• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal sergap di RCTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal sergap di RCTI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI REGULASI PENYIARAN DALAM

PROGRAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Siti Aisah NIM : 106051101941

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PROGRAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Siti Aisah NIM : 106051101941

Di bawah bimbingan

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP: 19710412200003 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayataullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayataullah Jakarta.

Ciputat, Juni 2010

(5)

ABSTRAK Siti Aisah

NIM: 106051101941

”Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Berita Kriminal SERGAP di RCTI”

Berita kriminal di media massa selalu menarik perhatian masyarakat, terutama berita mengenai tindak kejahatan, misalnya pembunuhan, pencurian, perampokan, ataupun pemerkosaan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya program berita yang khusus menyajikan berita kriminal seperti SERGAP, BUSER, PATROLI, dan SIDIK. Namun dalam perkembangannya, program berita ini menuai kritik dari para pengamat televisi karena di nilai terlalu vulgar dan dapat menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Untuk meredam dampak negatif yang dapat timbul dari tayangan kriminal, maka para praktisi media harus berpedoman pada regulasi penyiaran. Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 kemudian mengamanatkan supaya terbentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas untuk merumuskan suatu pedoman dan standar program penyiaran serta mengawasi tayangan di Indonesia.

Dari pemaparan di atas, muncul pertanyaan: Bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal SERGAP di RCTI?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Mike Feintuck yang berisi tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran, yaitu regulasi struktur berisi kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui apakah program SERGAP telah mengimplementasikan regulasi penyiaran UU No. 32 Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme) atau tidak. Dan seberapa banyak pelanggaran yang terjadi berkaitan dengan pasal tersebut.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa program berita kriminal

SERGAP telah mengimplementasikan regulasi penyiaran khususnya pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme). Hal ini terlihat dari tayangan SERGAP 10 April 2010-10 Mei 2010 ada 48 berita yang berkaitan dengan pasal tersebut. 45 berita diantaranya SERGAP telah mengimplentasikan regulasi penyiaran dan 3 berita diantaranya SERGAP melakukan pelanggaran terhadap regulasi penyiaran. Implementasi regulasi penyiaran dalam program

SERGAP yaitu dengan cara menyamarkan korban pemerkosaan atau korban tindak asusila, menyamarkan korban kecelakaan yang mengenaskan, kekerasan disajikan tidak secara eksplisit, memvisualisasikan kecelakaan dan pembunuhan dengan animasi. Adapun alasan SERGAP melakukan hal tersebut adalah untuk memenuhi Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dan juga untuk melindungi hak asasi korban.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam,

karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Berita Kriminal SERGAP di RCTI”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahcurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhamad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikut

setianya.

Terselesainya skripsi ini tak pernah lepas dari bantuan berbagai pihak yang

senantiasa terus memberikan support dan motivasi, telah sabar membantu,

membimbing, mendorong, dan menghibur pada saat-saat tersulit dalam penulisan

skripsi ini. Maka kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arief Subhan, MA.

2. Bapak Suhaimi, M.Si selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekretaris Jurusan Konsentrasi

Jurnalistik Ibu Rubiyanah, MA.

3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku dosen pembimbing yang

baik hati, bijaksana dan senantiasa meluangkan waktunya untuk

mengarahkan, membimbing, mengoreksi serta memotivasi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si selaku penasehat akademik

konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan inspirasi kepada

(8)

6. Ketua sidang skripsi, Drs. Study Rizal LK, MA, Penguji I Drs. H.

Mahmud Jalal, MA serta Penguji II Drs. Cecep Castrawijaya, MA.

7. Ibunda dan Ayahanda tersayang, Hj. Rukhoyah dan H. M. Hotta

yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil.

Perjuangan tiada tara telah kalian lakukan untuk kesuksesan dan

kebahagian penulis. Dalam setiap langkah dan hembusan nafas

penulis, doa tak kan pernah berhenti mengalir untuk kalian.

8. Tujuh Kakak tercinta, Eceu Ocih, Teh Yani, Ka Nurdin, Teh Nur, Ka

Jamal, Ka Dayat dan Teh Sicho. Semoga si bungsu ini kelak bisa

membalas budi baik kalian.

9. Bapak Khoiri Akhmadi selaku Eksekutif Produser SERGAP yang

humoris, teramat baik, bijaksana, santun serta bersedia meluangkan

waktu ditengah kesibukannya untuk membantu terselesainya skripsi

ini.

10. Bapak dan Ibu Sarbini selaku pemilik kosan yang teramat baik serta

kawan-kawan kost yang senantiasa memberikan suka cita, kehebohan

dan kekonyolan yang kita jalani bersama selama 4 tahun ini. Putri,

MU, Hilda, Kokom, Sri, Fuji, dan Desy.

11. Putri Wulandari TRK (sobat yang paling sabar, kawan di kala jatuh

bangun), Aida Islamie (si moody sang penolong), Nina Rahayu (miss

rempong yang baik hati) dan Reni Nuraini PH (si jago panco yang

(9)

12. Ahmad Zakaria, Dwi Hardiyanto, Ina Salma F. Tiga sahabat yang

senantiasa membantu serta selalu menyemangati penulis di

masa-masa kritis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kawan-kawan Konsentrasi Jurnalistik 06 yang telah memberikan

persahabatan dan kekompakan yang luar biasa selama ini. Mba Ira,

Eka, Yuni, Danang, Wage, Jose, Jendral, Mimi, Sarah, Novita, Yikqi,

Lisa, Yanti, Risni, Dita, Rara, Agnes, Saogy, Topan, Ben, Deden,

Deros, Abi, Irham, Meler, Gesta, Jay, Dirga, Eky, Bang Edy, dan

Agung.

14. Ka Husen yang telah membantu penulis masuk UIN, si dia yang

selalu memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini serta ka

Arai yang siaga membantu.

15. Bapak Eka selaku pimpinan HRD RCTI yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara serta

segenap staf SERGAP yang sangat ramah menerima dan membantu

proses skripsi penulis.

Akhirnya, semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan

berlipat ganda. Amin. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan

warna baru dalam kancah ilmu komunikasi dan jurnalistik.

Jakarta, Juni 2010

(10)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi ... 13

B. Regulasi... 14

C. Penyiaran... 14

D. Regulasi Penyiaran... 17

E. Pasal 48 ayat 4 poin D (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, Dan Sadisme... 21

F. Berita Kriminal... 33

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan RCTI... 36

B. Visi dan Misi RCTI... 38

(11)

D. Job DescriptionSERGAP... 44

E. Skema News RCTI... 47

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA

A. Regulasi Struktur (Structural Regulation). ... 48

B. Regulasi Tingkah Laku (Behavioral Regulation)... 51

C. Regulasi isi ... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(12)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi ... 13

B. Regulasi... 14

C. Penyiaran... 14

D. Regulasi Penyiaran... 17

E. Pasal 48 ayat 4 poin D (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, Dan Sadisme... 21

F. Berita Kriminal... 33

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan RCTI... 36

B. Visi dan Misi RCTI... 38

(13)

D. Job DescriptionSERGAP... 44

E. Skema News RCTI... 47

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA

A. Regulasi Struktur (Structural Regulation). ... 48

B. Regulasi Tingkah Laku (Behavioral Regulation)... 51

C. Regulasi isi ... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media komunikasi modern pada saat ini telah

memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal

ini dikarenakan adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan

sebagai sarana penyampaian pesan. Salah satunya adalah media penyiaran.

