IMPLEMENTASI REGULASI PENYIARAN DALAM
PROGRAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Siti Aisah NIM : 106051101941
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PROGRAM BERITA KRIMINAL SERGAP DI RCTI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Siti Aisah NIM : 106051101941
Di bawah bimbingan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP: 19710412200003 2 001
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayataullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayataullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2010
ABSTRAK Siti Aisah
NIM: 106051101941
”Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Berita Kriminal SERGAP di RCTI”
Berita kriminal di media massa selalu menarik perhatian masyarakat, terutama berita mengenai tindak kejahatan, misalnya pembunuhan, pencurian, perampokan, ataupun pemerkosaan. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya program berita yang khusus menyajikan berita kriminal seperti SERGAP, BUSER, PATROLI, dan SIDIK. Namun dalam perkembangannya, program berita ini menuai kritik dari para pengamat televisi karena di nilai terlalu vulgar dan dapat menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Untuk meredam dampak negatif yang dapat timbul dari tayangan kriminal, maka para praktisi media harus berpedoman pada regulasi penyiaran. Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 kemudian mengamanatkan supaya terbentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas untuk merumuskan suatu pedoman dan standar program penyiaran serta mengawasi tayangan di Indonesia.
Dari pemaparan di atas, muncul pertanyaan: Bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal SERGAP di RCTI?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Mike Feintuck yang berisi tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran, yaitu regulasi struktur berisi kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui apakah program SERGAP telah mengimplementasikan regulasi penyiaran UU No. 32 Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme) atau tidak. Dan seberapa banyak pelanggaran yang terjadi berkaitan dengan pasal tersebut.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa program berita kriminal
SERGAP telah mengimplementasikan regulasi penyiaran khususnya pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme). Hal ini terlihat dari tayangan SERGAP 10 April 2010-10 Mei 2010 ada 48 berita yang berkaitan dengan pasal tersebut. 45 berita diantaranya SERGAP telah mengimplentasikan regulasi penyiaran dan 3 berita diantaranya SERGAP melakukan pelanggaran terhadap regulasi penyiaran. Implementasi regulasi penyiaran dalam program
SERGAP yaitu dengan cara menyamarkan korban pemerkosaan atau korban tindak asusila, menyamarkan korban kecelakaan yang mengenaskan, kekerasan disajikan tidak secara eksplisit, memvisualisasikan kecelakaan dan pembunuhan dengan animasi. Adapun alasan SERGAP melakukan hal tersebut adalah untuk memenuhi Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dan juga untuk melindungi hak asasi korban.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam,
karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ” Implementasi Regulasi Penyiaran dalam Program Berita Kriminal SERGAP di RCTI”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahcurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhamad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikut
setianya.
Terselesainya skripsi ini tak pernah lepas dari bantuan berbagai pihak yang
senantiasa terus memberikan support dan motivasi, telah sabar membantu,
membimbing, mendorong, dan menghibur pada saat-saat tersulit dalam penulisan
skripsi ini. Maka kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arief Subhan, MA.
2. Bapak Suhaimi, M.Si selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekretaris Jurusan Konsentrasi
Jurnalistik Ibu Rubiyanah, MA.
3. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA selaku dosen pembimbing yang
baik hati, bijaksana dan senantiasa meluangkan waktunya untuk
mengarahkan, membimbing, mengoreksi serta memotivasi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Gun Gun Heryanto, M.Si selaku penasehat akademik
konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan inspirasi kepada
6. Ketua sidang skripsi, Drs. Study Rizal LK, MA, Penguji I Drs. H.
Mahmud Jalal, MA serta Penguji II Drs. Cecep Castrawijaya, MA.
7. Ibunda dan Ayahanda tersayang, Hj. Rukhoyah dan H. M. Hotta
yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Perjuangan tiada tara telah kalian lakukan untuk kesuksesan dan
kebahagian penulis. Dalam setiap langkah dan hembusan nafas
penulis, doa tak kan pernah berhenti mengalir untuk kalian.
8. Tujuh Kakak tercinta, Eceu Ocih, Teh Yani, Ka Nurdin, Teh Nur, Ka
Jamal, Ka Dayat dan Teh Sicho. Semoga si bungsu ini kelak bisa
membalas budi baik kalian.
9. Bapak Khoiri Akhmadi selaku Eksekutif Produser SERGAP yang
humoris, teramat baik, bijaksana, santun serta bersedia meluangkan
waktu ditengah kesibukannya untuk membantu terselesainya skripsi
ini.
10. Bapak dan Ibu Sarbini selaku pemilik kosan yang teramat baik serta
kawan-kawan kost yang senantiasa memberikan suka cita, kehebohan
dan kekonyolan yang kita jalani bersama selama 4 tahun ini. Putri,
MU, Hilda, Kokom, Sri, Fuji, dan Desy.
11. Putri Wulandari TRK (sobat yang paling sabar, kawan di kala jatuh
bangun), Aida Islamie (si moody sang penolong), Nina Rahayu (miss
rempong yang baik hati) dan Reni Nuraini PH (si jago panco yang
12. Ahmad Zakaria, Dwi Hardiyanto, Ina Salma F. Tiga sahabat yang
senantiasa membantu serta selalu menyemangati penulis di
masa-masa kritis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kawan-kawan Konsentrasi Jurnalistik 06 yang telah memberikan
persahabatan dan kekompakan yang luar biasa selama ini. Mba Ira,
Eka, Yuni, Danang, Wage, Jose, Jendral, Mimi, Sarah, Novita, Yikqi,
Lisa, Yanti, Risni, Dita, Rara, Agnes, Saogy, Topan, Ben, Deden,
Deros, Abi, Irham, Meler, Gesta, Jay, Dirga, Eky, Bang Edy, dan
Agung.
14. Ka Husen yang telah membantu penulis masuk UIN, si dia yang
selalu memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini serta ka
Arai yang siaga membantu.
15. Bapak Eka selaku pimpinan HRD RCTI yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara serta
segenap staf SERGAP yang sangat ramah menerima dan membantu
proses skripsi penulis.
Akhirnya, semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan
berlipat ganda. Amin. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan
warna baru dalam kancah ilmu komunikasi dan jurnalistik.
