• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Di Kabupaten Bogor"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

DEDE SYUKRILLAH RIFA’I 1111018200012

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2016.

Penelitian skripsi ini dilatarbelakangi sebuah realita tentang sistem penyelenggaraan madrasah diniyah yang mempunyai ciri berbeda dan orientasi yang beragam. Perbedaaan tersebut terjadi karena disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya, seperti latar belakang yayasan atau pendiri madrasah diniyah, budaya masyarakat setempat, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan agama dan kondisi ekonomi masyarakat dan lain sebagainya. fokus peneletian pada aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum madrasah diniyah, yakni sistem manajerial yang dilakukan di madrasah diniyah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam bentuk deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang terlebih dahulu menganalisis proses pelaksanaannya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Kabupaten Bogor belum berjalan sesuai dengan teori-teori pengembangan kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang ada, sehingga pengembangan kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang saat ini berjalan harus di evaluasi secara berkala dan kontinuitas agar Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah kedepan mampu menjadi lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan tersendiri dan dengan kualitas madrasah yang baik. Sehingga kekhasan tersebut menjadi magnet bagi masayarakat untuk menyekolahkan putra/putrinya di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

(6)

vi

curriculum development, That is the managerial system is done in “madrasah diniyah”. This study was motivated by the reality of the system implementation

“madrasah diniyah” that had different characteristics and varying orientations. The differences occured because due to the factors that influence it, such as the background of foundations or “madrasas diniyah” founder, local culture, the level of public demand for religious education and economic conditions of society and so on. Qualitative method employed with descriptive design. The use of descriptive methods in this study with the aim to illustrate an implementation activities and madrasah curriculum development diniyah takmiliyah awaliyah the first to analyze the process of implementation. The result of this study could be concluded that the Madrasah curriculum development Diniyah Takmiliyah Awaliyah in Bogor has not been run in accordance with the theories of curriculum development. It could be seen from the constraints that exist, so that the curriculum development Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah was stiil currently in running that should be evaluated periodically and continuity in order Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah fore able to be an educational institution that has its own peculiarity and also can improve the quality of the madrasah. So that, that peculiarity can be a magnet for the community or parents to send their son / daughter in Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.

(7)

vii

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Keluarga tersayang

Untuk Ibunda Tercinta Hj. Lilis

Semoga setiap air mata yang jatuh dari matamu atas segala kepentinganku, menjadi sungai untukmu di Surga nanti.

Kakak-kakakku Toni Mustofa Kamil, Lia Nurhilaliah,

Nina Nurhasanah, Abdul Aziz

serta keluarga besarku.

Para Dosen dan Guru-guruku

Para Sahabat dan Rekan-Rekan Manajemen Pendidikan Angkatan 2011

(8)

viii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dengan judul “Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Kabupaten Bogor”.

Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah berjuang untuk membawa kebenaran dan menyempurnakan akhlak manusia, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan dukungan serta bantuan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa bagaimanapun usaha yang ditempuh tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Terima kasih yang sebesar-besrnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

(9)

ix

6. Rahmat, S.Pd.I., selaku Kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Tarbiyatul Falah yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Ibunda tercinta Hj. Lilis, terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua kasih sayang, pengorbanan, perhatian, pengertian, dan dorongan baik moriil serta materiil, semangat, dan do’a yang selalu diberikan setiap saat.

8. Kakak-kakak tersayang, Toni Mustafa Kamil, Lia Nurhilaliah, Nina Nurhasanah, dan Abdul Aziz yang selalu mendoakan dan memberikan semangat, terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua kasih sayang, perhatian, dan pengertiannya.

9. Calon Istri, Riska Fitriyani terima kasih selalu memberikan semangat dalam keadaan senang maupun susah, perhatian, pengertian, bantuan, serta dorongannya kepada penulis.

10. Sahabat nongkrong Bahrul Alam, Gilang Putra Prasetyo, Sastria Dewantara Putra, Mardiana Nurazizah, Puspa Tresna, Ari Hariningdiah, Anis Novi dan seluruh keluarga besar MP 2011 yang juga sedang berjuang meraih kesuksesannya, dimanapun kalian berada, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga kepada penulis, Semoga Allah SWT mengumpulkan kita dalam kebaikan.

(10)

x bermanfaat, Aamiin.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 15 April 2016

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Fokus Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... . 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A.Kajian Teori ... 11

1. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ... 11

a. Pengertian Madrasah Diniyah ... 13

b. Fungsi Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ... 15

c. Tujuan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ... 15

2. Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ... 17

a. Definisi Kurikulum ... 17

b. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum MDTA ... 19

c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum ... 21

d. Standar Kompetensi Lulusan Diniyah Takmiliyah ... 23

3. Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ... 25

a. Prinsip Relevansi ... 26

b. Prinsip Efektifitas Dan Efesiensi ... 27

c. Prinsip Kesimanbungan ... 27

d. Prinsip Fleksibilitas ... 28

e. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan ... 28

(12)

xii

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37

C.Sumber Data ... 37

D.Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Gambaran Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang Di Teliti 46 B.Implementasi Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Di Kabupaten Bogor ... 53

C.Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kurikulum MDTA ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 61

B.Saran ... 62

(13)

xiii

Tabel 2.2 Alokasi Waktu Tiap Bidang Studi ... 21

Tabel 3.1 Pedoman Pengumpulan Data MDTA ... 40

Tabel 3.2 Daftar Ceklis ... 41

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian RPP ... 42

Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Kegiatan Pengajaran ... 44

Tabel 4.1 Perkembangan MDTA di Kabupaten Bogor 2011-2015 ... 53

[image:13.595.109.516.165.543.2]
(14)

xiv

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 66

Lampiran 2 Transkip Wawancara ... 69

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ... 78

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian ... 82

Lampiran 5 Dokumentasi ... 84

Lampiran 6 Pendahuluan Kurikulum DTA ... 87

Lampiran 7 Standar Isi Akhlak DTA ... 106

Lampiran 8 Standar Isi Al-Qur’an DTA ... 114

Lampiran 9 Standar Isi Aqidah DTA ... 124

Lampiran 10 Standar Isi Bahasa Arab DTA ... 130

Lampiran 11 Standar Isi Fiqih DTA ... 139

Lampiran 12 Standar Isi Hadits DTA ... 147

Lampiran 13 Standar Isi Tarikh Islam DTA ... 156

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia kini masih berada dalam masa transisi. Era reformasi telah lahir dan masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek kehidupannya. Masa demokrasi telah melahirkan berbagai jenis pendapat, pandangan, juga konsep yang tidak jarang yang satu bertentangan dengan yang lain, antara lain berbagai pandangan mengenai bentuk masyarakat dan bangsa Indonesia yang di cita-citakan di masa depan.

