• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan atas pelaksanaan sensus pajak nasional (SPN), pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan atas pelaksanaan sensus pajak nasional (SPN), pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Nama : Enjang Samsudin Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 5 mei 1991

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Babut Tengah Rt02/18

Telepon : 08562275634

Email : Enjangsamsudin@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

1998 – 2004 : SD Negeri Cibabat II Cimahi 2004 – 2007 : SMP Negeri 10 Cimahi 2007 – 2010 : SMA Pasundan 7 Bandung

(4)

(REVIEW OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL

TAX CENCUS (SPN) AT BOJONAGARA TAX OFFICE

BANDUNG)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Akuntansi

Program Studi akuntansi

Oleh :

NAMA : ENJANG SAMSUDIN NIM : 21310001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohiim,

Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL (SPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

BOJONAGARA BANDUNG”.

Penulisan menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan petunjuk, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikannya.

Selama menyusun laporan ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat besar dan berarti bagi penulis. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Indonesia.

2. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

(6)

4. Bapak Adi Rachmanto, S.Kom Selaku Dosen Wali Ak 6

5. Bapak Sudaryono selaku kepala kantor Seksi Ektensifikasi KPP Bojonagara Bandung

6. Bapak Moh. Shokhib, SE. Selaku kepala kantor Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) di KPP Bojonagara Bandung

7. Bapak Udin Saripudin selaku Pembimbing, Pak Omay, Pak Waldi, Pak Eggy, Pak Wisnu yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Kepada Kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak dan Mamah atas kasih sayang dan doanya serta materi yang tidak terhitung banyaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Untuk kedua adikku tersayang Hamdani dan Saeful Anwar yang telah memberikan semangat dan doanya.

10. Untuk Sakthy Mahesa Putri yang selalu memberikan semangat dan doanya sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

11. Sahabat-sahabatku Denny, gunari, TB, Aria, Erna, Mirna, Ines , Ira, Mirna, Dinna, Ditha,Pricilia, Chai, Ines terimakasih atas bantuan, tumpangan, dukungan, serta memberikan semangat dalam penulisan Tugas Akhir ini, serta teman-teman Akuntansi kelas AK-6, terima kasih atas kebersamaannya. 12. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan

(7)

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.

Bandung, Juli 2013 Penulis

Enjang Samsudin NIM. 21310001

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 IdentifikasI Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1 Maksud Penelitian ... 7

1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

1.5.1 Lokasi Penelitian ...8

1.5.2 Waktu Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pajak ... 10

2.1.1 Pengertian Pajak ... 10

2.1.2 Fungsi Pajak ... 11

(9)

2.1.2.2 Fungsi Regulerend... 13

2.2 Sensus Pajak ... 13

2.2.1 Pengertian Sensus Pajak Nasional ... 13

2.2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional ... 14

2.2.3 Rangkaian Kegiatan Sensus Pajak Nasional ... 14

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Objek Penelitian ... 31

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.2.2 Sumber Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung... 37

4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 37

4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 40

4.1.1.3 Uraian Tugas Jabatan Kantor Pelayan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 42

4.1.1.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 46

(10)

4.1.2.1 Tujuan Kegiatan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 48

4.1.2.2 Hasil Kegitan Sensus Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 49

4.1.2.3 Kendala Yang Dihadapi Petugas Sensus Pajak Dalam Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 51

4.2 Pembahasan ... 53

4.2.1 Analisis Tujuan Kegiatan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 53

4.2.2 Analisis Hasil Kegitan Sensus Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 54

4.2.3 Analisis Kendala Yang Dihadapi Petugas Sensus Pajak Dalam Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Jadwal Pelaksanaan Penelitian...9 Tabel 4.1 Data Pajak Pada KPP Bojonagara Bandung ...49

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian ... 62

Lampiran 2 Surat Keterangan Diterima Melakukan Penelitian... 63

Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan Tugas Akhir... 64

Lampiran 4 Struktur Organisasi KPP Bojonagara Bandung ... 65

Lampiran 5 Dokumen Formulir Sensus Pajak Nasional ... 66

Lampiran 6 Dokumen Penugasan Sensus... 69

Lampiran 7 Struktur Organisasi Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat Kantor Pusat ... 70

Lampiran 8 Struktur Organisasi Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat DJP.. 71

Lampiran 9 Struktur Organisasi Tim Sensus PaJak Nasional Tingkat Kantor Pelayanan Pajak ... 72

Lampiran 10 Surat Pernyataan Kerahasian Data Wajib Pajak. ... 73

Lampiran 11 Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. ... 74

Lampiran 12 Surat Permohonan Pendampingan Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional... 75

Lampiran 13 Surat Pernyataan Tidak Bersedia Mengisi Formulir Sensus Pajak... 76

Lampiran 14 Berita Acara Responden Tidak Dapat Ditemui Di Lokasi... 77

(13)

Direktorat Jenderal Pajak

Losita Purnastuti ; Mustikawati, Rr Indah. 2006. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XI. Yogyakarta; Grasindo

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus Pajak Nasional

Rahayu, Siti Kurnia; Suhayati, Ely. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta; Graha Ilmu

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta; Graha Ilmu

Rimsky K. Judisseno. 1997. Pajak Dan Strategi Bisnis. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama

Suhiyakto Indra. Kusuma, SH. 1988. Mengenal Dasar-Dasar Perpajakan.

Surabaya; Karya Anda

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

www.pajak.go.id

www.analisadaily.com

www.ortax.org

(14)
(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan

tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. (Siti Kurnia

Rahayu : 2009).

Pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dalam hal ini fungsi pajak sebagai

fungsi budgetair sedangkan fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi adalah

fungsi pajak regulerend (Siti Kurnia Rahayu : 2009)

Penerimaan Negara Indonesia sebagian besar berasal dari pajak, tetapi

upaya mengumpulkan dana dari pajak bukan berarti harus semaksimal mungkin.

tetapi hal ini bertentangan dengan hak warga Negara untuk tetap menjalankan

kehidupan yang layak, dengan demikian maka jumlah pajak yang memang

seharusnya diterima kas Negara benar-benar masuk semua. ( Siti Kurnia Rahayu :

(16)

Terdapat faktor–faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi dan

menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas Negara melalui pemungutan

pajak kepada warga Negara yaitu sistem adminitrasi perpajakan yang tepat,

pelayanan, kesadaran dan pemahaman warga Negara, serta kualitas petugas pajak.

(Siti Kurnia Rahayu : 2009)

Penerimaan perpajakan telah mencapai lebih dari Rp. 800 T, namun bila

dibandingkan dengan potensi pajak yang ada, maka perlu dilakukan

langkah-langkah terobosan dibidang ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak.

