• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT DALAM PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ DI BAZNAS KABUPATEN LUMAJANG TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT DALAM PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ DI BAZNAS KABUPATEN LUMAJANG TESIS"

Copied!
297
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Magister Ekonomi Syari’ah (M.E.)

Oleh:

AZIZ ABDILLAH NIM : 0839217012

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) JEMBER 2020

(2)
(3)
(4)













Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.1

1 Al-Qur’an, 09:103.

(5)

Pembimbing: 1) Dr. Moch. Chotib, MM 2) Dr. Nurul Widyawati Islami R,. M.Si

Zakat memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Manfaat zakat dapat dirasakan apabila zakat dikelola dengan baik. Sementara itu, pengelolaan zakat di Indonesia masih kurang efektif, masyarakat cenderung membayarkannya langsung kepada mustahiq, seolah-olah masyarakat belum percaya sepenuhnya kepada lembaga pengelola zakat. Oleh sebab itu, untuk mengetahui peran dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kabupaten Lumajang dalam pemberdayaan mustahiq.

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: 1). Bagaimana strategi Pengelolaan Zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang ?. 2). Apa saja kendala pengelolaan zakat di BAZNAS kabupaten Lumajang dalam pemberdayaan mustahiq ?

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) Strategi pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang. 2) Kendala-kendala pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS Kabupaten Lumajang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik puposive sampling dan Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan strategi pengelolaan zakat dengan prinsip good governance: 1). Transparanasi. Memberikan laporan secara transparan kepada publik melalui website atau media elektronik lainnya dan melalui media cetak berupa majalah. 2). Akuntabilitas. Seberapa jauh penyaluran dana ini sesuai dengan target, sasaran, program dan tersampaikan kepada mustahiq untuk tetap menjaga kepercayaan publik. 3). Responsibilitas. Respon cepat untuk menyelesaikan kendala-kendala dan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, BAZNAS hadir dengan cepat dan segera dalam menyelesaikan permasalahan umat. 4). Independensi. Tidak terikat dengan pihak-pihak lain yang mempengaruhi atau ikut campur tangan terhadap pengelolaan zakat. 5).

Kesetaraan & Kewajaran. Setara dengan lembaga amil zakat lainnya yang didirikan oleh masyarakat dalam lingkup internal, dan setara dengan lembaga- lembaga kepemerintahan dalam lingkup eksternal. Temuan kendala –kendala yang dihadapi: 1). Kurangnya kepercayaan masyarakat. 2). Kurangnya peran serta ulama untuk memberikan dukungan. 3). Masyarakat belum mengenal BAZNAS lebih dekat. 4) Belum adanya Perda yang mengatur tentang zakat harus disalurkan kepada lembaga pengelola. 5). Kurangnya kesadaran masyarakat.

Kata Kunci: Strategi Pengelolaan, Zakat

(6)

Advisor: 1) Dr. Moch. Chotib, MM 2) Dr. Nurul Widyawati I. R,.

M.Sc.

Zakat has enormous benefits for the welfare of society. The benefits of zakat can be felt if zakat is managed well. Meanwhile, the management of zakat in Indonesia is still ineffective, people tend paying it to mustahiq directly, as if the people have not trusted yet to zakat management institutions. Because of that, to know the role of the Lumajang District Amil Zakat Agency (BAZNAS) in empowering mustahiq.

The focuss oh these researches are: 1). How is the strategy of Zakat Management in empowering mustahiq in BAZNAS Lumajang district? 2). What are the obstacles in zakat management in BAZNAS Lumajang district in empowering mustahiq?

This study aims to describe: 1) The strategy of Zakat Management in empowering mustahiq in BAZNAS Lumajang district. 2) The obstacle of zakat management in empowering mustahiq in BAZNAS Lumajang Regency.

This research uses a qualitative approach with a descriptive approach.

Methods of data collection uses an interview, observation, and documentation.

Determination of informants uses a purposive sampling technique and data analysis in this study includes data reduction, data presentation and drawing conclusions.

The result of this research shows that zakat management strategy is based on the principle of good governance: 1). Transparency. Giving a report in a transparent manner for the public via website or other electronic media and via printed media in the form of magazine. 2). Accountability. How far the distribution of these funds are suitable with the targets, programs and conveyed to mustahiq to keep confidential public. 3). Responsibility. Quick response to solve the obstacles and problems faced by the society, BAZNAS comes quickly and immediately in solving the problems of the people. 4). Independence. Not tied to other parties who influence or interfere with the management of zakat. 5).

Equality & Fairness. As equal as other amil zakat institutions established by the society in the internal sphere, and also as equal as the government agencies in the external sphere. The findings of the constraints are: 1). Lack of public trust. 2).

Lack of participation of scholars to give a support. 3). The public haven’t known BAZNAS nearer. 4) there is no a regional regulation which regulates about zakat which must be distributed to the management institution. 5). Lack of public awareness.

Keywords: Management Strategy, Zakat.

(7)

ةيموكلحا ةيملاسلإا .

لولأا فرشلما :

يرتسجالما بطاخ دممح روتكدلا .

نياثلا فرشلما :

رون روتكدلا

يرتسجالما يملاسإ تياوايديولا .

ءاكرشلا لحاصلم ةيرثك عفانم ةاكزللف ,

احيحص افيرصت اهفرصن نإ اهعفانم دنج فوسو ,

انيأر كلذ عمو

ائيش لزي لم اهفرصت نأ ايسنودنأب ,

ةاكزلا فرصت تيب اونمتئي لم منهأك اسفن ينقحتسلما لىا ءاكرشلا اهفرصي دقو .

ينقحتسلما ىلع ةاكزلا فرصت في سانزاب نم راودلأا ىلع ملعلل انلو .

وى ثحبلا اذى في زيكترلا ١

- ةاكزلا فرصت ةقيرط فيك ؟جناجامول سانزاب في ينقحتسلما ىلع

٢ - فرصت عناوم امو ةاكزلا

؟جناجامول سانزاب في ينقحتسلما ىلع

ةنابئل ثحبلا اذى ١

- ينقحتسلما ىلع ةاكزلا فرصت ةيجيتاترسإ جناجامول سانزاب في

٢ - ةنابئلو

جناجامول سانزابب مهيلع اهفرصت عناوم .

يفصولا جهنم عم ةيعون ةقيرط ثحبلا اذى مدختساو .

تلاباقلما مادختساب تانايبلا عجم قرط

قئاثولا ةظحلالماو .

تاينقت مادختسا نيبرخلما ديدتح ناكو ةساردلا هذى في تانايبلا ليلتحو ةفدالها تانيعلا ذخأ

اهيلع راصتخلإاو اهيمدقتو تانايبلا ضيفتخ ىلع نوكتي .

