SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh :
Nurfajria NIM 1110051100045
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
i
Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi Pada Laporan Utama Majalah Tempo Edisi April-Juni 2014
Pemilihan Presiden di tahun 2014 merupakan pemilihan kepala negara secara langsung kali ketiga dalam sejarah Indonesia. Banyak tokoh nasional yang mencalonkan diri sebagai calon presiden. Namun, akhirnya hanya ada dua pasang calon yang menjadi calon presiden dan wakilnya, masing-masing Prabowo Subianto-Hatta Rajassa dan Joko Widodo-Yusuf Kalla. Mereka merupakan tokoh yang fenomenal. Semua media memberitakan kedua pasangan ini, majalah Tempo
misalnya. Namun, pada April-Juni 2014, porsi pemberitaan Jokowi di laporan Utama majalah Tempo lebih banyak. Laporan utama majalah Tempo merupakan rubrik utama yang tercermin dalam cover majalah dan berita tersebut mendapatkan porsi lebih banyak.
Berdasarkan konteks di atas, timbul pertanyaan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemberitaan Jokowi pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014?
Teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah di atas, penulis menggunakanTheories of Influences on Media Contentyang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori hirarki media ini menjelaskan bagaimana lima faktor pengaruh bisa memengaruhi sebuah pemberitaan di sebuah media. Lima faktor tersebut masing-masing level individual, level kerutinan media, level organisasi media, level ekstra media, dan level ideologi media.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan Jobpie Sugiharto (redaktur desk nasional) dan Anton Septian (reporter) majalah Tempo, penulis analisis dan sepadankan dengan teori hirarki pengaruh.
Kesimpulannya adalah pemberitaan tentang Jokowi pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014 tidak lepas dari kelima faktor level hirarki pengaruh tersebut, baik dari internal maupun eksternal media. Faktor-faktor tersebut di antaranya berasal dari faktor individu, kerutinan media, organisasi media, ekstra media dan faktor ideologi. Namun, faktor level yang paling berpengaruh secara signifikan terdapat pada faktor individual yang dipengaruhi oleh reporter dari latar belakangnya dalam menentukan angle awal pemberitaan, faktor level kerutinan media yang representasikan pada rapat perencanan, faktor ekstra yang dipengaruhi oleh pangsa pasar dan faktor ideologi mediaTempo yang mendukung demokrasi dan antistatusquo. Faktor organisasi tidak berpengaruh. Kebijakan redaksi majalahTempo
dalam memberitakan laporan utamanya mengacu pada rapat-rapat redaksi. Pada rubrik laporan utama majalah Tempo mengenai Jokowi edisi April-Juni 2014, kebijakan yang diambil yaitu mengacu pada apa yang terjadi di masyarakat (publik), melihat kebutuhan pasar akan berita yang sedang booming, dan berpedoman pada hasil rapat redaksi.
ii
Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia
yang punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah
Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau
kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang
tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan
puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya
bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah
album kehidupan yang lebih terarah.
BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta
salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman,
Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi
bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat
mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah
kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh
zaman.
Terimakasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang
turut membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak
langsung. Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit
rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya,
peneliti menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya
iii
Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Jumroni, M.Si,
Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Sunandar
Ibnu Noor, M.A.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis
Ridho, M.Si dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.
3. Drs. Helmi Hidayat, MA., dosen pempimbing yang senantiasa selalu berbagi
ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak
mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.
4. Pihak Tempo Arif Zulkifli sebagai Pemimpin Redaksi, Jobpie Sugiharto
(Redaktur) dan Anton Septian (Wartawan) sebagai narasumber peneliti, Andry
Setiawan (Bang Joey), Moniq dan Esti sebagai sekretaris redaksi majalah
Tempo dan segenap karyawan majalah Tempo yang telah membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.
5. Ayahanda tercinta Hasannudin yang senantiasa selalu menjadi panutan bagi
penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya
kehidupan, juga ibunda terkasih Warniah yang tak lelah merajut doa, memberi
dukungan tanpa akhir, dan senyum penuh ikhlas kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhirs. Hanya karena kalianlah penelitian
iv
Az-Zufar Putra, aa Agung beserta istrinya Nida, Wahyu Musthofa dan
Zahrotul Munawwaroh dan sepupu Dita Nona Lisa beserta suami dan anaknya
Sugiono dan dede Ezar, terimakasih telah membantu meminjamkan jasanya.
7. Ahmad Ghazali yang menjadi kacamata dunia bagi penulis, terima kasih selalu
hadir menemani dan meluangkan waktunya dengan ikhlas. Jangan pernah
bosan menjadi penerang untuk jelajahi dunia bersama penulis. Keep smile.
8. Kakak-kakak senior yang berteman dengan baik dengan penulis, Bang Fahdi,
Bang Adit, Bang Adul, Bang Amay, Kak Jali, Kak ajeng, Kak Ajib, Kak
Japra, Kak Vija, Kak Momba, Kak Faqih, Kak Bejo terimakasih telah menjadi
kakak-kakak senior yang hebat.
9. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2010 Diyah, Stiffani, Cilay, Ika, Ami, Lala,
Athifa, Damar, Dwiyan, Tyo, Annisa, Dini, Fiki H, Fauziah, Mae, Anas,
Hetty, Welda, Tanti, Viky, Butet, Isye, Oji, Dede, Fajar, Qinoy, Farhan,
Rijuan, Farid, Hakim, Imam, Yoga yang telah sama-sama berjuang selama di
bangku perkuliahan.
10. Teman seperjuangan di DEMA Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Zikri,
Tanto, Ijal, Eki, Chabibullah, Baba, Qipung, Bongkeng, Bimo, Damar, Pacil,
Jeje, Gadis, Vivih, Maria, Indah, Alfa, Arum, Widya, Sonya, Rani, Zakia,
yang sama-sama berproses di FDIKOM ini.
11. KKN ANJAS yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Ijal, Zikri,
Tanto, Bimo, Andika, Surya, Iqbal, Zizah, Indah, Alfa, Putri, Asri Wiwit,
v
Unyil, Codet, Togar, Jali, Kuro, Bongkeng, Budi, Putri, Nunu, Sri, Mella,
Helmi, Bastian, Mirob, Bitut, Biseng, Tarzan, Luwak, Layu, Cenges, Keris,
Pangkat, Iwot, Jomah, Saut, Munye, Kudung, Boyan, Konung, Bontot, Suares,
dan Cengo yang telah menjadi rumah kedua bagi penulis dalam suka maupun
duka. Tetap“Terbang Tinggi Tak Lupa Bumi”kawan.
13. Bidadari Hutan yang bersedia berubah menjadi bidadari bercariel yang
menjajaki keindahan dunia lewat indahnya puncak gunung, Wiwin, Tatoem,
Emak ii, Tutuy, Idoy.