Penerimaan perpajakan dalam APBN-P 2011 ditargetkan Rp. 878,7 T yang

merupakan 75,4% dari total penerimaan dalam negeri Rp. 1.165,3 T. Untuk orang

pribadi, Pembayaran pajak yang dilaporkan melalui penyerahan SPT hanya

berjumlah 8,5 juta padahal jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia

berjumlah 110 juta (data BPS). Artinya, rasio SPT terhadap kelompok pekerja

aktif hanya mencapai 7,73%; dengan kata lain tingkat kepatuhan WP OP masih

sangat rendah. Untuk badan usaha, Pembayaran pajak yang dilaporkan melalui

penyerahan SPT hanya berjumlah 466 ribu sedangkan jumlah badan usaha yang

berdomisili tetap dan aktif berjumlah sekitar 12,9 juta. Artinya, rasio SPT Badan

terhadap jumlah badan usaha aktif hanya mencapai 3,6%; dengan kata lain tingkat

(17)

Untuk penerimaan pajak pada KPP Bojonagara tiap tahunnya mengalami

peningktan tetapi untuk tahun 2012 target penerimaan sebesar 678.437.898.774

hanya dapat terealisasi sebesar 639.794.940.264 hal ini bisa disebabkan karena

kepatuhan WP dalam perpajakan mengalami penurunan pada tahun 2012 ( Seksi

Pusat Data dan Informasi KPP Bojonagara Bandung)

“Untuk mengamankan sasaran penerimaan perpajakan itu, Pemerintah terus

melanjutkan langkah-langkah reformasi perpajakan, termasuk melanjutkan

reformasi peraturan dan perundang-undangan pajak. Dalam mengoptimalkan

penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011, Pemerintah

berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Melalui kegiatan sensus itu, kita

ingin cakupan potensi pajak terus meningkat, baik dalam rangka ekstensifikasi

maupun intensifikasi perpajakan. Dengan komitmen itu, dalam RAPBN 2012,

penerimaan perpajakan direncanakan mencapai 1.019,3 triliun rupiah, atau

memberi kontribusi hampir 79 persen dari total pendapatan negara dan hibah.”

(Pidato Presiden pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU Tentang

APBN Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangan Tanggal 16 Agustus 2011).

Saat ini diketahui sedikit sekali Wajib Pajak yang telah menyampaikan

SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak. Dari puluhan juta orang Indonesia

yang berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), hanya 8,5

juta yang melaporkan SPT-nya untuk tahun pajak 2010. Begitu pun dengan

badan usaha. Dari belasan juta yang terdaftar, hanya 466 ribu yang baru

melaporkan SPT atau membayar pajaknya. Menyadari masih sedikitnya jumlah

(18)

Sensus Pajak Nasional. Dengan kegiatan ini diharapkan semua orang atau badan

yang belum melaksanakan kewajiban membayar pajak dengan benar, dapat

melaksanakannya sesuai kondisi atau potensi yang sebenarnya ( www.pajak.go.id)

Kegiatan Sensus Pajak Naional (SPN) dimulai tahun 2011, dengan

wilayah sensus meliputi daerah PVJ, BTC dan Giant. Pelaksanaanya dilakukan

dengan mendatangi langsung wajib pajak, melaksanakan wawancara dengan

mengisi formulir isian sensus pajak (FIS), serta mengisi formulir pengamatan. “

ungkap Bpk.Yono selaku Kepala Ektensifikasi KPP Bojonagara Bandung.

(Senin,20 Mei 2013)

Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai

kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi

subjek pajak (orang pribadi atau badan) di seluruh wilayah Indonesia yang

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sensus pajak nasional dilaksanakan

dengan tujuan untuk perluasan basis pajak, peningkatkan penerimaan pajak,

peningkatan penerimaan jumlah SPT tahunan Pph, Pemuktahiran data WP.

Sensus Pajak pada hakikatnya untuk menegakkan keadilan. Sungguh

tidak adil apabila ada sebagian masyarakat yang telah membayar pajak tapi

masih banyak lagi yang belum membayar pajak. Masyarakat haruslah memiliki

rasa bangga ketika telah memenuhi kewajibannya membayar pajak. Melalui

Sensus Pajak Nasional yang dilaksanakan pemerintah, diharapkan seluruh

(19)

Sensus pajak yang di luncurkan akhir September 2011 lalu belum

memenuhi target yang diharapkan. Pada pelaksanaannya dari Oktober hingga

Desember 2011, dari target 4.400 responden ternyata yang dapat terrealisasi hanya

sebanyak 3.200 sedangkan untuk tahun 2012 rencana target 15.000 responden dan

dapat terrealisasi sebanyak 17.636. Kepala seksi ekstensifikasi bapak yono

mengungkapkan, bahwa hal ini dikarenakan terdapat beberapa kendala yang

dihadapi oleh petugas sensus dilapangan. Berdasarkan petugas sensus yang terjun

langsung ke lapangan, banyak sekali kendala yang dihadapi oleh mereka. Mulai

dari wajib pajak yang tidak berada di lokasi hingga Resistensi dari calon

responden cukup membuat mereka kesulitan. Faktor lainnya adalah masalah

waktu, jumlah petugas dan kondisi cuaca yang kadang panas atau hujan hal ini

menghambat kinerja petugas dalam melaksakan kegiatan sensus pajak nasional,

ditambah lagi dengan wajib pajak tidak menyampaikan data secara akurat dan

benar,” padahal dari kondisi wajib pajak yang dilihat petugas,tidak seperti data

yang diberikan wajib pajak.” katanya, senin (20/5).

Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) menemui banyak kendala,

termasuk adanya penolakan dari masyarakat, namun bagi masyarakat yang

menolak sensus pajak tersebut, tidak langsung dikenai tindakan represif. "Kendala

macam-macam, ada yang tidak menurut, tapi sebagian besar akomodatif, tapi ada

yang tidak mau isi formulir, ada yang tidak mengerti, manusia kan macam-macam

di dunia nyata, ada yang tidak mau bayar pajak," ujar Dirjen Pajak Fuad Rahmany

saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin Raya, Jakarta,

(20)

tersebut maka akan mendapatkan sanksi. Meskipun untuk awal, pihaknya akan

melakukan himbauan terlebih dahulu ( www.analisadaily.com ).

Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran

perpajakan. kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan

sikap sadar terhadap fungsi Negara. sikap yang demikian merupakan kostelasi

komponen kognitif dan efektif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan

dan berprilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun yang merasa

menjadi warga Negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela

memberikan konstribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan

membayar kewajiban pajaknya.(Suparmoko dan Irwan ,2005).

Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian ini

diberi dengan judul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN)

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung“.

