• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017

Oleh :

Delvita Agus Sari br.Ginting NIM. 4123311007

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII SMP SWASTA SATRIA BINJAI T.A 2016/2017 Delvita Agus Sari Ginting (NIM. 4123311007)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan berpikir kritis matematika siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai Dengan menerapkan pendekatan Open-Ended. (2) Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan Open-Ended. (3) Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pendekatan Open-Ended.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai T.A 2016/2017 yang berjumlah 28 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

Penelitian terdiri dari 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Dari hasil analisis data diperoleh hasil: (1) rata-rata nilai tes berpikir kritis pada siklus I sebesar 65,93 dengan 60,71% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis kemudian rata-rata meningkat pada siklus II sebesar 83,24 dengan 85,71% dari jumlah siswa memiliki tingkat berpikir kritis minimal kategori cukup kritis. (2) Proses penyelesaian masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 57,14% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 92,86%. (3) Respon siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan pendekatan open ended adalah positif dengan persentase pada siklus I sebesar 83,93 % dan pada siklus II sebesar 92,86 %.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas VIII SMP Swasta Satria Binjai Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd , dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu H. Purba, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Immanuel Tarigan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMP Swasta Satria Binjai, guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Swasta Satria Binjai yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

(5)

v

memberikan semangat, bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih juga kepada adik tersayang Jepri Manda Ginting yang menjadi penyemangat bagi penulis.

Terimakasi kepada Orang yang tersayang Wahyu Sitepu dan Terima kasih juga kepada sahabat tersayang Leni harahap, Nuel Tarigan, Yohana Manurung, Rafika Hanum yang sudah banyak membantu, mendukung, dan memberi semangat tiada hentinya kepada penulis dari awal sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada semua sahabat dan rekan-rekan seperjuangan Afwanil Nasution, Eka Nuraini, Husna, Lambok putra paulus, Martin Edward, Rita Malona Butar-butar dan Semua teman-teman di Jurusan Matematika kelas EKS A 2012 yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, April 2017 Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 10

1.3.Batasan Masalah 11

1.4.Rumusan Masalah 11

1.5.Tujuan Penelitian 11

1.6.Manfaat Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemampuan Berpikir Kritis 13

2.2. Masalah Open-Ended 27

2.3. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended 30

2.4. Materi Pelajaran 35

2.4.1 Pengertian Persamaan Linier Dua Variabel 35

2.5 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dikelas VIII 44

(7)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian 48

3.2. Waktu Penelitian 48

3.3. Subjek Penelitian 48

3.4. Objek Penelitian 48

3.5. Jenis Penelitian 48

3.6. Definisi Operasional 49

3.7. Instrumen Penelitian 50

3.7.1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis 50

3.7.2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa 50

3.7.3. Lembar Observasi Kemampuan Guru Menolah Pembelajaran

Melalui Pendekatan Open-Ended 50

3.7.4. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 51

3.7.5. Angket Respon Siswa Terhadap Pendekatan Open-Ended 51

3.7.6. Wawancara 52

3.8. Prosedur Penelitian 52

3.8.1. Siklus I 53

3.8.1.a. Permasalahan I 53

3.8.1.b. Alternatif Pemecahan 53

3.8.1.c. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 54

3.8.1.d. Tahap Observasi I 54

3.8.1.e. Tahap Refleksi I 55

3.8.2. Siklus II 55

3.8.2.a. Permasalahan II 55

3.8.2.b. Perencanaan Tindakan II 55

3.8.2.c. Pelaksanaan Tindakan II 56

3.8.2.d.Observasi II 56

3.8.2.e. Refleksi II 57

3.9. Teknik Analisi Data 58

3.9.1. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis 58

(8)

viii

3.9.3. Analisi Angket Respon Siswa 60

3.9.4. Analisi Data Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Untuk

Kemampuan Berpikir Kritis Matematika 61

3.10. Indikator Keberhasilan 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I 64

4.1.1. Permasalahan I 64

4.1.2. Perencanaan Tindakan I 65

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 66

4.1.3.1. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Pertama 66

4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Kedua 68

4.1.3.3. Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan Ketiga 68

4.1.4. Observasi I 68

4.1.5. Deskripsi Hasil Wawancara 71

4.1.6. Analisis Data I 73

4.1.7. Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir

Kritis I 77

4.1.8. Refleksi I 79

4.1.8.1. Refleksi Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa 80

4.1.8.2. Refleksi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 80

4.2. Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 81

4.2.1. Permaslahan II 81

4.2.2. Perencanaan Tindakan II 82

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 83

4.2.3.1. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Kedua 83

4.2.3.2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Kedua 85

4.2.3.3. Pelaksaan Tindakan Pembelajaran Pertemuan Ketiga 85

4.2.4. Observasi II 86

4.2.5. Analisis Data 88

(9)

ix

4.2.7. Refleksi II 92

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 98

5.2. Saran 99

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Jawaban Tes Awal Siswa 6

Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 57

Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus I 78

Gambar 4.2. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus I 79

Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Tiap Indikator KBK pada Siklus II 94