Jakarta, Juni 2010
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi ... 13
B. Regulasi... 14
C. Penyiaran... 14
D. Regulasi Penyiaran... 17
E. Pasal 48 ayat 4 poin D (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, Dan Sadisme... 21
F. Berita Kriminal... 33
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan RCTI... 36
B. Visi dan Misi RCTI... 38
D. Job DescriptionSERGAP... 44
E. Skema News RCTI... 47
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA
A. Regulasi Struktur (Structural Regulation). ... 48
B. Regulasi Tingkah Laku (Behavioral Regulation)... 51
C. Regulasi isi ... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA... 69
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi ... 13
B. Regulasi... 14
C. Penyiaran... 14
D. Regulasi Penyiaran... 17
E. Pasal 48 ayat 4 poin D (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, Dan Sadisme... 21
F. Berita Kriminal... 33
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan RCTI... 36
B. Visi dan Misi RCTI... 38
D. Job DescriptionSERGAP... 44
E. Skema News RCTI... 47
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA
A. Regulasi Struktur (Structural Regulation). ... 48
B. Regulasi Tingkah Laku (Behavioral Regulation)... 51
C. Regulasi isi ... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA... 69
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media komunikasi modern pada saat ini telah
memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal
ini dikarenakan adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan
sebagai sarana penyampaian pesan. Salah satunya adalah media penyiaran.
Media penyiaran merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien
dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak.
Dunia penyiaran adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi
masyarakat. Martin Essin seperti yang dikutip Tommy Suprapto menyebut
bahwa era sekarang ini sebagai The Age of Television, televisi telah menjadi
kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk reyot masyarakat di
dunia ketiga.1
Masyarakat tak pernah mampu melepaskan diri dari hubungannya dengan
media penyiaran. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang
mengkonsumsi media penyiaran, baik radio maupun televisi. Hampir separuh
waktu masyarakat dihabiskan untuk menikmati program-program siaran.
Fakta semacam ini wajar karena program-program radio dan televisi
menawarkan dan menyajikan acara-acara yang menarik dan variatif. Program
yang semakin menarik merupakan salah satu kiat dari pengelola media untuk
menarik perhatian masyarakat, di samping media sebagai informasi juga
1
2
sebagai alat bisnis hiburan yang sengaja mencari keuntungan.
Program-program tersebut antara lain berupa berita, musik, reality show, infotainment,
siraman rohani, dan lain-lain.
Pada dasarnya, aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan
ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang sangat tinggi sebagai medium
komunikasi. Dengan adanya penyiaran baik radio ataupun televisi, kita
menjadi tahu akan informasi dan peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun
luar negeri.2 Dengan media penyiaran juga, kampanye-kampanye tentang anti
narkoba, imunisasi, bahaya HIV bisa tersosialisasikan dengan baik kepada
khalayak.
Pada zaman Orde Baru penyiaran sangat dibatasi oleh pemerintah dan tak
sebebas saat ini karena pemerintah merasa terancam jika ada media yang
mengkritik pemerintahannya. Pemerintahan pada saat itu sangat otoriter,
semua dikuasai oleh negara. Tak terkecuali dengan media penyiaran. Ketika
itu, media penyiaran harus berorientasi pada pelanggengan previligi sosial,
ekonomi, dan politik rezim kekuasaan. Masyarakat pun merasa ingin adanya
perubahan dalam dunia penyiaran.3
Kuatnya desakan masyarakat terhadap kebebasan dan inginnya masyarakat
melepaskan penyiaran dari kontrol kekuasaan, maka ketika ada kesempatan itu
yakni pada saat rezim Orde Baru tumbang, bergulirlah wacana pentingnya
membuat undang-undang penyiaran yang progresif, reformis, dan berpihak
pada kedaulatan publik. Maka pemerintah mengeluarkan Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai dasar pengaturan dan
2
Tommy Suprapto, Berkarier di bidang Broadcasting, h. 2.
3
pembinaan penyelenggaraan penyiaran sehingga dapat menjamin ketertiban
dan kepastian hukum.
Harapan dengan adanya Undang – Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun
2002 ini, kehidupan penyiaran menjadi lebih tertata dan tertib. Kekuasaan
rakyat yang dimaksud dalam UU Penyiaran dipersonifikasikan dalam wadah
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI yaitu badan independen yang
berwenang penuh mengatur persoalan dunia penyiaran. Karena representasi
publik, KPI dipilih oleh wakil rakyat yang dipilih langsung. 4
Media penyiaran harus berpedoman pada regulasi penyiaran yang telah
ditetapkan dalam UU No.32 Tahun 2002. Namun pada faktanya, ada beberapa
pengelola media yang mengabaikan regulasi tersebut dan hanya menganggap
sebagai formalitas belaka. Contohnya banyak suatu program yang
menayangkan adegan kekerasan, pemerkosaan, seks, dan tak terkecuali
tayangan berita kriminal. Dalam penayangannya, terdapat banyak adegan
kekerasan ataupun korban pemerkosaan yang visualnya tidak disamarkan.
Berita kriminal di media massa selalu menarik perhatian masyarakat,
terutama berita mengenai tindak kejahatan, misalnya pembunuhan, pencurian,
perampokan, pemerkosaan, kekerasan dan lain-lain. Hal ini terbukti dari
banyaknya program berita kriminal di televisi.
SERGAP adalah sebuah program berita yang ditayangkan di stasiun
televisi RCTI di Indonesia. Program berita ini diluncurkan pada tahun 2001
dan menyiarkan berita-berita kriminal yang terjadi setiap hari. Tayangan berita
SERGAP berdurasi 30 menit dan disiarkan pada siang hari pukul 12.30.
4
4
Sergap terdiri dari 4 segmen acara yaitu: ungkap - segmen ini berisi berita
kriminal dan hukum terkini, bidik - segmen ini mengupas lebih dalam tentang
sebuah berita yang materinya dianggap kuat, justisia - dialog interaktif
seputar masalah kriminal, galeri - feature atau kisah petugas kepolisian.5
Masyarakat Indonesia langsung menyambut baik program ini Dalam
penayangannya, SERGAP mengemas isi berita kriminal berbeda dengan
program berita kriminal lainnya. Salah satunya adalah menghadirkan bang
Napi sebagai icon dari SERGAP. Saat ini, hampir semua stasiun televisi
kemudian turut menayangkan berita yang menampilkan berbagai tindak
kejahatan sehari-hari yang terjadi di masyarakat. Namun dalam
perkembangannya, program acara ini mulai menuai kritik dari para pengamat
televisi karena di nilai terlalu vulgar dan dapat menimbulkan dampak negatif
di masyarakat.6
Serangkaian produk etika pun akhirnya dibuat untuk meredam dampak
negatif yang dapat saja timbul dari tayangan kriminal ini. Namun, etika
ternyata tak mampu meredam tayangan kriminal untuk menampilkan
gambar-gambar kekerasan. Undang-undang Penyiaran kemudian mengamanatkan
supaya terbentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bertugas untuk
merumuskan suatu pedoman dan standar program penyiaran dan mengawasi
tayangan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis
melakukan penelitian dengan judul, ”Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Berita Kriminal SERGAP Di RCTI”.