1.2 Identifikasi Masalah

Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu

perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah

sebagai berikut :

1. Tingkat kepatuhan yang rendah ditandai dengan banyak WP yang belum

menyampaikan SPT

2. Pemberian informasi data wajib pajak yang tidak akurat dan benar yang

(21)

3. Resistensi atau penolakan dari calon wajib pajak yang tidak mau ditemui

ketika kegitan sensus pajak berlangsung

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tujuan kegiatan sensus pajak nasional pada kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung ?

2. Bagaimana hasil kegiatan sensus pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bojonagara Bandung ?

3. Apa saja kendala yang dihadapi petugas sensus pajak dalam pelaksanaan

Sensus Pajak Nasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bojonagara Bandung ?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk

meneliti bagaimana pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) dikantor

Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikiut:

1. Utuk mengetahui tujuan Sensus Pajak Nasional (SPN) pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.

2. Untuk mengetahui hasil sensus pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

(22)

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petugas sensus pajak dalam

Pelaksanaan sensus Pajak Nasional (SPN) Pada Kantor Pealayanan

Pajak Pratama Bojonagara Bandung

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam melakasanakan penelitian, penulis melakukan penelitian di Kantor

Pelayan Pajak Bojonagara yang berlokasi dijalan Terusan Prof.Dr Sutami

Bandung,tlp : 022-22-4380, Fax : 022-200340

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu dimulai

(23)

Tabel 1.1

1. Penyiapan Draft dan Persiapan Sidang

2. Revisi Sidang dan Penyerahan Tugas

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu. pajak adalah,

Istilah pajak berasal dari bahsa jawa yaitu “ajeg” yang berartti pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur mengalami perubahan, maka sebutan semula ajeg menjadi sebutan pa-ajeg. Pa-ajeg memiliki arti sebagai pungutan yang du bebankan kepada rakyat secara teratur, terhadap hasil bumi. Pungutan tersebut sebesar 40 persen dari yang dihasilkan petani untuk diserahkan kepada raja dan pengurus desa. Penentuan besar kecilnya bagian yang diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang berkembang pada saat itu.

(2010:21)

Menurut Moh. Zain, yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu Menyatakan bahwa pajak adalah,

suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib pajak dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proposional agar pemerintah dan melaksanakan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

(2010:22)

Menurut R.Santoso Brotodihardjo, yang dikutip oleh Ely Suhayati pajak adalah :

(25)

Menurut R. Santoso Brotodiharjo yang dikutip oleh Eli Suhayati Pajak

adalah :

Pajak adalah bantun, baik secara langsung maupun tidak yang dapat dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi belanja pemerintah.

( 2003 :22)

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan pajak adalah iuran

rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tidak langsung

mendapatkan imbalannya, pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan

dana secara optimal ke kas Negara yang dilakukan dengan sistem pemungutan

berdasaekan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu Pengertian fungsi dalam fungsi pajak

adalah,

kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu Negara dipastikan berharap kesejahteraan ekonomis masyarakat selalu meningkat. Dengan pajak sebagai alah satu pos penerimaan Negara diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara. Umumnya dikenal dengan 2 macam fungsi yaitu fungsi budgetair dan regulered

(26)

2.1.2.1 Fungsi Budgedtair

Fungsi budgedtair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal

(fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana

secara optimal ke kas Negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan

undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk

memasukan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas Negara atau anggaran

negara berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi

inilah pemerintah sebagai pihak yang mebutuhkan dana untuk membiayai bebagai

kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak penduduknya.

Disebut sebagai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara histories

pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari

masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum masehi

sudah dilakukan. Penerimaan Negara Indonesia sebagian besar berasal dari pajak,

tetapi upaya mengumpulkan dana dari pajak bukan berarti harus

semaksimal`mungkin. Hal ini bertentangan dengan hak warga Negara untuk tetap

dapat menjalankan kehidupannya yang layak. Tetapi pengumpulan dana dari

pajak diharapkan dapat menjalankan adalah seoptimal mungkin, karena

memasukan dana dari pajak diharapkan berarti memasukan dana secara optimal

bukan berarti memasukan dana secara maksimal, ayau sebesar besarnya, tetapi

usaha memasukan dana jangan sampai ada yang terlewatkan, baik subyek

pajaknya maupun objek pajaknya. Dengan demikian maka jumlah oajak yang

memang seharusnya diterima kas Negara benar-benar masuk semua. Dan tidak

(27)

2.1.2.2 Fungsi Regulerend

Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan

alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain

dari pajak sebagai fungsi budgetair. Di samping usaha untuk memasukan uang

untuk kegunaan kas Negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah

untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan

pendapat dan kekayaan dalam sektor swasta.

2.2 Sensus Pajak

2.2.1 Pengertian Sensus Pajak Nasional

Menurut A.Fuad Rahmany Sensus Pajak Nasional adalah,

kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pada hakekatnya Sensus Pajak Nasional dapat dipandang sebagai upaya menegakkan keadilan dibidang perpajakan, dimana seluruh subjek pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

( 2011:8)

Sensus Pajak Nasional bertujuan untuk menjaring seluruh potensi

perpajakan dalam rangka Tridharma Perpajakan yaitu :

1. Seluruh wajib pajak terdaftar

2. Seluruh objek pajak dipajaki

3. Pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah

Kegiatan pelaksanaan sensus pajak nasional tentunya mengharapakan hasil

(28)

1. Memperluas basis pajak

2. Meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT

3. Meningkatkan penerimaan pajak

4. Memutahirkan basis data

5. Sosialisasi dan edukasi

2.2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16

Tahun 2009

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus

Pajak Nasional

2.2.3 Rangkaian Kegitan Sensus Pajak Nasional

Kegiatan sensus pajak dilaksanakan masing-masing KPP pratama serentah

diseluruh Indonesia pada akhir September 2011. Rangkaian kegiatan sensus pajak

nasional meliputi sebagai berikut :

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

(29)

4. Monitoring dan evaluasi

Adapun uraian diatas adalah sebagai berikut :

1. Proses Persiapan

Kegiatan persiapan memiliki input dan memberikan output kepada

kegiatan pelaksanaan antara lain berupa Laporan Hasil Rapat (LHR), Rencana

Kerja (RK), Surat Tugas (ST), dan Daftar Penugasan Sensus (DPS). Kegiatan

Persiapan Senus Pajak Nasional (SPN) terbagi kedalam lima bagian utama yaitu :

1) Pembentukan Tim Sensus

2) Pembuatan Rencana Kerja

3) Penyediaan Data

4) Logistik (SDM, Sarana Prasarana Dan uang)

5) Koordinasi Internal dan Eksternal

1) Pembentukan Tim Sensus

Tahapan pembentukan Tim Sensus adalah sebagai berikut:

a. Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat KPP

1. Kepala KPP menerima dan mempelajari Dasar Hukum dan Panduan

tentang Sensus Pajak Nasional dan menugaskan Kepala Subbagian

Umum untuk membuat konsep Surat Keputusan Kepala KPP tentang

Susunan Tim SPN. (Susunan Tim terdapat dalam Lampiran 2).

