• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi fundariasing program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah zakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi fundariasing program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah zakat"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah 107046302333

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy)

Oleh:

Nurlaelatul Afifah 107046302333

Di Bawah Bimbingan

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 23 Juni 2011 Dekan,

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag

NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu’min Roup, MA

NIP. 150 281 979

Pembimbing I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP.196912161996031001

Penguji I : Dr. H.A. Mukti Aji, M.A NIP. 195703121985031003

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M

(5)

ABSTRAK

NURLAELATUL AFIFAH. NIM 107046302333. Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Pada Rumah Zakat. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen ZISWAF,Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H / 2011 M. Isi: xiii + 84 halaman + 8 lampiran, 25 literatur (1992-2011).

Penelitian ini untuk menganalisis strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yang bertujuan untuk mengetahui model-medel fundraising yang digunakan Rumah Zakat dalam hal penggalangan dana untuk program-program Rumah Zakat, khususnya dalam bidang ekonomi, serta melihat peningkatan jumlah dana serta layanan program senyum mandiri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data melalui wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan dan profile Rumah Zakat. Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Rumah Zakat dalam menghimpun atau menggalang dana dari donatur menggunakan strategi fundraising yang efektif, dengan menggunakan dua model strategi fundraising serta kemudahan untuk muzakki. Terbukti bahwa fundraising yang digunakan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah dana serta jumlah penerima manfaat dari program ini. Jumlah penerima manfaat dari program pemberdayaan ekonomi dalam bidang KUKMI 8.374 warga binaan, sarana usaha mandiri 361 sarana usaha, siaga bencana 113.814 orang, dan water well 137 water well.

Kata Kunci: Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat, Model Strategi Yang digunakan serta Pengaruhnya terhadap program pemberdayaan ekonomi.

Pembimbing : Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A.

(6)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta rangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan

pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah yang maha kuasa, berkat kehendak dan

kuasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam

setiap aktivitas kehidupan.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar SI Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy). Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis juga mengharapkan segala bentuk masukan berupa kritik atau

saran-saran yang bersifat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini, mengingat

kemampuan penulis yang masih terbatas dan terdapat banyak kekurangan-kakurangan

dalam penyusunan skripsi ini.

Disadari pula bahwa dalam penulisan skripsi ini serat dengan dialektika yang

tidak mungkin terlupakan antara keyakinan dan kekhawatiran, serta harapan dan

kenyataan yang menjadi satu dalam membentuk mozaik penulisan skripsi ini.

Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui, tidak ada pekerjaan yang sukses

dilakukan dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selalu ada lingkaran lain yang

(7)

kepada Allah SWT dan mengucap beribu banyak terima kasih atas bantuan dan jasa

yang diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya

bapak/Ibu:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA,. MM., selaku dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag., ketua Jurusan Muamalat Program Study Manajemen

Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Mu’min Rouf, S.Ag., M.A., Sekretaris Jurusan Muamalat Program Study

Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Asep Saepudin jahar, MA., dosen pembimbing yang tidak kenal lelah

meluangkan waktu dan memberikan sumbangan fikiran, serta arahan kepada

penulis pada penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Edisman Adiguna, Ibu Niken, bapak Ade dan bapak Jamal pihak

Rumah Zakat yang telah membantu dan memberikan informasi dalam proses

penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Moh. Nasik Murdamuri dan Ibunda Yumaini tercinta yang

telah mencurahkan doa, kasih sayang, kesabaran dan dorongan spirit maupun

materi serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis sehingga

(8)

7. Kakak-kakaku dan adik-adikku tersayang terima kasih banyak atas dukungan

dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

8. Sahabat kosanku Tia, Maryam, Key, Desi serta sahabat INVOL Monong,

Syaeful, Syahiru, Reza, Riyan, Desi Adami dan Nisa yang selalu mendukung

serta motivasi di sela-sela kesibukannya membantu dhuafa.

9. Teman-Teman ZISWAF angkatan 2007 Sifa, Faiz, Marni, Dyah, Ucriet, Tea,

Put3, Icha, Nova, Sela dan teman-teman laki-laki yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah

memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat

lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta,

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak,

semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.Amin Ya Robbal

Alamin….

Ciputat, 08 Rajab 1432 H 10 Juni 2011 M

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 9

C. Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Teori dan Konseptual ... 11

F. Review Studi Terdahulu... 13

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan... 16

(10)

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi ... 21

1. Pengertian Strategi ... 21

2. Tahapan Strategi... 23

B. Konsep Fundraising ... 25

1. Pengertian Fundraising... 25

2. Dasar Hukum Fundraising ... 27

3. Ruang Lingkup dan Tujuan Fundraising... 30

4. Metode serta Misi dan Motivasi Fundraising... 34

C. Konsep Pemberdayaan ... 37

1. Pengertian Pemberdayaan ... 37

2. Tujuan Pemberdayaan... 40

3. Pola-Pola Pemberdayaan... 41

4. Tahap-Tahap Pemberdayaan... 43

5. Indikator Pemberdayaan... 45

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah Berdiri Rumah Zakat... 47

B. Legal Formal Rumah Zakat ... 55

C. Visi dan Misi Rumah Zakat ... 57

D. Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) Rumah Zakat ... 58

[image:10.598.133.526.81.555.2]
(11)

BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT

A. Model strategi fundraising program pemberdayaan ekonomi (Senyum

Mandiri) di Rumah Zakat... 68

B. Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan ekonomi

(Sunyum Mandiri)... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA... 83

(12)
[image:12.598.112.532.81.472.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008... 2

Gambar: 4.1 Jumlah Layanan Program Pemberdayaan Ekonomi ... 78

Gambar: 4.2 Mustahik Menuju Mandiri 2010 ... 79

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Penyaluran Program Rumah Zakat. ... 85

Penerima Manfaat Rumah Zakat Berdasarkan Jenis Kelamin... 86

Laporan Keuangan Rumah Zakat Tahun 2006-2009 ... 87

Foto Program Rumah Zakat. ... 88

Pertanyaan wawancara ... 89

Surat Penelitian/Wawancara Ke Rumah Zakat. ... 92

Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 93

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak

menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana

potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh

masyarakat.1

Jumlah pengumpulan zakat Indonesia masih minim jika dibanding dengan

potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi kemudian bisa digunakan

untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang tidak

mampu. Sejak tahun 2006 hingga sekarang angka pengumpulan zakat cenderung

naik walaupun masih jauh dari potensi zakat nasional. Pada 2006 pengumpulan

zakat secara nasional mencapai Rp300 miliar, tahun 2007 meningkat mencapai

Rp700 miliar dan pada 2008 naik menjadi 900 miliar. Grafiknya menunjukkan

kenaikkan, namun tetap saja tidak sebanding dengan potensi zakat yang mencapai

Rp19 triliun per tahun.2

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h. 20

2

(15)

Dalam satu dekade terakhir ini, penghimpunan dana zakat cenderung

meningkat dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam table di bawah ini. Dari

data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ),

terlihat tren positif dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi

pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Deskripsi tersebut terlihat dalam Asumsi

Potensi Penghimpunan Dana Zakat 2010. Penulisan asumsi potensi

penghimpunan dana zakat 2010 ini didasarkan pada data urutan waktu (time

series) dari dana zakat yang terhimpun melalui lembaga dari tahun 2001 hingga

[image:15.598.127.517.245.547.2]

2008.

Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008

Sumber: analisa IMZ dari berbagai sumber

Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah

penghimpunan zakat dalam OPZ. Persentase tertinggi kenaikan penghimpunan

terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut,

penghimpunan OPZ mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total

(16)

miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan

terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi

persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total

penghimpunan tahun 2006 sebesar 413,92 miliar rupiah menjadi 444,07 miliar

rupiah.

Sulit menjelaskan fluktuasi perubahan persentase dari total

penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh OPZ. Dalam asumsi umum,

banyak yang mengaitkan total penghimpunan ini dengan kreatifitas aktifitas

fundraising maupun agenda program pemberdayaan dari OPZ yang ada.

Sebagaimana pandangan umum bahwa progresifitas penghimpunan OPZ

dipengaruhi oleh strategi kegiatanfundraising yang dilakukan, seperti sosialisasi

cara-cara berzakat ataupun berderma melalui OPZ. Namun demikian juga,

jumlah penghimpunan OPZ juga dipengaruhi oleh publikasi program

pemberdayaan OPZ yang menarik simpati publik untuk berderma. Namun,

asumsi ini masih belum bisa diyakini mengingat belum ada satupun kajian yang

membaca korelasi antara total penghimpunan dana dengan strategi program

fundraisingataupun program pemberdayaan OPZ.3

Sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba, khususnya lembaga-lembaga

zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan menggalang dana (fundraising)

dengan jumlah yang dihimpun. Aktivitas lembaga nirlaba sangat dipengaruhi

3

(17)

oleh kemampuan menghimpun dana sebagai modal untuk melakukan kegiatan

program dan biaya operasional lembaga. Maju mundurnya setiap organisasi

nirlaba juga ditentukan oleh jumlah dana yang dihimpun untuk melaksanakan

setiap programnya. Kegiatan program pemberdayaan yang dilakukan oleh

lembaga zakat sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan minat masyarakat

untuk menyampaikan dana amalnya, yang akhirnya sangat membantu dalam

melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara luas.

Di tengah semarak tumbuhnya lembaga zakat yang mendedikasikan

dirinya untuk tidak berorientasi keuntungan, kemampuan menggali dana

masayarakat telah menjadi andalan penting. Berbagai cara untuk menghimpun

dana dari masyarakat dilakukan untuk menggerakkan kegiatan organisasi dan

juga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berbagai kreasi strategi

penghimpunana dana dilakuan untuk mencapai target capaian dana yang harus

terkumpul. Lahirlah strategi fundraising sebagai cara atau upaya untuk menarik

simpati masyarakat sehingga dana dapat terkumpul dan kegiatan program

berjalan dengan baik.

Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya

dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun

pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan

operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan

(18)

Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,

organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga

menimbulkan kesadaran dan kepedulian.

Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan

lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi

hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjaga

kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan

sumberdaya yang berkelanjutan yang harus di capai. Serta keberlangsungan

hidup semua organisasi membutuhkan dana (uang) untuk dapat berlanjut dan

beraktivitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi

tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konstituen

tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhkan pendukung dalam jangka

panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan5

Laporan IZDR mencatat, sejak awal tahun 1990 Lembaga Pengelola

Zakat (LPZ) merintis dan mengembangkan pengelolaan zakat secara profesional

dan amanah. Seperti layaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan

strategi-strategi modern dan inovatif untuk menggalang zakat, direct mail, media

campaign, membership, special event, internet fundraising dan strategi modern

lainnya dalam menggalang dana Zakat. Mereka juga melakukan beragam upaya

untuk menjaga kepercayaan donatur dengan menjalin komunikasi dan mengirim

5

(19)

laporan pertanggungjawaban secara rutin dan kontinyu. Tidak heran jika

sejumlah lembaga amil zakat nasional memiliki donatur dalam jumlah besar dan

sukses menghimpun Rp 50M – Rp100M pertahun. Berbagai terobosan yang dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisa dibilang sebagai langkah yang

reformatif dalam pengelolaan dana ZIS. Lembaga pengelola Zakat berhasil

mentransformasikan pengelolaan zakat dari berbasis individual-tradisional ke

berbasis kolektif-profesional, serta merubah paradigma pendayagunaannya dari

ranah amal sosial–keagamaan ke ranah pemberdayaan-pengembangan ekonomi.

Ini artinya, kian besar peluang mengkoordinasikan zakat dengan

program-program pengentasan kemiskinan.6

Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana

awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan

kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk

membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO (Non Government

Organization) biasa di sebut dengan fundraising.7

Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang lainnya. Dengan

misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat

kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial

keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai

6

http://myzone.okezone.com/content/read/2009/12/24/38/, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.

(20)

organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung

positioning baru; yakniSharing Confidence.

Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat

adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat

global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan

ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam

memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan

tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut,

identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini

mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi

kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.8

Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen

untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya

menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan

dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah

mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang

progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati

8

(21)

menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam

menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.9

Salah satu program yang ada pada rumah zakat adalah program

pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) yang terfokus dalam hal mendukung

terpenuhinya di bidangcomunity development yakni peningkatan kehidupan yang

layak. Untuk mencapai kehidupan yang layak itulah rumah zakat berupaya untuk

mencanangkan berbagai program pemberdayaan seperti: kelompok usaha kecil

mandiri, empowering center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill

dan pemberdayaan potensi lokal dan budidaya agro. Dari sini kita dapat melihat

betapa banyaknya program senyum mandiri Rumah Zakat, dalam hal ini untuk

mempertahankan dan mengembangkan program-program senyum mandiri

Rumah Zakat memerlukan dana yang banyak agar tetap terlaksana.

Dengan sekian banyaknya program khususnya pada pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri), Rumah Zakat harus selalu aktif dan kreatif dalam

melakukan fundraising, Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola

wakaf ataupun zakat akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan

bahwa aktivitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah

fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena

pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada

(22)

menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan

melemah.

Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus

memiliki strategi fundraising yang tepat khususnya pada program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri) yang merupakan solusi dalam hal membantu Rumah

Zakat dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk

menyusun skripsi ini dengan judul”STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH

ZAKAT”

B. Pembatasan Masalah

Berbicara mengenai strategi fundraising perlu pembahasan yang cukup

luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian penulis hanya

memfokuskan pada pembahasan strategi fundraising program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk

mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana motode strategi fundraising yang digunakan Rumah Zakat untuk

(23)

2 Bagaimana pengaruh strategi fundraising terhadap program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui dan menjelaskan strategi fundraising apa yang dilakukan

oleh Rumah Zakat pada program pemberdayaan ekonomi (Senyum

Mandiri).

b. Untuk memahami dengan lebih baik tentang strategi fundraising secara

teoritis maupun empiris.

c. Untuk mengetahui dampak dari strategi fundraising terhadap program

senyum mandiri.

2. Manfaat penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Bagi Praktisi

Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada praktisi

dalam melakukan strategi fundraising yang baik, sehingga mampu

(24)

b. Bagi Akademisi

Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberikan

informasi yang berharga mengenai strategi fundraising pada program

pemberdayaan ekonomi (senyum Mandiri).

c. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang

bermanfaat dalam bidang ekonomi syariah khususnya mengenai strategi

fundraising.

Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat

memperkaya wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan

khususnya memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang

diteliti serta memperoleh pengetahuan mengenai strategi fundraising pada

program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri).

E. Kerangka teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Menurut Prof Onong Uchyana Effendi, M.A, strategi pada hakekatnya

adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan

(25)

saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya.10

Strategi berkaitan dengan arah tujuan dan kegiatan jangka panjang

suatu organisasi. Strategi juga terkait dalam menentukan bagaimana suatu

organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan

sekeliling, terutama terhadap pesaingnya.11

Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari individu,

organisasi, maupun badan hukum. Fundraising juga merupakan proses

mempengaruhi masyarakat atau juga proses mempengaruhi masyarakat baik

perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana kepada sebuah organisasi,

suatu kegiatan penggalangan dana bagi program tertentu.12

Jadi secara singkatnya strategi fundraising adalah perencanaan suatu

kegiatan penggalangan dana dari individu maupun organisasi untuk mencapai

tujuan.

Sedangkan pemberdayaan berasal dari kata”daya” yang mendapat

awlan ber- yang menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai

daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan.

Pemberdayaan artinya membuata sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai

10

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) Cet. Ke-4, h. 32

11

David Faulkner dan Gerry Johnson, Strategi Manajemen, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995). h. 3

(26)

kekuatan, pemberdayaan dalam bahasa indonesia merupakan terjemahan dari

Empowerment dalam bahasa inggris.13

Tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kekuasaan

orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. (life.1995).

2. Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini menitik beratkan pada strategi fundraising

program pemberdayaan ekonomi (senyum mandiri) pada Rumah Zakat, yaitu

untuk melihat bagaimana proses pengelolaan motode strategi fundraising

dengan menerapkan strategi-strategi yang baik dan efektif untuk dapat

menarik minat masyarakat/ donatur pada program pemberdayaan ekonomi

(senyum mandiri) di Rumah Zakat, serta melihat bagaimana perkembangan

jumlah penerima manfaat pada program ini.

F. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terdahulu. Sebelum membuat skripsi ini penulis melakukan kajian pustaka

yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai pembanding dari skripsi

ini, anrata lain sebagai berikut:

13

(27)

No Nama Skripsi Isi Perbedaan

1. Pada tahun 2000, telah

ditulis skripsi atas nama

Retno Handayani (09 92

06 0206) Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial dan

Ilmu Politik Universitas

Indonesia dengan judul” Teknik-Teknik

Penggalangan Dana pada Organisasi Sosial (Studi

Kasus Dompet Dhuafa)”

Dalam skripsi ini

membahas tentang

teknik-teknik

penggalangan dana

pada organisasi sosial

dalam menarik donatur

agar mendermakan

sebagian hartanya

terhadap lembaga

sosial, bertujuan untuk

kesejahteraan sosial.

Dalam hal ini pula,

skripsi ini lebih

menjelaskan tentang

hal-hal yang menarik

mengenai upaya-upaya

yang dilakukan oleh

Dompet Dhuafa sebagai

organisasi sosial untuk

menggalang dana dari

Dalam penelitian

pada skripsi ini

membahas

mengenai strategi

Fundraising

program

pemberdayaan

ekonomi (senyum

mandiri) pada

Rumah Zakat,

yang di dalamnya

lebih kepada

model yang

digunakan serta

perkembangan

jumlah penerima

manfaat pada

(28)

masyarakat.

2. Pada tahun 2010, telah

ditulis skripsi atas nama

Dewi Mayang Sari dengan

judul ” Kajian Strategi Fundraising Bazis Provinsi Dki Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana Zis”

Dalam skripsi ini

membahas mengenai

strategi fundraising apa

yang di gunakan oleh

BAZIS provinsi DKI

dalam meningkatkan

pengelolaan dana ZIS,

serta peranan BAZIS

terhadap masyarakat

DKI jakarta. Dalam hal

ini strategi fundraising

BAZIS provinsi DKI

Jakarta membuahkan

hasil yang

menguntungkan baik

dari muzaki maupun

mustahik. Dan peranan

ZIS sangat berpengaruh

terhadap peningkatan

taraf hidup masyarakat

Dalam penelitian

pada skripsi ini

membahas

mengenai strategi

Fundraising

program

pemberdayaan

ekonomi (senyum

mandiri) pada

Rumah Zakat,

yang di dalamnya

lebih kepada

model yang

digunakan serta

perkembangan

jumlah penerima

manfaat pada

(29)

DKI Jakarta yang

kurang mampu, dana

yang di berikan BAZIS

DKI tidak hanya untuk

konsumsi semata tetapi

juga untuk kegiatan

produksi agar

masyarakat bisa

mengembangkan

usahanya.

G. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan perpaduan antara kualitatif dan

kuantitatif. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis,

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan hasil

wawancara pada Rumah Zakat, studi dokumentasi pada arsip-arsip berupa

laporan keuangan serta dokumentasi lain yang terkait dengan

permasalahan ini. Adapun data kuantitatif inilah sebagai pendukung

(30)

b. Sumber data penelitian ini yaitu:

1). Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari beberapa pihak

Rumah Zakat langsung melalui instrumen wawancara yang secara

terstruktur.

2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur dan

referensi lain seperti buku, majalah, makalah serta anual report RZI

tahun 2008-2009 dan setiap artikel yang mengandung informasi

berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai

tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode sebagai

berikut:

a. Interview (wawancara), adalah salah satu cara mendapatkan data dengan

bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau wawancara guna

mendapatkan informasi dari responden dalam hal ini adalah pihak

manajemen lembaga yang diperlukan informasinya dalam mendukung

penulisan skripsi ini.

b. Studi Dokumenter, digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui

teknik wawancara. Data yang dihimpun melalui teknik studi dokumenter

ini adalah data perkembangan jumlah rumah mandiri Rumah Zakat dan

(31)

3. Metode pengolahan dan analisis data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan

data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan

informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data,

menyusun dan mengklasifikasikannya dan menganalisa penerapan strategi

fundraising yang dilakukan Rumah Zakat khususnya pada program

pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri).

4. Teknis penulisan skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,

khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

H. Sistematika Penulisan

Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah

analisa materi dan penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam

sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang di

(32)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi

terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai

strategi fundraising yang meliputi: konsep strategi: pengertian

strategi dan tahapan strategi. Konsep fundraising: pengertian

fundraising, dasar hukum, ruang lingkup dan tujuan, metode serta

misi dan motivasi fundraising. Konsep pemberdayaan: pengertian

pemberdayaan, tujuan, tahap-tahap dan indikator pemberdayaan.

BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT

Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Rumah

Zakat yang meliputi: sejarah singkat Rumah Zakat, legal formal

Rumah Zakat, visi dan misi Rumah Zakat, Program pemberdayaan

ekonomi (Senyum Madiri) Rumah Zakat dan Stuktur organisasi

[image:32.598.131.522.74.447.2]
(33)

BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI (SENYUM MANDIRI) PADA RUMAH ZAKAT.

Dalam bab ini, penulis menguraikan Motode strategi fundraising

program pemberdayaan ekonomi (Senyum Mandiri) di Rumah

Zakat, Pengaruh strategi fundraising pada program pemberdayaan

ekonomi (senyum mandiri).

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta

saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi

(34)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata ”Strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu ”Strategas” (Status:Militer dan Ag: memimpin) yang berarti ”Generalship” atau sesuatu

yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk

memenangkan perang. Konsep ini relevan pada zaman dahulu yang sering

diwarnai perang dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin sesuatu

angkatan perang.14

Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi

sebagai perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi

sebagai pola kegiatan dan strategi sebagai ”penipuan” (ploy) yaitu muslihat

rahasia. Sebagai perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi

menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana

dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi

menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai pila kegiatan, dimana

dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.

14

Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Manajement: Bact To Basic Approach

(35)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi

adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15

Strategi berkaitan dengan arah dan tujuan dan kegiatan jangka

panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi tidak akan

berjalan semaksimal mungkin. Langkah pertama dalam menentukan strategi

jangka panjang adalah meletakan tujuan-tujuan yang jelas, secara teoritis hal

ini dapat dimengerti.16 Strategi juga sangat terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan

keadaan sekeliling, terutama pada pesaingnya. Akan tetapi, pesaing bukanlah

sesuatu halangan yang harus ditakuti atau bahkan dimusuhi. Justru sebaliknya,

para competitor dirangkul sebagai mitera komplementer yang saling sinergis,

di antaranya pesaing akan membuka, menciptakan, dan melebarkan pasar.

Pesaing bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dalam memperbaiki kinerja

manajemen perusahaan sehingga menjadikan perusahaan selalu lebih

professional. Pesaing dapat mendorong kita bekerja lebih kreatif dalam

15

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092

(36)

menghasilkan produk ataupun jasa dengan bekerja secara lebih efisien dan

efektif.17

Strategi juga akan berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku

organisasi di dalam lingkungannya, pemilihan strategi tertentu mencerminkan

bagaimana rencana memadukan kekuatan, kelemahan organisasi dengan

kesempatan hambatan yang terdapat dalam lingkungannya.

Jika disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa strategi

adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan

lingkungan secara efektif yang terbaik, karena strategi merupakan kunci dari

terlaksananya misi yang ada dalam suatu perusahaan atau lembaga untuk

mencapai tujuan yang lebih baik.

2. Tahapan Strategi

Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis

besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:18 a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan

strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah

pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,

17

Abdullah Amrin, S.E, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (Memenangkan Persaingan Usaha Bisnis Asuransi Dan Bank Syariah Secara Syariah), (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007), h. 7-8

18

(37)

menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu

objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk

dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk

memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan

dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang

ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih

sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat,

dan anggota organisasi.

c. Evaluasi strategi

Tahap akhir dari srategi ini adalah evaluasi strategi diperlukan

karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk

menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi

yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat

diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada

tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni:

1). Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi. Adanya perubahan yang akan menjadi satu hambatan dalam

(38)

strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat

berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2). Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki

penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan

menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang

dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur

dan mudah dibuktikan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus

dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil

lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.

3). Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang

ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru.

Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai

dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

B. Konsep Fundaraising 1. Pengertian Fundarising

Menurut bahasa fundraising berarti penghimpunan dana atau

penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising merupakan suatu

upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq dan

(39)

organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk

mustahik.19

Dijelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat

baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun

lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.20

Fundraising juga bisa di artikan sebagai kegiatan dalam rangka

menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat

(baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang

akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional

organisasi sehingga mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini

memiliki ruang lingkup lebih luas dari pengertian sebelumnya, fundraising

tidak hanya mengumpulkan dana semata, melainkan dalam bentuk barangpun

bisa yang bisa di manfaatkan untuk keperluan lembaga.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa strategi fundraising

adalah rencana sebuah proses mempengaruhi masyarakat agar mau melakukan

amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang

bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Adanya

strategi fundraising yaitu untuk menjalankan program baik jangka panjang

maupun jangka pendek, suatu lembaga yang tidak memiliki strategi yang kuat

19

Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h.65

(40)

dalam menjalankan fundraising maka tidak akan maksimal dalam

memperoleh dana.

2. Dasar hukum Fundraising

Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia

merupakan dasar hukum fundraising juga, karena fundraising sangat berkaitan

sekali dengan lembaga pengelola zakat. Lembaga pengelola zakat tanpa

adanya dana tidak akan bisa menjalankan programnya. Dasar hukum ini

dilihat dengan adanya Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat, keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang

pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999, dan keputusan Direktur Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang

pedoman teknis pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang

memiliki kaitan pengelolaan zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang

memiliki kaitan erat dengan zakat adalah Undang-Undang No. 17 tahun 2000

tentang pajak penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat

merupakan pengurangan penghasilan kena pajak.

Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1)

Undang-undang No. 38 tahun 1999, didefinisikan sebagai kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpuilan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan

(41)

oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada

yang berhak menerimanya. Organisasi pengelola zakat yang diakui

pemerintah terdiri atas dua lembaga, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga

Amil Zakat.21

Dari beberapa penjelasan mengenai Undang-Undang tentang zakat di

atas, bahwasanya fundraising juga memang benar-benar di diatur.adanya UU

No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di dalamnya pula membahas

banyak poin di antaranya dalam bab VI dijelaskan mengenai pengumpulan

dan penyaluran zakat.

Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat At-Taubah:103













)

/

٩

:

١ ٠ ٣

(

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. at-Taubah/9: 103)

Selain ayat di atas, ada beberapa hadist pula yang menerangkan

tentang zakat, bahwa sanya zakat adalah merupakan kewajiban yang Allah

turunkan untuk hambanya. Maka dari itu salah satu tugas dari lembaga adalah

membantu paraagniyauntuk menyalurkan danannya.

(42)

a. Dari sunnah, perintah Rosulullah SAW kepada Muadz bin Jabal:

)

(

Artinya: Hai Muadz, beritahulah mereka (orang-orang kaya itu), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang

fakir/miskin” (HR. Bukhari).

b. Atsar Sahabat (Khulafaurrasyidin)

Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar As-Siddiq dalam awal

pemerintahannya telah memerangi orang-orang yang membangkang zakat,

yang didukung oleh para sahabat senior seperti Umar, Usman, Ali seraya

berucap:

)

(

Artinya: Kata Abu Bakar r.a: demi Allah kalau mereka membangkang tidak mau menyerahkan seekor cempe kambing kacangan kepadaku, yang justru pernah diserahkan Rosulullah SAW pasti mereka akan kuperangi karena pembangkangnya itu.” (HR.

Bukhori).

Dari ayat dan hadist di atas, di jelaskan tentang pengambilan zakat.

Maka, dari pengambilan itu zakat dikumpulkan/ diambil dari orang-orang

agniya (mempunyai harta yang telah mencapai nisab), dan untuk

mengumpulkan zakat ini, maka butuh fundraising yang bagus agar terkumpul

(43)

3. Ruang Lingkup Serta Tujuan Fundraising

Sebuah organisasi pengelola zakat, dalam setiap altivitasnya selalu

berhubungan dengan dana. Dana memiliki peran penting dalam menghidupi

organisasi pengelola zakat. Oleh karena itu, peran sebuah organisasi dalam

menjalankan fundraising sangat penting.

Sumber pokok pendapatan OPZ adalah ZIS. Karenanya, tidak ada

artinya sebuah OPZ tanpa adanya dana yang akan disalurkan kepada

mustahik. Berapapun dana yang dibutuhkan, besar ataupun kecil, akan sangat

berarti bagi kelangsungan hidup lembaga.

Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang

lingkupnya begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat begitu berarti bagi

eksistensi dan pertumbuhan organisasi nirlaba (lembaga keuangan non profit).

Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang lingkup dari

pada fundraising. Untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan

pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut.

Adapun substansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas kepada

dua hal, yaitu:22 a. Motivasi Donatur

Yaitu serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, dan alasan-alasan

yang mendorong donatur untuk mengeluarkan hartanya. Dalam kerangka

(44)

fundraising maka organisasi pengelola zakat harus teris melakukan

edukasi, sosialisasi, promosi dan transfer informasi sehingga menciptakan

kesadaran dan kebutuhan pada masyarakat donatur (Muzakki) untuk

melakukan donasi harta sesuai tuntunan ajaran Islam.

b. Program

Yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat mustahik atau kegiatan

implementasi visi dan misi lembaga yang menjadi sebab diperlukannya

dana dari pihak eksternal sekaligus alasan donatur menyumbang.

Organisasi pengelola zakat harus merancang program yang berkualitas

dan memiliki nilai keunggulan dalam memerdayakan mustahik. Program

harus dikemas sedemikian rupa sehingga mendorong muzakki untuk turut

mendukung dan membantu dalam meningkatkan harkat dan hidup

mustahik.

Sedangkan tujuan dari fundraising adalah sebagai berikut:23 a. Menghimpun dana

Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang

paling mendasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa

yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan

utama dalam pengelolaan zakat dan ini pula yang menyebabkan mengapa

dalam pengelolaan zakat fundraising harus dilakukan. Tanpa aktivitas

23

(45)

fundraising kegiatan lembaga pengelola zakat, tidak akan berarti sama

sekali. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising

yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal

meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya.

Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana

maka tidaka ada sumber daya yang dihasilkan. Apabila sumber daya tidak

ada, maka lembaga akan kehilangan untuk terus menjaga kelangsungan

programnya, sehingga pada akhirnya akan mati.

b. Memperbanyak atau menghimpun donatur

Tujuan kedua dari fundraising adalah menghimpun donatur.