يى ةنسح ةقبرظب ةاكزلا فرصت في ةساردلا هذى جئاتن رهظتو ١

- فاشكنلإا :

رابخلإا نوك

تيسبو ةليسوب امآع افشكنم (

(website

تلالمجا نم ىرخأ ولأ مادختسا وا ٢

- ةيلوئسلما : ردق ةفرعم

ةأورملل ينقحتسلما لىا الهوصو ةفرعم و وفاذىأو هدصاقم بسح ىلع فرصت ٣

- ةباجلإا : ةياهنل ةعرس ةباجإ

ءاكرشلا دمأ ىلع لئاسمو قئاوع ,

ءاكرشلا لئاسم ةيانه ىلع لجعي و عرسي جناجامول سانزاب ناكو ٤

-

للاقتسلإا :

ةاكزلا فرصت يرثأت في ىرخلأا قرفلا نم للاقتسلإا ٥

- شحاوفلا و لداعتلا :

ينبو اهنيب يوتست

مبه ءاكرشلا اهماقا تيلا ىرخلأا ةاكزلا فرصت تويب .

ةهجولما لئاسلما :

١ - ءاكرشلا قيدصت ليلق ٢

- رودلا ليلق

ةياعرلل ءاملعلاو ٣

- سانزاب ىلع ءاكرشلا ةفرعم مدع ٤

- فرصت قرط ىلع اهمظن يذلا يللمحا ميظنتلا مدع

ةاكزلا ٥ - ءاكرشلا نم دشر ليلق .

ةدشرملا ةملكلا :

ةيفيرصتلا ةيجيتاترسلإا ,

ةاكزلا

.

(8)

Kampung Zakat Terpadu Kementerian Agama Jember di Dusun Pace Desa Jambearum Kabupaten Jember” ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menuntun ummatnya menuju agama Allah sehingga tercerahkanlah kehidupan saat ini.

Dalam penyusunan tesis ini, banyak pihak yang terlibat dalam membantu penyelesaiannya. Oleh karena itu patut diucapkan terima kasih teriring do’a jazaakumullahu ahsanal jaza kepada mereka yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan dukungan demi penulisan tesis ini.

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember .

2. Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, M.A. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Jember yang telah memberikan motivasi dan kebijakan yang baik dalam penyusunan tesis.

3. Dr. Moch. Chotib, M.M. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar sampai selesai.

4. Dr. Nurul Widyawati I. R. S.Sos,. M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar sampai selesai.

(9)

6. H. Atok Hasan Sanusi, S.Sos. selaku Pimpinan BAZNAS Kabupaten Lumajang yang telah bersedia memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

7. Untuk ayah, ibu beserta keluarga semuanya terima kasih untuk tak pernah lelah mendoakan dan mendukung selama ini.

8. Untuk keluaraga besar PP. Kyai Syarifuddin Lumajang beserta para Kyai dan para Guru terima kasih atas dukungan dan doanya yang luar biasa.

9. Teman-teman seperjuangan di Pascasarjana IAIN Jember, teman-teman seperjuangan di PP. Kyai Syarifuddin Lumajang yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya tesis ini.

Semoga penyusunan Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jember, 20 September 2020

Aziz Abdillah

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Istilah ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Teori ... 30

C. Kerangka Konseptual ... 48

(11)

C. Kehadiran Peneliti ... 50

D. Subjek Penelitian ... 51

E. Sumber Data ... 52

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 52

G. Analisis Data ... 53

H. Keabsahan Data ... 54

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 56

A. Paparan Data ... 56

B. Temuan Penelitian ... 101

BAB V PEMBAHASAN ... 111

A. Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pemberdayaan Mustahiq ... 111

B. Kendala-kendala Pengelolaan Zakat dalam Pemberdayaan Mustahiq .... 118

BAB VI PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran-saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN

(12)

2.1 Mapping Penelitian Terdahulu 27 4.1 Pendistribusian BAZNAS Program Lumajang Peduli 63 4.2 Pendistribusian BAZNAS Program Lumajang Taqwa 67 4.3 Pendistribusian BAZNAS Program Lumajang Cerdas 70 4.4 Pendistribusian BAZNAS Program Lumajang Sehat 74 4.5 Pendistribusian BAZNAS Program Lumajang Makmur 75

(13)

4.1 Struktur Organisasi BAZNAS Kab. Lumajang 58 4.2 Alur Pelayanan Pembayaran Zakat ke Kantor 78 4.3 Alur Pelayanan Pembayaran Zakat Melalui UPZ 79 4.4 Standar Operasional Pelayanan, Pendistribusian &

Pendayagunaan (SOP3)

83

4.5 Alur Sistem Keuangan 89

(14)

di bawah

2

ب

b be

ظ

z zed

3

ت

t te

ع

koma diatas

terbalik

4

ث

th te ha

غ

gh ge ha

5

ج

j je

ف

f ef

6

ح

h} ha dengan titik

di bawah

ق

q qi

7

خ

kh ka ha

ك

k ka

8

د

d de

ل

l el

9

ذ

dh de ha

م

m em

10

ر

r er

ن

n en

11

ز

z zed

و

w we

12

س

s es

ه

h ha

13

ش

sh es ha

ء

koma diatas

14

ص

s} es dengan titik

di bawah

ي

y es dengan titik di bawah

15

ض

d} de dengan titik

di bawah

-

- de dengan titik di bawah

(15)

yang berasal dari bahasa asing (Inggris dan Arab) juga harus dicetak miring atau digarisbawahi. Karenanya, kata dan istilah Arab terkena dua ketentuan tersebut, transliterasi dan cetak miring. Namun untuk nama diri, nama tempat dan kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia cukup ditransliterasikan saja.

Bunyi hidup dobel (diftong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf ay dan aw.

Shay’, bayn, maymūn, ‘alayhim, qawl, d}aw’, mawd}ū’ah, mas}nū’ah, rawd}ah.

Bunyi hidup (vocalization atau harakah) huruf konsonan akhir pada sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi. Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan (consonant letter) akhir tersebut. Sedangkan bunyi (hidup) huruf akhir tersebut tidak boleh ditransliterasikan. Dengan demikian, maka kaidah gramatika Arab tidak berlaku untuk kata, ungkapan atau kalimat yang dinyatakan dalam bentuk transliterasi latin.

Khawāriq al-‘ādah bukan khawāriqu al-‘ādati; inna al-dīn ‘inda Allāhi al- Islām bukan inna al-dīna ‘inda Allāhi al-Islāmu;, wa hādhā shay’ ‘inda ahl al-‘ilm fahuwa wājib bukan wa hādhā shay’un ‘inda ahli al-‘ilmi fahuwa wājibun.

Sekalipun demikian dalam transliterasi tersebut terdapat kaidah gramatika Arab yang masih difungsikan yaitu untuk kata dengan akhiran ta’ marbūţah yang bertindak sebagai sifah modifier atau idāfah genetife. Untuk kata berakhiran tā’

marbūţah dan berfungsi sebagai mudāf, maka tā’ marbūţah diteransliterasikan dengan “at”. Sedangkan tā’ marbūţah pada kata yang berfungsi sebagai mudāf ilayh ditransliterasikan dengan “ah’. Ketentuan transliterasi seperti dalam penjelasan tersebut mengikuti kaidah gramatika Arab yang mengatur kata yang berakhiran tā’ marbūţah ketika berfungsi sebagai şifah dan idāfah.

(16)

Maţba’at Būlaq, Hāshiyat Fath al-mu’īn, Silsilat al-Ahādīth al-Sahīhah, Tuhfat al-Tullāb, I’ānat al-Tālibīn, Nihāyat al-uşūl, Nashaat al-Tafsīr, Ghāyat al-Wusūl dan seterusnya.

