• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH EKUITAS MEREK DAN BAURAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE MEREK SAMSUNG

DI KOTA MEDAN

OLEH

BILLY HERIAN SINAGA 100502199

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i ABSTRAK

Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone

Merek Samsung di Kota Medan dimana variabel independen, yaitu Kesadaran Merek (X1), Asosiasi Merek (X2), Persepsi Kualitas (X3), Loyalitas Merek (X4), Periklanan (X5), Hubungan Masyarakat (X6), Penjualan Pribadi (X7), Promosi Penjualan (X8), dan Pemasaran Langsung (X9) mempengaruhi Kputusan Pembelian (Y) sebagai variabel dependennya.

Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala Likert. Populasi dalam penelitian ini adlah pengguna smartphone Samsung di kota Medan. Penelitian ini menggunakan 139 responden sebagai sampel penelitian yang ditarik berdasarkan accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang diuji melalui program SPSS 18.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Variabel Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek, Periklanan, Hubungan Masyarakat, Penjualan Pribadi, Promosi Penjualan, dan Pemasran Langsung secara simultan (serentak) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (2) Variabel Kesadaran Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (3) Variabel Asosiasi Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (4) Variabel Persepsi Kualitas secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (5) Variabel Loyalitas Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (6) Variabel Periklanan secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (7) Variabel Hubungan Masyarakat secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (8) Variabel Penjualan Pribadi secara parsial (individu) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (9) Variabel Promosi Penjualan secara parsial (individu) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (10) Variabel Pemasaran Langsung secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian.

(3)

ii

ABSTRACT

The Influence of Brand Equity and Promotion Mix on the Decision to Buy Samsung Smartphone in Medan

The objective of the research was to find out and to analyze the influence of brand equity and promotion mix on the decision to buy Samsung smartphone in Medan in which the independent variables which consisted of brand awareness (X1), brand association (X2), perceived quality (X3), brand loyalty (X4), advertising (X5), public relation (X6), personal selling (X7), sales promotion (X8), and direct marketing (X9) influenced the decision to buy (Y) as dependent variable.

The research was associative. It used primary and secondary data which were gathered from documentation study and questionnaires, measured by using Likert scale method. The population of this research are Samsung smartphone user in Medan and 139 of them were used as the samples, taken by using accidental sampling technique. The data were analyzed by using multiple regression analysis with an SPSS 18.0 for windows software program.

The result of this research showed that 1) the variables of brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, advertising, public relation, personal selling, sales promotion, and direct marketing simultaneously had significant influence on the decision to buy, 2) partially, the variable of brand awareness had insignificant influence on the decision to buy, 3) partially, the variable of brand association had insignificant influence on the decision to buy, 4) partially, the variable of perceived quality had insignificant influence on the decision to buy, 5) partially, the variable of brand loyalty had insignificant influence on the decision to buy, 6) partially, the variable of advertising had insignificant influence on the decision to buy, 7) partially, the variable of public relation had insignificant influence on the decision to buy, 8) partially, the variable of personal selling had significant influence on decision to buy, 9) partially, the variable of sales promotion had significant influence on decision to buy, 10) partially, the variable of direct marketing had insignificant influence on decision to buy.

Keywords: Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand

(4)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi

Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan ”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih terutama untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Maruli Sinaga dan Ibunda Hesti Dasopang atas perhatian, doa, dukungan, pengorbanan serta kasih sayang yang begitu besar selama ini tanpa mengenal lelah. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang SulistyaRini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

(5)

iv

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

9. Adik penulis Nidya Arista Sinaga, Ricky Morris Sinaga, Niko Evanda Sinaga dan Robby Christian Johanes Sinaga atas dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan saya Renol Fernanda, Najmi Ariady, , Muchsin, Indra Kosmedi, Ivan Silalahi, Henry Sapto, Jefry Sihotang serta teman-teman Manajemen angkatan 2010 lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.

11. Sahabat-sahabat penulis di Gereja HKBP Seksama Ressort Seksama Medan Fery Ambarita Desi Hutagalung, Novita Aruan, Jantiber Siburian, Putri Tambunan, Angel Christine Aritonang serta sahabat-sahabat saya lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, saya mengucapkan terima kasih atas semangat dan motivasinya.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih buat semuanya.

“Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2015 Penulis,

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR………...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Perumusan Masalah………. 9

1.3 Tujuan Penelitian………. 9

1.4 Manfaat Penelitian………. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...11

2.1 Ekuitas Merek (Brand Equity)………... 11

2.1.1 Manfaat Ekuitas Merek ...12

2.1.2 Variabel-Variabel Ekuitas Merek………...13

2.1.2.1 Kesadaran Merek ……… 13

2.1.2.2 AsosiasiMerek………..16

2.1.2.3 Persepsi Kualitas ... ... 20

2.1.2.4 Loyalitas Merek………... 21

2.2 Bauran Promosi (Promotion Mix)... ... ...23

2.2.1 Sifat Masing-MasingVariabel ... 24

2.2.2 Variabel-Variabel Bauran Promosi………. 26

2.2.2.1 Periklanan……….. 26

2.2.2.2 Hubungan Masyarakat ... 28

2.2.2.3 Penjualan Pribadi ... ... 29

2.2.2.4 Promosi Penjualan ... 30

2.2.2.5 Pemasaran Langsung ... 31

2.3 Keputusan Pembelian... 32

2.3.1 Proses Pengambilan Keputusan... 32

2.3.2 Peran Keputusan Pembelian ... 37

2.4 Penelitian Terdahulu ... 38

2.5 Kerangka Konseptual ...39

2.6 Hipotesis...40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

(7)

vi

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Definisi Operasional... 42

3.5 Skala Pengukuran ... 44

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.7 Jenis Data dan Sumber Data ... 46