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis 21

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Pendekatan Open-Ended 34

Tabel 3.1 Aspek Yang diamati Pada Angket Respon siswa 51

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis 59

Tabel 3.3 Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru 60

Tabel 3.4 Kategori Persentasi Proses Penyelesaian Jawaban 61

Tabel 3.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal 77

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Awal Berpikir Kritis Siswa 64

Tabel 4.2 Persentase Respon Siswa Pada Siklus I 72

Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Soal 76

Tabel 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Mensintesis Soal 76

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkan soal 77

Tabel 4.6 Tingkat penyelesaian Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis 79

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Siklus I 82

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II 88

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II 90

Tabel 4.10 Persentase Respon Siswa pada Siklus II 91

Tabel 4.11 Tingkat Kemampuan dalam menganalisi Soal 93

Tabel 4.12 Tingkat Kemauan Siswa Dalam mensintesis soal 93

Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyimpulkam 94

Tabel 4.14 Tingkat penyelesian jawaban kemampuan berpikir Kteatif II 96

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 105

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 112

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 119

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II) 126

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus I 133

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus I 137

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS 1) Siklus II 141

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS 2) Siklus II 145

Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus I 148

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus I 150

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian LAS 1 Siklus II 152

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS 2 Siklus II 154

Lampiran 13 Tes Kemampuan Awal 157

Lampiran 14 Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 158

Lampiran 15 Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 160

Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal 163

Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan

Berpikir Kritis I 165

Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan

Berpikir Kritis II 168

Lampiran 19 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 173

Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 174

Lampiran 21 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 175

Lampiran 22 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 176

Lampiran 23 Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal 177

Lampiran 24 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 181

Lampiran 25 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 193

Lampiran 26 Lembar Observasi Kegiatan Guru 196

(13)

xiii

Lampiran 28 Angket Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran 201

Lampiran 29 Lembar Wawancara 203

Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Awal 204

Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Awal Per-Indikator 205

Lampiran 32 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 208

Lampiran 33 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis I

Per-Indikator 204

Lampiran 34 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 207

Lampiran 35 Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis II

Per-Indikator 208

Lampiran 36 Analisis Proses Jawaban Siswa Pada Tes Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa 209

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha penyiapan subjek didik

menghadapi lingkungan hidup dan diharapkan mampu melahirkan calon- calon

penerus pembangunan masa depan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, cerdas,

kreatif, dan siap meghadapi berbagai macam tantangan. Dalam interaksi

pendidikan siswa tidak harus diberi atau dilatih, tetapi siswa dapat mencari,

menemukan, memecahkan masalah – masalah dan melatih dirinya untuk

memperoleh pengetahuan. Sehingga siswa dilatih berperan aktif dan bertanggung

jawab terhadap proses dan hasil belajar.

Berpikir merupakan dari keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan

penemuan terarah kepada satu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan

mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatau proses

pembelajaran kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan dengan

memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah

agar siswa mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis

serata mengevaluasi suatu permasalahan. Salah satunya adalah melalui

kemampuan berpikir kritis alasan perlunya mengembangkan kemampuan berpikir

kritis adalah bahwa berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan

permasalahan secara kreatif agar siswa dapat bersaing dan mampu bekerja sama

dengan bangsa lain. (Maulana ,2008)

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:

(15)

2

Sehingga sebagai salah satu sarana berfikir ilmiah, matematika sangat

diperlukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan berfikir logis, sistematis,

dan kritis dalam diri peserta didik. Karena itu matematika diperlukan oleh peserta

didik bahkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. Matematika

sebagai ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya

mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan. Tujuan

pembelajaran matematika secara nasional menggambarkan pentingnya pelajaran

matematika sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 2006, yaitu :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luas, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata

pelajaran matematika (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006, tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi),telah disebutkan bahwa mata

pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir

logis,analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun

(16)

3

kelas hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. tetapi,

fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis

matematika siswa jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan

itu yang sangat diperlukan agar siswa dapat melakukan.

Sejauh ini pembelajaran matematika di beberapa sekolah di Indonesia

masih di dominasi pada pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran

konvensional ini, guru cenderung menggunakan metode ceramah dengan harapan

siswa dapat memahami dan memberikan respon sesuai dengan materi yang di

ceramahkan. Dalam pembelajaran guru banyak bergantung pada buku teks,

dengan harapan siswa memiliki pandangan yang sama dengan guru atau sama

dengan isi buku teks tersebut. Pengajaran di dasarkan pada gagasan atau

konsep-konsep yang sudah di anggap pasti atau baku, dan siswa harus memahaminya.

Guru berusaha memindahkan atau mengkopikan pengetahuan yang ia miliki

kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima

pelajaran dari guru. Guru lebih aktif dalam memindahkan informasi

sebanyak-banyaknya kepada siswa dan siswa pasif hanya duduk, diam, mendengar dan

mencatat apa yang di anggapnya penting. Selain itu pembelajaran konvensional

juga beranggapan bahwa guru berhasil apabila dapat mengola kelas dimana

siswa-siswi terlatih dan tenang mengikuti pelajaran yang di sampaiakan guru.

Pengajaran dianggap sebagai suatu proses penyampaian fakta-fakta kepada para

siswa, sementara para siswa mencatatnya pada buku catatanya.

Kurang sukanya siswa terhadap matematika jika dilihat dari individu siswa

itu sendiri dapat disebabkan karena banyak faktor seperti kecerdasan, minat,

cita-cita hingga latar belakang keluarga dan lingkungan dimana siswa lebih banyak

menghabiskan waktunya di luar dari pada di sekolah. Sedangkan jika dilihat dari

guru yang mengajarkan matematika, ketidak sukaan siswa terhadap matematika

bisa dikarenakan gaya guru mengajar yang kurang menarik, metode mengajar

guru yang monoton hingga pada pribadi guru yang kurang menyentuh hati siswa.

Siswa yang menyukai matematika, prestasinya cenderung tinggi dan

(17)

4

Sikap merupkan salah satu komponen dari aspek afektif, yang merupakan

kecenderungan seseorang merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi,

konsep, atau kelompok individu. Hal ini yang sama juga dikemukakan oleh

thorndike dan hagen (haji,2005), yang menyatakan sikap sebagai suatu

kecenderungan untuk meneria atau menolak kelompok-kelompok individu, atau

institusi sosial tertentu. Atiken (Ma, 1997) melukiskan sikap kecenderungan

seseorang untuk merespon secara positif atau negatif suatu objek, situasi, konsep

atau orang lain. Matematika dapat diartikan sebagai suatu konsep atau ide abstrak

yang penalarannya dilakukan dengan cara deduktif aksiomatik. Hal ini dapat

disikapi oleh siswa berbeda-beda, mungkin menerima(suka) atau menolak (tidak

suka) terhadap konsep atau objek matematika. hal yang sama dikemukakan oleh

Neale (Ma, 1997) yang melukiskan sikap sebagai ukuran suka atau tidak sukanya

seseorang tentang matematika. siswa yang menerima matematika, berarti bersikap

positif, sedangkan siswa yang menolak matematika berarti bersikap negatif.

Dari pengalaman peneliti selama PPL sebagai guru matematika, peneliti

banyak mendapatkan masukan maupun keluhan dari siswa. Baik keluhan

menyatakan matematika sebagai pelajaran yang sulit mereka mengerti dan

pahami, namun pengakuan lugu mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak

suka matematika. matematika juga pelajaran yang tidak relevan terhadap

kehidupan keseharian mereka, tidak berminat bahkan sangat menghindari

pelajaran matematika ketika di sekolah bahkan setelah sekolah di sekolah, hingga

pada trauma mereka terhadap guru matematika di sekolah yang menurut mereka

galak dan kiler pada saat mereka duduk dibangku SD.

Ketidaksukaan siswa tersebut terhadap matematika merupakan salah satu

faktor yang membuat mereka tidak bisa menyelesaikan permasalahn dalam

kehidupan sehari-hari, tidak tanggap terhadap sebuah permasalahan bahkan sering

tidak kritis terhadap sebuah persoalan. Padahal dalam menyelesaikan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berfikir kritis sangatlah

(18)

5

Desmita (2005: 161), menjelaskan bahwa pemikiran kritis (critical

thinking) merupakan pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara

mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan

dan perspektif yang berbeda, menganalisis permasalahan sampai ketingkat

terkecil (tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari

berbagai sumber baik lisan maupun tulisan), dan berfikir secara reflektif dan

evaluatif. Hal senada juga dikatakan oleh Cabera (dalam Husnidar, 2014 : 72)

menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan berfikir kritis tidak cukup dijadikan

sbagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai prosen fundamental yang

memungkinkan peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan masa

mendatang dilingkungannya. Dari pendapat kedua ahli di atas, dapat di

simpulakan bahwa salam proses pembelajaranya, pendidik tidak boleh

mengabaikan penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa.

Namun kenyataan dilapangan proses pembelajaran matematika yang

dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan guru sebagai pengembang

strategi pembelajaran dikelas. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar

matematika, khusnya dalam menyelesaikan soal berhubungan dengan kemampuan

berfikir kritis, Kemampuan berpikir kritis matematika msih rendah yaitu sebesar

21%. Hal ini dapat dilihat dari proses jawaban siswa dari permasalahan berikut :

Anton bermain kartu bergambar bersama temannya. Ketika mereka selesai

bermain, Budi, adiknya Anton mengumpulkan kartu-kartu tersebut.

Kemudian ia asik membangun rumah bertingkat yang diberi nama Rumah

Kartu. Susunan kartu untuk setiap tingkatnya dapat dicermati pada

(19)

6

Setelah Budi menyusun beberapa rumah kartu bertingkat, ia bertanya

dalam pikirannya. Beberapa banyak kartu yang dibutuhkan untuk

membangun rumah kartu 3 tingkat? Dapatkah kamu membantu Budi untuk

menyelesaikan masalah tersebut ?

Salah satu jawaban dari permasalahan tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa

Berdasarkan proses jawaban siswa diperoleh bahwa hampir semua siswa

mengalami kesulitan menyajikan masalah dalam bentuk cerita. Selain itu, dilihat

dari Gambar 1.1, siswa tidak menulis keterangan banyak kartu dan banyaknya

tingkatan rumah, dan jawaban untuk rumah tingkat tiga adalah enam merupakan

jawaban yang salah, dikarenakan untuk rumah tingkat tiga menggunakan 7 buah

kartu. Dari 28 orang siswa yang mengikuti tes awal, hanya 6 orang yang

memiliki kemampuan berpikir kritis kategori sedang, 10 orang yang berada pada membuat banyaknya

kartu Membuat untuk

(20)

7

kategori rendah dan 12 orang sangat rendah, karena mereka tidak mampu

memahami, menjelaskan, serta mempresentasikan soal yang diberikan.

Hingga saat ini, pembelajaran untuk meningkatkan berfikir kritis dalam

memecahkan soal belum begitu membudaya di kelas. Kebanyakan siswa terbiasa

melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan

pemahaman dan keterampilan berfikir. Untuk menyikapi permasalahan ini maka

perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamya

termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis pemahaman dan

berfikir kritis dalam memecahkan soal dapat dikembangkan jika peserta didik

melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan

yang ada. Dalam hal ini, secara pontanitas siswa akan mencocokan pengetahuan

yang baru dengan pengetahuan yang dimilikinya kemudian membangun kembali

aturan pengetahuannya jika terdapat aturan yang tidak sesuai.

Menurut Slavin (1994), pemberian keterampilan berfikir kritis dan

pemecahan masalah (soal) kepada peserta didik memerlukan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, terutama orang tua, teman sejawat, maupun guru.

Selain itu, pemberian keterampilan berfikir dan memecahkan masalah kepeserta

didik adalah lembaga pendidikan seperti sekolah. Oleh karena itu disimpulkan

bahwa sekolah merupakan cermin dari masyarakat luas dan merupakan

laboratorium pemecahan masalah ( soal ) dari bentuk kehidupan nyata.

Di Indonesia, pengajaran keterampilan berfikir kritis dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis memiliki beberapa kendala. Salah satunya

adalah terlalu dominanya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau

sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan

diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik

namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang

lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan

(21)

8

adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang

masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan

pemahaman matematis dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya adalah

ketidak tepatan dan kurangnya bervariasi dalam menggunakan model

pembelajaran atau media pembelajaran yang di gunakan guru di kelas. Selain itu

pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak

menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep

soal sangat lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru

menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan anaknyak di

dominasi guru. Pola pembelajaran seperti itu harus di ubah dengan cara

menggiring peserta didik mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan

konsep-konsep soal secara mandiri.

