, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing dalam

menyusun skripsi ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dengan

penuh bijaksana serta kritikan, ilmu dan motivasi kepada penulis guna

selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sudarnoto, selaku pembantu rektor III bagian kemahasiswaan

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan spirit

motivasi untuk terus menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya di Jurusan Manajemen Dakwah yang telah

mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kedua Orang Tua Tercinta Drs. H

Maswan HM M.Pd.i dan Hj Herlina S.Pd.i yang telah membesarkan dan

mendidik penulis dengan penuh ikhlas dan tanpa pamrih. Penulis berterima kasih karena berkat do’a dan dorongan motivasi setiap hari yang diberikan

oleh beliau, penulis mampu memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk dapat

menyelesaikan jenjang Strata Satu ini. Serta kepada Adik-adik yang penulis

banggakan, yaitu Ahmad Hudori Syahri, Ahmad Katsiri Agung, dan

Muhammad Zaid Fauzi untuk dukungan dan dorongan yang kalian berikan.

8. Kepada Bapak Andri Anas selaku Ketua Umum (DPD) BKPRMI Jakarta

(8)

v

atas bantuan penelitian yang telah disediakan.

9. Kepada para sahabat-sahabat PMII KOMFAKDA maupun KOMPABANGSA

yaitu Didik Setyawan, Matsalul Jaki, Sirojuddin, Said, Faiz Mubarok, Didi

Triadi serta yang lainnya telah banyak memberikan motivasi, ilmu, dan

masukan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih untuk teman-teman MD A angkatan 2010, serta sahabat kelas

Nurul Husna, Ahmad Nursyamsi, Alung dan Siro yang banyak memberikan

canda tawa dan hiburan, semoga pintu kesuksesaan terus menghampiri kita

semua.

11.Terima kasih untuk teman-teman di Jakampus UIN yang selalu loyal dan terus

mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca

dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua

Amin.

Jakarta, 4 November 2014

(9)

vi

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Metodelogi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen ... 12

1. Pengertian Manajemen ... 12

2. Unsur-Unsur Manajemen ... 15

3. Fungsi Manajemen ... 17

4. Tahapan dan Penerapan Manajemen ... 23

B. Dakwah ... 26

1. Pengertian Dakwah ... 26

2. Unsur-unsur Dakwah ... 29

(10)

vii

BAB III GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIA JAKARTA SELATAN

A.Sejarah Berdirinya ... 44

B. Visi, Misi dan Tujuan ... 47

C.Organisasi Kepengurusan ... 50

D.Program dan Bentuk Kegiatan ... 56

E. Sarana dan Prasarana ... 60

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID INDONESIAJAKARTA SELATAN A. Deskripsi Informan (Subjek Penelitian) ... 62

B. Kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 65

C. Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan ... 70

(11)

viii DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

Pada dasarnya manajemen merupakan suatu perencanaan yang sangat

berperan penting pada kehidupan sehari-hari. Karena segala sesuatunya

apabila ingin tercapai dengan baik maka harus adanya penerapan manajemen

secara baik atau dalam hal ini bisa disebut juga sebagai pengaturan.

Manajemen yang dapat dikategorisasikan sebagai ilmu (science), maupun

sebagai seni (art), pada mulanya tumbuh dan berkembang dikalangan dunia

industri dan perusahaan (bussiness). Akan tetapi dalam perkembangan

selanjutnya ternyata sangat diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam

berbagai lapangan.

Pada zaman modern sekarang ini boleh dikatakan tidak ada suatu usaha

kerjasama manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang tidak

mempergunakan manajemen. Maka usaha dakwah yang lebih luas dan

complicated dibandingkan dengan kegiatan bussiness, tentulah tidak dapat

berjalan secara efektif dan efisien, apabila tidak disertai dengan manajemen.

Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam proses

penyelenggaraan dakwah adalah conditio sine qua non.1

Islam merupakan salah satu dorongan yang bersifat rohani yang

menimbulkan untuk senantiasa aktif dalam melakukan kegiatan dakwah.

Kemajuan dan kemunduran umat Islam, sangat berkaitan erat dengan kegiatan

1

(13)

dakwah yang dilakukan. Kata “dakwah” berasal dari bahasa arab yang artinya

ajakan, seruan, panggilan, undangan. Jadi definisi dakwah secara umum

adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi ajaran–ajaran dan tuntuan–

tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,

menyetujui, melaksanakan suatu idiologi pendapat pekerjaan tertentu.

Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan

untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.2

Dakwah sebagai ajakan juga bisa dilihat dari peranan budaya yang

dapat dilihat bagaimana komunikasi terhadap budaya itu sendiri dilihat dari

berbagai level, komunikator, level keluarga, komunikasi antar pribadi, orang

yang berbeda jenis kelamin, etnis dan ras serta komunikasi antar kelompok,

komunikasi organisasi, komunikasi politik tingkat nasional dan internasional.3

Berangkat dari masalah di atas, maka suatu organisasi/lembaga dakwah

merupakan pilihan positif dalam rangka pembinaan ajaran Islam yang

Rahmatanlil’alamin, terlebih konteks ini mengarah kepada para

pemuda/remaja. Contohnya seperti badan remaja masjid, dimana hal tersebut

mampu memberikan wadah yang positif yaitu kreatifitas dengan tetap

menjunjung tinggi nilai–nilai agama sebagai penggerak semua aktivitas.

Manajemen berperan sebagai alat untuk membantu terlaksananya dakwah agar

lebih efektif dan efisien. Di mana sumber daya manusia sebagai poros dan

mengerucut pemuda sebagai pelaku utamanya. Pemuda yang akan berperan

2

Toha Jahja Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya Jakarta, 1967), Cet. Ke-1. h. 10.

