STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)
Oleh:
Nurlaelatul Afifah 107046302333
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)
Oleh:
Nurlaelatul Afifah 107046302333
Di Bawah Bimbingan
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 23 Juni 2011 Dekan,
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 197107011998032002
Sekretaris : Mu’min Roup, MA
NIP. 150 281 979
Pembimbing I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP.196912161996031001
Penguji I : Dr. H.A. Mukti Aji, M.A NIP. 195703121985031003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M
ABSTRAK
NURLAELATUL AFIFAH. NIM 107046302333. Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen ZISWAF,Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H / 2011 M. Isi: xiii + 84 halaman + 8 lampiran, 25 literatur (1992-2011).
Penelitian ini untuk menganalisis strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yang bertujuan untuk mengetahui model-medel fundraising yang digunakan Rumah Zakat dalam hal penggalangan dana untuk program-program Rumah Zakat, khususnya dalam bidang ekonomi, serta melihat peningkatan jumlah dana serta layanan program senyum mandiri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data melalui wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan dan profile Rumah Zakat. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Rumah Zakat dalam menghimpun atau menggalang dana dari donatur menggunakan strategi fundraising yang efektif, dengan menggunakan dua model strategi fundraising serta kemudahan untuk muzakki. Terbukti bahwa fundraising yang digunakan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah dana serta jumlah penerima manfaat dari program ini. Jumlah penerima manfaat dari program pemberdayaan ekonomi dalam bidang KUKMI 8.374 warga binaan, sarana usaha mandiri 361 sarana usaha, siaga bencana 113.814 orang, dan water well 137 water well.
Kata Kunci: Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat, Model Strategi Yang digunakan serta Pengaruhnya terhadap program pemberdayaan ekonomi.
Pembimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur serta rangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan
pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah yang maha kuasa, berkat kehendak dan
kuasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam
setiap aktivitas kehidupan.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar SI Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy). Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis juga mengharapkan segala bentuk masukan berupa kritik atau
saran-saran yang bersifat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini, mengingat
kemampuan penulis yang masih terbatas dan terdapat banyak kekurangan-kakurangan
dalam penyusunan skripsi ini.
Disadari pula bahwa dalam penulisan skripsi ini serat dengan dialektika yang
tidak mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan
kenyataan yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini.
Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses
dilakukan dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang
kepada Allah SWT dan mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa
yang diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya
bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA,. MM., selaku dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M. Ag., ketua Jurusan Muamalat Program Study Manajemen
Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Mu’min Rouf, S.Ag., M.A., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Study
Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Asep Saepudin jahar, MA., dosen pembimbing yang tidak kenal lelah
meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada
penulis pada penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Edisman Adiguna, Ibu Niken, bapak Ade dan bapak Jamal pihak
Rumah Zakat yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses
penyusunan skripsi ini.
6. Ayahanda tercinta Moh. Nasik Murdamuri dan Ibunda Yumaini tercinta yang
telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun
materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga
7. Kakak-kakaku dan adik-adikku tersayang terima kasih banyak atas dukungan
dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.
8. Sahabat kosanku Tia, Maryam, Key, Desi serta sahabat INVOL Monong,
Syaeful, Syahiru, Reza, Riyan, Desi Adami dan Nisa yang selalu mendukung
serta motivasi di sela-sela kesibukannya membantu dhuafa.
9. Teman-Teman ZISWAF angkatan 2007 Sifa, Faiz, Marni, Dyah, Ucriet, Tea,
Put3, Icha, Nova, Sela dan teman-teman laki-laki yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta,
Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak,
semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.Amin Ya Robbal
Alamin….
Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
LEMBAR PENYATAAN... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 9
C. Perumusan Masalah ... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
E. Kerangka Teori dan Konseptual ... 11
F. Review Studi Terdahulu... 13
G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Strategi ... 21
1. Pengertian Strategi ... 21
2. Tahapan Strategi... 23
B. Konsep Fundraising ... 25
1. Pengertian Fundraising... 25
2. Dasar Hukum Fundraising ... 27
3. Ruang Lingkup dan Tujuan Fundraising... 30
4. Metode serta Misi dan Motivasi Fundraising... 34
C. Konsep Pemberdayaan ... 37
1. Pengertian Pemberdayaan ... 37
2. Tujuan Pemberdayaan... 40
3. Pola-Pola Pemberdayaan... 41
4. Tahap-Tahap Pemberdayaan... 43
5. Indikator Pemberdayaan... 45
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah Berdiri Rumah Zakat... 47
B. Legal Formal Rumah Zakat ... 55
C. Visi dan Misi Rumah Zakat ... 57
D. Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat ... 58
[image:10.598.133.526.81.555.2]BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT
A. Model strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (Senyum
Mandiri) di Rumah Zakat... 68
B. Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi
(Sunyum Mandiri)... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008... 2
Gambar: 4.1 Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi ... 78
Gambar: 4.2 Mustahik Menuju Mandiri 2010 ... 79
DAFTAR LAMPIRAN
Penyaluran Program Rumah Zakat. ... 85
Penerima Manfaat Rumah Zakat Berdasarkan Jenis Kelamin... 86
Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2006-2009 ... 87
Foto Program Rumah Zakat. ... 88
Pertanyaan wawancara ... 89
Surat Penelitian/Wawancara Ke Rumah Zakat. ... 92
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 93
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang
mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak
menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana
potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat.1
Jumlah pengumpulan zakat Indonesia masih minim jika dibanding dengan
potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi kemudian bisa digunakan
untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang tidak
mampu. Sejak tahun 2006 hingga sekarang angka pengumpulan zakat cenderung
naik walaupun masih jauh dari potensi zakat nasional. Pada 2006 pengumpulan
zakat secara nasional mencapai Rp300 miliar, tahun 2007 meningkat mencapai
Rp700 miliar dan pada 2008 naik menjadi 900 miliar. Grafiknya menunjukkan
kenaikkan, namun tetap saja tidak sebanding dengan potensi zakat yang mencapai
Rp19 triliun per tahun.2
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h. 20
2
Dalam satu dekade terakhir ini, penghimpunan dana zakat cenderung
meningkat dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam table di bawah ini. Dari
data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ),
terlihat tren positif dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi
pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Deskripsi tersebut terlihat dalam Asumsi
Potensi Penghimpunan Dana Zakat 2010. Penulisan asumsi potensi
penghimpunan dana zakat 2010 ini didasarkan pada data urutan waktu (time
series) dari dana zakat yang terhimpun melalui lembaga dari tahun 2001 hingga
[image:15.598.127.517.245.547.2]2008.
Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008
Sumber: analisa IMZ dari berbagai sumber
Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah
penghimpunan zakat dalam OPZ. Persentase tertinggi kenaikan penghimpunan
terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut,
penghimpunan OPZ mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total
miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan
terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi
persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total
penghimpunan tahun 2006 sebesar 413,92 miliar rupiah menjadi 444,07 miliar
rupiah.
Sulit menjelaskan fluktuasi perubahan persentase dari total
penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh OPZ. Dalam asumsi umum,
banyak yang mengaitkan total penghimpunan ini dengan kreatifitas aktifitas
fundraising maupun agenda program pemberdayaan dari OPZ yang ada.
Sebagaimana pandangan umum bahwa progresifitas penghimpunan OPZ
dipengaruhi oleh strategi kegiatanfundraising yang dilakukan, seperti sosialisasi
cara-cara berzakat ataupun berderma melalui OPZ. Namun demikian juga,
jumlah penghimpunan OPZ juga dipengaruhi oleh publikasi program
pemberdayaan OPZ yang menarik simpati publik untuk berderma. Namun,
asumsi ini masih belum bisa diyakini mengingat belum ada satupun kajian yang
membaca korelasi antara total penghimpunan dana dengan strategi program
fundraisingataupun program pemberdayaan OPZ.3
Sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba, khususnya lembaga-lembaga
zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan menggalang dana (fundraising)
dengan jumlah yang dihimpun. Aktivitas lembaga nirlaba sangat dipengaruhi
3
oleh kemampuan menghimpun dana sebagai modal untuk melakukan kegiatan
program dan biaya operasional lembaga. Maju mundurnya setiap organisasi
nirlaba juga ditentukan oleh jumlah dana yang dihimpun untuk melaksanakan
setiap programnya. Kegiatan program pemberdayaan yang dilakukan oleh
lembaga zakat sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan minat masyarakat
untuk menyampaikan dana amalnya, yang akhirnya sangat membantu dalam
melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara luas.