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

3.10 Teknik Analisis Data ... 47

1. Analisis Deskriptif ... 47

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 47

3. Uji Asumsi Klasik ... 49

4. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... .. 52

4.1 Gambaran Umum Perusahaan……… 52

4.1.1 Sejarah Perusahaan………. 52

4.1.2 Visi dan Misi Samsung………...54

4.1.3 Smartphone Samsung sebagai produk PT. Samsung Electronics…. 55 4.1.4 Logo Samsung……… 61

4.2 Hasil Penelitian………..61

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas………. 61

4.2.1.1 Uji Validitas……… . 61

4.2.1.2 Uji Reliabilitas………. 63

4.2.2 Teknik Analisis Data……… .. 64

4.3 Uji Asumsi Klasik……….. ... 79

4.3.1 Uji Normalitas……….. ... 80

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas……….. ... 82

4.3.3 Uji Multikolinearitas………. ... 84

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda……… ... 85

4.5 Pengujian Hipotesis………... 89

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)……….. 88

4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)……… .. 90

4.5.3 Koefisien Determinasi (R2)……….. . 92

4.6 Pembahasan………. .. 94

4.6.1 Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian…… .. 95

4.6.2 Pengaruh Asosiasi Merek Terhadap Keputusan Pembelian……….. 96

4.6.3 Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian…… .. .96

4.6.4 Pengaruh Loyalitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian……… 97

(8)

vii

4.6.6 Pengaruh Hubungan Masyarakat Terhadap Keputusan Pembelian. . 98

4.6.7 Pengaruh Penjualan Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian……. . 99

4.6.8 Pengaruh Promosi Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian…… 99

4.6.9 Pengaruh Pemasaran Langsung Terhadap Keputusan Pembelian...100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 101

5.1 Kesimpulan………. 101

5.2 Saran……… 102

DAFTAR PUSTAKA……….106

(9)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market

share, Q1 2013 and2014………. 6

Tabel 1.2 : Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q2 2013 and2014………. 6

Tabel 1.3 : Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q3 2013 and2014………. 7

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu……… ... 38

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Variabel………42

Tabel 3.2 : Skor Pendapat Responden……….. 44

Tabel 4.1 : Uji Validitas……… 62

Tabel 4.2 : Uji Reliabilitas……… .... 64

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden………... ... 64

Tabel 4.4 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesadaran Merek……… . 68

Tabel 4.5 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Asosiasi Merek………. 69

Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Persepsi Kualitas……….. 70

Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Loyalitas Merek………. 71

Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Periklanan… . 72 Tabel 4.9 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Hubungan Masyarakat………. .... 73

Tabel 4.10 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penjualan Pribadi……… 74

Tabel 4.11 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Promosi Penjualan……… .... 76

Tabel 4.12 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pemasaran Langsung……….. .. 77

Tabel 4.13 : Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pemasaran Langsung Keputusan Pembelian……… 78

Tabel 4.14 : Uji Kolmogorov-Smirnov……… .. 82

Tabel 4.15 : Uji Glestjer………. 83

Tabel 4.16 : Uji Multikolinearitas……….. 84

Tabel 4.17 : Estimasi Regresi………. 85

(10)

ix

Tabel 4.19 : Uji-t……… ..……….….90

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.3 : PangsaPasar Samsung Pada Beberapa Negara di Asia Tenggara

pada Kuartal 2 Tahun 2013 dan 2014………...8

Gambar 2.1 : Piramida Kesadaran Merek………. 13

Gambar 2.2 : Piramida Loyalitas Merek ... 23

Gambar 2.3 : Tahapan Keputusan Pembelian Konsumen... 33

Gambar 2.4 : Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 4.1 : Samsung Galaxy……….. 56

Gambar 4.2 : Samsung Galaxy S………... 57

Gambar 4.3 : Samsung Galaxy S2………. 57

Gambar 4.4 : Samsung Galaxy S3……… . 58

Gambar 4.5 : Samsung Galaxy S4………. 59

Gambar 4.1 : Samsung Galaxy S5………. 60

Gambar 4.7 : Logo Samsung………. 61

Gambar 4.8 : Histogram……… 80

Gambar 4.9 : Normal PP Plot………81

(12)

i ABSTRAK

Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone

Merek Samsung di Kota Medan dimana variabel independen, yaitu Kesadaran Merek (X1), Asosiasi Merek (X2), Persepsi Kualitas (X3), Loyalitas Merek (X4), Periklanan (X5), Hubungan Masyarakat (X6), Penjualan Pribadi (X7), Promosi Penjualan (X8), dan Pemasaran Langsung (X9) mempengaruhi Kputusan Pembelian (Y) sebagai variabel dependennya.

Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala Likert. Populasi dalam penelitian ini adlah pengguna smartphone Samsung di kota Medan. Penelitian ini menggunakan 139 responden sebagai sampel penelitian yang ditarik berdasarkan accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang diuji melalui program SPSS 18.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Variabel Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek, Periklanan, Hubungan Masyarakat, Penjualan Pribadi, Promosi Penjualan, dan Pemasran Langsung secara simultan (serentak) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (2) Variabel Kesadaran Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (3) Variabel Asosiasi Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (4) Variabel Persepsi Kualitas secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (5) Variabel Loyalitas Merek secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (6) Variabel Periklanan secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (7) Variabel Hubungan Masyarakat secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (8) Variabel Penjualan Pribadi secara parsial (individu) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (9) Variabel Promosi Penjualan secara parsial (individu) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. (10) Variabel Pemasaran Langsung secara parsial (individu) berpengaruh tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian.

(13)

ii

ABSTRACT

The Influence of Brand Equity and Promotion Mix on the Decision to Buy Samsung Smartphone in Medan

The objective of the research was to find out and to analyze the influence of brand equity and promotion mix on the decision to buy Samsung smartphone in Medan in which the independent variables which consisted of brand awareness (X1), brand association (X2), perceived quality (X3), brand loyalty (X4), advertising (X5), public relation (X6), personal selling (X7), sales promotion (X8), and direct marketing (X9) influenced the decision to buy (Y) as dependent variable.

The research was associative. It used primary and secondary data which were gathered from documentation study and questionnaires, measured by using Likert scale method. The population of this research are Samsung smartphone user in Medan and 139 of them were used as the samples, taken by using accidental sampling technique. The data were analyzed by using multiple regression analysis with an SPSS 18.0 for windows software program.

The result of this research showed that 1) the variables of brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, advertising, public relation, personal selling, sales promotion, and direct marketing simultaneously had significant influence on the decision to buy, 2) partially, the variable of brand awareness had insignificant influence on the decision to buy, 3) partially, the variable of brand association had insignificant influence on the decision to buy, 4) partially, the variable of perceived quality had insignificant influence on the decision to buy, 5) partially, the variable of brand loyalty had insignificant influence on the decision to buy, 6) partially, the variable of advertising had insignificant influence on the decision to buy, 7) partially, the variable of public relation had insignificant influence on the decision to buy, 8) partially, the variable of personal selling had significant influence on decision to buy, 9) partially, the variable of sales promotion had significant influence on decision to buy, 10) partially, the variable of direct marketing had insignificant influence on decision to buy.