Media penyiaran merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien

dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak.

Dunia penyiaran adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi

masyarakat. Martin Essin seperti yang dikutip Tommy Suprapto menyebut

bahwa era sekarang ini sebagai The Age of Television, televisi telah menjadi

kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk reyot masyarakat di

dunia ketiga.1

Masyarakat tak pernah mampu melepaskan diri dari hubungannya dengan

media penyiaran. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang

mengkonsumsi media penyiaran, baik radio maupun televisi. Hampir separuh

waktu masyarakat dihabiskan untuk menikmati program-program siaran.

Fakta semacam ini wajar karena program-program radio dan televisi

menawarkan dan menyajikan acara-acara yang menarik dan variatif. Program

yang semakin menarik merupakan salah satu kiat dari pengelola media untuk

menarik perhatian masyarakat, di samping media sebagai informasi juga

1

(15)

2

sebagai alat bisnis hiburan yang sengaja mencari keuntungan.

Program-program tersebut antara lain berupa berita, musik, reality show, infotainment,

siraman rohani, dan lain-lain.

Pada dasarnya, aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan

ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang sangat tinggi sebagai medium

komunikasi. Dengan adanya penyiaran baik radio ataupun televisi, kita

menjadi tahu akan informasi dan peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun

luar negeri.2 Dengan media penyiaran juga, kampanye-kampanye tentang anti

narkoba, imunisasi, bahaya HIV bisa tersosialisasikan dengan baik kepada

khalayak.

Pada zaman Orde Baru penyiaran sangat dibatasi oleh pemerintah dan tak

sebebas saat ini karena pemerintah merasa terancam jika ada media yang

mengkritik pemerintahannya. Pemerintahan pada saat itu sangat otoriter,

semua dikuasai oleh negara. Tak terkecuali dengan media penyiaran. Ketika

itu, media penyiaran harus berorientasi pada pelanggengan previligi sosial,

ekonomi, dan politik rezim kekuasaan. Masyarakat pun merasa ingin adanya

perubahan dalam dunia penyiaran.3

Kuatnya desakan masyarakat terhadap kebebasan dan inginnya masyarakat

melepaskan penyiaran dari kontrol kekuasaan, maka ketika ada kesempatan itu

yakni pada saat rezim Orde Baru tumbang, bergulirlah wacana pentingnya

membuat undang-undang penyiaran yang progresif, reformis, dan berpihak

pada kedaulatan publik. Maka pemerintah mengeluarkan Undang – Undang

Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai dasar pengaturan dan

2

Tommy Suprapto, Berkarier di bidang Broadcasting, h. 2.

3

(16)

pembinaan penyelenggaraan penyiaran sehingga dapat menjamin ketertiban

dan kepastian hukum.

Harapan dengan adanya Undang – Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun

2002 ini, kehidupan penyiaran menjadi lebih tertata dan tertib. Kekuasaan

rakyat yang dimaksud dalam UU Penyiaran dipersonifikasikan dalam wadah

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI yaitu badan independen yang

berwenang penuh mengatur persoalan dunia penyiaran. Karena representasi

publik, KPI dipilih oleh wakil rakyat yang dipilih langsung. 4

Media penyiaran harus berpedoman pada regulasi penyiaran yang telah

ditetapkan dalam UU No.32 Tahun 2002. Namun pada faktanya, ada beberapa

pengelola media yang mengabaikan regulasi tersebut dan hanya menganggap

sebagai formalitas belaka. Contohnya banyak suatu program yang

menayangkan adegan kekerasan, pemerkosaan, seks, dan tak terkecuali

tayangan berita kriminal. Dalam penayangannya, terdapat banyak adegan

kekerasan ataupun korban pemerkosaan yang visualnya tidak disamarkan.

Berita kriminal di media massa selalu menarik perhatian masyarakat,

terutama berita mengenai tindak kejahatan, misalnya pembunuhan, pencurian,

perampokan, pemerkosaan, kekerasan dan lain-lain. Hal ini terbukti dari

banyaknya program berita kriminal di televisi.

SERGAP adalah sebuah program berita yang ditayangkan di stasiun

televisi RCTI di Indonesia. Program berita ini diluncurkan pada tahun 2001

dan menyiarkan berita-berita kriminal yang terjadi setiap hari. Tayangan berita

SERGAP berdurasi 30 menit dan disiarkan pada siang hari pukul 12.30.

4

(17)

4

Sergap terdiri dari 4 segmen acara yaitu: ungkap - segmen ini berisi berita

kriminal dan hukum terkini, bidik - segmen ini mengupas lebih dalam tentang

sebuah berita yang materinya dianggap kuat, justisia - dialog interaktif

seputar masalah kriminal, galeri - feature atau kisah petugas kepolisian.5

Masyarakat Indonesia langsung menyambut baik program ini Dalam

penayangannya, SERGAP mengemas isi berita kriminal berbeda dengan

program berita kriminal lainnya. Salah satunya adalah menghadirkan bang

Napi sebagai icon dari SERGAP. Saat ini, hampir semua stasiun televisi

kemudian turut menayangkan berita yang menampilkan berbagai tindak

kejahatan sehari-hari yang terjadi di masyarakat. Namun dalam

perkembangannya, program acara ini mulai menuai kritik dari para pengamat

televisi karena di nilai terlalu vulgar dan dapat menimbulkan dampak negatif

di masyarakat.6

Serangkaian produk etika pun akhirnya dibuat untuk meredam dampak

negatif yang dapat saja timbul dari tayangan kriminal ini. Namun, etika

ternyata tak mampu meredam tayangan kriminal untuk menampilkan

gambar-gambar kekerasan. Undang-undang Penyiaran kemudian mengamanatkan

supaya terbentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas untuk

merumuskan suatu pedoman dan standar program penyiaran dan mengawasi

tayangan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis

melakukan penelitian dengan judul, ”Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Berita Kriminal SERGAP Di RCTI”.

5

http:www. rcti.tv/ sinopsis/ sergap di akses pada tanggal 10 Februari 2010.