Organisasi pengelola zakat yang melakukan fundraising harus terus

menambah jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah

donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka ada dua cara

yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau

menambah jumlah donatur pada saat setiap donatur mendonasikan dana

yang tetap sama. Diantara kedua pilihan tersebut, maka menambah

donatur adalah cara yang relativ lebih mudah dari pada menaikan, jumlah

donasi dari setiap donatur. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau

fundraising dari waktu ke waktu fundraising juga harus berorientasi dan

berkonsentrasiDengan alasan ini maka, mau tidak mau fundraising dari

(46)

c. Meningkatkan atau membangun citra lembaga

Disadari atau tidak, aktifitas fundraising yang dilakukan oleh

sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), baik langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Fundraising adalah

garda terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan

masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra

lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula

bersifat negatif. Dengan citra ini setiap orang akan menilai lembaga, dan

pada akhirnya menunjukan setiap atau prilaku terhadap lembaga. Jika

yang ditunjukan sikap atau prilaku terhadap lembaga. Jika yang

ditunjukan adalah citra yang positif, maka dukungan dan simpati akan

mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga, dan dengan demikian tidak

ada lagi kesulitan dalam mencari donatur, karena dengan sendirinya

donasi akan diberikan kepada lembaga. Demikian pula halnya dengan

kepercayaan, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali

mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada lembaga.

d. Menghimpun simpatisan/ relasi dan pendukung

Kadangkala ada seseoarang atau sekelompok orang yang telah

berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah

organisasi pengelola zakat atau lembaga swadaya masyarakat. Mereka

mempunyai kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut. Akan

(47)

dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena ketidak mampuan

mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi simpatisan dan

pendukung lembaga meskipun tidak menjadi donatur. Kelompok seperti

ini harus diperhitungkan dalam aktivitas fundraising, karena meskipun

mereka tidak memberikan donasi, mereka akan berusaha melakukan dan

berbuat apa saja untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap

lembaga. Kelompok seperti ini pada umumnya secara natural bersedia

menjadi promotor atau informan positif tentang lembaga kepada orang

lain. Kelompok seperti ini sangat diperlukan oleh lembaga kepada orang

lain.

e. Meningkatkan kepuasan donatur

Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan donatur. Tujuan

ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang,

meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis dilakukan

sehari-hari.

4. Metode Serta Misi Dan Motivasi Fundraising

Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan,

kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi donatur yang berdonasi

melalui sebuah organisasi pengelola zakat. Karena jika hal tersebut terpenuhi

(48)

Dalam melakukan fundraising ada beberapa metode yang harus di

lakukan oleh lembaga zakat, di antaranya:24

a. Metode fundraising langsung (direct Fundraising)

Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara

langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana proses interaksi dan

daya akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung)

dilakukan. Apabila dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan

donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga, maka segera

dapat dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang

diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari

metode ini adalah: Direct mail, direct advertising, telefundraising dan

presentasi langsung.

b. Metode fundraising tidak langsung (Indirect Fundraising)

Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan

teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur

secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan

dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur

seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang

mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara

khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai

24

(49)

contoh dari metode ini adalah: Advertorial, Image Compaign dan

penyelenggaraan Event.

Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode

fundraising ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya memiliki

kelebihan dan tujuannya sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan

karena tanpa metode langsung, donatur akan kesulitan untuk

mendonasikan dananya. Sedangkan jika semua bentuk fundraising

dilakukan secara langsung, maka akan tampak donatur dan berpotensi

menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara

fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua

metode tersebut.

Melihat perkembangan lembaga zakat yang semakin bagus,

kegiatan fundraising saat ini harus ditangani dengan sangat serius dan

dengan strategi yang bagus oleh setiap organisasi pengelola zakat yang

mengandalkan berjalannya program dan operasional lembaga dari dana

masyarakat. Fundraising akan sangat mempengaruhi maju mundurnya

organisasi pengelola zakat. Ketika dana yang dihimpun dari donatur

semakin menipis, maka organisasi pengelola zakat tidak akan mampu

membantu dan memberdayakan mustahik. Pada tahap lanjut, jika

organisasi pengelola zakat tidak berhasil melakukan fundraising, maka

(50)

Sedangkan untuk misi dan motivasi fundraising itu sendiri adalah

sebagai berikut:25 1. Ikhlas

2. Meningkatkan kalimatullah

3. Peduli terhadap derita umat

4. Melakukan pemberdayaan umat

5. Dakwah

6. Membantu dan melayani umat

7. Terus serta menjadi bagian dalam mencapai ”Khairul Ummah”.

C. Konsep Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan (empowerment). berasal dari kata power yang

berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.

Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya,

karena itu pemberdayaan dapat beraati kekuatan dalam diri manusia, suatu

sumber kreatifitas.26

25

Ibid. h. 70

26

(51)

Carlzaon dan Macauley sebagaimana dikutif oleh wasistiono

(1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan

adalah sebagai berikut: membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan

memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,

keputusan-keputusannya dan tindakan-tindakannya.

Sementara Shardlow (1998:32) mengatakan pada intinya:

“pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.”

Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah system

tindakan nyata yang menawarkan alternative model pemecahan masalah

ummah dalam bidang social, ekonomi dan lingkungan.

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan

sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan

hasil yang memuaskan.27

Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara

teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan.

Dalam pengertian lain pemberdayaan adalah upaya memperluas horizon

pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat

(52)

dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan dalam

pandangan Islam, pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti.28 Dan Dalam pengertian lain disebutkan bahwa pemberdayaan adalah

sebuah proses dimana seseorang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi

dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian

serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan kepada seseorang untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan,

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.29

Pemberdayaan juga adalah suatu proses yang berjalan terus menerus

untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam

meningkatkan taraf hidupnya. Proses tersebut masyarakat bersama-sama

mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya,

mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian,

menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus memantau dan

mengkaji proses serta hasil kegiatannya.30

Pengertian Pemberdayaan menurut Undang-Undang No 20 tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 8 adalah upaya yang

28

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideology, Strategi sampai Tradisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 41-42.