Keywords: Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini smartphone adalah salah satu barang yang menjadi kebutuhan

hampir setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari. Sebuah smartphone dituntut

untuk mampu memenuhi kebutuhan penggunanya yang kompleks. Sebuah

smartphone tidak lagi hanya sebatas memenuhi fungsi dasar sebuah alat

komunikasi seperti melakukan panggilan dan mengirim/ menerima pesan singkat

namun menyediakan fitur dan fasilitas hiburan bagi penggunanya seperti layanan

internet, media sosial, layanan musik, permainan dan fitur pendukung lainnya.

Hal ini dimanfaatkan oleh vendor smartphone bukan hanya sekedar menciptakan

produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen namun melebihi harapan

konsumen akan sebuah smartphone agar mempengaruhi konsumen dalam

melakukan keputusan pembelian.

Keputusan pembelian seorang konsumen berbeda antara yang satu dengan

yang lainnya tergantung apa yang mempengaruhi persepsi dan harapan dari

sebuah produk. Dewasa ini, konsumen lebih selektif dalam melakukan pembelian,

juga halnya dalam membeli sebuah smartphone, bukan hanya sekedar kualitas

produk dan harga smartphone tersebut, merek juga mempengaruhi konsumen

dalam memilih smartphone di tengah bermacam-macamnya merek yang bersaing.

Menurut Kotler dan Keller (2008:179) keputusan pembelian seseorang

(15)

2 kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian

dan perilaku setelah pembelian. Merek menjadi salah satu elemen penting sebuah

produk karena dapat menjadi salah satu strategi bagi perusahaan untuk memikat

konsumen. Persepsi yang baik oleh konsumen akan merek sebuah produk menjadi

salah satu keuntungan bagi perusahaan, karena itu perusahaan berusaha untuk

menjadikan merek produknya lebih baik dibandingkan pesaing. Merek adalah alat

utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari

produk pesaingnya untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Merek

yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity) yang kuat.

Menurut Kotler dan Keller (2008:263) Ekuitas merek (brand equity) adalah

nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin

dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan

merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi

perusahaan. Tidak bisa dilepaskan bahwa merek bukan hanya sekedar kualitas

yang diharapkan oleh konsumen di dalam sebuah produk, namun nilai yang

didapatkan oleh konsumen ketika memakai merek tersebut. Dengan

bermacam-macamnya merek yang ada pada pasar, ini berarti menjadi tantangan bagi

perusahaan bagaimana agar merek dari produk yang dihasilkannya mampu

melekat di benak konsumen dan memiliki pandangan positif bagi konsumen.

Pelanggan yang berfokus pada atribut merek, tidak akan terlalu

mempertimbangkan aspek lain dari produk seperti kualitas produk dan harga

(16)

3 Dengan mengusung sistem operasi Android pada perangkatnya, Samsung

berhasil memikat konsumen. Dimulai dari Samsung Galaxy dan sampai pada yang

teranyar Samsung Galaxy S5. Samsung mampu membangun mereknya dengan

baik dengan inovasi teknologi yang dikembangkan pada produknya. Minat

konsumen semakin meningkat terhadap smartphone Samsung seiring aplikasi

chatting (Blackberry Messenger) yang merupakan aplikasi favorit yang awalnya

hanya ada pada smartphone BlackBerry namun kini telah lintas platform lain

termasuk pada sistem operasi Android pada smartphone Samsung.

Kesadaran merek akan smartphone Samsung tinggi karena konsumen

mempertimbangkan Samsung sebagai salah satu pilihan merek smartphone di

dalam benaknya. Asosiasi merek smartphone Samsung dikatakan baik karena

produk dengan merek ini selalu diidentikkan dengan Android yang memiliki

fleksibilitas dalam pengoperasiannya yang diusung pada sistem operasinya dan

kemampuan dalam hal akses internet lebih baik dari sistem operasi lain pada

merek lain. Sistem operasi Android tidak hanya ada pada smartphone merek

Samsung, namun juga pada merek lain tetapi Samsung mampu menguasai pasar

smartphone di Indonesia dan mengungguli pesaingnya yang juga mengusung

sistem operasi Android pada smartphone-nya.

Loyalitas pengguna smartphone Samsung baik ditandai dari antusiasme

konsumen dalam peluncuran smartphone terbaru Samsung. Persepsi kualitas

terhadap smartphone Samsung juga baik karena mampu memberikan kualitas

(17)

4 bawah maupun menengah atas yang mampu dijangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat.

Bukan hanya berfokus membangun ekuitas mereknya dengan baik, dengan

perkembangan industri telekomunikasi khususnya smartphone yang sangat cepat

juga membuat perusahaan smartphone harus mampu melakukan pemasaran yang

efektif untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Membuat sistem

pemasarannya yang efektif yang bukan hanya bagaimana mencapai atau

meningkatkan volume penjualan, namun juga mampu mengamati tingkah laku

serta kebutuhan dan keinginan konsumen.

Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan menuntut tiap perusahaan

semaksimal mungkin untuk mempromosikan produknya semenarik mungkin.

Dalam era globalisasi ini, perusahaan didorong untuk bertindak praktis dan

ekonomis dalam usaha untuk menguasai pangsa pasar seluas mungkin.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:116) bauran promosi merupakan

paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan

pribadi dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk

mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan

pelanggan. Promosi digunakan untuk mengkomunikasikan produk perusahaan

kepada konsumen yang hendak dituju. Sehingga pemasar harus memahami betul

bagaimana sarana yang tepat dalam memasarkan produk yang semuanya

direncanakan untuk mencapai target penjualan. Perkembangan usaha bisnis dalam

era globalisasi yang semakin pesat saat ini ditandai bukan dengan

(18)

5 dengan munculnya perusahaan baru yang juga ikut berpartisipasi dalam

persaingan. Perusahaan harus mampu merancang sistem bauran promosi sebaik

mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan

perusahaan, memperoleh laba optimal serta dapat memperkuat posisi perusahaan

di antara perusahaan pesaing.

Tahun 2014 sepertinya menjadi tahun yang buruk bagi smartphone Samsung

karena pangsa pasarnya secara global menurun secara drastis. Keberadaaan

pesaing lokal di setiap negara dan vendor asal Tiongkok seperti Huawei, LG dan

Lenovo yang semakin kompetitif dalam merebut pangsa pasar Samsung nyatanya

membuat Samsung harus mengevaluasi kinerjanya. Bahkan vendor baru seperti

Xiaomi mampu merebut pasar Samsung dengan mampu menawarkan harga yang

sangat kompetitif pada pasar. Dilansir dari situs resminya www.samsung.com;

Samsung mengumumkan akan mengurangi model smartphone buatannya hingga

sepertiga bagian dibandingkan dengan model yang ada saat ini. Samsung pun

ingin menurunkan harga smartphone-nya karena tampaknya persaingan harga

pada pasar saat ini sangat kompetitif. Samsung selama ini dikenal membanderol

harga yang cukup tinggi pada smartphone high-end nya. Keberadaan Xiaomi

nyatanya mampu membuat Samsung harus memikirkan kembali strategi

penjualannya kembali untuk ke depannya. Samsung yang dalam beberapa tahun

terakhir mampu mengalahkan Apple dalam penjualan harus menerima kenyataan

bahwa pangsa pasar globalnya direbut oleh vendor baru seperti Xiaomi.