6

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai regulasi penyiaran UU

No. 32 tahun 2002, maka penelitian ini dibatasi pada masalah implementasi

regulasi penyiaran mengenai pedoman perilaku penyiaran pada pasal 48 ayat 4

poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme) dalam program

berita kriminal SERGAP pada tayangan 10 April 2010 - 10 Mei 2010. Adapun

alasan penulis memilih pasal 48 ayat 4 Poin d karena banyaknya berita yang

berkaitan dengan pasal tersebut dalam program berita kriminal SERGAP.

Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan penelitian ini yaitu:

Bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal

SERGAP di RCTI?

C. Masalah dan Manfaat Penelitian

1. Masalah Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam

program berita kriminal SERGAP.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada kajian Ilmu Komunikasi terlebih pada disiplin ilmu

jurnalistik dalam hal regulasi penyiaran, apakah regulasi penyiaran

tersebut sudah diimplementasikan secara tepat oleh program berita

SERGAP di RCTI.

b. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri

(19)

6

Islam Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana

implementasi regulasi penyiaran dalam sebuah program berita

kriminal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena

dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.7

Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena

yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih

ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya

(kuantitas) data.

Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas yang terjadi di

lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang

digunakan sebagai bahan penelitian. Penelitian kualitatif juga bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.8

Dalam pelaksanaannya, pendekatan kulitatif menggunakan metode

pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif,

7

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 58.

8

(20)

seperti misalnya penggunaan instrument wawancara mendalam (indepth

interview) dan pengamatan (observation).9

Jenis penelitian ini adalah deskriptif karena bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset dengan jenis ini untuk

menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan

antarvariabel.10 Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui

penerapan Undang-undang No.32 Tahun 2002 dalam pasal 48 ayat 4 poin

d mengenai pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme dalam

program SERGAP.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah regulasi penyiaran UU No.32

Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks,

kekerasan, dan sadisme). Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah

program berita kriminal SERGAP di RCTI.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 10 April 2010-10 Mei 2010 dan

dilakukan di Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) di Jalan Raya

Perjuangan No.1, Kebon Jeruk Jakarta 11530.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di RCTI yang

berhubungan dengan program berita kriminal ”SERGAP” adalah:

9

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 2.

10

(21)

8

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti.11 Observasi juga melakukan

pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.12

Observasi berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala

yang terjadi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara

menonton tayangan ” SERGAP” RCTI untuk memperoleh informasi

sehingga data untuk penelitian diperoleh. Observasi dengan cara

menonton tayangan ”SERGAP” dilakukan selama waktu penelitian,

yaitu 1 bulan, kurang lebih 24 episode 10 April 2010 -10 Mei 2010.

b. Dokumentasi

Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan

percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan

interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman

peritiwa tersebut. 13 Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan

berbentuk catatan, buku, naskah berita, rundown berita, dokumen

ataupun arsip-arsip milik program SERGAP yang terkait dengan

pembahasan penelitian ini.

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

11

Suharismi Arikuntoro, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1998), cet ke-2, h. 54.

12

Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian (Bandung: CV. Tarsita, 1989), h.. 162.

13

(22)

pertanyaan-pertanyaan pada para responden.14 Wawancara

merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya.15 Dalam penelitian

ini wawancara dilakukan dengan produser eksekutif SERGAP, Bapak

Khoiri Akhmadi.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.16 Penelitian

ini menggunakan teknik pengolahan data deskriptif interpretatif yaitu

memaparkan data terlebih dahulu kemudian diinterpretasikan. Untuk

mengolah data yang ada, dilakukan melalui empat tahap:

pengumpulan data dengan format yang telah disiapkan, analisis

interpretatif untuk mempelajari data-data yang telah terekam dalam

format kemudian ditafsirkan, deskripsi dengan memaparkan temuan

yang telah diperoleh berdasarkan kategori masing- masing, dan

rekapitulasi temuan untuk menyederhanakan hasil temuan.

Dalam penelitian ini, tahapan awal analisis data yaitu dengan

memaparkan tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran yaitu

struktur, tingkah laku, dan isi. Kemudian, langkah kedua yaitu

mengkategorikan berita yang berkaitan dengan adegan seks,

kekerasan dan sadisme yang berhubungan dengan pasal 48 ayat 4

poin d. Kemudian, menganalisis data tayangan SERGAP selama 1

14

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004), h. 39.

15

Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 96.

16

(23)

10

bulan dari 10 April 2010 -10 Mei 2010. Dari data tersebut, dianalisis

berapa tayangan yang melanggar regulasi penyiaran dan berapa

tayangan yang telah mengimplementasikan regulasi tersebut.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merujuk pada skripsi yang

pernah membahas seputar regulasi penyiaran. Adapun skripsi yang

pernah membahas permasalahan tersebut adalah skripsi yang

berjudul:

1.Penerapan Undang-undang Penyiaran nomor 32 Tahun 2002

pasal 48 ayat 4 point d, tentang pembatasan adegan seks,

kekerasan, dan sadisme pada acara Lacak di Trans TV edisi

September- Desember 2003. Nama peneliti: Linda Eka Wardhany.

Mahasiswi Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada

tahun 2003. Dalam penelitian tersebut, digunakan analisis isi

dengan metode kuantitatif. Adapun temuan yang dihasilkan yaitu

Lacak belum sepenuhnya menerapkan pasal 48 ayat 4 poin d.

karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan program tersebut.

Contohnya berupa korban kekerasan dan pemerkosaan yang tidak

disamarkan serta adegan kekerasan dan sadisme yang terlalu

dieksploitasi.

2.Penyiaran Publik dalam Undang - undang Penyiaran disusun oleh

Muhamad Natsir, mahasiswa jurusan Ilmu sosial Politik,

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tahun 2005. Dalam

(24)

yang dihasilkan berupa peranan penyiaran publik dalam

Undang-undang penyiaran dan tidak mengambil pasal dalam UU tersebut.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

pada metodologi penelitian. Penelitian ini menggunakan

metodologi deskriptif kualitatif dan diolah dengan cara deskriptif

interpretatif. Adapun temuan di lapangan pada penelitian ini yaitu

program berita kriminal SERGAP dapat mengimplementasikan

regulasi penyiaran UU No.32 Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4

poin d tentang pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme.

F. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan

oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk

mempermudah proses penelitian ini, penulis membagi skripsi ini

menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan sebagai pengantar dari keseluruhan penelitian

yang menguraikan pokok-pokok yang tercantum dalam setiap bab.

(25)

12

regulasi, regulasi penyiaran, berita, berita kriminal, seks, kekerasan,

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

BAB III: PROFIL RCTI DAN PROGRAM SERGAP. Bab ini akan menguraikan sejarah perkembangan RCTI, visi misi RCTI,

sejarah SERGAP, visi misi program berita kriminal SERGAP dan job

description pada program SERGAP.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi hasil penelitian mengenai imlementasi regulasi penyiaran

dalam program berita kriminal ” SERGAP ” di RCTI. Regulasi

penyiaran tersebut meliputi regulasi struktur, tingkah laku, dan

regulasi isi.

BAB V: PENUTUP. Bab ini merupakan bab penutup. Pada bab ini, akan dikemukakan kesimpulan atas permasalahan yang diteliti dan

(26)
(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan

atau penerapan.1 Penerapan merupakan kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari kedalam situasi kongkret atau nyata.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap.

Implementasi dapat berarti ”Put something into effect”, (penerapan sesuatu

yang memberikan efek atau dampak).2

Pengertian implementasi dapat dirumuskan secara pendek, dimana “to

implementasi" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying

out; to give practical effect” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan;

menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).3

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi ialah proses penerapan, konsep, atau kebijakan yang telah

dipelajari kedalam situasi yang nyata sehingga memberikan dampak bagi

orang lain, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai,

dan sikap.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 327.

2

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya) cet.1, h. 93.

3

(28)

B. Pengertian Regulasi

Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.4

Regulasi berarti memonitor atau mengawasi.

Regulasi adalah semua proses yang mempunyai fungsi mengubah proses

lain, pengalaman aksi, yang ditimbulkan oleh suatu situasi stimulus. Dengan

demikian maka ada dualisme regulasi, yakni sebagai kegiatan yang mengatur,

dan sebagai kegiatan yang diatur.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa regulasi

ialah suatu kegiatan yang mempunyai fungsi mengatur dan mengawasi.

C. Penyiaran

1. Pengertian Penyiaran

Penyiaran merupakan dunia yang selalu menarik perhatian bagi

masyarakat. Tak hanya dapat dinikmati sebagai tontonan atau didengarkan,

penyiaran merupakan lahan bisnis yang menggiurkan dan bisa mencapai

keuntungan yang besar jika program yang disiarkan dinikmati khalayak.

Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi ia

juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium komunikasi.5

Penyiaran pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar

manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan

menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Penyiaran dalam

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 736.

5

(29)

15

konteks ini adalah alat untuk mendongkrak kapasitas dan efektivitas

komunikasi massa.6

Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana

pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa

dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/

atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan

oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.7

Dari pemaparan di atas, maka terdapat lima syarat mutlak yang harus

dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Jika salah satu syarat tidak ada

maka tidak dapat disebut penyiaran. Kelima syarat itu jika diurut

berdasarkan apa yang pertama kali harus diadakan adalah sebagai berikut:

a. Harus tersedia spektrum frekuensi radio

b. Harus ada sarana pemancaran/ transmisi

c. Harus adanya siaran (program atau acara)

d. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver)

e. Harus dapat diterima secara serentak/ bersamaan.8

2. Asas, Tujuan, Fungsi dan Arah Penyiaran

Dalam Undang-undang penyiaran Nomor 32 tahun 2002 dijelaskan

dasar, asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran. Pasal 2 menyebutkan bahwa

penyiaran diselenggarakan berdasarkan pancasila dan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan

6

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.19.

7

FOKUSMEDIA, Undang-undang Penyiaran dan Pers (Bandung: Fokusmedia, 2005), h.4.

8

(30)

merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika,

kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.9

Mengenai tujuan penyiaran pasal 3 Undang-undang itu menyatakan

bahwa penyiaran bertujuan untuk memperkukuh integrasi nasional,

terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,

mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam

rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan

sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Dalam pasal 4 disebutkan penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa

mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang

sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana

yang dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi

dan kebudayaan. 10

Dalam pasal 5, penyiaran diarahkan untuk:

a.Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b.Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati

diri bangsa;

c.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d.Menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

e.Meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

9

Undang – Undang Penyiaran 2002, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 5.

10

(31)

17

f. Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif

masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta

melestarikan lingkungan hidup.

g.Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang

sehat dibidang penyiaran;

h.Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat,

mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam

era globalisasi;

i. Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung

jawab;

j. Memajukan kebudayaan nasional.

D. Regulasi Penyiaran

1. Pengertian Regulasi Penyiaran

Regulasi Penyiaran di Indonesia diatur dalam Undang – Undang

Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Dengan adanya UU tersebut,

penyelengaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih

tertib.

Menurut Mike Feintuck (1998) seperti yang dikutip Muhamad Mufid,

dewasa ini regulasi penyiaran mencakup tiga hal, yakni regulasi struktur,

tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur (structrural regulation) berisi

kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku (behavioral

regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan

(32)

regulation) berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk

disiarkan.11

Ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent. Pertama,

dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari

penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang

kebebasan berbicara (Freedom of speech), yang menjamin kebebasan

seseorang untuk memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa ada

intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang bersamaan,

juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU

Telekomunikasi yang membatasi spektrum gelombang radio. Keterbatasan

frekuensi merupakan salah satu hal yang mengindikasikan urgensi

pengaturan penyiaran. Tanpa regulasi, maka interfensi signal niscaya

terjadi. Dan ketika itu aspek dasar komunikasi tidak tercapai.12

Kedua, demokrasi menghendaki adanya ”sesuatu” yang menjamin

keberagaman (diversity) politik dan kebudayaan, dengan menjamin

kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adanya

hak privasi (right to privacy) seseorang untuk tidak menerima informasi

tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi

(freedom of informationi) memang dibatasi oleh hak privasi seseorang.

Dalam hal ini, sebagaimana diungkapkan Feintuck adalah limitasi

keberagaman sendiri, seperti kekerasan dan pornografi merupakan hal

yang tetap tidak dapat dieksploitasi atas nama keberagaman.

11

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, h.73.

12

(33)

19

Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan.

Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media.

Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak

berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang

pasar bebas dan AFTA.

2.Model- model Regulasi Penyiaran

Dalam hubungannya dengan model kepemerintahan suatu negara,

Leen d’Haenens seperti dikutip Muhamad Mufid membagi model

regulasi penyiaran menjadi lima, yaitu:

a. Model Otoriter

Tujuan dalam model ini lebih sebagai upaya menjadikan penyiaran

sebagai alat negara. Radio dan televisi sedemikian rupa diarahkan untk

mendukung kebijakan pemerintah dan melestarikan kekuasaan. Ciri

khasnya model ini adalah kuatnya lembaga sensor terutama yang

menyangkut keberbedaan. Dunia penyiaran selama Orde Baru praktis

berada pada kondisi seperti ini.13

b. Model Komunis

Dalam model ini, penyiaran memiliki semacam tritunggal fungsi,

yaitu propaganda, agitasi, dan organisasi. Aspek lain yang

membedakan model ini dari model otoriter adalah dilarangnya

kepemilikan swasta, karena media model ini dilihat sebagai milik kelas

pekerja (biasanya terlembagakan dalam partai komunis), dan media

13

(34)

merupakan sarana sosialisasi, edukasi, informasi, motivasi, dan

mobilisasi.

