Nama : Enjang Samsudin Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 5 mei 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Babut Tengah Rt02/18
Telepon : 08562275634
Email : Enjangsamsudin@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
1998 – 2004 : SD Negeri Cibabat II Cimahi 2004 – 2007 : SMP Negeri 10 Cimahi 2007 – 2010 : SMA Pasundan 7 Bandung
(REVIEW OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL
TAX CENCUS (SPN) AT BOJONAGARA TAX OFFICE
BANDUNG)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Akuntansi
Program Studi akuntansi
Oleh :
NAMA : ENJANG SAMSUDIN NIM : 21310001
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohiim,
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL (SPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BOJONAGARA BANDUNG”.
Penulisan menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan petunjuk, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikannya.
Selama menyusun laporan ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat besar dan berarti bagi penulis. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Indonesia.
2. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Bapak Adi Rachmanto, S.Kom Selaku Dosen Wali Ak 6
5. Bapak Sudaryono selaku kepala kantor Seksi Ektensifikasi KPP Bojonagara Bandung
6. Bapak Moh. Shokhib, SE. Selaku kepala kantor Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) di KPP Bojonagara Bandung
7. Bapak Udin Saripudin selaku Pembimbing, Pak Omay, Pak Waldi, Pak Eggy, Pak Wisnu yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Kepada Kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak dan Mamah atas kasih sayang dan doanya serta materi yang tidak terhitung banyaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Untuk kedua adikku tersayang Hamdani dan Saeful Anwar yang telah memberikan semangat dan doanya.
10. Untuk Sakthy Mahesa Putri yang selalu memberikan semangat dan doanya sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Sahabat-sahabatku Denny, gunari, TB, Aria, Erna, Mirna, Ines , Ira, Mirna, Dinna, Ditha,Pricilia, Chai, Ines terimakasih atas bantuan, tumpangan, dukungan, serta memberikan semangat dalam penulisan Tugas Akhir ini, serta teman-teman Akuntansi kelas AK-6, terima kasih atas kebersamaannya. 12. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.
Bandung, Juli 2013 Penulis
Enjang Samsudin NIM. 21310001
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 IdentifikasI Masalah ... 6
1.3 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4.1 Maksud Penelitian ... 7
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8
1.5.1 Lokasi Penelitian ...8
1.5.2 Waktu Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Pajak ... 10
2.1.1 Pengertian Pajak ... 10
2.1.2 Fungsi Pajak ... 11
2.1.2.2 Fungsi Regulerend... 13
2.2 Sensus Pajak ... 13
2.2.1 Pengertian Sensus Pajak Nasional ... 13
2.2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional ... 14
2.2.3 Rangkaian Kegiatan Sensus Pajak Nasional ... 14
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Objek Penelitian ... 31
3.2 Metode Penelitian ... 32
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.2.2 Sumber Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1 Hasil Penelitian ... 37
4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung... 37
4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 37
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 40
4.1.1.3 Uraian Tugas Jabatan Kantor Pelayan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 42
4.1.1.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 46
4.1.2.1 Tujuan Kegiatan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 48
4.1.2.2 Hasil Kegitan Sensus Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 49
4.1.2.3 Kendala Yang Dihadapi Petugas Sensus Pajak Dalam Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 51
4.2 Pembahasan ... 53
4.2.1 Analisis Tujuan Kegiatan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 53
4.2.2 Analisis Hasil Kegitan Sensus Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 54
4.2.3 Analisis Kendala Yang Dihadapi Petugas Sensus Pajak Dalam Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Jadwal Pelaksanaan Penelitian...9 Tabel 4.1 Data Pajak Pada KPP Bojonagara Bandung ...49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian ... 62
Lampiran 2 Surat Keterangan Diterima Melakukan Penelitian... 63
Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan Tugas Akhir... 64
Lampiran 4 Struktur Organisasi KPP Bojonagara Bandung ... 65
Lampiran 5 Dokumen Formulir Sensus Pajak Nasional ... 66
Lampiran 6 Dokumen Penugasan Sensus... 69
Lampiran 7 Struktur Organisasi Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat Kantor Pusat ... 70
Lampiran 8 Struktur Organisasi Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat DJP.. 71
Lampiran 9 Struktur Organisasi Tim Sensus PaJak Nasional Tingkat Kantor Pelayanan Pajak ... 72
Lampiran 10 Surat Pernyataan Kerahasian Data Wajib Pajak. ... 73
Lampiran 11 Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. ... 74
Lampiran 12 Surat Permohonan Pendampingan Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional... 75
Lampiran 13 Surat Pernyataan Tidak Bersedia Mengisi Formulir Sensus Pajak... 76
Lampiran 14 Berita Acara Responden Tidak Dapat Ditemui Di Lokasi... 77
Direktorat Jenderal Pajak
Losita Purnastuti ; Mustikawati, Rr Indah. 2006. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Yogyakarta; Grasindo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus Pajak Nasional
Rahayu, Siti Kurnia; Suhayati, Ely. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta; Graha Ilmu
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta; Graha Ilmu
Rimsky K. Judisseno. 1997. Pajak Dan Strategi Bisnis. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama
Suhiyakto Indra. Kusuma, SH. 1988. Mengenal Dasar-Dasar Perpajakan.
Surabaya; Karya Anda
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
www.pajak.go.id
www.analisadaily.com
www.ortax.org
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. (Siti Kurnia
Rahayu : 2009).
Pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dalam hal ini fungsi pajak sebagai
fungsi budgetair sedangkan fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi adalah
fungsi pajak regulerend (Siti Kurnia Rahayu : 2009)
Penerimaan Negara Indonesia sebagian besar berasal dari pajak, tetapi
upaya mengumpulkan dana dari pajak bukan berarti harus semaksimal mungkin.
tetapi hal ini bertentangan dengan hak warga Negara untuk tetap menjalankan
kehidupan yang layak, dengan demikian maka jumlah pajak yang memang
seharusnya diterima kas Negara benar-benar masuk semua. ( Siti Kurnia Rahayu :
Terdapat faktor–faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi dan
menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas Negara melalui pemungutan
pajak kepada warga Negara yaitu sistem adminitrasi perpajakan yang tepat,
pelayanan, kesadaran dan pemahaman warga Negara, serta kualitas petugas pajak.
(Siti Kurnia Rahayu : 2009)
Penerimaan perpajakan telah mencapai lebih dari Rp. 800 T, namun bila
dibandingkan dengan potensi pajak yang ada, maka perlu dilakukan
langkah-langkah terobosan dibidang ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak.