3

(14)

dalam mengembangkan dakwah adalah pemuda yang memiliki iman yang

mantap, ilmu yang memadai dan amal yang ihsani. Ketiganya harus menyatu

pada diri pemuda yang akan mengembangkan dakwah Islam. Ilmu berguna

memperkaya pengetahuan dan menjadi faktor komplementer dari pemaknaan

terhadap keimanan dan kehidupan, dan amal merupakan upaya keteladanan

sebagai juru dakwah yang akan menjadi tuntunan (orang yang didakwahi).

Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk mashdar

dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil, menundang,

mengajak, mendorong dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan

menganjurkan untuk mengamalkannya.4

Untuk itu, penerapan manajemen pada kegiatan dakwah dianggap perlu

dan kedepan harus mengantarkan terbinanya solidaritas dan kerja sama dalam

menyelesaikan persoalan umat terutama pada kaum muda yang memang

merupakan bibit generasi Islam yang didambakan nantinya. Untuk itu,

koordinasi menyeluruh antar organisasi bidang dakwah harus terwujud. Jika

kepercayaan bisa diwujudkan, maka dakwah kolaboratif bisa terwujud. Oleh

karena itu hakikat dakwah Islam telah berlangsung lama yang intinya adalah

sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan kebenaran ajaran

agama untuk membangun tatanan kehidupan yang lebih baik.

Keseluruhannya semakin dibutuhkan manakala kita melihat begitu

pengapnya dunia modernisme yang terbaratkan (westernisasi dan sekulerisasi)

karena telah menutup ruang-ruang, ventilasi pada kehidupan manusia di mana

4Jum’

(15)

agama sejatinya menyinarinya. Karenanya para pemuda juga harus dapat

membaca prospek dan tantangan dakwah ke depan muaranya pada massifnya

gerakan dakwah yang akan menghantarkan pada ampunan Allah Swt dan

keberkahan negeri Indonesia. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah

tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun

eksternal, dimana tujuannya mampu menciptakan masyarakat madani yang

bersyariatkan Islami.

Serta pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani

(teologis) yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam

bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi

cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan

individual dan sosio–kulturan dalam rangka mengusahakan terwujudnya

ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.5

Dengan menggunakan prinsip manajemen, kegiatan dakwah diharapkan

terus mampu merencanakan dan mengorganisasikan dalam suatu kesatuan

yang digerakkan dan diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Kemudian

langkah selanjutnya dilakukan pengawasan atau penilaian untuk memeriksa

dan mengetahui sampai dimana usaha-usaha dakwah yang telah dilakukan.

BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia)

Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan Merupakan salah satu lembaga

dakwah yang dalam aktivitas–aktivitasnya menerapkan pola manajemen guna

tercapainya tujuan dakwah yang telah direncanakan, baik itu menggunakan

5

(16)

pendekatan dakwah verbal maupun melalui dakwah bil hal. Kegiatan dakwah

di BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia)

Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta Selatan diharapkan dapat memberikan

perubahan, bagi remaja muslim khususnya yang ada di Jakarta Selatan dan

umumnya pada seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis meneliti tentang

Manajemen Pada Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda Dan Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI)

Jakarta Selatan .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih fokus dan mendalam penulis

akan membatasi pada penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang

ada di DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Sedangkan pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka

penulis perlu membuat perumusan masalah pada penulisan penelitian ini

untuk menjawab permasalahan – permasalahan sebagai berikut :

a. Apa saja kegiatan Dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang

dilakukan ?

b. Bagaimana bentuk program manajemen dakwah yang dilakukan DPD

BKPRMI Jakarta Selatan ?

(17)

BKPRMI Jakarta Selatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini, yaitu

:

a. Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada DPD BKPRMI

Jakarta Selatan yang selama ini telah dilakukan.

b. Untuk mengetahui program manajemen dakwah yang dilakukan DPD

BKPRMI Jakarta Selatan.

c. Untuk mengetahui temuan analisis manajemen pada kegiatan dakwah

yang dilakukan DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

masalah ini, disamping sebagai pembanding antara teori yang

didapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi dilapangan.

Serta dalam akademis diharapkan dapat menambah wawasan dan

khazanah ilmu pengetahuan khususnya jurusan Manajemen Dakwah

dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.

b. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian

guna mengembangkan konsep dakwah yang sesuai dengan kondisi dan

situasi.

(18)

pengembangan dakwah DPD BKPRMI Jakarta Selatan untuk menjadi

contoh bagi lembaga-lembaga lain.

D. Metodelogi Penelitian

Metodelogi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang

langkah–langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

dengan masalah–masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan

dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Dalam pembahasan penelitian

ini penulis menggunakan metode deskriptik analitik, yaitu penelitian yang

dilakuakan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data–data, dan

kemudian data–data yang diperoleh disusun dan dikemukakan dengan

subjektif mungkin untuk kemudian dianalisis.6

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota DPD

BKPRMI Jakarta Selatan, dimana terdapat 5 orang yang dapat dijadikan

acuan untuk penelitian ini. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini

adalah penerapan manajemen pada kegiatan dakwah yang dilaksanakan

DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

2. Waktu dan Lokasi penelitian

Sekiranya penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung sesuai

6

(19)

dengan batasan waktu yang ditentukan. Adapun tempat penelitiannya di

sekretariat DPD BKPRMI Jakarta Selatan yang bertempat di Masjid Jami’

Al Hikmah Jl. Ulujami Raya No 22b, Kecamatan Pesanggrahan, Ulujami

Jakarta Selatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Melalui penelitian lapangan akan diperoleh data-data primer dimana

penelitian tersebut dilakukan dengan cara :

1) Observasi

Dalam penelitian ini penulis mengamati langsung objek yang akan

diteliti, adapun hal-hal yang diperlukan untuk observasi ini adalah

alat perekam, kamera, buku catatan yang akan digunakan selama

observasi berlangsung.