Berikut pangsa pasar global pada kuartal 1 sampai dengan kuartal 3 tahun

(19)

6

Tabel 1.1

Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q1

2013 and 2014 (unit in millions)

Vendor 2014Q1 Angka Penjualan 2014Q1 Pangsa Pasar 2013Q1 Angka Penjualan 2013Q1 Pangsa Pasar Year-Over-Year Change

Samsung 85.0 30.2 % 69.7 31.9 % 22.0 %

Apple 43.7 15.5 % 37.4 17.1 % 16.8 %

Huawei 13.7 4.9 % 9.3 4.3 % 47.3 %

Lenovo 12.9 4.6 % 7.9 3.6 % 63.3 %

LG 12.3 4.4 % 10.3 4.7 % 19.4 %

Lain-lain 113.9 40.5 % 84.2 38.5 % 35.2 %

Total 281.5 100 % 218.8 100 % 28.6 %

Sumber: IDC.com (2014)

Tabel 1.2

Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q2

2013 and 2014 (unit in millions)

Vendor 2014Q2 Angka Penjualan 2014Q2 Pangsa Pasar 2013Q2 Angka Penjualan 2013Q2 Pangsa Pasar Year-Over-Year Change

Samsung 74.3 25.2 % 77.3 32.2 % -3.9 %

Apple 35.1 11.9 % 31.2 13.0 % 12.4 %

Huawei 20.3 6.9 % 10.4 4.3 % 95.1 %

Lenovo 15.8 5.4 % 11.4 4.7 % 38.7 %

LG 14.5 4.9 % 12.1 5.0 % 19.8 %

Others 135.3 45.8 % 97.5 40.6 % 38.7 %

Total 295.3 100 % 240.0 100 % 23.1 %

Sumber: IDC.com (2014)

(20)

7

Tabel 1.3

Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q3

2013 and 2014 (unit in millions)

Vendor 2014Q3 Angka Penjualan 2014Q3 Pangsa Pasar 2013Q3 Angka Penjualan 2013Q3 Pangsa Pasar Year-Over-Year Change

Samsung 78.1 23.8 % 85.0 32.5 % -8.2 %

Apple 39.3 12.0 % 33.8 12.9 % 16.1 %

Xiaomi 17.3 5.3 % 5.6 2.1 % 211.3 %

Lenovo 16.9 5.2 % 12.3 4.7 % 38.0 %

LG 16.8 5.1 % 12.0 4.6 % 39.8 %

Others 159.2 48.6 % 113.0 43.2 % 40.8 %

Total 327.6 100 % 261.7 100 % 25.2 %

Sumber: IDC.com (2014)

dari tabel diatas, angka pengapalan smartphone Samsung pada kuartal 2 tahun

2014 ke seluruh dunia mengalami penurunan menjadi sebesar 74,3 juta unit

dibandingkan dengan 77,3 juta unit pada kuartal 2 tahun 2014. Ini artinya

pertumbuhan penjualan adalah - 3,9 %. Tidak hanya dibandingkan dengan kuartal

yang sama pada tahun sebelumnya, jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun

2014 sebesar 85 juta unit, jelas kuartal 2 tahun 2014 jelas menjadi sebuah catatan

tersendiri bagi Samsung sebagai salah satu vendor besar dunia untuk ke depannya.

Pada kuartal 3 tahun 2014, penjualan smartphone Samsung berada pada angka

78,1 juta unit. Jika dibandingkan kuartal yang sama tahun 2013 sebesar 85 juta

unit, ini artinya pertumbuhan penjualan adalah - 8,2 %.

Penjualan yang cenderung menurun ini berimbas langsung terhadap pangsa

pasar punia Samsung yang semakin lama semakin berkurang. Kuartal 1 tahun

2014, Samsung mampu mendapatkan pangsa pasar global sebesar 30,2 %;

kemudian berjalan pada kuartal 2 tahun 2014 pangsa pasar Samsung hanya

menjadi 25,2 % atau turun sebesar 4,8 % dari kuartal sebelumnya di tahun yang

(21)

8 pangsa pasar hanya menjadi 23,8 % atau turun sekitar 2 % dibandingkan kuartal 2

tahun 2014.

Jika dilihat secara global, pertumbuhan permintaan akan smartphone sampai

pada kuartal ketiga pada tahun 2014 masing-masing sebesar 28,6 %, 23,1 %,

39,8 %. Hal ini disebabkan oleh semakin bergeliatnya vendor asal China seperti

Huawei dan Xiaomi yang secara signifikan sangat mempengaruhi pasar Samsung

di seluruh dunia. Huawei mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar

95,1 % pada kuartal 2 tahun 2014 dibandingkan kuartal yang sama tahun 2013.

Demikian halnya dengan Xiaomi, vendor asal China ini tampil mengejutkan

dengan mampu menguasai deretan teratas pangsa pasar dunia setelah mampu

mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 211,3 % dibandingkan kuartal 3 tahun

2013.

Sumber: Counterpoint (2014), data diolah penulis

Gambar 1.1

Pangsa Pasar Samsung pada beberapa negara di Asia Tenggara pada Kuartal 2 Tahun 2013 dan 2014

30%

35%

22%

41%

35%

22%

18%

15%

20%

30%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%

Indonesia Malaysia Philipines Thailand Vietnam

Kuartal 2 2013

(22)

9 begitu juga halnya dengan beberapa negara di Asia Tenggara. Pada kuartal 2

tahun 2014, penjualan Samsung mengalami penurunan pangsa pasar yang cukup

signifikan dibandingkan kuartal yang sama tahun 20143. Pangsa pasar Samsung

di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8 %, demikian halnya dengan

Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam yang mengalami penurunan pangsa

pasar masing-masing sebesar 17 %, 7 %, 21 % dan 5 %.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Ekuitas Merek dan Bauran Promosi Terhadap

Keputusan Pembelian SmartphoneMerek Samsung di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“Apakah Ekuitas Merek yang meliputi Kesadaran Merek, Asosiasi Merek,

Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek, dan Bauran Promosi yang meliputi

Periklanan, Hubungan Masyarakat, Penjualan Pribadi, Promosi Penjualan,

Pemasaran Langsung Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis

pengaruh Ekuitas Merek yang meliputi Kesadaran Merek, Asosiasi Merek,

Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek dan Bauran Promosi yang meliputi Periklanan,

(23)

10 Langsung Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung di Kota

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak baik

secara langsung maupun semua pihak yang akan membacanya. Adapun manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini:

1. Bagi Samsung

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa pemikiran,

informasi dan pengetahuan untuk bahan pertimbangan dan evaluasi dari

ekuitas merek dan bauran promosi terhadap keputusan pembelian konsumen

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi peneliti untuk

menerapkan teori-teori dalam literature dari bangku kuliah, khususnya yang

berhubungan dengan ekuitas merek dan bauran promosi untuk melihat

keputusan pembelian konsumen.