c. Model Barat- Paternalistik

Dalam model ini, disebut ”paternalistik”, karena sifatnya yang top

down, dimana kebijakan media bukan apa yang audien inginkan tapi

lebih sebagai keyakinan penguasa bahwa kebijakan yang dibuat

memang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat. Penyiaran juga

memiliki tugas untuk melekatkan fungsi-fungsi sosial individu atas

lingkungan sosialnya.

d. Model Barat- Liberal

Secara umum sama dengan model Barat- Paternalistik, hanya

berbeda dalam fungsi media komersialnya. Disamping sebagai

penyedia informasi dan hiburan, media juga memiliki fungsi

”mengembangkan hubungan yang penting dengan aspek-aspek lain

yang mendukung independensi ekonomi dan keuangan”.

e. Demokratis- Participan Model

Model ini dikembangkan oleh mereka yang memercayai sebagai

powerful medium. Termasuk dalam model ini adalah berbagai media

penyiaran alternatif. Sifat komunikasi dalam model ini adalah dua arah

(two-way communication).14

3. Sanksi Regulasi Penyiaran

Sanksi terhadap pelanggaran regulasi penyiaran berupa sanksi

administratif tertera pada pasal 55 UU No. 32 Tahun 2002 yaitu:

14

(35)

21

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26 Ayat

(2), Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33 Ayat (7), Pasal 34 Ayat (5) huruf

a, huruf c, huruf d, dan huruf f, Pasal 36 Ayat (2), Ayat (3), dan

Ayat (4), Pasal 39 Ayat (1), Pasal 43 Ayat (2), Pasal 44 Ayat (1),

Pasal 46 Ayat (6), Ayat (7), Ayat (8), Ayat (9), dan Ayat (11),

dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

berupa:

a.Teguran tertulis;

b.Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah

melalui tahap tertentu;

c.Pembatasan durasi dan waktu siaran;

d.Denda administratif;

e.Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu;

f. Tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran;

g.Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.15

4.Pasal 48 ayat 4 poin d (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, dan Sadisme)

Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 48

(1) Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran

ditetapkan pleh KPI.

15

(36)

(2) Pedoman perilaku penyiaran sebagiamana dimaksud dalam ayat (1)

disusun dan bersumber pada:

a. Nilai-nilai agama, moral, dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku; dan

b. Norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat

umum dan lembaga penyiaran.

(3) KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku

penyiaran kepada lembaga penyiaran dan masyarakat umum

(4) Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang

sekurang-kurangnya berkaitan dengan:

a. Rasa hormat terhadap pandangan keagamaan;

b. Rasa hormat terhadap hal pribadi;

c. Kesopanan dan kesusilaan;

d. Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan dan Sadisme;

e. Perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan;

f. Penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak;

g. Penyiaran program dalam bahasa asing;

h. Ketepatan dan kenetralan program berita;

i. Siaran langsung; dan

j. Siaran iklan

(5) KPI memfasilitasi pembentukan kode etik penyiaran.16

16

(37)

23

1. Pengertian Seks

Berdasarkan kamus hukum seperti dikutip Abdul Wahid dan Muhamad

Irfan, sex dalam bahasa inggris diartikan dengan jenis kelamin” jenis

kelamin disini lebih dipahami sebagai persoalan hubungan (persetubuhan)

antara laki-laki dengan perempuan.17

Kategori adegan seks dalam penyiaran adalah berupa ciuman,

hubungan seks, pemerkosaan/ pemaksaan seksual, eksploitasi seks,

masturbasi, pembicaraan (Talk) mengenai seks, perilaku seks

menyimpang, pekerja seks komersial, homoseksual/ lesbian, dan adegan

telanjang.18

Pembatasan umum adegan seks menurut Keputusan Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI) Nomor 009/SK/KPI/8/2004 tentang Pedoman

Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran

Indonesia yaitu:

- Pasal 40 (Seks)

Lembaga penyiaran dalam menyiarkan materi yang mengandung

muatan seks harus mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal

41, pasal 42, pasal 43, pasal 44, pasal 45, pasal 46, pasal 47, pasal 48,

pasal 49 dan pasal 50 yang disebutkan dalam keputusan ini.

- Pasal 41 (Ciuman)

1. Adegan ciuman atau mencium yang eksplisit dan didasarkan atas

hasrat seksual dilarang.

17

Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2001) hal 17.

18

(38)

2. Lembaga penyiaran diizinkan menyajikan adegan ciuman dalam

konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan, termasuk

didalamnya mencium rambut, mecium pipi, mencium kening/dahi,

mencium tangan dan sungkem.

- Pasal 42 (Hubungan seks)

1. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang

menggambarkan aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan

dengan aktivitas hubungan seks atau adegan yang mengesankan

berlangsungnya kegiatan hubungan seks, baik secara eksplisit

maupun emplisit.

2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan suara-suara atau

bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan

seks.

3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan percakapan atau adegan

yang menggambarkan rangkaian aktivitas hubungan seks.

4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang

menggambarkan hubungan seks antarhewan secara vulgar atau

manusia dengan hewan.

5. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat

pembenaran bagi berlangsungnya hubungan seks di luar nikah.

- Pasal 43 (Pemerkosaan/ pemaksaan seksual)

1. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan pemerkosaan atau

pemaksaan seksual, atau adegan yang menggambarkan upaya ke

(39)

25

2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat

pembenaran bagi terjadinya perkosaan atau yang menggambarkan

perkosaan sebagai bukan kejahatan serius.

- Pasal 44 Eksploitasi Seks

1. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan klip video

berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun

implisit.

2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau

lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks,

membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks.

3. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau

lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi

sekadar objek seks.

4. Lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang

menjadikan anak-anak dan remaja sebagai objek seks, termasuk di

dalamnya adalah adegan seks yang menampilkan anak-anak dan

remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian

tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan

dengan daya tarik seksual.

- Pasal 45 (Masturbasi)

Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan berlangsungnya

masturbasi dan atau materi siaran (misalnya suara) yang mengesankan

(40)

- Pasal 46 (Pembicaraan (Talk) Mengenai Seks)

1. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai

masalah seks dapat disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan

waktu stasiun penyiaran yang menayangkan kecuali program

pendidikan seks untuk remaja yang bertujuan membantu remaja

memahami kesehatan reproduksi yang disampaikan secara santun,

hati-hati, dan ilmiah.

2. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai

masalah seks harus disajikan dengan cara ilmiah dan santun.

3. Pembawa acara bertanggung jawab menjaga agar acara itu tidak

menjadi ajang pembicaraan mesum.

4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program siaran dimana

penyiar atau pembicara tamu atau telepon berbicara tentang

pembahasan seks secara eksplisit dan teperinci.