5
http:www. rcti.tv/ sinopsis/ sergap di akses pada tanggal 10 Februari 2010.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai regulasi penyiaran UU
No. 32 tahun 2002, maka penelitian ini dibatasi pada masalah implementasi
regulasi penyiaran mengenai pedoman perilaku penyiaran pada pasal 48 ayat 4
poin d (pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme) dalam program
berita kriminal SERGAP pada tayangan 10 April 2010 - 10 Mei 2010. Adapun
alasan penulis memilih pasal 48 ayat 4 Poin d karena banyaknya berita yang
berkaitan dengan pasal tersebut dalam program berita kriminal SERGAP.
Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan penelitian ini yaitu:
Bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam program berita kriminal
SERGAP di RCTI?
C. Masalah dan Manfaat Penelitian
1. Masalah Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana implementasi regulasi penyiaran dalam
program berita kriminal SERGAP.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada kajian Ilmu Komunikasi terlebih pada disiplin ilmu
jurnalistik dalam hal regulasi penyiaran, apakah regulasi penyiaran
tersebut sudah diimplementasikan secara tepat oleh program berita
SERGAP di RCTI.
b. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
praktisi komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri
6
Islam Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana
implementasi regulasi penyiaran dalam sebuah program berita
kriminal.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.7
Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena
yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih
ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya
(kuantitas) data.
Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas yang terjadi di
lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang
digunakan sebagai bahan penelitian. Penelitian kualitatif juga bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.8
Dalam pelaksanaannya, pendekatan kulitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif,
7
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 58.
8
seperti misalnya penggunaan instrument wawancara mendalam (indepth
interview) dan pengamatan (observation).9
Jenis penelitian ini adalah deskriptif karena bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset dengan jenis ini untuk
menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan
antarvariabel.10 Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui
penerapan Undang-undang No.32 Tahun 2002 dalam pasal 48 ayat 4 poin
d mengenai pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme dalam
program SERGAP.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah regulasi penyiaran UU No.32
Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4 poin d (pembatasan adegan seks,
kekerasan, dan sadisme). Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah
program berita kriminal SERGAP di RCTI.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 10 April 2010-10 Mei 2010 dan
dilakukan di Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) di Jalan Raya
Perjuangan No.1, Kebon Jeruk Jakarta 11530.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di RCTI yang
berhubungan dengan program berita kriminal ”SERGAP” adalah:
9
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 2.
10
8
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.11 Observasi juga melakukan
pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.12
Observasi berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala
yang terjadi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara
menonton tayangan ” SERGAP” RCTI untuk memperoleh informasi
sehingga data untuk penelitian diperoleh. Observasi dengan cara
menonton tayangan ”SERGAP” dilakukan selama waktu penelitian,
yaitu 1 bulan, kurang lebih 24 episode 10 April 2010 -10 Mei 2010.
b. Dokumentasi
Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan
percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan
interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman
peritiwa tersebut. 13 Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan
berbentuk catatan, buku, naskah berita, rundown berita, dokumen
ataupun arsip-arsip milik program SERGAP yang terkait dengan
pembahasan penelitian ini.
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
11
Suharismi Arikuntoro, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1998), cet ke-2, h. 54.
12
Winarno Surahmad, Menyusun Rencana Penelitian (Bandung: CV. Tarsita, 1989), h.. 162.
13
pertanyaan-pertanyaan pada para responden.14 Wawancara
merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya.15 Dalam penelitian
ini wawancara dilakukan dengan produser eksekutif SERGAP, Bapak
Khoiri Akhmadi.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.16 Penelitian
ini menggunakan teknik pengolahan data deskriptif interpretatif yaitu
memaparkan data terlebih dahulu kemudian diinterpretasikan. Untuk
mengolah data yang ada, dilakukan melalui empat tahap:
pengumpulan data dengan format yang telah disiapkan, analisis
interpretatif untuk mempelajari data-data yang telah terekam dalam
format kemudian ditafsirkan, deskripsi dengan memaparkan temuan
yang telah diperoleh berdasarkan kategori masing- masing, dan
rekapitulasi temuan untuk menyederhanakan hasil temuan.
Dalam penelitian ini, tahapan awal analisis data yaitu dengan
memaparkan tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran yaitu
struktur, tingkah laku, dan isi. Kemudian, langkah kedua yaitu
mengkategorikan berita yang berkaitan dengan adegan seks,
kekerasan dan sadisme yang berhubungan dengan pasal 48 ayat 4
poin d. Kemudian, menganalisis data tayangan SERGAP selama 1
14
Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004), h. 39.
15
Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 96.
16
10
bulan dari 10 April 2010 -10 Mei 2010. Dari data tersebut, dianalisis
berapa tayangan yang melanggar regulasi penyiaran dan berapa
tayangan yang telah mengimplementasikan regulasi tersebut.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merujuk pada skripsi yang
pernah membahas seputar regulasi penyiaran. Adapun skripsi yang
pernah membahas permasalahan tersebut adalah skripsi yang
berjudul:
1.Penerapan Undang-undang Penyiaran nomor 32 Tahun 2002
pasal 48 ayat 4 point d, tentang pembatasan adegan seks,
kekerasan, dan sadisme pada acara Lacak di Trans TV edisi
September- Desember 2003. Nama peneliti: Linda Eka Wardhany.
Mahasiswi Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada
tahun 2003. Dalam penelitian tersebut, digunakan analisis isi
dengan metode kuantitatif. Adapun temuan yang dihasilkan yaitu
Lacak belum sepenuhnya menerapkan pasal 48 ayat 4 poin d.
karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan program tersebut.
Contohnya berupa korban kekerasan dan pemerkosaan yang tidak
disamarkan serta adegan kekerasan dan sadisme yang terlalu
dieksploitasi.