2) Wawancara (Interview)

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung

tentang beberapa jenis data.7 Dalam penelitian ini penulis langsung

mewawancarai pengurus DPD BKPRMI Jakarta Selatan.

3) Dokumentasi

Dokumentasi dapat diartikan sebagai bahan tertulis maupun data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal

organisasi itu sendiri.

4) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder.

7

(20)

Dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, dan

referensi dari sumber-sumber lainnya yang dapat

dipertanggungjawabkan dan relevan dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Analisa Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan

diinterpretasikan. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan

metode analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data

dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang

terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis telah membaca dan

menganalisis dari beberapa karya ilmiah mengenai manajemen program

pengembangan dakwah dan remaja masjid diantaranya dengan judul :

”Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini” oleh Rahmawati

jurusan Manajemen Dakwah, yang membedakannya yaitu terletak pada

lembaga yang diteliti serta pada pengembangan manajemen dakwah.

“Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung dalam Pembinaan

Pemuda di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat” oleh Ahmad Rifqi jurusan

Manajemen Dakwah, yang membedakan dari skripsi ini terletak pada strategi

pelaksanaan dakwah yang dimiliki sanggar budaya betawi si pitung dalam

upaya pembinaan pemuda di wilayah Rawa Belong Jakarta Barat.

“Manajemen Program Dakwah Pusbinroh DKI Jakarta” oleh Safrida

Fitri Auriyah jurusan Manajemen Dakwah yang membedakan skripsi ini

(21)

Berdasarkan kajian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan

sudut pandang yang berbeda yaitu mengenai “ Penerapan Manajemen pada

Kegiatan Dakwah Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda dan

Remaja Masjid Indonesia (DPD BKPRMI) Jakarta Selatan “.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran mengenai penelitian ini, penulis telah menyusun

penulisan ini dalam lima bab. Masing – masing bab terdiri dari beberapa sub

bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran–

saran. Adapun sistematika penulisan ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan

pustaka, sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Terdiri dari pengertian Manajemen, Fungsi Manajemen, Unsur–

unsur Manajemen, Tahapan dan Penerapan Manajemen,

Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, Penerapan

Manajemen dalam Dakwah, Pengertian Remaja Masjid, Remaja

Masjid Sebagai Lembaga Dakwah.

BAB III : GAMBARAN UMUM DEWAN PENGURUS DAERAH

BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA MASJID

INDONESIA JAKARTA SELATAN

(22)

Kepengursan, Program dan Bentuk Kegiatan, Sarana dan

Prasarana.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

PADA KEGIATAN DAKWAH DEWAN PENGURUS

DAERAH BADAN KOMUNIKASI PEMUDA DAN REMAJA

MASJID JAKARTA SELATAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang Deskripsi Informan (Subjek

Penelitian), Kegiatan Dakwah pada DPD BKPRMI Jakarta

Selatan, Program Manajemen Dakwah DPD BKPRMI Jakarta

Selatan, Analisis Manajemen pada Kegiatan Dakwah DPD

BKPRMI Jakarta Selatan.

BAB V : PENUTUP

(23)

12

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian, secara universal

merupakan sumberdaya suatu organisasi untuk mencapai sasaran dan

kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non

profit. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris,

management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan

pengelolaan. Serta pada kesimpulannya adalah sebagai suatu proses yang

diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi

untuk mencapai suatu tujuan.1

Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang

dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian manajemen, diantaranya :

a. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen.

Yang berpendapat dalam hal ini adalah George R. Terry yang

pernyataannya dikutip oleh Mochtar Effendi, dengan mengemukakan

bahwa manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seorang yang

berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan

tanggung jawab tetap di tangan yang memerintah.2

1

M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet. Ke-3. h. 9.

2

(24)

Pengertian ini juga dikemukakan oleh Laurent A. Aply yang

dikutip oleh Jawahir Tantowi, mengatakan bahwa “Management is art

of getting think done tough people” (Manajemen adalah seni untuk

menggerakan orang melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai hasil

tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).3

b. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.

Hal ini dikemukakan oleh A. W. Widjaya dengan mengatakan

bahwa manajemen adalah suatu seni dan ilmu, yaitu seni dan ilmu

perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, penyusunan, dan

pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang ditentukan.4

Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang

nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen

sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena,

gejala-gejala, kejadian-kejadian dan keadaan. Mary Parker Follet juga

mendefinisikan manajemen sebagai seni, yaitu dimana dalam

menyelesaikan pekerjaan yang ditentukan dengan melalui orang lain.

Hal ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan

organisasi melalui pengaturan-pengaturan orang lain untuk

melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan.5

Sedangkan manajemen dikatakan sebagai ilmu, karenamenurut

Gullick manajemen telah memenuhi persyaratan bidang ilmu. Karena

3

Jawahir Tantowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al Quran, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), h. 9.

4

A. W. Widjaya, Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet, ke-II, h. 13.

5

(25)

telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasikan

menjadi suatu rangkaian teori, teori manajemen selalu diuji dalam

prektek sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.6

c. Manajemen sebagai suatu proses.