Maţba’at al-Amānah, Maţba’at al-‘Aşimah, Maţba’at al-Istiqāmah dan seterusnya.

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial letter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.

Jamāl al-Dīn al-Isnāwī, Nihāyat al-Sūfi Sharh Minhāj alWuşūl ilā ‘Ilm al- Uşūl (Kairo: Maţba‟at al-Adabīyah 1954); Ibn Taymyah, Raf’ al- Malām ‘an A’immat al-A’lām (Damaskus: Manshūrat al-Maktabah al-Islāmī, 1932).

Rābitat al-„Ālam al-Islāmī, Jam’īya al-Rifq bi al-Hayawān, Hay’at Kibār

‘Ulamā’ Mişr, Munazzamat al-Umam al-Muttahidah, Majmu‟al- Lughah al-„Arabīyah.

Kata Arab yang diakhiri dengan yā’ mushaddadah ditransliterasikan dengan ī. Jika yā’ mushaddadah yang masuk pada huruf terakhir sebuah kata tersebut diikuti tā’ marbūţāh, maka transliterasinya adalah īyah. Sedangkan yā’

mushaddadah yang terdapat pada huruf yang terletak di tengah sebuah kata ditransliterasikan dengan yy.

Al-Ghazālī, al-Şunā‟nī, al-Nawawī, Wahhābī, Sunnī Shī’ī, Mişrī, al- Qushayirī Ibn Taymīyah, Ibn Qayyim al-Jawzīyah, al-Ishtirākīyah, sayyid, sayyit, mu’ayyid, muqayyid dan seterusnya.

Kata depan (preposition atau harf jarr) yang ditransliterasikan boleh dihubungkan dengan kata benda yang jatuh sesudahnya dengan memakai tanda

(17)

atau bi al-madhāhib al-arba’ah.

Kata Ibn memiliki dua versi penulisan. Jika Ibn terletak di depan nama diri, maka kata tersebut ditulis Ibn. Jika kata Ibn terletak di antara dua nama diri dan kata Ibn berfungsi sebagai ‘atf al-bayān atau badal, maka ditulis bin atau b.

Dalam kasus nomor dua, kata Ibn tidak berfungsi sebagai predicative (khabar) sebuah kalimat, tetapi sebagai ‘atf al-bayān atau badal.

Ibn Taymīyah, Ibn ‘Abd al-Bārr, Ibn al-Athīr, Ibn Kathīr, Ibn Qudāmah, Ibn Rajab, Muhammad bin/ b. ‘Abd Allāh, ‘Umar bin/ b. Al-Khaţţāb, Ka’ab bin/ b. Malik.

Contoh Transliterasi Arab-Indonesia dalam Catatan Kaki dan Bibliography

Catatan Kaki

1Abū Ishāq Ibrāhīm al-Shīrāzī, al-Luma’ fi Uşū al-Fiqh (Surabaya: Shirkat Bungkul Indah, 1987), 69.

2Ibn Qudāmah, Rawdat al-Nāzir wa Jannat al-Munāzir (Beirut: Dār al- Kitāb al‟Arabī, 1987), 344.

3Muhammad b. Ismā‟i al-Şan‟ānī, Subul al-Salām: Sharh Bulūgh al- Marām, vol. 4 (Kairo: al-Maktabah al-Tijāryah al-Kubrā, 1950), 45.

4Shāh Walī Allāh, al-Inşāf fī Bayān Asbāb al-Ikhtilāf (Beirut: Dār al- Nafā‟is, 1978), 59.

5al-Shawkānī, Irshād al-Fuhūl (Kairo: Muşţafā al-Halabī, 1937), 81.

6al-Shāţibī, al-Muwāfaqāt fi Uşūl al-Sharī’ah, vol. 4 (Beirut: Dār al-Kutub al-„Arabīyah, 1934), 89.

(18)

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dah shalat, sehingga merupakan ajaran yang sangat penting bagi kaum muslimin. Bila saat ini kaum muslimin sudah sangat paham tentang kewajiban shalat dan manfaatnya dalam membentuk kesholehan pribadi. Namun tidak demikian pemahamannya terhadap kewajiban zakat yang berfungsi untuk membentuk kesholehan sosial. Pemahaman shalat sudah meluas di kalangan kaum muslimin, namun belum demikian terhadap zakat.1

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan,2 baik dilihat dari sisi ajaran islam maupun pembanguan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun islam yang lima, sebagaimana hadis berikut :

عَا عَ عُ عْ عَ عُا عَ عِ عَ عَ عَ عُ عْ عْا عِ عَ

عَاوعُسعَ عُتععِعَسَ , عَ عّ عَسعَ عِ عْ عَ عَ عُا لَّ عَ عِا

عُاوعُ عَيَ

عَعِنِعُا :

عِةعَلالَّصل عِم عَ عِإعَ عِا عُاعْوعُسعَ ًدلَّ عَعُمُ لَّنعَأعَ عُا لَّلاعِإ عَ عَلعِإ عَلا عْنعَأ عُةعَد عَهعَش ٍسعْعَخَ عَ عَ عُمعَلاعْس عْلْ

عَن عَ عَ عَ عِموعَ عَ جِّ عَعْا عَ عِة عَ لَّلل عِا عَ عْيَ إعَ

. ( س ي خبل ه

3

)

Dari Abu Abdur Rahman Abdullah bin Umar bin Khathab radhiyallahu

„anhuma telah berkata : Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sabda : “Islam dibangun atas 5 dasar : (1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan shalat, (3) Mengeluarkan zakat, (4)

1 Yusuf Qardawi, Al Ibadah Fil Islam, (Beirut : Muassasah Rísalah, 1993), 235.

2 Yusuf al-Qardawi, Al-Ibadah fil Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), 235.

3 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Dar al-Fikr, 1981)

(19)

Mengerjakan haji ke Baitullah, dan (5) Puasa pada bulan Ramadhan.”

(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma‟lum minad-diin bidh- dharurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang.4

Dalam akhir abad kedua ini, bersamaan dengan kebangkitan kembali umat islam diberbagai sektor kehidupan, ajaran zakat juga menjadi salah satu sektor kehidupan, ajaran zakat juga salah satu yang mulai digali dari berbagai dimensinya. Meningkatnya kesejahteraan umat islam memberikan harapan baru dalam mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat khususnya yang didasari pemikiran kaoitalistik telah menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan ini, seperti : kesenjangan dalam kehidupan sosial ekonomi. Tidak terkecuali Indonesia juga mengalami booming ekonomi, namun sekarang hancur lebur. Akibat dari itu mengakibatkan multi krisis yang berkepanjangan hingga hari ini. Pemerintah tidak mampu menggerakkan ekonomi makro dan mikro.5

Banyak masyarakat yang menginginkan hidup sejahtera, namun dalam realita keidupan justru kemiskinan semakin merajalela. Al-Quran telah memberikan panduan dan perintah agar umat islam menjauhi kemiskinan.

Bahkan Nabi menyatakan bahwa kemiskinan akan menyebabkan umat menjadi kufur.6 Maka dari itu islam tidak bersikap dingin dan membiarkan

4 Ali Yafie, Menggagas Fiqh sosial (Bandung, 1994), 231.

5 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat di Indonesia, (Prenamedia Group: 2015), 46.