2.Penyiaran Publik dalam Undang - undang Penyiaran disusun oleh
Muhamad Natsir, mahasiswa jurusan Ilmu sosial Politik,
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tahun 2005. Dalam
yang dihasilkan berupa peranan penyiaran publik dalam
Undang-undang penyiaran dan tidak mengambil pasal dalam UU tersebut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada metodologi penelitian. Penelitian ini menggunakan
metodologi deskriptif kualitatif dan diolah dengan cara deskriptif
interpretatif. Adapun temuan di lapangan pada penelitian ini yaitu
program berita kriminal SERGAP dapat mengimplementasikan
regulasi penyiaran UU No.32 Tahun 2002 pada pasal 48 ayat 4
poin d tentang pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme.
F. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
mempermudah proses penelitian ini, penulis membagi skripsi ini
menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan sebagai pengantar dari keseluruhan penelitian
yang menguraikan pokok-pokok yang tercantum dalam setiap bab.
12
regulasi, regulasi penyiaran, berita, berita kriminal, seks, kekerasan,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
BAB III: PROFIL RCTI DAN PROGRAM SERGAP. Bab ini akan menguraikan sejarah perkembangan RCTI, visi misi RCTI,
sejarah SERGAP, visi misi program berita kriminal SERGAP dan job
description pada program SERGAP.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi hasil penelitian mengenai imlementasi regulasi penyiaran
dalam program berita kriminal ” SERGAP ” di RCTI. Regulasi
penyiaran tersebut meliputi regulasi struktur, tingkah laku, dan
regulasi isi.
BAB V: PENUTUP. Bab ini merupakan bab penutup. Pada bab ini, akan dikemukakan kesimpulan atas permasalahan yang diteliti dan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan
atau penerapan.1 Penerapan merupakan kemampuan menggunakan materi
yang telah dipelajari kedalam situasi kongkret atau nyata.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap.
Implementasi dapat berarti ”Put something into effect”, (penerapan sesuatu
yang memberikan efek atau dampak).2
Pengertian implementasi dapat dirumuskan secara pendek, dimana “to
implementasi" (mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying
out; to give practical effect” (menyajikan alat bantu untuk melaksanakan;
menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).3
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi ialah proses penerapan, konsep, atau kebijakan yang telah
dipelajari kedalam situasi yang nyata sehingga memberikan dampak bagi
orang lain, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai,
dan sikap.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 327.
2
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Dan Implementasi, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya) cet.1, h. 93.
3
B. Pengertian Regulasi
Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.4
Regulasi berarti memonitor atau mengawasi.
Regulasi adalah semua proses yang mempunyai fungsi mengubah proses
lain, pengalaman aksi, yang ditimbulkan oleh suatu situasi stimulus. Dengan
demikian maka ada dualisme regulasi, yakni sebagai kegiatan yang mengatur,
dan sebagai kegiatan yang diatur.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa regulasi
ialah suatu kegiatan yang mempunyai fungsi mengatur dan mengawasi.
C. Penyiaran
1. Pengertian Penyiaran
Penyiaran merupakan dunia yang selalu menarik perhatian bagi
masyarakat. Tak hanya dapat dinikmati sebagai tontonan atau didengarkan,
penyiaran merupakan lahan bisnis yang menggiurkan dan bisa mencapai
keuntungan yang besar jika program yang disiarkan dinikmati khalayak.
Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi ia
juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai medium komunikasi.5
Penyiaran pada hakikatnya adalah salah satu keterampilan dasar
manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan
menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Penyiaran dalam
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 736.
5
15
konteks ini adalah alat untuk mendongkrak kapasitas dan efektivitas
komunikasi massa.6
Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana
pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa
dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/
atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan
oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.7
Dari pemaparan di atas, maka terdapat lima syarat mutlak yang harus
dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Jika salah satu syarat tidak ada
maka tidak dapat disebut penyiaran. Kelima syarat itu jika diurut
berdasarkan apa yang pertama kali harus diadakan adalah sebagai berikut:
a. Harus tersedia spektrum frekuensi radio
b. Harus ada sarana pemancaran/ transmisi
c. Harus adanya siaran (program atau acara)
d. Harus adanya perangkat penerima siaran (receiver)
e. Harus dapat diterima secara serentak/ bersamaan.8
2. Asas, Tujuan, Fungsi dan Arah Penyiaran
Dalam Undang-undang penyiaran Nomor 32 tahun 2002 dijelaskan
dasar, asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran. Pasal 2 menyebutkan bahwa
penyiaran diselenggarakan berdasarkan pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan
6
Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.19.
7
FOKUSMEDIA, Undang-undang Penyiaran dan Pers (Bandung: Fokusmedia, 2005), h.4.
8
merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika,
kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.9
Mengenai tujuan penyiaran pasal 3 Undang-undang itu menyatakan
bahwa penyiaran bertujuan untuk memperkukuh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan
sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
Dalam pasal 4 disebutkan penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa
mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang
sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam menjalankan fungsi sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi
dan kebudayaan. 10
Dalam pasal 5, penyiaran diarahkan untuk:
a.Menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b.Menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati
diri bangsa;
c.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
d.Menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;
e.Meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;
9
Undang – Undang Penyiaran 2002, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 5.
10
17
f. Menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif
masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta
melestarikan lingkungan hidup.
g.Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang
sehat dibidang penyiaran;
h.Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat,
mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam
era globalisasi;
i. Memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung
jawab;
j. Memajukan kebudayaan nasional.
D. Regulasi Penyiaran
1. Pengertian Regulasi Penyiaran
Regulasi Penyiaran di Indonesia diatur dalam Undang – Undang
Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Dengan adanya UU tersebut,
penyelengaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih
tertib.
Menurut Mike Feintuck (1998) seperti yang dikutip Muhamad Mufid,
dewasa ini regulasi penyiaran mencakup tiga hal, yakni regulasi struktur,
tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur (structrural regulation) berisi
kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku (behavioral
regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan
regulation) berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak untuk
disiarkan.11
Ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent. Pertama,
dalam iklim demokrasi kekinian, salah satu urgensi yang mendasari
penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang
kebebasan berbicara (Freedom of speech), yang menjamin kebebasan
seseorang untuk memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa ada
intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang bersamaan,
juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU
Telekomunikasi yang membatasi spektrum gelombang radio. Keterbatasan
frekuensi merupakan salah satu hal yang mengindikasikan urgensi
pengaturan penyiaran. Tanpa regulasi, maka interfensi signal niscaya
terjadi. Dan ketika itu aspek dasar komunikasi tidak tercapai.12
Kedua, demokrasi menghendaki adanya ”sesuatu” yang menjamin
keberagaman (diversity) politik dan kebudayaan, dengan menjamin
kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adanya
hak privasi (right to privacy) seseorang untuk tidak menerima informasi
tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi
(freedom of informationi) memang dibatasi oleh hak privasi seseorang.