Manajemen sebagai suatu proses dikemukakan oleh Robert

Kreitner dalam bukunya Manajemen yang dikutip oleh Zaini

Muhtarom mengatakan bahwa “Management is the process of working

with and trough others to achive organizational objectives in a

changing environment. Central to this process is the effective and

efficient use of limited resources” (Manajemen ialah proses bekerja

dengan dan melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi

dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada pengunaan

secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas).7

Sedangkan pendapat yang sama dikatakan manajemen sebagai

suatu proses, hal ini dikemukakan oleh James A.F. Stoner dalam

bukunya Manajemen yang dikutip oleh T. Hani Handoko mengatakan

bahwa “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan”.8

Kesimpulan dari rumusan di atas, bahwa manajemen merupakan

serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

6

Ibid, h. 11.

7

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manjemen Dakwah, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1996), Cet, ke-I, h. 36.

8

(26)

mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan

menggunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Di samping itu, pengertian manajemen juga sangat ditekankan pada aspek

pengaturan aktivitas fungsi dari sumber daya manusia. Dalam hal ini manajer

atau pimpinan serta manajer staff sangat berkepentingan, karena ketiga

komponen tersebut merupakan faktor penggerak dalam sebuah organisasi.

Sesuai dengan definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para

pakar di atas, maka esensi manajemen adalah proses integrasi dan

koordinasi.

2. Unsur-Unsur Manajemen

Pada umumnya seperti yang telah diketahui bahwa untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien, maka sangat diperlukan sekali adanya

fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut juga sumber atau

unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur-unsur tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man,

money, materials, machines, method, dan markets.

a. Man (SDM)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang

melakukan proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk

kerja. Serta dalam diri manusia terdapat potensi berupa akal, daya fikir,

daya hayal, dan berbagai daya yang memungkinkan akan terbentuknya

berbagai macam inspirasi.9

9

(27)

b. Money(Uang)

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.

Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, besar kecilnya

hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam

perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting

untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan

secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang

harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang

dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari

suatu organisasi.

c. Materials (Bahan)

Materi terdiri dari bahan setengah jadi atau bersumber pada

sumber daya alam yang dikelola. Dalam dunia usaha untuk mencapai

yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus

dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai salah satu

sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi

tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

d. Machines (Mesin)

Dalam menopang manajemen, mesin menjadi pembantu dalam

terselenggaranya kegiatan manajemen. Tanpa adanya mesin proses

manajemen akan berjalan lambat dan sulit diwujudkan. Karena

penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan

(28)

e. Methods (Metode)

Metode adalah cara yang digunakan untuk mewujudkan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Metode atau cara sangat menentukan kelancaran roda

manajemen dalam organisasi, dengan metode yang tepat akan

menghasilkan output yang bagus sehingga menguntungkan bagi yang

menggunakanya.

Metode yang tepat adalah metode yang memiliki jiwa ilmiah

dalam arti mengandung dua aspek, yakni analisis dan kontruksi.

Analisis berarti pemilihan yang dilakukan manajemen, sedangkan

kontruksi berarti penambahan yang dilakukan manajemen dari hal

yang dihadapi oleh manajemen itu sendiri.10

f. Market (Pasar)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting, sebab

bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang

akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh

sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi

merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat

dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera

konsumen dan daya beli kemampuan konsumen.

3. Fungsi Manajemen

Manajemen adalah proses yang khas untuk mengatur kelangsungan

kegiatan, karena dengan adanya manajemen maka terdapat mekanisme

10

(29)

yang menjamin untuk menyelesaikan kewajiban dan mendapatkan hasil

baru sesuai dengan proses yang teratur. Sebuah organisasi atau aktivitas

jika dilaksanakan dengan manajemen dengan manajemen dapat diketahui

secara utuh kapasitas kemampuannya dan menunjukkan jalan yang paling

utuh untuk mewujudkan tujuan-tujuannya.11

Manajemen juga merupakan faktor utama yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sebuah

rancangan yang dijadikan dasar-dasar untuk pelaksanaan organisasi yang

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak sekali para ahli ilmu

manajemen yang memiliki pendapat tentang fungsi manajemen, seperti

Henry Fayol industriawan Perancis sebagai pelopor pendekatan fungsional

mengemukakan lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses

pelaksanaan manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Command (perintah), Coordination (koordinasi), dan

Control (pengawasan).12

Dan juga pendapat Luter Gullich yang berpendapat bahwa fungsi

manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,

pemberian perintah, pengkordinasian, pelaporan dan pembiayaan.13

Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat

saja yang mana secara umum telah dipergunakan dalam berbagai instansi

atau lembaga yaitu menurut pendapat M. Manulang. Fungsi tersebut

11

M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012), Cet, ke-2, h. 82.

12

Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, h. 38.

13

(30)

adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan.

Berikut penjelasan masing-masing fungsi manajemen, yaitu :

a. Perencanaan (Planning)

Rencana merupakan pokok dasar yang harus dimiliki dari setiap

organisasi maupun lembaga. Karena dengan adanya rencana program

apapun yang sudah tertera pasyi dapat berjalan dengan maksimal dan

sesuai dengan harapan yang sudah ditentukan.

Oleh karena itu definisi perencanaan adalah pemilihan atau

penetapan tujuan-tujuan organisasi yang telah disepakati dengan

penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, prosedur, metode, system,

anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.14

Menurut Louis A. Allen yang dikutip oleh Bedjo Siswanto

mengatakan bahwa perencanaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang

dioperasikan oleh manajer untuk berfikir ke depan dan mengambil

keputusan yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi

tantangan di waktu yang akan datang.15

Aktivitas-aktivitas yang ada dalam perencanaan adalah :

1) Perkiraan (Forecasting)

Perkiraan adalah suatu prediksi guna mempersiapkan hal

apapun yang nantinya akan terjadi pada masa yang akan datang.