3. Bagi Pihak lainnya

Sebagai rujukan yang dapat dijadikan bahan perbandingan bagi peneliti

lainnya dimasa yang akan datang dan diharapkan dapat memperkaya kajian

(24)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Dalam Kotler (2009:258) American Marketing Association mendefenisikan

merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual

atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka

merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek

tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau

nyata-berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga

bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata-berhubungan dengan apa yang

direpresentasikan merek.

Merek lebih sekedar dari nama dan lambang. Merek adalah elemen kunci

dalam hubungan perusahaan dengan konsumen. Merek mempresentasikan

persepsi dan perasaan konsumen atas sebuah produk dan kinerjanya-semua hal

tentang arti produk atau jasa kepada konsumen. Dalam analisis akhir, merek ada

dalam pikiran konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009:263) ekuitas merek adalah nilai tambah

yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara

konsumen berpikir, merasa dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan

(25)

12

2.1.1 Manfaat Ekuitas Merek

Menurut Durianto, dkk dalam Kartono (2007:14) ekuitas merek disamping

memberi nilai bagi konsumen, ekuitas merek juga memberikan nilai bagi

perusahaan dalam bentuk :

a. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam

memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi

yang dilakukan akan lebih efektif jika merek dikenal. Ekuitas merek yang kuat

dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.

b. Kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan aset-aset merek

lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa memberi alasan untuk

membeli dan mempengaruhi kepuasan penggunaan.

c. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin

yang lebih tinggi dengan menerapkan harga premium (premium price) dan

mengurang ketergantungan pada promosi. Sehingga dapat diperoleh laba yang

lebih tinggi.

d. Ekuitas merek yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan

dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis

baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk memasuki tanpa

merek yang memiliki ekuitas merek tersebut.

e. Ekuitas merek yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu

menciptakan loyalitas distribusi. Produk dengan ekuitas merek yang kuat akan

dicari oleh pedagang, karena mereka yakin bahwa produk dengan merek

(26)

13 f. Aset-aset ekuitas merek memberikan keuntungan kompetitif yang seringkali

menghadirkan rintangan nyata terhadap para kompetitor.

2.1.2 Variabel-Variabel Ekuitas Merek

2.1.2.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Aaker dalam Handayani, dkk (2010:62) mendefinisikan kesadaran merek

adalah kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat

bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu.

Menurut Aaker dalam Humdiana (2005:45), kesadaran merek adalah

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Menurut Durianto, dkk dalam Kartono (2007:15), kesadaran merek

merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat

kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Berikut adalah piramida tingkatan brand awareness.

Sumber: Aaker dalam Kartono (2007)

Gambar 2.1

Piramida Kesadaran Merek Top

of Mind Brand Recall

Brand Recognition

(27)

14 Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi

adalah sebagai berikut :

1. Unaware Of Brand (Tidak Menyadari Merek)

Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana

konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2. Brand Recognition (Pengenalan Merek)

Adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek

muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided

recall).

3. Brand Recall (Pengingatan Kembali Terhadap Merek)

Adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall)

karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak dibantu untuk

memunculkan merek tersebut.

4. Top Of Mind (Puncak Pikiran)

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama

kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut

merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak

konsumen.

Kesadaran merek akan sangat berpengaruh terhadap ekuitas suatu merek.

Kesadaran merek akan mempengaruhi persepsi dan tingkah laku seorang

konsumen. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek

(28)

15 Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan

mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan empat nilai melalui empat

cara, yaitu:

1. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi

Suatu merek yang kesadarannya tinggi di benak konsumen akan membantu

asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek

tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, maka asosiasi yang

diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek.

2. Familier/ Rasa suka

Jika kesadaran atas merek sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan

merek tersebut, dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang sangat tinggi

terhadap merek tersebut.

3. Substansi/ Komitmen

Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang

sangat penting bagi perusahaan. Jadi jika kesadaran merek atas merek tinggi,

kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan

kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

diiklankan secara luas, eksistensi yang sudah teruji waktu, jangkauan

distribusi yang luas, dan merek tersebut dikelola dengan baik.

4. Mempertimbangkan Merek

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi

(29)

16 diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan tof of mind yang

tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak

tersimpan dalam ingatan. Merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam

benak konsumen.

2.1.2.2 Asosiasi Merek (Brand Association)

Aaker dalam Handayani, dkk (2010:76) mendefinisikan brand association

sebagai segala sesuatu yang terhubung di memori pelanggan terhadap suatu

merek.

Durianto, dkk dalam Kartono (2007:69) asosiasi merek merupakan segala

kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai

suatu merek. Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand

image-nya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas

pada merek tersebut. Dalam prakteknya didapati banyak sekali kemungkinan

asosiasi dan varian dari asosiasi merek yang dapat memberikan nilai bagi suatu

merek, dipandang dari sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna.

Menurut Humdiana (2005:47), asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis

namun juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih

kuat jika dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya, juga akan

lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan

lain. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam bentuk

(30)

17 Menurut Aaker dalam Humdiana (2005:48) mengemukakan adanya sebelas

tipe asosiasi, yaitu :

1. Atribut Produk (Product Attributes)

Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning

adalah mengasosiasikan suatu objek dengan salah satu atau beberapa atribut

atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga

asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian

suatu produk.

2. Atribut Tak Berwujud (Intangibles Attributes)

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi

kualitas, kemajuan teknologi, inovasi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan

serangkaian atribut yang objektif.