Di tengah semarak tumbuhnya lembaga zakat yang mendedikasikan
dirinya untuk tidak berorientasi keuntungan, kemampuan menggali dana
masayarakat telah menjadi andalan penting. Berbagai cara untuk menghimpun
dana dari masyarakat dilakukan untuk menggerakkan kegiatan organisasi dan
juga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berbagai kreasi strategi
penghimpunana dana dilakuan untuk mencapai target capaian dana yang harus
terkumpul. Lahirlah strategi fundraising sebagai cara atau upaya untuk menarik
simpati masyarakat sehingga dana dapat terkumpul dan kegiatan program
berjalan dengan baik.
Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya
dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun
pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan
Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,
organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga
menimbulkan kesadaran dan kepedulian.
Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan
lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi
hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjaga
kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan
sumberdaya yang berkelanjutan yang harus di capai. Serta keberlangsungan
hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk dapat berlanjut dan
beraktivitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi
tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konstituen
tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhkan pendukung dalam jangka
panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan5
Laporan IZDR mencatat, sejak awal tahun 1990 Lembaga Pengelola
Zakat (LPZ) merintis dan mengembangkan pengelolaan zakat secara profesional
dan amanah. Seperti layaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan
strategi-strategi modern dan inovatif untuk menggalang zakat, direct mail, media
campaign, membership, special event, internet fundraising dan strategi modern
lainnya dalam menggalang dana Zakat. Mereka juga melakukan beragam upaya
untuk menjaga kepercayaan donatur dengan menjalin komunikasi dan mengirim
5
laporan pertanggungjawaban secara rutin dan kontinyu. Tidak heran jika
sejumlah lembaga amil zakat nasional memiliki donatur dalam jumlah besar dan
sukses menghimpun Rp 50M – Rp100M pertahun. Berbagai terobosan yang dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisa dibilang sebagai langkah yang
reformatif dalam pengelolaan dana ZIS. Lembaga pengelola Zakat berhasil
mentransformasikan pengelolaan zakat dari berbasis individual-tradisional ke
berbasis kolektif-profesional, serta merubah paradigma pendayagunaannya dari
ranah amal sosial–keagamaan ke ranah pemberdayaan-pengembangan ekonomi.
Ini artinya, kian besar peluang mengkoordinasikan zakat dengan
program-program pengentasan kemiskinan.6
Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana
awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan
kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk
membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO (Non Government
Organization) biasa di sebut dengan fundraising.7
Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang lainnya. Dengan
misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat
kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial
keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai
6
http://myzone.okezone.com/content/read/2009/12/24/38/, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.
organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung
positioning baru; yakniSharing Confidence.
Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat
adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat
global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan
ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam
memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan
tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut,
identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini
mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi
kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.8
Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen
untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya
menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan
dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah
mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang
progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati
8
menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam
menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.9
Salah satu program yang ada pada rumah zakat adalah program
pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) yang terfokus dalam hal mendukung
terpenuhinya di bidangcomunity development yakni peningkatan kehidupan yang
layak. Untuk mencapai kehidupan yang layak itulah rumah zakat berupaya untuk
mencanangkan berbagai program pemberdayaan seperti: kelompok usaha kecil
mandiri, empowering center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill
dan pemberdayaan potensi lokal dan budidaya agro. Dari sini kita dapat melihat
betapa banyaknya program senyum mandiri Rumah Zakat, dalam hal ini untuk
mempertahankan dan mengembangkan program-program senyum mandiri
Rumah Zakat memerlukan dana yang banyak agar tetap terlaksana.
Dengan sekian banyaknya program khususnya pada pemberdayaan
ekonomi (senyum mandiri), Rumah Zakat harus selalu aktif dan kreatif dalam
melakukan fundraising, Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola
wakaf ataupun zakat akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan
bahwa aktivitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah
fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena
pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada
menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan
melemah.
Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus
memiliki strategi fundraising yang tepat khususnya pada program pemberdayaan
ekonomi (senyum mandiri) yang merupakan solusi dalam hal membantu Rumah
Zakat dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk
menyusun skripsi ini dengan judul”STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH
ZAKAT”
B. Pembatasan Masalah
Berbicara mengenai strategi fundraising perlu pembahasan yang cukup
luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis hanya
memfokuskan pada pembahasan strategi fundraising program pemberdayaan
ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk
mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana motode strategi fundraising yang digunakan Rumah Zakat untuk
2 Bagaimana pengaruh strategi fundraising terhadap program pemberdayaan
ekonomi (senyum mandiri)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Mengetahui dan menjelaskan strategi fundraising apa yang dilakukan
oleh Rumah Zakat pada program pemberdayaan ekonomi (Senyum
Mandiri).
b. Untuk memahami dengan lebih baik tentang strategi fundraising secara
teoritis maupun empiris.
c. Untuk mengetahui dampak dari strategi fundraising terhadap program
senyum mandiri.
2. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Praktisi
Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada praktisi
dalam melakukan strategi fundraising yang baik, sehingga mampu
b. Bagi Akademisi
Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan
informasi yang berharga mengenai strategi fundraising pada program
pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).
c. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang
bermanfaat dalam bidang ekonomi syariah khususnya mengenai strategi
fundraising.
Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat
memperkaya wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan
khususnya memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang
diteliti serta memperoleh pengetahuan mengenai strategi fundraising pada
program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri).
E. Kerangka teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori
Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada hakekatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan
saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya.10
Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang
suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu
organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan
sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.11
Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu,
organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses
mempengaruhi masyarakat atau juga proses mempengaruhi masyarakat baik
perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana kepada sebuah organisasi,
suatu kegiatan penggalangan dana bagi program tertentu.12
Jadi secara singkatnya strategi fundraising adalah perencanaan suatu
kegiatan penggalangan dana dari individu maupun organisasi untuk mencapai
tujuan.
Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata”daya” yang mendapat
awlan ber- yang menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai
daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan.
Pemberdayaan artinya membuata sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
10
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32
11
David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995). h. 3
kekuatan, pemberdayaan dalam bahasa indonesia merupakan terjemahan dari
Empowerment dalam bahasa inggris.13
Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kekuasaan
orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. (life.1995).
2. Kerangka Konsep
Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi fundraising
program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yaitu
untuk melihat bagaimana proses pengelolaan motode strategi fundraising
dengan menerapkan strategi-strategi yang baik dan efektif untuk dapat
menarik minat masyarakat/ donatur pada program pemberdayaan ekonomi
(senyum mandiri) di Rumah Zakat, serta melihat bagaimana perkembangan
jumlah penerima manfaat pada program ini.
F. Review Studi Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan
kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan kajian pustaka
yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi
ini, anrata lain sebagai berikut:
13
No Nama Skripsi Isi Perbedaan
1. Pada tahun 2000, telah
ditulis skripsi atas nama
Retno Handayani (09 92
06 0206) Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial dan
Ilmu Politik Universitas
Indonesia dengan judul” Teknik-Teknik
Penggalangan Dana pada Organisasi Sosial (Studi
Kasus Dompet Dhuafa)”
Dalam skripsi ini
membahas tentang
teknik-teknik
penggalangan dana
pada organisasi sosial
dalam menarik donatur
agar mendermakan
sebagian hartanya
terhadap lembaga
sosial, bertujuan untuk
kesejahteraan sosial.
Dalam hal ini pula,
skripsi ini lebih
menjelaskan tentang
hal-hal yang menarik
mengenai upaya-upaya
yang dilakukan oleh
Dompet Dhuafa sebagai
organisasi sosial untuk
menggalang dana dari
Dalam penelitian
pada skripsi ini
membahas
mengenai strategi
Fundraising
program
pemberdayaan
ekonomi (senyum
mandiri) pada
Rumah Zakat,
yang di dalamnya
lebih kepada
model yang
digunakan serta
perkembangan
jumlah penerima
manfaat pada
masyarakat.
2. Pada tahun 2010, telah
ditulis skripsi atas nama
Dewi Mayang Sari dengan
judul ” Kajian Strategi Fundraising Bazis Provinsi Dki Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana Zis”
Dalam skripsi ini
membahas mengenai
strategi fundraising apa
yang di gunakan oleh
BAZIS provinsi DKI
dalam meningkatkan
pengelolaan dana ZIS,
serta peranan BAZIS
terhadap masyarakat
DKI jakarta. Dalam hal
ini strategi fundraising
BAZIS provinsi DKI
Jakarta membuahkan
hasil yang
menguntungkan baik
dari muzaki maupun
mustahik. Dan peranan
ZIS sangat berpengaruh
terhadap peningkatan
taraf hidup masyarakat
Dalam penelitian
pada skripsi ini
membahas
mengenai strategi
Fundraising
program
pemberdayaan
ekonomi (senyum
mandiri) pada
Rumah Zakat,
yang di dalamnya
lebih kepada
model yang
digunakan serta
perkembangan
jumlah penerima
manfaat pada
DKI Jakarta yang
kurang mampu, dana
yang di berikan BAZIS
DKI tidak hanya untuk
konsumsi semata tetapi
juga untuk kegiatan
produksi agar
masyarakat bisa
mengembangkan
usahanya.