Dalam hal ini, sebagaimana diungkapkan Feintuck adalah limitasi
keberagaman sendiri, seperti kekerasan dan pornografi merupakan hal
yang tetap tidak dapat dieksploitasi atas nama keberagaman.
11
Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, h.73.
12
19
Ketiga, terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan.
Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media.
Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak
berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang
pasar bebas dan AFTA.
2.Model- model Regulasi Penyiaran
Dalam hubungannya dengan model kepemerintahan suatu negara,
Leen d’Haenens seperti dikutip Muhamad Mufid membagi model
regulasi penyiaran menjadi lima, yaitu:
a. Model Otoriter
Tujuan dalam model ini lebih sebagai upaya menjadikan penyiaran
sebagai alat negara. Radio dan televisi sedemikian rupa diarahkan untk
mendukung kebijakan pemerintah dan melestarikan kekuasaan. Ciri
khasnya model ini adalah kuatnya lembaga sensor terutama yang
menyangkut keberbedaan. Dunia penyiaran selama Orde Baru praktis
berada pada kondisi seperti ini.13
b. Model Komunis
Dalam model ini, penyiaran memiliki semacam tritunggal fungsi,
yaitu propaganda, agitasi, dan organisasi. Aspek lain yang
membedakan model ini dari model otoriter adalah dilarangnya
kepemilikan swasta, karena media model ini dilihat sebagai milik kelas
pekerja (biasanya terlembagakan dalam partai komunis), dan media
13
merupakan sarana sosialisasi, edukasi, informasi, motivasi, dan
mobilisasi.
c. Model Barat- Paternalistik
Dalam model ini, disebut ”paternalistik”, karena sifatnya yang top
down, dimana kebijakan media bukan apa yang audien inginkan tapi
lebih sebagai keyakinan penguasa bahwa kebijakan yang dibuat
memang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat. Penyiaran juga
memiliki tugas untuk melekatkan fungsi-fungsi sosial individu atas
lingkungan sosialnya.
d. Model Barat- Liberal
Secara umum sama dengan model Barat- Paternalistik, hanya
berbeda dalam fungsi media komersialnya. Disamping sebagai
penyedia informasi dan hiburan, media juga memiliki fungsi
”mengembangkan hubungan yang penting dengan aspek-aspek lain
yang mendukung independensi ekonomi dan keuangan”.
e. Demokratis- Participan Model
Model ini dikembangkan oleh mereka yang memercayai sebagai
powerful medium. Termasuk dalam model ini adalah berbagai media
penyiaran alternatif. Sifat komunikasi dalam model ini adalah dua arah
(two-way communication).14
3. Sanksi Regulasi Penyiaran
Sanksi terhadap pelanggaran regulasi penyiaran berupa sanksi
administratif tertera pada pasal 55 UU No. 32 Tahun 2002 yaitu:
14
21
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26 Ayat
(2), Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33 Ayat (7), Pasal 34 Ayat (5) huruf
a, huruf c, huruf d, dan huruf f, Pasal 36 Ayat (2), Ayat (3), dan
Ayat (4), Pasal 39 Ayat (1), Pasal 43 Ayat (2), Pasal 44 Ayat (1),
Pasal 46 Ayat (6), Ayat (7), Ayat (8), Ayat (9), dan Ayat (11),
dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa:
a.Teguran tertulis;
b.Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah
melalui tahap tertentu;
c.Pembatasan durasi dan waktu siaran;
d.Denda administratif;
e.Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu;
f. Tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran;
g.Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.15
4.Pasal 48 ayat 4 poin d (Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan, dan Sadisme)
Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 48
(1) Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran
ditetapkan pleh KPI.
15
(2) Pedoman perilaku penyiaran sebagiamana dimaksud dalam ayat (1)
disusun dan bersumber pada:
a. Nilai-nilai agama, moral, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; dan
b. Norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat
umum dan lembaga penyiaran.
(3) KPI wajib menerbitkan dan mensosialisasikan pedoman perilaku
penyiaran kepada lembaga penyiaran dan masyarakat umum
(4) Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang
sekurang-kurangnya berkaitan dengan:
a. Rasa hormat terhadap pandangan keagamaan;
b. Rasa hormat terhadap hal pribadi;
c. Kesopanan dan kesusilaan;
d. Pembatasan Adegan Seks, Kekerasan dan Sadisme;
e. Perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan;
f. Penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak;
g. Penyiaran program dalam bahasa asing;
h. Ketepatan dan kenetralan program berita;
i. Siaran langsung; dan
j. Siaran iklan
(5) KPI memfasilitasi pembentukan kode etik penyiaran.16
16
23
1. Pengertian Seks
Berdasarkan kamus hukum seperti dikutip Abdul Wahid dan Muhamad
Irfan, sex dalam bahasa inggris diartikan dengan jenis kelamin” jenis
kelamin disini lebih dipahami sebagai persoalan hubungan (persetubuhan)
antara laki-laki dengan perempuan.17
Kategori adegan seks dalam penyiaran adalah berupa ciuman,
hubungan seks, pemerkosaan/ pemaksaan seksual, eksploitasi seks,
masturbasi, pembicaraan (Talk) mengenai seks, perilaku seks
menyimpang, pekerja seks komersial, homoseksual/ lesbian, dan adegan
telanjang.18
Pembatasan umum adegan seks menurut Keputusan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) Nomor 009/SK/KPI/8/2004 tentang Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran
Indonesia yaitu:
- Pasal 40 (Seks)
Lembaga penyiaran dalam menyiarkan materi yang mengandung
muatan seks harus mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal
41, pasal 42, pasal 43, pasal 44, pasal 45, pasal 46, pasal 47, pasal 48,
pasal 49 dan pasal 50 yang disebutkan dalam keputusan ini.
- Pasal 41 (Ciuman)
1. Adegan ciuman atau mencium yang eksplisit dan didasarkan atas
hasrat seksual dilarang.
17
Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2001) hal 17.