2. Kepala Sub bagian Umum menerima dan mempelajari disposisi dari

(30)

konsep Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN.

3. Pelaksana Sub bagian Umum menyusun Konsep Surat Keputusan

Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN dan menyampaikannya kepada

Kepala Subbagian Umum.

4. Kepala Sub bagian Umum menelaah dan memaraf Konsep SK Kepala

KPP tentang Susunan Tim SPN serta menyampaikannya

kepada Kepala KPP.

5. Kepala KPP menyetujui dan menandatangani SK Kepala KPP tentang

Susunan Tim SPN dan menugaskan Pelaksana Subbagian Umum

melalui Kepala Subbagian Umum untuk mengadministrasikan SK.

6. Pelaksana Sub bagian Umum menatausahakan dan mengirimkan SK

Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN kepada Tim SPN di Kantor

Pelayanan Pajak.

b. Tim Sensus Pajak Nasional Tingkat Kanwil

1. Kepala Kantor Wilayah menerima dan mempelajari Dasar Hukum dan

Panduan tentang Sensus Pajak Nasional dan menugaskan Kepala Bagian

Umum untuk membuat konsep Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah. (Susunan Tim terdapat

dalam Lampiran 3).

2. Kepala Bagian Umum menerima dan mempelajari disposisi dari Kepala

Kantor Wilayah mengenai Dasar Hukum dan Panduan tentang Sensus

Pajak Nasional Nasional dan menugaskan Kepala Subbagian

(31)

Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah.

3. Kepala Sub bagian Kepegawaian menugaskan pelaksana

Subbagian Kepegawaian untuk menyusun Konsep Surat Keputusan

Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah.

4. Pelaksana Sub bagian Kepegawaian menyusun Konsep Surat Keputusan

Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah,

dan menyampaikannya kepada Kepala Subbagian Kepegawaian.

5. Kepala Sub bagian Kepegawaian menelaah dan memaraf Konsep SK

Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah

serta menyampaikannya kepada Kepala Bagian Umum.

6. Kepala Bagian Umum menelaah dan memaraf Konsep SK Kepala

Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah serta

menyampaikannya kepada Kepala Kantor Wilayah.

7. Kepala Kantor Wilayah menyetujui dan menandatangani SK Kepala

Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor Wilayah dan

menugaskan Pelaksana Subbagian Kepegawaian melalui Kepala Bagian

Umum dan Kepala Subbagian Kepegawaian untuk mengadministrasikan

SK.

8. Pelaksana Subbagian Kepegawaian menatausahakan dan mengirimkan

SK Kepala Kantor Wilayah tentang Susunan Tim SPN di Kantor

(32)

2) Pembuatan Rencana Kerja

a. Tahapan Pembuatan Rencana Kerja Tingkat KPP

1. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim SPN,

Ketua Tim menugaskan seluruh Ketua Sub Tim untuk menyiapkan bahan

dan data sebagai bahan penyusunan konsep rencana kerja Sensus Pajak

Nasional untuk kemudian dikompilasi dan disusun konsepnya oleh

Sekretaris Tim SPN.

2. Seluruh ketua Sub beserta anggota mengiapkan bahan dn data, bahan dan

data tersebeut paling sedikit meliputi :

a) penentuan lokasi,

b) jumlah Objek Pajak yang akan disensus,

c) sumber dana dan satuan biaya,

d) jadwal pelaksanaan, dan

e) struktur tim (Surat Keputusan Kepala KPP tentang Susunan Tim

SPN di Kantor Pelayanan Pajak dilampirkan dalam rencana kerja),

3. Sekretaris Tim SPN menugaskan Pelaksana Sekretariat Tim SPN untuk

mengkompilasi bahan dan data serta menyusun konsep rencana kerja

Sensus Pajak Nasional.

4. Pelaksana Sekretariat Tim SPN mengkompilasi bahan dan data sebagai

bahan penyusunan konsep rencana kerja Sensus Pajak Nasional dan

menyusun konsep rencana kerja Sensus Pajak Nasional, kemudian

menyampaikan konsep tersebut kepada Sekretaris Tim SPN.

(33)

Pajak Nasional serta meneruskan konsep tersebut kepada Ketua Tim SPN.

6. Ketua Tim SPN menerima, mempelajari, membahas dengan seluruh Ketua

Sub Tim, menyetujui, dan menandatangani rencana kerja Sensus Pajak

Nasional dan menugaskan Pelaksana Sekretariat Tim SPN melalui

Sekretaris Tim SPN untuk mengadministrasikan rencana kerja.

7. Pelaksana Sekretariat Tim SPN menatausahakan dan menyampaikan

usulan rencana kerja Sensus Pajak Nasional di Kantor Pelayanan Pajak

kepada Tim SPN di Kantor Wilayah melalui sub bagian umum

3) Penyediaan Data

Penyediaan data dilakukan oleh Subtim Pengolahan Data dan Pelaporan KPP

yang dibantu oleh Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan selaku Bidang Data

dan Informasi dalam Tim SPN Tingkat Kantor Pusat. Tahapan proses penyediaan

data adalah sebagai berikut :

a. Tingkat KPP/Subtim Pengolahan Data dan Pelaporan (Account

Representative, OC SISMIOP dan OC SIG)

1. Melakukan pencetakan Peta Blok.

2. Melakukan Matcing NOP-AR dengan menggunakan aplikasi

SISMIOP.

3. Mengupload data matching NOP-NPWP dalam bentuk file excel (

Dalam AR telah memiliki data Matching NOP-NPWP)

4. Mengupload data daftar Tenant dalam bentuk data excel (bila ada)

5. Melakukan clustering atas peta blok sesuai dengan skala prioritas

(34)

1) Merekam nama Cluster

2) Memilih kawasan Cluster

3) Memasukan data Objek PBB pada basis data SISMIOP

untuk tiap Cluster

4) Merekam data matching NOP-NPWP secara manual

5) Menentukan prioritas Cluster dan alasannya

Ketua Sub Tim Penyisiran melakukan penetapan Cluster yang akan

dilakukan pencacahan melalui sistem.

6. Melakukan pencetakan Daftar Penugasan Sensus melalui sistem.

7. Melakukan pencetakan Data Tenant (jika tersedia) melalui sistem.

8. Menyiapkan data pendukung/data pihak ketiga apabila tersedia

b. Tingkat Kantor Pusat (Bidang Penyediaan Data dan Informasi) sesuai

dengan SE tentang Matching Data.