Penerimaan perpajakan dalam APBN-P 2011 ditargetkan Rp. 878,7 T yang
merupakan 75,4% dari total penerimaan dalam negeri Rp. 1.165,3 T. Untuk orang
pribadi, Pembayaran pajak yang dilaporkan melalui penyerahan SPT hanya
berjumlah 8,5 juta padahal jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia
berjumlah 110 juta (data BPS). Artinya, rasio SPT terhadap kelompok pekerja
aktif hanya mencapai 7,73%; dengan kata lain tingkat kepatuhan WP OP masih
sangat rendah. Untuk badan usaha, Pembayaran pajak yang dilaporkan melalui
penyerahan SPT hanya berjumlah 466 ribu sedangkan jumlah badan usaha yang
berdomisili tetap dan aktif berjumlah sekitar 12,9 juta. Artinya, rasio SPT Badan
terhadap jumlah badan usaha aktif hanya mencapai 3,6%; dengan kata lain tingkat
Untuk penerimaan pajak pada KPP Bojonagara tiap tahunnya mengalami
peningktan tetapi untuk tahun 2012 target penerimaan sebesar 678.437.898.774
hanya dapat terealisasi sebesar 639.794.940.264 hal ini bisa disebabkan karena
kepatuhan WP dalam perpajakan mengalami penurunan pada tahun 2012 ( Seksi
Pusat Data dan Informasi KPP Bojonagara Bandung)
“Untuk mengamankan sasaran penerimaan perpajakan itu, Pemerintah terus
melanjutkan langkah-langkah reformasi perpajakan, termasuk melanjutkan
reformasi peraturan dan perundang-undangan pajak. Dalam mengoptimalkan
penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011, Pemerintah
berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Melalui kegiatan sensus itu, kita
ingin cakupan potensi pajak terus meningkat, baik dalam rangka ekstensifikasi
maupun intensifikasi perpajakan. Dengan komitmen itu, dalam RAPBN 2012,
penerimaan perpajakan direncanakan mencapai 1.019,3 triliun rupiah, atau
memberi kontribusi hampir 79 persen dari total pendapatan negara dan hibah.”
(Pidato Presiden pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU Tentang
APBN Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangan Tanggal 16 Agustus 2011).
Saat ini diketahui sedikit sekali Wajib Pajak yang telah menyampaikan
SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak. Dari puluhan juta orang Indonesia
yang berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), hanya 8,5
juta yang melaporkan SPT-nya untuk tahun pajak 2010. Begitu pun dengan
badan usaha. Dari belasan juta yang terdaftar, hanya 466 ribu yang baru
melaporkan SPT atau membayar pajaknya. Menyadari masih sedikitnya jumlah
Sensus Pajak Nasional. Dengan kegiatan ini diharapkan semua orang atau badan
yang belum melaksanakan kewajiban membayar pajak dengan benar, dapat
melaksanakannya sesuai kondisi atau potensi yang sebenarnya ( www.pajak.go.id)
Kegiatan Sensus Pajak Naional (SPN) dimulai tahun 2011, dengan
wilayah sensus meliputi daerah PVJ, BTC dan Giant. Pelaksanaanya dilakukan
dengan mendatangi langsung wajib pajak, melaksanakan wawancara dengan
mengisi formulir isian sensus pajak (FIS), serta mengisi formulir pengamatan. “
ungkap Bpk.Yono selaku Kepala Ektensifikasi KPP Bojonagara Bandung.
(Senin,20 Mei 2013)
Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai
kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi
subjek pajak (orang pribadi atau badan) di seluruh wilayah Indonesia yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sensus pajak nasional dilaksanakan
dengan tujuan untuk perluasan basis pajak, peningkatkan penerimaan pajak,
peningkatan penerimaan jumlah SPT tahunan Pph, Pemuktahiran data WP.
Sensus Pajak pada hakikatnya untuk menegakkan keadilan. Sungguh
tidak adil apabila ada sebagian masyarakat yang telah membayar pajak tapi
masih banyak lagi yang belum membayar pajak. Masyarakat haruslah memiliki
rasa bangga ketika telah memenuhi kewajibannya membayar pajak. Melalui
Sensus Pajak Nasional yang dilaksanakan pemerintah, diharapkan seluruh
Sensus pajak yang di luncurkan akhir September 2011 lalu belum
memenuhi target yang diharapkan. Pada pelaksanaannya dari Oktober hingga
Desember 2011, dari target 4.400 responden ternyata yang dapat terrealisasi hanya
sebanyak 3.200 sedangkan untuk tahun 2012 rencana target 15.000 responden dan
dapat terrealisasi sebanyak 17.636. Kepala seksi ekstensifikasi bapak yono
mengungkapkan, bahwa hal ini dikarenakan terdapat beberapa kendala yang
dihadapi oleh petugas sensus dilapangan. Berdasarkan petugas sensus yang terjun
langsung ke lapangan, banyak sekali kendala yang dihadapi oleh mereka. Mulai
dari wajib pajak yang tidak berada di lokasi hingga Resistensi dari calon
responden cukup membuat mereka kesulitan. Faktor lainnya adalah masalah
waktu, jumlah petugas dan kondisi cuaca yang kadang panas atau hujan hal ini
menghambat kinerja petugas dalam melaksakan kegiatan sensus pajak nasional,
ditambah lagi dengan wajib pajak tidak menyampaikan data secara akurat dan
benar,” padahal dari kondisi wajib pajak yang dilihat petugas,tidak seperti data
yang diberikan wajib pajak.” katanya, senin (20/5).
Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) menemui banyak kendala,
termasuk adanya penolakan dari masyarakat, namun bagi masyarakat yang
menolak sensus pajak tersebut, tidak langsung dikenai tindakan represif. "Kendala
macam-macam, ada yang tidak menurut, tapi sebagian besar akomodatif, tapi ada
yang tidak mau isi formulir, ada yang tidak mengerti, manusia kan macam-macam
di dunia nyata, ada yang tidak mau bayar pajak," ujar Dirjen Pajak Fuad Rahmany
saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta,
tersebut maka akan mendapatkan sanksi. Meskipun untuk awal, pihaknya akan
melakukan himbauan terlebih dahulu ( www.analisadaily.com ).