3. Manfaat bagi Pelanggan (Customers Benefits)

Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi

konsumen. Terdapat dua manfaat bagi konsumen, yaitu: (a) manfaat rasional

(rational benefit), adalah manfaat yang berkaitan erat dengan suatu atribut

produk dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan

keputusan yang rasional; (b) manfaat psikologis (psychological benefit),

seringkali merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses pembentukan sikap,

berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau

(31)

18 4. Harga Relatif (Relative Price)

Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali

dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat

harga.

5. Penggunaan (Application)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu

penggunaan atau aplikasi tertentu.

6. Pengguna/ Konsumen (User/ Customer)

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah

tipe pengguna atau konsumen dari produk tersebut.

7. Orang Terkenal/ Khalayak (Celebrity/ Person)

Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer

asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.

8. Gaya Hidup/ Kepribadian (Lifestyle/ Personality)

Sebuah merek bisa diilhami oleh para konsumen merek tersebut dengan aneka

kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas Produk (Product Class)

Beberapa merek perlu membuat keputusan positioning yang menentukan dan

melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.

10.Para Pesaing (Competitors)

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli

(32)

19 11.Negara/ Wilayah Geografis (Country/ Geographic Area)

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan

yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

Humdiana (2005:47) menyebutkan adanya lima fungsi asosiasi merek, meliputi:

1. Membantu memproses/ menyusun informasi

Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi bagi pelanggan dan bisa

mempengaruhi peringatan kembali atas informasi tersebut, terutama pada saat

mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi

mengenai fakta-fakta.

2. Membedakan/ memposisikan merek

Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk

membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain.

Asosiasi–asosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting

jika sebuah merek sudah dalam posisi yang mapan (dalam kaitannya dengan

kompetitor). Untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertentu, para

kompetitor akan mendapat kesulitan untuk menyerang.

3. Memberikan landasan bagi perluasan

Suatu asosiasi bisa menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan

menciptakan rasa kesesuaian antara merek dengan produk baru/ dengan

menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut.

4. Menciptakan sikap/ perasaan positif

Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang akhirnya

(33)

20 menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan

mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.

5. Membangkitkan alasan untuk membeli

Asosiasi merek membutuhkan berbagai atribut produk/ manfaat pelanggan

yang bisa menyadarkan suatu alasan spesifik untuk membeli dan

menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan landasan dari

keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa asosiasi juga

mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan kredibilitas dan

rasa percaya diri atas merek tersebut.

2.1.2.3 Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Aaker dalam Handayani, dkk (2010:84) mendefinisikan perceived quality

sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau

jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan

alternatif-alternatif lain.

Aaker mengukur persepsi kualitas dengan teknik kuantitatif dengan

memberikan pertanyaan - pertanyaan seputar kualitas produk dan jasa.

1. Kualitas produk

a. Performance (Seberapa baik suatu produk melakukan fungsinya)

b. Features (Karakteristik produk)

c. Conformance with specifications (Kesesuaian dengan spesifikasi)

d. Reliability (Keterandalan)

e. Serviceability (Pelayanan)

(34)

21 2. Kualitas jasa

a. Reliability (Keterandalan)

b. Responsiveness (Ketanggapan)

c. Assurance (Jaminan)

d. Emphaty (Empati)

e. Tangibles (Bentuk fisik)

Sedemikian pentingnya peran persepsi kualitas bagi suatu merek sehingga

upaya membangun persepsi kualitas yang kuat harus dapat merebut dan

menaklukkan pasar di setiap kategori produk. Membangun persepsi kualitas harus

diikuti peningkatan kualitas nyata dari produknya karena akan sia-sia meyakinkan

pelanggan bahwa kualitas merek produknya adalah tinggi bilamana kenyataan

menunjukkan kebalikannya. Hal ini karena pelanggan yang pada tahap awal

memutuskan untuk membeli produk karena persepsi kualitasnya, pada gilirannya

akan sampai pada tahap evaluasi yang menghantarkan pada rasa puas atau tidak.

2.1.2.4 Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Menurut Rangkuti (2008:60) loyalitas merek merupakan satu ukuran dari

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari

ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Lima

tingkatan loyalitas merek, yaitu:

1. Switcher/ Price Buyer merupakan tingkatan loyalitas yang paling

dasar.Pembeli tidak loyal sama sekali terhadap suatu merek. Bagi pembeli

(35)

22 peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Apapun yang diobral atau

menawarkan kenyamanan akan lebih disukai.

2. Habitual buyer adalah pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya

tidak mengalami ketidakpuasan, dan membeli merek produk tertentu karena

kebiasaan. Untuk pembeli seperti ini, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan

yang cukup untuk menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan

tersebut membutuhkan usaha, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk

memperhitungkan berbagai alternatif.

3. Satisfied buyer adalah orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya

peralihan (switching cost), yaitu biaya dalam waktu, uang, atau resiko kinerja

sehubungan dengan tindakan beralih merek. Mungkin mereka melakukan

investasi dalam mempelajari suatu sistem yang berkaitan dengan suatu merek.

Untuk menarik minat para pembeli yang termasuk dalam golongan ini, para

kompetitor perlu mengawasi biaya peralihan dengan menawarkan bujukan

untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup besar sebagai

kompensasi.

4. Liking the brand adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai

merek-merek tersebut. Preferensi merek-mereka mungkin dilandasi pada suatu asosiasi,

seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan produk, atau

perceived quality yang tinggi dan mereka menganggap merek sebagai sahabat.

5. Committed buyer adalah pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu

(36)

23 Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun

sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya

mereka mendorong mereka merekomendasikan merek tersebut kepada orang

lain.

[image:36.595.179.407.222.445.2]

Sumber: Aaker dalam Kartono (2007)

Gambar 2.2

Piramida Loyalitas Merek 2.2 Bauran Promosi (Promotion Mix)

Menurut Kotler dan Amstrong (2008: 116) “bauran promosi merupakan

paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan

personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk

mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan

pelanggan”. Definisi lima sarana promosi utama (Kotler dan Amstrong, 2008:

117) adalah sebagai berikut:

1. Periklanan (Advertising): Semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan

promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu. Comitted

Buyer

Liking the Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

(37)

24 2. Hubungan Masyarakat (Public Relation): Membangun hubungan baik dengan

berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan,

membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menanggapi

rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.

3. Promosi Penjualan (Sales Promotion): Insentif jangka pendek untuk

mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

4. Penjualan Personal (Personal Selling): Presentasi pribadi oleh wiraniaga

perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan membangun hubungan

pelanggan.

5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing): Hubungan langsung dengan

konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh

respons segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng.

Bauran promosi ini digunakan untuk mengkomunikasikan kegiatan

perusahaan kepada konsumen. Komunikasi yang efektif akan mengubah tingkah

laku konsumen dan akan memperkuat tingkah laku yang telah diubah sebelumnya.