6 Nabil Subhi ath-Thawil, Kemiskinan dan keterbelakangan di Negara – negara Muslim, alih bahasa Muhammad Bagir, cet. Ke-3, (Bandung: Mizan, 1993), 39.

(20)

nasib fakir miskin makin terlantar.7 Kendati demikian, keadaan sosial dalam islam tidak mengharuskan agar setiap orang mempunyai tingkat kemampuan ekonomi yang sama dan terhapusnya kemiskinan dalam masyarakat.

Terciptanya konsisi masyarakat yang harmonis dan hilangnya faktor penyebab rendahnya produktivitas, pertumbuhan dan pengembangan potensi sumber daya masyarakat adalah cita – cita umat islam yang mesti diperjuangkan karena masalah kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama.8

Berkaitan dengan masalah tersebut, sesungguhnya Allah telah menetapkan suatu bagian tertentu yang telah pasti bagi fakir miskin, yaitu zakat. Dengan demikian, sesungguhnya umat islam memiliki potensi yang besar untuk mengatasi dan menghilangkan kemiskinan. Setidaknya dana zakat dapat membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial.9

Apabila dalam setiap suatu pekerjaan ibadah mengandung segi – segi sosial, maka dalam zakat ini sangat identik dengan fungsi sosialnya.

Keberadaan zakat sendiri sebagai suatu instrumen sosial ekonomi, memiliki aspek historis tersendiri pada masa kejayaan islam. Zakat sebagai sebuah elemen dalam dimensi perekonomian telah memainkan peranan penting dalam membentuk aspek fiskal dalam struktur perekonomian sebuah negara.10

7 Yusuf Qardawi, Konsepsi Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, alih bahasa Umar Fanany, cet. Ke-3 (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), 99.

8 Abdurrahman Qadir, Zakat dalam dimensi Mahdlah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 152.

9 Novita Intan.”Zakat bisa mengentaskan kemiskinan”, republika, 07 Desember 2017.

10 Novita Intan.”Zakat bisa mengentaskan kemiskinan”, republika, 07 Desember 2017.

(21)

Didalam Al-Quran terdapat dua puluh tujuh ayat11 yang menyejajarkan kewajiban shalat dengan zakat. Terdapat berbagai ayat yang memuji orang- orang yang sungguh-sungguh menuaikannya,12 dan sebaliknya memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya.13 Karena itulah Abu Bakar Ash-Shiddiq bertekad memerangi orang-orang yang shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.14 Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan maka akan memunculkan berbagai masalah sosial ekonomi dan hal yang tidak baik dalam kehidupan masyarakat.

Berbicara masalah zakat, yang terpenting dan tidak boleh dilupakan adalah peran amil zakat selaku pengemban amanah pengelolaan dana itu. Jika amil zakat dapat berperan dengan baik maka tujuh ashnaf lainnya akan meningkat kesejahteraannya. Tetapi jika amil zakat tidak menjalankan perannya dengan baik dalam mengelola dana zakat, maka harapan kesejahteraan terhadap tujuh ashnaf yang lain akan menjadi impian belaka.

Itulah nilai strategis amil. Dengan kata lain, hal terpenting dari zakat adalah bagaimana pengumpulan dan pendayagunaannya.15

Meskipun telah diketahui dan dipahami betapa indahnya syari’at zakat manakala dilaksanakan dengan baik dan sungguh – sungguh, namun sampai saat ini pelaksanaan ibadah zakat belum terlaksana sebagai mana mestinya.

Potensi zakat Indonesia diatas kertas luar biasa besar, belum lagi jika

11 Yusuf al-Qardawi, Fiqhus Zakat (Beirut: Muassasah, 1991), 41.

12 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya.QS. At-Taubah ayat 5 dan 11

13 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya. QS. At-Taubah ayat 34 - 35

14 Abu Bakar Jaabir al-Jazaari, Minhajul Muslim (Beirut: Daar al-Fikr, 1976), 41.

15 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat, 2.

(22)

ditambah infaq, shadaqah, serta wakaf, akan diperoleh angka yang cukup fantastis.

Salah satu penyebab belum berfungsinya zakat sebagai instrumen pemerataan yang belum optimal dan kurang efektifnya sasaran zakat karena manajemen penggunaan dan pengelolaan zakat belum terlaksana sebagaimana mestinya, baik pengetahuan pengelola maupun instrumen pengelolaan serta sasaran zakat.16

Indonesia dalam undang-undangnya menjamin kemerdekaan tiap-tiap individu untuk menganut dan menjalankan aturan agamanya. Maka zakat sebagai salah satu Rukun Islam menjadi kewajiban individu muslim dari populasi muslim terbesar di dunia. Kemajuan pengelolaan zakat harus kita terima, disamping ketidakefektifan tata kelola zakat di negeri kita. Masyarakat sebagai subjek harus diatur oleh lembaga yang berwenang sehingga pengelolaan itu bisa terwujud secara efektif. Faktanya, justru diluar harapan bersama. Mungkin beberapa alasan di bawah ini bisa menjelaskan sebab pengelolaan zakat yang tidak efektif di Indonesia:

1. Kesadaran masyarakat yang kurang terhadap peran zakat bagi perekonomian. Zakat sebagai intrumen penting tidak hanya sebatas pemenuhan rukun Islam, namun lebih luas dalam sudut pandang agama, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Dorongan zakat yang terlihat saat ini hanya dari sisi pemenuhan kewajiban muzakki (orang yang membayar zakat), padahal ada hal penting lain berupa sisi kemanfaatan

16 Muhammad Irfan Maulana “Optimalisasi Peran Zakat Terhadap Pemerataan Ekonomi Masyarakat Indonesia”, Kompasiana 08 Juni 2016

(23)

masa depan bagi mustahik (orang yang menerima zakat). Zakat sebagai instrumen penting distribusi ekonomi agar harta para aghniya (orang kaya) bisa beredar ke kalangan dhuafa (orang lemah ekonomi). Menurut data salah satu LAZ terpercaya, Dompet Dhuafa, menilai potensi zakat di Indonesia bisa mencapai Rp. 217 trilyun. Namun realistisnya yang terhimpun baru sekitar Rp. 2,73 trilyun, artinya baru sekitar satu persen zakat yang terhimpun dari potensi zakat yang ada di Indonesia.

(Kompas.com 2/7/16). Dari realitas ini masyarakat harus kembali digalakkan pemahamannya tentang zakat, karena awamnya yang dipahami masyarakat hanya berupa zakat fitrah yang dikeluarkan saat Bulan Ramadhan saja. Padahal, jenis zakat dan tujuan berzakat itulah yang penting diedukasi kepada masyarakat.

2. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah yang lemah dan tidak transparan. Harus diakui bahwa BAZ yang dibentuk pemerintah masih jauh dari prinsip professional-productive. BAZ Daerah yang dibentuk oleh pemerintah hanya menerima pengumpulan yang sifatnya masih terbatas pegawai negeri dan zakat profesi. Meskipun tidak semua, tapi kebanyakan masyarakat lebih memilih LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh non-pemerintah karena lebih dipercaya dan lebih fleksibel untuk pengumpulannya. Zakat yang dibayarkan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan bentuk zakat yang disalurkan bermacam-macam, seperti zakat fitrah, zakat mal, zakat profesi, zakat pertanian, zakat fidyah, qurban, hingga menerima shodaqoh berupa pakaian dan barang-barang

(24)

bekas yang masih layak dan bisa dimanfaatkan kembali. Jika dilihat, masyarakat Indonesia lebih menginginkan hal yang praktis dan mudah dalam pengelolaan zakat. Keterbatasan lembaga pemerintah tidak menutupi perspektif masyarakat akan kekurangan yang dimiliki, bisa jadi karena faktor ketidaknyamanan saja; atau bisa jadi ketidakpercayaan itu muncul atas lemahnya sistem birokrasi dan good governance dalam tubuh lembaga itu sendiri. Maka penting untuk mengatur positioning lembaga pemerintah terhadap zakat sehingga masyarakat tidak hanya sekedar pemenuhan pribadi atas kewajiban agamanya, tapi karena dorongan kesejahteraan masyarakat yang harus dikelola oleh negara.

Di kabupaten Lumajang terdapat beberapa lembaga amil zakat diantaranya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqoh Nahdhatul Ulama’ (LAZISNU), Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqoh Muhammadiyah (LAZISMU), ZISWAF Rumah Perubahan Indonesia, Lembaga Amil Zakat Shidogiri (Laz Shidogiri), Graha Zakat Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Lumajang, Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Dapur Dhuafa, LAZNAS Yatim Mandiri Lumajang.

Pada BAZ Kabupaten Lumajang Jawa Timur dalam 3 tahun terakhir 2016 dan 2017, menunjukkan prestasi dalam pengumpulan dana zakat secara signifikan, maksudnya perolehan dana zakat di kabupaten Lumajang sangat potensial. Bisa dilihat dari grafik perolehan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) yang terus meningkat selama 3 tahun terakhir. Tahun 2016 memperoleh dana 1 miliar, tahun 2017 dana ZIS terkumpul sekitar 1,5 miliar dan pada

(25)

tahun 2017 sejumlah 1,8 miliar. Bahkan perolehan pengumpulan dana zakatnya dapat dikategorikan termasuk tertinggi di Jawa Timur. Menariknya, tingginya perolehan dana zakat ini bukan disebabkan karena demografis daerah dalam hal potensi pengumpulan zakat. Artinya kondisi potensi zakat di Kabupaten Lumajang adalah kondisi umum sebagaimana pada daerah lain di Propinsi Jawa Timur. Di samping itu, di Kabupaten Lumajang juga belum ada instrumen konstitusi daerah (PERDA) sebagai regulasi zakat dalam mengikat dan menunjang pengumpulan zakat. Ketika kondisi dan potensi sama akan tetapi hasilnya berbeda, maka yang harus dilihat adalah sistemnya.17

Ketua Baznas Kabupaten Lumajang, Atok Hasan Sanusi melaporkan bahwa Baznas Kabupaten Lumajang pada tahun 2018 berhasil mengumpulkan Rp 4,6 Milyar dan mendistribusikan Rp 4,8 Milyar hasil tambahan saldo tahun sebelumnya. Pada tahun 2019, Ketua Baznas tersebut mengaku bahwa pihaknya akan lebih mengoptimalkan pengumpulan zakat dan melakukan pemberdayaan melalui Zakat Community Development (ZCD).18

Melalui program ZCD tersebut, Baznas Lumajang akan mengoptimalkan pemberdayaan melalui komunitas dan desa dengan mengintegrasikan aspek dakwah, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan secara komprehensif yang sumber pendanaannya dari zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya. (Kominfo-lmj)

Menurut Bapak Darwan selaku bidang pendistribusian zakat, dalam melakukan pendistribusian dan pengumpulan, ada beberapa kinerja yang sulit

17 Wawancara dengan Bagian Bidang Pendistribusian (Bapak Darwan Darussalam).

18 https://portalberita.lumajangkab.go.id/detail_berita.php?id=aXGIfI9p

(26)

untuk diterapkan, menurutnya berdasarkan sekala perioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Namun praktiknya tidaklah mudah, oleh karena itu salah satu hal yang harus dihadapi oleh staf dan karyawan BAZNAS Kabupaten Lumajang adalah keselektifan dan selalu menjaga kepercayaan muzakki agar kegiatan pengumpulan dan pendistribusian tetap berjalan dengan lancar dan dilaksanakan dengan tepat dan baik sesuai dengan syari’at islam.19

Disamping itu problem dalam pembayaran zakat di kabupaten Lumajang diantaranya:

1. Masyarakat cenderung membayarkannya langsung kepada mustahiq, mengapa demikian ?

2. Mengapa seolah-olah masyarakat belum percaya sepenuhnya kepada lembaga ini ?20 Hal ini merupakan masalah yang harus ditemukan jawabannya.

Berdasarkan deskripsi tersebut dan untuk mengetahui peran dari beberapa lembaga amil zakat, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di BAZNAS kabupaten Lumajang yang merupakan lembaga nirlaba. Selain akses yang terjangkau, organisasi pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Lumajang telah menerapkan distribusi zakat secara produktif. Hal inilah yang menjadi ketertarikan peneliti, bagaimana penerapan zakat yang produktif dalam pemberdayaan mustahiq seperti apa, yang nantinya menjadi cerminan bagi organisasi pengelola zakat lainnya khususnya

19 Wawancara dengan Bagian Bidang Pendistribusian (Bapak Darwan Darussalam).

20 Wawancara dengan Bagian Bidang Pendistribusian (Bapak Darwan Darussalam).

(27)

di daerah Jawa Timur. Ketertarikan lain peneliti dengan obyek pemilihan tersebut, agar supaya penelitian ini menjadi penerapan dasar kepercayaan kepada masyarakat, dapat memotivasi lembaga amil zakat tersebut untuk meningkatkan profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi. Serta memberikan panduan bagi muzaki atau donatur dalam menyalurkan dananya.

Dengan model rating/kepercayaan seperti ini nantinya publik akan mengetahui lembaga mana yang amanah dan profesional, dan mana yang tidak.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana strategi Pengelolaan Zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang ?

2. Apa saja kendala pengelolaan zakat di BAZNAS kabupaten Lumajang dalam pemberdayaan mustahiq zakat ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang.

b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kendala-kendala pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS kabupaten Lumajang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis; memberikan sumbangan pemikiran bagi khazanah ilmu pengetahuan, mengingat persoalan zakat merupakan suatu kajian

(28)

kontemporer yang menarik dan senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan zaman.

b. Secara praktis; sebagai bahan masukan bagi pengurus BAZNAS, di kabupaten Lumajang, khususnya dalam rangka mengadakan self critic dan self evaluation yang pada gilirannya dapat menjadi titik tolak usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perannya dalam mengelola zakat.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Secara akademis, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan publik dan manajemen zakat.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini menambah kemampuan skill atau kreatifitas dalam penyusunan karya tulis ilmiah khususnya dalam bidang perzakatan.

b. Bagi semua ketua atau pengurus Lembaga Amil Zakat, penelitian ini memberikan masukan ilmiah untuk pengambilan kebijakan bagi pengelolaan zakat yang efektif.

c. Bagi civitas akademika Pascasarjana IAIN Jember, diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan kampus terutama pada prodi Ekonomi Islam.

d. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang mirip pada objek dan fokus yang berbeda.