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran
perpajakan. kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan
sikap sadar terhadap fungsi Negara. sikap yang demikian merupakan kostelasi
komponen kognitif dan efektif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan
dan berprilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang merasa
menjadi warga Negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela
memberikan konstribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan
membayar kewajiban pajaknya.(Suparmoko dan Irwan ,2005).
Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian ini
diberi dengan judul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN)
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung“.
1.2 Identifikasi Masalah
Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat kepatuhan yang rendah ditandai dengan banyak WP yang belum
menyampaikan SPT
2. Pemberian informasi data wajib pajak yang tidak akurat dan benar yang
3. Resistensi atau penolakan dari calon wajib pajak yang tidak mau ditemui
ketika kegitan sensus pajak berlangsung
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan kegiatan sensus pajak nasional pada kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ?
2. Bagaimana hasil kegiatan sensus pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bojonagara Bandung ?
3. Apa saja kendala yang dihadapi petugas sensus pajak dalam pelaksanaan
Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bojonagara Bandung ?
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk
meneliti bagaimana pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) dikantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.
1.4.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikiut:
1. Utuk mengetahui tujuan Sensus Pajak Nasional (SPN) pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.
2. Untuk mengetahui hasil sensus pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petugas sensus pajak dalam
Pelaksanaan sensus Pajak Nasional (SPN) Pada Kantor Pealayanan
Pajak Pratama Bojonagara Bandung
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam melakasanakan penelitian, penulis melakukan penelitian di Kantor
Pelayan Pajak Bojonagara yang berlokasi dijalan Terusan Prof.Dr Sutami
Bandung,tlp : 022-22-4380, Fax : 022-200340
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu dimulai
Tabel 1.1
1. Penyiapan Draft dan Persiapan Sidang
2. Revisi Sidang dan Penyerahan Tugas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu. pajak adalah,
Istilah pajak berasal dari bahsa jawa yaitu “ajeg” yang berartti pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur mengalami perubahan, maka sebutan semula ajeg menjadi sebutan pa-ajeg. Pa-ajeg memiliki arti sebagai pungutan yang du bebankan kepada rakyat secara teratur, terhadap hasil bumi. Pungutan tersebut sebesar 40 persen dari yang dihasilkan petani untuk diserahkan kepada raja dan pengurus desa. Penentuan besar kecilnya bagian yang diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang berkembang pada saat itu.
(2010:21)
Menurut Moh. Zain, yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu Menyatakan bahwa pajak adalah,
suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib pajak dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proposional agar pemerintah dan melaksanakan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
(2010:22)
Menurut R.Santoso Brotodihardjo, yang dikutip oleh Ely Suhayati pajak adalah :
Menurut R. Santoso Brotodiharjo yang dikutip oleh Eli Suhayati Pajak
adalah :
Pajak adalah bantun, baik secara langsung maupun tidak yang dapat dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi belanja pemerintah.
( 2003 :22)
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan pajak adalah iuran
rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tidak langsung
mendapatkan imbalannya, pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan
dana secara optimal ke kas Negara yang dilakukan dengan sistem pemungutan
berdasaekan undang-undang perpajakan yang berlaku.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu Pengertian fungsi dalam fungsi pajak
adalah,
kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu Negara dipastikan berharap kesejahteraan ekonomis masyarakat selalu meningkat. Dengan pajak sebagai alah satu pos penerimaan Negara diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara. Umumnya dikenal dengan 2 macam fungsi yaitu fungsi budgetair dan regulered
2.1.2.1 Fungsi Budgedtair
Fungsi budgedtair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal
(fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana
secara optimal ke kas Negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan
undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
memasukan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas Negara atau anggaran
negara berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi
inilah pemerintah sebagai pihak yang mebutuhkan dana untuk membiayai bebagai
kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak penduduknya.
Disebut sebagai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara histories
pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari
masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum masehi
sudah dilakukan. Penerimaan Negara Indonesia sebagian besar berasal dari pajak,
tetapi upaya mengumpulkan dana dari pajak bukan berarti harus
semaksimal`mungkin. Hal ini bertentangan dengan hak warga Negara untuk tetap
dapat menjalankan kehidupannya yang layak. Tetapi pengumpulan dana dari
pajak diharapkan dapat menjalankan adalah seoptimal mungkin, karena
memasukan dana dari pajak diharapkan berarti memasukan dana secara optimal
bukan berarti memasukan dana secara maksimal, ayau sebesar besarnya, tetapi
usaha memasukan dana jangan sampai ada yang terlewatkan, baik subyek
pajaknya maupun objek pajaknya. Dengan demikian maka jumlah oajak yang
memang seharusnya diterima kas Negara benar-benar masuk semua. Dan tidak
2.1.2.2 Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan
alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain
dari pajak sebagai fungsi budgetair. Di samping usaha untuk memasukan uang
untuk kegunaan kas Negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah
untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan
pendapat dan kekayaan dalam sektor swasta.
2.2 Sensus Pajak
2.2.1 Pengertian Sensus Pajak Nasional
Menurut A.Fuad Rahmany Sensus Pajak Nasional adalah,
kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pada hakekatnya Sensus Pajak Nasional dapat dipandang sebagai upaya menegakkan keadilan dibidang perpajakan, dimana seluruh subjek pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
( 2011:8)
Sensus Pajak Nasional bertujuan untuk menjaring seluruh potensi
perpajakan dalam rangka Tridharma Perpajakan yaitu :
1. Seluruh wajib pajak terdaftar
2. Seluruh objek pajak dipajaki
3. Pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah
Kegiatan pelaksanaan sensus pajak nasional tentunya mengharapakan hasil
1. Memperluas basis pajak
2. Meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT
3. Meningkatkan penerimaan pajak
4. Memutahirkan basis data
5. Sosialisasi dan edukasi
2.2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 2009
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus
Pajak Nasional
2.2.3 Rangkaian Kegitan Sensus Pajak Nasional
Kegiatan sensus pajak dilaksanakan masing-masing KPP pratama serentah
diseluruh Indonesia pada akhir September 2011. Rangkaian kegiatan sensus pajak
nasional meliputi sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
4. Monitoring dan evaluasi
Adapun uraian diatas adalah sebagai berikut :
1. Proses Persiapan
Kegiatan persiapan memiliki input dan memberikan output kepada
kegiatan pelaksanaan antara lain berupa Laporan Hasil Rapat (LHR), Rencana
Kerja (RK), Surat Tugas (ST), dan Daftar Penugasan Sensus (DPS). Kegiatan
Persiapan Senus Pajak Nasional (SPN) terbagi kedalam lima bagian utama yaitu :
1) Pembentukan Tim Sensus
2) Pembuatan Rencana Kerja
3) Penyediaan Data
4) Logistik (SDM, Sarana Prasarana Dan uang)
5) Koordinasi Internal dan Eksternal
1) Pembentukan Tim Sensus
Tahapan pembentukan Tim Sensus adalah sebagai berikut:
a. Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat KPP
1. Kepala KPP menerima dan mempelajari Dasar Hukum dan Panduan
tentang Sensus Pajak Nasional dan menugaskan Kepala Subbagian
Umum untuk membuat konsep Surat Keputusan Kepala KPP tentang
Susunan Tim SPN. (Susunan Tim terdapat dalam Lampiran 2).