18
2. Lembaga penyiaran diizinkan menyajikan adegan ciuman dalam
konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan, termasuk
didalamnya mencium rambut, mecium pipi, mencium kening/dahi,
mencium tangan dan sungkem.
- Pasal 42 (Hubungan seks)
1. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang
menggambarkan aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan
dengan aktivitas hubungan seks atau adegan yang mengesankan
berlangsungnya kegiatan hubungan seks, baik secara eksplisit
maupun emplisit.
2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan suara-suara atau
bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan
seks.
3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan percakapan atau adegan
yang menggambarkan rangkaian aktivitas hubungan seks.
4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang
menggambarkan hubungan seks antarhewan secara vulgar atau
manusia dengan hewan.
5. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat
pembenaran bagi berlangsungnya hubungan seks di luar nikah.
- Pasal 43 (Pemerkosaan/ pemaksaan seksual)
1. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan pemerkosaan atau
pemaksaan seksual, atau adegan yang menggambarkan upaya ke
25
2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat
pembenaran bagi terjadinya perkosaan atau yang menggambarkan
perkosaan sebagai bukan kejahatan serius.
- Pasal 44 Eksploitasi Seks
1. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan klip video
berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun
implisit.
2. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau
lirik yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks,
membangkitkan hasrat seksual atau memberi kesan hubungan seks.
3. Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau
lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi
sekadar objek seks.
4. Lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang
menjadikan anak-anak dan remaja sebagai objek seks, termasuk di
dalamnya adalah adegan seks yang menampilkan anak-anak dan
remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian
tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan
dengan daya tarik seksual.
- Pasal 45 (Masturbasi)
Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan berlangsungnya
masturbasi dan atau materi siaran (misalnya suara) yang mengesankan
- Pasal 46 (Pembicaraan (Talk) Mengenai Seks)
1. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai
masalah seks dapat disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan
waktu stasiun penyiaran yang menayangkan kecuali program
pendidikan seks untuk remaja yang bertujuan membantu remaja
memahami kesehatan reproduksi yang disampaikan secara santun,
hati-hati, dan ilmiah.
2. Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai
masalah seks harus disajikan dengan cara ilmiah dan santun.
3. Pembawa acara bertanggung jawab menjaga agar acara itu tidak
menjadi ajang pembicaraan mesum.
4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program siaran dimana
penyiar atau pembicara tamu atau telepon berbicara tentang
pembahasan seks secara eksplisit dan teperinci.
- Pasal 47 (Perilaku Seks Menyimpang)
1. Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang membahas atau
bertemakan berbagai perilaku seksual menyimpang dalam
masyarakat, seperti:
a. Hubungan seks antara orang dewasa dan anak-anak/remaja;
b. Hubungan seks sesama anak-anak atau remaja di bawah umur;
c. Hubungan seks sedarah;
d. Hubungan manusia dengan hewan;
e. Hubungan seks yang menggunakan kekerasan;
27
g. Hubungan seks dengan alat-alat.
2. Dalam menyajikan program berisikan materi tentang perilaku seks
menyimpang tersebut, lembaga penyiaran harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan program yang
mengandung pembenaran terhadap perilaku seksual
menyimpang tersebut.
b. Kecuali program berita, program yang mengandung muatan
cerita atau pembahasan tentang perilaku seksual menyimpang
hanya dapat ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan
waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.
- Pasal 48 (Pekerja Seks Komersial)
Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang
memberitakan, membahas, atau mengandung muatan cerita tentang
pekerja seks komersial dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Program tersebut tidak boleh mempromosikan dan mendorong agar
pelacuran dapat diterima secara luas oleh masyarakat;
b. Dalam program faktual, wajah, dan identitas pekerja seks komersial
harus disamarkan;
c. Kecuali program berita, program yang membahas atau mengandung
muatan cerita tentang pekerja seks komersial hanya boleh
ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengaan waktu stasiun
- Pasal 49 (Homoseksual/Lesbian)
Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang menceritakan,
membahas, atau mengandung muatan cerita tentang homoseksualitas
dan lesbian, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Program tersebut tidak boleh mempromosikan dan menggambarkan
muatan cerita tentang homoseksualitas dan lesbian adalah suatu
kelaziman yang dapat diterima oleh masyarakat;
b. Kecuali program berita, program yang membahas atau mengandung
muatan cerita tentang pekerja homoseksualitas dan lesbian hanya
boleh ditayangkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengaan waktu stasiun
penyiaran yang menayangkan.
- Pasal 50 (Adegan Telanjang)
1. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan gambar manusia
telanjang atau mengesankan telanjang, baik bergerak atau diam.
2. Tampilan/gambar manusia telanjang atau berkesan telanjang yang
hadir dalam konteks budaya tertentu atau dibutuhkan dalam konteks
budaya tertentu atau dibutuhkan dalam konteks berita tertentu, harus
disamarkan.
3. Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan tayangan yang
mengeksploitasi (misalnya dengan pengambilan gambar close up)
bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap membangkitkan birahi,
29
4. Penayangan benda seni misalnya patung, pahatan, atau lukisan yang
menampilkan gambar telanjang dapat diizinkan selama itu ditampilkan
tidak untuk mengeksploitasi daya tarik seksual ketelajangan itu sendiri.
2. Pengertian Kekerasan/ Sadisme
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran
(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan
menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada
situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman terhadap
binatang.19
Kekerasan diartikan dengan perihal yang bersifat, berciri keras,
perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain
atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada
paksaan.20 Dari penjelasan dapat diambil kesimpulan, kekerasan itu
merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan
luka, cacat, sakit, atau penderitaan pada orang lain. Salah satu unsur yang
perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak
adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.
Pembatasan umum kekerasan dan sadisme menurut Keputusan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nomor 009/SK/KPI/8/2004 tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi
Penyiaran Indonesia yaitu:
19
http://republikdamai.blogspot.com/2007/06/kekerasan.html diakses pada tanggal 15 April 2010.
20
- Pasal 32 (Kekerasan)
1. Program atau promo program yang mengandung muatan kekerasan
secara dominan, atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan
vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak
umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul
22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang
menayangkan.
2. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program dan promo
program yang mengandung adegan yang dianggap di luar
perikemanusiaan atau sadistis.
3. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat
dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau
menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Lembaga penyiaran dilarang menyajikan lagu-lagu atau klip video
musik yang mengandung muatan pesan menggelorakan atau
mendorong kekerasan.
