• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Slaipsi

Diajukan Kepada Fakurtas Irmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar $aqana pendidikan Agama

Islam (S. pd. I)

_

Unrvg$rto$hlgllile0ryt

SYARIF HIDAVATULLA* J$TARTA

Oleh;

Nurul Advati

-llIM:

2080110ffi)2r

JURUSAN PENDII}IKAN AGAMA ISLAM FAIGL'TAS ILMU TARBTYAH I}AN KEGURUANI T]NTIrERSITAS ISLAM hTEGERI SYARIF EIDAYATULLAE

JAKARTA t4348t2013

I rr:,

(2)

Sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan Islam G.pa.rl

Oleh: Nirul Adyati Nim : 208011000021

Dibawah bimbingan Pembimbing

Ilrs. Masan. Atr'. M.Pd

Nip: 1951071 61981031 005

JTJRUS${

PENDIDIKAT..{

AGAMA

ISLA]VI

FAKUL-TAS

ILMU

TARBTYAH

DAN KEGTJRUAI\

.

T]M\{ERSITAS

ISLAIVI

NEGERI

SYARIT

HIDAYATI]LLAH

JAKARTA

(3)

Mahasiswa 208011000021 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 27 Mei2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 27 Mei20l3

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia

Bahrissalim. M. Ag

NIP : 19680307 199803 1002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Program Studi) Dis. Sapiudin Shidiq. M. Ag

NIP : 19670328 200003

I 001

Penguji 1

Dr. Dimyati" M. Ag

NIP : 19640704 199303

I 003

Penguji 2

Drs. Rusdi Jamil. MA

NIP: 19621231 199503

I 005

e8

-5

'e4.9

99,".s.p.o!9

H. Rif at S i Nawaw

Tanggal

3o/s hth

alro

(4)

Slaipsi berjudul Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan disusun oleh

Numl

Adyati, NIM 208011000021, Junrsan Pendidikan Agama Islanr, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kegunran, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang borhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan olel fakultas.

Jakart4 17 Januari 2013

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Drs. Masan. AF. M.Pd

(5)

unubxngut PedilIi*an ,4ganta

Istsn &ngan

Kebercihsn tingkungun

SekoW'

y'ng

dismnn oleh

Nurutfiyati, NIM

20801100021' Jurusan Pendidikan Agana Islam, Fakultas Ibnu Tarbqrah dm Keduruan UIN S).arif Hidayatultatr Jakarta' tehh

disetr$ui kebearannya oleh dosen pembimbing slaipsi pada hari kamis, 17 Januari 2013.

Jaknrte' 17 Jauari2013

Dosen Pembimbing

Drs. Masan.AF M.Pd

(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

TempatlTgl.Lahir NIM

Junrsan / Prodi

Judul Skripsi

.k.q*t

*:r*1.

.. F.q*Ts.. . I.s.t+.n

..LJ.tb. **.s.*1. . . . .Fg* *i 41F*.1. . . .8.?.+n .+. - . . l -g!*nn

&

p.

.*1...b*.?. eL fr .

kn.

. .... l'.

*.ek**e

*-1... . kF- l*h

'Dosen

Pernbimbing r . ..-D..*.,...$.*

t*L

:...S.F. ;. . sl;.8L

..:...

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

(7)

i

jiwa kami dan dari kejahatan amal-amal kami. Ya Allah berilah keselamatan kepada uswah kita Muhammad SAW, dan atas keluarganya, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah-sunahnya sampai hari kiamat.

Dengan rendah hati dan rasa syukur dalam dada di peruntukkan kepada Allah yang membimbing penulis dengan petunjuk-Nya, sehingga dengan lancar menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH SMPN 6

TANGERANG-SELATAN.“ Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, maka dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, MA,. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan mendewasakan penulis tentang berbagai wawasan dan ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus.

4. Bapak Drs. Masan. AF, M.Pd., yang dengan ketulusan dan keikhlasannya berkenan menjadi dosen pembimbing dan telah meluangkan waktu serta kesabaran beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikitpun untuk memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak / Ibu Kepala, Bapak – bapak ibu guru dan karyawan SMPN 6 Tangerang-Selatan yang telah bekerja sama dan memberikan informasi berupa data-data yang relevan dengan penelitian.

(8)

ii

ini.

8. Sahabat-sahabat semua Nur’aini, Nuni Nuraeni Az’Zahra, Siti Istianah, Isma Wirda Fitriyani, Gamar Faradisi, Zahra, Amelia dan tidak lupa kapada Ahmad Rifaz yang telah memberikan dukungan, arahan dan menyertai dalam penulisan skripsi ini.

9. Tak lupa kepada teman-teman PAI kelas A Non-Reguler angkatan 2008 yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selesainya skripsi ini.

Demikian skripsi ini dibuat, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, hanya sumbangan saran dan bimbingan dari semua pihak yang saya harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat kepada orang banyak. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dengan balasan yang lebih baik, serta amalan beliau diterima Allah SWT. Amiin Ya Robbal Alamin.