- Pasal 47 (Perilaku Seks Menyimpang)

1. Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang membahas atau

bertemakan berbagai perilaku seksual menyimpang dalam

masyarakat, seperti:

a. Hubungan seks antara orang dewasa dan anak-anak/remaja;

b. Hubungan seks sesama anak-anak atau remaja di bawah umur;

c. Hubungan seks sedarah;

d. Hubungan manusia dengan hewan;

e. Hubungan seks yang menggunakan kekerasan;

(41)

27

g. Hubungan seks dengan alat-alat.

2. Dalam menyajikan program berisikan materi tentang perilaku seks

menyimpang tersebut, lembaga penyiaran harus memperhatikan

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang

mengandung pembenaran terhadap perilaku seksual

menyimpang tersebut.

b. Kecuali program berita, program yang mengandung muatan

cerita atau pembahasan tentang perilaku seksual menyimpang

hanya dapat ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan

waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.

- Pasal 48 (Pekerja Seks Komersial)

Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang

memberitakan, membahas, atau mengandung muatan cerita tentang

pekerja seks komersial dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Program tersebut tidak boleh mempromosikan dan mendorong agar

pelacuran dapat diterima secara luas oleh masyarakat;

b. Dalam program faktual, wajah, dan identitas pekerja seks komersial

harus disamarkan;

c. Kecuali program berita, program yang membahas atau mengandung

muatan cerita tentang pekerja seks komersial hanya boleh

ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengaan waktu stasiun

(42)

- Pasal 49 (Homoseksual/Lesbian)

Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang menceritakan,

membahas, atau mengandung muatan cerita tentang homoseksualitas

dan lesbian, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Program tersebut tidak boleh mempromosikan dan menggambarkan

muatan cerita tentang homoseksualitas dan lesbian adalah suatu

kelaziman yang dapat diterima oleh masyarakat;

b. Kecuali program berita, program yang membahas atau mengandung

muatan cerita tentang pekerja homoseksualitas dan lesbian hanya

boleh ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengaan waktu stasiun

penyiaran yang menayangkan.

- Pasal 50 (Adegan Telanjang)

1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan gambar manusia

telanjang atau mengesankan telanjang, baik bergerak atau diam.

2. Tampilan/gambar manusia telanjang atau berkesan telanjang yang

hadir dalam konteks budaya tertentu atau dibutuhkan dalam konteks

budaya tertentu atau dibutuhkan dalam konteks berita tertentu, harus

disamarkan.

3. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan tayangan yang

mengeksploitasi (misalnya dengan pengambilan gambar close up)

bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi,

(43)

29

4. Penayangan benda seni misalnya patung, pahatan, atau lukisan yang

menampilkan gambar telanjang dapat diizinkan selama itu ditampilkan

tidak untuk mengeksploitasi daya tarik seksual ketelajangan itu sendiri.

2. Pengertian Kekerasan/ Sadisme

Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran

(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan

penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan

menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada

situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap

binatang.19

Kekerasan diartikan dengan perihal yang bersifat, berciri keras,

perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain

atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada

paksaan.20 Dari penjelasan dapat diambil kesimpulan, kekerasan itu

merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan

luka, cacat, sakit, atau penderitaan pada orang lain. Salah satu unsur yang

perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak

adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.

Pembatasan umum kekerasan dan sadisme menurut Keputusan

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nomor 009/SK/KPI/8/2004 tentang

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi

Penyiaran Indonesia yaitu:

19

http://republikdamai.blogspot.com/2007/06/kekerasan.html diakses pada tanggal 15 April 2010.

20

(44)

- Pasal 32 (Kekerasan)

1. Program atau promo program yang mengandung muatan kekerasan

secara dominan, atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan

vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak

umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul

22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang

menayangkan.

2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program dan promo

program yang mengandung adegan yang dianggap di luar

perikemanusiaan atau sadistis.

3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat

dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau

menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan lagu-lagu atau klip video

musik yang mengandung muatan pesan menggelorakan atau

mendorong kekerasan.

- Pasal 33 (Kekerasan, kecelakaan, dan bencana dalam program faktual) Lembaga penyiaran harus memperhatikan keseimbangan antara

kebutuhan untuk memperlihatkan keseimbangan antara kebutuhan untuk

memperlihatkan realitas dan pertimbangan tentang efek negatif yang dapat

ditimbulkan. Karena itu, penyiaran adegan kekerasan, kecelakaan, dan

bencana dalam program faktual harus mengikuti ketentuan sebagai

(45)

31

a. Adegan kekerasan tidak boleh disajikan secara eksplisit

b. Gambar luka-luka yang diderita korban kekerasan, kecelakaan, dan

bencana tidak boleh disorot secara close up (big close up, medium

close up, extreme close up);

c. Gambar penggunaan senjata tajam dan senjata api tidak boleh disorot

secara close up (big close up, medium close up, extreme close up);

d. Gambar korban kekerasan tingkat berat, serta potongan organ tubuh

korban dan genangan darah yang diakibatkan tindak kekerasan,

kecelakaan atau bencana, harus disamarkan;

e. Durasi dan frekuensi penyorotan korban yang eksplisit harus dibatasi;

f. Dalam siaran radio, penggambaran kondisi korban kekerasan,

kecelakaan, dan bencana tidak boleh disiarkan secara terperinci;

g. Saat-saat kematian tidak boleh disiarkan;

h. Adegan eksekusi hukuman mati tidak boleh disiarkan.

- Pasal 34 (Rekonstruksi Kejahatan)

1. Adegan rekonstruksi kejahatan tidak boleh disiarkan secara teperinci.

2. Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan pemerkosaan tidak boleh

disiarkan.

3. Siaran rekonstruksi kejahatan harus memperoleh izin dari korban

kejahatan atau pihak-pihak yang dapat dipandang sebagai wakil

korban.

4. Siaran rekonstruksi yang memperlihatkan modus kejahatan secara

(46)

5. Adegan rekonstruksi yang memperlihatkan cara pembuatan alat-alat

kejahatan tidak boleh disiarkan.

6. Adegan rekonstruksi yang memperlihatkan cara pembuatan alat-alat

kejahatan tidak boleh disiarkan.

- Pasal 35 (Kekerasan dalam program anak-anak)

Dalam program anak-anak, kekerasan tidak boleh tampil secara

berlebihan dan tidak boleh tercipta kesan bahwa kekerasan adalah hal

lazim dilakukan dan tidak memiliki akibat serius bagi pelaku dan

korbannya.

- Pasal 36 (Bahan peledak)

Lembaga penyiaran dilarang menyajikan isi siaran yang memberikan

gambaran eksplisit dan teperinci tentang cara membuat bahyan peledak.

- Pasal 37 (Kekerasan Terhadap Binatang)

Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program yang mendorong atau

mengajarkan tindakan kekerasan atau penyiksaan terhadap binatang.