- Pasal 33 (Kekerasan, kecelakaan, dan bencana dalam program faktual) Lembaga penyiaran harus memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan untuk memperlihatkan keseimbangan antara kebutuhan untuk
memperlihatkan realitas dan pertimbangan tentang efek negatif yang dapat
ditimbulkan. Karena itu, penyiaran adegan kekerasan, kecelakaan, dan
bencana dalam program faktual harus mengikuti ketentuan sebagai
31
a. Adegan kekerasan tidak boleh disajikan secara eksplisit
b. Gambar luka-luka yang diderita korban kekerasan, kecelakaan, dan
bencana tidak boleh disorot secara close up (big close up, medium
close up, extreme close up);
c. Gambar penggunaan senjata tajam dan senjata api tidak boleh disorot
secara close up (big close up, medium close up, extreme close up);
d. Gambar korban kekerasan tingkat berat, serta potongan organ tubuh
korban dan genangan darah yang diakibatkan tindak kekerasan,
kecelakaan atau bencana, harus disamarkan;
e. Durasi dan frekuensi penyorotan korban yang eksplisit harus dibatasi;
f. Dalam siaran radio, penggambaran kondisi korban kekerasan,
kecelakaan, dan bencana tidak boleh disiarkan secara terperinci;
g. Saat-saat kematian tidak boleh disiarkan;
h. Adegan eksekusi hukuman mati tidak boleh disiarkan.
- Pasal 34 (Rekonstruksi Kejahatan)
1. Adegan rekonstruksi kejahatan tidak boleh disiarkan secara teperinci.
2. Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan pemerkosaan tidak boleh
disiarkan.
3. Siaran rekonstruksi kejahatan harus memperoleh izin dari korban
kejahatan atau pihak-pihak yang dapat dipandang sebagai wakil
korban.
4. Siaran rekonstruksi yang memperlihatkan modus kejahatan secara
5. Adegan rekonstruksi yang memperlihatkan cara pembuatan alat-alat
kejahatan tidak boleh disiarkan.
6. Adegan rekonstruksi yang memperlihatkan cara pembuatan alat-alat
kejahatan tidak boleh disiarkan.
- Pasal 35 (Kekerasan dalam program anak-anak)
Dalam program anak-anak, kekerasan tidak boleh tampil secara
berlebihan dan tidak boleh tercipta kesan bahwa kekerasan adalah hal
lazim dilakukan dan tidak memiliki akibat serius bagi pelaku dan
korbannya.
- Pasal 36 (Bahan peledak)
Lembaga penyiaran dilarang menyajikan isi siaran yang memberikan
gambaran eksplisit dan teperinci tentang cara membuat bahyan peledak.
- Pasal 37 (Kekerasan Terhadap Binatang)
Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program yang mendorong atau
mengajarkan tindakan kekerasan atau penyiksaan terhadap binatang.
- Pasal 38 (Bunuh diri)
1.Penggambaran secara eksplisit dan teperinci adegan bunuh diri dilarang.
2.Lembaga penyiaran harus menghindari tayangan program yang
didalamnya terkandung pesan bahwa bunuh diri adalah sebuah jalan
keluar yang dibenarkan untuk mengakhiri hidup.
- Pasal 39 (Kekerasan dalam olah raga)
1.Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan secara langsung pertandingan
33
2.Program siaran yang berisikan tayangan permainan atau pertandingan
yang didominasi kekerasan (misalnya gulat profesional) hanya dapat
disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran
yang menayangkan.
E. Berita Kriminal
1. Pengertian Berita
Charnley dan James M. Neal seperti dikutip AS Haris Sumadiria
mendefinisikan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,
kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih
baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak21 Berita adalah
laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan
atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti
surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Sedangkan menurut
Concise Oxford English Dictionary seperti dikutip Taif Subanto
mendefinisikan berita sebagai bentuk perbandingan informasi, pelukisan
atau ikhtiar ataupun reproduksi suatu tempat kejadian atau pidato atau
kasus hukum yang khusus diperuntukan publikasi dalam surat kabar22.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian berita adalah suatu peristiwa yang baru, hangat, memiliki nilai
penting, menarik bagi khalayak dan dipublikasikan melalui media, baik
cetak maupun elektronik.
21
AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet ke-3, h.64.
22
2. Berita Kriminal
Menurut Totok Djuroto berita kriminal adalah berita atau laporan yang
diperoleh dari pihak kepolisian.23 Sedangkan menurut W.A. Bonger
mengenai kejahatan maka yang disebut berita kejahatan ialah berita yang
menyangkut masalah pelanggaran hukum dan penerapan hukum yang
bersangkutan. Dalam hal ini yang termasuk berita kejahatan ialah hal yang
aktual dan menarik perhatian khalayak tentang perbuatan dan tingkah laku
anti sosial yang memiliki kelemahan organik dan sentimen-sentimen moral
dasar.24
Dari kejahatan berupa ketidakjujuran dan kepatuhan dan sangat
merugikan, baik bagi si penderita maupun masyarakat. Hilangnya
keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban. Perbuatan ini secara sadar
akan mendapat reaksi dari negara berupa pemberian hukuman, seperti:
pembunuhan, penodongan, perampokan, pencurian, perkosaan, dan
sebagainya yang melanggar undang-undang negara.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita
kriminal adalah laporan berupa fakta terkini mengenai tindak maupun
perbuatan kriminal atau yang melanggar hukum, baik dalam bentuk
ucapan, perbuatan, tingkah laku yang merugikan masyarakat dan dapat
menarik perhatian umum.
Dari sisi bentuknya, berita kejahatan itu ada yang merupakan berita
pemerkosaan, berita perampokan, berita pembunuhan dan lain sebagainya.
23
Totok Djuroto, Teknik Mencari dan Meliput Berita (Semarang: Dahara Prize, 2003), h.6.
24
35
Termasuk segala bentuk pelanggaran peraturan dan perundang-undangan
negara. Karena itu sumber beritanya pun akan terpusat pada
lembaga-lembaga hukum yang fungsinya menyelesaikan setiap bentuk kejahatan.25
Ada beberapa penggolongan terhadap tindakan kriminal antara lain :
1. Tindak kriminal terhadap ketertiban umum diantaranya:
pemerasan, pencurian, tawuran/perkelahian dan merusak barang
orang.