14. Kosan Matahari yang selalu memberi pelajaran dan pengalaman anak
rantauan. Terimakasih Nunu dan Putri atas semua canda, tawa dan nangis
kalian, ini akan selalu saya rindukan. Semoga selalu sukses kawan.
Wal akhirah, terimakasih atas semua dukungan dan bantuan moril dan materil yang di dapat penulis dari berbagai pihak, penulis hanya bisa
menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan imbalan yang
berlipat ganda. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat untuk civitas akademika
dan khususnya untuk penulis pribadi.
Jakarta, 13 April 2015
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
...
1B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8
D. Metodologi Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Hirarki Pengaruh Media
...
151. Level Pengaruh Individu Pekerja Media
...
162. Level Pengaruh Kerutinan Media ... 19
3. Level Pengaruh Organisasi Media... 28
4. Level Pengaruh Luar Media
...
325. Level Pengaruh Ideologi Media
...
36BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAHTEMPO A. Sejarah dan Berkembangnya Majalah Tempo
...
40vii
E. Laporan Utama Majalah Tempo
...
51BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS A. Analisis Hirarki Pada Pengaruh Pemberitaan Jokowi dalam Laporan Utama Majalah Tempo
...
531. Level Pengaruh Individu Pekerja Media
...
532. Level Pengaruh Kerutinan Media
...
593. Level Pengaruh Organisasi Media
...
744. Level Pengaruh Ekstra Media... 79
5. Level Pengaruh Ideologi Media ... 84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
...
94B. Saran
...
95viii
Gambar. 1 Media Rutin Sebagaimana Berkaitan Dengan Tiga Sumber
Batasan ... 20
Gambar. 2 Struktur Organisasi Surat Kabar ... 29
Gambar. 3 Hirarki Pengaruh di Media Massa... 39
ix
x
Bagan. 1 Proses Rapat Redaksi dan Alur Pembuatan Berita di Majalah
1
A. Latar Belakang Masalah
Pemilihan Presiden di tahun 2014 merupakan pemilihan kepala negara
secara langsung yang kali ketiga dalam sejarah Indonesia. Banyak tokoh nasional
yang mencalonkan diri sebagai calon presiden, seperti Aburizal Bakrie, Suryo
Paloh, Wiranto, Hary Tanoe Sudibyo, Prabowo Subiyanto, Anis Matta, Joko
Widodo dan lain sebagainya. Namun setelah melewati seleksi politik yang sangat
ketat, hanya ada dua pasangan yang tersaring dan mencalonkan diri ke Komisi
Pemilihan Umum (KPU) sebagai calon presiden dan wakilnya. Pasangan pertama
dengan nomor urut satu adalah Prabowo Subiyanto-Hatta Rajasa dan pasangan
kedua dengan nomor urut dua yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla, kerap dipanggil
Jokowi-JK.
Dua pasang kandidat ini merupakan tokoh nasional yang banyak menyita
perhatian publik. Hal ini ditandai dengan pemberitaan yang masif terhadap kedua
pasang calon di berbagai media, mulai dari media cetak (surat kabar, majalah),
elektronik (televisi, radio) hingga internet pun marak memberitakan mereka.
Pemberitaan calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta, lebih sering muncul di
TVone, ANTV, Vivanews.com, GlobalTV, RCTI, MNC TV, Koran Sindo, Sindo
TV dan Okezone.com. TV One adalah milik Aburizal Bakrie. Dia adalah pemilik
Viva Group yang memiliki TV One, ANTV, dan juga Vivanews.com. Sedangkan
MNC Group yang menaungi Global TV, RCTI, MNC TV, Sindo TV, Koran
adalah pemimpin dari Partai Golongan Karya (Golkar) dan Hati Nurani Rakyat
(Hanura) yang berkoalisi bersama partai calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta.
Sementara itu, calon nomor dua, Jokowi-JK, lebih sering muncul di MetroTV.
Pemilik media tersebut adalah Suryo Paloh. Dia adalah ketua partai Nasional
Demokrasi (Nasdem) yang bergabung menjadi bagian koalisi dari partai calon
urutan nomor dua, Jokowi-JK.
Tidak dipungkiri bahwa hubungan antara pemilik media dengan para calon
presiden sangat terlihat. Hubungan tersebut bisa dimaklumi karena pemilik media
tersebut merupakan pemimpin partai yang bergabung menjadi bagian dari koalisi
partai kedua pasang calon presiden. Kedua pasang calon yang terdaftar adalah
calon presiden dan wakilnya yang terdiri dari gabungan partai-partai yang
berkoalisi. Mereka menyatukan suara agar calon presiden bisa masuk kedalam
“presidential threshold”.
Keterlibatan media dengan para calon dapat dilihat dari data yang tercatat
oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama masa kampanye berlangsung di
berbagai media. Berdasarkan catatan KPI, pasangan Prabowo-Hatta banyak
diwartawakan oleh TV One sebanyak 36.561 detik, MNC TV (5.116 detik), lalu
berturut-turut RCTI, ANTV dan Global TV (4.714, 3.223 dan 2.690 detik).
Sementara pasangan Jokowi-JK lebih banyak disiarkan oleh Metro TV (37.577
detik), SCTV (6.089 detik) dan Indosiar (3.354 detik). Untuk pemberitaan
Jokowi-JK di Metro TV, terdapat 187 item, di antaranya 184 item positif dan tiga
item lainnya negatif. Sementara pemberitaan Prabowo-Hatta di Metro TV berisi
90 item dimana sebanyak 86 item di antaranya positif dan empat item negatif.
73 item positif dan enam item negatif. Sedangkan, dalam pemberitaan
Prabowo-Hatta ada 157 item, di antaranya 153 item positif dan empat item bersifat netral.1
Dari banyak data yang dipaparkan, terlihat bahwa sosok para calon
presiden 2014 memang fenomenal. Hampir semua media memberitakan
Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, tak terkecuali majalah Tempo. Sebagai media mainstream, majalah Tempo juga turut hadir dalam menyajikan pemberitaan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Namun peneliti melihat bahwa pemberitaan yang disajikan tidak
berimbang. Pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo mendapat porsi yang lebih banyak, bahkan sosok mantan walikota Solo itu pun sering dijadikan sebagai
kover majalah di berbagai edisi.
Dari April hingga Juni 2014, tercatat ada 14 edisi majalahTempo, delapan edisi di antaranya berupa laporan utama yang mengangkat berita tentang kedua
pasang calon presiden. Masing-masing berjudul Koalisi Hiruk-pikuk, Efek Puan
Efek Jokowi, Wakil Sehidup Semati, Berburu Kursi Wapres, Duet Kepepet, Habis
Transaksi Terbit Koalisi, Prahara Obor Rakyat, dan edisi khususnya Bowo, Joko,
Hatta & Kalla. Judul-judul di atas merupakan laporan utama yang banyak
memberitakan Jokowi. Hampir sebagian kover majalahnya pun menggunakan
sosok Jokowi dalam edisi majalah tersebut. Sedangkan lima edisi laporan utama
lainnya membahas judul lain, masing-masing berjudul Ada Apa Dengan TNI,
Hutan Hilang Suap Terbilang, Robek Kocek Tamu Tuhan, Teror Pedofil di
Sekolah, dan Akhir Perjalanan Hadi Poernomo. Laporan utama ini tidak
mengangkat tentang Jokowi.