2. Kepala Sub bagian Umum menerima dan mempelajari disposisi dari
konsep Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN.
3. Pelaksana Sub bagian Umum menyusun Konsep Surat Keputusan
Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN dan menyampaikannya kepada
Kepala Subbagian Umum.
4. Kepala Sub bagian Umum menelaah dan memaraf Konsep SK Kepala
KPP tentang Susunan Tim SPN serta menyampaikannya
kepada Kepala KPP.
5. Kepala KPP menyetujui dan menandatangani SK Kepala KPP tentang
Susunan Tim SPN dan menugaskan Pelaksana Subbagian Umum
melalui Kepala Subbagian Umum untuk mengadministrasikan SK.
6. Pelaksana Sub bagian Umum menatausahakan dan mengirimkan SK
Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN kepada Tim SPN di Kantor
Pelayanan Pajak.
b. Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat Kanwil
1. Kepala Kantor Wilayah menerima dan mempelajari Dasar Hukum dan
Panduan tentang Sensus Pajak Nasional dan menugaskan Kepala Bagian
Umum untuk membuat konsep Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah. (Susunan Tim terdapat
dalam Lampiran 3).
2. Kepala Bagian Umum menerima dan mempelajari disposisi dari Kepala
Kantor Wilayah mengenai Dasar Hukum dan Panduan tentang Sensus
Pajak Nasional Nasional dan menugaskan Kepala Subbagian
Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah.
3. Kepala Sub bagian Kepegawaian menugaskan pelaksana
Subbagian Kepegawaian untuk menyusun Konsep Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah.
4. Pelaksana Sub bagian Kepegawaian menyusun Konsep Surat Keputusan
Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah,
dan menyampaikannya kepada Kepala Subbagian Kepegawaian.
5. Kepala Sub bagian Kepegawaian menelaah dan memaraf Konsep SK
Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah
serta menyampaikannya kepada Kepala Bagian Umum.
6. Kepala Bagian Umum menelaah dan memaraf Konsep SK Kepala
Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah serta
menyampaikannya kepada Kepala Kantor Wilayah.
7. Kepala Kantor Wilayah menyetujui dan menandatangani SK Kepala
Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah dan
menugaskan Pelaksana Subbagian Kepegawaian melalui Kepala Bagian
Umum dan Kepala Subbagian Kepegawaian untuk mengadministrasikan
SK.
8. Pelaksana Subbagian Kepegawaian menatausahakan dan mengirimkan
SK Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor
2) Pembuatan Rencana Kerja
a. Tahapan Pembuatan Rencana Kerja Tingkat KPP
1. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN,
Ketua Tim menugaskan seluruh Ketua Sub Tim untuk menyiapkan bahan
dan data sebagai bahan penyusunan konsep rencana kerja Sensus Pajak
Nasional untuk kemudian dikompilasi dan disusun konsepnya oleh
Sekretaris Tim SPN.
2. Seluruh ketua Sub beserta anggota mengiapkan bahan dn data, bahan dan
data tersebeut paling sedikit meliputi :
a) penentuan lokasi,
b) jumlah Objek Pajak yang akan disensus,
c) sumber dana dan satuan biaya,
d) jadwal pelaksanaan, dan
e) struktur tim (Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim
SPN di Kantor Pelayanan Pajak dilampirkan dalam rencana kerja),
3. Sekretaris Tim SPN menugaskan Pelaksana Sekretariat Tim SPN untuk
mengkompilasi bahan dan data serta menyusun konsep rencana kerja
Sensus Pajak Nasional.
4. Pelaksana Sekretariat Tim SPN mengkompilasi bahan dan data sebagai
bahan penyusunan konsep rencana kerja Sensus Pajak Nasional dan
menyusun konsep rencana kerja Sensus Pajak Nasional, kemudian
menyampaikan konsep tersebut kepada Sekretaris Tim SPN.
Pajak Nasional serta meneruskan konsep tersebut kepada Ketua Tim SPN.
6. Ketua Tim SPN menerima, mempelajari, membahas dengan seluruh Ketua
Sub Tim, menyetujui, dan menandatangani rencana kerja Sensus Pajak
Nasional dan menugaskan Pelaksana Sekretariat Tim SPN melalui
Sekretaris Tim SPN untuk mengadministrasikan rencana kerja.
7. Pelaksana Sekretariat Tim SPN menatausahakan dan menyampaikan
usulan rencana kerja Sensus Pajak Nasional di Kantor Pelayanan Pajak
kepada Tim SPN di Kantor Wilayah melalui sub bagian umum
3) Penyediaan Data
Penyediaan data dilakukan oleh Subtim Pengolahan Data dan Pelaporan KPP
yang dibantu oleh Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan selaku Bidang Data
dan Informasi dalam Tim SPN Tingkat Kantor Pusat. Tahapan proses penyediaan
data adalah sebagai berikut :
a. Tingkat KPP/Subtim Pengolahan Data dan Pelaporan (Account
Representative, OC SISMIOP dan OC SIG)
1. Melakukan pencetakan Peta Blok.
2. Melakukan Matcing NOP-AR dengan menggunakan aplikasi
SISMIOP.
3. Mengupload data matching NOP-NPWP dalam bentuk file excel (
Dalam AR telah memiliki data Matching NOP-NPWP)
4. Mengupload data daftar Tenant dalam bentuk data excel (bila ada)
5. Melakukan clustering atas peta blok sesuai dengan skala prioritas
1) Merekam nama Cluster
2) Memilih kawasan Cluster
3) Memasukan data Objek PBB pada basis data SISMIOP
untuk tiap Cluster
4) Merekam data matching NOP-NPWP secara manual
5) Menentukan prioritas Cluster dan alasannya
Ketua Sub Tim Penyisiran melakukan penetapan Cluster yang akan
dilakukan pencacahan melalui sistem.