2.2.1 Sifat Masing-Masing Variabel

Masing-masing sarana promosi mempunyai karakteristik dan biaya yang

khas. Pemasar harus memahami karakteristik dalam membentuk bauran promosi.

Sifat masing-masing sarana promosi menurut Kotler dan Amstrong (2008:135)

tersebut sebagai berikut:

1. Periklanan

Iklan bisa menjangkau massa pembeli yang tersebar secara geografis pada

(38)

25 pesan berkali-kali. Selain jangkauan, iklan berskala besar memaparkan sesuatu

yang positif tentang ukuran, popularitas, dan keberhasilan penjual. Karena

sifat umum iklan, konsumen cenderung memandang produk yang diiklankan

lebih terjamin.

2. Penjualan Pribadi

Penjualan pribadi melibatkan interaksi pribadi antara dua orang atau lebih,

sehingga masing-masing orang dapat mengetahui kebutuhan dan karakteristik

orang lain serta membuat penilaian yang cepat. Wiraniaga yang efektif

memperhatikan minat di hati pelanggan untuk membangun hubungan jangka

panjang dengan menyelesaikan masalah pelanggan.

3. Promosi Penjualan

Pengaruh promosi penjualan biasanya berumur pendek, dan sering tidak

seefektif iklan atau penjualan personal dalam membangun preferensi merek

jangka panjang dan hubungan pelanggan.

4. Hubungan Masyarakat

Hubungan masyarakat sangat terpercaya (berita, fitur, program sponsor, dan

acara) tampak lebih nyata dan terpercaya bagi pemirsa daripada iklan.

Kampanye hubungan masyarakat yang dikemas baik dan digunakan bersama

elemen bauran promosi lainnya bisa sangat efektif dan ekonomis.

5. Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung bersifat nonpublik: Pesan biasanya diarahkan kepada

orang tertentu. Pemasaran langsung bersifat segera dan disesuaikan: Pesan

(39)

26 konsumen tertentu. Pemasaran langsung bersifat interaktif: Pemasaran

langsung memungkinkan dialog antara tim pemasaran dan konsumen, dan

pesan dapat diubah bergantung pada respon konsumen.

2.2.2 Variabel-Variabel Bauran Promosi

Melakukan kegiatan promosi terdapat beberapa vaariabel yang terkandung

didalamnya, dan variabel-variabel tersebut harus dikombinasikan sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Menurut Kotler (2008:116) bauran

promosi terdiri dari lima, yaitu:

2.2.2.1 Periklanan

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:150), periklanan adalah semua bentuk

penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara nonpribadi oleh suatu sponsor

tertentu yang memerlukan pembayaran. Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa periklanan adalah bentuk komunikasi bukan pribadi/

non-individu dan promosi jasa atau barang dengan sejumlah biaya melalui berbagai

media yang dilakukan oleh perusahaan yang disusun dengan sedemikian rupa,

sehingga menimbulkan rasa menyenangkan dan mendorong seseorang untuk

melakukan pembelian. Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi tertentu yang

dicapai dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode waktu tertentu.

a. Tujuan Periklanan

Langkah pertama adalah menetapkan tujuan periklanan. Tujuan-tujuan ini

harus didasarkan kepada keputusan masa lalu tentang pasar sasaran,

(40)

27 dilaksanakan iklan dalam program pemasaran total. Keseluruhan tujuan

periklanan adalah membantu membangun hubungan pelanggan dengan

mengkomunikasikan nilai pelanggan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:151) tujuan periklanan (advertising

objective) “adalah tugas komunikasi tertentu yang dicapai dengan pemirsa

sasaran tertentu selama periode waktu tertentu”.

b. Menciptakan Pesan Iklan

Iklan hanya bisa berhasil jika menarik perhatian dan berkomunikasi dengan

baik. Pesan iklan yang baik sangat penting dalam lingkungan periklanan yang

mahal dan bercampur aduk saat ini. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:155)

sebuah iklan dapat menarik perhatian dengan cara sebagai berikut:

1. Mendobrak kerumunan. Kini banyak pemasar berlangganan penggabungan

iklan dan hiburan yang baru, disebut “Madison & Vine”. Madison &

Vinea dalah istilah yang mempresentasikan penggabungan iklan dan

hiburan dalam usaha mendobrak kerumunan dan menciptakan arena baru

untuk menjangkau konsumen dengan pesan yang lebih akrab.

2. Strategi pesan. Pernyataan strategi pesan cenderung menjadi kerangka

manfaat dan titik positioning yang datar dan langsung ingin ditekankan

pengiklan. Selanjutnya pengiklan harus mengembangkan konsep kreatif

yang meyakinkan, atau “ide besar“ yang akan menghidupkan strategi

pesan dalam cara yang berbeda dan mudah diingat.

3. Pelaksanaan pesan. Pengiklan harus mengubah ide besar menjadi eksekusi

(41)

28 kreatif harus menemukan pendekatan, gaya, nada, kata-kata dan format

terbaik untuk mengeksekusi pesan. Semua pesan dapat ditampilkan dalam

gaya eksekusi yang berbeda.

2.2.2.2 Hubungan Masyarakat

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:168) hubungan masyarakat adalah

membangun hubungan baik dengan berbagai masyarakat/ perusahaan untuk

memperoleh publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik,

dan menangani atau menghadapi rumor, cerita, dan kejadian yang tidak

menyenangkan.

Upaya humas ditujukan pada sejumlah pihak termasuk para pegawai,

pemasok, pemegang saham, pemerintah, publik, kelompok, tenaga kerja,

kelompok LSM, dan konsumen. Dalam rangka menciptakan dan mempertahankan

citra perusahaan dan produk yang positif, hubungan masyarakat atau public

relation menjalankan sejumlah fungsi utama (Kotler dan Armstrong, 2008:169)

a. Hubungan pers (Press relation), menyajikan berita dan informasi mengenai

organisasi sepositif mungkin.

b. Publikasi produk (Product publicity), hal ini dilakukan dengan mensponsori

berbagai acara sebagai usaha untuk mempublikasikan produk.

c. Komunikasi perusahaan (Corporate communication), mengupayakan

pemahaman mengenai organisasi melalui komunikasi internal dan eksternal.

d. Lobi (Lobbying), berhubungan dengan badan pembuat undangan-undangan

dan pejabat pemerintah untuk mendukung atau menentang undang-undang dan

(42)

29 e. Pemberian nasehat (Counselling), menasehati manajemen mengenal masalah

publik dan posisi serta citra perusahaan. Pemberian nasehat ini termasuk juga

pada saat terjadi kesalahpahaman produk dan kekurangpercayaan masyarakat

terhadap produk perusahaan.