Untuk mengantisipasi masalah diatas, guru di tuntut mencari dan

menemukan suatau cara yang dapat menemukan suatau cara yang dapat

menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Pengertian ini mengandung makna

bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran dan

pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan,

enyelidiki dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri. Dengan kata lain

diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan pemahaman

matematis, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan siswa memecahkan

masalah dalam belajar matematika.

Menurut Mariono (Dalam Lestari, Sri. 2010 : 7) menjelskan bahwa

kemampuan memecahkan masalah (soal) adalah tujuan umum dalam pengajaran

matematika bahkan sebagai jantungnya matematika. oleh karena itu kemampuan

memecahkan masalah dalam soal hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan

kepada siswa sedini mungkin, dengan membut soal-soal atau

pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing berfikir kritis siwa, sehingga permasalahaan

(22)

9

Bagi seorang guru, dalam mengajar matematika tidak cukup hanya

mengandalkan penguasaan materi. Diperlukan strategi pembelajaran yang tepat

agar siswa merasa senang dan bersemangat belajar matematika, sehingga siswa

dapat meraih prestasi tinggi. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, siswa

juga belum terlibat aktif, banyak siswa yang sering mengantuk saat pembelajaran,

tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan, malas mencatat, suka melamun dan

kurangnya intensitas bertanya siswa serta berbagai aktivitas lain yang menunjukan

bahwa motivasi, kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir

kritis siswa dalam belajar matematika masih rendah khususnya pada pembelajaran

sistem Persamaan Linier Dua Variabel Sedangkan untuk menumbuhkan berpikir

kritis belajar matematika dikalangan siswa dapat dilakukan dengan menerapkan

pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat memancing berpikir kritis

matematika siswa, seperti pendekatan open-ended.

Berasarkan kenyatan bahwa tingkat kemampuan kritis anak-anak

Indonesia yang masih rendah serta arti dan peranan penting kreativitas dan

berpikir kritis dalam kehidupan, kemampuan pemecahan masalah dalam soal

masih rendah dan sikap siswa yang negatif, dengan demikian perlu untuk

memberikan sebuah lingkungan belajar bagi siswa-siswi sekolah yang

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah

(soal) Mengacu ada pendapat bahwa pendekatan open – ended adalah pendekatan

yang dapat memberikan kesempatan siswa berperan aktif dan mendorong cara

berfikir siswa maka dapat diberikan bahwa pendekatan ini dapat menjadi

fasilitator dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

memecahkan masalah (soal). Dengan harapan tersebut maka pembelajaran

matematika dengan pendekatan open-ended dipilih dalam penelitian ini untuk

dilihat kemampuan berpikir kritis, kemampuan dalam memecahkan masalah

(soal) terhadap matematika.

Menurut Shimada dan Becker (dalam Afgani,2010:3) munculnya

pendekatan Open Ended berawal dari pandangan bagaimana menilai siswa secara

(23)

10

bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan,

konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada

siswa dalam langkah sistematis. Pendekatan Open Ended memberi kesempatan

kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan,

mengenali, memecahkan masalah dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir

siswa terlatih dengan baik. Pendekatan Open Ended mendorong siswa

mengembangkan berpikir kritis dan pola pikir matematis dengan memanfaatkan

konsep matematika, sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan pemecahan

masalah matematika dan berpikir kritis.

Menurut Suherman (dalam Lambertus,2013:75), tujuan pendekatan Open

Ended bukan untuk mendapat jawaban tetapi lebih menekankan pada cara

bagaimana sampai pada suatu jawaban. Inti dari pendekatan Open Ended

mengembangkan secara maksimal kegiatan interaktif antara matematika dan siswa

sehingga mengundang mereka untuk menjawab permasalahan melalui berbagai

strategi. Guru mengemas pembelajaran untuk mengembangkan materi

pembelajaran lebih lanjut yang telah dikenal siswa. Dengan demikian siswa akan

termotivasi untuk menyelesaikan masalah sendiri.

Berbagai penelitian khususnya pendidikan matematika menunjukkan bahwa

pendekatan Open Ended mampu menjadi solusi mengatasi masalah dalam upaya

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan berpikir kritis

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan studi tentang

Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan open-ended Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas VIII ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah (soal) siswa masih rendah.