1
Kompas.com,”Data KPI Pusat: Tak Ada Berita Negatif Prabowo-Hatta di TV One”, artikel ini di akses pada 14 Oktober 2014 pukul 16:32 WIB dari
Sebagai media nasional yang memegang independensi, majalah Tempo
harusnya berimbang dalam menyajikan berita, tidak memihak kepada siapapun.
Hal ini juga menjadi ketertarikan peneliti untuk membahas majalah Tempo dalam memberitakan tentang Jokowi dalam edisinya. Ada apa dengan Tempo dalam menyajikan berita tentang Jokowi? Apakah ada keberpihakan? Atau hanya
pengaruh dari faktor-faktor media lainnya?.
Faktor-faktor yang memengaruhi media adalah faktor internal dan
eksternal media. Pengaruh faktor-faktor ini disebut sebagai Teori Hirarki
Pengaruh Media yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.
Reese. Pandangan ini merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang
menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media.
Menurut Pamela dan Reese, faktor-faktor yang memengaruhi pemberitaan
di media adalah pengaruh individual level (individual level), pengaruh kerutinan media (routine level), pengaruh organisasi level (organizational level), pengaruh ekstra media level (extra media level), dan pengaruh ideologi (ideology level).2
Dari kelima faktor pengaruh tersebut, faktor internal yang memengaruhi
media biasanya berasal dari dalam media. Faktor individual level, datang dari
pekerja media (reporter, wartawan), faktor kerutinan media muncul dari
keseharian sebuah media dalam pengemasan sebuah berita, dan faktor organisasi
level yang biasanya berkaitan dengan struktur organsasi di media (ownership) atau kepemilikan yang berpengaruh besar atas pemberitaan di media tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memengaruhi sebuah pemberitaan di
media biasanya berasal dari luar media. Faktor pengaruh ekstra media level
2
berasal dari pengiklan, penonton, kontrol pemerintah, pangsa pasar atau sumber
berita dan faktor pengaruh ideologi level diakibatkan oleh cara pandang yang
dipegang oleh sebuah media.
MajalahTempojuga tidak luput dari lima faktor pengaruh yang dijelaskan oleh Pamela dan Reese dalam meyajikan berita. Bagaimana faktor internal dan
eksternal media memengaruhi pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo dan seberapa besar keberpihakan media yang dapat memengaruhi pemberitaan Jokowi
di majalahTempo.Hal inilah yang menjadi menarik untuk diteliti.
Tempoadalah media nasional yang belum diketahui keberpihakannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Kun Waziz dalam bukunya Media Massa dan Konstruksi Realitas yang mengatakan bahwa tidak semua media sudah terlihat jelas ke arah politik mana media berlabuh, seperti kelompok Tempo dan Kompas yang masih menjadi bola liar. Secara formal sulit mendifinisikan kedekatan politik mereka.3
Di sinilah ketertarikan peneliti untuk meneliti media Tempo sebagai media mainstream yang masih menjadi bola liar.
MajalahTempoadalah majalah berita yang terbit mingguan dan selama ini terlihat independen. Edisi pertama Tempo berhasil diterbitkan pada Maret 1971. Majalah ini bertahan cukup tangguh dalam menjalani masa kejayaannya. Media
ini pada zaman Soeharto pernah dibredel.4
Laporan utama merupakan salah satu rubrik di majalah Tempo. Laporan utama ini membahas isu-isu besar yang akan dijadikan headline dan kover majalah pada edisi terbitan majalah Tempo. Kover yang dipakai oleh suatu media
3
Kun Wazis,Media Massa dan Konstruksi Realitas(Malang: Aditya Media Publishing, 2012) Cet. pertama, h. 24.
4
cetak harus menarik karena isu besar yang disajikan media dengan kover atau
headlineyang biasa-biasa saja tidak akan memikat para pembaca. Ini adalah salah satu strategi media untuk memikat pembaca pada pandangan pertama.
Hal ini juga disampaikan juga oleh Tom E. Rolnicki dalam bukunya
Pengantar Dasar Jurnalisme bahwa selain kover, faktor yang sangat penting dalam sebuah media massa adalahheadline atau judul utama.Headline atau judul utama menjadi penting sebab;pertama, ia menyebut atau meringkas fakta penting dari berita. Headlinememudahkan pembaca mencari dan memilih berita di koran, majalah atau yearbook. Kedua, ia mengomunikasikan mood berita. Headline
memberi pembaca semacam pemahaman nada berita. Berita utama atau feature
berita akan menggunakan headline yang langsung dan informatif. Ketiga, peran
headline dalam membantu pembaca menentukan pilihan untuk membaca berita yang dianggapnya lebih penting. Umumnya adalah bahwa semakin besar
hurufnya, semakin penting beritanya.5
Dalam pembahasan di atas peneliti ingin melihat bagaimana pemberitaan
tentang Jokowi bisa menjadi kover bahkan sebagian menjadi laporan utama di
berberapa edisi majalah Tempo. Ketertarikan penulis dalam masalah ini adalah ingin mengetahui faktor apa yang paling memengaruhi pemberitaan tetang Jokowi
di majalahTempo pada April hingga Juni 2014 dan bagaimana kebijakan majalah
Tempodalam menentukan laporan utama.
Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul “Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi pada Laporan Utama Majalah Tempo Edisi April–Juni 2014”
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal:
a. Penelitian ini memfokuskan diri pada pengaruh hirarki yang
berlangsung atas pemberitaan majalahTempo.
b. Pemberitaan yang diteliti adalah pemberitaan tentang Jokowi di
majalahTempopada April hingga Juni 2014. 2. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor hirarki apa saja yang berpengaruh pada pemberitaan tentang
Jokowi di majalahTempo?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui faktor-faktor hirarki yang memengaruhi pemberitaan
tentang Jokowi di majalah Tempo dan menangkap kebijakan redaksi majalah Tempo saat menentukan laporan utama khususnya di bulan April–Juni 2014.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis: Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
wawasan pembaca terkait dengan pendekatan teori hirarki pengaruh
bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
b. Manfaat Praktis: Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi penelitian serupa, memberi gambaran terhadap
masyarakat mengenai pengaruh-pengaruh hirarki yang terjadi pada
pemberitaan di sebuah media, dan mendorong khalayak bersikap kritis
terhadap berita yang dimunculkan media massa.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam buku filsafat Ilmu Komunikasi oleh Dani
Vardiansyah dilihat sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang tak lain akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap
dan bertingkah laku.6 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konstruktivis yang memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural,
tetapi dari hasil konstruksi. Rancangan konstruktivis melihat realitas
pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial.7
Paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.