29

http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelemb agaan.pdf. Diakses pada tanggal 21 januari 2011.

30

(53)

dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat

secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha

terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan

berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Dari beberapa pengertian pemberdayaan di atas, dapat disimpulkan

bahwa pemberdayaan adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat untuk memperbaiki dan juga

meningkatkan taraf hidup, termasuk individu-individu yang mengalami

masalah kemiskinan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keberadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.

2. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat atau community development (Comdev),

memiliki tujuan utama yaitu memberdayakan individu-individu dan

kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran,

pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk

(54)

pembentukan kelompok-kelompok social besar yang bekerja berdasarkan

agenda bersama.31

Pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk memotivasi dan

memfasilitasi masyarakat memperbaiki diri, komunitas dan lingkungannya

dalam mencapai tujuannya.32

Adapun tujuan Pemberdayaan menurut Undang-Undang No. 20 tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pasal 5 adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

3. Pola-pola Pemberdayaan

a. Pola pemberdayaan ekonomi Masyarakat

Pola pemberdayaan ini mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur

pokok sebagai berikut:33

31

Edi Suharto.CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 67

32

www.kriyamaya.or.id/index.php?option=com_docman.(powerpoint), diakses pada tanggal 18 januari 2011

33

(55)

1) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai

2) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3) Aktivitas yang dilakukan terencana serta harus sesuai dengan

kebutuhan dan sumber daya setempat.

4) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan

5) Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi

terutama dalam wirausaha.

6) Ada keharusan membantu seluruh lapsan masyarakat khususnya

masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerja sama

sulit di capai.

Dengan demikian, pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat

bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti

suatu kegiatan tetapi kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti

dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam menggerakan partisipasi masyarakat, pendekatan yang

dilakukan haruslah mendasarkan pada kebutuhan yang dirasakan (felt

needs).Sekurangnya ada 4 perspektif dalam melihatfelt needs,yaitu:

1) Penilaian agen pembangunan tentang Community needs dari sudut

pandang tujuan pemberdaya itu sendiri.

(56)

3) Penilaian komunitas yang diperoleh dari pengertian mereka tentang

tujuan agen pembangunan.

4) Konsepsi komunitas tentangneeds

Sedangkan untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang

baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka community

woker dapat melakukan tugas di bawah ini, yaitu:

a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut

dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya

diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.

b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah

sukses dan sejahtera.

c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang

prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari

masalah berbisnis.

d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat

dimanfaatkan.34

4. Tahap-tahap pemberdayaan

Guna mencapai perubahan yang lebih baik maka tahapan siklikal

pemberdayaan haruslah melewati beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan pengenalan masyarakat terhadap ekonomi

34

(57)

b. Tahapan pengenalan permasalahan dan identifikasi kebutuhan wirausaha.

c. Tahapan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengusaha

d. Tahapan implementasi rencana kegiatan

e. Tahapan evaluasi implementasi rencana kegiatan

f. Tahapan perluasan pemberdayaan masyarakat

Tahapan di atas merupakan tahapan siklikal yang dapat berputar

seperti suatu siklus guna mencapai perubahan yang lebih baik. Merujuk pada

berbagai literatur, maka upaya memberdayakan masyarakat haruslah:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang dalam berwirausaha skala kecil dan menengah. Dalam

menciptakan iklim ini kebijaksanaan harus berpihak pada masyarakat,

disertai dukungan infrastruktur dan kelembagaan social, ekonomi, politik

yang memadai.

b. Pemberdayaan dengan cara membangun daya, mendorong, memotivasi

dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia harus

menjadi fokus diprioritaskan.

c. Memperkuat potensi atau daya yang yang dimiliki oleh masyarakat, dalam

kontek ini maka pembangunan kelembagaan social, ekonomi politik

menjadi penting artinya.

(58)

e. Pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya.35

5. Indikator pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah

proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukan

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial

yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

Gambar

GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
Gambar 1.1.Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008.............................................
Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008
GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang mempengaruhi sehingga hasil penelitian pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan terhadap sosial ekonomi rumah tangga pada

Penelitian ini untuk mengetahui pengelolahan dana zakat produktif yang ada di Rumah zakat kota Malang dan model Pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Rumah zakat

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah Pengelolaan Zakat Produktif untuk peningkatan ekonomi mustahik (Studi pada program pemberdayaan ekonomi kampong ternak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) Strategi pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang. 2) Kendala-kendala pengelolaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zakat produktif untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Badan Amil Zakat Nasional kabupaten Kendal mempunyai program pendayagunaan

Aktivitas yang dilakukan Rumah Zakat dalam meningkatkan jumlah pendapatan selama ini perlu diacungi jempol.. Karena Rumah Zakat sukses dalam fundraising maka Rumah

Tinjauan ekonomi Islam mengenai Strategi Sosialisasi Rumah Zakat Cabang Pekanbaru dalam meningkatkan kesadaran membayar zakat masyarakat sudah sesuai dengan syariat

Tantangan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Lembaga BAZNAS memiliki peran yang sangat vital dalam mengelola dana zakat sebagai filantropi pemberdayaan ekonomi umat.64 Tugas BAZNAS