G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian dan Sumber Data
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan perpaduan antara kualitatif dan
kuantitatif. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis,
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan hasil
wawancara pada Rumah Zakat, studi dokumentasi pada arsip-arsip berupa
laporan keuangan serta dokumentasi lain yang terkait dengan
permasalahan ini. Adapun data kuantitatif inilah sebagai pendukung
b. Sumber data penelitian ini yaitu:
1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak
Rumah Zakat langsung melalui instrumen wawancara yang secara
terstruktur.
2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan
referensi lain seperti buku, majalah, makalah serta anual report RZI
tahun 2008-2009 dan setiap artikel yang mengandung informasi
berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai
tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai
berikut:
a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan
bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna
mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak
manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung
penulisan skripsi ini.
b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui
teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter
ini adalah data perkembangan jumlah rumah mandiri Rumah Zakat dan
3. Metode pengolahan dan analisis data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan
data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan
informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data,
menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi
fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program
pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).
4. Teknis penulisan skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,
khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
H. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah
analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam
sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi
terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai
strategi fundraising yang meliputi: konsep strategi: pengertian
strategi dan tahapan strategi. Konsep fundraising: pengertian
fundraising, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan, metode serta
misi dan motivasi fundraising. Konsep pemberdayaan: pengertian
pemberdayaan, tujuan, tahap-tahap dan indikator pemberdayaan.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Rumah
Zakat yang meliputi: sejarah singkat Rumah Zakat, legal formal
Rumah Zakat, visi dan misi Rumah Zakat, Program pemberdayaan
ekonomi (Senyum Madiri) Rumah Zakat dan Stuktur organisasi
[image:32.598.131.522.74.447.2]BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT.
Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi fundraising
program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri) di Rumah
Zakat, Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan
ekonomi (senyum mandiri).
BAB V PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta
saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata ”Strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu ”Strategas” (Status:Militer dan Ag: memimpin) yang berarti ”Generalship” atau sesuatu
yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk
memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering
diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin sesuatu
angkatan perang.14
Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi
sebagai perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi
sebagai pola kegiatan dan strategi sebagai ”penipuan” (ploy) yaitu muslihat
rahasia. Sebagai perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi
menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana
dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi
menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai pila kegiatan, dimana
dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.
14
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Manajement: Bact To Basic Approach
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk
melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15
Strategi berkaitan dengan arah dan tujuan dan kegiatan jangka
panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi tidak akan
berjalan semaksimal mungkin. Langkah pertama dalam menentukan strategi
jangka panjang adalah meletakan tujuan-tujuan yang jelas, secara teoritis hal
ini dapat dimengerti.16 Strategi juga sangat terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan
keadaan sekeliling, terutama pada pesaingnya. Akan tetapi, pesaing bukanlah
sesuatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan dimusuhi. Justru sebaliknya,
para competitor dirangkul sebagai mitera komplementer yang saling sinergis,
di antaranya pesaing akan membuka, menciptakan, dan melebarkan pasar.
Pesaing bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki kinerja
manajemen perusahaan sehingga menjadikan perusahaan selalu lebih
professional. Pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam
15
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092
menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerja secara lebih efisien dan
efektif.17
Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku
organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu mencerminkan
bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan organisasi dengan
kesempatan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya.
Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi
adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan
lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci dari
terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga untuk
mencapai tujuan yang lebih baik.
2. Tahapan Strategi
Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis
besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:18 a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan
strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
17
Abdullah Amrin, S.E, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan Persaingan Usaha Bisnis Asuransi Dan Bank Syariah Secara Syariah), (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), h. 7-8
18
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu
objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk
dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk
memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan
dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang
ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih
sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat,
dan anggota organisasi.
c. Evaluasi strategi
Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan
karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk
menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi
yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat
diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada
tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni:
1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi. Adanya perubahan yang akan menjadi satu hambatan dalam
strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat
berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki
penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan
menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang
dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur
dan mudah dibuktikan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus
dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil
lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.
3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai
dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang
ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru.
Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai
dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.