Masyarakat Indonesia memerlukan suatu perubahan paradigma pendidikan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat Indonesia. Cita-cita era reformasi tidak lain ialah membangun suatu masyarakat madani Indonesia. Mencermati realitas sosial pendidikan Islam untuk saat ini, tampaknya banyak perubahan pengembangan pada institusi pendidikan Islam. Salah satu hasil yang menggembirakan bagi tranformasi pendidikan Islam di zaman orde reformasi adalah hasil amandemen ke-4 pasal 31 ayat 5 UUD 1945 yang berbunyi “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat

manusia”1

dan disahkannya UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas serta diberlakukannya PP No.55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

Pendidikan keagamaan berdasarkan PP No.55 tahun 2007 dapat diselenggarakan dalam bentuk formal, nonformal, juga informal. Yang mana ketiganya pun pada akhirnya berhak mendapatkan ijasah yang diakui, bukan hanya yang mengikuti jalur formal saja akan tetapi jalur non formal dan informal pun dapat dihargai sederajat. Sebagaimana tercantum dalam UU

1Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Amandemen Ke-4 Pasal 31 Ayat 5, h.16

(16)

No.20 tahun 2013 pasal 26 ayat 6 “Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.”2

Juga diperkuat dengan PP No.55 tahun 2007 pasal 11 ayat 2 “Hasil pendidikan keagamaan nonformal dan/atau informal dapat dihargai sederajat dengan hasil pendidikan formal keagamaan/ umum/ kejuruan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.”3

Meski diniyah non formal dan/atau informal dapat dihargai atau diakui sama seperti diniyah formal, dalam prosesnya tentu sangat berbeda. Diniyah formal diatur secara sistematis dan menyeluruh mulai dari syarat peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, kurikulum, hingga ujian nasional diniyah formal. Sedangkan untuk diniyah non formal dan/atau informal lebih bersifat terbuka dan menyesuaikan dengan kondisi pada suatu lingkungan masyarakat dimana diniyah itu dilaksanakan.

Dengan diterbitkannya amandemen ke-4 UUD 1945, UU No.20 tentang Sisdiknas tahun 2003, juga PP No.55 tahun 2007 menunjukkan eksistensi pendidikan Islam semakin diakui dalam tatanan pendidikan nasional. Sebelum lahirnya UU Sisdikdas tersebut, madrasah diniyah dikenal sebagai madrasah yang mempunyai peran melengkapi dan menambah pendidikan agama bagi anak-anak yang mengikuti pembelajaran di sekolah-sekolah umum pada pagi hingga siang hari, kemudian pada sore harinya mereka mengikuti pendidikan agama di madrasah diniyah. Tumbuh kembangnya madrasah diniyah ini dilatarbelakangi oleh keresahan sebagian orang tua siswa yang merasa pendidikan agama di sekolah umum kurang memadai untuk mengantarkan anaknya untuk dapat memahami, menghayati, dan melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan yang diharapkan. Berangkat dari kebutuhan masyarakat akan jenis lembaga seperti inilah madrasah diniyah tetap dapat bertahan. Walaupun

2 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, h.8

(17)

hingga saat ini madrasah diniyah kurang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, baik pemenuhan anggaran maupun bantuan ketenagaan, namun peran madrasah diniyah merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pendidikan yang harus dipikirkan bersama.

Upaya yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan yang selama ini telah dibuat cukup memberikan angin segar bagi madrasah diniyah untuk tetap bertahan dan menunjukkan eksistensinya, namun baru-baru ini madrasah diniyah kembali menemui tantangan yaitu dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang mengaharuskan peserta didik mengikuti pembelajaran lebih lama daripada biasanya, yang berimbas kepada menurunnya jumlah peserta didik yang mendaftar ke madarasah diniyah. Hal tersebut terjadi karena orangtua menjadi berfikir ulang untuk memasukkan anaknya ke madrasah diniyah mengingat beban belajar yang sangat padat. Seringkali anak pulang sudah lebih dari pukul 13.00 atau bahkan ada yang sampai pukul 15.00, sedangkan biasanya madrasah diniyah memulai pembelajarannya pada siang hari antara pukul 13.00 s/d 15.00.

Agar madrasah diniyah dapat berjalan seiring dengan pembelajaran kurikulum 2013, maka madrasah diniyah perlu menyusun ulang kurikulum dan menyesuaikan dengan kebutuhan kurikulum 2013 sehingga keberadaan madrasah diniyah bersinergi dengan keberadaan sekolah formal dan memberi kontribusi nyata serta melengkapi kekurangan yang tidak dapat dilaksanakan oleh kurikulum 2013 karena keterbatasan khususnya dalam pendidikan agama.

Penyelenggaraan madrasah diniyah mempunyai ciri berbeda dan orientasi yang beragam. Perbedaaan tersebut terjadi karena disebabkan oleh faktor yang mempengaruhinya, seperti latar belakang yayasan atau pendiri madrasah diniyah, budaya masyarakat setempat, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan agama dan kondisi ekonomi masyarakat dan lain sebagainya.

(18)

Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam PP.55 Tahun 2007 Pasal 21.

1. Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian

kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur’an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis.

2. Pendidikan diniyah nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk satuan pendidikan.

3. Pendidikan diniyah nonformal yang berkembang menjadi satuan pendidikan wajib mendapatkan izin dari kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota setelah memenuhi ketentuan tentang persyaratan pendirian satuan pendidikan.4

Dengan PP 55 Tahun 2007 tersebut, negara menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di Indonesia yang perlu diakomodir. Keberadaan peraturan perundangan tersebut telah menjadi tongkat penopang bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.