2) Tujuan (Objectives)

Tujuan adalah penentuan perumusan sasaran dalam rangka

pencapaian dari prioritas pelaksanaannya. Agar tujuan itu tercapai

14

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, h. 23.

15

(31)

maka instansi atau organisasi harus berusaha dengan

sungguh-sungguh.

3) Kebijakan (Policies)

Kebijakan adalah suatu yang diperlukan sebagai rujukan atau

pedoman umum dalam pengambilan keputusan. Kebijakan akan

sangat mempengaruhi cara, pola, strategi, dan fokus perubahan

yang akan dicapai.16

4) Program (Programming)

Program adalah rancangan kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan oleh sebuah organisasi. Di dalam program juga

ditemukan mana yang harus lebih dulu diprioritaskan, mana

program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.17

5) Jadwal (Shedule)

Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan

program-program yang sudah ditentukan dan batas-batas waktu

program harus dijalankan.

6) Prosedur (Prosedures)

Prosedur adalah metode atau cara yang digunakan dalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Tanpa adanya prosedur maka

proses jalannya organisasi akan tidak stabil.18

16

Markinuddin, Tri Hadyanto Sasongko, Analisis Sosial, (Bandung: Yayasan Akatiga, 2006), h. 24.

17

Jhon M. Ivancevich, Robert Konopaske, Perilaku dan Manajemen Organisasi, (Mc Graw Hill: Erlangga, 2006), h. 27.

18

(32)

7) Anggaran (Budget)

Budget merupakan anggaran-anggaran atau ongkos biaya

yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi.19

b. Pengorganisasian (Organizing)

Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara

umum yang diartikan adalah sebagai keseluruhan proses

pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas tanggung jawab atau

wewenang sedemikian rupa sehinga tercipta suatu organisasi yang

dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditentukan.20

Sedangkan T. Hani Handoko mengemukakan pengertian

bahwa pengorganisasian adalah :

1) Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan organisasi.

2) Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja

yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.

3) Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.

4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk

melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur

formal dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.21

Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang

dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang bulat.

19

Justin T. Sirait, Anggaran sebagai Alat Bantu bagi Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 73.

20

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), h. 77.

21

(33)

c. Penggerakkan (Actuating)

Penggerakkan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan

suatu organisasi menjadi “berjalan”, George R. Terry memberikan

definisi penggerakan ini sebagai “tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai

sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dari usaha-usaha

organisasi”.22

Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin

serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi,

dan disiplin karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan

dengan orang-orang dalam organisasi.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan mengandung arti penjagaan stabilitas guna

mencapai keseimbangan, bagaimanapun juga manajer harus selalu

merubah apa yang dikerjakannya atau merubah standar yang digunakan

sekarang untuk mengukur pelaksanaan.23

Fungsi pengawasan sangatlah dibutuhkan, tanpa adanya

pengawasan maka fungsi-fungsi lain tidak akan berjalan dengan baik.

Di dalam pengawasan ini seorang pimpinan bisa merubah atau

memperbaiki apa yang dikerjakan jika terjadi

penyimpangan-penyimpangan di tengah jalan yang tidak sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

22

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, h. 87.

23

(34)

Menurut prosesnya maka pengawasan terdiri dari

kegiatan-kegiatan antara lain :

1) Menentukan standar sebagai suatu ukuran pengawasan.

2) Pengukuran dan pengamatan terhadap berjalannya operasi

berdasarkan rencana yang ditentukan.

3) Penafsiran dan perbandingan hasil yang ada dengan standar yang

diminta.

4) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.

5) Perbandingan hasil akhir dengan masukan yang telah terjadi.24

4. Tahapan dan Penerapan Manajemen

Manajemen diperlukan sebagai upaya agar segala kegiatan yang

dilakukan berjalan efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan

mengarah kepada apa yang diharapkan, ada beberapa fungsi yang sudah

diketahui sebelumnya yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan atau implementasi, serta pengendalian atau pengawasan.25

Agar manajemen dapat berjalan dengan mulus serta dapat bekerja

ekstra di setiap lini maka dibutuhkan tahapan manajemen dari tingkat

teratas sampai terbawah, pelaksanaan ini dapat berlangsung dalam wilayah

kerja masing-masing namun berkewajiban untuk saling berkomunikasi.

Adapun tahapan manajemen tersebut adalah26:

a. Manajemen level atas, dimana manajemen ini bekerja untuk

mengonsep dan mewujudkan visi dan misi. Serta merancang strategi

24

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 129.

25

Erni Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2005), h. 7.

26

(35)

secara keseluruhan dan mengedepankan pekerjaan dengan format

keputusan bersifat umum.

b. Manajemen level menengah, yaitu mengedepankan konsep efektivitas

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dan bertugas mengkoordinir

pada setiap bidang yang ada.

c. Manajemen level bawah, yaitu mengedepankan konsep efisiendi

dalam bekerja. Dan melakukan pekerjaan dengan sangat sistematis

sesuai arahan yang sudah ada terhadap tujuan yang akan dicapai.