B. Konsep Fundaraising 1. Pengertian Fundarising
Menurut bahasa fundraising berarti penghimpunan dana atau
penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan suatu
upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq dan
organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk
mustahik.19
Dijelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat
baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun
lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.20
Fundraising juga bisa di artikan sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat
(baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang
akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional
organisasi sehingga mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini
memiliki ruang lingkup lebih luas dari pengertian sebelumnya, fundraising
tidak hanya mengumpulkan dana semata, melainkan dalam bentuk barangpun
bisa yang bisa di manfaatkan untuk keperluan lembaga.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa strategi fundraising
adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat agar mau melakukan
amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang
bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Adanya
strategi fundraising yaitu untuk menjalankan program baik jangka panjang
maupun jangka pendek, suatu lembaga yang tidak memiliki strategi yang kuat
19
Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h.65
dalam menjalankan fundraising maka tidak akan maksimal dalam
memperoleh dana.
2. Dasar hukum Fundraising
Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia
merupakan dasar hukum fundraising juga, karena fundraising sangat berkaitan
sekali dengan lembaga pengelola zakat. Lembaga pengelola zakat tanpa
adanya dana tidak akan bisa menjalankan programnya. Dasar hukum ini
dilihat dengan adanya Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat, keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang
pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999, dan keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang
pedoman teknis pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang
memiliki kaitan pengelolaan zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang
memiliki kaitan erat dengan zakat adalah Undang-Undang No. 17 tahun 2000
tentang pajak penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat
merupakan pengurangan penghasilan kena pajak.
Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1)
Undang-undang No. 38 tahun 1999, didefinisikan sebagai kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengumpuilan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan
oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya. Organisasi pengelola zakat yang diakui
pemerintah terdiri atas dua lembaga, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga
Amil Zakat.21
Dari beberapa penjelasan mengenai Undang-Undang tentang zakat di
atas, bahwasanya fundraising juga memang benar-benar di diatur.adanya UU
No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di dalamnya pula membahas
banyak poin di antaranya dalam bab VI dijelaskan mengenai pengumpulan
dan penyaluran zakat.
Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat At-Taubah:103
)
/
٩
:
١ ٠ ٣
(
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. at-Taubah/9: 103)
Selain ayat di atas, ada beberapa hadist pula yang menerangkan
tentang zakat, bahwa sanya zakat adalah merupakan kewajiban yang Allah
turunkan untuk hambanya. Maka dari itu salah satu tugas dari lembaga adalah
membantu paraagniyauntuk menyalurkan danannya.
a. Dari sunnah, perintah Rosulullah SAW kepada Muadz bin Jabal:
)
(
Artinya: Hai Muadz, beritahulah mereka (orang-orang kaya itu), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang
fakir/miskin” (HR. Bukhari).
b. Atsar Sahabat (Khulafaurrasyidin)
Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar As-Siddiq dalam awal
pemerintahannya telah memerangi orang-orang yang membangkang zakat,
yang didukung oleh para sahabat senior seperti Umar, Usman, Ali seraya
berucap:
)
(
Artinya: Kata Abu Bakar r.a: demi Allah kalau mereka membangkang tidak mau menyerahkan seekor cempe kambing kacangan kepadaku, yang justru pernah diserahkan Rosulullah SAW pasti mereka akan kuperangi karena pembangkangnya itu.” (HR.
Bukhori).
Dari ayat dan hadist di atas, di jelaskan tentang pengambilan zakat.
Maka, dari pengambilan itu zakat dikumpulkan/ diambil dari orang-orang
agniya (mempunyai harta yang telah mencapai nisab), dan untuk
mengumpulkan zakat ini, maka butuh fundraising yang bagus agar terkumpul
3. Ruang Lingkup Serta Tujuan Fundraising
Sebuah organisasi pengelola zakat, dalam setiap altivitasnya selalu
berhubungan dengan dana. Dana memiliki peran penting dalam menghidupi
organisasi pengelola zakat. Oleh karena itu, peran sebuah organisasi dalam
menjalankan fundraising sangat penting.
Sumber pokok pendapatan OPZ adalah ZIS. Karenanya, tidak ada
artinya sebuah OPZ tanpa adanya dana yang akan disalurkan kepada
mustahik. Berapapun dana yang dibutuhkan, besar ataupun kecil, akan sangat
berarti bagi kelangsungan hidup lembaga.
Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang
lingkupnya begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat begitu berarti bagi
eksistensi dan pertumbuhan organisasi nirlaba (lembaga keuangan non profit).
Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup dari
pada fundraising. Untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan
pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut.
