ANALISIS EMPIRIS REKONSILIASI PAJAK PE:NGHASILAN
MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DEN GAN
UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN UNTUJ[( TAHUN PAJAK
2003
(Stllldi Empiris pada Perusahaan
Spare Part di Jakarta Industrial Estate Pulo Gad1mg (JIEP), Jakarta)Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Muhamad Ferdiansyah
Oiterin nimZRPTPXRPPRセセ@
'
Imluk lllmslnusi
JURUSAN AKUNTANSI
. ···-.-···
..
·•···
FAKULTAS EKONOMI DAN IlLMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANALISIS EMIPIRIS REKONSILIASI PAJAK PENGHASILAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DENGAN UU
PAJAK PENGHASILAN UNTUK TAHUN PAJAK 2003
(Studi Empiris pada Perusahaan Spare Part di Jakarta Ind1tstrial Estate
Pulo Gadu11g (JIEP), Jakarta)
Skripsi
セMMM .. MセセMᄋセMセセMャAゥャGエjnヲMBQNLLLゥ@ BQTqAimjwCゥGjiMセ@
I.
PEHPUSTAA;AAHセ@
I
U!N SY,".HID セa@ !i⦅セN@
··--··· ··--··· jDiajukan Kepada Fakultas Ekonorni dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Oleh
Muhamad Ferdiansyah 204082002362
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr.
Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891JURUSAN AKUNTANSI
p・ュ「ゥュ「ゥョセ@ II
r--) mil" SE. Ak. M.Si NIP. 150 370 232
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HllDAYATULLAH
JAKARTA
hari ini Kamis Tanggal Empat Bulan Descmber Tahun Dua R1bu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas narna Muhamad Ferdiansyah NIM:
204082002362 dengan judul skripsi "ANALISIS EMPIRIS REKONSILIASI
PA.JAK PENGHASILAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN (SAK) DENGAN UU PAJAK PENGHASILAN UNTUK
TAHUN PAJAK 2003 (Studi Empiris pada Pcrusahaan Spare Part di Jakarta Industrial Estate Pu/o Gad1111g (JIEP), Jakarta". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonom i pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rini Msi
Ke tu a
Jakarta, 4 Desember 2008
Tim Penguji Ujian Kornprehensif
Yessi Fitri. SE., Ak .. Ms!
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari
ini
Rabu Tanggal 29 Bulan April T&hun Dua Ribu Sembiian telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Muhamad Ferdiansyah NIM: 204082002362 dengan judul skripsi "ANALISIS EMPIRIS REKONSILIASI PAJAK PENGHASILAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DENGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN UNTUK TAHUN PAJAK 2003 (Studi Empiris pada PerushaauSp£ire Part
diJakarta
Industrial Estate Pulo Gadung
(JIEP), Jakarta)". Memperhatikan penampilanmahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sru:jana Ekonomi pada JunJSan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2009
Tim Penguii Ujian Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Hセ@
I ,,•
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Amilin, SE., Ak., M.Si
Penguji Ahli
Daftar Riwayat Hidup
Data PribadiNama : Muhamad Ferdiansyah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 26 September 1986
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Persada Kemala Blok 2411 Rt.12/13 Jakasampuma Bekasi Barat 17145
Telepon : (021) 88961241I0811908716
E-mail : Firqisyah@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
1992-1998
: SDN 08 Tambun1998-2001
: SMPN 1 Tambun2001-2004
: SMAN 2 BekasiPendidikan Non Formal
2003
2003
2005
2006
2007
: Juara lII Pemilihan Abang Mpok Kota Bekasi
: Kursus Bahasa Inggris "LIA" Bekasi
: Pelatihan "SMART Teller Programme", PT Bank Central Asia
: Pelatihan Perbankan Syariah " Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah " Jakarta
ABSTRACT
Muhamad Ferdiansyah, researching about empirical analysis of tax income reconciliation based on Financial Accounting Standard with tax income regulation for the Tax Year 2003. In a lecture, the researcher felt lack of understanding about Fiscal Reconciliation study, as a consequence, the difference of tax income calculation between Financial Accounting Standard and tax income regulation, attracts the researcher to learn more about it and make this subject as a substance of paper complying. The method of this research is descriptive analysis, which is study about reference books, try to do the tracing and analyze the difference that occurs in fiscal reconciliation process.
The result of this research shows that the company presents financial statement report based on Financial Accounting Standard. Meanwhile, the calculation of the profit tax has to be based on fiscal financial statement report, which is the financial report that appropriate with the tax regulation requirements. The reconciliation process needs to be done on a financial report that has complied based on Financial Accounting Standard, so that it can be a financial report that refers to tax regulations.
The reconciliation process will give the fiscal correction, that can be formed as positive correction or negative correction. The differences between financial report based on Financial Accounting Standard and tax regulation requirements classified into two groups, time difference and permanent difference. In order that, the company are expected to prepare themselves earlier in calculating tax income and always follow the rule of the newest tax regulations.
ABSTRAK
Muhamad Ferdiansyah, meneliti tentang anlisis empiris rekonsiliasi pajak penghasilan menurut standar akuntansi keuangan dengan undang-undang pajak penghasilan tahun pajak 2003. Dalam perkuliahan peneliti merasakan pemahaman yang kurang dalam pembelajaran rekonsiliasi fiskal, oleh karena itu perbedaan perhitungan pajak penghasilan menurut Standard Akuntansi Keuangan (SAK) dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan sangat menarik minat peneliti untuk lebih mendalami dan menjadikannya sebagai bahan penyusunan skripsi. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskripstif yaitu dengan cara mempelajari buku-buku referensi serta mencoba menguraikan clan menganalisis perbedaan yang terjadi dalam proses rekonsiliasi fiskal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standard Akuntansi Keuanga.n. Sedangkan untuk menghitung laba kena pajak maka harus didasarkan atas laporan keuangan fiskal. Dimana laporan keuangan fiskal adalah lapora.n keuangan yang telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Laporan keuangan yang telah disusun menurut Standard Akuntansi Keuangan (SAK) harus dilakukan proses rekonsiliasi sehingga dapat menjadi laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Proses rekonsiliasi akan menghasilkan koreksi fiskal yang dapat berupa koreksi positif maupun koreksi negatif. Perbcdaan antara laporan keuangan menurut Standard Akuntansi Keuangan (SAK) dengan ketentuan
undang-undang perpajakan dikelompokkan menjadi perbedaan waktu dan
perbedaan tetap. Oleh sebab itu pihak perusahaan diharapkan mempersiapkan lebih dini perhitungan pajak penghasilan serta senantiasa mengikuti peraturan perpajakan terbaru.
Bismillahirrohmaanirohiim
Assalamu'alaikum Wr Wb
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
Slama semoga terlimpah curhakan keharibaan alam, panutan setiap ummat,
petunjuk jalan, pembawa risalah kebenaran Habibina Wa Syafi'ina Wa Maulana
Muhammad SAW. Shalawat dan Salam semoga terlimpah curahkan kepada
Keluarga Baginda, Para Anbiya, para Auliya dan khususnya kita semua selaku
Ummat Nabi Muhammad SAW. Amma ba'du.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, bernsaha untuk melakukan analisa
dan pembahasan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada.
Namun demikian, tetap menyadari terdapat hambatan dan kesulitan yang dihadapi
selama penyusunan skripsi ini. Atas bantuan, dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak, akhimya skripsi ini dapat diselesaikan dtmgan baik. Untuk itu
dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besamya kepada:
1. Ayah dan Bunda tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang,
perhatian dan dukungan baik moril, spiritual maupun materil yang tiada
terhenti kepada ferdi. Semoga apa yang Ayah dan Bunda telah berikan, dapat
balasan yang berlipat-lipat dari Allah SWT, Amin.
2. Mbah Akung dan Mbah Uti tersayang, Mbah Akung makasih yang
sebesar-besarnya untuk motivasi dan selalu mendoakan cucunya untuk jadi yang
terbaik, dan Mbah Uti yang telah sabar mengurus aku waktu kecil hingga saat
ini dan suka masak makanan kesukaan aku, makasih ya mbah, ferdi akan
selalu ingat kalian semua sampai kapanpun.
3. Adekku satu-satunnya, Fera Tamita Kana yang cantik, makasih ya atas
dorongan dan doanya buat abang, semoga kamu juga ce,pat menyusul lulus ya.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEIS sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing I, yang terlah memberikan pengaraban dan bimbingannya.
5. Bapak Amilin SE., Ak., M.Si sebagai selaku Dosen Pembimbing II,
terimakasih banyak untuk waktu, motivasi yang terus menerus dalam
membimbing, dan pengarahan-pengarahan yng sangat berharga.
6.
Bapak Hemi Ali Husin Thalib, SE,MM
Ketua Program Non-Reguler FEIS U .I.N Syarif Hidayatullah, Jakarta.7. Bapak AfifSulfa, SE, Ak., MSi selaku Ketua Jurusan Akuntansi U.LN Syarif
Hidayatullab, Jakarta.
8. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., MSi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi U.I.N
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9. Segenap Dosen yang telah memberikan ilmu yang bt:rmanfaat< untuk bekal
dimasa depan.
10. Segenap Tata Usaba FEIS Non Reguler khususnya Pak Sukmadi, Mas Alfret,
Kale lsma, Mba Ani yang sering direpotkan dalam pengurusan nilai dan administrasi lainnya, tak pula juga bagian perpustakaan Pak Djubro dan Mas
Sandy. Terimakasih untuk semuanya.
11. My luvly cat's Pussy, yang selalu setia menemani ferdi saat menggarap skripsi ini.
12. Nur Preski H., Skg., yang selalu senantiasa memeb<erikan motivasi terus,
perbatian, dan kasih sayang waktu selama jadian, walaupun takdir
memisahkan, maaf ya kalau belum dapat membalas;nya atas kebaikanmu
semua dan jadi terbaik di matamu. Semoga kamu cepat jadi dokter gigi yang
sukses, dapat pengantinya yang terbaik, dan selalu dapat keberkahan dari
Allah SWT. Amin.
13. Teman-Teman terbaikku yang selau menemaniku disaat suka dan duka: Kale
eci n Bang Deni, Kak Pocut, Kak Mayang, Kak Yoda, Kak Nanda, Milka,
Pipit n Rona!, Maya, Okta, Sbilca, Lina, Echa, Ewin, Om miko, Om Andit n
Mba Beta n Citra, Kale Ami, Kak Rizza n Kak Yaya, Yuni n Kak Rizal. Tidak
lupa juga temen seperjuangan di kampus: Agis, Nanang, Via, Ary, Arna dan
Mitba semangat trus ya! Teman rumab: Putut, Faizal, Denny, Sune, n Anne.
Hendrik. Tak lupa kepada Mang Ujang sang guru ngaji, yang selalu
membimbing dan memberikan ilmu-ilmunya yang bermanfaat kepada kita.
Makasih ya, semoga silaturrahmi kita terus hingga akhir hayat. Amin.
14. Semua pihak yang telah membanh1 penulis dalam menyelesaikan penulisan ini
yang tidak dapat diesebutkan satu persatu disini.
Dengan menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun guna penyempumaan
penelitian ini sangat diharapkan. Akhir kata berharap sernoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Jakarta • lvfHrot l009
DAFTARISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISi ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFT AR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... I B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dasar Perpajakan ... 8
I. Pengertian Pajak ... 8
2. Fungsi Pajak ... 9
3. Sistem Pemungutan Pajak ... I 0 B. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal ... 11
l. Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal... ... 11
2. Koreksi Fiskal ... 13
3. Pembukuan ... 14
I. Beda Waktu (timingdifference) ... 17
2. Beda Tetap (permanent difference) ... 18
D. Pendapatan dan Biaya ... 19
I. Menurut Standar Akuntansi Keuangan ... 19
2. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan ... 20
3. Metode dan Tarif Penyusutan ... 32
4. Perhitungan Pajak Penghasilan pada Perusahaan inii ... 36
5. Kajian Peneliti Terdahulu ... 37
6. Kerangka Pemikiran ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 40
B. Metode Penentuan Sampel.. ... 40
C. Metode Pengumpulan Data ... 41
D. Metode Analisis ... 42
E. Operasional Variabel Penelitian ... 42
I. Pendapatan Menurut Akuntansi dan Perpajakarn ... 42
2. Behan menurut Akuntansi dan Perpajakan ... "··· 43
3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal ... 43
4. Beda Tetap dan Beda Waktu ... " ... 44
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHA'SAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 45
I. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45
2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46
B. Data dan Analisis Pembahasan ... 51
1. Kebijakan Akunt11nsi pada Perusahaan Ini ... 51
2. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan ... 52
3. Perbedaan Laba Rugi menurut Standar Akuntansi Keuangan
dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan ... 61
4. Rekonsiliasi dan Penyajian Laporan Keuangan menurut
Undang-Undang Perpajakan ... 70
5. Perhitungan Pajak Penghasilan pada Perusahan Ini.. ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
DAFTARPUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
2.1 Pengelompokan Harta Berwujud,
Metode, serta Tarif Penyusutan 32
2.2 Aktiva Tetap dan Tarif Saldo Menurun 33
2.3 Tarif PPh Badan 36
4. l Aktiva Tetap dan Tarif Penyusutan 52
4.2 Penyusutan Kelompok Harta Berwujud 63
4.3 Perhitungan Penyusutan Komersial 64
4.4 Perhitungan Penyusutan Fiskal 65
4.5 Perhitungan Penyusutan Komersial 67
4.6 Perhitungan Penyusutan Fiskal 68
Nomor
2.1
DAFT AR GAMBAR
Keterangan
Kerangka Pemikiran
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
I. Lampiran I : Struktur Organisasi Perusahaan lni
2. Lampiran 2: Neraca Perusahan lni
3. Lampiran 3: Laba Rugi Komersial Perusahaan lni
4. Lampiran 4: Aktiva Tetap Perusahaan Ini
5. Lampiran 5: Laba Rugi Fiskal Perusahaan Ini
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi
penerimaan dari beberapa sektor, diantaranya pajak yang merupakan salah
satu sumber penerimaan terbesar negara, yang termuat dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi sangat penting
demi kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan nasional.