(24)

11

3. Rendahmya Kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Metode mengajar guru belum mampu untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

1.3 Batasan Masalah

Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi penelitian

agar lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak

yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini dibatasi pada

pemecahan masalah (soal) dan berpikir kritis siswa. Alternatif pembelajaran yang

diteliti berbasis pendekatan open ended.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, maka permasalahan yang dikaji pada rumusan masalah ini adalah “Bagaimana pendekatan Open Ended untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (soal) matematika dan berpikir kritis siswa Kelas VIII SMP ”

dari permasalahan tersebut dapat dirincikan beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Open-Ended dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika kelas VIII SMP Swasta

Satria Binjai?

2. Bagaimana Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan

dengan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Swasta Satria

Binjai?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan open ended?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan berpikir kritis matematika siswa pada pokok bahasan

Simtem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Swasta Satria

(25)

12

2. Untuk mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam meyelesaikan masalah

berkaitan dengan kekampuan berpikir kritis matematika melalui pendekatan

Open-Ended.

3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap Pendekatan

Open-Ended.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan alternatif dalam memfasilitasi pencapaian kemampuan siswa

untuk memecahkan masalah (soal) matematika dan mengembangkan Berpikir

kritis melalui pendekatan open ended.

2. Memberikan informasi pendekatan open ended yang dapat dimanfaatkan guru

(26)

98 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi Sistem Persamaan

Linier Dua Variabel kelas VIII di SMP Swasta Satria Nusantara Binjai. Hal

ini diketahui berdasarkan hasil tes yang diberikan, dimana nilai rata – rata kelas mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata sebesar 56,25 pada tes

kemampuan awal meningkat menjadi 65,93 pada siklus I dan meningkat

menjadi 83,24 pada siklus II. Dan terdapat peningkatan ketuntasan klasikal

pada tes kemampuan awal sebanyak 10 siswa (35,71%) yang tuntas

(memperoleh nilai kemampuan ≥ 70 atau memiliki tingkat kemampuan

berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) meningkat

menjadi 17 siswa (60,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal

cukup kritis) pada siklus I dan mengalami peningkatan menjadi 24 siswa

(85,71%) yang tuntas (memperoleh kemampuan ≥ 70 atau memiliki tingkat

kemampuan berpikir kritis berada dalam kategori minimal cukup kritis) pada

siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah

melebihi target yaitu 85% sehingga dapat dikategorikan bahwa ketuntasannya

adalah baik.

2. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal mengalami peningkatan. Hal

ini dilihat dari persentase proses penyelesaian jawaban siswa pada tes

kemampuan berpikir kritis matematika siklus I sebesar 57,14% meningkat

pada siklus II menjadi 92,86%.

3. Respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran dengan

(27)

99

persentase respon siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung pada

siklus I sebesar 83,93 % dan pada siklus II sebesar 92,86 %.

4. Pembelajaran matematika pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

dengan menggunakan pendekatan open ended pada siklus I dapat dikatakan

tidak efektif karena tidak memenuhi salah satu indikator efektivitas

pembelajaran yaitu ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis siswa

tidak mencapai 85% (56,25%). Sedangkan pada siklus II pembelajaran

dikatakan efektif karena (1) ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis

siswa mencapai 85,71%, (2) ketuntasan tujuan pembelajaran telah dicapai

oleh 24 siswa (85,71%) dari 28 siswa, (3) waktu yang dibutuhkan untuk

proses pembelajaran tidak melebihi seperti biasa, dan (4) respon siswa

terhadap pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah positif dengan

persentase respon positif pada siklus I dan siklus II berturut – turut adalah sebesar 83,93% dan 92,86%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan pembelajaran matematika

disarankan jika bersedia untuk menggunakan pendekatan open ended

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa.

2. Guru sebaiknya berupaya untuk selalu melibatkan siswa untuk lebih aktif

dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar

sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar serta dapat

mengkondisikan siswa dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar,

karena kondisi yang nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif dan

efisien untuk belajar.

3. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar,

(28)

100

penerapan dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat

berdiskusi.

4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pendekatan open

ended terhadap peningkatan kemampuan belajar lainnya serta

(29)

101

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berfikir Kritis. Jakarta: Cemerlang. [Online]. Tersedia: http://re-searchengines.com/1007arief3.html

Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah A Chaedar, 2008. Pokoknya kualitatif. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Becker, J.P. dan Shimada, S. (1997). The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: NCTM.