Adapun substansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada
dua hal, yaitu:22 a. Motivasi Donatur
Yaitu serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, dan alasan-alasan
yang mendorong donatur untuk mengeluarkan hartanya. Dalam kerangka
fundraising maka organisasi pengelola zakat harus teris melakukan
edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga menciptakan
kesadaran dan kebutuhan pada masyarakat donatur (Muzakki) untuk
melakukan donasi harta sesuai tuntunan ajaran Islam.
b. Program
Yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat mustahik atau kegiatan
implementasi visi dan misi lembaga yang menjadi sebab diperlukannya
dana dari pihak eksternal sekaligus alasan donatur menyumbang.
Organisasi pengelola zakat harus merancang program yang berkualitas
dan memiliki nilai keunggulan dalam memerdayakan mustahik. Program
harus dikemas sedemikian rupa sehingga mendorong muzakki untuk turut
mendukung dan membantu dalam meningkatkan harkat dan hidup
mustahik.
Sedangkan tujuan dari fundraising adalah sebagai berikut:23 a. Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang
paling mendasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa
yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan
utama dalam pengelolaan zakat dan ini pula yang menyebabkan mengapa
dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktivitas
23
fundraising kegiatan lembaga pengelola zakat, tidak akan berarti sama
sekali. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising
yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal
meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya.
Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana
maka tidaka ada sumber daya yang dihasilkan. Apabila sumber daya tidak
ada, maka lembaga akan kehilangan untuk terus menjaga kelangsungan
programnya, sehingga pada akhirnya akan mati.
b. Memperbanyak atau menghimpun donatur
Tujuan kedua dari fundraising adalah menghimpun donatur.
Organisasi pengelola zakat yang melakukan fundraising harus terus
menambah jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah
donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara
yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau
menambah jumlah donatur pada saat setiap donatur mendonasikan dana
yang tetap sama. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah
donatur adalah cara yang relativ lebih mudah dari pada menaikan, jumlah
donasi dari setiap donatur. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau
fundraising dari waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan
berkonsentrasiDengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari
c. Meningkatkan atau membangun citra lembaga
Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh
sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), baik langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah
garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan
masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra
lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula
bersifat negatif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan
pada akhirnya menunjukan setiap atau prilaku terhadap lembaga. Jika
yang ditunjukan sikap atau prilaku terhadap lembaga. Jika yang
ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan
mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga, dan dengan demikian tidak
ada lagi kesulitan dalam mencari donatur, karena dengan sendirinya
donasi akan diberikan kepada lembaga. Demikian pula halnya dengan
kepercayaan, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali
mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga.
d. Menghimpun simpatisan/ relasi dan pendukung
Kadangkala ada seseoarang atau sekelompok orang yang telah
berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah
organisasi pengelola zakat atau lembaga swadaya masyarakat. Mereka
mempunyai kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan
dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidak mampuan
mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan
pendukung lembaga meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti
ini harus diperhitungkan dalam aktivitas fundraising, karena meskipun
mereka tidak memberikan donasi, mereka akan berusaha melakukan dan
berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap
lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia
menjadi promotor atau informan positif tentang lembaga kepada orang
lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga kepada orang
lain.
e. Meningkatkan kepuasan donatur
Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan donatur. Tujuan
ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang,
meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan
sehari-hari.
4. Metode Serta Misi Dan Motivasi Fundraising
Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan,
kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi donatur yang berdonasi
melalui sebuah organisasi pengelola zakat. Karena jika hal tersebut terpenuhi
Dalam melakukan fundraising ada beberapa metode yang harus di
lakukan oleh lembaga zakat, di antaranya:24
a. Metode fundraising langsung (direct Fundraising)
Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan
teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara
langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan
daya akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung)
dilakukan. Apabila dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan
donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera
dapat dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang
diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari
metode ini adalah: Direct mail, direct advertising, telefundraising dan
presentasi langsung.
b. Metode fundraising tidak langsung (Indirect Fundraising)
Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan
teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur
secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan
dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur
seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang
mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara
khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai
24
contoh dari metode ini adalah: Advertorial, Image Compaign dan
penyelenggaraan Event.
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode
fundraising ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya memiliki
kelebihan dan tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan
karena tanpa metode langsung, donatur akan kesulitan untuk
mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising
dilakukan secara langsung, maka akan tampak donatur dan berpotensi
menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara
fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua
metode tersebut.