Jakarta, Januari 2013

Penulis

Nurul Adyati

(9)

iii

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……….7

A. Deskripsi Teoritik ...7

1. Pendidikan Agama Islam ………...7

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam...7

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ……….... 9

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...12

d. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ………...13

e. Fungsi Pendidikan Agama Islam...14

(10)

iv

c. Lingkungan Sekolah ………...23

d. Sifat dan ciri-ciri Sekolah ...28

e. Tujuan Pendidikan terhadap Lingkungan Sekolah...29

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………...30

C. Kerangka Berpikir ………...31

D. Hipotesis Penelitian ………...…..32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...……...33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ………....…….33

B. Metode Penelitian ………...…....33

C. Populasi dan Sampel ………...……34

D. Instrumen Pengumpulan Data ...34

E. Teknik Pengumpulan Data ………..….. 36

F. Teknik Analisis Data ………...…...37

G. Hipotesis Statistik ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan ...41

B. Deskripsi Data ...45

C. Pengujian Persyaratan Analisa dan Pengujian Hipotesis ...50

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...53

E. Keterbatasan Penelitian...56

(11)

v

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

vi

Tabel 2 . Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel (Y) ...35

Tabel 3. Tabel korelasi product moment ...38

Tabel 4. Tabel pedoman interprestasi ...38

Tabel 5. Deskripsi Data Pendidikan Agama Islam ...45

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Agama Islam ...46

Tabel 7. Deskripsi Data Kebersihan Lingkungan Sekolah ...48

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kebersihan Lingkungan Sekolah ...49

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Variabel Pendidikan Agama Islam (X) ...51

(13)

vii

(14)

viii

Lampiran 2. Tabel Uji Validitas dari 30 Pertanyaan kepada 40 Responden Untuk

Variabel X ...67

Lampiran 3. Tabel Uji Validitas dari 30 Pertanyaan kepada 40 Responden untuk Variabel Y ...68

Lampiran 5. Tabel Hasil Penelitian Variabel Y ...68

Lampiran 6. Nilai-nilai Distrubusi Frekuensi Instrumen Variabel X ...69

Lampiran 7. Nilai-nilai Distrubusi Frekuensi InstrumenVariabel Y ...72

Lampiran 8.Uji Normalitas Sebagai Uji Persyaratan Analisis Data dari 50 Responden Untuk Variabel X ...75

Lampiran 9.Uji Normalitas Sebagai Uji Persyaratan Analisis Data dari 50

Responden Untuk Variabel Y ...79

Lampiran 10. Tabel Nilai r Product Moment ...83

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Determinasi ...86

Lampiran 12. Pedoman Wawancara ...87

(15)

1

BAB 1

A.

Latar Belakang Masalah

Kebersihan pangkal kesehatan. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi, termasuk

di dalam dunia pendidikan. Di suatu lingkungan sekolah seringkali sebuah

sekolah mengalami permasalahan tentang kebersihan. Hal ini disebabkan oleh

para siswa yang membuang sampah sembarangan. Akan tetapi di sekolah SMP

Negeri 6 Tangerang-Selatan siswa siswi sudah membuang samapah yang telah

disediakan oleh petugas sekolah.

Kebersihan merupakan faktor yang paling menunjang dalam pembentukan

lingkungan sehat. Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari

sampah, polusi, dan segala macam bibit penyakit. Dengan demikian diharapkan

para siswa dapat bebas dari berbagai macam penyakit. kebersihan tersebut

mencakup kebersihan badan, pakaian dan kebersihan kelas. Kebersihan

lingkungan sekolah tersebut meninggalkan dampak-dampak yang mungkin dapat

bermanfaat bagi seluruh siswa.

Jika kebersihan lingkungan sekolah tersebut tidak dapat dicanangkan dengan

baik, maka lingkungan akan menjadi kotor dan berpolusi, baik itu polusi air

maupun polusi udara. Oleh karena itu marilah kita menciptakan suatu sikap selau

peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekolah. Marilaha kita terapkan prinsip

hidup bersih mulai dari sekarang. Sudah saatnya bagi kita untuk menyelamatkan

(16)

Terkadang sekarang ini ada sebagian dari guru yang kurang memperhatikan

tentang kebersihan lingkungan sekolah, padahal kebersihan itu sangatlah penting.

Kebersihan sekolah bukan hanya kewajiban bagi guru agama dan petugas

kebersihan saja, tetapi merupakan kewajiban bagi seluruh guru dan murid. Dan

setiap guru hendaknya selalu menegur anak-anak untuk selalu menjaga kebersihan

sekolah.

Kebersihan lingkungan hidup sekitar sangatlah penting terutama dalam

kehidupan sehari-hari bagi setiap manusia yang hidup di muka bumi ini karena

jika lingkungan hidup sekitar terjaga kebersihannya maka hidup akan terasa

nyaman, tentram dan tidak adanya wabah penyakit terhadap manusia yang hidup

di lingkungan tersebut.

Telah jelas di dalam hadits dikatakan “ Kebersihan itu adalah sebagian dari Iman”. Disini tampak jelas bahwa kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan, tetapi pada zaman sekarang ini malah sebaliknya.

Kebanyakan tidak bisa menjaga lingkungan hidup sehingga akibatnya manusia

itu sendiri yang menderita berbagai macam penyakit. Padahal jika mereka sadari

itu adalah akibat ulah mereka sendiri.

Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia,

sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an surat

Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:1

























Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di

1Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan

(17)

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu

masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya

harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara.”2

Salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk peserta didik

mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku mampu menjaga keseimbangan,

keserasian, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dan alam

semesta.3Tujuan pendidikan tersebut merupakan faktor penting terciptanya

kehidupan yang bahagia, tenteram, aman dan damai di muka bumi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam harus

mampu menciptakan manusia yang beriman, takwa, soleh, arif, cerdas, sekaligus

mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan alam di muka bumi.

Munculnya permasalah lingkungan hidup pada hakikatnya dimulai dari interaksi manusia dengan alam. Bila terjadi ketidakseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan disitulah terjadi permasalahan. Permasalahan manusia dalam teori lingkungan dikatakan bahwa manusia terkadang bersikap baik terhadap lingkungan terkadang sebaliknya. Sehingga terjadi kerusakan lingkungan dan sumber daya alam.4

Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa.

Salah satunya yaitu kebersihan lingkungan sekolah, baik kebersihan di dalam

kelas maupun di luar kelas. Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi belajar

siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata rapi maka kemungkinan besar

kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu konsentrasi pun

bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat. Tetapi

sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh,

2

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Mizan,1996)

3

Lihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam untuk semua Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta; BNSP, 2007), 3.

4

(18)

pelajaran atau materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh

siswa, hal ini disebabkan karena pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang

tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti ini juga menyebabkan siswa bosan atau

mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam keadaan bersih agar siswa bisa

meningkatkan prestasinya. Kebersihan di luar kelas, seperti halaman dan makanan

harus terpelihara kebersihannya. Halaman sekolah yang bersih dan makanan yang

sehat akan membuat para siswa merasakan kenyamanan ketika berada di

lingkungan sekolah.

Dalam menjaga kebersihan sekolah, dibutuhkan kerja sama antara siswa, guru,

dan petugas kebersihan sekolah. Siswa adalah salah satu pendukung kebersihan

sekolah, karena jumlah siswa yang sangat banyak jika dibandingkan dengan

warga sekolah lainnya. Siswa yang memiliki IQ dan EQ tinggi pasti memiliki

kecerdasan dan kecekatan dalam berfikir. Maka jika diingatkan untuk tidak

membuang sampah sembarangan ataupun mencorat-coret bangku, siswa akan

mematuhi hal tersebut.

Demi tercapainya lingkungan yang indah, sehat dan bersih kita sebaliknya

melakukan tindakan yang bersifat mengatasi tersebut, tindakan yang perlu

dilakukan diantaranya melarang siswa membuang sampah pada tempatnya, guru

selalu memberi contoh membuang sampah pada tempatnya, guru wajib

menasehati siswa yang membuang sampah sembarangan, memberi sanksi

tersendiri kepada siswa yang membuang samapah sembarangan. Dengan

tindakan-tindakan ini diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan.

Kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan maka hendaknya untuk selalu

menjaga kebersihan.

Proses kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam yang berintegrasi

dengan pembelajaran bidang studi lain serta seluruh aspek kehidupan, baik di

kelas maupun luar kelas atau pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran, maka

peserta didik dapat melaksanakan tugas pokoknya sebagai hamba Allah sekaligus

(19)

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas mendorong penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “HUBUNGAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DENGAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMPN

6 TANGERANG-SELATAN”.

A.

Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam hal kebersihan lingkungan

sekolah cukup optimal.

3. Proses pembelajaran pendidikan agama Islam cukup menyentuh aspek

sikap dan pengalaman.

4. Keteladanan guru terhadap siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan

sekolah katagori cukup.

B.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka pembatasan

masalah pada skripsi ini adalah :

Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kebersihan Lingkungan di

Sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan.

C.

Perumusan Masalah

Berdasarkan penbatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

“ Adakah hubungan antara Pendidikan Agama Islam dengan kebersihan lingkungan di sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan?”.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam tentang

(20)

2. Untuk mengetahui keadaan kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6

Tangerang-Selatan

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan Pendidikan Agama Islam

dengan kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian

siswa dalam menerapkan kebersihan lingkungan disekolah

2. Bagi Sekolah dapat berdaya guna, terutama bagi pihak pengelola

pendidikan dalam mengembangkan kebersihan lingkungan dalam

menanggulagi pencemaran lingkungan di sekolah yang lebih baik di masa

yang akan datang

3. Sedangkan manfaat bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah

pengetahuan peneliti tentang hubungan Pendidikan Agama Islam dengan

(21)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Agama Islam adalah agama yang universal. Yang mengajarkan kepada umat

manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.

Salah satu di antara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada ummat Islam

untuk melaksanakan pendidikan. Karena ajaran Islam, pendidikan adalah juga

merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak harus dipeuhi, demi untuk mencapai

kesejahteraan dan kebahagiaan dania dan akhirat. Dengan pendidikan itu pula

manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan

kehidupannya.1

Masalah pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan. Karena soal

pendidikan akan selalu terkait dengan kontekstualitas kehidupan umat manusia

sepanjang zaman. Dalam lingkungan hidup, pendidikan di sini juga sangat

1

(22)

membahas mengenai lingkungan dan kaitannya dengan pendidikan

sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi semua perbuatan atau

semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan)

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada

generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi

fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.