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak/DJP) seringkali melakukan
reformasi perpajakan. Mulai dari mereformasi Undang-Undang (UU)
perpajakan sampai pelaksanaannya juga upaya-upaya berbagai celah rawan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang memang diyakini dalam
Undang-Undang dan aturan main tersebut. Moderenisasi sistem administrasi
perpajakan yakni administrasi yang dilakukan dengan teknologi informasi
(TI) serta peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak (Fanny, 2006).
Amandemen Undang-Undang perpajakan yang telah disahkan itu
penting sebagai upaya perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat
seperti kemajuan teknologi. Ditjen pajak menampungnya dengan dibukanya
pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) dan pembayaran pajak
secara on-line (e-Reg, e-SPT dan e-Filling), dan juga membenahi hal-hal
payer). Dalam perubahan Undang-Undang tersebut juga diberikan penegasan kapan seseorang atau suatu badan hams mulai melaksanakan
kewaj iban perpajakannya. Demikian pula wewenang; penyidik, kini semua
instansi atau pihak lain diwajibkan memberikan data perpajakan pada Ditjen
Pajak.
Berlakunya undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 dan undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, maka perusahan diwajibkan untuk
menghitung Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan peraturan
undang-undang Perpajakan. Perubahan undang-undang Pajak Penghasilan
dimaksudkan untuk memenuhi keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi
dan produktivitas penerimaan negara.
Pada negara maju kemakmuran negaranya berasal dari pajak. Wajib
pajak orang pribadinya menjadi andalan. Ditjen Pajak perlu meniru negara
maju dalam hal kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak.
Disadari bahwa masih banyak potensi pajak khususnya Pajak Penghasilan
(PPh) orang pribadi serta PPh pasal 21 karyawan yang sampai saat ini masih
belum tergali. Ini membuktikan masih diperlukannya koordinasi yang kuat
khususnya dalam tim intensifikasi (peningkatan kualitas aparat pajak,
pemeriksaan penyidikan, penagihan aktif dan penegakkan hukum) dan
ekstensifikasi (penambahan jumlah wajib pajak melalui sosialisasi).
Adapun yang menjadi dasar pemungutan pajak di Indonesia adalah
pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 dimana berbunyi: "Segala pajak
untuk keperluan negara dipungut berdasarkan Undang-Undang". Oleh sebab
itu pajak penghasilan dapat dikenakan terhadap Subyek Pajak berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat banyak serta
letak wilayah yang strategis sehingga merupakan wilayah yang cukup
potensial dan menjadi incaran bagi pihak lain untuk menanamkan modalnya
di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah sangat menyambut baik setiap
kegiatan penanaman modal di Indonesia baik Pemmaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), dimana untuk
PMA pemerintah memberikan insentif berupa: Kemudahan pengurusan ijin,
dan pembebasan pajak/tax holiday. Tax holiday adalah suatu fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah kepada suatu industri tertentu. Hal
tersebut bertujuan untuk mengundang minat investor luar negeri
menanamkan modalnya di Indonesia.
Dimana salah satu tujuan dari perusahaan tersebut adalah untuk
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dari. investasinya dan ha!
tersebut harus memperhatikan sistem perundang-undangan yang berlaku di
negara itu khususnya Undang-Undang Perpajakan. Perencanaan dan
dan peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh sebab itu, setiap perusahaan
yang beroperasi di Indonesia harus terus mengikuti perkembangan serta
perubahan dari Undang-Undang Pajak.
Sejak reformasi perpajakan 1984, Indone:sia menerapkan self
assessment dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, diantaranya
menghitung sendiri besamya pajak terutang yang hams dibayar. Dasar untuk
menghitung sendiri pajak dilakukan dari laporan k•euangan yang disusun
sendiri atau auditor independen (kantor akuntan publik, KAP). Jika disusun
sendiri oleh Wajib Pajak, umumnya berdasarkan apa yang diperoleh atau
dikeluarkan untuk usahanya dengan tidak melihat hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya, serta aspek perpajakannya. Sedangkan jika
disusun KAP, biasanya telah ada penyesuaian dengan ketentuan perpajakan,
walaupun mungkin belum seluruhnya. Setiap transaksi bisnis yang
dilakukan wajib pajak untuk penghitungan pajak tidaklah mutlak diakui
seluruhnya. Pengakuannya dilakukan melalui penye:maian setiap transaksi
dengan aturan perpajakan yang berlaku, yang dikenal dengan sebutan
rekonsiliasi fiskal. Dari rekonsiliasi fiskal inilah akan diketahui apakah
wajib pajak akan membayar pajak atau tidak (PB&Co, 2007).
Perusahaan yang dijadikan sebagai ッ「ェエセォ@ penelitian adalah
perusahaan go public yang melakukan kewajiban pe:rpajakan dengan baik. Tetapi basil perhitungan pajak penghasilan perusahaan ini mengalami
perbedaan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh sebab itu,
yang berjudul: Analisis Empiris Rekonsiliasi Pajak Penghasilan
Menurnt Standar Akuntansi Keuangan (SAK) de111gan Undang-Undang
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2003 (Studi Empnris Pada Perusahaan
Spare Part
diJakarta Industrial Estate Pulogadung
(JIEP), Jakarta).B. Perumusan Masalah
Laba yang dihasilkan menurut perhitungan yang didasarkan pada
Standar Akuntansi Keuangan tidak selalu sama deng;an laba yang dihitung
berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan. Oleh karena itu masalah
yang akan dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
I. Bagaimana perbedaan perhitungan pajak penghasilan antara Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan
yang diterapkan pada perusahaan?
2. Bagaimana perlakuan biaya-biaya berclasarkan heda tetap (permanent difference) secara komersial dan fiskal?
3. Bagaimana perhitungan biaya-biaya berdasarkan beda waktu (timing
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
a. Menjelaskan perbedaan perhitungan pajak penghasilan antara
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan lJndang-Undang Pajak
Penghasilan yang diterapkan pada pernsahaan.
b. Mengetahui perlakuan biaya-biaya berdasarkan beda tetap (permanent difference) secara komersial dan fiskal.
c. Mengetahui perhitungan biaya-biaya berdasarkan beda waktu (timing difference) secara komersial dan fiskal.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Pernsahaan
Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan kepada pihak
perusahaan khususnya para pimpinan perusahaan dimana diharapkan
dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
perhitungan pajak penghasilan menurut Ondang-Undang Pajak
Penghasilan dimasa yang akan datang.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk mengetahui,
perusahaan ini telah mematuhi aturan-aturan p(,rpajakan yang berlaku
c. Praktisi Perpajakan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan
acuan untuk memecahkan masalah dalam perpajakan.
d. Bagi Peneliti Berikutnya
Peneliti berikutnya diharapkan dapat menambahkan bagaimana tata
cara mulai dari pelaporan hingga pembayaran pajak yang dapat
pengeluaran umum.Definisi tersebut kemudian disempumakan, sehingga
berbunyi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas
negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan 'surplus' -nya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Pajak peralihan kekayan dari orang/badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaanya, sehingga dapat dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh
pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemurintah pusat maupun
pemerintah daerah.
e. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih teradapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai investasi publik.
2. Fungsi Pajak
Menurut Erly Suandy (2006:14), terdapat dua fungsi pajak, yaitu:
fungsi budgetair (finansial) dan fungsi regulerend (fongsi mengatur). a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara)
Pajak mempunyai fongsi budgetair artinya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai
b. Fungsi regulerend
Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan
politik dengan tujuan tertentu.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi (2003: 10), dalam memungut pajak dikenal
beberapa sistem pemungutan, yaitu: official assesment system, self
assesment, dan with holding system.
a. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur pajak
(peranan dominan ada pada aparat pajak).
b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang temtang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan
pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap
mampu memahami peraturan perpajakan yang sedang berlaku, dan
pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi
kepercayaan untuk:
I) Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
3) Membayar sendirijumlah pajak yang terutang.
4) Melaporkan sendirijumlah pajak yang terutang.
5) Mempertanggungjawabkan jumlah pajak yang terutang.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan ada pada wajib
pajak).
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besamya pajak yang terutang
oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
yang berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan
undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya.
Berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada pihak ketiga yang ditunjuk.
B. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
1. Latar belakang rekonsiliasi fiskal
Rekonsiliasi fiskal menurut Muda Markus dan Lalu Hendry
keuangan komersial yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi dengan
perbedaan yang terdapat pada laporan keuangan fiskal yang disusun
berdasarkan prinsip fiskal. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan
keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (mgi) suatu
entitas (Wajib Pajak).
Menumt Siti Resmi (2003:335), ada dua pendekatan dalam
menyusun laporan keuangan fiskal yaitu:
1. Laporan keuangan fiskal ekstra komtable dengan laporan keuangan bisnis.
Laporan keuangan fiskal merupakan produk tambahan, diluar laporan
keuangan bisnis. Laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah diluar
pembukuan (ekstra komtable) melalui penyesuaian atau proses rekonsiliasi.
2. Laporan keuangan fiskal disusun dengan mcnyisipkan
ketentuan-ketentuan pajak dalam laporan keuangan bisnis.
Pembukuan yang diselengarakan perusahaan didasarkan prinsip
akuntansi bisnis, akan tetapi jika ada ketentuan perpajakan yang tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi bisnis maka yang diprioritaskan adalah
ketentuan perpajakan.
Pendekatan kedua Jebih relevan untuk digunakan sebagai jembatan
karena adanya perbedaan tujuan kepentingan laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal serta tercapainya tujuan efesiensi.
komersial, tetapi apabila akan menyusun laporan keuangan fiskal barulah
menyusun rekonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial tersebut.
2. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal menurut Seputar Pajak di Indonesia (2008: I) adalah
analisis perbedaan permanen dan temporer terjadi karena perbedaan konsep,
cara pengukuran, dan pengukuran akuntansi dengan pajak mengenai biaya
dan penghasilan. Oleh karena itu, untuk memperoleh laba kena pajak maka
perbedaan-perbedaan tersebut dikoreksi sesuai dengan aturan fiskal. Koreksi
ini dilakukan untuk menyesuaikan laba kena pajak. Koreksi yang terjadi
dalam proses rekonsiliasi fiskal adalah:
a. Koreksi Positif
Yaitu koreksi atas laporan keuangan komersial supaya sesuai dengan
prinsip Undang-Undang Pajak Penghasilan sehingga menambah laba
kena pajak.
b. Koreksi Negatif
Yaitu koreksi atas laporan keuangan komersial supaya sesuai dengan
prinsip Undang-Undang Pajak Penghasilan sehingga mengurangi jumlah
3. Pembukuan
Dasar-dasar perusahaan ini untuk melakukan pembukuan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Pasal 28 (I) UU No. 28/2007 (KUP),
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.
b. Tujuan Pembukuan perpajakan tidak hanya untuk menghitung
penghasilan neto, tetapi juga untuk menghitung pajak penghasilan
terutang dalam satu tahun fiskal.
c. IAI menggunakan kerangka dasar penyusunan clan penyajian laporan
keuangan, sedangkan pembukuan perpajakan mtmekankan itikad baik
Wajib Pajak agar pembukuan perpajakan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenamya (pasal 28 (3) KUP). Penjelasan pasal 6
(!) a Undang-Undang PPh 2000, menyatakan pengeluaran-pengeluaran
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam
batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang
baik.
d. Dalam pasal 10 Undang-Undang PPh-2000 menunjukkan bahwa PPh
menganut prinsip harga historis dalam menentukan penghasilan dan
e. PSAK No. 48 mengakui kerugian yang timbul karena penurunan nilai
aktiva tetap, hal ini tidak diakui PPh karena PPh menganut prinsip
realisasi dalam menentukan biaya atau kerugian.
f. Pasal 28 (5) KUP, pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas
(konsisten), walaupun demikian berdasarkan pasal 28 (6) KUP
diperkenankan merubah metode pembukuan atau tahun buku, dengan
syarat:
I) Diajukan ke DJP/KPP sebelum dimulainya tahun buku yang
bersangkutan.
2) Menyampaikan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima serta
akibat-akibat yang mungkin timbul.
3) Persetujuan DJP.