Melihat perkembangan lembaga zakat yang semakin bagus,
kegiatan fundraising saat ini harus ditangani dengan sangat serius dan
dengan strategi yang bagus oleh setiap organisasi pengelola zakat yang
mengandalkan berjalannya program dan operasional lembaga dari dana
masyarakat. Fundraising akan sangat mempengaruhi maju mundurnya
organisasi pengelola zakat. Ketika dana yang dihimpun dari donatur
semakin menipis, maka organisasi pengelola zakat tidak akan mampu
membantu dan memberdayakan mustahik. Pada tahap lanjut, jika
organisasi pengelola zakat tidak berhasil melakukan fundraising, maka
Sedangkan untuk misi dan motivasi fundraising itu sendiri adalah
sebagai berikut:25 1. Ikhlas
2. Meningkatkan kalimatullah
3. Peduli terhadap derita umat
4. Melakukan pemberdayaan umat
5. Dakwah
6. Membantu dan melayani umat
7. Terus serta menjadi bagian dalam mencapai ”Khairul Ummah”.
C. Konsep Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata power yang
berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.
Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya,
karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam diri manusia, suatu
sumber kreatifitas.26
25
Ibid. h. 70
26
Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono
(1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan
adalah sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan
memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,
keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.
Sementara Shardlow (1998:32) mengatakan pada intinya:
“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system
tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah
ummah dalam bidang social, ekonomi dan lingkungan.
Dalam kamus bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan
sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan
hasil yang memuaskan.27
Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara
teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.
Dalam pengertian lain pemberdayaan adalah upaya memperluas horizon
pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat
dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan dalam
pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti.28 Dan Dalam pengertian lain disebutkan bahwa pemberdayaan adalah
sebuah proses dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi
dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian
serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan kepada seseorang untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan,
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.29
Pemberdayaan juga adalah suatu proses yang berjalan terus menerus
untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya. Proses tersebut masyarakat bersama-sama
mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya,
mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian,
menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus memantau dan
mengkaji proses serta hasil kegiatannya.30
Pengertian Pemberdayaan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 8 adalah upaya yang
28
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideology, Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 41-42.
29
http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelemb agaan.pdf. Diakses pada tanggal 21 januari 2011.
30
dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat
secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan
berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Dari beberapa pengertian pemberdayaan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat untuk memperbaiki dan juga
meningkatkan taraf hidup, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev),
memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan
kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran,
pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk
pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja berdasarkan
agenda bersama.31
Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk memotivasi dan
memfasilitasi masyarakat memperbaiki diri, komunitas dan lingkungannya
dalam mencapai tujuannya.32
Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
3. Pola-pola Pemberdayaan
a. Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat
Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur
pokok sebagai berikut:33
31
Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 67
32
www.kriyamaya.or.id/index.php?option=com_docman.(powerpoint), diakses pada tanggal 18 januari 2011
33
1) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai
2) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir
3) Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya setempat.
4) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan
5) Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha.
6) Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama
sulit di capai.
Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat
bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti
suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti
dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dalam menggerakan partisipasi masyarakat, pendekatan yang
dilakukan haruslah mendasarkan pada kebutuhan yang dirasakan (felt
needs).Sekurangnya ada 4 perspektif dalam melihatfelt needs,yaitu:
1) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs dari sudut
pandang tujuan pemberdaya itu sendiri.
3) Penilaian komunitas yang diperoleh dari pengertian mereka tentang
tujuan agen pembangunan.
4) Konsepsi komunitas tentangneeds
Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang
baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community
woker dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut
dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya
diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah
sukses dan sejahtera.
c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang
prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari
masalah berbisnis.
d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat
dimanfaatkan.34
4. Tahap-tahap pemberdayaan
Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal
pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:
a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi
34
b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha.
c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha
d. Tahapan implementasi rencana kegiatan
e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan
f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat
Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar
seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik. Merujuk pada
berbagai literatur, maka upaya memberdayakan masyarakat haruslah:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang dalam berwirausaha skala kecil dan menengah. Dalam
menciptakan iklim ini kebijaksanaan harus berpihak pada masyarakat,
disertai dukungan infrastruktur dan kelembagaan social, ekonomi, politik
yang memadai.
b. Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong, memotivasi
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia harus
menjadi fokus diprioritaskan.
c. Memperkuat potensi atau daya yang yang dimiliki oleh masyarakat, dalam
kontek ini maka pembangunan kelembagaan social, ekonomi politik
menjadi penting artinya.
e. Pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat menjadi makin berdaya.35
5. Indikator pemberdayaan
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah
proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial
yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang