PENGARUH TINGKAT
MASAK,
PENYIMPANAN DAN
INVIGORASI TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS
BENIH AD AS
(Foeniculum
vulgare
Mill.)
O l e h :
MARIA CATUR SETYANINGSIH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
MARIA CATUR SETYANINGSIH. "Pengaruh Tingkat Masak, Penyimpanan dan Invigorasi terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Adas (Foeniculum vulgare Mill.)". Dibawah bimbingan SATRIYAS ILYAS sebagai Ketua, ENDAH RETNO PALUPI dan MAHARANI HASANAH sebagai Anggota.
Penelitian dilakukan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, dimulai bulan Juni 2000 sampai dengan bulan Mei 2001. Benih adas varietas Cempogo (bitter fennel) diperoleh dari Instalasi Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Manoko, Lembang, Jawa Barat.
Penelitian terdiri dari tiga percobaan, yaitu: Percobaan I, merupakan percobaan mencari metode uji pengecambahan benih adas. Benih ditanam pada media pasir di dalam boks pengecambahan, atau pada media kertas singkong dengan metode UKDdp. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Percobaan I1 merupakan percobaan faktorial dua faktor dengan rancangan acak kelompok. Faktor pertama tingkat masak dengan tiga taraf: masak kijau (TI), masak kuning (T2) dan masak coklat (T3); faktor kedua invigorasi dengan empat taraf: tanpa perlakuan (I,),
osmocondilioning menggunakan PEG 6000 -1,O MPa (I2) atau KN03 0,2% (-0,46
MPa) (I3) dan matriconditioning menggunakan vermikulit dengan nisbah benih :
media : air = 1 : 0,4 : 1 (I4). Invigorasi dilakukan pada suhu
+
20°C selama 4 hari. Percobaan I11 merupakan percobaan faktorial tiga faktor dengan rancangan petak- petak terbagi. Petak utama adalah kondisi simpan dengan dua taraf yaitu kondisi simpan suhu kamar (K1) dan AC (K2). Sebagai anak petak adalah periode simpandengan enam taraf yaitu 0 minggu (PI), 5 minggu (P2), 10 minggu (P3), 15 minggu
(P4), 20 minggu (Ps) dan 25 minggu (Ps), sedangkan sebagai anak-anak petak+'adalah invigorasi dengan dua taraf yaitu tanpa invigorasi (I1) dan invigorasi menggunakan PEG (I2).
Hasil penelitian menunjukkan benih adas hanya dapat berkecambah normal pada media pasir. Pada benih adas dengan tingkat masak coklat yang diinvigorasi menggunakan osmoconditioning-PEG 6000 -1,O MPa menghasilkan viabilitas dan vigor benih tertinggi. Kondisi simpan AC mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih sampai akhir periode simpan sedangkan pada kondisi kamar viabilitas
~1 dan vigor menurun saat 15 minggu. Perlakuan invigorasi menggunakan
ABSTRACT
MARIA CATUR SETYANINGSIH. "The effect of maturation, storage and invigoration on viability and vigour of fennel seed (Foeniculum vulgare Mill.)". Under supervision of SATRIYAS ILYAS (Chair), ENDAH RETNO PALUPI (Member), MAHARANI HASANAH (Member).
This research was conducted in Seed Science and Technology Laboratory,
IPB from June 2000 to May 2001. Fennel seed was obtained from Research
Instalation for Spices and Medicinal Crops, Manoko, Lembang, West Java.
The research consisted of three experiments, namely Experiment I was to find a method of seed germination analysis. Experiment I1 was a factorial analysis with randomized block design. The first factor was maturation with three stages i.e: green (Ti), yellow (T2) and brown (T3). The second factor was four types of invigoration, i.e: control (no treatment, 11), osmoconditioning using PEG 6000 at -1,O MPa (I2),
osmoconditioning using KN03 0,2% ( -0.46 MPa) (I3) and matriconditioning using
vermiculite with proportion of seed : vermiculit : water = 1: 0,4 : 1 (14). Invigoration
was carried out at f 20°C for four days. Experiment 111 was factorial design of three
factors with split-split plot design. The main plot is storage condition, i.e. ambient
temperature (K1) dan airconditioned room
(K2).
The sub-plot was storage period withsix different length, i.e: 0 week (PI), 5 weeks (P2), 10 weeks (P3), 15 weeks (P4), 20
weeks
(PS)
and 25 weeks (P6). while sub-sub plot was two types of invigoration, i.e:control (no invigoration, 1,) and invigoration using osmoconditioning using PEG
6000 at -1,O MPa (I2).
SURAT
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang be rjudul:
Pengaruh Tingkat Masak, Penyimpanan dan Invigorasi terhadap Perubahan Fisiologis Benih Adas (Foeniculum vulgare P Mill.)
merupakan gagasan atau hasil tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belurn pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
PENGARUH TINGKAT MASAK,
PENYIMPANAN
DAN
INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS
DAN
VIGOR
BENIH
ADAS
(Foeniculum vulgare
MilL)
O l e h :
MARIA CATUR SETYANINGSIH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pads
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Pengaruh Tingkat Masak, Penyimpanan dan Invigorasi terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
Nama : Maria Catur Setyaningsih
Nom or : 97057
Program Studi : Agronomi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
-
Ir Endah Retno Palupi, MSc-
Anggota
Dr Ir satryas I l ~ a s , MS Ketua
Dr Ir M
Anggota
Mengetahui
Ketua Program Studi Agronomi
v
-1)r Ir Hairial Aswidinnoor MSc
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan tanggal 24 September 1966 di Klaten, Jaws Tengah
sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan aim. Bapak A. P. Yatimin dan Ibu M. M. Siti Suwarni.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, UPN "Veteran" Yogyakarta, lulus pada tahun 1990. Tahun 1991 penulis diterima sebagai staf pengajar pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Timor Timur (sekarang Universitas Timor). Jabatan yang pernah dipangku adalah Kepala Laboratorium Fakultas Pertanian, Sekretaris Jurusan dan Ketua Jurusan pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Timor Timur. Sejak tahun 1997 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Studi Agronomi Sub Program Studi Ilmu Benih, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha kuasa atas segala berkat dan rahrnat-Nya, sehingga thesis ilmiah yang berjudul "Pengaruh Tingkat Masak, Penyimpanan dan Invigorasi terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Adas (Foei?iculun~ vulgare Mill.)" yang dilaksallakan mulai bulan Juni 2000 sampai dengan Mei 200 1 berhasil diselesaikan.
Penyelesaian penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: Bapak almarhum, ibu, kakak: Kristiati, Roby Supit, Supriyati, Christina, adik: Eustasia, Diana dan Supri, keponakan Iyan, Iyo dan Raka, atas segala cinta, nasehat dan
dukungan yang terus-inenerus kepzda penulis. Dr Satriyas Ilyas, MS sebagai
peinbiinbing utama, Ir Endah Retno Palupi, MSc dan Dr Maharani Hasanah, MS. APU sebagai anggota peinbimbing yang dengan penuh kesabaran dan pengertiannya meinberikan bimbingan dan arahan yang tulus bagi penulis. Pengelo la BPPS dan Kopertis wilayah VIII, Pastor Theo Balela, Bapak Arnold Klau Berek dan
rekan staf Fakultas Pertanian Unimor, Ibu Endang Murniati, Ibu Faiza C. Suwarn80,
Bapak Edi dan Bapak Rahmat
(IP
Manoko), dr Leliana Bambang, Ibu Eli dan 1t)uYeti atas bantuan clan dukungan yang telah diberikan serta Ibu SH Panjaitiin sekeluarga, teman, adik dan sahabat Ona Tinneke dan Yohanes Pattipeilohy, Elta Suzana, Marlin Siahaan, adik-adik di-Visi dan Agri, Solikah, Yosafat, Heru, Naika, dan Roseline, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang turut membantu penyelesaian tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2002
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR
...
1DAFTAR IS1 ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
...
DAFTAR LAMPIRAN ... xlll
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1 Tuj uan
...
3 Hipotesis...
3TINJAUAN PUSTAKA
...
4 Botani...
4 Tingkat Masak ... 9 Penyiinpanan ... 10 Invigorasi...
. . .
12 Osmoconditlonmg...
14Matriconditioning
...
15BAHAN DAN METODE
...
Tempat dan Waktu Penelitian...
Metode Penelitian.
...
.
...
Pelaksanaan Penelltian...
Persiapan BenihPercobaan I
...
...
Percobaan I1Percobaan I11
...
...
PengamatanAnalisis Data
...
HASIL DAN PEMBAHASAN
...
28...
Hasil 28
Percobaan I
...
28...
Percobaan I1 30
...
Pembahasan
...
40Percobaan I ... 40
...
Percobaan I1 41
Percobaan 111
...
43...
KESIMPULAN 47
...
DAFTAR PUSTAKA 48
DAFTAR TABEL
Halama n
1 Pengaruh metode uji pengecambahan terhadap viabilitas benih adas 29
4
2 Pengaruh metode osrnoconditioning-PEG terhadap viabilitas dan ..
...
vigor benih adas 3 1
3 Pengaruh rnetode osnzocor~ditioning-KNO; terhadap viabilitas dan
vigor benil1 adas
...
3 14 Pengaruh n~atriconditioning-vermikulit terhadap viabilitas dan vigor
benih adas
...
325 Rekapitulasi uji F analisis ragam pengaruh tingkat masak dan
Invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih adas
...
336 Pengaruh interaksi tingkat masak dan invigorasi terhadap viabilitas
dan vigor benih adas
...
3f.7 Pengarull invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih adas
...
3 ti8 Rekapitulasi uji F analisis ragam pengaruh kondisi simpan, periode
simpan dan invigorasi terhadap beberapa tolok ukur viabilitas dan vigor
...
benih adas 3:'
9 Pengaruh interaksi kondisi simpan dan periode simpan terhadap
viabilitas dan vigor benih adas
...
3 810 Pengaruh interaksi periode simpan dan invigorasi terhadap beberapa tolok
ukur viabilitas dan vigor benih adas
...
3')DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sistem percabangall (a) dan bagian-bagian tanaman (b) (Ilustrasi MMI
1978)
...
62 Bunga adas dalam satu payung (a), bagian-bagian payung bunga
(b), florets (c) dan bagian-bagian florets (d) (Ilustrasi MMI 1978) ... 7
3 Buah adas kering (a) (Foto Katzer 1998) dan bagian-bagian buah .
...
adas (Ilustrasi MMI 1978) 8
4 Buah adas dengan tiga tingkat masak: masak hijau (a), masak kuning (b)
dan masak coklat (c) ... 20
5 Kecanlbah pada media pasir (a) dan kertas singkong (b)
...
28LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis ragarn pengaruh tingkat masak terhadap viabilitas dan vigor benih
...
adas 5 5
2 Analisis ragam pengaruh osnzoconditioi7ing-PEG terhadap viabilitas dan
vigor benih adas
...
563 Analisis ragam pengaruh osnzoconditionii7g-KN03 terhadap viabilitas dan
...
vigor benih adas 57
4 Analisis ragam pengaruh matriconditioi7ing-vennikulit terhadap viabilitas
...
dan vigor benih adas 5 8
L
5 Analisis ragam pengaruh tingkat masak dan invigorasi terhadap viabilitas
...
dan vigor benih adas 59
6 Analisis ragam pengaruh kondisi simpan, pzriode simpan dan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih adas
...
607 Pengaruh interaksi kondisi simpan, periode simpan dan invigorasi terhadap
...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adas (Foeniculum vulgare Mill.) merupakan tanaman obat-obatan yang
belum mendapat perhatian, walaupun mempunyai banyak kegunaan. Tanaman ini
berasal dari Eropa dan menyebar ke berbagai negara. Produk utama adas adalah
minyak atsiri. Minyak atsiri ini banyak digunakan untuk bahan baku industri
wewangian, kosmetik, essence, obat-obatan dan bahan penyedap masakan (Katzer
1998).
L,aju perrnintaan adas di dalam negeri tahun 1984 sebesar 34.323 kg
(Anonim 1990). Dengan laju perrnintaan tiap tahun sebesar 23,12% (Pribadi ei a!.
1993), diperkirakan laju permintaan adas dalam negeri tahun 2002 sebesar 14,3
todtahun. Kebutuhan dalam negeri selain dipenuhi dari ketiga sentra produksi juga
dari impor. Pada tahun 2000 impor adas mencapai 0,321 todtahun (BPS 2000).
Peluang untuk pengembangan adas sangat besar untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri, tetapi pengembangan adas dihadapkan pada kendala rendahrlya
produksi yang disebabkan antara lain produktivitas yang rendah, penyediaan produk
yang tidak kontinyu, mutu minyak atsiri yang rendah dan harga yang bexfluktuasi
(Anonim 1990). Selain itu dalam USDA dinyatakan viabilitas benih famili
Umbelliferae (Apiaceae) rendah (Nonnecke 1989). Pada ketumbar, salah satu anggota
famili Umbelliferae, daya berkecambah berkisar antara 24 sarnpai 39% (Setyaningsih
1992; Rahayu 1993 dan Zulkarnain 1994), tetapi hasil penelitian Julyana (1 995)
Ketergantungan produksi benih adas pada alam menyebabkan penyimpanan
benih berperan penting. Penyimpanan merupakan fase kritis yang berpenganlh
terhadap mutu benih. Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih
mengalami kemunduran. Untuk itu perlu kondisi simpan yang dapat menahan
kemunduran fisiologis benih.
Hasil pengujian yang dilakukan Rochmany (1997) menunjukkan
penyimpanan benih sampai 12 minggu menyebabkan penurunan viabilitas benih,
terutama pada tolok ukur berat kering kecambah normal dan daya berkecambah
benih. Penyimpanan yang sama pada suhu rendah (5°C) menyebabkan laju penurunan
berat kering kecambah normal lebih lambat.
Perlakuan benih diperlukan untuk memperbaiki perkecambahannya, salah
satunya dengan invigorasi (priming atau conditioning). Invigorasi diantaranya dapat
dilakukan dalam bentuk osmoconditioning dan matriconditioning. Osmoconditioning
merupakan invigorasi benih dengan menggunakan larutan osmotik. Bahan larutan
yang dapat digunakan adalah PEG, KNO3, K3P04, KH2P04, MgS04, NaC1, gliserol
dan manitol (Khan et al. 1992). Efektivitas larutan tersebut tergantung jenis dan
\
konsentrasi larutan yang digunakan dan lama perlakukan.
Matriconditioning merupakan invigorasi benih pada media padat yang
lembab terutama dicapai dengan kekuatan matrik tanpa larutan osmotik. Penggunaan
vermikulit dan Micro-Cell E mampu mempercepat perkecambahan benih cabai,
tomat, bawang putih, bit gula, wortel dan seledri (Khan et al. 1990) dan
Tujuan Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan rnernpelajari struktur kecambsh
benih adas, mengetahui pengaruh invigorasi pada beberapa stadia rnasak benih, s e ~ t a
pengaruh kondisi sirnpan, periode simpan dan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor
benih adas.
Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diuji pada percobaan ini adalah .
1. Media pasir rnernberikan perturnbuhan kecambah lebih baik dibanding media
kertas singkong.
2. Tingkat masak benih berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih.
3. Invigorasi menggunakan rnatriconditioning menunjukkan viabilitas dan vigor
benih lebih baik dibanding osmoconditioning
4. Terdapat interaksi antara perlakuan kondisi simpan, periode simpan can
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Tanaillan adas (Foeniculunl vulgare Mill.) termasuk superdivisno
Spermatophyta (tanaman berbiji), divisio Magnoliophyta (tanaman besbunga), kelas
Magnoliopsida (Dicotyledoneae), sub klas Rosidae, Osdo Apiales, famili Apiaceae,
genus Foer7iculun1 P Mill. dan spesies Foeniczilrtnz vztlgnre (Syamsuhidayat dan
Hutapea 199 1 ; Ruff 2000; Anonim 2002). Tanaman adas berasal dari mediterania dan
menyebar ke berbagai negara sehingga dikenal dengan nama lokal yang bermacam-
macam, yaitu jinten manis (Indonesia), jintan inanis (Malaysia), yira (Thailand), anis,
haras (Philipina), tieu hoi huong (Vietnam), phak si (Laos), samong-saba (Burma),
hsiao hui hsiang, hui siang (China), uikyo (Jepang), razane (Turki), shumar (Israel),
badisopu (Kanada), fe~mikel (Denmark), venkel (Belanda), fenoui, aneth doux
(Perancis), sweet cumin (Inggris), fenchel (Jerman), fankil (Swedia), venkoli
(Finlandia), fennika (Islandia), fenkul wloski (Polandia)), CdeskomCny (Hungaria),
finocchio (Italia), hinojo (Spanyol), funcho (Pofiugis), sladky ukrop (Rusia) (Katzer
1998).
Adas banyak dikenal di berbagai negara seperti China, Meksiko, India dan
lain-lain karena dapat digunakan untuk obat-obatan (penyakit dada, ginjal, punggung,
pei-ut kejang, kanker usus, gangguan pencernaan, radang usus, gangguan pernafasan,
terkena gigitan ular, memperlancar proses kelahiran, penambah energi, meringankan
penamball rasa pada masakan, wewangian, kosmetik dan esse~zce (Charles et al. 1993;
Simon 1997; Foster 2000; Johnson 2000).
Unsur utama minyak adas adalah anethole (dengan kadar 50-80%),
estr-agole (nzethyl clzavicol) dan fenchone (kadar 1-5%). Unsur lain dengan kadiu
1 -5% diantaranya ineliputi a-rpinen, chanzpene, P-yirzene, a-phellondrene,
nzyrcene, linzorte, P-phelandrene, y-terpine, cis-ocinfene, terpilzolene, p-cymene,
dipentei7e, foeniculin sabenine, cis-ocinzene dan masih banyak lagi (Charles et 611.
1993; Simon 1997; Ruff 2000). Minyak adas dilaporkan bersifat racun dan dapat
menyebabkan keguguran pada janin (Ruff 2000 ).
Persyaratan tumbuh
Adas dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan kisariln
ketinggian 10 - 2500 mdpl. Di Indonesia, adas banyak dijumpai di daerah Jav~a
Tengah dan Jawa Timur dengan ketinggian 250 - 1500 mdpl. Adas memerlukiin
cuaca sejuk dan cerah untuk keberhasilan pertumbuhan. Curah hujan yang dibutuhkm
sekitar 2500 d t a h u n (Anonim 1972).
Adas dapat turnbuh di tepi sungai, tepi danau, tanggul, daerah pembuangm
dan daerah yang terganggu habitatnya. Tanaman adas merupakan tanarnan khas yalg
tumbuh di palung sungai. Adas paling baik tumbuh pada tanah berlempung, tanah
yang cukup subur dan berdrainase baik, berpasir dan liat berpasir yang berkapur
Masa tumbuh adas dirumah kaca dari tanam sampai panen berkisar 104 -
120 hari. Di daerah dengan dua musim seperti di Indonesia dari tanam sampai panen
membutuhkan waktu 8 bulan (Syamsuhidayat dan Hutapea 199 1 ; Ruff, 2000).
Karakteristik adas
Tanaman adas dicirikan dengan herba tegak menahun. Tinggi tanaman dapat
mencapai 1
-
2 m. Batang beralur, tidak berambut, dengan sistem percabangan striate(Gambar 1) (Ruff 2000).
Gambar 1. Sistem percabangan (a) dan bagian-bagian tanaman (b) (Ilustrasi
[image:105.582.70.500.253.698.2]Adas berakar tunggang. Perakaran dalam benvaina putih dan membentuk
rumpun (Teachout-Teashon 2002; Faucon 2000). Daun merupakan daun majemuk
berbentuk berbagi menyirip dan tersusun dari kumpulan daun berbentuk benang.
Irisan inelintang daun berbentuk bulat telur sampai segitiga dengan panjang sekitar
30 cm. Tangkai dawn berbentuk lembaran daun (Gambar 1) (MMI 1978; Ruff 2000).
Pembungaan diawali sewaktu panjang hari mencapai 13,5 jam (Callan et al. 1999).
Bunga benvarna kuning cerah membentuk kumpulan payung yang besar (Gambar 2a)
(Syamsuhidayat dan Hutapea 199 1 ; Ruff 2000). Dalaln satu payung besar (pedikel)
dapat terdiri dari 6 - 40 tangkai bunga (pedunkel) (Gambar 2b). Masing-masing
bunga tunggal (florets) mempunyai lima sepal, lima petal, lima stamen dan dua stilus
(Gambar 2d). Letak ovari inferior (Ruff 2000).
Gainbar 2. Bunga dalam satu payung (a), bagian-bagian payung bunga (b), florets (c) dan bagian-bagian florets (d) (Ilustrasi MMI 1978)
Bunga adas termasuk hermaprodit dengan organ jantan berjauhan. Bunga
betina mekar setelah bunga jantan mekar seluruhnya. Setelah 5 antera membuka,
lebih. Karena polen sudah gugur, inaka penyerbukan dapat terjadi bila stigma yang
reseptif mendapat polen dari bunga lain. Payung yang terlambat masak mungkin
menghasilkan polen yang menyerbuki stigma reseptif dibawalmya (Purseglove dalam
McGregor 1976). Nektar dan polen dihasilkan dari bunga tunggal (Gambar 2c).
Pada waktu inuda buah adas berwarna hijau kemudian menjadi hijau
kekuningan, hijau kecoklatan dan kuning kecoklatan pada saat panen. Warna biji
akan berubah menjadi hitam setelah mengering. Buah berbentuk lonjong dengan
ujung agak runcing, beralur dengan panjang berkisar 3,5 sampai 4 mm (Gambar 3a
dan b). Pada jenis tertentu panjang buah dapat mencapai 4 sainpai 10 mm. Buah
bertipe kering dan terdiri dari dua bagian karpel yang akan memisah sewaktu masak.
Buah mempunyai tabung minyak yang letaknya berselang-seling, dari luar tabung
minyak ini memanjang, nampak seperti garis-garis (Gambar 3b). Tabung minyak
tersebut mengandung sekresi ininyak balsam, resin dan ininyak yang mudah
menguap. Bagian luar buah rata dan berbulu (MMI 1978; Syamsuhidayat dan
Hutapea 1991; Ruff 2000).
Gambar 3. Buah adas kering (a) (Foto Katzer 1998) dan bagian-bagian buah adas (b)
[image:107.618.93.485.496.638.2]$1
Kemasakan buah berlangsung tidak serempak (Simon 1 997). Pemanenan
dilakukan dengan memetik karangan-karangan buah yang sudah masak. Karangan
buah yang belull1 masak ditinggalkan untuk dipanen periode berikutnya. Pernanena~l
sepel-ti ini berlangsung selama 4 bulan dengan 15 kali pemetikan. Interval pemetikan
berkisar 1 - 2 minggu (Anonim 1972; Syamsuhidayat dan Hutapea 199 1).
Diantara varietas yang ada, varietas yang diperdagangkan adalah:
1. Varietas vulgare (Miller) Telly. Varietas ini dibudidayakan dan dapat pula
tulnbuh secara liar. Varietas ini dikenal dengan nalna bitter fennel karena
nlempunyai rasa agak pahit, termasuk dala~n kelompok ini adalah Foeniczllzri~7
vulgare P. Mill.
2. Varietas duke (Miller) Telly. Varietas ini dibudidayakan dan dapat pula tumbuh
liar. Varietas ini dikenal dengan nama sweet fennel atau roman fennel atau french
f e ~ n e l karena mempunyai rasa manis (Guenther dalanz Anoniln 1972).
Tingkat Masak
Proses pemasakan buah adas melewati beberapa tahap. Berwarna hijau
sewaktu muda kemudian berubah menjadi kuning saat masak dan berubah kecoklatan
setelah lewat masak. Tingkat kemasakan yang berbeda dapat ditemui pada kumpulan
payung yang sama (Syamsuhidayat dan Hutapea 199 1 ; Simon 1997).
Indikasi kemasakan buah secara fisiologis dikenali dari perubahan
morfologi, fisik dan biokimia buah. Kemasakan buah secara fisiologis seringkali
digambarkan dengan ciri buah seperti warna, ukuran dan kadar air buah (Barnett;
10
Viabilitas maksimum benih dicapai pada akhir periode pengisian biji saat
benih mencapai berat kering maksimum (Harrington 1972). Tahap pencapaian berat
kering maksimal dikenal sebagai masak fisiologis benih (TeKrony dan Egli 1997).
Tingkat kemasakan benih saat panen sangat mempengaruhi keragan-an
viabilitas benih. Benih yang dipanen pada saat masak fisiologis akan memiliki vigor
tinggi (Meena el al. 1999) dan mampu diekspresikan secara maksimum (TeKrclny
dan Egli 1997). Pemanenan benih sebelum masak atau lewat masak dapat berpel-an
menurunkan kualitas benih seperti kerusakan secara fisik (pecah-pecah, mengkerut)
dan fisiologi (kerusakan jaringan, sel dan hngsi membran) (McDonald 1998).
Penyimpanan
Benih dari hampir semua tanaman pertanian penting memerlulcan
penyimpanan dari saat panen sampai saat tanam berikutnya. Penyimpanan perlu
dilakukan untuk mempertahankan mutu benih dan menekan laju kemunduran benih.
Lama penyimpanan benih sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih.
Viabilitas benih akan menurun seiring dengan bertambahnya waktu. Penyimpanan
benih yang terlalu lama menyebabkan kemunduran benih. Kemunduran benih
merupakan kemunduran fisiologis benih yang menimbulkan perubahan menyeluruh
dalarn benih baik secara fisik, fisiologi maupun biokimia yang menyebabkan
menurunnya viabilitas benih (Sadj ad 1 980).
Tahap kemunduran benih meliputi degradasi membran seluler yang ter-ladi
pada tingkat plasmalema (Kalpana dan Madhava Rao 1996). Kerusakan membran
dan kebocoran elektrolit (Chang dan Sung 1998). Kebocoran gula dan elektrolit
menyebabkan kemunduran metabolisme, penurunan respirasi, biosintesis (Ian
efisiensi transport. Eksudat yang bocor mendorong berkembangnya mikroorganisme.
Selanjutnya perkecambahan berjalan lambat, tegakan kecambah tidak seragam,
kecambah peka terhadap stres lingkungan, pertumbuhan kecambah abnormal
meningkat dan akhirnya benih kehilangan kemampuan berkecambah (Robert 1972).
Selama masa penuaan, molekul makro yang penting untuk perkecambahan
akan mengalami degradasi (McDonald 1998) Pada Shorea robusta protein dengan
mobilitas elektroforesis tinggi akan terdegradasi pertama kali selama penuaan
(Nautiyal et al. 1985). Protease meningkat selama penuaan dengan semakin
meningkatnya asam amino disertai penurunan fosfolipida dan cadangan makanan
seperti karbohidrat dan protein serta meniilgkatnya asam lemak pada benih jagung
(Basavarajappa et al. 1991), selada merah (Trlfolium zncarnatum L.) (Ching dan
Schoolcraft dalam Zarbakhsh et al. 1999) dan benih bunga matahari (Halder et a1
1983). Pada benih kedelai terjadi peningkatan radikal bebas (McDonald 1998),
hidrolisis fitin dan perubahan elektroforesis protein spesifik (Liklatchev et al. 1984).
Peningkatan aktivitas radikal bebas selama penyilnpanan dapat merusak asam lemak
seperti pada pigeon p e a (Kalpana dan Madhava Rao 1996) dan bunga matahari
(Halder et al. 1983).
Pada tingkat RNA, penurunan viabilitas embrio padi menyebabkan
penurunan aktivitas RNA-ase yang berperan terhadap hilangnya 25 S dan 18 S rRNA
dan rendahnya translasi leusin radioaktif kedalam protein (Gosh dan Chaudhuri
(Cruz-Garcia el al. 1995). Ini menyebabkan penyimpangan anafase selama mitosis
ujung akar tomat (Van Pijlen el aL 1995 ) dan pea (Sivritepe dan Dourado 1994).
Benih niger (Guitotia abyssinica Cass.) yang disirnpan selama 1 - 2 bulan
menunjukkan perkecambahan yang rendah. Penyirnpanan selama 3 bulan
rneningkatkan perkecambahan benih sampai mendekati 100 %. Benih mulai mundur
setelah disimpan selama 12 bulan. Memasuki penyimpanan bulan ke 13 benih telah
kehilangan viabilitasnya (Dhaka1 dan Pandey 2001).
Pada benih adas penyirnpanan sampai 12 rninggu menyebabkan penurunan
viabilitas terutama pada tolok ukur berat kering kecambah normal. Periode
penyitnpanan yang sama pada su.hu rcndah (5°C) menunjukkan laju penururian berat
kering kecambzh nornlal yang lebih rendah dibanding penyimpanan pada suhu tinggi
(26°C) (Rochmany 1997).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan laju kemunduran
benih, yaitu menjaga kondisi simpan dan memanfaatkan masa simpan optimum yang
sesuai untuk benih yang bersangkutan. Selain itu laju kemunduran dapat dikurangi
dengan perlakuan invigorasi.
Invigorasi
Invigorasi merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi mutu benih yang
rendah dengan cara menyeimbangkan potensial air benih untuk merangsang kegiatan
metabolisme dalarn benih sehingga siap untuk berkecambah tetapi radikula sebagai
Degriidasi membran akibat kemunduran benih selama penuaan dapat
dikurangi dengan cara mengimbibisi benih dengan pelarut osmotik pada konsentrasi
yang mengurangi iaju penyerapan air. Penyerapan air yang terjadi secara lambat
dapat mengerrtbalikan membran ke bentuk normal atau mendekati normal dengan
cara yang teratur (Halmer dan Bewley 1984). Perbaikan membran ini menyebabkan
perubahan kandungan biokimiawi benih dan meningkatkan aktivitas fisiologis pada
perkecambahan benih jagung manis (Sung dan Chang 1993) dan jagung (Garcia el al.
1995).
Perbaikan membran secara tidak langsung mendorong menurunnya
kebocoran elektrolit (Chang dan Sung 1998) mengawali aktivitas dan penyusunan
kembali enzirn di sekitar membran, meningkatkan perkecambahan, mendorong
kemunculan kecambah lebih awal (Rao el al. 1987; Chiu et al. 1995). Selain itu juga
mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan disertai dengan
penurunan pc:roksida lipid yang dihasilkan dari peningkatan aktivitas sistem
scavenging radikal bebas dan peroksida.
Perbaikan membran ini melibatkan pengaktifan berbagai enzim seperti
ATP-ase, ACC (1-amino-cyclo propane-1-carbocyclic acid) sintase dan ICL
karenanya pel-lakuan osmoconditioning akan meningkatkan produksi ATP, aktivitas
beberapa enzim, sintesis asam nukleat dan integritas membran. Adenosin tri phosphat
ini digunakan, untuk menyediakan energi bagi sintesis protein, asam nukleat dan
Invigorasi yang dilakukan akan mencegah diinulaillya fase ketiga dan
memperpanjang, waktu yang diperlukan dalam proses metabolik fase kedua (Khan et
01. 1992). Invigorasi yang umum dilakukan adalah dengan osi~~oconditioning dan
nlatl-iconditioning.
Osnzocor~ditiorzi~zg
Osinoco17ditioning inerupakan perbaikan fisiologis dan biokimia dalanl
benih selama penundaan perkecaillbahan oleh potensial osmotik rendah dan potensial
matrik yang dz~pat diabaikan dari media imbibisi. Perbaikan ini berhubungan dengan
kecepatan dall keserempakan perkecambahan serta perbaikan dan peningkatan
potensial perk.ecambahan (Bradford 19E4). Osmoconditioning dimulai pada saat
benih diimbibisi dalam suatu pelarut dengan potensial air rendah dan kandungan air
ini dapat ditahan setelah mencapai keseimbangan. Menurut Khan (1992)
osnzoconditiorring akan berlangsung sekitar 2 - 21 hari, pada suhu 15 - 20°C dengan
kisaran potensial osmotik antara -0,8 - -1,6 MPa, tergantung pada spesies tanaman.
Keberhasilan osnzoconditioning ditentukan oleh jumlah air yang masuk
kedalaln benil?, potensial osinotik dan jenis larutan yang digunakar, (Bradford 1984).
Larutan yang biasa digunakan adalah PEG, KN03, &PO4, K&P04, MgS04, NaCl,
gliserol dan nnanitol (Khan et al. 1992). Diantara larutan tersebut PEG paling sering
digunakan karena dengan berat molekul yang sangat besar, PEG tidak meresap dalam
benih sehingga tidak meracuni benih walaupun viskositasnya tinggi dan kelarutan
Perlaicuan osnzoconditioning menggunakan PEG pada benih selada
rneningkatkan sintesis RNA dan protein, poliribosom, jurnlah total RNA dan protein
yang terbentuk., juga meningkatkan aktivitas beberapa enzinl sepeiti asain fosfat dan
esterase serta lnampu menghilangkan aktivitas beberapa faktor penghambat sepel-ti
asam absisat dari dalam benih (Khan et al. 1978).
Pada benih cabai, peningkatan kandungan protein dan aktivitas beberapa
enziill selama invigorasi tergantung jenis larutan yang digunakan. Perlakuan
osn1ocot7ditioning menggunakan PEG mengubah kandungan total protein daiarn
benih, menyebabkan aktivitas dehidrogenase relatif stabil sedangkan alkohol
dehidrogenase tetap konstan selama perlakuan invigorasi selama 3 sainpai 14 hari
(Smith dan Cobb 1992).
Perlakuan PEG pada benih ketumbar (Coriandrum sativunz Linn.) jenis
Sumba, Mesir dan Thailand bervigor sedang meningkatkan daya berkecambah, berat
kering kecarr~bah normal dan kecepatan tumbuh serta menurunkan kecambah
abnormal pada ketumbar (Prasaktiyo 1997).
Matriconditioiziizg
Matr.iconditioning merupakan invigorasi yang dilakukan dengan
menggunakan media padat yang dilembabkan. Media yang digunakan untuk
matriconditioiring hams mempunyai potensial matrik rendah dan potensial osmotik
yang dapat diabaikan, daya larut rendah, tetap utuh selama perlakuan, inert, tidak
tinggi, menliliki luas pernlukaan yang besar, berat jenis rendah, dan mampu melekat
pada kulit benih (Khan et al. 1990).
Perbaikan membran dengan perlakuan matrico17ditioni1zg n~enggunakan
vernlikulit pada benih jagung illenyebabkan dinlulainya kembali aktivitas dan sintesis
enziin di sekitar membran, meningkatkan dan mempercepat perkecalnbahan (Chiu et
al. 1995).
Bahambahan yang dapat digunakan untuk rna~~.icondifionitzg diantaranya
adalah serbuk gergaji, abu gosok, zeolit, vermikulit dan Micro-Cel E. Penelitian
Sutariati (1998) menunjukkan pada potensial osmotik 0 MPa, serbuk gergaji
mempunyai kapasistas memegang air yang lebih tinggi dibanding abu gosok dan
vermikulit. Kapasitas memegang air ini semakin menurun dengan semakin tingginya
potensial osmol ik yang digunakan.
Bahan nzatriconditioning Micro-Cel E me~npercepat inunculnya bibit dan
meningkatkan biomasa tetapi pada suhu 15OC dapat menurunkan persentase
kecambah benih jagung manis selama 7 hari setelah tumbuh (Khan et al. 1990). Pada
kondisi sub op tiinum mampu meningkatkan persentase keserempakan tumbuh benih
jagui~g (Swg dan Chang 1993). Matriconditioning mengurangi waktu yang
diperlukan untilk mencapai 50% total perkecambahan dibanding perlakuan invigorasi
menggunakan PEG dan tanpa perlakuan pada benih cabai, tomat, bawang putih, bit
merah, gula bit, wortel dan seledri (Khan et al. 1990). Matriconditioning
menggunakan vermikulit pada benih jagung manis menurunkan kebocoran elektrolit,
meningkatkan akumulasi berat kering bibit 'dan meningkatkan kandungan biokimia
askorbat peroksidase, peroksidase, glutase peroksidase, glutase s-transferase dan
glutase reduktase dan rendahnya aktivitas radikal bebas dan peroksida yans
ditunjukkan derigan rendahnya nilai malondialdehid dan total peroksida (C11an dan
Sung 1998).
Hasil penelitian Silalahi (1999) menunjukkan bahwa perlakuan
niatr-iconditionir7g ine~lggunakan ver~nikulit pada benih Pinus nler-kusii menghasilkan
daya berkecamlsah dall indeks vigor lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
niatriconditioni~~~g menggunakan serbuk gergaji atau abu gosok dan kontrol baik pada
perlakuan tanpa fungisida, perlakuan fungisida saat invigorasi maupun perlakuan
fungisida saat tanam. Selain itu verlnikulit menghasilkan daya berkecambah dan
indeks vigor !ebih tinggi dibanding perlakuan PEG pada penyimpanan sampai dengan
3 bulan, dan ~nenunjukkan kadar lemak dan asam lemak bebas paling rendah
dibanding invigorasi menggunakan PEG maupun kontrol. h i menunjukkan
nzatriconditonivzg pada benih pinus dapat mempertahankan viabilitas lebih baik
BAHAN
DAN METODE
T e ~ n p a t dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratoriu~ll Ilnlu dan Teknologi Benih. Institut
Pet-tanian Bog01 pada bulan Juni 2000 sanlpai dengan bulan Mei 2001. Benih adas
varietas Cempo!go (3itter.fennel) diperoleh dari Instalasi Penelitiall Tanaman Rempah
dan Obat Manoko, Lembang, Jawa Barat.
Metode Penelitian
Pene1ii:ian ini terdiri dari tiga percobaan, yaitu Percobaan I, Percobaan I1 dan
Percobaan LII. Percobaan I inencari metode uji pengecainbahan benih adas
menggunakan media pasir dan kertas singkong.
Percohaan IJ nlellggunakan rancangall acak kelo~npok dengar? dua faktor.
Faktor I yaitu tingkat lnasak dengan tiga taraf: nlasak hijau
('TI),
nlasak kuning (T2)dan masak coklat (T3). Faktor I1 adalah invigorasi yang terdiri dari einpat taraf: tanpa
perlakuan (I,), osmoconditioning lnenggunakan PEG 6000 (I2) atau KNO; 0,2% (I3),
dan matriconditioning menggunakan verinikulit
(4).