6. Melakukan pencetakan Daftar Penugasan Sensus melalui sistem.
7. Melakukan pencetakan Data Tenant (jika tersedia) melalui sistem.
8. Menyiapkan data pendukung/data pihak ketiga apabila tersedia
b. Tingkat Kantor Pusat (Bidang Penyediaan Data dan Informasi) sesuai
dengan SE tentang Matching Data.
4) Logistik
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan petugas dalam rangka
Sensus Pajak Nasional. Proses ini meliputi perencanaan SDM, rekruitmen dan
seleksi Petugas Pelaksana Sensus Non PNS, serta adminitrasi SDM. Hal-hal
terkait SDM yang perlu diperhatikan dalam Sensus Pajak Nasional adalah
sebagai berikut:
1. Unit Pelaksana Sensus dapat berasal dari pegawai DJP (Petugas Pelaksana
Sensus PNS DJP) di KPP dan Kanwil setempat maupun dari Petugas
2. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS harus didampingi oleh Petugas
Pelaksana Sensus PNS DJP dalam pelaksanaan pencacahan.
3. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS yang direkrut diutamakan mahasiswa
dan/atau lulusan Perguruan Tinggi serta tidak berpotensi menimbulkan
masalah terkait ketenagakerjaan.
4. Perekrutan Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS dilakukan oleh
masing-masing KPP.
5. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS yang direkrut diberikan pelatihan oleh
masing-masing KPP mengenai TUPOKSI-nya dan Pengetahuan Dasar
Perpajakan.
6. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS harus dibuatkan Surat Perintah Kerja
Kepala Kantor selaku PPK.
7. Dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Petugas Pelaksana Sensus
Non-PNS diberikan tanda pengenal khusus, memakai rompi seragam dan
didampingi oleh pegawai DJP.
b. Keuangan
Logistik keuangan merupakan seluruh kegiatan yang berhubungan
dengan alokasi anggaran, pertanggung jawaban, serta pelaporan keuangan
dari Sensus Pajak Nasional. Logistik keuangan merupakan informasi untuk
penyusunan Rencana Kerja. Selanjutnya dan Rencana Kerja dipergunakan
sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
dan pelaporan manajerial. Proses bisnis keuangan diatur tersendiri dengan
Sensus Pajak Nasional.
c. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan Prasarana adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan, pengelolaan aset dan logistik selama berlangsungnya Sensus
Pajak Nasional. Proses ini memastikan ketersediaan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan selama pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Pengadaan
sarana dan prasarana mengikuti prosedur pengadaan barang dan jasa sesuai
Keppres 54 Tahun 2010.
5) Proses Koordinasi Internal dan Eksternal
Tahap proses koordinasi internal adalah sebagai berikut :
a. Ketua Tim melaksanakan rapat terkait pembagian tugas serta wewenang
dalam Tim SPN baik di Tingkat KPP, di tingkat Kanwil, maupun di tingkat
Koordinator Pelaksana Wilayah (tingkat nasional). Output yang dihasilkan
dalam dari proses ini antara lain adalah Laporan Hasil Rapat, Keputusan, dan
Surat Tugas.
b. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat KPP dan dibantu Sub Tim
Publikasi dan Sosialisasi di tingkat Kanwil melaksanakan proses sosialisasi
dan/atau pelatihan pelaksanaan sensus kepada Petugas Pelaksana Sensus PNS
DJP dan Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS.
c. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi juga melakukan simulasi proses
pelaksanaan sensus untuk melatih petugas lapangan. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menjamin proses pencacahan agar dapat berjalan dengan
Tahap proses koordinasi eksternal adalah sebagaai berikut :
a. Ketua Tim SPN melalui sekretariat tim menyampaikan surat pemberitahuan
kegiatan Sensus Pajak Nasional kepada Pihak ketiga (Pemerintah Daerah,
Ketua RW, Ketua RT, pengelola/manajemen perumahan/apartemen,
perhimpunan, dan tokoh masyarakat) dan melakukan koordinasi untuk
menentukan waktu pelaksanaan sensus.
b. Ketua Tim SPN melalui sekretariat tim dapat menyampaikan surat
permohonan pendampingan kepada aparat keamanan terkait (POLRI, TNI).
c. Terkait program sosialisasi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Tim SPN
mempersiapkan bahan dan materi publikasi sebagai berikut:
1. Menetapkan lokasi (sentra ekonomi), yang akan dijadikan tempat
pelaksanaan launching yang serentak diselenggarakan di seluruh
Indonesia pada 29 September 2011 (tentative). Tema publikasi dan
sosialisasi adalah ajakan untuk mensukseskan program Sensus Pajak
Nasional.
2. Apabila wilayah kerja Kanwil DJP/KPP berada dalam satu
Provinsi/Kabupaten/Kota atau meliputi lebih dari satu
Provinsi/Kabupaten/Kota, maka Ketua Tim SPN Tingkat
KPP/Penanggung Jawab Tim SPN Tingkat Kanwil agar berkoordinasi
dengan Ketua Tim SPN Tingkat KPP/Penanggung Jawab Tim SPN
Tingkat Kanwil lainnya.
instansi terkait mengenai rencana launching SPN secara serentak.
4. Mengundang media massa untuk meliput kegiatan launching.
5. Melakukan pengumuman tentang saat dimulainya launching di
media massa.
6. Kegiatan di atas agar dilakukan dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya yang ada (anggaran, SDM)
d. Terkait program sosialisasi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Sub Tim
Publikasi dan Sosialisasi dan Sub Tim Sarana dan Prasarana mempersiapkan
bahan dan materi publikasi sebagai berikut:
1. Selling Name adalah “AJAK...! “ yang akronimnya adalah Ayo Peduli
Pajak Selain itu AJAK juga memiliki makna mendorong diri sendiri
dan orang lain antara lain: Ajak daftar NPWP!; Ajak bayar Pajaknya!;
Ajak lapor SPT-nya!; Ajak yang lainnya!; dan lain-lain yang dapat
disesuaikan dengan local content.