Dalam penerapannya tentu manajemen sangat dibutuhkan dalam

segala bidang. Ini merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja,

karena peranannya dapat menjadikan suatu tujuan yang diharapkan

menjadi efektif dan efisien. Untuk itu, penerapan yang dilakukan adalah

memasukkan fungsi-fungsi manajemen pada setiap instansi/lembaga yang

terkait dan telah menjadi tolak ukur suatu keberhasilan dalam mencapai

tujuan. Maka fungsi-fungsi manajemen inilah yang menjadi suatu terapan,

yaitu27 :

a. Menerapkan fungsi perencanaan, yaitumenyadari bahwa

apapuntujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien

bilamana sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan

matang. Demikian pula dengan suatu program/kegiatan yang sudah

ada, dan proses pencapaian tujuannya memerlukan proses manajemen

yang sehat, dalam arti terarah dengan efektif, dan efisien. Empat tahap

dasar perencanaan :

27

(36)

1) Menetapkan tujuan/serangkaian tujuan

2) Merumuskan keadaan saat ini

3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

4) Mengembangkan rencana/serangkaian kegiatan untuk pencapaian

tujuan

b. Menerapkan fungsi pengorganisasian, yaitu

mampumengimplementasikan suatu tindakan atau kegiatan

danmenggabungkan seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian

dalam suatu kelompok, serta bersama-sama bekerja guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Dalam penerapan ini harus menggunakan

metode yang dikenal dengan KISS (koordinasi, integrasi,simplifikasi,

dan sinkronisasi) untuk dapat menciptakankeharmonisan dalam

kegiatan organisasi.

c. Menerapkan fungsi penggerakkan, yaitu usaha, cara, teknik dan

metode untuk mendorong para anggota serta menjuruskan semua

anggota agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk mencapai

maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan

serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.

d. Menerapkan fungsi pengawsan, yaitu merupakan proses untuk

mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah

disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

Untuk menjalankannya tentu diperlukan adanya standar kinerja yang

jelas. Dari standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang

(37)

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pada dasarnya pengenalan orang terhadap suatu istilah tidak selalu

menjadi jaminan bahwa orang tersebut dapat memahami dengan baik

pengertian yang dikandung oleh istilah itu. Demikian pula terhadap

konteks istilah dakwah, meskipun istilah tersebut sudah sangat populer di

Indonesia akan tetapi belum tentu setiap orang dapat memahami

pengertian dakwah secara sebaik-baiknya. Ditinjau dari segi bahasa,

dakwah berarti : panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut

dalam bahasa Arab disebut mashdar.28

Hal ini diartikan secara etimologis yang berasal dari kata da’a,

yad’u, da’wan, du’a sebagai artian mengajak, menyeru, dan permintaan.

Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr

ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah,

tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.29

Oleh karena itu, pengertian dakwah secara terminologis dimaknai

dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan

keselamatan dunia dan akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan

definisi dakwah yang bervariasi, diantaranya :

a. Toha Yahya Omar yang dikutip oleh Nasaruddin Latif mengatakan

bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana

28

A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 7.

29

(38)

kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.30

b. Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada

keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi

yang lebih baik dan sempurna beik terhadap pribadi maupun

masyarakat.31

c. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan

menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah termasuk

amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia

dan akhirat.32

d. Sedangkan M. Arifin mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan

yang “mengajak” baik dalam bentuk tulisan, tingkah laku dan

sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain, baik secara individual maupun secara

kelompok, agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,

sikap, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai

message (pesan) yang disampaikan kepadanya tanpa adanya

unsur-unsur paksaan.33

Dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengandung

pengertian dakwah, diantaranya adalah surat Ali Imran ayat 104 dan 110,

surat Al „Araf ayat 157 dan surat At Taubah ayat 71, yang berbunyi :

30

Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, (Jakarta: PT Firma Dara, 2007), h. 11.

31

Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 194.

32

Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, 2001), h. 31.

33

(39)

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah

dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al. Imran:104)34

Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang

munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Al. Imran:110)35

Artinya : “ Orang-orang yang mengikut Rosul, Nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,

yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka

dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu pada mereka. Maka

34

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraa dan Penafsir Al Qur’an, 1990), h. 93.

35

(40)

orang-orang yang beriman kepadanya. Memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. “ (QS. Al.A’raf:157)36

Artinya : “ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka

menyuruh yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat, dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka

itu akan diberi rahmat oleh Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At. Taubah:71)37

Dari beberapa pengertian di atas, meskipun formulasinya

berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun dapat disimpulkan bahwa

esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia,

baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada

situasi yang lebih baik.

Dimana dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan

untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku ummat yang

tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariat

untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat

dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku

36

Ibid, h. 246.

37

(41)

dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media

dakwah), thariqoh (metode), dan atsar (efek dakwah).38

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,

maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau

lewat organisasi/lembaga. Kata Da’i berasal dari bahasa Arab yang

berarti orang yang mengajak. Menurut istilah Da’i berarti orang yang

mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung

menuju kearah perbuatan yang lebih baik menurut ajaran Islam.39

Menurut penulis, seorang Da’i harus memiliki keistiqomahan

dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru kepada jalan yang benar

dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Dimana Da’i

berperan sebagai pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat

keselamatan hidup baik di dunia maupun akhirat kelak.

Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu

proses dakwah di samping faktor hidayah Allah SWT. Hal ini

mengerucut kepada tataran subyek dakwah yaitu manusia. Manusia

tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah, sebagaimana

yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang kafir,

sehingga mereka mau masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek

Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu proses dakwah.

38

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 21.

39

(42)

Seorang Da’i juga harus berfungsi mengetahui cara

menyampaikan tentang dakwah tentang Allah, alam semesta, dan

kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi,

terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang

dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia

tidak salah dan tidak melenceng.40

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok,

baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata lain,

manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama

Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti

agama Islam sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama

Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan

Ihsan.41

Mad’u merupakan mitra dakwah yang terdiri dari berbagai

macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’usama

dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi,

ekonomi, dan seterusnya. M. Munir mengutip di dalam bukunya

ungkapan Muhammad Abduh yang menyatakan bahwasannya membagi

mad’u menjadi tiga golongan, yaitu :

40

Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhowi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h. 18.