(29)

e. Bagi pemerintah dan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), dapat dijadikan inspirasi dan contoh dalam memberdayakan zakat agar lebih produktif.

E. Definisi Istilah 1. Strategi

Strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.21 Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan strategi pada dasarnya adalah penentuan cara yang harus dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.22 Adapun yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah penentuan cara yang dilakukan dalam suatu kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Prinsip-prinsip untuk mensukseskan strategi menurut Hatten, yaitu sebagai berikut:23

1) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya.

2) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi.

3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya.

21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 859.

22 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), edisi revisi, hlm. 102.

23 J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strategi Untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit, (Jakarta: PT. Grasindo, 2003), 108.

(30)

4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya.

5) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.

6) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak terkait.

2. Pengelolaan Zakat

Yang dimaksud pengelolaan zakat dalam judul penelitian ini adalah, kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan zakat.

3. Pemberdayaan

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment yang berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em dalam kata empowerment berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas. Menurut bahasa, pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan.

Jadi, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan

(31)

potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan. yang lemah untuk mencegah terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah.24

4. Mustahiq

Mustahiq zakat adalah orang-orang yang berhak menerima zakat,25 sebagaimana disebutkan di dalam QS. At-Taubah (9): 60 yang artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus (amil) zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk orang-orang yang berhutang (al-gharim), untuk jalan Allah (sabilillah) dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

5. BAZNAS Kab. Lumajang

Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.26

BAZNAS Kab. Lumajang yaitu nama institusi atau lembaga pengelola zakat tingkat kabupaten yang dibentuk oleh Pengurus Daerah (PD) dan masyarakat Kabupaten Lumajang, diantaranya ada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lumajang berdiri pada tanggal 11 agustus 2004 sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Lumajang No.

188.45/737/427.12/2004, tanggal 11 agustus 2004 tentang kepengurusan Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Lumajang periode 2004-2009 dan yang terbaru sesuai dengan SK Bupati Lumajang No.

188.45/737/427.12/2009, tanggal 28 Agustus 2009 tentang kepengurusan Badan Amil Zakat (BAZ) kabupaten lumajang periode 2009-2004. Setelah

24 Masdar Farid Mas’udi, Pajak Itu Zakat: Uang Allah untuk Kemaslahatan Rakyat (Bandung:

Mizan Pustaka, 2005), 114.

25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

26 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

(32)

terbitnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan zakat, mendistribusikan, dan mendayagunakan secara optimal dan profesional dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi muzakki dalam melaksanakan kewajiban agama Islam serta membantu mustahiq untuk mensejahterakan hidupnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan di dalam penelitian ini terbagi menjadi enam bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyusunan.

BAB II LANDASAN TEORI, pada bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang strategi pengumpulan dan pendayagunaan zakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN yang berisi tentang desain penelitian, teknik pengumpulan data, subyek penelitian, teknik analisa data dan validitas data.

BAB IV PEMBAHASAN yang membahas tentang analisis menyeluruh atas penelitian yang dilakukan, peneliti akan mencoba menguraikan data yang didapat dari pengumpulan data yang sudah dilakukan yaitu tentang strategi pengelolaan zakat dalam pemberdayaan mustahiq di BAZNAS Kabupaten Lumajang.

BAB V HASIL PENELITIAN berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.

(33)

Bagian terakhir, BAB VI PENUTUP yang merupakan bagian akhir dari penyusunan literatur ini. Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu juga berisi saran dari peneliti yang ditujukan kepada instansi yang berhubungan dengan objek dan tujuan penelitian serta analisis yang telah dilakukan oleh peneliti.

(34)

Dalam penelitian ini, penulis akan mengemukakan beberapa penelitian terdahulu sebagai rujukan dan acuan selama melakukan penelitian dan guna menghindari plagiasi.

a. Muklisin1

Penelitian berjudul “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Upaya Pengembangkan Usaha Produktif (studi kasus pada BAZNAS kabupaten Bungo)” menyimpulkan bahwa Pengelolaan zakat adalah suatu kegiatan perencanaan, pengorgansasian, pelaksanaan, pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat.

Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang diorganisasikan dalam bentuk suatu badan atau lembaga.

Dalam hal ini terkait pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Kabupaten Bungo membuat strategi pengelolaan dan pengembangan zakat yaitu: 1) Pengenalan masalah, 2) Penciptaan peluang usaha bagi para mustahik, 3) Mengembangkan usaha produktif, 4) Membuat jaringan pengusaha kecil, 5) Memanfaatkan peran Bappeda.

Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian saat ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang strategi pengelolaan zakat.

1 Muklisin, “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Upaya Pengembangkan Usaha Produktif (studi kasus pada BAZNAS kabupaten Bungo)” Jurnal Ilmiyah Syari‟ah, Volume 17 No. 2 (Desember 2018).

(35)

Sedangkan perbedaannya penelitian ini hanya fokus terhadap pengembangan usaha produktif saja.

b. Dwi Haryanto2

Penelitian berjudul “Strategi Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat Nurul Fikri Zakat Center dan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Tengah” menyimpulkan bahwa Tingkat efisiensi pengelolaan biaya operasional LAZ Nurul Fikri pada tahan 2015 adalah sebesar 34%, pada tahun 2016 sebesar 32.75% dan pada tahun 2017 sebesar 29.55%.

Dari data tersebut LAZ nurul fikri mampu menurunkan biaya operasional, walaupun secara persentase penggunaan dana operasional masih dianggap efisien. Pengelolaan biaya operasional terhadap hak amil pada tahun 2015 adalah sebesar 102% yang berarti tidak efisien, pada tahun 2016 sebesar 99.40% dan pada tahun 2017 menjadi 64.4%. Pengelolaan biaya operasional terhadap penerimaan dana zakat infak dan sedekah oleh BAZNAS Kalimantan Tengah pada tahun 2017 hanya sebesar 3.51%.

Untuk data tahun 2015 dan 2016 tidak tersedia sehingga tidak dapat dihitung. Pengelolaan biaya operasional terhadap hak amil adalah sebesar 28.4%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan biaya operasional oleh BAZNAS Provinsi Kalimantan Tengah lebih efisien dari LAZ Nurul Fikri.

Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian saat ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang strategi pengelolaan zakat.

2 Dwi Haryanto, “Strategi Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat Nurul Fikri Zakat Center dan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Kalimantan Tengah” Jurnal academia IAIN Palangkaraya, (2017).