Kurikulum madrasah diniyah takmiliyah awaliyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif, sebagaimana tercantum dalam PP No.57

tahun 2007 pasal 25 ayat 5 yang berbunyi “Penyelenggaraan diniyah takmiliyah dapat dilaksanakan secara terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs,

SMA/MA, SMK/MAK atau pendidikan tinggi”.5

Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat, Kantor

(19)

Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah, keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyah.

Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan pendidikan agama, madrasah diniyah pun ikut serta melakukan pembaharuan dari dalam. Organisasi penyelenggaraan madrasah diniyah takmiliyah atau yang biasanya tergabung dalam suatu wadah yang bernama FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah) melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan persepsinya masing-masing.

Pengembangkan kurikulum yang bersifat fleksibel tersebut seringkali memunculkan perbedaan kurikulum madrasah diniyah yang berada di berbagai wilayah, termasuk juga di wilayah Kabupaten Bogor. Memaknai perbedaan tersebut bisa mengindikasikan hal positif tapi juga bisa menjadi hal negative. Positif karena dengan perbedaan tersebut berarti pelaksana pendidikan di madrasah diniyah mampu mengembangkan kurikulum dengan menyesuaikan antara standarisasi yang telah dibuat dengan pola pengembangan madrasah diniyah yang dikelolanya. Namun juga bisa menjadi hal negative jika tidak ada titik temu antar madrasah diniyah di Kabupaten Bogor sehingga tidak ada keseragaman bahkan bisa menimbulkan kesenjangan jika tidak diakomodir oleh Departemen Agama bidang pendidikan Islam di wilayah Kabupaten Bogor.

Berangkat dari permasalahan di atas maka secara rinci penulis bermaksud mengkaji keberadaan madrasah diniyah melalui penelitian yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah

(20)

B.Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan pengembangan kurikulum madrasah diniyah sebagai mana yg tertuang didalam Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan.6 Dalam penelitian ini, penulis akan lebih mengkaji pada standar isi pendidikan yang didalamnya termasuk standar kurikulum yang menjadi focus penelitian.

Posisi kurikulum dalam pendidikan adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Pelaksanaan kurikulum harus fokus pada aspek-aspek yang menjadi pedoman agar pelaksanaan kurikulum bisa seiring sejalan dengan tujuan pendidikan. Adapun fokus kurikulum tersebut yaitu TIME (Tujuan, Isi, Metode, Evaluasi).7

Bagian ini menggambarkan kondisi Diniyah Takmiliyah saat ini yang dilihat dari berbagai sudut pandang yakni aspek kelembagaan, manajemen, kurikulum, keadaan tenaga pengajar, keadaan murid, pendanaan, dan evaluasi. 1. Aspek Kelembagaan

Secara umum kelembagaan diniyah takmiliyah masih menghadapi problema tersendiri, diantaranya:

a. Aspek penyelengaraan, diniyah takmiliyah ada yang bernaung dibawah ormas islam seperti NU, Persis, Muhammdiyah. Ada juga perorangan dan yayasan juga DKM masjid dan pesantren. Keragaman ini menimbulkan perbedaan orientasi dan kepentingan.

b. Kuantitas diniyah takmiliyah lebih menonjol tanpa dibarengi kualitas dalam pengelolaan.

(21)

c. Hambatan psikologis karena sebagai pendiri diniyah takmiliyah sejak awal, sebagai pengelola (tokoh agama, ormas islam, yayasan) tidak mudah menerima perubahan yang datang dari luar termasuk pemerintah 2. Aspek Manajemen

Pelaksanaan manajemen diniyah takmiliyah (DT) masih ada permasalahan diantaranya:

a. DT yang dikelola ormas islam atau pesantren, yayasan biasanya tidak ada pemisahan yang jelas antara pemimpin dan penanggung jawab DT (kepala DT) dalam tugas-tugas kependidikan sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan, hak dan kewajiban.

b. Sentralisasi keuangan, pengankatan kepala DT dan guru biasanya diserahkan kepada Pimpinan ormas islam, yayasan, ketua DKM.

3. Aspek kurikulum

Kemenag RI dan Kemenag Provinsi telah menerbitkan kurikulum bagi Diniyah Takmiliyah (DT) namun masih ada permasalahan yakni tidak seragamnya penggunaan kurikulum ditingkat DT tersebut ada yang full dari kemenag, ada juga yang kombinasi artinya dari kemenag dan kurikulum dari DT tersendiri bahkan ada DT yang tidak menggunakan kurikulum dari kemenag yang mengakibatkan tidak ada standar evaluasi. 4. Tenaga Pengajar (SDM)

Banyak kekurangan pada aspek tenaga pengajar di Diniyah Takmiliyah diantaranya:

a. Mengajar di DT hanya sampingan artinya bukan profesi maka ada

anekdot mengajar di DT merupakan “tenaga Sisa”

b. Tingkat pendidikan beragam bahkan hanya tamat SMP atau SMA c. Tidak sesuai dengan jumlah santri

5. Keadaan murid atau santri Diniyah Takmiliyah

(22)

diniyah yang jumlah siswa/santrinya sangat sedikit sekali atau terjadi penurunan yang sangat drastis dibandingan beberapa tahun kebelakang. 6. Pendanaan

Pengelola Diniyah Takmiliyah (DT) mungkin harus ikhlas beramal karena dana yang diperoleh DT sangatlah minim , biasanya dana diperoleh dari: a. Uang syariyah(bulanan) biaya itu tidak seragam setiap DT- nya dan

tidak bisa memenuhi biaya oprasional bahkan hanya unutk honor gurupun.

b. Zakat,infak,sodaqoh yang tentu hanya sealakadarnya saja dan tidak menentu atau tidak rutin.

7. Evaluasi

Walaupun Diniyah Takmiliyah tergolong pendidikan tradisional tetapi salalu ada evaluasi walaupun seadanya biasanya evaluasi itu di lakukan pada waktu ulangan bulanan, ujian ahir semester dan ada imtihan atau kenaikan kelas. Bahkan kemenag tingat provinsi dan kota selalu mengadakan evaluasi dengan memberikan soal, namun masih ada kendala yaitu tidak meratanya DT melakukan evaluasi yang diberikan oleh kemenag karena :

a. Kurikulum yang tidak dilaksanakan secara penuh oleh DT b. Pengawasan oleh pengawas kemenag sangat jarang dilakukan c. Berkas ujian yang harus dibeli sedangkan dana DT tidak memadai.

(23)

C.Fokus Masalah

Mengacu kepada identifikasi di atas maka fokus penelitian dibatasi pada upaya yang dilakukan pihak madrasah diniyah dalam pengembangan kurikulum. Penulis memfokuskan tinjauannya pada aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum madrasah diniyah, yaitu sistem manajerial yang dilakukan di madrasah diniyah. Adapun untuk fokus madrasah yang dipilih akan penulis bagi menjadi tiga kategori yaitu madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang dikelola oleh perorangan atau swadaya, madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang terpadu dengan sekolah formal, dan madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang dikelola oleh pesantren.

D.Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana pengembangan kurikulum madrasah

diniyah takmiliyah awaliyah di Kabupaten Bogor?”

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang :

1. Upaya pengelola MDTA dalam upaya pengembangan kurikulum. 2. Pengembangan kurikulum MDTA di Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi adalah :

1. Manfaat akademis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang hakikat kurikulum, pengembangan serta pelaksanaannya agar madrasah diniyah bisa terus seiring sejalan dengan sekolah formal.

(24)
(25)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A.KAJIAN TEORI

1. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Indonesia adalah Negara dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia. Tetapi apakah realita itu identic dengan telah terbangunnya masyarakat Islam di negeri ini, adalah sesuatu yang harus direnungkan. Harus diakui bahwa secara konstitusional bangsa ini menganut satu ideology yang bernama pancasila, satu rumusan berdasarkan sejarah kebangsaan dimana para ulama dan pemimpin Islam terlibat dalam proses penyusunannya. UUD 45 bahkan sebelumnya adalah piagam Jakarta yang kental dengan semangat keislaman.1

Pendidikan Islam merupakan suatu model transformasi nilai-nilai Islam yang bertujuan mendidik manusia secara transparan supaya hidup dalam jatidiri Islami, tentu memerlukan dasar dan landasan kerja untuk memberi arah dan pedoman kea rah mana trasnformasi dilakukan. Gagasan utama pendidikan Islam terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi.2

Banyak diketahui bahwa dasar pendidikan Islam selalu diidentikkan dengan dasar Islam yakni Al-Qur’an dan Al-Hadist. Namun demikian dalam mengangkat tema-tema dasar pendidikan Islam tidak saja menempatkan Al-Qur’an dalam kerangka sebuah kebenaran dan sebagai petunjuk yang universal, tetapi harus menggunakan formula kontekstual yang merupakan titik tuju bagi manusia sebagai subyek, selain mendudukan Al-Qur’an sebagai pengarah. Atau dengan kalimat sederhana bahwa dasar pendidikan Islam itu lebih berupa formulasi kebutuhan factual yang direkomendasikan Al-Qur’an. Dengan meletakan dasar

1 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), h.204

2 A Warid Khan, Membebaskan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Wacana, 2002), Cet.1, h.166

(26)

Islam dalam proses pendidikan, diharapkan nilai-nilai dasar agama dapat memberikan ruang lingkup berkembangnya proses pendidikan Islam dalam rangka mencapai tujuan hidup yang hakiki melalui pengembangan aspek-aspek pemikiran, perilaku, emosi, tata cara berhubungan dengan alam dan cara-cara pemanfaatannya.3

Selama ini ada perbedaan prinsip antara pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya, yang justru telah membawa konsekuensi lebih jauh, baik yang menyangkut wawasan, landasan dan tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, system evaluasi dan lain-lain. Ironisnya, karena kurang diketahui secara persis beberapa prinsip yang membedakan baik secara makro maupun mikro, maka secara tidak sadar justru kita sering mengadopsi konsep pendidikan barat, sehingga

output yang dihasilkannya secara formal muslim, tapi karakter mereka bukan,

karena banyak diantaranya yang terdidik dan terperangkap pada pola barat tanpa seleksi.

Pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh madrasah diniyah memiliki landasan sebagaimana yang tertuang dalam PP No.55 Tahun 2007 Pasal 14 yang berbunyi:4

1) Pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren. 2) Pendidikan diniyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada

jalur formal, nonformal, informal.

Dalam penelitian ini, yang akan dibahas adalah teknik pengembangan kurikulum yang dilakukan pada pendidikan diniyah pada jalur nonformal. Adapun bentuk-bentuk pendidikan diniyah nonformal sebagaimana yang tertuang dalam PP No.55 Tahun 2007 pasal 21 diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, majelis taklim, pendidikan al-qur’an, diniyah takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis.5

3 A Warid Khan, Op. Cit., h.168

(27)

a. Pengertian Madrasah Diniyah

Kata madrasah diambil dari akar kata darasa yang berarti belajar. Madrasah adalah isim makan dari kata ini sehingga berarti tempat untuk belajar. Istilah madrasah sering diidentikkan dengan istilah sekolah atau semacam bentuk perguruan yang dijalankan oleh sekelompok atau institusi umat Islam.

Kata “Madrasah” berasal dari bahasa Arab sebagai keterangan tempat (dzaraf), dari akar kata : “Darasa, Yadrusu, Darsan, dan Madrasatan”. Yang mempunyai arti “Tempat belajar para pelajar” atau diartikan “jalan” (Thariq),

misalnya : diartikan : “ini jalan kenikmatan”. Sedangkan kata “Midras” diartikan “buku yang dipelajari” atau “tempat belajar”.6 Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.

Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan agama yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama Islam kepada pelajar secara bersama – sama, sedikitnya berjumlah sepuluh atau lebih di antara anak- sanak usia 7 sampai 20 tahun. Dan dalam buku “Pedoman

Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah” dijelaskan bahwa

Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut:7 “Lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah, Madrasah Diniyah Wustha dan Madrasah Diniyah „Ulya.”

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan ada 3 (tiga) jalur pendidikan, yaitu formal, non formal dan informal.

6 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 50

(28)

Ketiga jalur pendidikan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan yang memberi kontribusi besar terhadap pembangunan bangsa.

Dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan keagamaan, pemerintah telah mengeluarkan PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Dengan peraturan tersebut lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang ada ditengah-tengah masyarakat diharapkan semakin berkembang dan berkualitas.

Pendidikan Diniyah Takmiliyah merupakan wujud dari kesadaran yang secara mandiri dikembangkan oleh masyarakat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa. Sebagai bagian dari pendidikan keagamaan yang sudah berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Indonesia, pendidikan diniyah takmiliyah mempunyai peran yang amat penting bagi kehidupan umat Islam.

Pendidikan ini tidak saja bertujuan untuk memberikan wawasan keagamaan (Islam) kepada peserta didiknya, tetapi juga menanamkan karakter Islam dan kebangsaan yang merupakan landasan penting pembangunan masyarakat Islam khususnya dan bangsa indonesia pada umumnya.

Untuk memelihara keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah dan terus meningkatkan kualitasnya,maka diperlukan sistem pelayanan yang menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan keagamaan. Oleh sebab itu sinergi antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat sangat diperlukan. Melalui standar pelayanan minimal pendidikan diniyah takmiliyah, pelayanan pendidikan keagamaan menjadi terlaksana dengan baik dan tepat sasaran, sehingga tujuan pendidikan untuk melahirkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan dapat dicapai.

(29)

dapat meningkatkan kualitasnya. Kerjasama antar pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pelayanan pendidikan keagamaan yang bermutu.

b. Fungsi Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah

1) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

2) Pendidikan keagamaan bertujuan untuk terbentuknya peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia.8

c. Tujuan Diniyah Takmiliyah Awaliyah

1) Tujuan diniyah takmilyah adalah untuk melengkapi pendidikan agama Islam yang diperoleh di SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MAK atau di perguruan tinggi dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt.

2) Tujuan umum kelembagaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah ialah agar peserta didik:

a) Memiliki sikap sebagai seorang muslim dan berakhlak yang mulia. b) Memiliki sikap sebagai Warga Negara Indonesia yang baik.

c) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasamani dan rohani.

d) Memiliki pengalaman, pengatahuan, keterampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya (peserta didik).9

8 Kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Provinsi Jawa Barat, Kementrian Agama Kantor Wilayah Jawa Barat. 2010, h.1

(30)

3) Tujuan khusus

a) Tujuan khusus kelembagaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah dalam bidang pengetahuan ialah agara pesera didik :

(1)Memiliki pengetahuan dasar tentang Agama Islam.

(2)Memiliki pengetahuan dasar tentang Bahasa Arab sebagai alat untuk memahami ajaran Agama Islam.

b) Tujuan khusus kelembagaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah dalam bidang pengamalan ialah agara pesera didik :

(1)Dapat mengamalkan ajaran Agama Islam. (2)Dapat belajar dengan cara yang baik.

(3)Dapat bekerja sama dengan orang lain dan dapat mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

(4)Dapat menggunakan dasar-dasar Bahasa Arab

c) Tujuan khusus kelembagaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah dalam bidang nilai dan sikap ialah agara pesera didik :

(1)Cinta terhadap Agama Islam dan berkeinginan untuk melakukan ibadah shalat dan ibadah lainnya.

(2)Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan. (3)Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

(4)Menghargai kebudayaan Nasional dan kebudayaan lain yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

(5)Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, dan mencintai sesama manusia dan lingkungan lainnya.

(6)Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal. (7)Menghargai waktu, hemat, dan produktif.10

(31)

2. Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah a. Definisi Kurikulum

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mula-mulai digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata currere yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari start hingga finish ini disebut currere. Atas dasar tersbut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.11

Kemudian banyak ahli pendidikan dan ahli kurikulum membuat macam-macam batasan tentang kurikulum tersebut, mulai dari pengertian tradisional sampai dengan pengertian modern, mulai dari pengerian yang sederhana sampai pengertian yang kompleks. Setiap ahli memiliki versi batasan yang berbeda-beda, bahkan didalamnya seringkali terjadi ketidak samaan pengertian atau konseptualnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang serta latar belakang keilmuan para ahli tersebut, meskipun pada intinya terkandung maksud yang sama.

Sebagai gambaran terdapat beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli. Hilda Taba dalam bukunya Curriculum

Development, Theory, and Practice (1962) mendifinisikan kurikulum sebagai a

plan for learning. Sedangkan J. F. Kerr (1966) mendifinisikan kurikulum

sebagai “All the learning which is planned or guided by the school, whether it

is carried on in groups or individually, inside of or outside the school”.

Definisi yang lebih kompleks tentang kurikulum dikemukakan oleh Rene Ochs (1964) yang dikutip oleh Ariech Lewy (1970) sebagai berikut “This term often to design equally a programme for a given subject matter for the entire

cycle or even the whole range of cycles. Further, the term curriculum is

(32)

sometimes used in a wider sense to cover the various educational activities

through which the content is conveyed as well as materials used and method employed”12

Oemar Hamalik melihat kurikulum dari beberapa tafsiran sebagai berikut: 1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, yang berarti didalam kurikulum

terdapat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa selama mengikuti kegiatan pendidikan pada jenjang tertentu.

2) Kurikulum sebagai rencana pemebalajaran, merupakan suatu program dan rencana yang disesuaikan untuk membelajarkan siswa.

3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar, yang berarti dirancang untuk memberikan pengalaman belajar serta mengembangkan kecakapan hidup siswa.13

Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diprogramkan bagi peserta didik dalam bimbingan sekolah baik didalam maupun diluar kelas.

Adapun secara operasional, kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah baik didalam maupun diluar sekolah yang dilaksanakan dari tahu ke tahun.

2) Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.

3) Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

12 Ibid, h.2

(33)

4) Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5) Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.14

Apabila kurikulum dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, hal ini berarti bahwa kurikulum adalah sesuatu yang sangat menentukan hasil pengajaran yang diharapkan. Atau dengan kata lain, kurikulum menunjukan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh peserta didik (What is to be learned).

b. Kerangka Dasar & Struktur Kurikulum MDTA

Materi didalam kurikulum MDTA disusun dalam sistematika bidang studi, dalam arti bahwa bidang studi memiliki ruang lingkup materi dari beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran) yang satu nuansa. Bidang studi dalam kerangka dasar kurikulum diniyah takmiliyah merupakan sebuah pendekatan dalam upaya mengefektifkan materi pembelajaran.

[image:33.612.110.530.143.699.2]

Bidang Studi didalam Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah di Provinsi Jawa Barat terdiri dari:15

Tabel 2.1 Bidang Studi Di MDTA No Bidang

Studi

Cakupan

1 Al Qur’an Bidang Studi Al-Qur’an bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar. Al-Qur’an mencakup tajwid, kitabah/menulis,

qira’ah/membaca, dan menghafal.

2 Hadist Bidang Studi Hadist bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui kemampuan membaca dan menulis hadist dengan baik dan benar.

14 Subandijah, op.cit., h.2

(34)

No Bidang Studi

Cakupan

3 Aqidah Bidang Studi Aqidah bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui pengenalan hafalan, pemahaman dan penghayatan rukun Iman. Aqidah mencakup Tauhid.

4 Akhlak Bidang Studi Akhlak bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui pembiasaan berprilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak mencakup kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggungjawab sosial, ketaatan kepada hukum, sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. 5 Fiqih Bidang Studi Fiqih bertujuan membentuk peserta didik

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui pengenalan dan pemahaman rukun Islam serta mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar.

6 Tarikh Islam Bidang Studi AL-Qur’an bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui pemahaman dan penghayatan sejarah Islam. Tarikh Islam mencakup sejarah Rasulullah SAW dan perkembangan Islam di Indonesia.

7 Bahasa Arab Bidang Studi Bahasa Arab bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt yang dicapai melalui kemampuan berbahasa arab dengan benar. Bahasa Arab mencakup nahwu dan shorof.

(35)

1. Kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah memuat 7 (Tujuh) bidang studi. 2. Jam pembelajaran untuk setiap bidang studi dialokasikan sebagaimana

tertera pada tabel dibawah. Diniyah Takmiliyah dimungkinkan menambah maksimum 4 jam per minggu secara keseluruhan.

[image:35.612.109.533.107.535.2]

3. Alokasi waktu 1 jam pembelajaran adalah 35 menit.

Tabel 2.2 Alokasi Waktu Tiap Bidang Studi

No Mata Pelajaran I II III IV V VI

1 Al-Qur’an 4 4 4 4 4 4

2 Hadist 2 2 2 2 2 2

3 Aqidah 2 2 2 2 2 2

4 Akhlak 2 2 2 2 2 2

5 Fiqih 2 2 2 2 2 2

6 Tarikh Islam 2 2 2 2 2 2

7 Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2

8 Muatan Lokal 2 2 2 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran 18 18 18 18 18 18

c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Kurikulum merupakan esensi dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pelakasanaan kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah dijalankan dengan mengembangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:16

1) Fleksibilitas

Fleksibilitas menitikberatkan pada pengembangan materi dan metodologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana didapatkan pilihan yang tepat agar terjadi komunikasi yang baik antara guru dan santri, sehingga materi yang diberikan benar-benar dapat ditangkap dan dipahami. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keberadaan santri dari segi kecerdasan, kemampuan, dan

(36)

pengetahuan yang telah dikuasainya. Kemudian membuat pilhan bahan ajar dan metode-metode pembelajaran yang tepat dan sesuai.

2) Berorientasi Pada Tujuan

Kegiatan belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan. Pemilihan kegiatan-kegiatan dan pengalaman belajar didasarkan pada ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, sebelum menentukan waktu dan bahan pelajaran terlebih dahulu ditetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh santri dalam mempelajari suatu mata pelajaran

3) Efektifitas dan Efisiensi

Struktur kurikulum madrasah diniyah takmiliyah pada dasarnya merupakan pelengkap dari Pendidikan Agama Islam yang diperoleh santri pada lembaga pendidikan formal atau sekolah umum. Meski demikian, struktur kurikulum MDTA tidaklan sederhana, sehingga memerlukan keterampilan tersendiri dalam pengorganisasiannya agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien tanpa mengurangi capaian-capaian dan tujuan yang diharapkan.

4) Kontinuitas

Kurikulum MDTA dikembangkan dengan pendekatan hubungan hirarki fungsional yang menghubungkan antar jenjang dan tingkatan yakni MDTA, MDTW, MDTU. Oleh karena itu, perencanaan kegiatan belajar mengajar harus dibuat seoptimal dan sesistematis mungkin, sehingga memungkinkan terjadinya proses peningkatan, perluasan serta pengalaman yang terus berkembang dari suatu pokok bahasan mata pelajaran.

5) Pendidikan Seumur Hidup

(37)

hidup tersebut. Oleh karena itu, materi yang diberikan di MDTA, selain dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman keilmuan kepada santri, juga harus dikembangkan sebagai pendorong utama bagi tumbuhnya semangat tiada henti dan untuk semua lapisan masyarakat.

d. Standar Kompetensi Lulusan

1) Standar Kompetensi Lulusan Diniyah Takmiliyah

Standar Kompetensi Lulusan Diniyah Takmiliyah program Awaliyah dikembangkan berdasarkan tujuan pendidikan Diniyah Takmiliyah itu sendiri yaitu dengan landasan A-Qur’an dan Hadist, peserta didikan beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar, mampu membaca, mampu beribadah, dan bermuamalah dengan baik dan benar.

Adapun standar kompetensi lulusan dniyah takmiliyah program awaliyah selengkapnya adalah :

a) Mampu membaca dan menulis Al-Qur’an denga benar. b) Hapal hadist-hadist pilihan.

c) Beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul, hari kiamat dan qadha qodhar.

d) Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

e) Menganl rukun Islam dan mampu melaksanakan shalat, shaum, zakat, memahami ibadah haji, dan bermuamalah sesuai tuntunan syariah.

f) Mengahayati, mengagumi dan meneladani nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

g) Mampu melafazhkan bahasa arab dengan benar. 17

(38)

2) Standar Kompetensi Bidang Studi

Standar Kompetensi Bidang Studi adalah kompetensi minimal yang harus dikuasai peserta didik setelah menempuh pendidikan Diniyah Takmiliyah program Awaliyah. Kompetensi minimal atau kompetensi dasar yang dimaksud dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) unsur pokok pendidikan MDTA yaitu : Al-Qur’an, Hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh Islam, dan Bahasa Arab.18

3) Beban Belajar dan Kalender Pendidikan

Diniyah Takmiliyah Awaliyah menyelenggarakan pendidikan program menggunakan sistem paket. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan, untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum. Penyelesaian program pendidikan awaliyah ini dengan menggunakan sistem paket adalah 6 tahun. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Beban belajar setiap bidang studi pada sistem paket dinyatakan dalam satu jam pempelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara siswa dengan guru. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pelajaran ditetapkan selama 35 menit. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh guru. Sedangkan

(39)

kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran pendalaman materi pembelajaran oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh siswa. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak tesrtruktur bagi siswa maksimum 40% dari jumlah kegiatan tatap muka pada bidang studi bersangkutan.