Desma R.S. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Segi Empat di Kelas VII SMP Swasta Santa Maria Medan T.A 2014/2015. Skripsi. Medan: UNIMED.

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Ennis, R.H. 2000. At Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment. [Online]. Tersedia: http://criticalthingking.net[02 Oktober 2016 ].

Fachrurazi.2011.“Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatakn Kemempuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar”. Forum Penelitian, Edisi khusus No. 1: 76-89.

Haji, S. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi S3UPI: Tidak diterbitkan.

Hancock, C.L. 1995.“Enchancing Mathematics Learning with Open-Ended

Questions”. Assesment Standards for School Mathematics. 86 (9).

(30)

102

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers

Lambertus, Arapu, A. Patih, T. 2013. Penerapan pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa SMP. JurnalPendidikanMatematika.Vol.4Nomor1.(Online).http://jurnalpmat.w ebs.com/JUR07_LAMBERTUS_73_82_JAN2013.pdf[ di akses pada 27 September 2016]

Lestari NDF. 2010. Profil Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended dan Kemampuan Matematika. Surabaya: Tesis UNESA.

Ma, X. 1997. “Assessing the Relationship Between Attitude Toward Mathematics and Achievment in Mathematics: A Meta-Analisis". Journal for research in Mathematics Education, 28 (1), 26-47.

Manurung,SL, 2010,Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph (PPs UNIMED)

Mas, S. 2012. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil pada Pembelajaran Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. Solo: PPS UNS.

Maulana. (2008) Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas.

Mina, Enden. 2006 . Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif matematik Siswa SMA Bandung. Tesis UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Nainggolan, Sintong. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, Tesis. Medan: PPS UNIMED.

(31)

103

Eduacation.[Online].Tersedia:http://www.nku.edu/~sheffield/wga1.html. [20 September 2016]

Ruseffendi, E.T. 1991. Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung. Diktat.

Shimada, S. 1997. The Significance of an Open-Ended Approach. In Shimada, S. Dan Becker, J.P. (Ed). The Open-Ended Approach. A New Proposal for Teaching Mathematics. Reston: VA NCTM.

Slavin., and Ennis. 1994. Educational Pshicology: Theory into Practice.Prentice Hall: Engelwood

Sudaryanto. 2008. Kajian Kritis Tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis. Tersedia : http// www. Fk. Undip. ac. id (19 september 2019)

Sudjana, Nana. 2009. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaj Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi.(2004).Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara

Ziswan, Delnedi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui Workshop Pada SMK N 4 Kota Jambi. Tesis. Medan: PPS UNIMED.

(32)

ii

RIWAYAT HIDUP

Delvita Agus Sari Br.Ginting dilahirkan di Medan, pada tanggal 06

Agustus 1994. Ayah bernama Dame Ginting ST dan Ibu bernama Riamita

Sinulingga, dan merupakan anak Pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2000,

penulis masuk sekolah di SD Negri 020261 Binjai dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negri 2 Binjai dan lulus

pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negri 1

Binjai dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program

Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Gambar

gambar berikut .
Gambar 1.1 Jawaban Tes Awal Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Test Tes Tertuli s (UTS) Menggambarkan konsep penyakit akibat kerja yang meliputi definisi, jenis PAHK serta dampak PAHK bagi pekerja ataupun perusahaan Menjelaskan konsep

Ketentuan dalam UUPK yang melindungi konsumen dari penggunaan barang yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, adalah Pasal 8 ayat (1) a, yang menentukan

Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi intensitas fluoresensi yang dihasilkan oleh suatu senyawa karena beberapa senyawa yang memiliki gugus amin

Persepsi Manfaat didefinisikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan suatu teknologi akan mampu meningkatkan kinerja dalam bekerja manfaat

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Nugraha (2008), yang menyatakan bahwa biseksual terbentuk karena adanya faktor pendorong dari luar individu yang

Nyawanya meninggalkan tubuhnya dengan sebuah senyum khas di wajahnya dan video kamera mengambil gambar wajahnya dari berbagai sudut, sebagai bukti akan dua hal: (i) bahwa ini

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

Jln. Penyebab utama adalah kandungan sedimen dan sedimentasi sungai yang bermuara di Laguna Segara Anakan. Tujuan kajian adalah memperoleh formulasi pendekatan dan startegi, jenis