4) Logistik

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan petugas dalam rangka

Sensus Pajak Nasional. Proses ini meliputi perencanaan SDM, rekruitmen dan

seleksi Petugas Pelaksana Sensus Non PNS, serta adminitrasi SDM. Hal-hal

terkait SDM yang perlu diperhatikan dalam Sensus Pajak Nasional adalah

sebagai berikut:

1. Unit Pelaksana Sensus dapat berasal dari pegawai DJP (Petugas Pelaksana

Sensus PNS DJP) di KPP dan Kanwil setempat maupun dari Petugas

(35)

2. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS harus didampingi oleh Petugas

Pelaksana Sensus PNS DJP dalam pelaksanaan pencacahan.

3. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS yang direkrut diutamakan mahasiswa

dan/atau lulusan Perguruan Tinggi serta tidak berpotensi menimbulkan

masalah terkait ketenagakerjaan.

4. Perekrutan Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS dilakukan oleh

masing-masing KPP.

5. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS yang direkrut diberikan pelatihan oleh

masing-masing KPP mengenai TUPOKSI-nya dan Pengetahuan Dasar

Perpajakan.

6. Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS harus dibuatkan Surat Perintah Kerja

Kepala Kantor selaku PPK.

7. Dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Petugas Pelaksana Sensus

Non-PNS diberikan tanda pengenal khusus, memakai rompi seragam dan

didampingi oleh pegawai DJP.

b. Keuangan

Logistik keuangan merupakan seluruh kegiatan yang berhubungan

dengan alokasi anggaran, pertanggung jawaban, serta pelaporan keuangan

dari Sensus Pajak Nasional. Logistik keuangan merupakan informasi untuk

penyusunan Rencana Kerja. Selanjutnya dan Rencana Kerja dipergunakan

sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan Sensus Pajak Nasional

dan pelaporan manajerial. Proses bisnis keuangan diatur tersendiri dengan

(36)

Sensus Pajak Nasional.

c. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan Prasarana adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan

pengadaan, pengelolaan aset dan logistik selama berlangsungnya Sensus

Pajak Nasional. Proses ini memastikan ketersediaan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan selama pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Pengadaan

sarana dan prasarana mengikuti prosedur pengadaan barang dan jasa sesuai

Keppres 54 Tahun 2010.

5) Proses Koordinasi Internal dan Eksternal

Tahap proses koordinasi internal adalah sebagai berikut :

a. Ketua Tim melaksanakan rapat terkait pembagian tugas serta wewenang

dalam Tim SPN baik di Tingkat KPP, di tingkat Kanwil, maupun di tingkat

Koordinator Pelaksana Wilayah (tingkat nasional). Output yang dihasilkan

dalam dari proses ini antara lain adalah Laporan Hasil Rapat, Keputusan, dan

Surat Tugas.

b. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat KPP dan dibantu Sub Tim

Publikasi dan Sosialisasi di tingkat Kanwil melaksanakan proses sosialisasi

dan/atau pelatihan pelaksanaan sensus kepada Petugas Pelaksana Sensus PNS

DJP dan Petugas Pelaksana Sensus Non-PNS.

c. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi juga melakukan simulasi proses

pelaksanaan sensus untuk melatih petugas lapangan. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk menjamin proses pencacahan agar dapat berjalan dengan

(37)

Tahap proses koordinasi eksternal adalah sebagaai berikut :

a. Ketua Tim SPN melalui sekretariat tim menyampaikan surat pemberitahuan

kegiatan Sensus Pajak Nasional kepada Pihak ketiga (Pemerintah Daerah,

Ketua RW, Ketua RT, pengelola/manajemen perumahan/apartemen,

perhimpunan, dan tokoh masyarakat) dan melakukan koordinasi untuk

menentukan waktu pelaksanaan sensus.

b. Ketua Tim SPN melalui sekretariat tim dapat menyampaikan surat

permohonan pendampingan kepada aparat keamanan terkait (POLRI, TNI).

c. Terkait program sosialisasi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Tim SPN

mempersiapkan bahan dan materi publikasi sebagai berikut:

1. Menetapkan lokasi (sentra ekonomi), yang akan dijadikan tempat

pelaksanaan launching yang serentak diselenggarakan di seluruh

Indonesia pada 29 September 2011 (tentative). Tema publikasi dan

sosialisasi adalah ajakan untuk mensukseskan program Sensus Pajak

Nasional.

2. Apabila wilayah kerja Kanwil DJP/KPP berada dalam satu

Provinsi/Kabupaten/Kota atau meliputi lebih dari satu

Provinsi/Kabupaten/Kota, maka Ketua Tim SPN Tingkat

KPP/Penanggung Jawab Tim SPN Tingkat Kanwil agar berkoordinasi

dengan Ketua Tim SPN Tingkat KPP/Penanggung Jawab Tim SPN

Tingkat Kanwil lainnya.

(38)

instansi terkait mengenai rencana launching SPN secara serentak.

4. Mengundang media massa untuk meliput kegiatan launching.

5. Melakukan pengumuman tentang saat dimulainya launching di

media massa.

6. Kegiatan di atas agar dilakukan dengan mempertimbangkan

ketersediaan sumber daya yang ada (anggaran, SDM)

d. Terkait program sosialisasi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Sub Tim

Publikasi dan Sosialisasi dan Sub Tim Sarana dan Prasarana mempersiapkan

bahan dan materi publikasi sebagai berikut:

1. Selling Name adalah “AJAK...! “ yang akronimnya adalah Ayo Peduli

Pajak Selain itu AJAK juga memiliki makna mendorong diri sendiri

dan orang lain antara lain: Ajak daftar NPWP!; Ajak bayar Pajaknya!;

Ajak lapor SPT-nya!; Ajak yang lainnya!; dan lain-lain yang dapat

disesuaikan dengan local content.

2. Tag Line yang digunakan adalah antara lain sebagai berikut: Komitmen

untuk kemakmuran; Pajak untuk kemakmuran; Pajak untuk Pembangunan

dan Kesejahteraan; Komitmen untuk Pembangunan dan Kesejahteraan;

Pajak itu Tiangnya Negara; Peduli untuk Negeri; Kejujuran Anda untuk

Negeri; Untuk Indonesia Lebih Baik dan Mulai dari Diri Sendiri.

3. Media yang digunakan sosialisasi antara lain advertorial media cetak,

seminar yang berkaitan dengan UMKM, media online, SMS Blast,

Outodoor Kit (Umbul-Umbul, spanduk, Balihoo, poster, leaflet,

(39)

branding, escalator branding), Media Alternatif (kesenian rakyat,

keterlibatan masyarakat melalui lomba-lomba tentang Sensus dan pajak),

pendirian Pojok Pajak atau mobil keliling, dan lain-lain.

4. Penyiapan cindera mata/apresiasi kepada responden Sensus Pajak

Nasional atas kesediaannya mengisi FIS. Bentuk cendera mata antara lain

berupa pulpen, topi, buku notes, buku pintar pajak, kaos, sticker gaul,

payung, dsb.