Di samping itu pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha manusia

untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat kedewasaa, dalam arti

sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya dan dapat

berdiri di atas kaki sendiri.1

Dalam khazanah keilmuan dikenal dua istilah yang cukup pouler yaitu

pendidikan dan pengajaran. Umumnya para pemerhati ilmu menyatakan bahwa

pendidikan lebih menekankan aspek dalam diri manusia. Sedangkan pengajaran

lebih banyak bersentuhan dengan aspek luar. Dengan perkataan lain, bila

pendidikan lebih berkaitan erat dengan dimensi rohani atau kemanusiaan maka

pengajaran lebih banyak berbicara tentang sarana dan pra sarana dalam upaya

memanusiakan manusia.2

Definisi pendidikan agama Islam dikemukakan para ahli dalam rumusan yang

beraneka ragam, antara lain sebagai berikut:

Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama disini adalah kepribadian muslim; ialah keprribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam.3

Tayar Yusuf menyebutkan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah usaha

sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan

1

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.9

2

Yunahar Ilyas & Muhammad Azhar, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian & Pengamalan Islam (LPPI), 1990) Cet ke-1, h.1

3

(23)

ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada

Allah SWT”.4

Menurut Zakiah Daradjat “Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup (Way of Life)”.5

Sedangkan menurut Rumayulis “pengertian dari pendidikan agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumbernya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan dan pengalaman”.

Dari beberapa definisi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadar terhadap

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama dan adapun mengenai pendidikan agama islam adalah

para peserta didik di masa yang akan datang bisa mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam dan betaqwa kepada Allah SWT yang bersumber terhadap Al-Qur’an dan Hadits terutama melalui kegiatan kependidikan dan pengajaran serta pengamalannya.

1.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu

kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah dicapai.

Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai

untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.

Menurut Ramayulis (2005) “pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta

didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

4

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 30.

5

(24)

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.6

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam tentang

agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi.

M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: “ Tujuan Pendidikan adalah

membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan dirinya sendiri dan bertanggung jawab sendiri” .7

Menurut Zakiah Darajat, tujuan Pendidikan Agama Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam al-Qur’an disebut “ Muttaqin”. Karena itu Pendidikan Agama Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasialis yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.8

Pendidikan Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek yaitu

aspek iman, ilmu dan sosial, yang dasarnya berisi:

a. Menambah suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif

dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak

yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah

SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama,

yang dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang

berakhlak mulia, yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran

agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada Allah SWT.

6

Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.4, h. 21

7

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), h. 19

8

(25)

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua

lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati

ajaran agama Islam secara mendalam dan sifat menyeluruh, sehingga

dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya

dengan Allah swt manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta

dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan

dan pengelolaan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.9

Di setiap lembaga pendidikan (umum dan keagamaan), pendidikan agama

merupakan bagian dari bidang studi yang disajikan kepada peserta didik. Di dalam

pendidikan agama sendiri diajarkan bebagai macam materi yang kesemuanya

dilandaskan kepada ajaran agama.

Khusus di lembaga pendidikan umum, pendidikan agama disajikan pada

dataran memperkenalkan ajaran -ajaran agama yang ada di indonesia. Namun

ketika ada hal-hal yang dipandang dapat menyentuh permasalahan aqidah

(keyakinan) maka diambil kebijaksanaan dengan menyajikan hal tersebut secara

terpisah sesuai dengan kondisi peserta didik dilihat dari keyakinnanya

masing-masing.

Hal terpenting yang perlu di ingat adalah, pendidikan agama yang dilaksanakan

di sekolah-sekolah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada

peserta didik sesuai dengan konsep kebaikan agama masing-masing. Lebih jauh

lagi diharapkan dengan mengikuti program pendidikan agama di sekolah, peserta

didik mampu menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sehari-hari.10

Jadi, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

meningkatkan pemahaman kita terhadap ajaran-ajaran agama Islam dan

meningkatkan pengamalan ajaran agama Islam itu dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam

ialah keberagaman, yaitu menjadi seorang muslim dengan instensitas

keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.

9

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.7, h. 88-90

10

(26)

2.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam H. M. Arifin mengatakan bahwa “ ruang

lingkup pendidikan agama Islam itu mencakup segala bidang kehidupa di dunia

dimana manusia mampu memanfaatkannya seagai tempat menanam benih

amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan nilai dan

sikap amaliah Islamiyah dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif

bila mana dilakukan dengan proses kependidikan yang berjalan diatas

kaidah-kaidah Ilmu pengetahuan kependidikan”.11

3.

Objek Pendidikan Agama Islam

Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi

sekalian makhluk di alam ini, pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya

pada empaat pengembangan fungsi manusia, yaitu:

1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk hidup di tengah makhluk-makhluk

lain, manusia harus busa memerankan fungsi dan tanggung jawabnya,

manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama di

antara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai khalifah di muka bumi

ini. Malaikat pun bersujud kepadanya, karena manusia sedikit lebih tinggi

kejadiannya dari malaikat, yang hanya terdiri dari unsur-unsur rohaniah,

yaitu nur Illahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan

unsur-unsur rohani dan jasmani. Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia

tersebut sebagai berikut:

















Artinya: “(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah

(27)

Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".