Paradigma ini lebih menekankan kepada empati, dan interaksi dialektis antara
peneliti-responden untuk menkonstruk realitas yang diteliti melalui
metode-metode kualitatif.8
6
Dani Vardiansyah,Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Jakarta: PT Indeks, 2005), h. 27.
7
Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), cet. Ke-3 h. 204.
8
2. Metode Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan model deskriptif. Hasil penelitian tertulis berisi
kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi.
Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi,
videotape, dokumen pribadi, memo dan rekaman-rekaman resmi lainnya.9 Tujuan dari pendekatan ini adalah menjelaskan fenomena yang
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan
Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia, baik dalam kawasannnya maupun dalam peristilahannya.10
Bogdan dan Taylor dalam buku Metode Penelitian Kualitatif
menjelaskan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Peneliti menganalisis menggunakan
metode kualitatif ini dengan cara menjelaskan sedalam-dalamnya data dengan
teori yang digunakan yaitu hirarki pengaruh media.
Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif
adalah pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil.
Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data
9
Emzir,Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. ke-3, h. 11.
10
Nurul Hidayat,Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke 1, h. 7.
11
serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan
observasi di lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian
pemahaman melalui kata atau gambar.12
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti
penggunaan instrument wawancara dan pengamatan (observation).13 3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik anatara lain:
a. Wawancara: Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara,
suatu teknik yang dianggap tepat dalam mendapat informasi. Ini
karena data yang didapatkan secara langsung diperoleh dari orang
yang bersangkutan dan lebih akurat. Karena itu, peneliti melakukan
wawancara bebas terpimpin (semi structured interview), yaitu wawancara dengan menggunakan interview guide atau pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan.14 Wawancara
dilakukan secara bebas, tetapi menggunakan pedoman wawancara
yang baik dan benar agar pertanyaan lebih terarah. Data yang
diperoleh bisa dengan cara tanya jawab secara lisan, ataupun melalui
surat elektronik (email). Peneliti melakukan wawancara dengan Reporter majalahTempo, Redaktur Pelaksana majalahTempo.
12
Agus Salim,Teori dan Paradigma Sosial dari Guba dan Penerapannya, h. 303.
13
Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.
14
b. Dokumentasi: Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.15 Data juga dapat diperoleh dari
mengkaji atau menelaah dokumen yang dimiliki majalah Tempo pada
bagian laporan utama yang diteliti baik tertulis, gambar atau foto,
grafik dan lain sebagainya. Ada juga data yang bersumber dari buku,
majalah, dan internet berupa artikel-artikel media massa yang ada
relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan
bahan sebagai data untuk peneliti.
4. Informan Penelitian
Peneliti menggunakan informan yang akurat untuk melakukan
wawancara dengan pihak media terkait. Informan yang akurat dan tepat untuk
menjadi data yaitu seorang reporter dari majalah Tempo yang ikut
membertitakan mengenai Jokowi saat itu dan seorang redaktur pelaksana yang
terlibat dalam pembuatan berita Jokowi tersebut pada April-Juni 2014. Peneliti
menggunakan kedua informan tersebut agar data yang didapatkan akurat dan
sesuai dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan
wawancara pada kedua informas tersebut.
5. Teknik Analisis Data
Langkah selanjutnya, peneliti menyusun data yang ada agar sistematis,
lalu mengklasifikasi data itu untuk dianalisis sesuai masalah dan tujuan
penelitian, kemudian menyajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam
menganalisis, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif.
Penulis menganalisis dan membandingkan data deskriptif yang telah
15
diperoleh, dan merelevansikannya dengan teori hirarki pengaruh yang
dikenalkan oleh Pamela dan Reese.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, da Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negari Sayarif Haidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku
yang membahas tentang analisis hirarki pengaruh pada media massa, salah
satunya adalah skripsi dengan judul “Hirarki Pengaruh Pemberitaan Ahmadiyah di
Majalah Tempo” yang ditulis oleh Fahdi Fahlevi, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaan Islam tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemberitaan Ahmadiyah di Majalah
Tempo selama sebulan. Sedangkan peneliti meneliti laporan utama di majalah
Tempoterkait pemberitaan Jokowi selama tiga bulan terhitung mulai April hingga Juni 2014. Bedanya dengan peneliti sebelumnya yaitu Fahdi Fahlevi
menggunakan observasi untuk teknik pengumpulan data dan objek yang
dipilihnya yaitu isu mengenai kekerasan terhadap agama, sedangkan peneliti
mengangkat isu tentang sosok tokoh baru yang sedang tenar dikalangan
masyarakat. Sosok ini dianggap punya pengaruh besar terhadap rakyat Indonesia
Penelitian lain juga dilakukan oleh saudari Halimatus Sa’diyah dengan
skripsinya berjudul “Hirarki Pengaruh Dalam Proses Penyeleksian Berita Studi
Pada Kebijakan Redaksi Liputan 6 SCTV”. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif dengan perspektif fenomenologi, sementara jenis penelitian
yang akan peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis analisis
deskripstif. Penelitian yang dilakukan oleh Halimatus Sa’diyah lebih kepada
faktor apa yang memengaruhi proses penyeleksian berita yang terjadi di media
elektronik yaitu pada program Liputan6, sedangkan peneliti lebih kepada
faktor-faktor apa saja yang memberi pengarih pada pemberitaan Jokowi yang terjadi di
media cetak yaitu pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini,
peneliti membagi dalam lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah. Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta
Sitematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI mengurai tentang kajian teori Hirarki Pengaruh yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan
Stephen D. Reese dan Kebijakan Redaksional.
Tempo, visi dan misi majalah Tempo, laporan utama majalahTempo.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS mengulas analisis data yang diperoleh dari Majalah Tempo terkait faktor-faktor apa saja yang memengaruhi majalahTempopada tiga bulan edisi mulai dari April – Juni 2014 pada pemberitaan
tentang Jokowi.
15 A. Teori Hirarki Pengaruh Media
Teori Hirarki Pengaruh (Hierarchy of influence) pertama kali diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini
merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor
yang dapat memengaruhi konten media. Teori ini membahas tentang isi media
merupakan suatu pemberitaan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
media. Pamela dan Reese membaginya dalam lima level yaitu level individu
(Individual level), level kerutinan media (Media routine level), level organisasi (Organization level), level ekstra media (Extra media level) dan level ideologi (Ideological level).