5. Penyiapan materi tersebut di atas dilakukan dengan mempertimbangkan

ketersediaan sumber daya yang ada (anggaran, SDM).

e. Sub Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat KPP bersama dengan

Koordinator Tim Publikasi dan Sosialisasi di tingkat Kanwil melakukan

sosialisasi sebelum pelaksanaan proses pencacahan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Melakukan kegiatan siaran pers secara langsung (jumpa pers dan

wawancara langsung) maupun tidak langsung terkait pelaksanaan SPN.

2. Sosialisasi pelaksanaan SPN kepada masyarakat berdasarkan pilihan

media pada poin 4.c. diatas Melakukan sosialisasi dengan memberikan

informasi kepada calon responden di lokasi target sensus yang akan

dituju, terkait rencana pelaksanaan pencacahan, paling lambat 7 (tujuh)

hari kalendar sebelum dilaksanakan di lokasi sentra ekonomi/high rise

(40)

2. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional

Proses pelaksanaan sensus terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama

sebagai berikut:

1) Proses Pencacahan

2) Proses Pelaporan

3) Proses Asistensi

1) Proses Pencacahan

Proses Pencacahan merupakan proses pengambilan data dari

responden (subjek/objek sensus) yang dilakukan oleh petugas lapangan

dari Sub Tim Penyisiran dan selain itu Sub Tim lain (Publikasi dan

Sosialisasi, Sarana dan Prasarana) memberikan dukungan di lokasi

kegiatan. Koordinator Penyisiran di tingkat Kanwil dan Koordinator

Pelaksana Wilayah (tingkat nasional) memberikan asistensi kepada Tim

Sensus KPP, Sub Tim Penyisiran. Tahapan Proses Pencacahan

dilaksanakan oleh subtim terkait

2) Proses Pelaporan Harian

Tahapan proses pelaporan harian adalah sebagai berikut:

a. Sub Tim penyisihan setelah proses pelaksanaan Sensus Pajak Nasional

setiap harinya mengisi kolom harian yang ada di dalam DPS sesuai

dengan kondisi lapangan dan respon dari responden dalam dokumen FIS

dan lampirannya.

b. DPS yang telah diisi kolom isiannya menjadi Dokumen Daftar

(41)

c. Sub Tim Penyisiran melakukan rekapitulasi Dokumen Daftar Kesimpulan

Hasil Sensus (DKHS) dalam Laporan Pelaksanaan Harian Sensus Pajak

Nasional dan diserahkan kepada Ketua Sub Tim Penyisiran serta

diadministrasikan.

3) Proses Asistensi

Proses Asistensi merupakan proses yang dilakukan oleh Tim Sensus

Pajak Nasional Tingkat Kanwil dan Koordinator Lapangan (Tim Sensus

Tingkat Pusat) dalam mengawal pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.

Proses ini mendapatkan input dari Proses Persiapan berupa Rencana Kerja,

LHR, Surat Tugas, dll sehingga merupakan proses proaktif dalam

memberikan asistensi. Proses asistensi yang dilakukan melekat dalam

setiap tahapan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.

3. Tidak Lanjut

Tindak Lanjut Sensus Pajak Nasional merupakan proses pengolahan data

FIS hasil Sensus yang dimulai dari perekaman hingga klasifikasi untuk menjaga

keakuratan data dan mendistribusikan FIS sesuai dengan tindak lanjut yang

dibutuhkan. Output yang dihasilkan dari kegiatan ini menjadi feeding yaitu

Perluasan Basis Pajak (Ekstensifikasi) dan Pengawasan. Kegiatan Tindak Lanjut

memiliki 3 (tiga) tahapan sebagai berikut :

1. Perekaman FIS

(42)

1) Perekaman FIS

Perekaman data adalah rangkaian kegiatan lanjutan setelah dilakukan

pencacahan. Perekaman data dilakukan dalam aplikasi yang telah disediakan oleh

Direktorat TTKI dan TIP. Output yang dihasilkan dari perekaman data adalah data

hasil perekaman (DHR) dari dokumen FIS. Tahapan perekaman adalah sebagai

berikut:

a. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan menerima dokumen FIS,

Laporan Pengamatan, dan DPS/DKHS dari Sub Tim Penyisiran untuk

dilakukan proses perekaman dokumen ke dalam aplikasi Sensus Pajak

Nasional.

b. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan melakukan proses perekaman

data ke dalam aplikasi Sensus Pajak Nasional berdasarkan cluster yang

telah disensus.

c. Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan dalam proses perekaman data

harus memperhatikan detail isian yang ada dan memastikan kode tindak

lanjut di dokumen FIS telah terekam dengan benar.

d. Petunjuk teknis perekaman berdasarkan modul aplikasi Sensus Pajak

Nasional dari Direktorat TTKI.

2) Validasi

Validasi data bertujuan untuk menjamin keakuratan perekaman data

Sensus Pajak Nasional. Validasi data merupakan rangkaian kegiatan

membandingkan data yang ada di fisik dokumen FIS dengan hasil perekaman

(43)

validasi ini adalah data valid hasil sensus. Tahapan validasi data adalah

sebagai berikut:

a. Petugas Sub Tim Pengolahan Data dan Pelaporan yang bertugas

sebagai Validator menerima dokumen fisik FIS (per batch/cluster)

dari petugas perekam untuk kemudian membandingkan kesesuaian

data hasil perekaman dengan dokumen fisik.

b. Petugas memberikan tanda dalam dokumen FIS dan hasil

perekaman dalam aplikasi apabila data telah valid.

c. Data hasil perekaman yang telah valid di save dan dokumen FIS

dilakukan proses pemberkasan di seksi Pengolahan Data dan

Informasi, untuk kemudian dapat menjadi input proses bisnis DJP

(Pengawasan dan Perluasan Basis Pajak) dan proses monitoring

dan evaluasi dari Sensus Pajak Nasional.

d. Petunjuk teknis Validasi Data berdasarkan modul aplikasi Sensus

Pajak Nasional dari Direktorat TTKI

3. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai dan

melakukan evaluasi atas keseluruhan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.

Input yang masuk dalam rangkaian kegiatan ini berasal dari proses

pelaksanaan sensus berupa laporan pelaksanaan harian, dan dari proses tindak

lanjut berupa register atau laporan hasil perekaman FIS. Secara umum,

keseluruhan proses pelaporan dalam Sensus Pajak Nasional ini akan

(44)

pengguna maupun manajemen akan dapat melihat laporan hasil pelaksanaan

sensus secara real time sesuai dengan kewenangannya. Output yang

dihasilkan dari monitoring dan evaluasi ini berupa kebijakan baik di tingkat

(45)

Dalam sebuah penelitian, hal yang paling penting untuk diperhatikan

adalah objek dari penelitian tersebut, karena objek penelitian merupakan sebuah

sumber informasi dalam sebuah penelitian. Objek penelitian merupakan suatu

kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang

akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.