2. Tag Line yang digunakan adalah antara lain sebagai berikut: Komitmen
untuk kemakmuran; Pajak untuk kemakmuran; Pajak untuk Pembangunan
dan Kesejahteraan; Komitmen untuk Pembangunan dan Kesejahteraan;
Pajak itu Tiangnya Negara; Peduli untuk Negeri; Kejujuran Anda untuk
Negeri; Untuk Indonesia Lebih Baik dan Mulai dari Diri Sendiri.
3. Media yang digunakan sosialisasi antara lain advertorial media cetak,
seminar yang berkaitan dengan UMKM, media online, SMS Blast,
Outodoor Kit (Umbul-Umbul, spanduk, Balihoo, poster, leaflet,
branding, escalator branding), Media Alternatif (kesenian rakyat,
keterlibatan masyarakat melalui lomba-lomba tentang Sensus dan pajak),
pendirian Pojok Pajak atau mobil keliling, dan lain-lain.
4. Penyiapan cindera mata/apresiasi kepada responden Sensus Pajak
Nasional atas kesediaannya mengisi FIS. Bentuk cendera mata antara lain
berupa pulpen, topi, buku notes, buku pintar pajak, kaos, sticker gaul,
payung, dsb.
5. Penyiapan materi tersebut di atas dilakukan dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya yang ada (anggaran, SDM).
e. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat KPP bersama dengan
Koordinator Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat Kanwil melakukan
sosialisasi sebelum pelaksanaan proses pencacahan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Melakukan kegiatan siaran pers secara langsung (jumpa pers dan
wawancara langsung) maupun tidak langsung terkait pelaksanaan SPN.
2. Sosialisasi pelaksanaan SPN kepada masyarakat berdasarkan pilihan
media pada poin 4.c. diatas Melakukan sosialisasi dengan memberikan
informasi kepada calon responden di lokasi target sensus yang akan
dituju, terkait rencana pelaksanaan pencacahan, paling lambat 7 (tujuh)
hari kalendar sebelum dilaksanakan di lokasi sentra ekonomi/high rise
2. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Proses pelaksanaan sensus terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama
sebagai berikut:
1) Proses Pencacahan
2) Proses Pelaporan
3) Proses Asistensi
1) Proses Pencacahan
Proses Pencacahan merupakan proses pengambilan data dari
responden (subjek/objek sensus) yang dilakukan oleh petugas lapangan
dari Sub Tim Penyisiran dan selain itu Sub Tim lain (Publikasi dan
Sosialisasi, Sarana dan Prasarana) memberikan dukungan di lokasi
kegiatan. Koordinator Penyisiran di tingkat Kanwil dan Koordinator
Pelaksana Wilayah (tingkat nasional) memberikan asistensi kepada Tim
Sensus KPP, Sub Tim Penyisiran. Tahapan Proses Pencacahan
dilaksanakan oleh subtim terkait
2) Proses Pelaporan Harian
Tahapan proses pelaporan harian adalah sebagai berikut:
a. Sub Tim penyisihan setelah proses pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
setiap harinya mengisi kolom harian yang ada di dalam DPS sesuai
dengan kondisi lapangan dan respon dari responden dalam dokumen FIS
dan lampirannya.
b. DPS yang telah diisi kolom isiannya menjadi Dokumen Daftar
c. Sub Tim Penyisiran melakukan rekapitulasi Dokumen Daftar Kesimpulan
Hasil Sensus (DKHS) dalam Laporan Pelaksanaan Harian Sensus Pajak
Nasional dan diserahkan kepada Ketua Sub Tim Penyisiran serta
diadministrasikan.
3) Proses Asistensi
Proses Asistensi merupakan proses yang dilakukan oleh Tim Sensus
Pajak Nasional Tingkat Kanwil dan Koordinator Lapangan (Tim Sensus
Tingkat Pusat) dalam mengawal pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.
Proses ini mendapatkan input dari Proses Persiapan berupa Rencana Kerja,
LHR, Surat Tugas, dll sehingga merupakan proses proaktif dalam
memberikan asistensi. Proses asistensi yang dilakukan melekat dalam
setiap tahapan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.
3. Tidak Lanjut
Tindak Lanjut Sensus Pajak Nasional merupakan proses pengolahan data
FIS hasil Sensus yang dimulai dari perekaman hingga klasifikasi untuk menjaga
keakuratan data dan mendistribusikan FIS sesuai dengan tindak lanjut yang
dibutuhkan. Output yang dihasilkan dari kegiatan ini menjadi feeding yaitu
Perluasan Basis Pajak (Ekstensifikasi) dan Pengawasan. Kegiatan Tindak Lanjut
memiliki 3 (tiga) tahapan sebagai berikut :
1. Perekaman FIS
1) Perekaman FIS
Perekaman data adalah rangkaian kegiatan lanjutan setelah dilakukan
pencacahan. Perekaman data dilakukan dalam aplikasi yang telah disediakan oleh
Direktorat TTKI dan TIP. Output yang dihasilkan dari perekaman data adalah data
hasil perekaman (DHR) dari dokumen FIS. Tahapan perekaman adalah sebagai
berikut:
a. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan menerima dokumen FIS,
Laporan Pengamatan, dan DPS/DKHS dari Sub Tim Penyisiran untuk
dilakukan proses perekaman dokumen ke dalam aplikasi Sensus Pajak
Nasional.
b. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan melakukan proses perekaman
data ke dalam aplikasi Sensus Pajak Nasional berdasarkan cluster yang
telah disensus.
c. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan dalam proses perekaman data
harus memperhatikan detail isian yang ada dan memastikan kode tindak
lanjut di dokumen FIS telah terekam dengan benar.
d. Petunjuk teknis perekaman berdasarkan modul aplikasi Sensus Pajak
Nasional dari Direktorat TTKI.
2) Validasi
Validasi data bertujuan untuk menjamin keakuratan perekaman data
Sensus Pajak Nasional. Validasi data merupakan rangkaian kegiatan
membandingkan data yang ada di fisik dokumen FIS dengan hasil perekaman
validasi ini adalah data valid hasil sensus. Tahapan validasi data adalah
sebagai berikut:
a. Petugas Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan yang bertugas
sebagai Validator menerima dokumen fisik FIS (per batch/cluster)
dari petugas perekam untuk kemudian membandingkan kesesuaian
data hasil perekaman dengan dokumen fisik.
b. Petugas memberikan tanda dalam dokumen FIS dan hasil
perekaman dalam aplikasi apabila data telah valid.
c. Data hasil perekaman yang telah valid di save dan dokumen FIS
dilakukan proses pemberkasan di seksi Pengolahan Data dan
Informasi, untuk kemudian dapat menjadi input proses bisnis DJP
(Pengawasan dan Perluasan Basis Pajak) dan proses monitoring
dan evaluasi dari Sensus Pajak Nasional.
d. Petunjuk teknis Validasi Data berdasarkan modul aplikasi Sensus
Pajak Nasional dari Direktorat TTKI
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai dan
melakukan evaluasi atas keseluruhan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.