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana pesan media yang disampaikan
kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media
dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh dari internal media
sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu
wartawan sebagai pencari berita, dan kerutinan media sehari-sehari. Pengaruh
faktor eksternal media yang ikut menwarnai konten media adalah para pengiklan,
pangsa pasar, kontrol pemerintah, dan faktor eksternal lainnya.
Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda
setting merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media.1 Dengan kata lain isi dari konten media adalah kombinasi dari program
1
internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal
dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu yang berpengaruh pada
sosial, petinggi pemerintah, pemasang iklan dan pengaruh luar lainnya.
Dalam teori ini akan terlihat seberapa berpengaruhnya sebuah berita pada
tiap-tiap level yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese.
Walaupun faktor organisasi media dan faktor kepemilikan merupakan level yang
paling kuat, namun level individu, level kerutinan media, dan level ekstra media
tidak boleh mengesampingkan, karena satu sama lain dari kelima level tersebut
ikut memengaruhi berita di media. Lebih lanjutnya peneliti akan membahas setiap
level dalam teori hirarki pengaruh media yang dijelaskan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese, yaitu:
1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media
Pengaruh ini biasa direpresentasikan kepada seorang jurnalis atau
wartawan. Level individu ini juga biasa disebut sebagai pekerja media, karena
mereka sendirilah yang terjun langsung mencari bahkan membuat berita.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa memengaruhi sebuah pemberitaan karena
faktor latar belakangnya, seperti latar belakang pendidikan, karakteristik atau
kompetensi si wartawan. Sebagai contoh wartawan yang ahli dibidang hukum
jika mendapati meliput berita tentang olahraga, maka otomastis berita yang
disajikan tidak mendalam. Akan berbeda dengan wartawan yang meliput
sesuai dibidang ahlinya.
Faktor individu dari seorang pekerja media sedikit banyaknya sangat
memengaruhi pemberitaan di sebuah media. Hal tersebut bisa terjadi karena
mengkonstruk pemberitaan sebuah media. Seorang jurnalis adalah sosok
dibalik berita, yang mengumpulkan dan membuat berita yang dapat dilihat
dari segi personalnya. Salah satu faktor yang memengaruhi level individu dari
teori hirarki pengaruh ini adalah faktor latar belakang dan karakteristik.
Faktor latar belakang dan karakteristik dari pekerja media menurut
Shoemaker dan Reese dibentuk oleh beberapa faktor, yaitu masalah gender
atau jenis kelamin dari jurnalis, etnis, orientasi seksual dan faktor pendidikan
dari sang jurnalis.2
Fokus peneliti saat ini adalah faktor latar belakang dan karakteristik
seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikannya. Banyak perdebatan mengenai
kompetensi seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan. Hal ini dikarenakan
tingkat intelektual atau disiplin ilmu yang diambil oleh seorang jurnalis pada
masa pendidikannya di bangku perguruan tinggi sangat dapat memengaruhi
pemberitaan sebuah media.
Salah satu perdebatan yang terjadi ada di Amerika Serikat. Dalam hal
tersebut membahas mengenai lebih kompeten mana seorang jurnalis dengan
latar pendidikan secara professional daripada seorang jurnalis dengan latar
belakang yang mengenyam pendidikan dari disiplin ilmu lainnya diluar ilmu
jurnalistik. Tapi kini mayoritas pekerja media justru berasal dari disiplin ilmu
yang lain, seperti sejarah, ilmu politik, dan disiplin ilmu lainnya.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan antara seorang pekerja media
yang mendapatkan ilmu jurnalistik dan disiplin ilmu lainnya. Kelebihan
seorang pekerja media yang mendapat ilmu jurnalistik di bangku
2
perkuliahannya yaitu lebih unggul dalam teknik penulisan berita, baik dalam
penulisan straight news, feature atau jenis berita lainnya. Sedangkan seorang pekerja media yang mendapat disiplin ilmu lain di luar dari ilmu jurnalistik,
lebih unggul dalam materi atau bidang berita yang digelutinya.
Faktor pendidikan dan karakteristik ini sangat memengaruhi individu
seorang pekerja media kepada penulisan berita yang akan disajikan. Ilmu yang
didapatkan oleh seorang jurnalis sangat memengaruhi hasil penulisan sebuah
berita yang disajikan olehnya, karena ilmu yang didapat sebelumnya dapat
menentukan kualitas sebuah pemberitaan. Dalam atau tidaknya sebuah
pemberitaan juga ditentukan oleh latar belakang pendidikan dan karakteristik
sang jurnalis.
Faktor kedua yang dapat membentuk faktor individual level adalah
faktor kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku pada seorang jurnalis. Faktor ini
juga dapat memengaruhi sebuah pemberitaan yang dibentuk oleh seorang
jurnalis karena banyaknya pengalaman yang pernah dirasakan, nilai-nilai serta
perilaku yang didapat secara tidak langsung sangat berefek pada pemberitaan
yang dikonstruk oleh jurnalis. Aspek kepercayaan dan nilai-nilai dalam level
individual ini memang tidak terlalu kuat untuk membentuk efek kepada
seorang jurnalis dalam mengkonstruk berita, karena aspek yang lebih kuat
dalam mengkonstruk jadinya berita adalah kekuatan aspek organisasi level dan
rutinitas media. Walaupun aspek kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku tidak
bisa lebih berpegaruh kuat membentuk efek pada seorang jurnalis, tetapi
2. Level Pengaruh Kerutinan Media
Level ini memelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi
kerutinan media. Kerutinan media adalah kebiasaan sebuah media dalam
pengemasan sebuah berita. Dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang sudah
terpola, sudah dipraktekan oleh pekerja media, dan terjadi secara
berulang-ulang. Sebagai contoh, seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya
menggukanan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh media
ditempatnya bekerja, misalnya media yang menggunakan aturan penulisan
dengan gaya bahasa yang frontal dalam membuat naskah berita, bagi produser
tidak akan meloloskan naskah berita yang tidak memenuhi strandarisasi di
media tersebut. Apa yang dilakukan oleh sang jurnalis dangatekeepertersebut sesungguhnya bukan kehendak mereka, melainkan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan oleh media. Mereka hanya menyesuaikan diri dengan aturan
yang berlaku di media massa tersebut. Hal inilah yang disebut dengan media routineyang memengaruhi konten media.
Kerutinan media terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu
sumber berita (suppliers), organisasi media (processor), dan audiens (consumers).3 Tiga unsur ini saling berhubungan, berkaitan dan membentuk kerutinan media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media, seperti
skema gambar dibawah ini:
3
Media Organization Producer
Audience Consumers Sources
Suppliers
Ketergantungan media terhadap audiens yang akan menghasilkan keuntungan
bagi media, turut menjadi penyebab kenapa media sangat memerhatikan unsur
audiens dalam pemilihan berita. Media sangat memerhatikan unsur nilai berita
yang akan disajikan sebuah media dimana media tersebut sangat tergantung
pada audiens.