Pengertian objek penelitian menurut Iwan Satibi adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian secara umum akan menetapkan atau

menggambarkan wilayah penelitian atau sasaran penelitian seacara komperhensif, yang meliputi karakteristik wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang dimadsud.”

(2011:74)

Menurut Sugiono menyatakan bahwa, definisi objek penelitian adalah

sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

(2009:38)

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa objek

penelitain merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data

(46)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiono menyatakan bahwa, definisi metode penelitian adalah

sebagai berikut:

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehinggga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah.”

(2009:4)

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

penelitian merupakan cara ilmiah yang mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode

deskriptif yaitu hasil penelitian yang dapat diambil kesimpulannya berdasarkan

masalah yang ada dalam penelitian.

Menurut Sugiono, menyatakan bahwa definisi metode deskriptif adalah

sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih(variable yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain.”

(2009:35)

Sedangkan menurut Husein Umar yang dikutip dari pendapat Traves

adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dengan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.”

(47)

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang

digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan peneliti untuk

dapat menggambarkan prosedur penerimaan kas pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bojonagara Bandung.

Metode ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu penulisan yang dapat

menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut

keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.

Metode penelitian yang yang digunakan yang digunakan dalam menyusun

tugas akhir ini adalah menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif

merupakan penilaian terhadap individu, organisasi atau keadaan tertentu.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data (Observasi, kuesioner, wawancara,

dokumentasi)

Dalam pengumpulan data setidaknya dilakukan berbagai banyak cara agar

data yang diperoleh komplit atau sempurna sesuai dengan yang diinginkan agar

penelitian berlangsung mudah. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut :

1. Field Research (penelitin lapangan)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan yaitu di

Perusahaan Daerah Kebersihan Kota bandung. Adapun cara yang dilakukan dalam

(48)

a. Observasi (pengamatan)

Penulis mengamati langsung Perusahaan Daerah Kebersihan Kota

bandung untuk mengetahui kegiatan yang ada di perusahaan.

b. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa

terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

c. Interview (wawancara)

Penulis melakukan wawancara mengenai kegiatan tentang prosedur

penerimaan kas pada perusahaan daerah kebersihan kota bandung.

d. Dokumentasi (mengumpulkan data)

Merupakan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh di perusahaan

daerah kebersihan kota bandung

2. Library Research (penelitian kepustakaan)

Merupakan pengumpulan data-data dari literatur, sumber-sumber lain yang

berhubungan dengan masalah, menbaca, dan mempelajari buku-buku untuk

(49)

3.2.2 Sumber Data

Sebuah data memiliki informasi namun sebuah data juga harus memiliki

kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data

tersebut diolah. Sumber data yang diperoleh penulis merupakan data yang didapat

langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung.

Sedangkan pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto sumber

data adalah :

“Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari

mana data tersebut dapat diperoleh.”

(2010:172)

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder,

dimana penulis memperoleh data yang secara tidak langsung, artinya data-data

tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan

oleh pihak lain.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung didapat dan dijadikan sebagai

sumber dari penelitian dan pengamatan secara langsung pada objek yang

diteliti atau perusahaan tempat penulis melakukan penelitian, dimana dilakukan

dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara dengan

pihak yang berkepentingan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung yang

(50)

makalah, materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan

diteliti oleh penulis.

Data sekunder menurut Husein Umar. yaitu :

“Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.“

(51)

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil yang peneliti dapatkan selama

melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota

Bandung. Hasil tersebut berupa data-data dan informasi yang mendukung

penelitian yang peneliti lakukan.

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

Bandung

Kantor Pelayanan Pajak Bojonagara Bandung merupakan unsur pelaksana

Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan operasional

pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya.

Umumnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang telah

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4.1.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung

Penerapan pajak di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan sejak jaman

kolnial Belanda.Pemungutan pajak di masa itu dilakukan oleh lemabaga yang

dibentuk pemerintahan kolonial yang bernama “De Inspective Finantien”,

lembaga ini bertugas menangani pemungutan pajak rakyat berdasarkan undang -

(52)

Kemudian selanjutnya setelah pemerintahan kolonial Belanda diambil alih

oleh Jepang, maka lembaga pemungut pajak yang tadinya bernama “De

Inspective Finantien” itu berganti nama menjadi “Zaimura”. Lebih umum lagi

lembaga yang dibentuk kolonialisme ini mengurus mengenai masalah keuangan,

dan hingga akhirnya berubah kembali menjadi “Inspeksi Keuangan Bandung”.

Gedung Inspeksi Keuangan yang berada di Gedung Merdeka selanjutnya

dipindahkan ke Soreang Bandung Selatan. Perpindahan Gedung Inspeksi

Keuangan ini merupakan akibat dari terjadinya agresi militer Belanda pada tahun

1974, saat itu Belanda menguasai daerah sebelah utara Bandung yang garis

batasnya adalah rel kereta api yang memanjang dari barat ke timur Kota Bandung.

Belanda berhasil menguasai Kantor Inspeksi Keuangan sehingga

dipindahkan ke gedung yang kini dikenal menjadi Rumah Sakit Immanuel. Saat

pasukan Indonesia mundur ke selatan, personil administrasi Kantor Inspeksi

Keuangan tersebut dipindahkan lagi ke Tasikmalaya,Pada masa inilah akhirnya

terjadi dualisme aliran pajak :

1. Kelompok Coorperative , dimana kelompok ini mau bekerja sama dengan

Belanda dan tidak ikut pindah ke Tasikmalaya

2. Kelompok Non Coorperative , yaitu kemlompok yang sama sekali tidak

mau bekerjasama dengan pihak Belanda sehingga mengungsikan diri ke

Tasikmalaya

Pada tanggal 17 Desember 1975 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan

akhirnya Inspeksi Keuangan Belanda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung.