Input yang masuk dalam rangkaian kegiatan ini berasal dari proses
pelaksanaan sensus berupa laporan pelaksanaan harian, dan dari proses tindak
lanjut berupa register atau laporan hasil perekaman FIS. Secara umum,
keseluruhan proses pelaporan dalam Sensus Pajak Nasional ini akan
pengguna maupun manajemen akan dapat melihat laporan hasil pelaksanaan
sensus secara real time sesuai dengan kewenangannya. Output yang
dihasilkan dari monitoring dan evaluasi ini berupa kebijakan baik di tingkat
Dalam sebuah penelitian, hal yang paling penting untuk diperhatikan
adalah objek dari penelitian tersebut, karena objek penelitian merupakan sebuah
sumber informasi dalam sebuah penelitian. Objek penelitian merupakan suatu
kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang
akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.
Pengertian objek penelitian menurut Iwan Satibi adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian secara umum akan menetapkan atau
menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian seacara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimadsud.”
(2011:74)
Menurut Sugiono menyatakan bahwa, definisi objek penelitian adalah
sebagai berikut:
“Objek penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
(2009:38)
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa objek
penelitain merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiono menyatakan bahwa, definisi metode penelitian adalah
sebagai berikut:
“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehinggga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah.”
(2009:4)
Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
penelitian merupakan cara ilmiah yang mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode
deskriptif yaitu hasil penelitian yang dapat diambil kesimpulannya berdasarkan
masalah yang ada dalam penelitian.
Menurut Sugiono, menyatakan bahwa definisi metode deskriptif adalah
sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih(variable yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain.”
(2009:35)
Sedangkan menurut Husein Umar yang dikutip dari pendapat Traves
adalah sebagai berikut :
“Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dengan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.”
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang
digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan peneliti untuk
dapat menggambarkan prosedur penerimaan kas pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bojonagara Bandung.
Metode ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu penulisan yang dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut
keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.
Metode penelitian yang yang digunakan yang digunakan dalam menyusun
tugas akhir ini adalah menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif
merupakan penilaian terhadap individu, organisasi atau keadaan tertentu.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data (Observasi, kuesioner, wawancara,
dokumentasi)
Dalam pengumpulan data setidaknya dilakukan berbagai banyak cara agar
data yang diperoleh komplit atau sempurna sesuai dengan yang diinginkan agar
penelitian berlangsung mudah. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut :
1. Field Research (penelitin lapangan)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan yaitu di
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota bandung. Adapun cara yang dilakukan dalam
a. Observasi (pengamatan)
Penulis mengamati langsung Perusahaan Daerah Kebersihan Kota
bandung untuk mengetahui kegiatan yang ada di perusahaan.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa
terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
c. Interview (wawancara)
Penulis melakukan wawancara mengenai kegiatan tentang prosedur
penerimaan kas pada perusahaan daerah kebersihan kota bandung.
d. Dokumentasi (mengumpulkan data)
Merupakan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh di perusahaan
daerah kebersihan kota bandung
2. Library Research (penelitian kepustakaan)
Merupakan pengumpulan data-data dari literatur, sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan masalah, menbaca, dan mempelajari buku-buku untuk
3.2.2 Sumber Data
Sebuah data memiliki informasi namun sebuah data juga harus memiliki
kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data
tersebut diolah. Sumber data yang diperoleh penulis merupakan data yang didapat
langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.
Sedangkan pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto sumber
data adalah :
“Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari
mana data tersebut dapat diperoleh.”
(2010:172)
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder,
dimana penulis memperoleh data yang secara tidak langsung, artinya data-data
tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan
oleh pihak lain.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung didapat dan dijadikan sebagai
sumber dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek yang
diteliti atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan
dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara dengan
pihak yang berkepentingan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung yang
makalah, materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan
diteliti oleh penulis.
Data sekunder menurut Husein Umar. yaitu :
“Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.“
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil yang peneliti dapatkan selama
melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota
Bandung. Hasil tersebut berupa data-data dan informasi yang mendukung
penelitian yang peneliti lakukan.
4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara
Bandung
Kantor Pelayanan Pajak Bojonagara Bandung merupakan unsur pelaksana
Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan operasional
pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya.
Umumnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung
Penerapan pajak di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan sejak jaman
kolnial Belanda.Pemungutan pajak di masa itu dilakukan oleh lemabaga yang
dibentuk pemerintahan kolonial yang bernama “De Inspective Finantien”,
lembaga ini bertugas menangani pemungutan pajak rakyat berdasarkan undang -
Kemudian selanjutnya setelah pemerintahan kolonial Belanda diambil alih
oleh Jepang, maka lembaga pemungut pajak yang tadinya bernama “De
Inspective Finantien” itu berganti nama menjadi “Zaimura”. Lebih umum lagi
lembaga yang dibentuk kolonialisme ini mengurus mengenai masalah keuangan,
dan hingga akhirnya berubah kembali menjadi “Inspeksi Keuangan Bandung”.
Gedung Inspeksi Keuangan yang berada di Gedung Merdeka selanjutnya
dipindahkan ke Soreang Bandung Selatan. Perpindahan Gedung Inspeksi
Keuangan ini merupakan akibat dari terjadinya agresi militer Belanda pada tahun
1974, saat itu Belanda menguasai daerah sebelah utara Bandung yang garis
batasnya adalah rel kereta api yang memanjang dari barat ke timur Kota Bandung.
Belanda berhasil menguasai Kantor Inspeksi Keuangan sehingga
dipindahkan ke gedung yang kini dikenal menjadi Rumah Sakit Immanuel. Saat
pasukan Indonesia mundur ke selatan, personil administrasi Kantor Inspeksi
Keuangan tersebut dipindahkan lagi ke Tasikmalaya,Pada masa inilah akhirnya
terjadi dualisme aliran pajak :
1. Kelompok Coorperative , dimana kelompok ini mau bekerja sama dengan
Belanda dan tidak ikut pindah ke Tasikmalaya
2. Kelompok Non Coorperative , yaitu kemlompok yang sama sekali tidak
mau bekerjasama dengan pihak Belanda sehingga mengungsikan diri ke
Tasikmalaya
Pada tanggal 17 Desember 1975 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
akhirnya Inspeksi Keuangan Belanda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung.