(36)

Sedangkan perbedaannya, penelitian ini lebih cenderung membahas tentang neraca keuangan dan pengelolaan biaya operasional, serta pada obyek penelitian yaitu BAZ dan LAZ.

c. Artis3

Penelitian berjudul “Strategi Pengelolaan Zakat Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Pekanbaru” menyimpulkan bahwa pengelolaan zakat berbasis pemberdayaan masyarakat miskin pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Pekanbaru telah dilakukan dengan strategi yang jelas meliputi perencanaan yaitu menyusun program kerja yang berpihak pada masyarakat miskin. Pengidentifikasian yaitu pengumpulan data muzakki dan mustahik terutama orang-orang miskin. Pendistribusian disalurkan dengan cara menyalurkan ke sektor produktif dengan tujuan agar masyarakat miskin menjadi berdaya. Pengawasan dilakukan dengan cara menjamin tercapainya pengentasan kemiskinan sesuai rencana. Sedangkan evaluasi dilakukan dengan cara penilaian dalam mengawasi proses agar tidak terjadi penyimpangan. Cara di atas terkoordinir dengan sistematis, meski masih ada hal-hal yang harus dibenahi. Namun, secara keseluruhan strategi pengelolaan zakat berbasis pemberdayaan masyarakat miskin telah berjalan sesuai dengan ketentuan syari‟at agama Islam, Undang-Undang (UU) zakat dan ilmu dalam pengelolaan zakat.

3 Artis, “Strategi Pengelolaan Zakat Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Pekanbaru”Jurnal Risalah, Vol. 28, No. 2, (Desember 2017)

(37)

Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian saat ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang strategi pengelolaan zakat.

Sedangkan perbedaanya adalah terletak pada obyek dan tempat penelitian yang dilakukan. Dan lebih kepada penyetaraan pemberdayaan masyarakat miskin.

d. Muhammad Romi Setiadi, Yoyo Hambali4

Penelitian yang berjudul “Peran Amil Zakat dalam Mengoptimalkan Zakat Produktif: Studi Analisis Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Bekasi”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran BAZDA kota Bekasi: (a) Memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat terutama masyarakat yang mampu membayar zakat (muzakki) tentang pentingnya potensi zakat, infak dan shadaqah. Agar masyarakat tahu bahwa besaran potensi ZIS dapat membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan; (b) Memberikan bantuan modal atau dana bergulir kepada mustahiq dan pedagang-pedagang kecil dengan tidak memakai bunga, sekaligus memberikan pengarahan-pengarahan; (c) Memberikan bantuan pangan melalui uang atau zakat yang telah terkumpul oleh BAZDA; (d) Memberikan bantuan biaya sekolah kepada yang tidak mampu dan memberikan program beasiswa bagi siswa yang berprestasi; (e) Membantu orang-orang sekitar karena kehilangan barang uang, membantu orang yang akan pulang kampung yang tidak mempunyai

4 Muhammad Roni Setiadi & Yoyo Hambali, “Peran Amil Zakat dalam Mengoptimalkan Zakat Produktif: Studi Analisis Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Bekasi”,Maslahah, Vol. 7 No.

1 (Juni 2016)

(38)

ongkos pulang dan lain-lain. Akan tetapi dalam kasus seperti ini pihak BAZDA hanya bisa membantu sekedarnya saja.

Persamaan dengan penelitian ini adalah fokus kajian zakat dalam pemberdayaan mustahiq.

Sedangkan perbedaannya, penelitian diatas hanya dikhususkan untuk zakat produktif saja dengan studi analisis Badan Amil Zakat Daerah di kota Bekasi.

e. Yoghi Citra Pratama5

Penelitian berjudul “Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional)”. Penelitian ini termuat dalam The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1 (2015). Dalam penelitiannya, Yoghi Citra Pratama mengembangkan penelitian berdasarkan dua permasalahan, yaitu bagaimana karakteristik mustahik yang mengikuti program zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS dan bagaimana efektivitas zakat dalam pemberdayaan kewirausahaan masyarakat miskin yang di proxykan oleh mustahiq. Pada analisa dan pembahasan, peneliti menganalisa karakteristik responden dengan memilah pada latar belakang demografi yang berbeda seperti gender, usia, tingkat pendidikan terakhir, pengalaman berusaha, dan lainnya. Hasil yang ditemukan berupa keaneka ragaman tersebut, ternyata juga mempengaruhi jenis usaha yang dijalankan oleh mustahik BAZNAS.

5 Yoghi Citra Pratama, “Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional)”. The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1 (2015)

(39)

Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian saat ini adalah keduanya sama-sama membahas tentang fungsi/peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan.

Sedangkan perbedaannya terletak metode penanggulangan kemiskinan hanya dengan zakat produktif saja, dan pada obyek penelitian yang dilakukan secara menyeluruh di Badan Amil Zakat Nasional

f. Indah Purbasari6

Penelitian berjudul “Pengelolaan Zakat Oleh Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di Surabaya dan Gresik” kesimpulan yang dirumuskan adalah yang pertama pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat di wilayah Surabaya dan Gresik masih berorientasi pada zakat perseorangan dengan segmentasi wajib zakat yang berbeda. Kendala dalam penghimpunan dana zakat adalah faktor kesadaran hukum masyarakat atas hukum wajib zakat dan kekurangpahaman pentingnya akad penyerahan harta kepada lembaga penyalur apakah untuk keperluan zakat, infaq atau shodaqoh. Akad penyerahan harta akan berpengaruh pada pola penyaluran harta sebab zakat wajib diberikan pada delapan ashnaf penerima zakat. Selain itu, ketidakjelasan akad akan berakibat belum gugurnya kewajiban membayar zakat. Kesimpulan yang kedua yakni Bank Muamalat Indonesia dan BTN Syariah, PT Semen Indonesia merupakan contoh perusahaan yang memiliki lembaga amil zakat (LAZ). Meskipun demikian, LAZ perusahaan tidak mengelola zakat perusahaan melainkan

6 Indah Purbasari, “Pengelolaan Zakat Oleh Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di Surabaya dan Gresik” Volume 27, Nomor 1, (Februari 2015)

(40)

mengelola zakat, infaq, shodaqoh dari, karyawan, direksi dan atau nasabah (bank). Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang menjadi obyek penelitian juga menegaskan tidak pernah mengelola zakat perusahaan.

Namun, LAZ PT Semen Indonesia, Gresik turut mengelola dana CSR perusahaan yang bekerja sama dengan LAZ Baitul Maal Hidayatullah Gresik. Namun, penyaluran dana CSR ini tidak dapat dikategorikan sebagai zakat perusahaan sebab tidak ada akad pembayaran zakat dan status penyaluran dana CSR dilakukan sesuai program perusahaan bersinergi dengan LAZ. Sementara itu, status dana zakat adalah milik LAZ dan menjadi hak LAZ mengelolanya untuk kepentingan delapan ashnaf yang berhak menjadi penerima zakat. Tidak adanya perusahaan yang menunaikan zakatnya merupakan indikasi kurangnya pemahaman terhadap hukum zakat dan lemahnya regulasi pemerintah mengenai pemberdayaan zakat.

Persamaan dari penelitian di atas dengan penelitian saat ini adalah keduanya sama-sama meneliti tentang strategi pengelolaan dan penggunaan zakat.

Sedangkan perbedaanya adalah terletak pada pembahasan yang dimana pada penelitian diatas lebih cenderung membahas tentang temuan kendala dari beberapa lembaga amil zakat yang kurang maksimal dalam pengelolaan dana zakatnya seperti LAZ PT Semen Indonesia, Bank Muamalat Indonesia dan BTN Syariah.