Adapun kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran siswa selama 1 tahun pelajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif hari libur.

Permulaan tahun pelajaran adalah bulan juli setiap tahun dan berakhir pada bulan juni tahun berikutnya. Hari libur ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku dari pemerintah.19

3. Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum memperhatikan beberapa aspek mendasar tentang karakteristik bangsa. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini berarti, bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan lanju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai plan atau rencana yang dikembangkan untuk memperlancar proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta pendukung lainnya. Arahan atau bimbingan tersebut dimaksudkan agar kegitan pengajaran atau proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berjalan lancar. Pembangunan kurikulum harus didasarkan pada

(40)

prinsip pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, dan kebutuhan daerah. Sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan nasional. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum:

a. Prinsip Relevansi

Lulusan pendidikan harus memiliki nilai relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja karena pendidikan merupakaninvested of

man power resources. Untuk itu diperlukan kurikulum yang dapat

mengantisipasi apa yang terjadi pada masa yang akan dating.Relevansi adalah kesesuaian dan keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat. Relevansi pendidikan dalam hal ini berkenaan dengan:

1) Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik

Dalam hal ini, pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa asing dengan kehidupan di sekitarnya.

2) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saar ini bermanfaat baginya untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain kurikulum harus bersifatanticipatory.

3) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja

Hasil pendidikan juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak saja terkait dengan segi bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.

4) Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(41)

terhadap perkembangan tersebut. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik baik sebagai produsen ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai konsumen IPTEK.

b. Prinsip Efektitifas Dan Efisiensi

Efektifitas dalam dunia pendidikan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan atau dicapai. Hal ini terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektifitas mengajar guru dapat dicapai dengan menguasai keahlian dan keterampilan dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar-mengajar yang dapat ditingkatkan dengan kegiatan pembinaan baik melalui penataran maupun penyediaan buku-buku. Efektifitas belajar murid terkait dengan sejauhmana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menyediakan suasana pembelajaran yang kondusif, yang dapat dicapai dengan menyesuaikan bahan pengajaran dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta lingkungan, dan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai serta metode yang tepat.

Efisiensi dalam proses belajar-mengajar berarti bahwa waktu, tenaga dan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran dapat merealisasikan hasil yang optimal.

c. Prinsip Kesinambungan

Kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut kesaling hubungan antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan atau bidang studi. Untuk mencapai kesinambungan, kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan :

1) Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah diajarkan di sekolah sebelumnya

(42)

Kesinambungan antar berbagai bidang studi berarti bahwa dalam mengembangkan kurikulum harus mempertimbangkan keterkaitan antara bidang suti yang satu dengan bidang studi lainnya.

d. Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum harus memberikan ruang gerak yang memberikan kebebasan guru dalam mengembangkan program pengajaran. Guru dalam hal ini memiliki otoritas dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan daerah lingkungannya. Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih program pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan lingkungan dengan membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan, program-program spesialisasi, atau program keterampilan.

e. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan

Guru harus menentukan tujuan pengajaran sebelum menentukan bahan. Hal ini berarti bahwa guru dapat menentukan dengan tepat metode mengajar, alat pengajaran dan evaluasi yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

f. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Dalam hal ini, pendidikan harus dapat memberi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat peserta didik tamat dari sekolah dan memberikan bekal kemampuan untuk dapat menumbuh-kembangkan dirinya sendiri.

g. Prinsip Dan Model Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus dengan mengadakan perbaikan terhadap pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai untuk melakukan perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut.20

(43)

Badan Standar Nasional Pendidikan menetapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang meliputi :21

1) Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, Dan Kepentingan Peserta Didik Dan Lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2) Beragam Dan Terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat-istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

3) Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik utnuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

(44)

4) Relevan Dengan Kebutuhan Kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan masyarakat, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berfikir, sosial, akademik dan vokasioanl merupakan keniscayaan.

5) Menyeluruh Dan Berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6) Belajar Sepanjang Hayat

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7) Seimbang Antara Kepentingan Nasional Dan Kepentingan Daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah, adalah sebagai berikut :

1) Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

(45)

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2) Beragam dan terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidika, tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karen itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

(46)

5) Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan bidang studi yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6) Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ikab dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.22

Inovasi pendidikan merupakan perubahan pendidikan yang didasarkan atas usaha-usaha dasar, terencana, dan berpola dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi dan tuntutan zamannya. Hal ini dilakukan disamping sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan dan tuntutan zaman, juga merupakan usaha aktif untuk mempersiapkan diri menghadapi masa datang yang lebih memberikan harapan sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan.

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititikberatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang menyangkut

(47)

banyak factor yang perlu dipertimbangkan diantaranya yaitu mengenai siapa yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, proses pengembangan, dan tujuan dari pengembangan kurikulum.23

Pengembangan kurikulum seharusnya berangkat dari kompetensi-kompetensi sebagai hasil analisis dari berbagai kebutuhan di masyarakat, baik kebutuhan untuk hidup atau bekerja maupun untuk mengembangkan diri sesuai dengan pendidikan seumur hidup. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum sedikitnya harus menempuh dan mencakup dua langkah.24

Pertama, merumuskan visi dan misi pendidikan secara jelas. Jika pancasila dan UUD 45 masih menjadi dasar Negara dan sebagai pandangan hidup masyarakat bangsa, maka visi dan misi pendidikan nasional tersebut harus dijabarkan berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Demikian halnya dalam menggali kompetensi-kompetensi yang harus peserta didik setelah mengikuti suatu program pendidikan.

Kedua, berdasarkan visi dan misi tersebut dijabarkan kompetensi-kompetensi standar yang dapat mengakomodasi kebutuhan berbagai pihak dalam berbagai dimensi masyarakat, baik kebutuhan sekarang maupun kebutuhan masa depan tanpa melupakan kebutuhan masa lalu yang tidak terpenuhi.