2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk

sosial manusia harus mengadakan interrelasi dan interaksi dengan

sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya Islam

mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan

musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu

persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian

dikehendaki oleh Allah dalam firmannya:







Artinya:“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

3. Meyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia makhluk yang

berketuhanan, sikap dan watak religiusnya perlu dikembangkan

sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya.

Dalam fitrah manusia telah diberi kemampuan untuk beragama. Firman

Allah yang menyadarkan manusia sebagai hamba-Nya yang harus

beribadah kepada-Nya antara lain:























Artinya:”(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;

(28)

oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”.

Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai kahlifah di atas bumi dan yang

terbaik di antara makhluk lain akan mendorong untuk melakukan pengelolaan

serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama

dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan

sebagai sarana untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat.12

4.

Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka pendidikan islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan

landasan kerja. dengan dasar ini akan memberikan arah bagi peleksana pendidikan

yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan

pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan

yang dapat karena itu, dasar yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian

pendidikan. Oleh karena itu, dasar yng terpenting dari pendidikan Islam adalah

Al-Quran dan Sunnah (Hadis).

MenetapkanAl- Quran dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan

hanya dipandang sebagai kebenaran yng didasarkan pada keimanan semata.

Namun justru terdapat kebenaran yang terdapat dalam kedua tersebut dapat

diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman

kemanusiaan. Sebagai pedoman, Quran tidak ada keraguan padanya QS.

Al-Baqarah ayat : 2.











Artinya : “ Kitab (Al-Qur’an)ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”.

12

(29)

Ia tetap terpelihara kesuciannya dan kebenarnnya.QS. Ar-Rad ayat: 9.





Artinya: “yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha

besar lagi Maha tinggi”.

Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spritual maupun aspek sosial budaya

dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi

pendidikan Islam. Secara umum, hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang

disandarkan pada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.

Kepribadian Rasul sebnagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik. 13

5.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah berungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan ketaqwaan peserta didik

kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimana dan

ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang ta dalam keluarga. Sekolah

berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak

melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan

ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat

khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara

optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula

bermanfaat bagi orang lain.

13

(30)

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik alam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.14

6.

Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam

Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan

keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat. Untuk itu Guru Agama perlu mendorong dan memantau kegiatan

pendidikan agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan

pendidikan lainnyan kesatuan (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud

keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaan.15

A.

Pengertian Kebersihan Lingkungan Sekolah

1.

Pengertian kebersihan

Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan keadaan lahiriyah suatu

benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan sebagainya.

Terkadang bersih digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci.

Dalam hukum Islam, setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan”, yaitu:

1. Nazafah, atau nazif, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air.

14

Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.4, h. 21-22

15

(31)

2. Taharah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan lahiriyah dan batiniyah.

3. Tazkiyah, mengandung arti ganda yaitu membersihkan dari sifat atau perbuatan tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan

sifa-sifat yang terpuji.16

Sedangkan dalam istilah fiqaha taharah berarti kebersihan dari sesuatu yang khusus yang di dalamnya terkandng makna ta’abbud (menghambakan diri)

kepada Allah. Ia merupakan salah satu perbuatan yang dicintai Allah.17

Thaharah ialah suatu kalimat bahasa Arab yang berarti bersuci, bersih atau kebersihan. Islam ataupun syara’ menuntut umatnya supaya bersuci dan bersih,

sama halnya bersih di dalam diri ataupun di luar diri. Tiada satu agama pun di

dunia ini yang lebih banyak menitikberatkan tentang kebersihan ini selain dari

Islam. Islam sangat menitikberatkan kebersihan jasmani dan rohani.18

Sebagaimana Allah menyatakan pijian-Nya pada sekelompok orang. Allah

berfirman dalam surat al-Taubah: 108, yaitu:











Artinya: “ Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih Kebersihan yang dimaksud adalah baik kebersihan inderawi (yang bisa diindera/dirasakan) yakni kebersihan pribadi kebersihan umum, maupun

kebersihan maknawi yang hanya diketahui oleh nurani, yaitu bersih dari sifat syirik, munafik, dengki dan sifdat tercela lainnya.19

16 Tim Lembaga Penelitian UIJ, Konsep Agama Tentang Bersih dan Implikasi dalam Kehidupan Masyarakat Islam, (Jakarta: Universitas Universitas Islam Jakarta, 1993), h. 14 Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson Rahman, MA. h.3

17

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson

Rahman, MA. h.3

25

Abu Muhammad Izzuddin, Beberapa Permasalah Hukum Dalam Islam, (Kuala Lumpur: PT. Batu Caves, 1996), Cet.1, h. 292

19

(32)

Kebersihan merupakan suatu kegiatan atau kebiasaan membersihkan sesuatu

yang dianggap kotor, supaya menjadi bersih. hanya standar bersih ini tidak sama

tergantung pada tingkat pendidikan, kebiasaan dan mungkin juga dana yang

dimiliki. kebersihan pada masa ini, bukan hanya sekedar untuk menghindari

menjangkitkan suatu penyakit tetapi kebersihan sudah merupakan suatu

kebutuhan hidup yang erat hubungannya, ketertiban untuk mencapai hidup sehat,

bersih indah, nyaman dan tenteram.20

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari

segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan

yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya

kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.

Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi, juga menyebabkan

timbulnya berbagai penyakit.

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienis yang baik.

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, dan

berbagai sarana umum. 21

Memperhatikan masalah kebersihan adalah merupakan salah satu unsur

penting dalam perilaku beradab. Hal ini tidak pernah diajarkan dalam agama dan

falsafah apapun. Islam menganggap kebersihan sebagi suatu sistem peradaban dan

ibadah. Karena itu kebersihan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seorang

muslim.22

Demi terciptanya lingkungan yang indah dan sehat adapun cara mengatasinya

yaitu sebagai berikut:

1. Membuang sampah pada tempatnya

2. Mengadakan lomba kebersihan

20

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson Rahman,, MA. h.3

21

http://hendrariahdo.wordpress.com/2011/12/08/penelitian-tentang-kebersihan-lingkungan-sekolah/

22

(33)

3. Memberi sanksi bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.

4. Menyiram air seni kalau setelah buang air kecil.

2. Kebersihan dalam Pandangan Islam

Islam menganjurkan agar kita mengartikan kebersihan sebagai salah satu cara

untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang

tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai

ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan

Islam mengkatagorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap

muslim.

Dalam kitab-kitab Syariah selau diawali dengan bab al-thaharah yakni kebersihan. Dengan demikian fikih pertama yang dipelajari umat Islam ialah

masalah kebersihan. Bagi umat Islam kebersihan adalah kunci harian yang disebut

shalat, dan dalam Islam shalat adalah kunci surga. Shalat seorang muslim tidak

sah selama ia tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan

hadas besar dengan mandi. Dalam sehari, wudhu’ dilakukan babarapa kali dengan

maksud untuk membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran, keringat, da

dan debu; minsalnya adalah wajah juga mulut dan hidung dan kepala, serta kedua

tangan, kaki dan . telinga. Allah SWT berfirman:

(34)



















Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya

bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al-Maidah: 6).

Lebih dari itu semua, Qur’an dan Sunnah telah menggalakkan kebersihan dan menganjurkan umat Islam agar menjadi umat yang membiasakan hidup bersih.

Allah SWT berfirman:









Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

(35)

Dan Allah memuji penghuni masjid Quba’ dalam firman-Nya: “ Di dalamnya ada orang-orang yang ingin mebersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih (Al-Taubah: 108).23

Agama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat dan

melebihi Islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebershan

manusia, kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang

lainnya. hingga tersebar kata-kata seperti hadits di atas “Kebersihan itu sebagian dari Iman”. Padahal para pemuka agama di abad pertengahan seperti pendeta di Barat melakukan taqarrub kepada Allah dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air. Samapai di antara mereka ada yang mengatakan; semoga Allah

memberikan rahmatnya pada sang pebdeta fulan, sebab dia telah hidup selama

lima puluh tahun dengan tidak pernah membasuh kedua kakinya.

Ajaran kebersihan tidak hanya sekedar slogan, motto atau teori belaka. Tetapi

harus juga dijadikan pola hidup praktis yang mendidik manusia hidup bersih

sepanjang masa. Ajaran kebersihan dalam Islam antara lain terlihat dari

persyariatan ibadah shalat yang dilakukan setiap hari. Shalat dapat menyucikan

lahiriyah melalui wudhu yang merupakan syarat sah sebelum melaksanakannya.

Di samping itu juga, dapat pula menyucikan batiniyah melalui pengesaan Allah

SWT.24

Islam juga memperhatikan masalah kebersihan makanan dan minuman.

Kebersihan memiliki dampak keindahan dengan bersihnya pakaian juga

kebersihan lingkungan atau apa yang diistilahkan oleh para dokter sebagai

kesehatan lingkungan termasuk kebersihan sumber air, rumah dan jalan

merupakan persoalan mendapatkan perhatian serius dari Rasulullah dan dijadikan

23

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 190-191

24

(36)

prinsip dasar bagi penjagaan tubuh dari penyakit-penyakit menular ataupun dari

hal-hal yang tidak semestinya akan menimbulkan bebagai macam penyakit.

Perhatian Sunnah terhadap masalah kebersihan, sebagaimana juga perhatian

Al-Qur’an adalah karena beberapa sebab:

Pertama, Allah suka kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan

diri.” (Al-Baqarah: 222). Allah memuji penghuni masjid Quba’ dan memuji kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjib Quba’), sejak hari pertama

adalah lebih patut kamu sembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (al-Taubah: 108).

Karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan. Sampai

ada kata-kata yang terkenal di kalangan umat Islam yang mengatakan: “Al -nazhafat min al-iman (kebersihan itu sebagian daripada iman).” Sebagian orang-orang Islam menganggap kata-kata ini sebagai hadis, padahal ini bukan hadis.