141/KMK.0181979 tanggal 6 April 1979, Inspeksi Pajak Bandung dipecah
menjadi dua terhitung mulai 1 Janurai 1980, yaitu :
1. Inspeksi Pajak Bandung Timur, beralamat di Jalan Asia Afrika 114
Bandung
2. Inspeksi Pajak Bandung Barat, beralamat di Jalan Purnawarman nomor 21
Bandung yang kemudian pindah ke Jalan Soekarno Hatta pada tanggal 1
Januari 1981
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994
tanggal 29 Maret 1994 terjadi reorganisasi pada Dirjen Pajak, semula Kantor
Pelayanan Pajak yang ada di Kotamadya dan Kabupaten Bandung yang terdiri
dari empat Kantor Pelayanan Pajak antara lain tiga Kantor Pelayanan Pajak di
Kodya Bandung yaitu:
1. KPP Bandung Barat di Jalan Soekarno-Hatta No.216 Bandung.
2. KPP Bandung Timur di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung.
3. KPP Bandung Tengah di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.
4. KPP Bandung Cimahi di Cimahi.
Kemudian dipecah lagi menjadi lima KPP, yaitu:
1. KPP Bandung Tegallega di Jalan Soekarno-Hatta No.216 Bandung.
2. KPP Bandung Karees di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung.
3. KPP Bandung Cibeunying di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.
5. KPP Cimahi di Cimahi.
Selanjutnya Pada tahun 2007 Direktorat Jendral Pajak melakukan
reformasi dan modernisasi pada tubuh lembaganya. Salah satunya selain dengan
peningkatan SDM ialah dengan melebur fungsi Kantor Pelayanan Pajak, Kantor
Pemeriksa Pajak, Kantor Penyuluhan, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan, termasuk yang terjadi pada Kanwil DJP Jawa Barat I. Hasil peleburan
ini akhirnya membentuk 15 Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
KPP Pratama Bandung Bojonagara merupakan salah satu diantara
pembentukan 15 KPP pada tahun 2007 tersebut.Sebelumnya saat masih bernama
KPP Bandung Bojonagara, Kantor Pelayanan Pajak ini pernah beralamat di Jalan
Cipaganti No. 155 - 157 Bandung setelah kemudian berpindah ke Jalan Asia
Afrika No. 114 Bandung. Setelah modernisasi tersebut sebagaimana Kantor
Pajak lainnya, KPP Bandung Bojonagara dan kini berlokasi di Jalan Ir. Sutami
Bandung.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara
Bandung
Struktur organisasi sangatlah penting karena dengan adanya struktur
organisasi dapat mempermudah pembagian tugas sesuai dengan bidang masing-
masing. Adapun susunan organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
wilayah Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 09
Agustus 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai
Operasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I dan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II, saat mulai operasional Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung secara resmi adalah tanggal
28 Agustus 2007 dengan menjalankan pekerjaan berdasarkan stuktur organisasi
dan fungsinya sebagaimana telah ditetapkan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung memiliki
struktur organisasi yang terdiri dari:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama;
2. Sub Bagian Umum;
3. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
5. Seksi Pelayanan;
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi;
7. Seksi Pemeriksaan;
9. Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari:
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional
senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang bersangkutan
c. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang
bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan sesuai dengan
wilayah yang jadi wewenangnya meliputi daerah tertentu.Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 176/KMK/01/1984 tanggal 25 Maret 1987.Susunan
organisasi pada struktur organisasi KPP berbentuk atau Line Tipe A.
4.1.1.3 Uraian Tugas Jabatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara
Bandung
Berikut merupakan uraian tugas dari struktur organisasi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Bojo nagara
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB,
mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan
Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dan pajak tidak langsung lainnya, juga
Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (Pengelolaan BPHTB sehingga akhir 2010) dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melaksanakan :
a. Penyuluhan
b. Pelayanan
c. Pengawasan (Pemeriksaan dan Penagihan)
2. Kepala Sub. Baagian Umum
Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai :
a. Pengurusan Kepegawaian
b. Pengurusan Keuangan
c. Tata Usaha
d. Pengurusan Rumah Tangga dan Perlengkapan
Sedangkan Sub. Bagian Umum terdiri dari :
a. Urusan Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan
keuangan
3. Kepala Seksi Ekstensifikasi
Membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
pentatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objekdan
subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan Pengolahan data
b. Penyajian informasi
c. Penggalian potensi pajak
d. Ekstensifikasi Wajib Pajak
5. Kepala Seksi Pelayanan
Kepala Seksi Pelayanan Informasi bertugas untuk melaksanakan :
a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat - surat
lainnya
d. Penyuluhan perpajakan
e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak (PPh, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), himbauan kepada Wajib
Pajak dan konsultasi teknis perpajakan penyusunan profil Wajib Pajak,
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan identifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku
dalam suatu KPP Pratama terdapat empat Kepala Seksi Pengawasan dan
Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah
(Teritorial) tertentu.
7. Kepala Seksi Pemeriksaan
Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan, pelaksanaan aturan pemeriksaan, penertiban dan penyaluran
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta Administrasi Pemeriksaan
Perpajakan Lainnya
8. Kepala Seksi Penagihan
Seksi Penagihan tentunya mempunyai fungsi yaitu :
a. Penatausahaan piutang pajak
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilaian yang mempunyai fungsi :
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa :
Berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan
b. Pejabat Fungsional Penilai :
Berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi
4.1.1.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung
Kegiatan dari KPP Pratama Bandung Bojonagara sendiri diantaranya
adalah menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,
efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang
tinggi. Selain itu KPP Pratama Bandung Bojonagara juga menghimpun
penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang - Undang Perpajakan yang
mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
Kemudian KPP Pratama Bandung Bojonagara juga merupakan sarana
Direktorat Jendral Pajak untuk lebih mendeka tkan diri kepada masyarakat
melalui keberadaan KPP disetiap daerah sehingga memudahkan masyarakat
dalam mendapatkan informasi, konsultasi yang tepat dan akurat, mendapatkan
pelayanan prima, juga dalam hal kemudahan pelaporan perpajakan sehingga