Kedua, unsur organisasi media (supplier) yang bisa disebut juga sebagai pengolahan pemberitaan. Unsur organisasi media yang paling
berpengaruh adalah editor media atau biasa disebut gatekeeper (penjaga gawang). Seorang editor pada setiap media adalah orang yang menentukan
mana berita yang layak untuk diterbitkan mana yang tidak. Hasil pencarian
berita oleh wartawan akan diputuskan oleh editor di meja redaksi. Sang
editorlah yang menentukan berita mana yang layak untuk diterbitkan.
Kebijakan dari editorlah yang menentukan kerutinan sebuah media dalam
menentukan pemberitan. Jenis dari media juga ikut memengaruhi kerutinan
sebuah media yang pada akhirnya juga berpengaruh pada isi dari media.
Ketiga, unsur sumber berita. Sumber berita adalah berita atau informasi yang didapatkan oleh jurnalis dalam pencarian berita di lapangan.
Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya
masyarakat, partai politik dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini ikut
memengaruhi pemberitaan sebuah media, karena terkadang lembaga yang
menjadi sumber berita memberikan pesanan kepada wartawan agar berita yang
keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya. Disinilah
terjadinya sebuah simbiosis mutualisme antara sumber berita dengan media
sedangkan lembaga yang menjadi sumber berita mendapat pencitraan yang
baik.
Dalam teori hirarki pengaruh media yang dikenalkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese, level kerutinan media ini di dalamnya juga
terdapat kebijakan redaksi yang mengatur segala kebijakan redaksional media
massa. Untuk lebih lanjut mengetahui yang dimaksud kebijakan redaksional,
peneliti menjelaskan pengertiannya sebagai berikut:
a) Kebijakan Redaksional
Penyampaian sebuah berita yang disajikan oleh seorang jurnalis
ternyata sedikit banyaknya menyimpan subjektivitas. Seorang jurnalis
mempunyai andil atas berita yang disajikannya, mulai dari mencari dan
mengelola berita pun tidak luput dari campur tangan jurnalis. Hal inilah
yang membuat terjadinya sebuah subjektifitas dari jurnalis terhadap
sebuah berita.
Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita tidak akan dinilai
lebih dalam makna yang terkandung di dalamnya. Bagi mereka berita yang
disajikan merupakan informasi yang akurat dari media untuk masyarakat.
Namun pandangan ini dinilai berbeda bagi para kalangan tertentu yang
memahami ruang gerak media. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap
pemberitaan yang disajikan, yaitu dalam setiap penulisan berita,
penyampaian ideologi secara implisit atau latar belakang dari media
tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi
menulis berita. Dalam hal ini tentunya sebuah media harus bersifat adil
dan bijaksana dalam menaati peraturan pers yang berlaku. Media massa
harus memiliki kebijakan yang arif, dan memiliki seorang redaktur yang
mempunyai kebijakan redaksional yang bijaksana.
Kebijakan redaksional bisa dimaknai sebagai pedoman yang
menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi media massa yang
bersangkutan. Kebijakan redaksional ini disamping berkaitan dengan
substansi pemberitaan, juga meliputi tujuan mengapa berita tersebut
disajikan. Biasanya kebijakan redaksional dipimpin oleh seorang pimpinan
redaksi yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan
dengan pencarian dan pelaporan berita. Dalam pemahaman tentang
kebijakan redaksional, peneliti akan merinci dari kalimat kebijakan dan
redaksional, agar bisa lebih dipahami dan lebih dimengerti apa itu
kebijakan redaksioanl dan bagaimana cara mengambil kebijakan dalam
suatu media.
b) Pengertian Kebijakan
Dalam kamus bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak,
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, dan maksud sebagai garis pedoman
untuk menejemen dalam usaha untuk mencapai sasaran.4
Kebijakan biasanya merupakan suatu aturan atau pedoman untuk
menentukan suatu tindakan dan tujuan, agar semuanya tercapai sesuai
4
dengan apa yang diinginkan, biasanya kebijakan diatur atau dibuat oleh
seorang atasan atau pimpinan dalam suatu organisasi dalam mengambil
suatu kepuasan.
Kebijakan secara umum juga diartikan sebagai kearifan dalam
mengelola sesuatu. Dalam ilmu-ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai
dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau
tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Proses pembuatan kebijakan melibatkan beberapa elemen yang
ada, diantaranya yaitu, saluran-saluran komunikasi dalam proses
penyampaian informasi mengenai isu-isu kebijakan, baik vertikal,
horizontal maupun diagonal dan gerbang-gerbang kritis serta titik pusat
keputusan dimana sifat-sifat isu berproses. Kecenderungan-kecenderungan
kontinuasi dan dekontinuasi produk kebijakan yang menjadi isu utama,
bahwa dalam merealisasikan kebijakan diperlukan seperangkat faktor atau
stakeholdersyang menjadi peran pengaruh sebagai perubahan.5
c) Pengertian Redaksional
Redaksional berasal dari kata redaksi yang bermakna suatu bagian
penting dalam organisai media komunikasi massa, yang tugas pokoknya
mengelola isi atau acara media massa elektronik atau cetak. Bagian
redaksional merupakan bagian yang mengurus pemberitaan.
Menurut Maskun Iskandar keredaksian dibagi menjadi empat
jenjang: pertama, pemimpin redaksi yang bertanggung jawab pada
kebijakan isi media. kedua, redaktur pelaksana yang dibebani tanggung
5
jawab pelaksanaan keredaksian, sehari-hari, dan biasanya yang mengatur
isi berita para wartawan atau reporter. Ketiga, editor atau redaktur yang
bertugas menyunting naskah dan halaman. Keempat, wartawan atau
reporter yang mencari dan yang membuat berita.6
Bagian redaksional ini dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi
yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan
pencarian dan pelaporan berita. Secara umum redaksi mempunyai tugas
dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan, penampilan, dan
penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut.
d) Pengertian Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksioanal merupakan dasar pertimbangan suatu
lembaga media massa untuk memberikan atau menyiarkan suatu berita.
Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media
massa, terutama media cetak terhadap masalah aktual yang sedang
berkembang, yang biasanya dituangkan dalam tajuk rencana.7
Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau
tidak disiarkannya suatu peristiwa. Dasar pertimbangan itu ada yang
bersifat ideologis, politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media
biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu
latar belakang agama mapun nilai-nilai yang dihayati.8
Kebijakan mengatur segi-segi usaha agar perusahaan mencapai
kemajuan dan keuntungan maksimal. Kebijakan redaksional lebih
6
Maskun Iskandar,Ensiklopedia Nasional Indonesia(Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 125.