PSAK No. I butir 14, perubahan kebijaikan akuntansi yang
terpengaruh material perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
g. Akuntansi menggunakan prinsip konservatis, yaitu mengakui kerugian
yang mungkin timbul (belum direalisasi) yang daipat diperkirakan atau
ditaksir dengan membentuk penyisihan, misalnya: penurunan nilai
surat-surat berharga, kerugian piutang, potongan penjualan, retur penjualan,
penilaian persediaan berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang
lebih rendah.
h. Pasal 28 (5) KUP, pembukuan perpajakan diselenggarakan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
tidak digunakan dalam akuntansi. Dasar Kas yang digunakan dalam
menghitung penghasilan kena pajak adalah dasar kas campuran bahkan
mendekati dasar akrual, penjelasan pasal 28 (5) KUP:
I) Penjualan meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang
bukan tunai (kredit), hal ini sama dengan akrual.
2) Harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian (tunai
dan kredit) dan persediaan (awal dan akhir), hal ini sama dengan akrual.
3) Harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yarng dapat diamortisasi,
pembebanannya tidak boleh sekaligus tapi hams dilakukan melalui
penyusutan dan amortisasi; hal ini sama dengan akrual.
4) Pasal 6 UU PPh-2000, dalam menentukan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto tidak dibedakan antara dasar leas
dan dasar akrual.
i. Berdasarkan penjelasan Pasal 28 (7) UU No. 28/2007, pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia,
misalnya: berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
j. UU No. 1 tahun 1995 "Perseroan Terbatas" Pasal 58 (1): Perhitungan
tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Penjelasan: yang dimaksud dengan SAK adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang telah diakui dan disetujui oleh kalangan Akuntan Indonesia bersama
k. Pasal 58 (2): Dalam hal SAK sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) tidak
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, hams diberikan penjelasan
serta alasannya (cukup jelas).
I. Akuntansi perpajakan atau akuntansi pajak penghasilan adalah
membandingkan SAK dengan ketentuan undang-undlang pajak penghasilan
dan peraturan pelaksanaan, kemudian dibuat atau disusun persamaannya
dan perbedaannya; perbedaannya klasifikasikan antara beda tetap dan beda
waktu. Pembukuan berdasarkan SAK berlaku umum dan menghasilkan
"Laporan Keuangan Komersial (LKK)", untuk tujuan menghitung
penghasilan kena pajak LKK tersebut dilakukan koreksi fiskal, menjadi
Laporan Keuangan Fiskal. Sesuai azas "Self Assessment ", rekonsiliasi LKF dilakukan oleh Wajib Pajak. Jika LKK diaudit oleh akuntan publik,
maka rekonsiliasi LKF dicantumkan dalam Japoran audit, mulai SPT PPh
Badan tahun 2001 wajib melampirkan rekonsiliasi Rugi Laba Fiskal.
C. Beda Tetap dan Beda Waktu
Menumt Graham (2002), menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan
antara prinsip akuntansi dan prinsip pajak dalam Japoran keuangan bisa
dikelompokkan kedalam dua kelompok berikut:
I. Beda waktu (time difference)
Beda Waktu adalah perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban
ini mengakibatkan penggeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara
satu tahun pajak ke tahun yang lain.
Perbedaan dalam waktu dapat digolongkan menjadi 4 kategori:
a. Pendapatan atau keuntungan yang diakui lebih dahulu oleh pajak
daripada akuntansi. Misalnya: Penghasilan untuk beberapa tahun yang
diperoleh sekaligus seperti: sewa gedung.
b. Biaya atau kerugian yang diakui lebih dahulu oleh pajak daripada
akuntansi. Misalnya: Penyusutan penambahan harta tetap yang
dilakukan pada tenggah tahun fiskal atau sesudahnya. Dimana pajak
menganggap semua penyusutan dimulai pada awal tahun.
c. Pendapatan atau keuntungan yang diakui lebih dahulu oleh akuntansi
daripada pajak. Misalnya: Pendapatan yang sudah jatuh tempo tetapi
belum diterima uangnya.
d. Biaya atau kerugian yang diakui lebih dahulu oleh akuntansi daripada
pajak. Misalnya: Penyisihan untuk piutang yang diragukan telah
dijadikan biaya pada saat suatu piutang diperkirakan tidak dapat
ditagih, sedangkan pajak mengakui pada saat piutang benar-benar
dihapuskan.
2. Beda tetap (permanent difference)
Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu !Penghasilan atau biaya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Suatu penghasilan atau biaya
kena pajak. Misalnya: Pemberian kenikmatan natura, biaya jamuan,
sumbangan, rugi penarikan harta tetap dari pemakaian, PPh 26 atas
royalty yang ditanggung oleh pemberi hasil.
D. Pendapatan dan Biaya
Berikut ini dipaparkan beberapa definisi pendapatan dan biaya dari beberapa
literatur:
1. Menurut Standar Akuutansi Keuangan
Dalam PSAK No 23, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal (lkatan Akuntan Indonesia, 2007:23).
Pendapatan hanya terdiri dari arus masulk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya
sendiri. Jumlab yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti: Pajak
Pertambahan Nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke
perusabaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuita.s dan karena itu harus
dikeluarkan dari pendapatan.
Menurut Kieso dan Weygant (2002:04), b1:berapa prinsip umum
dalam pengakuan pendapatan, pendapatan diakui pada. saat:
a. Jika pendapatan tersebut telah diperoleh
Berdasarkan kondisi dari waktu pelaporan pendapatan terdiri dari:
a. Ketika Produksi
b. Saat selesai produksi
c. Pada saat penjualan
d. Pada saat penerimaan kas
Dalam PSAK pada Kerangka Dasar Penyusunan clan Penyajian Laporan
Keuangan, beban didefinisikan sebagai berikut:
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:70).
Pengertian dari biaya secara umum adalah:
a) Pemakaian atau penggunaan barang atau jasa atau nilai barang menjadi
habis karena produk ditransfer ke pelanggan.
b) Arus keluar atau penggunaan aktiva atau peningkatan hutang akibat
pengangkutan/produksi barang, pemberian jasa atau melakukan aktivitas
yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
2. Mennrnt Undang-Undang Pajak Penghasilan
Menurut Erly Suandy (2006:20-21 ), dilihat dari mengalirnya tambahan
kemampuan ekonomis kepada Subyek Pajak, penghasilan dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Penghasilan dari peke1jaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas,
2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan garis lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, s:epanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:
a. Biaya yang mempunyai masa manfaat tidak Jebih dari I tahun.
Biaya yang mempunyai masa manfaat tidak Jebih dari I tahun
merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya biaya gaji,
biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah.
b. Biaya yang mempunyai masa manfaat Jebih dari I tahun.
Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat Jebih dari I tahun,
pembebanan dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.
Pengeluaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat dibedakan
a. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran
yang mempunyai hubungan langsung 、ゥセョァ。ョ@ usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
obyek pajak yang pembebanan dapat dilakukan <la.lam tahun pengeluaran
atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.
b. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau
tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam
batas-batas wajar sesuai dengan adat kebiasan pedagang yang baik. Oleh
karena itu pengeluaran yang melampaui batas kewajaran dipengaruhi
oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Biaya-biaya yang diperkenankan bagi Wajib Pajak dalam Negeri
dan Bentuk Usaha Tetap sesuai dengan pasal 6 ayat I PPh:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan serta yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa adalah
sebagai berikut:
1) Pengeluaran-pengeluaran atau pemberian imbalan kepada karyawan
(orang pribadi) perlakuan perpajakkannya dibedakan:
a) Bagi perusahaan merupakan biaya yang dapat dikurangkan
(deductible expenses) dan bagi karyawan merupakan objek PPh pasal 21.
b) Bagi perusahaan tidak dapat dikurangkan (non deductible) dan bagi karyawan bukan merupakan objek PPh pasal 21.
c) Bagi perusahaan merupakan biaya yang dapat dikurangkan
(deductible expense), tapi bagi karyawan bukan merupakan obyek PPh pasal 21.
d) Bagi perusahaan tidak dapat dikurangkan (non deductible), tapi bagi karyawan merupakan obyek PPh pasal 21.
b. Pemberian natura dan kenikmatan
Akuntansi tidak membedakan pemberian imbalan kepada karyawan
baik dalam bentuk uang atau natura (yang dapat diketahui harganya)
diakui sebagai biaya. Didalam Pasal 9 (JI) b Undang-Undang
No.17 /2000, pemberian natura dan kenikmaitan kepada karyawan
1) Penyusutan, bahan bakar, biaya reparasi/pemeliharan untuk
kendaraan perusahaan yang dikuasai dan dibawa pulang pegawai
tertentu;
2) Penyusutan dan biaya rumah perusahaan yang ditempati pegawai,
kecuali pegawai yang menempati rumah diberikan tunjangan
perumahan sebesar penyusutan dan biaya rurnah tersebut;
3) Pemberian beras, gula dan sebagainya.
Perubahan yang cukup mendasar dalam pasal 9 (1) b
Undang-Undang. No.17/2000 adalah penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto dan bukan merupakan obyek PPh pasal 21.
Pemberian natura yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
dan bagi pegawai bukan merupakan obyek PPh pasal 21 sudah
sejak diatur dalam SKMK. No.633/KlvlK.04/1994 dan
SE-29/PJ.4/1995 kemudian diganti SKMK No. 466/KMK.04/2000 dan
KEP.213/PJ/2001.Bukan daerah terpencil:
1) Pemberian naturalkenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan, berkaitan dengan keamanan dan
keselamatan pekerjaan yang biasanya diwajibkan oleh
DEPNAKER atau PEMDA setempat, misalnya: Pakaian dan
peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian
"Sepanjang fasilitas dan sarana tersebut tidak tersedia, sehingga
pemberi kerja harus menyediakan sendiri", yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, disusutkan sesuai Pasal 11
Undang-Undang No.I 7/2000.
c. Pemberian kepada pegawai dalam bentuk natura/kenikmatan yang
merupakan keharusan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan,
keamanan, dan keselamatan kerja atau berkenaan dengan situasi
lingkungan kerja: antar jemput pegawai, pakaian seragam pabrik,
satpam, hansip.
c. Biaya Pengobatan
1) Biaya pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter
dan apotik, merupakan pemberian kenikmatan kepada pegawai, tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan merupakan obyek
PPh Pasal 21.
2) Penggantian pengobatan, pemberian uang pengobatan atau pemberian
tunjangan pengobatan, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dan merupakan obyek PPh Pasal 21.
d. Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem kepada karyawan
yang merupakan bagian keuntungan atau dibebankan ke Retained Earning,
bagi perusahaan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tapi bagi
pegawai merupakan obyek PPh Pasal 21.
e. Pengantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
Pemerintah. Perubahan yang cukup mendasar pada penjelaslin, yaitu
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
merupakan obyek pajak atau obyek PPh Pasal 21 jika yang memberikan:
I) Bukan Wajib Pajak, misalnya Kedutaan Asing dan Organisasi
Internasional.
2) Wajib Pajak yang dikenakan PPh Final, misalnya: kontraktor,
pelayaran.
3) Wajib Pajak yang dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan
khusus, misalnya: perwakilan dagang asiug.
f. Biaya Perjalanan Dinas
Biaya perjalanan dinas pegawai (tidak termasuk keluarga) dalam rangka
menjalankan tugas perusahaan yang didukung dengan bukti-bukti (tiket,
kuintansi agen, hotel, dan akomodasi) dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto dan bukan merupakan obyek PPh pasal 21. Honor atau uang saku
dalam perjalanan dinas merupakan obyek PPh pasal 21 dan dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Sebaiknya tidak digunakan
"Lum-sum" yaitu berdasarkan anggaran, karena dalam pemeriksaan pajak
kemungkinan akan dikoreksi (tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto) atau dikenakan PPh pasal 21. Biaya perjalanan keluarga pegawai
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
g. Biaya Pendidikan, Seminar, Lokakarya.
Penjelasan pasal 6 (I) huruf g Undang-Undang No.17 /2000, biaya yang
rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan, dengan memperhatikan kewajiban dan
kepentingan perusahaan. Biaya seminar, lokakarya, penataran bagi
pegawai merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
dan bukan merupakan obyek PPh pasal 21.
h. Biaya rekreasi dan olahraga.
Biaya rekreasi dan olahraga untuk pegawai merupakan pemberian
kenikmatan kepada pegawai, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto dan bukan merupakan obyek PPh pasal 21.
i. Kendaraan sedan perusahaan yang dibawa pulang pegawai.
Dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebesar 5 0% atas bi a ya penyusutan sedan melalui penyusutan kelompok U, dan 50% dari jumlah
biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, bahan bakar dapat dibebankan
(deductible expense) berdasarkan KEP-220/PJ/2002, mulai berlaku 18 April 2002.
j. Biaya sewa rumah untuk pegawai
Pegawai tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto kecuali pegawai
yang bersangkutan diberikan tunjangan sewa sebesar biaya sewa rumah
tersebut. Sebaiknya pegawai diberikan uang sewa rumah yang merupakan
obyek PPh pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
k. Rumah perusahaan yang ditempati pegawai.
Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atas penyusutan dan biaya
rumah perusahaan tersebut hanya sebagai persinggahan sementara bagi
pegawai yang bersangkutan.
l. Biaya bunga
Biaya bunga atas pinjaman yang digunakan untuk tujuan tertentu (investasi
atau penyertaan modal) tidak boleh diperlakukan sebagai biaya fiskal atau
pengurang penghasilan. Termasuk dalam kategori lbiaya bunga demikian
itu, antara lain:
I) Biaya bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham
yang sudah beredar atau untuk mengakusisi saham-saham milik para
pemegang saham lama sepanjang dividen yang diterimanya tidak
merupakan Obyek Pajak Penghasilan (Pasal 4 ayat 3 huruf f);
2) Biaya bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk melakukan
penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan atau
mengambil bagian dalam right issue oleh pernsahaan yang sudah
berjalan. Biaya bunga atas pinjaman ini dikapitalisasi sebagai nilai
perolehan dari Penyertaan Modal (Investa.si), meskipun pada
umumnya, biaya bunga merupakan pengeluaran pendapatan namun
pembebanan biaya bunga sebagai bagian dari biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebagai biaya
fiskal; dalam kondisi tertentu tidak semudah pembebanan biaya-biaya
lainnya. Beberapa situasi yang membuat biaya bunga sebagai bagian
dari biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
1) Ketentuan tentang debt equity ratio (DER) atau rasio antara utang
dengan modal yang dapat dibenarkan untuk keperluan
penghitungan Penghasilan Kena Pajak (Pasal 18 ayat 1 ), yang
berakibat tidak seluruh biaya bunga dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
2) Biaya bunga untuk wajib pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan berupa bunga deposito atau tabungan lainnya yang
sudah dipungut pajak dengan tarif tersencliri (final), juga tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
m. Biaya promosi, sumbangan, entertainment.
Mengenai pengeluaran untuk promosi, perlu dibeda.kan antara biaya yang
benar-benar dikeluarkan untuk promosi dengan biaya yang ada pada
hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang bf:llar-benar dikeluarkan
dari penghasilan bruto adalah:
1) Biaya promosi yang didukung dengan bukti-bukti (iklan dan papan
reklame) dapat dikurangkan dari penghasilan.
2) Sumbangan yang yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan,
pengusaan atau kepemilikan, bagi yang menerima bukan obyek PPh
dan bagi yang memberi bukan biaya.
3) Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
penghasilan bruto dengan syarat dibuat daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh.
3. Metode dan Tarif Penynsntan
Menurut Mardiasmo (2008: 145), Metode penyusutan yang
dipergunkan adalah metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusut11n. Metode garis lurus
diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap berwujud.
Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk
kelompok harta berwujud bukan bangunan saja. Berikut ini menggambarkan
pengelompokan harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya:
Tabet 2.1
Pengelompokan Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan
Kelompok Mas a Tarif Penyusutan J Tarif Penyusutan
Harta Berwujud Manfaat (Garis Lurus) (Saldo Menurun)
I. Bukan Ban!!llnan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok2 8 tahun 12,5 % 25%
Kelompok3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok4 20tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
----Tidak Permanen 10 tahun 10%
----Sumber : Mardiasmo (2006: 145)
Sedangkan menurut kebijakan akuntansi perusahaan yang mengacu
pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tarif aktiva tetap dinyatakan
berdasarkan harga perolehan. Kelompok bangunan dan prasarana pabrik
sebesar 5% per tahun dari harga perolehan, sedangkan kelompok aktiva
tetap lainnya disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun
(double declining balance method) masing-masing dengan tarif sebagai berikut:
Tabet 2.2
Aktiva Tetap dan Tarif Saldo Menurun
No Nama Aktiva Tetap Tarif
I. Mesin dan Peralatan 10%-25%
2. Peralatan Kantor 10%-50%
3. Kendaraan 10%-50%
Sumber : Kebijakan Perusahaan yang mengacu padac SAK
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun yaitu:
a. Berdasarkan KEP-220/PJ/2002, mulai berlaku 18 April 2002
1) Telepon selular (HP) yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatam1ya atau pekerjaannya:
a) Harga perolehan, termasuk kelompok 1 dapat dibebankan
sebesar 50% melalui penyusutan.
Contoh: 1 Mei 2002 dibeli HP untuk p1:gawai Rp. 3.000.000,
penyusutan dengan metode garis lurus:
Penyusutan fiskal yang dapat dikurangkan tahun 2002 = 50% x
b) 50% dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa
dan perbaikan dalam tahun yang bersangkutan dapat
dikurangkan (deductible expense).
2) Kendaraan bus, minibus, atau yang sejenisnya yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput pegawai.
a) Harga perolehannya atau biaya perbaikan besar, dapat
dibebankan seluruhnya melalui penyusutan fiskal kelompok II.
b) Biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, bahan bakar, dan
sebagainya dapat dibebankan seluruhnya (deductible expense).
3) Kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan
untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya.
a) Harga perolehan/pembelian atau perbaikan besar, dapat
dibebankan sebesar 50 % melalui penyu:sutan kelompok II.
Contoh: 1 Juli 2002 dibeli kendaraan seharga Rp. 180.000.000,
penyusutan fiskal tahun 2002 (garis lurus) 50 % x 6/12 x
(12,5% x Rp. 180.000.000) = Rp. 5.625.000
b) 50% dari jumlah biaya pemeliharaan, perbaikan rutin, bahan
bakar dapat dibebankan (deductible expense).
b. Juran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan (bukan obyek PPh Pasal 21 ).
1) Premi asuransi: kesehatan, kecelakaan jiwa, dwiguna bea siswa
c. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
d. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
Kerugian karena selisih kurs mata uang asing dapat disebabkan oleh
adanya fluktuasi kurs yang terjadi sehari-hari, atau oleh adanya
kebijaksanaan Pemerintah dibidang moneter.Apabila Wajib Pajak
menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs
realisasi), maka kerugian selisih kurs mata uang asing yang disebabkan
oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut, dan hams dilakukan secara taat azas. Apabila
Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan b1irdasarkan kurs tengah
BI atau kurs yang sebenamya berlaku pada akhir tahun,
pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs
tengah BI atau kurs yang sebenamya berlaku 1pada akhir tahun.Rugi
selisih kurs karena kebijaksanaan Pemerintah dibidang moneter dapat
dibukukan dalam perkiraan sementara dineraca dan pembebanannya
dilakukan bertahap berdasarkan realisasi mata uang asing tersebut.
e. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
f. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
g. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan;
3) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4. Perhitungan Pajak Penghasilan pada Pernsahaan ini
Tarif pajak penghasilan berdasarkan Ketentuan pasail 17 Ayat 1 UU No.17
tahun 2000 yaitu besarnya tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena
pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan luar negeri yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di
[image:49.595.95.475.86.589.2]Indonesia sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tarif PPh Badan
Lapisan Penghasilan Kena Pajak TarifPajak
Sampai dengan Rp.50.000.000 10%
Diatas Rp. 50.000.000-Rp. 100.000.000 15%
Diatas Rp. 100.000.000 30%
Sumber : Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang PaJak Penghasilan
Untuk keperluan penerapan tarif pajak tersebutjumlah penghasilan
5. Kajian Peneliti Terdahnln
Skripsi dengan Judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Untuk
menentukan Laba Kena Pajak Pada PT.XYZ, memiliki relevansi dengan
penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Ismawati Haribowo pada
tahun 2004 dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Peneliti terdahulu membahas mengenai perbedaaan pengakuan pendapatan
dan beban antara laporan keuangan komersial dan laporan keuanagn fiskal.
1. Manfaat yang didapat dari kajian penelitian terdahulu yaitu:
mendapatkan beberapa informasi mengenai perbedaan pengakuan
pendapatan dan beban antara Undang-Undang Perpajakan Nomor 17
tahun 2000 dengan Standar Akuntansi Keuangan, sehingga
menghasilkan koreksi fiskal dan penyusunan laporan keuangan fiskal
yang sesuai dengan peraturan Perpajakan.
2. Perbedaaan dengan kajian penelitian terdahulu terletak pada:
a. Undang-Undang yang dipergunakan.
Peneliti terdahulu mengunakan Undang-Undang perpajakan Nomor
16 Tahun 2000 dan Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun
2000 sedangkan peneliti sekarang mengunakan Undang-Undang
Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang Perpajakan
b. Tujuan yang ingin dicapai.
Penelitian terdahulu melakukan analisa untuk memperoleh gambaran
mengenai latar belakang perbedaan Jaba akuntansi dan laba fiskal,
sedangkan peneliti sekarang melakukan rekonsiliasi fiskal
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan Undang-Undnag
Perpajakan sehingga dapat laba kena pajak dan mengetahui PPh yang
masih harus dibayar oleh perusahaan.
6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menjelaskan bagaimana perusahaan ini melakukan
rekonsiliasi fiskal, dimana ketentuan-ketentuanya telah diatur baik
dalam Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang (UU)
I
Dapat Berdasarkan SAK [image:52.595.95.459.112.582.2]Laporan Keuangan Komersial
Gambar2.1
Kerangka Pemikiran
Pembukuan Wajib Pajak
セョァィゥエオョァ@
PKPI
E1sarkan UU PPh
2000
Laporan Keuangan Fiskal
Koreksi Fiskal
I
BABilI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Linglmp Penelitian
Objek penelitian ini dilakukan pada Perusahan yang bergerak dibidang
spare part, yang berlokasi di Jakarta. Dalam menganalisa data dari perusaham1 ini, penelitian dilakukan melalui data tahun pajak 2003. Penelitian ini dibatasi
pada:
I. Proses rekonsiliasi fiskal selama satu periode.
2. Laporan rugi/laba tahun 2003.
3. Kewajiban Pembukuan.
4. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan penghitungan pajak penghasilan
terutang.
5. Perbedaan yang terjadi baik itu perbedaan temporer maupun permanen
hanya dibatasi pada ketentuan perpajakan menurut paEal 4, 6, 9, 11 dan 1 IA,
Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.17 tahun 2000.
B. Metode Penentmrn Sam pel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan di Perusahaan lni, Jakaita. Dalain
metode ini, mana yang akan diainbil sebagai anggota sampel diserahkan pada
pertimbangan pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Jadi,
pengumpulan data yang telah diberi penjelasan oleh peneliti akan mengainbil
siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan pokok pembahasan
dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah:
1. Studi Lapaugau (Field Research)
a. Wawancara (interview), yaitu dengan menanyakan secara lisan atau dialog langsung kepada orang-orang yang berkompeten dengan topik yang
dianalisis.
b. Pengainatan (observasi), yaitu melakukan pengamatan atas obyek data dan kronologis suatu kegiatan, merekain, menghitung, serta mencatat data
yang diperoleh.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Metode pengumpulan bahan dari berbagai perpustakaan yang meliputi
buku-buku ilmiah perpajakan, peraturan perundang-undangan beserta aturan
pelaksaannya, artikel, majalah, dan bahan tertulis lainnya yang ada
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis deskriptif
yaitu peneliti mencoba menguraikan dan menganalisis p,erbedaan yang terjadi
akibat dari proses rekonsiliasi fiskal yang dilakukan sehingga peneliti dapat
mengidentifikasi perbedaan temporer dan permanen, kemudian menggunakan
basil dan identifikasi tersebut untuk kepentingan pajak. Analisa data kualitatif dan
kuantitatif juga digunakan dalam penelitian skripsi ini, dimana peneliti mencoba
menguraikan mengenai proses rekonsiliasi laporan k'euangan fiskal pada
perusahaan ini, analisis data kuantitatif ini diperoleh dengan mengadakan
pengelompokkan sedemikian atas variabel-variabel yang dianalisis dan dinyatakan
dalam satuan angka, antara lain:
a. Jumlah penghasilan yang merupakan obyek pajak dan besarnya jumlah
penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak.
b. Jumlah biaya-biaya yang diperlakukan dan yang tidak diperlakukan untuk
dikurangkan dari penghasilan bruto.
c. Jumlah selisih lebih atau selisih kurang dari laporan keuangan.
d. Besarnya penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terutang.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Pendapatan Menurut Akuntansi dan Perpajakan
a. Pendapatan menurut Akuntansi
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
mengak:ihatkan kenaikan ekuitas yang tidak herasal dari kontrihusi
penanaman modal.
h. Penghasilan menurut Perpajakan
Penghasilan adalah setiap tamhahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajih pajak, haik yang herasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menamhah
kekayaan wajih pajak yang hersangkutan dengan nama dan dalam hentuk
apapun.
2. Beban menurut Akuutansi dau Perpajakan
a. Behan menurut akuntansi
Behan adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau herkurang aktiva atau terjadinya
kewajihan yang mengakihatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pemhagian kepada penanam modal.
h. Behan menurut Perpajakan
Pengertian hehan dalam perpajakan adalah pengeluaran hiaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan untuk menentukan besamya penghasilan
kena pajak atau !aha kena pajak.
3. Rekonsiliasi Laporan Keuaugan Fiskal
Rekonsiliasi laporan keuangan fiskal adalah usaha untuk mencocokan
perhedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial yang disusun
herdasarkan prinsip akuntansi dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan
4. Beda Tetap dan Beda Waktu
a. Beda waktu adalah pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut
akuntansi dengan ketentuan perpajakan. Perbedrum ini mengakibatkan
pergeseran pengakuan penghasilan dan biaya antara satu tahun pajak ke
tahun lain.
b. Beda Tetap adalah perbedaan pengakuan suatu p1:nghasilan atau biaya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusabaan
1. Sejarab Siugkat Perusabaan
Karena hal-hal yang tidak bisa disebutkan menyangkut kepentingan
perusahaan nama dan keterangan at