41

(43)

1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir

secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir

secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap

pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan trsebut, mereka

senang membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan

tidak mampu membahasnya secara mendalam.42

c. Maddah (Materi Dakwah)

Materi dakwah atau pesan adalah pesan-pesan atau segala sesuatu

yang harus disampaikan oleh Da’i kepada Mad’u, yaitu keseluruhan

ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.43

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat

masalah pokok, yaitu :

1) Akidah

2) Ibadah

3) Muamalah

4) Akhlak

5) Sejarah

6) Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk

singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk

42

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet. Ke-3, h. 24.

43

(44)

mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan

perubahan-perubahannya.44

Dalam materi dakwah di harapkan para penyuluh agama

(da’i) dalam hal ini sebagai agen perubahan menyampaikan ajaran

agama Islam senantiasa memasukkan (difusi) ide yang terbaru,

ide-ide terbaru tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.

d. Wasilah(Media Dakwah)

Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah kepada mad’u.45 Untuk menyampaikan

hal tersebut dapat menggunakan berbagai wasilah. M. Munir mengutip

ungkapan Hamzah Ya’qub yaitu membagi wasilah dakwah menjadi

lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

1) Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat

berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan

sebagainya.

2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat

kabar, spanduk dan sebagainya.

3) Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan

sebagainya.

4) Audiovisual adalah dakwah melalui indra pendengaran, penglihatan,

atau kedua-duanya, seperti televisi, film, internet, dan sebagainya.

44

Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, h. 14.

45

(45)

5) Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islamyang secara langsung dapat dilihat dan

didengarkan oleh mad’u.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan

secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana

sistem, dan tata pikior manusia.46

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah

untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam

menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting

peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan

lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si

penerima pesan.47

Secara garis besar ada tiga pokok metode (Thariqah) dakwah,48

yaitu :

1) Bi al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasarn dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan

mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam

selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

2) Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih

46

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet, ke-1, h. 160.

47

M. Munir, Wahyu Ilaihi,Manajemen Dakwah, Cet, Ke-3, h. 33.

48

(46)

sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu

dapat menyentuh hati mereka.

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara

bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya

dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memeberatkan

pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

f. Atsar (Efek Dakwah)

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback(umpan balik) dari

proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian

Da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah

disampaikan, maka selesailah tugas dakwah. Padahal atsar sangat besar

artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.

Dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka

diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya. Demikian

juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah

yang dianggap baik dapat ditingkatkan. Jika proses ini dapat terlaksana

dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam

bidang dakwah. Dalam bahasa agama, inilah sesungguhnya yang

disebut dengan ikhtiar insani.49

Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa ada beberapa efek yang

timbul dari suatu tindakan dakwah yang dilakukan, yaitu efek kognitif

hal ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,

atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi

49

(47)

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Efek afektif

timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau

dibenci, khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan

emosi, sikap, serta nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada

perilaku nyata yang diamati, yang meliputi pola-pola tindakan,

kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.50

3. Penerapan Manajemen dalam Dakwah

Semakin berkembangnya zaman dalam mengatasi suatu problema

diperlukanlah suatu ilmu manajemen. Hal ini digunakan sebagai alat

pengaturan untuk mencapai tujuan yang pasti secara maksimal. Chester J.

Barnard mengemukakan bahwa “ tidak ada suatu hal untuk akal modern

seperti sekarang ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen,

kelangsungan hidup pemerintah yang beradab akan sangat bergantung

pada kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sesuatu

memerlukan administrasi dan manajemen sebagai alat dalam memecahkan

masyarakat modern”.51

Alasan tersebut yang membuat mengapa masyarakat modern

mengkaji dan mengembangkan manajemen termasuk dalam kegiatan

dakwah yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-harinya. Ajaran Islam termasuk dalam konsepsi yang sempurna dan

komprehensif, karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia.52

50

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka, Teori dan Praktik Berpidato,

(Bandung: Akademika, 1982), h. 269.

51

Sondang P. Siagian, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1978), h. 2.

52

(48)

Dalam konteks dakwah sebagai suatu proses usaha kerjasama untuk

mencapai apa yang menjadi tujuannya, menyangkut segi-segi atau

bidang-bidang yang sangat luas. A. Rosyad Saleh dalam bukunya Manajemen

Dakwah Islam mengemukakan bahwa dakwah memasuki segenap

lapangan kehidupan manusia, yaitu bidang pendidikan, sosial, ekonomi,

politik dan kebudayaan kesemuanya itu terdapat persoalan dakwah.53

Dalam bidang pendidikan misalnya, yaitu bagaimana usaha

pendidikan itu harus diselenggarakan. Sehingga dapat mengantarkan dan

mencetak anak-anak didik menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak

mulia, dimana hal ini merupakan salah satu aspek penting bagi dakwah.

Dalam bidang sosial, dimana berperan sangat penting karena untuk

mewujudkan kesejahteraan, melenyapkan segenap hambatan dan

kepincangan hidup, seperti kemiskinan, keterbelakangan, kebidihan

merupakan persoalan-persoalan dakwah.

Dalam bidang ekonomi, proses dakwah antara lain berupa

mencarikan jalan keluar terhadap kesulitan yang dihadapi masyarakat

dalam mendapatkan lapangan kerja serta memberikan dorongan agar

setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh

pekerjaan. Kemudian dalam bidang politik, dimana usaha-usaha dalam

rangka dakwah antara lain memberikan warna keIslaman ke dalam

lingkungan pemegang kekuasaan, sehingga kekuasaan yang dipegangnya

tidak dipergunakan untuk menindas dan tidak disalah gunakan untuk

kepentingan sendiri.