Model yang dig,unakan sebagai berikut :
YGk == p
+
Bi+
Tj+
Ik+
(TI),k+
EijkYijk -= Nilai pengamatan pada kelo~npok ke-i, tingkat masak ke-j dan
invigorasi ke-k
p := Nilai rataan unun
Bi := Pengaruh kelompok ke-i
Ik =: Pengaruh Invigorasi ke-k
(TI);k =I Pengaruh interaksi tingkat inasak ke-j dan invigorasi ke-k
E =: Pengaruh galat
Percol~aan 111 lnengguilakan rancangan petak-petak terbazi. Petak utama
adalah kondisi simpan, terdiri dari dua taraf : suhu kamar berkisar 26 - 32°C dengan
RH berkisar 75 - 85% (K,) dan ruang ber-AC dengan suhu berkisar 18 - 22°C dan
RH berkisar 60 - 70% (K2). Sebagai anak petak adalah periode sin~pan yang
terdiri dari erlanl taraf, yaitu periode simpan 0 minggu (W,), 5 minggu (W2), 10 ~ninggu (Wj), 15 nlinggu (W4), 20 ~ninggu (Wj)? dan 25 minggu (W6). Sebagai anak-
anak petak ada.la11 invigorasi yang terdiri dari dua taraf, yaitu tanpa invigorasi (I1)
dan invigorzsi $mengguilakan PEG -1,O MPa, hasil terbaik percobaan I1 (Iz). Masing-
masiug percotlaan diulang elnpat kali sehingga diperoleh empat pululi delapan
Model rancangan yang digunakan adalah:
Yij,l = + Bi + Kj + ~ i j
+
Wk + (KW)jk+
6iJk + It+
(KI)jl+
(WI)k,+
KWI)jkl+
~ i j k lKeterangan :
Yijkl = Pengarnatan kelompok ke-i, perlakuan kondisi simpan ke-j, periode sirnpan ke-k dan invigorasi ke-1
P = Rataan umum
Bi = Pengaruh kelompok ke-i
Kj = Pengaruh kondisi siinpan ke-j
Eij = Galat kondisi simpan (petak utama)
Wk = Pengaruh periode simpan ke-k
(KU/)jk = Interaksi antara kondisi simpan ke-j dan periode simpan ke-k
11 =: Pengaruh invigorasi ke-I
(KI)jl == Pengaruh interaksi antara kondisi simpan ke-j dan invigorasi ke-1
(WI)kl =: Pengaruh periode simpan ke-k dan invigorasi ke-1
(KWI),kl== Pengaruh interaksi antara kondisi simpan ke-j, periode simpan ke-k dan invigorasi ke-i
y,,kl == Galat invigorasi (anak-anak petak)
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan benih
Benih dipanen dengan tiga tingkat masak yang berbeda, yaitu masak hijau,
masak kuning dan masak coklat (Gambar 4). Benih diekstraksi secara manual dengan
melepaskan buah dari tangkai bunga kemudian dipilah untuk mendapatkan benih
dengan ukuran seragam. Sebelum digunakan benih dikering-anginkan selama 7 hari
sampai diperoleh berat tetap.
Gambar 4. Buah adas dengan tiga tingkat masak: masak hijau (a), masak kuning (b) dan masak coklat (c)
Percobaan I. Merkcari metode uji pengecambahan benih adas
Percobaan ini dilakukan dengan menanam benih masing-masing tingkat
[image:119.612.127.479.414.559.2]plastik berukuran 18 x 18 x 3 crn. Setiap boks berisi seratus butir benih. Pada media
kertas singkong, metode pengujian yang digunakan adalah uji kertas digulung dan
didirikan da1ai.n plastik (UKDdp). Benih disusun secara teratur diatas kertas singkong
lenlbab yang tc:lah dilapisi plastik. Masing-wasing berisi seratus butir benih. Media
yang berisi benih dilipat nlenjadi dua n~e~nar~jang kemudian digulung dan disinlpan
dalaln APB lipe 72-1 dengan posisi berdiri. Setiap hari media diamati, bila
kelembaban berkurang media dibasahi nlenggunakan sprayer.
Percobaan I1
A. Penentuan potensial osmotik dan lama invigorasi untuk perlakuan osmoconditioning
Media os??:oco~7ditio/zing yang digunakan adalah PEG 6000 dan KNO3
0,2%. Untuk rnendapatkan potensial osmotik yang dikehendaki digunakan persamaan
Michel dan Kimfinann dalanz McDonald dan Copeland 1995:
Keterangan :
Y = potensial osinotik
C = konsentrasi PEG 6000
T = suhu°C
I bar = - 0,l MPa
Perc,obaan pendahuluan osmoconditioning- PEG dilakukan dengan dua cara,
pertama beniln sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam botol tertutup dengan volume
600 ml, berisi larutan PEG sebanyak 400 ml dengan potensial osmotik -1,O MPa;
mei~~ui~gkinkan oksigen nlengalir dengan baik (metode aerator). Kedua, benih
dilenlbabkan dltlam cawan petri berdianleter 18 cnl dengan cara meletakkan benih di
antara dua leml~ar kertas saring yang dile~nbabkan dengan larutan PEG sebanyak 7,4
1111 dengall potc:nsial osmotik sanla sepeiti diatas, kemudian diletakkan dalaln ruang
AC (metode cawan petri). Setiap hari posisi cawan petri digeser supaya callaya yang
diperoleh masing-masing cawan petri sama. Osi~ioco~iditionii~g dihentikan setelah
terlihat nlunculnya radikula pel-tama (4 hari setelah os~~~oconditio~iing). Benih
kenludian dicuc:i dalanl air mengalir dan ditiriskan pada suhu kamar sampai nlencapai
kadar air senlula (7,9 %). Rancangall yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
faktorial. Faktor peltanla adalah lnetode osn~oconditionii~g (aerator, cawan petri), dan
faktor kedua pc~tensial osmotik (- 1,O ;
-
1,2 ;-
1,4 MPa).Per1ab;uan pendahuluan osmoconditioiiing-KN03 0,2% dilakukan dengan
nletode yang sanla seperti rllenggunakail PEG. Rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak: lengkap satu faktor yaitu inetode osi~~oconditionir~g (kontrol, aerator,
cawan petri). Potensial oslnotik larutan KNO; 0,2% setara dengan -0,46 MPa,
dihitung berdas;arkan persaillaail Michel(1983):
Keterangan :
[KNO:,] = konsentrasi KN03 yang dibutuhkan dalam glg air
P = tekanan osmotik dalam bar
T = suhu "C
B. Penentuarz potensial matrik dan lanla perlakuan pada nzntl.icort(/itionirlg
mengguna kan vermikulit
Penen1:uan perbandingan antara benih, vem~ikulit dan air, dii~~aksudkan
untuk menciptakan suatu tingkat keleinbaban yang optimum dalaln ai-ti nledia dapat
melekat pada bc:nih, ilainun air tidak berlebih. Perbandingan antara benil1 : vern~ikulit
: air (dalam g) yang dicobakan adalah 1 : 0,25 : 1 ; 1 : 0 3 : 1 ; 1 : 0,4 : 1 ; 1 : 0,6
: 1 ; 1 : 0.7 : 1 ; 1 : 0,s : 1 dan 1 : 0,9 : 1. Perlakuan benih dengan n?atr.icor~ditio~i~~g
dilakukan dengan cara menambahkan aquabidest pada 1 g benil1 dengan
perbandingan sc:pel-ti di atas dalaln botol bervolume 200 in1 kemudian diaduk dan
dibiarkan kira-kira 5 menit. Selanjutnya verinikulit dirnasukkan dan diaduk sehingga
media dapat 1ne:lekat pada perinukaan benih. Botol ditutup dengall plastik dan diberi
tiga lubang de~ngan menggunakan jarum kemudian diletakkan dalam ruang AC.
Setiap hari benill diaduk supaya perinukaan media tidak kering. Setelah radikula
pei-tama nluncul (4 hari) benill dicuci dalam air inengalir dan ditiriskan, kemudian
dikering-anginkan sampai mencapai kadar air semula. Rancangan yang digunakan
adalal~ rancangan acak lengkap.
C. Pengaruh tingkat masak dan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih adas
Pelaksanaan percobaan I1 dengan cara memperlakukan benih dengan bahan
invigorasi terbaik llasil percobaan pendahuluan yaitu I,= kontrol,
12= osmocondil~ioning-PEG -1,O MPa, 13= osnzoconditioning-KN03 -0,46 MPa,
b=
matricondit.ioning-vermikulit. Setelah 4 hari, benih dicuci dalam air mengalir(7,9 %). Kemutiian benih ditanam pada boks plastik dengan ukuran 18 x 18 x 3 cm
yang diisi dengun pasir halus sanlpai setinggi t- 2 cm.
Percobaan 111, Pengaruh kondisi sirnpan, periode simpan dan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih
Benih disiinpan dalanl dua kondisi siinpan yaitu kondisi simpan pada suhu
kainar dan AC. Dalatn penyinlpanail pada suhu kamar baik kisaran suhu maupun
keleinbaba~l relatif (RH) mengikuti suhu dan kelembaban relatif ruang sekitar
penyimpanan clengan kisaran kelelnbaball relatif 75 - 85% dall kisarai~ suhu
26 - 32OC. Pada kondisi sinlpan AC, suhu berkisar
+
18 - 22 clan RH t- 60 - 70%.Benih yang akan disinlpan diillasukkan dalanl kantong kei-tas senlell dengan ukuran
3 x 6 cm. Benih kemiidian diletakkan pada masing-masing kondisi simpan untuk
pengujian pada pengainatan periode sinlpan 0 minggu, 5 minggu, 10 minggu, 15
minggu, 20 nlinggu dan 25 minggu. Pada periode sinlpan yang telah ditentukan
sesuai perlakuan, benih diainbil kenludian di osmoco17ditioning-PEG sela~na 4 hari.