Kedua hal tersebut nampaknya belum diakomodasi dalam pengembangan kurikulum saat ini sehingga menimbulkan berbagai salah penafsiran di lapangan. Maka yang harus dipahami oleh sekolah juga para guru sehubungan dengan tugas barunya mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum yakni Visi, Misi, dan Tujuan, Standar Nasional Pendidikan (SNP), Program-Program Unggulan, dan Lembaga-lembaga yang Bertanggungjawab dalam penerapan kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang dilakukan dapat bersifat dasar atau teknis. Pengembangan kurikulum berisfat dasar jika kegiatan tersebut terjadi

(48)

pada kurikulum itu sendiri, misalnya pada komponen kurikulum. Pengembangan kurikulum yang bersifat teknis jika kegiatan tersebut muncul pada waktu membahas pelaksanaan kurikulum di sekolah. Pada umumnya, para ahli memandang kegiatan pengembangan kurikulum sebagai suatu proses yang kontinuitas yang menyangkut beberapa komponen yaitu tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi secara komprehensif.25

(49)

B.PENELITIAN YANG RELEVAN

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa penelitian yang relevan, yaitu :

1. Peran Madrasah Diniyah Nurul Anam dalam Pengembangan Pendidikan Islam

di Desa Kranji Kecamatan Kedungwuni Pekalongan. Penelitian ini dilakukan

oleh Ciyarti (NIM 053111001), jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo pada tahun 2009. Hasili penelitiannya adalah Peran Madrasah Diniyah tersebut yaitu: a) Sebagai lembaga pentransfer pengetahuan agama, b) Sebagai media pelestarian ajaran Islam, c) Media pembentukan dan pembinaan akhlaqul kharimah, d) Sebagai media pengenalan dan penanaman ajaran Islam secara dini, e) sebagai salah satu pilar pendidikan Islam, f) Untuk melengkapi pendidikan agama Islam di sekolah umum.

2. Efektivitas Kolaborasi Manajemen Pembelajaran Madrasah Diniyah

Takmiliyah Wustho dan Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku

Agama Siswa di SMP Negeri 1 Anjatan Kabupaten Indramayu, Penelitian ini

dilakukan oleh Apip Mubarok (NIM 505810028), Program Studi Pendidikan Islam dengan konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2011. Hasili penelitiannya adalah terbukti bahwa manajemen pembelajaran terpadu Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho dan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Anjatan Kabupaten Indramayu secara umum sudah cukup berhasil dalam membentuk perilaku agama siswa, ditandai efektivitas yang cukup memuaskan dengan persentase sebesar 68% dari 50 siswa.

(50)

penelitian yang akan saya lakukan lebih menitiberatkan pada pengembangan kurikulum yang dilaksanakan madrasah diniyah di wilayah kabupaten bogor.

Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.

Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Di Kabupaten Bogor” dapat dilakukan karena

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengkategorisasi Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah berdasarkan aspek pengelolaan yakni MDTA yang dikelola oleh Mandiri/Tokoh Setempat, dikelola dengan disandingkan dengan Sekolah Formal SD/MI, dan dikelola oleh Pesantren. Adapun waktu penelitian dilakukan dari September 2015 sampai dengan Maret 2016.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif. Penggunaan deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan obyek penelitian atau kondisi lapangan apa adanya pada saat itu, untuk mengkaji permasalahan pada saat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa adanya.1

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan suatu kegiatan pelaksanaan pengembangan kurikulum madrasah diniyah takmiliyah awaliyah yang terlebih dahulu menganalisis proses pelaksanaannya di madrasah.

C. Sumber Data

Data dikumpulkan langsung oleh peneliti dari pihak yang berkaitan langsung dengan proses pengembangan dan pelaksanaan kurikulum atau disebut juga sumber primer, dan data diperoleh dari pihak lain (pihak ke dua) atau disebut juga sumber sekunder.2 Data akan peneliti ambil dari informan yang terdiri dari Kepala MDTA (Satu orang untuk masing-masing MDTA), Guru (Dua orang untuk masing-masing MDTA), dan Santri (Dua orang untuk masing-masing MDTA) yang diambil melalui wawancara, peristiwa atau aktifitas saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tempat atau lokasi

1 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), h.59 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.193

(52)

pengambilan data, dan juga dokumen atau arsip yang mendukung sebagai sumber data. Peniliti akan menganalisis data yang diperoleh sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan relevansinya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, responden pada wawancara ini merupakan yang memiliki keterkaitan langsung dengan pengembangan dan implementasi kurikulum. Respondennya terdiri dari Kepala M

Gambar

Tabel 2.1   Bidang Studi di MDTA   ..................................................................
Tabel 2.1 Bidang Studi Di MDTA
Tabel 2.2 Alokasi Waktu Tiap Bidang Studi
Tabel 3.1 Pedoman Pengumpulan Data MDTA
+4

Referensi

Dokumen terkait

Iskandar Agung, Mengembangkan Profesionalitas Guru, Jakarta, Bee Media Pustaka, 2014. Cit , Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk, hlm.. memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian dan

Pada tahun 1951, Al Washliyah sudah memiliki 2 Madrasah Tajhiziyah yang terletak di Tanah Gambus dan Rumah Sakit Lima Puluh (Lima Puluh) dan 3

Display data dalam penelitian ini merupakan sekumpulan informasi yang tersusun mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan agama Islam yang

Skripsi ini membahas studi tentang kegiatan ekstrakurikuler keagamaan (pengajian) dalam pengembangan wawasan keagamaan peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Pendidikan karakter wawasan kebangsaan diharapkan mampu untuk mengembalikan eksistensi dan image bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab, bangsa yang toleran, dan bangsa yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 Madrasah Diniyah Takmiliyah sasaran penelitian, baru terdapat 3 madrasah yang telah mencapai 70% dalam memenuhi Standar

Karena itu, kaum muslimin baik di pedesaan maupun perkotaan harus memberikan perhatian khusus dalam hal pendidikan agama Islam sebagaimana madrasah diniyah takmiliyah awwaliyah al-

“Salah satu kebiasaan yang menjadi budaya di lembaga ini untuk menanamkan karakter siswa adalah dengan memberikan tauladan yang baik terhadap peserta didiknya, yang mana hal ini