- Pasal 38 (Bunuh diri)

1.Penggambaran secara eksplisit dan teperinci adegan bunuh diri dilarang.

2.Lembaga penyiaran harus menghindari tayangan program yang

didalamnya terkandung pesan bahwa bunuh diri adalah sebuah jalan

keluar yang dibenarkan untuk mengakhiri hidup.

- Pasal 39 (Kekerasan dalam olah raga)

1.Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan secara langsung pertandingan

(47)

33

2.Program siaran yang berisikan tayangan permainan atau pertandingan

yang didominasi kekerasan (misalnya gulat profesional) hanya dapat

disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran

yang menayangkan.

E. Berita Kriminal

1. Pengertian Berita

Charnley dan James M. Neal seperti dikutip AS Haris Sumadiria

mendefinisikan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,

kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih

baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak21 Berita adalah

laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan

atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti

surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Sedangkan menurut

Concise Oxford English Dictionary seperti dikutip Taif Subanto

mendefinisikan berita sebagai bentuk perbandingan informasi, pelukisan

atau ikhtiar ataupun reproduksi suatu tempat kejadian atau pidato atau

kasus hukum yang khusus diperuntukan publikasi dalam surat kabar22.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian berita adalah suatu peristiwa yang baru, hangat, memiliki nilai

penting, menarik bagi khalayak dan dipublikasikan melalui media, baik

cetak maupun elektronik.

21

AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet ke-3, h.64.

22

(48)

2. Berita Kriminal

Menurut Totok Djuroto berita kriminal adalah berita atau laporan yang

diperoleh dari pihak kepolisian.23 Sedangkan menurut W.A. Bonger

mengenai kejahatan maka yang disebut berita kejahatan ialah berita yang

menyangkut masalah pelanggaran hukum dan penerapan hukum yang

bersangkutan. Dalam hal ini yang termasuk berita kejahatan ialah hal yang

aktual dan menarik perhatian khalayak tentang perbuatan dan tingkah laku

anti sosial yang memiliki kelemahan organik dan sentimen-sentimen moral

dasar.24

Dari kejahatan berupa ketidakjujuran dan kepatuhan dan sangat

merugikan, baik bagi si penderita maupun masyarakat. Hilangnya

keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban. Perbuatan ini secara sadar

akan mendapat reaksi dari negara berupa pemberian hukuman, seperti:

pembunuhan, penodongan, perampokan, pencurian, perkosaan, dan

sebagainya yang melanggar undang-undang negara.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita

kriminal adalah laporan berupa fakta terkini mengenai tindak maupun

perbuatan kriminal atau yang melanggar hukum, baik dalam bentuk

ucapan, perbuatan, tingkah laku yang merugikan masyarakat dan dapat

menarik perhatian umum.

Dari sisi bentuknya, berita kejahatan itu ada yang merupakan berita

pemerkosaan, berita perampokan, berita pembunuhan dan lain sebagainya.

23

Totok Djuroto, Teknik Mencari dan Meliput Berita (Semarang: Dahara Prize, 2003), h.6.

24

(49)

35

Termasuk segala bentuk pelanggaran peraturan dan perundang-undangan

negara. Karena itu sumber beritanya pun akan terpusat pada

lembaga-lembaga hukum yang fungsinya menyelesaikan setiap bentuk kejahatan.25

Ada beberapa penggolongan terhadap tindakan kriminal antara lain :

1. Tindak kriminal terhadap ketertiban umum diantaranya:

pemerasan, pencurian, tawuran/perkelahian dan merusak barang

orang.

2. Tindak kriminal terhadap nyawa orang atau badan orang. Yang

termasuk kategori ini adalah pembunuhan dan penganiayaan.

3. Tindak kriminal atau kejahatan susila yakni mengenai hal-hal yang

menyangkut exses sexual seperti perzinahan, pelacuran,

pemerkosaan dan sebagainya termasuk adalah kesopanan, dan

pornografi.26

25

Partowisastro, Dinamika Psikologi , h. 139.

26

(50)

A. Sejarah Perkembangan RCTI

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi

swasta pertama di Indonesia mulai mengudara secara terrestrial di Jakarta

pada tanggal 24 Agustus 1989.1 RCTI Menayangkan berbagai macam

program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas secara menarik.

RCTI tumbuh dan berkembang dengan cepat menjadi agen perubahan dan

pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat di Indonesia.

Pada awal berdirinya, RCTI merupakan sebuah stasiun televisi

alternatif bagi masyarakat Indonesia. Karena sampai tahun 1989,

masyarakat Indonesia hanya bisa menikmati siaran televisi dari satu

saluran: Televisi Republik Indonesia (TVRI). Munculnya RCTI tidak

lepas dari desakan masyarakat kepada pemerintah untuk membuka

kesempatan bagi dunia hiburan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan

pemerintah mengizinkan pemakaian antena parabola untuk perorangan

pada tahun 1986.

Penunjukan terhadap RCTI tentunya tidak lepas dari kepentingan

penguasa. Pada awal berdirinya, kepemilikan RCTI dikuasai oleh

Bambang Trihatmodjo, Putra Presiden Soeharto. Pada saat kebijakan

tersebut diberlakukan, ia menjabat sebagai Direktur utama. Setelah

penandatanganan perjanjian penunjukkan Siaran Saluran Terbatas-TVRI

1

(51)

37

(SST-TVRI) bersama Dirjen RTV, Ishadi pada tanggal 22 Februari 1988,

memulai siaran percobaan di Jakarta. Dan resmilah RCTI mengudara pada

tanggal 24 Agustus 1989.

Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan

terluas di Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya program-program RCTI

disaksikan oleh sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di

seluruh Nusantara, atau kira-kira 80 % dari jumlah penduduk Indonesia.

Kondisi demografi ini disertai rancangan program-program menarik

diikuti rating yang bagus, menarik minat pengiklan untuk menayangkan

promo mereka di RCTI.

Secara teknis RCTI dimiliki sepenuhnya oleh PT. Bimantara Citra

Tbk. Kepemilikan saham RCTI sejak 16 Februari 2004 dikuasai oleh PT.

Media Nusantara Citra (MNC) secara penuh. Saham PT. MNC sendiri

dikuasai oleh Bimantara yang merupakan induk perusahaan sebesar 99.99

persen. Perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Bimantara yang

merupakan induk usaha divisi media dan penyiaran. Salah satu peran

penting yang dimainkan MNC adalah memasok acara-acara yang

ditayangkan RCTI, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan Global TV.

Saat ini Bimantara menguasai tiga stasiun televisi nasional melalui MNC,

disamping 99,99 persen saham RCTI, MNC juga menguasai 70 persen

saham Global TV, dan 75 persen saham PT. Cipta Televisi Pendidikan

Indonesia.