53

(49)

Serta berikutnya dalam bidang kebudayaan, dimana dakwah

berperan sebagai usaha mengukuhkan nilai-nilai ajaran Islam dalam

kehidupan masyarakat, sehingga ajaran Islam benar-benar menjadi sumber

dan mewarnai seluruh ide dan karya manusia.

Sesuai dengan pengertian dakwah yang begitu luas, maka

pelaksanaan dakwah tidaklah mungkin dilakukan oleh orang seorang

secara sendiri-sendiri. Pelaksanaan dakwah yang mempunyai skope

kegiatan yang begitu kompleks, hanya akan dapat berjalan secara efektif,

bilamana diterapkan ilmu manajemen serta kepemimpinan didalamnya.

Hal ini dilakukan agar setiap tenaga yang berada dalam proses dakwah

berjalan dengan maksimal.54

Adapun prosesnya yaitu dengan cara merencanakan tugas,

mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga

pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian

menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah yang dalam hal ini

disebut Manajemen Dakwah.55

Dalam hal ini, kemampuan serta keahlian untuk penerapan

manajemen dalam dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut56 :

a. Melihat kedepan, menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan dan

tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-waktu

yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan

tertentu, menempatkan para pelaksana yang kompoten pada

54

A. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 32.

55

Ibid, h.34.

56

(50)

kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan di

antara mereka.

c. Menggerakkan para pelaksana dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.

d. Mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk, pedoman dan

ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya.

Keempat kelompok kemampuan atau keahlian diatas oleh para ahli manajemen disebut sebagi fungsi manajemen, yang secara berurutan

dinamakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian.

C. Remaja Masjid

1. Pengertian Remaja Masjid

Kumpulan dari remaja yang beraktivitas di masjid dalam rangka

memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung bagi

keberlangsungan dakwah di masjid dan atau di masyarakat. Visi Remaja

Masjid itu sendiri bertujuan melakukan aktivitas sosial dan ibadah di

lingkungan masjid.Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam

menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika

masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya. Sedangkan misi

dari remaja masjid adalah berdakwah dengan hikmah dan pelajaran yang

baik serta menjadi rahmat bagi semesta alam.57

57

(51)

Remaja masjid adalah perkumpulan pemuda masjid yang melakukan

aktivitas sosial dan ibadah di lingkungngan masjid. Pembagian tugas dan

wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang

menggunakan konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah,

mufakat dan amal jama’i (gotong royong) dalam segenap melakukan

aktivitasnya.

Remaja masjid sebagai agen strategis dalam pemberdayaan umat perlu

dibekali keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan, misalnya para

aktivis remaja masjid juga perlu menekuni pengetahuan jurnalistik dan

kewirausahaan. Hal itu penting untuk menguatkan dakwah dan

pemberdayaan umat. Dua pengetahuan itu dapat menjadi sarana dakwah,

maupun peningkatan SDM Remaja Masjid sehingga mampu mandiri.

Dengan demikian, kedudukan remaja masjid adalah sebagai organisasi

otonom yang relatif independen dalam membina anggotanya. Remaja

masjid dapat menyusun program, menentukan bagan dan struktur

organisasi serta memilih pengurusnya sendiri. Karena itu aktivis remaja

masjid memiliki kesempatan untuk berkreasi, mengembangkan potensi

dan kemampuannya serta beraktivitas secara mandiri. Adapun peran dan

fungsi remaja masjid antara lain :

a. Memakmurkan Masjid

b. Pembinaan Remaja Muslim

c. Kaderisasi Umat

(52)

e. Dakwah dan Sosial58

Remaja masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan

beramal sholih dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk

mencapai keridhaanNya. Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka

program yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas.

Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara

struktural dan terencana. Mereka menyusun program kerja periodik dan

melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada :

a. Keislaman.

b. Kemasjidan.

c. Keremajaan.

d. Keterampilan.

e. Keilmuan. 59

Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan

kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif, dan efisien.

Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi – fungsi

organisasi yang disesuaikan dengan program kerja dan aktivitas yang akan

diselenggarakan diantaranya :

Tengah”,(Semarang, 2009), h. 32.

59

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan proses pembuatan plate photopolymer, mesin yang digunakan untuk penyinaran, bahan polymer yang digunakan, cairan pengembangan yang digunakan, proses pengeringan dan

In this study, the in vitro biological activities of water, methanol, acetone, and ethyl acetate extracts of two Hypsizygus tessellatus variants (brown Buna

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen yang dikaitkan dengan layanan LCC.. Konsep-konsep yang digunakan

Untuk mengatasi kecemasan siswa guru dapat menamamkan rasa percaya diri terhadap siswa bahwa mereka bisa mengerjakan dan belajar matematika lebih baik, kita

Implementasi sistem pendukung keputusan perpanjangan karyawan kontrak menggunakan metode Simple Additive Weighting berhasil memberikan urutan nilai tertinggi dari

Setelah berdiskusi,siswa mampu menuliskan 5 contoh pengamalan dari Sila keempat Pancasila dalam kehidupan sehari – hari dengan benar.. Setelah berdiskusi, siswa mampu

Sajian Gendhing Harum Sari Kendhangan Candra Laras Slendro Pathet Nem ini diawali dengan buka rebab yang diterima oleh kendhang Ageng (kendhangan candra), setelah gong buka,

dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, menteri, dan/atau kepala lembaga pemerintah yang terkait penyelenggaraan Hortikultura sesuai dengan