Setelah 4 hari perlakuan, benih dicuci dalanl air lnellgalir kemudian ditiriskan clan
dikering-anginkan sampai mencapai kadar air senlula dan ditanam pada boks plastik
berukuran 18 x 18
x
3 cm berisi pasir setinggi 2 cm.Pengamatan
Pengamiitan terhadap struktur kecambah dan viabilitas benih dilakukan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, IPB Baranangsiang. Pengamatan dilakukan
plastik beruku1,an 18 x 18 x 3 cm. Pada masing-masing boks ditanam seratus butis
Beberapa tolok ukur yang diamati:
1. Kadar air (%)
Benil-, ditimbang sebanyak 1 g kernudian dioven pada suhu 105'C selallia
16 +. 2 jam, kemudian dimasukkan dalam desikator selanla 1 sanlpai 2 jam dail
ditimbang. Kadar air diukur dengall menggunakan rumus sebagai berikut:
a - b
KA = --- s 100% b
Keter;3ngai1 :
a = berat awal be nil^ sebelu~li dioven b = berat benih setelah dioven
2. Daya berk.ecambah ( O h )
Daya berkecambah (DB) benih dihitung berdasarkan persentase kecalnbah
nornlal (KN) pada hitungan I (7 HST) dan hitungan I1 (14 HST) dengan ruinus:
C KN hitungan I
+
C KN hitungan I1DB = x 100 %
C benih yang ditanain
3. Potensi tumbuh maksimum (%)
Poterisi tumbuh maksimuin (PTM) merupakan persentase juinlah kecambah
normal dan abnormal dari seluruh benih yang ditanam. Penghitungan dilakukan pada
hari ke 14 setelah tanam.
Z kecambah normal
+
abnormalPTM = x 100 %
4. Kecepatan perkecambahan (1 KNIhari)
Pengalxiatan terhadap kecepatan perkecambal~an (KCp) dilakukan berdasarkan
metode Maguire d~lla171 Copeland dan McDonald (1 995) sebagai berikut :
A KN A KN
KCP = 2 + ... +
C hari hitungan I C hari hitunngan terakhir
5. Tso (hari)
T50 adalah waktu yang dibutuhkan benih untuk nlencapai 50 % total
perkecambahai~. Pengamatan dilakukan setiap hari.
6. Berat kering kecambah normal (mg)
Pengukuran dilakukan pada akhir pengalnatan (14 HST). Seluruh kecambah
nornlal bersaina kotiledonnya dicabut kenludian dibungkus dengan aluininiuln foil
datl dioven pada suhu 80°C selaina 24 jam. Setelah 24 jam benih dinlasukkan
desikator selarna f 30 menit kemudian ditimbang.
7. Laju pertumbuhan kecambah (mg/KN)
Laju pertuinbuhan kecaillbah (LPK) diperoleh dengan inenilnbang
kecainbah normal yang telah dioven pada suhu 80°C selama 24 jam dibagi jumlah
kecambah nor~aal (Burris dalanz Copeland dan McDonald, 1995).
Bobot kering seluruh kecambah normal (mng) LPK ==
Analisis Data
Data hasil percobaan I, I1 dail I1 di analisis dellgan ~ n e ~ ~ g g u t l a k a n analisis
keragaman dc:ngan taraf kepercayaan 95%. Uji nilai tengall dilakukan dengall nletode
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Percobaan I. Mencari metode uji pengecambahan benih adas
Benih ad.as hanya berkecambah dengan baik pada media pasir (Gambar 5a).
Pada media kertas singkong, kecambah dan kotiledon berwarna kuning pucat, tumbuh
lambat dan tidak berkembang dengan baik sehingga perkembangan plumula tidak
dapat diamati. Kebanyakan benih tidak berkecambah (mati atau membusuk) dengan
warna coklat gelap (Gambar 5b).
Penggunaan media pasir untuk uji pengecambahan menghasilkan viabilitas
benih lebih baik dibandingkan dengan media kertas singkong. Daya berkecambah
meningkat dertgan semakin masaknya benih sedangkan potensi tumbuh maksimum
menunjukkan penurunan dengan semakin masaknya benih. Media kertas singkong
tidak sesuai untuk uji pengecambahan benih adas karena tidak mampu
menumbuhkar~ kecambah normal. Potensi tumbuh maksimum juga sangat rendah
sehingga antara media pasir dan kertas singkong tidak dapat dibandingkan (Tabel I).
Tabel 1. Pengaruh metode uji pengecambahan
terhadap viabilitas benih adas
Tolok Ukur
I
Tingkat1
Met ode Uj iPTM (%) Hijau 51,25 7
I
1
Kuning1
441
41
~ a s a k
Hij au Kuning Coklat
tumbuh maksimum
~en~ecambahzin
I
I
CoklatKeca.mbah mulai muncul 1
-
2 hari setelah tanam. Tipe perkecambahanMedia Pasir
3 5 3 36.75 39.25
benih adas termasuk epigeal dimana kotiledon berada di atas tanah dan selalu aktif
Media K.
Singkong 0 0 0
Keterangan: DB: daya berkecambah, PTM: potensi 43
melakukan fotosintesis. Mula-mula kedua kotiledon melekat satu sama lain.
12
Kotiledon mul~ai membuka 2
-
3 hari setelah tanam, diikuti munculnya plumula dalambentuk bulatan kecil. Selang satu hari kemudian plumula berkembang menjadi daun
berbentuk garis-garis halus. Pertumbuhan daun akan tampak jelas 2
-
3 hari kemudian [image:128.614.211.462.284.500.2]Dari pengamatan struktur kecambah tersebut lnaka kriteria kecambah normal
ditentukan sebagai berikut:
-
Akar : Panjang 2 - 3x panjang kecambah, lurus, tidak lnelingkar- Kotiledon : Jumlah lengkap 2, utuh, tidak patah atau rusak, berbentuk tipis, lurus dan memanjang benvarna hijau
-
Plumula : Terbentuk bulatan kecil diantara kotiledon-
Hipokotil : Tumbuh sehat memanjang, benvarna putili kehijauan.-
Epikotil : Panjang 1 - 3 x panjang hipokotil, berwal-na putih kehijauanGamlbar 6. Perkembangan struktur kecambah
Percobaan 11.
A. Pengaruh osm(~conditioning terhadap viabilitas dan vigor benih adas
Perlakuan osnzoconditioning-PEG 6000 pada potensial osmotik -1,O MPa,
baik dalain botol beraerator inaupun cawan petri menunjukkan viabilitas dan vigor
Tabel 2. Pengaruh metode osmocondi/ioning-PEG terhadap viabilitas dan vigor benih adas
I
Metode 0snlc1-Cawan Petri
Tolok Ukur
I
Potensial Osmotik (ma)1
DB (%) Kontrol 24,4b PTM (%) KCP (CKNIhari) Tsn (hari) BKKN (mg)
48,2'" 2,8" 9,5" 1,5"
LPK (mg/KN) DB (%)
I
I
LPK (mglKN)1
0,021"/
0,01 l a(
0,063~"(
0,01 l a1
Keterangan : Nilai n~asing-nusing tolok ukur yang diikuti ole11 huruf yang sama pada bans dan
0,02 1" 27,s"
PTM (%)
KCP (CKNhari)
Ty (hari) BKKN (mg)
kcdon1 yang sanla tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. DB: dayaberkecarnbah. P1'M: potensi tunlbuh maksimuln, &: kecepatan perkecambahan, Tso: waktu yang diperlukan untuk mencapai 50 % total perkecambahan, BKKN: berat kering kecambah normal. LPK: laju pertunlbuhan kecanlbah.