7
Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru(Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150. 8
memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang
dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan
gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif
beragam. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian
bahasa jurnaslitik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus
intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan,
penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada
media bersangkutan.9
Kebijakan redaksional juga bisa dimaknai sebagai serangkaian
pedoman yang menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi
media massa. Kebijakan redaksional juga memengaruhi terjadinya
headline news pada sebuah pemberitaan. Sebuah berita utama dalam surat kabar harian dan majalah merupakan laporan utama di setiap edisinya.
Dalam pandangan ini, berita utama tentu mempunyai nilai berita yang
paling tinggi diantara sekian berita yang masuk ke meja redaksi. Maka dari
itu kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa harus
sesuai dengan hukum media massa yang berlaku di negara masing-masing
dan teori pers yang dianut oleh negara tersebut, karena para penguasaha
yang menguasai media massa harus bertanggung jawab kepada
masyarakatnya atas berita yang disajikan.
Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline media dituntut untuk bersikap adil, netral serta objektif. Pemilihan headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya karena setiap media dalam
9
memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam
mengkonstruksikannya. Sehingga jika seorang jurnalis meliput terjadinya
satu peristiwa yang sama, bisa berbeda dalam penyajiannya. Hal ini
disesuaikan dengan sudut pandang yang dianut oleh media tersebut atau
mungkin karena faktor ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga
peristiwa satu bisa dianggap penting oleh media yang satu, tetapi tidak
untuk media yang lain, tergantung pada kebijakan yang diambil oleh
media yang bersangkutan.
Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media
massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya
dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti
kepentingan bisnis, politik dan sosial. Kepentingan bisnis misalnya dia
memiliki kegiatan bisnis di tempat lain; kepentingan politik misalnya dia
menjadi pengurus partai politik atau anggota legislatif; dan kepentingan
sosial misalnya dia menjadi pengurus organisasi masyarakat (ormas),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yayasan, dan sebagainya.
Sebagai pusat pemberi informasi, media menyapaikan banyak
berita kepada khalayaknya, ada berita yang mempunyai nilai tinggi,
sedang hingga rendah. Dari banyak peristiwa yang disajikan, mungkin
peristiwa yang mengandung nilai berita yang tinggi tidak boleh disiarkan
karena bertentangan dengan kepentingan pemilik lembaga media massa
yang bersangkutan, dan sebaliknya ada peristiwa yang tidak menarik dan
pemilik lembaga media massa tersebut.10 Dalam hal inilah mengapa
kebijakan redaksional dalam sebuah media harus diterapkan dengan baik
dan bijaksana.
3. Level Pengaruh Organisasi Media
Pada level ini peneliti akan membahas pengaruh organisasi pada
sebuah media kepada sebuah pemberitaan, didalamnya juga akan dibahas
seberapa kuat pengaruh level organisasi pada sebuah pemberitaan yang
disajikan oleh media. Level ini berkaitan dengan struktur menejemen
organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah
media. Berkaitan dengan level sebelumnya, pada teori hirarki pengaruh yaitu
level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh
dibanding kedua level sebelumnya.11
Bicara tentang level pengaruh organisasi, biasanya bicara tentang
kepemilikan. Sebuah struktur menejemen media yang biasanya dijatuhkan
pada owner, misalnya contoh media televisi tvOne yang notabennya dimiliki oleh Abu Rizal Bakri. Ia adalah penanam saham lebih banyak di media
tersebut, secara tidak langsung dapat menguasai media. Berita-berita yang
bersangkutan tentangnya harus berita yang positif dan menaikkan ratingnya,
tidak ada berita negatif yang akan disajikan oleh media tentangnya. Hal
demikian bisa terjadi karena pemegang kekuasaan tertingggi yang sekaligus
ikut memengaruhi isi media adalah owner. Pengaruh dari kepemilikan media terhadap konten media ini menjadi perhatian penting dalam studi mengenai
10
Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru(Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 156.
11
konten media.12Hal ini bisa dilakukannya juga karena ia punya kuasa lebih di
media. Demikian juga dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik
media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah
media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik
media, seperti alur struktur organisasi media yang digambarkan oleh skema di
bawah ini:
Gambar. 2
Struktur Organisasi Surat Kabar
(Sumber: Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, 1996)
12
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences
on Mass Media Content,h. 140-173.
Owner/ Publisher
Editor Advertising Circulation
Editor Editor Editor
Level pengaruh organisasi ini lebih besar memengaruhi dibandingkan
dua level pengaruh sebelumnya dikarenakan berhubungan dengan suatu
pengaruh yang lebih besar, lebih rumit dan struktur yang lebih besar.
Kebijakan dari pemimpin sebuah organisai media lebih kuat dibanding level
yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas media.13
Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah
media tentunya berkaitan dengan tujuan dari media tersebut. Tujuan dari
sebuah media pada sistem kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Dalam
hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai
kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan
individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan
pasar bebas.
Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan
kelangsungan sebuah media, juga berkaitan dengan keuntungan yang akan
didapat dari sebuah media. Faktor ekonomi yang memberikan keuntungan
pada sebuah media, dalam hal ini contohnya seperti iklan. Iklan merupakan
sumber utama untuk menghidupi media. Dari iklan juga media bisa
melangsungkan hidupnya untuk terus terbit dan memproduksi berita.
Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik
sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik.
Hal inilah yang memengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan
dengan kepentingan politik pemilik media. Kemungkinan besar pemberitaan
13
yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah
organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media.
Dalam kebanyakan organisasi media, mereka memiliki tiga tingkatan
umum. Garis depan karyawan, seperti penulis, wartawan, dan staf kreatif,
mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri
manajer, editor, produser, dan lain-lain yang mengkoordinasikan proses dan
memediasikan komunikasi antara bagian bawah dan bagian atas organisasi.
Tingkat atas eksekutif perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi,
anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi
kepentingan komersial dan politik perusahaan, dan bila perlu mempertahankan
karyawan organisasi dari tekanan luar.14
Jadi menurut Shoemaker dan Reese ada tiga tingkatan pada struktur
sebuah media yaitu tingkatan pertama yang terdiri dari pekerja lapangan
seperti penulis berita, reporter dan tim kreatif. Sedangkan tingkatan menengah
terdiri dari manager, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan
tingkatan pertama dengan tingkatan ketiga. Dan level yang teratas adalah
korporasi media yang membuat kebijakan dan keputusan pada sebuah media.
Walau level ini tidak terlalu dikaji lebih dalam pada teori hirarki
pengaruh media tetapi level organisasi pada teori ini memiliki banyak unsur
yang harus dikritisi, seperti struktur organisasi media, kebijakan pada sebuah
media dan metode dalam menentapkan kebijakan. Hal ini dikarenakan
kebijakan perusahaan yang bersifat mengikat dan dapat memengaruhi konten
dari sebuah media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan
14
turut memengaruhi konten dari sebuah media, di sisi lain sifatnya juga
mengikat pada pekerja media yang mengharuskan mereka mencari
pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus pada level organisasi ini adalah
pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media.