(53)

141/KMK.0181979 tanggal 6 April 1979, Inspeksi Pajak Bandung dipecah

menjadi dua terhitung mulai 1 Janurai 1980, yaitu :

1. Inspeksi Pajak Bandung Timur, beralamat di Jalan Asia Afrika 114

Bandung

2. Inspeksi Pajak Bandung Barat, beralamat di Jalan Purnawarman nomor 21

Bandung yang kemudian pindah ke Jalan Soekarno Hatta pada tanggal 1

Januari 1981

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994

tanggal 29 Maret 1994 terjadi reorganisasi pada Dirjen Pajak, semula Kantor

Pelayanan Pajak yang ada di Kotamadya dan Kabupaten Bandung yang terdiri

dari empat Kantor Pelayanan Pajak antara lain tiga Kantor Pelayanan Pajak di

Kodya Bandung yaitu:

1. KPP Bandung Barat di Jalan Soekarno-Hatta No.216 Bandung.

2. KPP Bandung Timur di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung.

3. KPP Bandung Tengah di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.

4. KPP Bandung Cimahi di Cimahi.

Kemudian dipecah lagi menjadi lima KPP, yaitu:

1. KPP Bandung Tegallega di Jalan Soekarno-Hatta No.216 Bandung.

2. KPP Bandung Karees di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung.

3. KPP Bandung Cibeunying di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.

(54)

5. KPP Cimahi di Cimahi.

Selanjutnya Pada tahun 2007 Direktorat Jendral Pajak melakukan

reformasi dan modernisasi pada tubuh lembaganya. Salah satunya selain dengan

peningkatan SDM ialah dengan melebur fungsi Kantor Pelayanan Pajak, Kantor

Pemeriksa Pajak, Kantor Penyuluhan, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan, termasuk yang terjadi pada Kanwil DJP Jawa Barat I. Hasil peleburan

ini akhirnya membentuk 15 Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

KPP Pratama Bandung Bojonagara merupakan salah satu diantara

pembentukan 15 KPP pada tahun 2007 tersebut.Sebelumnya saat masih bernama

KPP Bandung Bojonagara, Kantor Pelayanan Pajak ini pernah beralamat di Jalan

Cipaganti No. 155 - 157 Bandung setelah kemudian berpindah ke Jalan Asia

Afrika No. 114 Bandung. Setelah modernisasi tersebut sebagaimana Kantor

Pajak lainnya, KPP Bandung Bojonagara dan kini berlokasi di Jalan Ir. Sutami

Bandung.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

Bandung

Struktur organisasi sangatlah penting karena dengan adanya struktur

organisasi dapat mempermudah pembagian tugas sesuai dengan bidang masing-

masing. Adapun susunan organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

wilayah Kota Bandung sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang

(55)

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan Surat

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 09

Agustus 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai

Operasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Penyuluhan dan

Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I dan Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II, saat mulai operasional Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung secara resmi adalah tanggal

28 Agustus 2007 dengan menjalankan pekerjaan berdasarkan stuktur organisasi

dan fungsinya sebagaimana telah ditetapkan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung memiliki

struktur organisasi yang terdiri dari:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama;

2. Sub Bagian Umum;

3. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;

5. Seksi Pelayanan;

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi;

7. Seksi Pemeriksaan;

(56)

9. Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari:

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang

keahliannya.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional

senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala Kantor

Pelayanan Pajak yang bersangkutan

c. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang

bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan sesuai dengan

wilayah yang jadi wewenangnya meliputi daerah tertentu.Berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 176/KMK/01/1984 tanggal 25 Maret 1987.Susunan

organisasi pada struktur organisasi KPP berbentuk atau Line Tipe A.

4.1.1.3 Uraian Tugas Jabatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara

Bandung

Berikut merupakan uraian tugas dari struktur organisasi Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Bojo nagara

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB,

(57)

mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan

Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah dan pajak tidak langsung lainnya, juga

Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (Pengelolaan BPHTB sehingga akhir 2010) dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melaksanakan :

a. Penyuluhan

b. Pelayanan

c. Pengawasan (Pemeriksaan dan Penagihan)

2. Kepala Sub. Baagian Umum

Bagian Umum mempunyai fungsi sebagai :

a. Pengurusan Kepegawaian

b. Pengurusan Keuangan

c. Tata Usaha

d. Pengurusan Rumah Tangga dan Perlengkapan

Sedangkan Sub. Bagian Umum terdiri dari :

a. Urusan Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan

keuangan

(58)

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi

Membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

pentatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objekdan

subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi :

a. Pengumpulan dan Pengolahan data

b. Penyajian informasi

c. Penggalian potensi pajak

d. Ekstensifikasi Wajib Pajak

5. Kepala Seksi Pelayanan

Kepala Seksi Pelayanan Informasi bertugas untuk melaksanakan :

a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat - surat

lainnya

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

(59)

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak (PPh, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), himbauan kepada Wajib

Pajak dan konsultasi teknis perpajakan penyusunan profil Wajib Pajak,

rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan identifikasi, dan

melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku

dalam suatu KPP Pratama terdapat empat Kepala Seksi Pengawasan dan

Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah

(Teritorial) tertentu.

7. Kepala Seksi Pemeriksaan

Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan, pelaksanaan aturan pemeriksaan, penertiban dan penyaluran

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta Administrasi Pemeriksaan

Perpajakan Lainnya

8. Kepala Seksi Penagihan

Seksi Penagihan tentunya mempunyai fungsi yaitu :

a. Penatausahaan piutang pajak

(60)

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat

Fungsional Penilaian yang mempunyai fungsi :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksa :

Berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan

b. Pejabat Fungsional Penilai :

Berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi

4.1.1.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung

Kegiatan dari KPP Pratama Bandung Bojonagara sendiri diantaranya

adalah menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,

efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang

tinggi. Selain itu KPP Pratama Bandung Bojonagara juga menghimpun

penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang - Undang Perpajakan yang

mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Kemudian KPP Pratama Bandung Bojonagara juga merupakan sarana

Direktorat Jendral Pajak untuk lebih mendeka tkan diri kepada masyarakat

melalui keberadaan KPP disetiap daerah sehingga memudahkan masyarakat

dalam mendapatkan informasi, konsultasi yang tepat dan akurat, mendapatkan

pelayanan prima, juga dalam hal kemudahan pelaporan perpajakan sehingga

Gambar

Tabel Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

DEPARITMEN PINDIDIXAN NASIONAL I-trMB,{GA PENtrLTTIAN

Pendampingan Melukis Siswa kelas besar melukis didampingi oleh satu guru lukis, dan mahasiswa PPL juga guru mendampingi masing0masing siswa untuk melukis sesuai materi

Throughout the research, the researcher obtained three challenges and those were: (i) the status of English as a local content subject creates conditions which is less

Bagi calon mahasiswa dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan dalam pemilihan program studi pada progam penerimaan mahasiswa baru melalui

Mengijinkan pengembang untuk melakukan koneksi antara aplikasi yang sudah dibuat dengan library static i.e libQCAR.a pada Ios atau libQCAR.so pada

hunian dengan berbagai macam fasilitas yang ditawarkan, namun juga harus. memiliki ketahanan terhadap gempa, terlebih pulau Jawa terletak pada

Guidelines for good form design: • Make forms easy to fill out.. • Ensure that forms meet the purpose for which they

Dengan adanya penerapan tipe kontrol bonus dan penalti tersebut maka akan memiliki hasil yang berbeda terhadap kepercayaan rekan kerja dan usaha karyawan ketika karyawan