5 0 , 7 ~ 2,8" 9,5a 1 ,611
Walaupun tidak berbeda nyata osi~~oconditioning-KN03 yang dilembabkan
diantara kertas saring dalam cawan petri menunjukkan hasil yang lebih baik
dibandingkan dalam botol beraerator (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh metode osn~oconditioning-KN03 terhadap
viabilitas dan vigor benih adas
T d o k Ukur
I
Metode OsnzoconditioninaI
DB (%)
p ~ h i (%)
KCP (CKNIhari)
Tso ~(hari) BKICN (mg)
LPK.(mg/KN)
Kontrol 20, l a
Keterangan : Nilai masing-rnasing tolok ukur pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.
[image:130.616.120.528.108.330.2] [image:130.616.164.480.534.661.2]b. Pengaruh niatricortditiorti~tg terhadap terhadap viabilitas dan vigor benill adas
Nisbah antara benih, vemikulit dan air dimaksudkan untuk mendapatkan
perbandingan yang tepat sehingga media dapat secara optimal ~nelekat pada
pennukaan benih. Hasil percobaan tidak menunjukkan perbedaan pada semua
perlakuan 117nt1-i,ronditionigg kecuali pada nisbah benih : vermikulit : air = 1 : 0.9 : 1
menunjukkan viabilitas dan vigor benih terendah. Pada nisbah ini, diduga batas
potensial n1atrik:s tertinggi telah terlewati sehingga fungsinya dalanl menlperbaiki
viabilitas dan vigor benih tidak dapat optimal. Nisbah benih : vennikulit dan air = 1 :
0,4 : 1 cenderung meningkatkan viabilitas dan vigor benih (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh nzatriconditionirzg-vennikulit terhadap viabilitas dan vigor benih adas
1
Tolok Ukur I I Nisbah Benih: Verilliku1it:Air1
PTM (%) 69,7a 67,0a 82,0a 72,7a 1,7a 65,3ab 51,0b
KCP (CKNIhari) 5,8" 5,6" 6,7" 6,1a 6,0a. 5,5ab 4,3b
BKKN (mg) 2,6" 2,2" 3,1a 2,6" 2,7" 2,4" 1 , 3 ~
Keterangan : Nilai masing-masing tolok ukur yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak. berbeda nyata pada uji DMRT 5%. NI= 1:0,3:1, N2= 1: 0,25:1, N3= 1: 0,4: 1, N4= 1: 0,6 : 1, NS; = 1: 0,7 : 1, N6= 1 : 0,s : 1, N7= 1 : 0,9 : 1. DB: daya berkecanlbah, PTM: potensi tumbuh maksimum, KCP: kecepatan perkecambahan, BKKN: Berat kering kecambah normal.
Dari llasil percobaan pendahuluan, osmoconditioning-PEG 6000 dengan
potensial osmotik -1,O MPa, KN03 0,46 MPa dalarn cawan petri dan
matricondition~'ng dengan nisbah benih : vermikulit : air = 1 : 0,4 : 1 rnenunjukkan
hasil paling baik. Perlakuan osmoconditioning baik dengan PEG maupun KN03 yang
[image:131.616.122.532.390.493.2]menunjukkan beda nyata dengan osi~zoconditioning menggunakan botol beraeratos,
penggunaan larutan PEG dan KN03 lebih -sedikit dibanding perlakuan dalanl botol
(Tabel 2 dan 3). Selanjutnya perlakuan invigorasi terpilih digunakan dalam
percobaan I1 C.
C. Pengaruh ti~igkat masak dan invigorasi terliadap viabilitas dan vigor benih adas
Hasil percobaan n~enunjukkan perlakuan tingkat masak dan invigorasi dan
interaksi keduan:ya berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor benih (Tabel 5 )
Tabel 5 . Rekapitulasi uji F analisis ragam pengarul~ tingkat masak dan invigorasi terhadap beberapa tolok ukur viabilitas dan vigor benih adas
I
TolokI
PerlakuanI
Ukur1
Tk. Masak ( InvigorasiI
T x I1
i
i
;
i
T50
*
*
BKKN
LPK tn
*
*
Keterangan :
*
= menunjukkan beda llyata pada uji DMRT5%. tn = menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT 5%
I
DBPerbedaan tingkat masak menunjukkan perbedaan respon terhadap
perlakuan invigl~rasi (Tabel 6). Perlakuan invigorasi efektif meningkatkan viabilitas
(TI tll
dan vigor benih, adas pada tingkat masak coklat. Pada benih dengan tingkat masak
"-'-+--I
*
hijau dan kuning, osmoconditioning-PEG efektif meningkatkan daya berkecambah
[image:132.616.191.458.289.518.2]osn7oconditioning-KN03 efektif mempersingkat waktu yang diperlukan untuk
mencapai 50% total perkecambahan pada tingkat masak kuning dan coklat dan
meningkatkan berat kering kecambah normal. Perlakuan invigorasi tidak efektif
dalam meningkatkan berat kering kecambah normal pada tingkat masak hijau dan
laju pertumbuhan kecambah pada tingkat masak hijau dan coklat
Tabel 6. Per~garuh interaksi tingkat masak dan invigorasi terhadap viabilitas dan viglx benih adas
Osmc~conditioning-PEG menunjukkan nilai viabilitas paling baik walaupun Tingkat
. Masak Hijau
Kuning
Coklat
Keterangan
pengamhnya semakin menumn dengan semakin masaknya benih diikuti dengan
matriconditzoning-vermikulit dan osmoconditioning-KN03. Pada perlakuan
diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Detil pada tabel 2.
Tolok Ukur
118 (%)
IceP (CKNfilar~) T s n (hari)
13mN (mg)
1,PK (mg/KN) 1lB (%)
ICCP (CKN,llar~) T5" (hari)
13KKN (mg) ILPK (mg/KN) 'DB (%)
KCP (CKNhari)
'rsO
(hari) BKKN (mg) LPK (mg/KN): Nilai masing-masing
lnvigorasi Kontrol
28,5' 2,4"' 11,2" 1 , 5 ~ " 0,072"' 39,gbC 4,oCde 10,2"" 1, 6cd' 0,044'"~ 20,0d 1 ,7f 113"
1,l" 0,096"
tolok ukur pada baris dan kolom yang sama yang PEG
68,3" 7,2" 1
O,oA"
1,2' 0,01 9de
61,5a
6 , ~ " "
9,2"" 1, Yd' 0 , 0 2 7 ~
54,0ah 5,0h' 8,8' 2, 0,044'"~ KN03 30,3c 2,9""' 9,7"" l,scde 0,065"' 32,0c 3 ,5cd' 7,7hC 2,2abC 0,070a 37,ah" 4,2"d 7,7"' 2,7" 0,076"' Vermikulit 44,5h 4,
ocde
10,7"~1,2" 0 , 0 2 9 ~
[image:133.616.126.532.262.556.2]ma~rrcot~di/otiing-vermikulit dan os~~~ocondr/ronzng-KN07 viabilitas benih semakin
meningkat dengan semakin masaknya benih.
Penga~uh osmoconditioning-PEG terhadap peningkatan vigor semakin
menurun dengan semakin masaknya benih. Sebaliknya perlakuan o.sniocondi/iot~it~g-
KN03 meninglcatkan vigor dengan semakin masaknya benih. Pada perlakuan
ma/ricoi~di/iot~i,~~g-vermikulit laju pertumbuhan kecambah tertinggi pada tingkat
masak kuning ('Tabel 6).
Secara. terpisah (faktor tunggal), tingkat masak benih mempengaruhi waktu
yang diperlukai~ untuk mencapai 50% total perkecambahan (Tso) dan berat kering
kecambah norn~al. Semakin masak benih waktu yang diperlukan untuk mencapai
50% total perkecambahan semakin singkat. Pada tingkat masak hijau, benih
membutuhkan waktu 10,5 hari untuk mencapai 50 % total perkecambahan. Pada
tingkat masak kuning, waktu yang dibutuhkan menurun menjadi 9,4 hari dan
memasuki masak coklat menjadi 9,3 hari. Berat kering kecambah normal meningkat
pada tingkat rr~asak kuning kemudian kembali menurun memasuki tingkat masak
coklat wa1aupu:n tidak nyata dibanding pada tingkat masak kuning.
Per1ak:uan invigorasi secara terpisah (faktor tunggal