4. Level Pengaruh Luar Media
Level keempat dari teori hirarki Pengaruh Media adalah level pengaruh
dari luar organisasi media yang biasa disebut juga extra media level. Extra
media level adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar
organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari
sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar
dan teknologi.15
a. Sumber Berita
Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah
media massa, karena seorang jurnalis tidak menyertakan pada laporan
beritanya apa yang mereka tidak tahu.16 Hal ini disebabkan juga karena
seorang jurnalis mendapatkan berita dari berbagai macam sumber, bisa
dari sumber resmi pemerintah, laporan masyarakat, konferensi pers, dan
lain sebagainya. Dalam setiap sumber inilah informasi yang didapat
berbeda-beda, kemungkinan sumber berita yang didapat juga tidak akurat.
Disinilah keahlian seorang jurnalis dituntut untuk bisa mensinkronisasikan
informasi-informasi yang berbeda tersebut menjadi sebuah berita yang
lengkap dan terpercaya.
15
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 175.
16
b. Pengiklan dan Penonton
Unsur selanjutnya dari extra organisasi level adalah pengiklan dan
audiens atau penonton. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra
media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah
media selain dari iklan. Kedua unsur inilah yang membiayai jalannya
produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media. Menurut J. H.
Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese:
“Sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari terompet itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansial bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca”.17
Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang
dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama
dengan pola konsumsi target konsumen.18 Dalam hal ini media mencoba
menyesuaikan pola konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan
untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Iklan yang dipasang
juga menggunakan kekuatan modal dari pengiklan yang secara langsung
ikut membiayai sebuah media, agar konten dari media tidak bertentangan
dengan kepentingan citra dari produk yang diiklankan.
17
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 190.
18
c. Kontrol dari Pemerintah
Dalam dunia penyiaran, ada istilah regulasi penyiaran yang
ditetapkan oleh pemeritah untuk mengatur media di Indonesia.
Aturan-aturan tersebut harus dipatuhi oleh media, karena sedikit banyaknya Aturan-aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dapat memengaruhi konten media,
misalnya tentang pelarangan menampilkan berita yang mengandung unsur
kekerasan, pornografi, kriminalitas, sara dan lain sebagainya.
Kontrol dari pemerintah biasanya berupa kebijakan peraturan
perundang-undangan atau dari lembaga negara yang mengatur segala hal
tentang penyiaran media seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan
media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian
tergantung pada hubungan media yang terjalin oleh elit-elit penguasa
pusat. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di
pemerintahan, maka kelompok tersebut akan memengaruhi apa yang harus
disampaikan oleh media.19
Biasanya kontrol dari pemerintah berlaku pada negara-negara yang
tidak terlalu demokratis dalam penerapan pemerintahanya. Faktor ini
dikarenakan negara yang lebih demokratis memberikan kebebasan kepada
media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, hal ini disebut
sebagai kebebasan pers. Sedangkan negara-negara yang tidak demokratis,
media biasanya masih ketat dalam pengawasan pemerintah.
19
Hal demikian diperkuat oleh Shomaker dan Reese yang
mengatakan bahwa pada sebagian negara dimana media dimiliki oleh
swasta, kontrol yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui
hukum, regulasi, lisensi dan pajak. Sedangkan pada negara yang medianya
sebagian besar dimiliki oleh pemerintah, kontrol pemerintahnya melalui
keuangan media itu sendiri.20
d. Pangsa Pasar Media
Unsur keempat yang dapat memengaruhi isi dari pemberitaan
sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara
primer pada pasar yang komersil, dimana media harus berkompetisi
dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan
pengiklan.21 Hal ini yang membuat media berlomba-lomba merebut dan
menarik perhatian para audiens dan pengiklan untuk mendapatkan
keuntungan dari iklan dan penonton lewat konten media tersebut.
e. Teknologi
Unsur terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media
pada sebuah pemberitaan adalah teknologi. Teknologi yang digunakan
oleh media juga dapat memengaruhi konten media. Kemajuan teknologi
kini juga dapat memberikan pengaruh bagi konten media. Teknologi
seperti komputer, televisi, radio, satelit dan lainnya dapat memudahkan
sebuah media untuk memberi dan menyalurkan informasi secara cepat
kepada masyarakat.
20
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content(New York: Longman Publisher, 1996), h. 199.
21
Terdapat empat alasan mengapa teknologi dapat memengaruhi
sebuah media terutama media cetak. Pertama, komputer membantu editor
dan penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa
memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada
komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak.
Ketiga, reporter menggunakan komputer untuk mengakses data dan
menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik.
Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer,
dan editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari
halaman.22
Media harus memerhatikan isi berita yang disajikan agar tetap
sejalan dengan faktor-faktor dari luar media. Hal tersebut harus dilakukan
demi mempertahankan kelangsungan hidup media. Faktor-faktor dari luar
media yang telah disebutkan diatas memiliki kekuatan yang tidak hanya
bersifat profit namun juga politik yang pada akhirnya akan memengaruhi
bagaimana seharusnya berita disajikan.
5. Level Pengaruh Ideologi Media
Level terakhir dalam teori Hirarki Pengaruh Media adalah level
ideologi. Level ini membahas ideologi yang diartikan sebagai kerangka
berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan
bagaimana mereka menghadapinya. Level ideologi ini berbeda dengan
level-level sebelumnya, jika level-level sebelumnya tampak lebih konkret, maka pada
22
level ini ideologi terlihat abstrak. Level ini berhubungan dengan konsepsi atau
posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.
Sebelum membahas level ideologi lebih dalam, peneliti akan
menjabarkan terlebih dahulu arti kata dari ideologi. Secara epistimologi,
ideologi berasal dari bahasa Greek, Yunani, terdiri atas kata idea dan logia.
Idea berasal dar kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s New
Colligiate Dictionary berarti “something exiting in the mind as the result of the formulation of an opinion a plan or the like” (sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan suatu pemikiran atau rencana). Sedangkan
logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata
legeinyang berarti to speak(berbicara). Selanjutnya katalogiaberarti science
(pengetahuan atau teori). Jadi ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari
yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil
dari pemikiran.23 Sedangkan ideologi menurut pemikir Marxis klasik dan
Raymond William, yaitu sebagai sistem artikulasi makna yang dikuasai oleh
kelompok dominan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu.
Setiap media massa memiliki ideologi yang mereka pegang sebagai
landasan pedoman dalam berpikir dan mengambil keputusan. Ideologi
bukanlah sebuah sistem kepercayaan yang dianut oleh individu, namun ia
merupakan fenomena level sosial. Pada level ini terlihat bagaimana media
berfungsi sebagai penyalur dari sebuah kepentingan tertentu yang di monopoli
oleh politikus media. Bagaimana media rutin, nilai-nilai, dan struktur
23