(41)

g. Kukuh Dwi Agustina7

Penelitian berjudul“Penyaluran Dana Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Kebumen tahun 2015”. Dalam penelitiannya, penyaluran zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Kebumen mempunyai dua metode penyaluran yaitu: (1) Metode penyaluran secara langsung merupakan metode yang menggunakan teknik atau cara yang bersifat konsumtif, manfaatnya langsung diterima oleh mustahik. Model ini misalnya dilakukan dengan cara layanan konter mustahik, layanan kesehatan cuma-cuma bagi mustahik, maupun layanan beasiswa; dan (2) Metode penyaluran tidak langsung yang merupakan suatu model yang menggunakan teknik atau cara-cara yang bersifat tidak konsumtif, dimana para mustahik diberikan pelatihan pemberdayaan oleh BAZNAS. Model ini misalnya dilakukan dengan cara memberikan kepelatihan kewirausahaan.

Persamaan dengan penelitian diatas terletak pada obyek penelitian yaitu Badan amil zakat nasional (BAZNAS).

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas hanya fokus terhadap satu kajian saja yaitu tentang penyaluran dana zakat di BAZNAS kabupaten Kebumen, dan terletak pada lokasi penelitian.

7 Kukuh Dwi Agustina, “Penyaluran Dana Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Kebumen tahun 2015”, Tesis, (IAIN Purwokerto: 2015).

(42)

h. Ita Aulia Coryna, Hendri Tanjung8

Penelitian dengan judul “Formulasi Strategi Penghimpunan Zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”. Hasil penelitian ini bahwa kekuatan utama BAZNAS adalah program-program pemberdayaan unggulan (0,128) dan transparansi serta akuntabilitas keuangan (0,125).

Sedangkan kelemahan utama BAZNAS adalah pemahaman tentang zakat yang kurang merata di kalangan amil (0,122) dan jaringan berbasis IT di BAZNAS daerah (0,119). Analisis matriks EFE menunjukkan bahwa peluang utama BAZNAS dalam implementasi inpres no.3/2014 adalah tokoh masyarakat yang pro pembayaran zakat via amil (0,123) dan pertumbuhan kelas menengah muslim Indonesia (0,118). Sedangkan hambatan utama yang dihadapi BAZNAS adalah pemahaman masyarakat tentang zakat yang masih rendah (0,123) dan tingkat kepercayaan masyarakat yang juga rendah terhadap lembaga pemerintah (0,123).

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada obyek penelitiannya yaitu tentang strategi penghimpunan zakat di BAZNAS.

Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif, serta obyek penelitiannya berlaku menyeluruh di Badan Amil Zakat Nasional dan membahas tentang ancaman serta peluang BAZNAS ke depan.

8 Ita Aulia Coryna& Hendri Tanjung, “Formulasi Strategi Penghimpunan Zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Jurnal Al-Muzara‟ah, (2015).

(43)

i. Suci Utami Wikaningtiyas, Sulastiningsih9

Penelitian yang berjudul: “Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Organisasi Pengelola Zakat di Kabupaten Bantul”. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT Multi Kuadran atau Analisis SOW Delapan Kuadran dengan mengambil beberapa faktor inetrnal dan eksternal. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Kabupaten Bantul bisa mengetahui kondisi Kabupaten Bantul dan mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi. Impak dari pemahamani hasil penelitian adalah OPZ dapat menerapkan strategi penghimpunan zakat bisa secara lebih efisien dan lebih efektif.

Persamaan dengan penelitian ini sama-sama membahas tentang strategi penghimpunan zakat.

Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus kajian yang mana dalam penelitian diatas menggunaka analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi demi penghimpunan zakat yang lebih baik.

j. Siti Aminah Chaniago10

Penelitian yang berjudul “Perumusan Manajemen Strategi Pemberdayaan Zakat”. Dalam penelitian ini menghasilkan strategi sebagai berikut : (1) Peningkatan perekonomian secara langsung dengan memberikan modal

9 Suci Utami Wikaningtiyas & Sulastiningsih, “Strategi Penghimpunan Dana Zakat pada Organisasi Pengelola Zakat di Kabupaten Bantul”. Jurnal Riset Manajemen Vol. 2 No.1 (Juli 2015).

10 Siti Amainah Chaniago, “Perumusan Manajemen Strategi Pemberdayaan Zakat”, Jurnal Hukum Islam, Volume 12, No. 1 (Juni 2015).

(44)

usaha. Strategi ini digunakan untuk para mustahiq yang produktif secara kemampuan berusaha seperti dagang, jasa (tukang sepatu, penerima upah bajak sawah, dll) yang membutuhkan modal. (2) Peningkatan perekonomian secara pemberian skill dan ketrampilan melalui workshop atau training kepada mustahik yang masih produktif. (3) Peningkatan perekonomian melaluai pemberian modal usaha untuk mustahiq yang ingin meningkatkan kemandirian dalam perekonomian. (4) Peningkatan perekonomian melalui membuka lapangan kerja bagi mustahik yang tidak mempunyai kemampuan mengurus wirausaha sendiri.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan penelitian tentang zakat dalam pemberdayaan mustahiq.

Sedangkan perbedaannya terletak pada pelaku pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pelaporan zakat bukan berasal dari kelembagaan Baz atau Laz. Serta fokus kajiannya lebih cenderung terhadap manajemen strategi organisasi pengelola zakat.

Tabel 2.1

Mapping Penelitian Terdahulu

No Nama & Judul Persamaan Perbedaan Orisinilitas

Penelitian 1. Muklisin (2018) “Strategi

Pengelolaan Zakat dalam Upaya Pengembangkan Usaha Produktif (studi kasus pada BAZNAS kabupaten Bungo)”

Strategi

pengelolaan zakat

Penelitian

terdahulu hanya fokus terhadap pengembangan usaha produktif saja

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lumajang tentang strategi pengelolaan zakat 2. Dwi Haryanto (2017)

Strategi Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat Nurul Fikri Zakat Center dan Badan Amil Zakat Nasional Provinsi

Strategi

pengelolaan zakat

Terletak pada obyek dan tempat penelitian yang dilakukan. Dan lebih fokus membahas

Strategi pengelolaan zakat

(pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian chicken nugget jamur tiram dengan pengaruh suhu dan waktu penggorengan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.. Suhu dan waktu

Menghadapi hal tersebut, Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai pintu terakhir bagi para pihak yang mencari keadilan dan keberatan dengan hasil pemilihan telah melaksanakan

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah Pengelolaan zakat terhadap pengentasan kemiskinan pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Soppeng. Pokok

Jumlah zakat sendiri merupakan besaran dana zakat yang diberikan oleh BAZNAS kepada mustahiq, pemberian dana tersebut bertujuan untuk dikelola oleh mustahiq menjadi suatu

Sasaran ke-2 : Program Pengelolaan dan Pembinaan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf. Meningkatnya Pembinaan dan Pengawasan Syari’ah Lembaga Zakat. Jumlah Bantuan Operasional BAZNAS

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya stakeholder yang terlibat dalam pengembangan komunitas seperti dari Aparatur Sipil Negara (ASN), Badan Ekonomi

Angket motivasi belajar diisi setelah siswa selesai mengerjakan postes, data angket motivasi belajar siswa digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas

Dengan berbagai banyak keuntungan atau kelebihan dari pengaplikasian pupuk berbahan dasar Azolla sebagai bahan organik tanah , maka pupuk tersebut dapat menjadi