2.2.2.3 Penjualan Pribadi

Kotler dan Amstrong (2008:182) penjualan pribadi adalah presentasi pribadi

oleh wiraniaga perusahaan dengan tujuan melakukan penjualan dan membangun

hubungan pelanggan.

Personal selling merupakan alat yang paling efektif dalam segi biaya pada

tahap lebih lanjut dalam proses pembelian, terutama dalam membangun

preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.

Berikut adalah langkah-langkah dalam proses penjualan menurut Kotler dan

Amstrong (2008:200):

a. Memilih dan menilai prospek. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga mengidentifikasi pelanggan potensial yang berkualitas.

b. Prapendekatan. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga belajar

sebanyak mungkin tentang pelanggan prospektif sebelum melakukan

kunjungan penjualan.

c. Pendekatan. Langkah dalam proses penjualan dimana wiraniaga bertemu

dengan pelanggan untuk pertama kalinya.

d. Presentasi dan demonstrasi. Langkah dalam proses penjualan dimana

wiraniaga menceritakan “kisah produk” kepada pembeli, menekankan manfaat

(43)

30

2.2.2.4 Promosi Penjualan

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:204) promosi penjualan merupakan

insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau

jasa. Promosi penjualan meliputi pilihan sarana yang luas (kupon, kontes,

potongan harga, premi, dan lainnya) semuanya mempunyai banyak kualitas unik.

Semua sarana ini menarik perhatian konsumen, menawarkan insensif, dan bisa

digunakan untuk mendramatisasi penawaran produk serta meningkatkan penjualan

yang lesu. Namun demikian, pengaruh promosi penjualan biasanya berumur

pendek, dan sering tidak seefektif iklan atau penjualan pribadi dalam membangun

preferensi merek jangka panjang dan hubungan pelanggan. Tujuan promosi

penjualan sangat beragam. Penjual bisa menggunakan promosi penjualan untuk

mendorong pembelian pelanggan jangka pendek atau meningkatkan hubungan

pelanggan jangka panjang.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:205) tujuan promosi penjualan adalah

sebagai berikut:

a. Mendorong pengecer menjual barang baru dan menyediakan lebih banyak

persediaan, membeli lebih awal, atau mengiklankan produk perusahaan dan

memberikan ruang rak yang lebih banyak.

b. Untuk tenaga penjual, tujuan promosi penjualan yaitu mendapatkan lebih

banyak dukungan tenaga penjualan bagi produk lama/ baru atau mendorong

(44)

31 Secara umum, daripada hanya menciptakan penjualan jangka pendek atau

penukaran merek sementara, promosi penjualan harus memperkuat posisi produk

dan membangun hubungan pelanggan jangka panjang.

2.2.2.5 Pemasaran Langsung

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:221) pemasaran langsung merupakan

hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara hati-hati

untuk meraih respon segera dan mencapai hubungan pelanggan yang abadi.

Pemasar berkomunikasi langsung dengan pelanggan, baik satu per satu dan

berbasis interaktif. Di samping pembangunan merek dan hubungan pelanggan,

pemasar langsung biasanya mencari respon konsumen yang langsung, segera dan

terukur.

a. Manfaat Pemasaran Langsung

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:222), berikut penjelasan tentang manfaat

pemasaran langsung:

1. Manfaat bagi Pembeli

Bagi pembeli, pemasaran langsung bersifat menyenangkan, mudah dan

pribadi. Pemasaran langsung bersifat interaktif dan segera, pembeli dapat

berinteraksi dengan penjual melalui telepon atau di situs penjual untuk

menciptakan konfigurasi informasi yang tepat, produk, atau jasa yang mereka

(45)

32 2. Manfaat bagi Penjual

Bagi penjual, pemasaran langsung adalah alat yang kuat untuk membangun

hubungan pelanggan. Pemasaran langsung memberikan akses kepada penjual

untuk meraih pembeli yang tidak dapat mereka jangkau melalui saluran lain.

b. Bentuk Pemasaran Langsung

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:226), bentuk pemasaran langsung

diantaranya:

1. Pemasaran pengeposan Langsung

Pemasaran langsung dengan mengirimkan penawaran, pengumuman,

pengingat, atau barang lain kepada seseorang di alamat tertentu.

2. Pemasaran Televisi Renspon Langsung

Pemasaran langsung melalui televisi, termasuk iklan televisi respon langsung

(info komersial) dan saluran belanja rumah.

2.3 Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Setiadi (2010:332) keputusan pembelian adalah proses

pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua

atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

2.3.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:179), bahwa proses keputusan

pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

(46)

33 Konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang

dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering

[image:46.595.131.513.227.280.2]

menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap ini.

Gambar Proses Keputusan Pembelian.

Sumber: Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip pemasaran (2008)

Gambar 2.3

Tahapan Keputusan Pembelian Konsumen 1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition),

pembeli menyadari suatu masalah dari kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu

oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang timbul

pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan ini

juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal.

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi merupakan suatu tahap dimana konsumen telah tertarik

untuk mencari lebih banyak informasi. Seberapa jauh orang tersebut mencari

informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya

informasi yang dimiliki, kemudah

Gambar

Tabel 1.3 Top Five Smartphone Vendors, Worldwide shipments and market share, Q3
Gambar 1.1     Pangsa Pasar Samsung pada beberapa negara di Asia Tenggara pada
Gambar 2.1 Piramida Kesadaran Merek
Gambar 2.2 Piramida Loyalitas Merek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suatu analisa yang menggunakan lebih dari satu kasus yang dapat dilakukan secara statistik maupun secara kualitatif, akan tetapi tidak semua analisa statistik dan analisa

[r]

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional ( Instructional Leadership ) Kepala Sekolah dan Komitmen Guru terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru………... Skala Nilai dan Persentase

Pola asuh otoriter dapat mengarahkan siswa pada perilaku bullying , ini dibuktikan dengan beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan Bowers dkk (Krahe, 2005)

Salah satu upaya atas pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dimaksud, antara lain dengan implementasi layanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Untuk melihat rekap Sekolah Belum Lengkap Pilih Provinsi, Kabupaten/Kota, Status Sekolah dan Jenis Sekolah sebagai Filter kemudian Pilih Kolom yang akan di cek kelengkapan

Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan yang

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa praktik pengelolaan keuangan desa yang dimulai dari prosedur perencaanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,