Sebenarnya hadis yang sahih berbunyi: “Al-thuhur syathr al-iman (Rowahul Muslim).”

Kebersihan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebersihan maknawi,

yakni kebersihan dari syirik, munafi, dan akhlak yang tidak baik dan juga

kebersihan inderawi, yakni kebersihan perorangan dan kebersihan umum.

Kedua, Kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam

sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Sebab kesehatan

adalah bekal individu dan kekayaan bagi anggota masyarakat. Orang mukmin

yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang melemah.

Di samping itu mengingat badan adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh

(37)

badannya agar badan itu bisa tahan terhadap penyakit. Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya kamu mempunyai hak terhadap badanmu.”25

Adapun manfaat

menjaga kebersihan pada dasarnya kembali kepada beberapa sebab, antara lain:

1. Menjaga kebersihan itu sendiri lebih efektif dalam mencegah timbulnya

berbagai penyakit, seperti: kolera, tipus, penyakit kuning daripada

mencegah atau memberantas setelah berkembang menjadi wabah.

Umumnya di negara-negara berkembang tidak begitu kualitasnya dalam

pelayanan makanan umum (misalnya kantin), lebih mudah dijumpai jika

meloncong ke berbagai negara terbelakang dan mudah dijumpai tempat

kotor dan berbagai wabah berjangkit di dalamnya.

2. Sesungguhnya kantin-kantin seperti itu tidak akan menarik pembeli dan

tidak higienis serta tidak steril (terbebas dari penyakit). Jika setiap

makanan tertentu sebagai penyebar penyakit maka menjaga kebersihan

dari lingkungan kotor adalah suatu keharusan.

3. Sekalipun sains modern begitu pesat perkembangannya, faktanya

lingkungan kotor seperti jamban kotor dan sarang-sarang penyakit lainnya

dengan mudah kita jumpai. Suatu masalah bagi Depertemen Kesehatan

untuk mengentaskannya.26

Demikian halnya dengan kebersihan lingkungan (sumber air, rumah dan

jalan) yang merupakan kebutuhan manusia dan digunakan setiap harinya.

Kebersihan perkara itu semua mempengaruhi tingkat kehigienisan atau kesehatan

kehidupan manusia. Lingkungan yang kotor disamping tidak sedap dipandang

mata, juga memungkinkan terjadi sarang penyakit. Sebaliknya, lingkungan yang

bersih akan memberikan keindahan dan memungkinkan memberikan kesehatan

25

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 366

26

(38)

bagi para penghubi lingkungan. Oleh karena itu, kebersihan lingkungan menjadi

sangat penting untyk terwujudnya kesehatan bersama.27

4.

Lingkungan Sekolah

Istilah ekologi mula-mula digunakan oleh Erns Haeckal seorang pakar ilmu

hayat. Istilah ini berasal dari Yunani, oikos artinya rumah dan logos artinya ilmu.

Dengan demikian secara etimologi ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup

dan rumahnya, atau diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup

atau sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungnnya.28

Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan

hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya

mancakup segala mateil dan stimuli di dalam dan di luar individu manusia. oleh

karena itu lingkungan dapat diartikan secara psikologis dan sosio-kultural.

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima

oleh individu sejak dalam kelahiran sampai kematian. Stimulasi ini misalnya

berupa: interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan,

kemauan, emosi dan kapasitas intelektual.

Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan

kondisi eksternal dalam hubungannya dengan pelakuan ataupun karya orang lain.

Pola hidup masyarakat, latuhan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan dan

penyuluhan adalah termasuk dalam lingkungan ini.29

27

Hario Tilarso, Pandan Peningkatan Kesehatan Santri, (Jakarta: CV. Kuta Boloh Manunggal, 2005),h. 30

28

Otto Sumarwotto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Jamabatan, 1999) 22.

29

Wasty Soemanto, M. Pd., Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),

(39)

Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di

dalam atau diluar individu bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau

perkembangan.30

Menurut Sartain, (ahli psikologi Amerika), sebagaimana di kutip oleh

Hasbullah yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini, yang

dengan cara-cara tertentu memprngaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan

perkembangan.31

Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik), yaitu keadaaan iklim, keadaan tanah, dan

keadaan alam

b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu, seperti

bahasa, seni, ekonomi, ilmup pengetahuan, pandangan jidup, dan

keagamaan

c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat), seperti

keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan.

Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur

lingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam

pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun di dalamnya terdapat

faktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pengaulan merupakan unsur

lingkungan yang turut serta mendidik seseorang. Pengaulan semacam itu dapat

terjadi dalam:

1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek atau adik dan saudara-sudara

lainnya dalam suatu keluarga.

2. Berkumpul dengan teman sebaya.

3. Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa

atau dimana saja.32

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses

pendidikan (pakaian, keadaan, rumah, alat permainan, buku-buku, dan alat

30

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-1, h.34

31

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.32

32

(40)

peraga) dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara,

lingkungan-lingkungan tersebut terdiri dari dari lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan lingkungan organisasi pemuda yang disebut dengan Tri

Pusat Pendidikan.