Sejak awal, cita-cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara

(52)

memilih RCTI sebagai media iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi

nyata karena sejak berdiri hingga saat ini RCTI senantiasa menjadi market

leader. Hingga tahun 2007, RCTI tetap mempertahankan posisi market

leader deangan pangsa pemirsa mencapai 17,9 % (ABC 5+) dan 17,5%

(all demo). RCTI juga berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi

tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen Media

Research.

RCTI didedikasikan sebagai televisi yang menyediakan berbagai

informasi dan hiburan yang berkualitas tinggi serta menarik. Dengan

mengusung motto” Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” dan slogannnya

”RCTI OKE”, RCTI semakin dikenal yang hingga saat ini slogan tersebut

masih membekas dihati penonton setianya dan masyarakat luas. Kini

RCTI selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di

Indonesia karena kualitas program-programnya.

Di RCTI, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan harmonisasi

dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan

do’a. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program

RCTI yang mengusung motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa”

namun tampil dalam kemasan yang “oke”. Kualitas Program-program

RCTI pada akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang

terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia.

B. Visi dan Misi RCTI

(53)

39

Perkataan “utama” mengandung makna lebih dari yang “pertama”

karena kata “pertama” hanya mencerminkan hierarki pada dimensi

tertentu. Sedangkan kata “utama” mengandung unsur kemuliaan karena

melibatkan aspek kualitas, integritas dan dedikasi.

Media utama hiburan dan informasi memiliki makna:

1. RCTI unggul dalam hal kualitas materi dan penyajian program

hiburan dan informasi.

2. RCTI memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung

jawab sosial atas sajian program-programnya.

3. RCTI menjadi pilihan yang utama dari para “stakeholder”

(karyawan, pemirsa, pengiklan, pemegang saham, pemasok, pesaing,

perusahaan afiliasi, mitra strategis, masyarakat, dan penyelenggara

Negara).

Misi : Bersama Menyediakan Layanan Prima

Rajawali Citra Televisi Indonesia melalui pelayanan prima bertujuan

untuk:

a. Selalu menjadi yang pertama dalam pemanfaatan teknologi tinggi

b. Terbaik dalam penyajian program-program hiburan dan informasi

c. Selalu menjadi pilihan pertama pemirsa dan pemasang iklan

Interaksi kerja di perusahaan lebih mengutamakan semangat

kebersamaan sebagai sebuah tim kerja yang kuat. Hal ini memungkinkan

seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai dengan level

(54)

tersistemasi memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan

terbaik dan utama kepada “stakeholder”.

Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada 3 (tiga) nilai sebagai

pilar utama yaitu Keutamaan dalam kebersamaan, bersatu padu, dan oke.

Ketiga pilar tersebut yang menjadi motivasi, inspirasi dan semangat

juang insan RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan

untuk sampai pada hasil yang mendapat pengakuan dari para “stake

holder” atas kualitas, integritas dan dedikasi yang ditampilkan.2

Komitmen atas tanggung jawab sosial dan peran serta dalam

pembangunan nasional merupakan tanggung jawab RCTI yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

RCTI dikenal oleh para pemegang iklan sebagai media komunikasi

yang sangat efisien dan efektif. Sekarang ini, RCTI tetap menjadi No.1

baik dari kalangan pemirsa maupun kasar saham; RCTI sebagai trend

center di pertelevisian Indonesia, memenangkan penghargaan sebagai

stasiun televisi ”the top of mind” atau ditengah-tengah persaingan yang

tinggi.

C. PROFIL PROGRAM SERGAP

SERGAP adalah sebuah program berita yang ditayangkan di stasiun

televisi RCTI di Indonesia. Program berita ini mulai tayang yaitu pada

tanggal 11 November 2001. Program berita SERGAP menyiarkan

berita-berita kriminal. Tayangan berita-berita SERGAP berdurasi 30 menit dan

disiarkan pada hari Senin - Sabtu pada pukul 12.30-13.00 WIB.

2

(55)

41

Latarbelakang munculnya program berita kriminal SERGAP yaitu

untuk meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat terhadap tindak

kriminal di lingkungan sekitar. Program SERGAP hadir karena banyaknya

kasus kriminal yang terjadi di Indonesia.

Berita kriminal berbeda dengan hukum. Berita yang menyangkut

kriminal itu seperti pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, penipuan,

pencurian, dan sebagainya. Tetapi jika sudah masuk proses yudisia atau

hukum, maka hal itu tidak masuk lagi berita kriminal.

Visi dan Misi SERGAP yaitu memberikan aware dengan pemberitaan

SERGAP. Dengan pemberitaan SERGAP diharapkan membuat masyarakat

menjadi waspada. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun

lingkungannya. Misalnya dengan melihat berita pencurian di terminal,

masyarakat diharapkan menjadi lebih waspada karena tindak kriminal

bukan hanya kesalahan pelaku namun karena adanya kesempatan.

Pada awalnya, SERGAP bergabung bersama SEPUTAR INDONESIA

yang dominasi penayangannnya tentang berita politik, ekonomi, sosial,

dan budaya. Namun seiring dengan perkembangan program berita,

akhirnya SERGAP melepaskan diri dan berdiri sendiri. Sebelumnya,

SERGAP tayang dua kali yaitu pagi dan siang hari secara bergantian.

SERGAP siang tayang hanya dua kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa

dan Kamis pada pukul 11.00- 11.30 WIB. Kemudian pindah tayang hingga

sekarang, yaitu setiap hari Senin-Sabtu pada pukul 12.30-13.00 WIB.

Gambar

gambar kekerasan. Undang-undang Penyiaran kemudian mengamanatkan
gambaran eksplisit dan teperinci tentang cara membuat bahyan peledak.
Tabel II Berita yang berkategori Adegan Seks
Tabel III
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Alir dari Metodologi

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dideskripsikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) Tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu (tingkat umur,

Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil pengujian hipotesis area pendidikan menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,910 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0,368

Esensi dari pernyataan Furnivall in i bahwa suatu masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat dalam mana system n ilai yang dianut oleh berbagai kelomp ok so sial yang menjadi

•• Internet boleh dikatakan sebagai satu alat kepada Internet boleh dikatakan sebagai satu alat kepada pengguna untuk mencari dan mencapai maklumat atau pengguna untuk mencari

Gugus amina kitosan dalam asam dapat membentuk gugus ammonium kuartener bermuatan positif yang dapat berinteraksi ionik dengan GVT-0 yang memiliki karakteristik

• Pendampingan dengan wali kelas siswa yang mengikuti Peantren Kilat, pembacaan Asmaul Husna dan Sayyidul istighfar dilajutkan dengan games. • Persiapan pesantren kilat

Deskriptor yang tidak muncul juga sama dengan siklus I yaitu siswa tidak menanggapi penjelasan guru tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan puisi, siswa