Lingkungan pendidikan atau lingkungan sekolah dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar individu yang bersifat

mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangannya. Lingkungan yang

bersifat fisik dapat berupa tempat tinggal, tempat ibadah, tempat berolahraga,

tempat bermain, dan sabagainya. Sedangkan lingkungan yang bersifat non-fisik

dapat berupa adat istiadat, pola hubungan, pola komunikasi, pola pergaulan, dan

lain sebagainya.33

Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan

taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus manerima

pelajaran yang sama.

Lingkungan sosial lingkungan pergaulan antara manusia, antara pendidik dan

peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan.

Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan

antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak paserta didik

(siswa) maupun para pendidik (guru), dan pihak lainnya. Tiap orang memiliki

karakteristik masing-masing sebagai individu maupun sebagai anggota

kelompok. karateristik ini meliputi karateristik fisik, seperti tinggi dan berat

badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik dan lain-lain. Sedangkan karateristik

psikis seperti sifat sabar, marah, jujur, kemampuan intelektual seperti jenius,

cerdas, bodoh serta kemampuan psikomotorik, seperti cekatan dan terampil.34

Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong

dan menunjang pengembangan kemampuan berfikir. Lingkungan ini mencakup

perangkat lunak seperti sistem dan perangkat-perangkat lunak, perangkat keras

seperti media dan sumber belajar, serta aktifitas-aktifitas pengembangan dan

penerapan kemampuan berfikir. Tetapi aktivitas manusia dalam memenuhi

33

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.33

34

(41)

kebutuhan dan segala keinginannya yang sangat variatif, pada umumnya tidak

mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung lingkungan terhadap aktivitas

kehidupan. Hal inilah yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan, yang pada

giliran berikutnya mengundang timbulnya berbagai bencana yang menghimpit

kehidupan.

Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidak

dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidk

mendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid

tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin dapat menyelami jiwa anak

itu sedalam-dalamnya. Ia tak mungkin dapat mencurahkan perhatiannya kepada

seorang anak saja. Baginya anak isstu tak lain daripada seorang murid di antara

sekian banyak murid yang lain, yang diserahkan kepadanya. Ia mengajarkan

dalam satu atau beberapa tahun, dan muridnya itupun selau berganti-ganti dari

tahun ke tahun.

Di sekolah guru merasa bertanggung jawab tertama tehadap pendidikan otak

murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapat nama

baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan

tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi

juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi

murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan

dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Malahan di luar sekolah juga ia hars

betindak sebagai pendidik.35

Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada umumnya di sekolah, khususnya

pembelajaran di kelas/jam pelajaran sangat sedikit dan singkat, sedangkan porsi

yang ada pada ruang lingkupnya sangat luas. Mengingat pentingnya beragama

bagi semua orang, dalam pembentukan manusia yang berakhlak mulia, kehidupan

yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani di era global di

mana batas budaya, wilayah negara, transformasi informasi yang begitu cepat

mendunia yang tidak dapat dibendung dan dibatasi oleh batas ruang dan waktu.

Hal ini yang akan berdampak pada semua aspek kehidupan, khususnya di bidang

35

(42)

pendidikan. Maka tugas guru agama dalam dunia pendidikan harus berperan aktif

untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

Langkah berikutnya adalah, mendidik siswa bersifat dan berjiwa bersih.

Dalam kehidupannya siswa diharapkan selalu menjaga kebersihan lingkungan

nya dengan tidak membuang sampah atau limbah sembarangan, sehingga dapat

menimbulkan pencemaran di di daratan, laut maupun udara. Konsep ini

merupakan integrasi ajaran Islam dengan pendidikan lingkungan yang bisa

diterapkan di sekolah.

Hal lain yang bisa dilakukan, melalui pendidikan agama, memberikan

pengetahuan tentang penanggulangan pencemaran baik di darat, air atau udara.

Seperti:

1. Pencegah

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel pedoman interprestasi
Tabel 4.1 Deskripsi Data Pendidikan Agama Islam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh kesimpulan, sebagai berikut : 1) sistem ekonomi pasar adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala

 May mga iilan na hindi matatagpuan saan man kung kaya’t masasabi na sa Pilipinas unang nagmulag.  Sinasabi na ang mga tao sa Pacific, Hawaii, at Silangang Polynesia ay nagmula

teknologi; atau (iv) penggunaan Produk atau bagian dari Produk dalam praktek proses jika Pembeli tidak memasukkan Produk ke dalam alat yang mana pengguna akhirnya adalah konsumen;

Sardjito terhadap pengobatan dan memperbaiki kontrol glikemik kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompokkontrol dengan masing-masingnilai p adalah 0,023(p<0,05)

Para wanita di Mozambique yang hanya sedikit memiliki akses untuk fasilitas sanitasi modern dan lebih dari setengah penduduknya minum air dari sumber yang tidak aman. Para

4-2-1) Tek fazlı dokuma makinelerinde ağızlık açma; Tek fazlı dokuma makinelerinin büyük bir çoğunluğunda atkı kaydı başlamadan önce alt ve üst çözgü tabakaları

Selanjutnya dijabarkan pula bahwa esensi konsep agropolitan adalah: (1) memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota (urbanism) pada lingkungan perdesaan, (2) memperluas hubungan