2. Tindak kriminal terhadap nyawa orang atau badan orang. Yang
termasuk kategori ini adalah pembunuhan dan penganiayaan.
3. Tindak kriminal atau kejahatan susila yakni mengenai hal-hal yang
menyangkut exses sexual seperti perzinahan, pelacuran,
pemerkosaan dan sebagainya termasuk adalah kesopanan, dan
pornografi.26
25
Partowisastro, Dinamika Psikologi , h. 139.
26
A. Sejarah Perkembangan RCTI
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi
swasta pertama di Indonesia mulai mengudara secara terrestrial di Jakarta
pada tanggal 24 Agustus 1989.1 RCTI Menayangkan berbagai macam
program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas secara menarik.
RCTI tumbuh dan berkembang dengan cepat menjadi agen perubahan dan
pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat di Indonesia.
Pada awal berdirinya, RCTI merupakan sebuah stasiun televisi
alternatif bagi masyarakat Indonesia. Karena sampai tahun 1989,
masyarakat Indonesia hanya bisa menikmati siaran televisi dari satu
saluran: Televisi Republik Indonesia (TVRI). Munculnya RCTI tidak
lepas dari desakan masyarakat kepada pemerintah untuk membuka
kesempatan bagi dunia hiburan. Hal tersebut terkait dengan kebijakan
pemerintah mengizinkan pemakaian antena parabola untuk perorangan
pada tahun 1986.
Penunjukan terhadap RCTI tentunya tidak lepas dari kepentingan
penguasa. Pada awal berdirinya, kepemilikan RCTI dikuasai oleh
Bambang Trihatmodjo, Putra Presiden Soeharto. Pada saat kebijakan
tersebut diberlakukan, ia menjabat sebagai Direktur utama. Setelah
penandatanganan perjanjian penunjukkan Siaran Saluran Terbatas-TVRI
1
37
(SST-TVRI) bersama Dirjen RTV, Ishadi pada tanggal 22 Februari 1988,
memulai siaran percobaan di Jakarta. Dan resmilah RCTI mengudara pada
tanggal 24 Agustus 1989.
Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan
terluas di Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya program-program RCTI
disaksikan oleh sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di
seluruh Nusantara, atau kira-kira 80 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Kondisi demografi ini disertai rancangan program-program menarik
diikuti rating yang bagus, menarik minat pengiklan untuk menayangkan
promo mereka di RCTI.
Secara teknis RCTI dimiliki sepenuhnya oleh PT. Bimantara Citra
Tbk. Kepemilikan saham RCTI sejak 16 Februari 2004 dikuasai oleh PT.
Media Nusantara Citra (MNC) secara penuh. Saham PT. MNC sendiri
dikuasai oleh Bimantara yang merupakan induk perusahaan sebesar 99.99
persen. Perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Bimantara yang
merupakan induk usaha divisi media dan penyiaran. Salah satu peran
penting yang dimainkan MNC adalah memasok acara-acara yang
ditayangkan RCTI, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan Global TV.
Saat ini Bimantara menguasai tiga stasiun televisi nasional melalui MNC,
disamping 99,99 persen saham RCTI, MNC juga menguasai 70 persen
saham Global TV, dan 75 persen saham PT. Cipta Televisi Pendidikan
Indonesia.
Sejak awal, cita-cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara
memilih RCTI sebagai media iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi
nyata karena sejak berdiri hingga saat ini RCTI senantiasa menjadi market
leader. Hingga tahun 2007, RCTI tetap mempertahankan posisi market
leader deangan pangsa pemirsa mencapai 17,9 % (ABC 5+) dan 17,5%
(all demo). RCTI juga berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi
tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen Media
Research.
RCTI didedikasikan sebagai televisi yang menyediakan berbagai
informasi dan hiburan yang berkualitas tinggi serta menarik. Dengan
mengusung motto” Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” dan slogannnya
”RCTI OKE”, RCTI semakin dikenal yang hingga saat ini slogan tersebut
masih membekas dihati penonton setianya dan masyarakat luas. Kini
RCTI selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di
Indonesia karena kualitas program-programnya.
Di RCTI, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan harmonisasi
dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan
do’a. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program
RCTI yang mengusung motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa”
namun tampil dalam kemasan yang “oke”. Kualitas Program-program
RCTI pada akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang
terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia.
B. Visi dan Misi RCTI
39
Perkataan “utama” mengandung makna lebih dari yang “pertama”
karena kata “pertama” hanya mencerminkan hierarki pada dimensi
tertentu. Sedangkan kata “utama” mengandung unsur kemuliaan karena
melibatkan aspek kualitas, integritas dan dedikasi.
Media utama hiburan dan informasi memiliki makna:
1. RCTI unggul dalam hal kualitas materi dan penyajian program
hiburan dan informasi.
2. RCTI memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung
jawab sosial atas sajian program-programnya.
3. RCTI menjadi pilihan yang utama dari para “stakeholder”
(karyawan, pemirsa, pengiklan, pemegang saham, pemasok, pesaing,
perusahaan afiliasi, mitra strategis, masyarakat, dan penyelenggara
Negara).
Misi : Bersama Menyediakan Layanan Prima
Rajawali Citra Televisi Indonesia melalui pelayanan prima bertujuan
untuk:
a. Selalu menjadi yang pertama dalam pemanfaatan teknologi tinggi
b. Terbaik dalam penyajian program-program hiburan dan informasi
c. Selalu menjadi pilihan pertama pemirsa dan pemasang iklan
Interaksi kerja di perusahaan lebih mengutamakan semangat
kebersamaan sebagai sebuah tim kerja yang kuat. Hal ini memungkinkan
seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai dengan level
tersistemasi memberikan karya terbaiknya demi mewujudkan pelayanan
terbaik dan utama kepada “stakeholder”.
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada 3 (tiga) nilai sebagai
pilar utama yaitu Keutamaan dalam kebersamaan, bersatu padu, dan oke.
Ketiga pilar tersebut yang menjadi motivasi, inspirasi dan semangat
juang insan RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan
untuk sampai pada hasil yang mendapat pengakuan dari para “stake
holder” atas kualitas, integritas dan dedikasi yang ditampilkan.2
Komitmen atas tanggung jawab sosial dan peran serta dalam
pembangunan nasional merupakan tanggung jawab RCTI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
RCTI dikenal oleh para pemegang iklan sebagai media komunikasi
yang sangat efisien dan efektif. Sekarang ini, RCTI tetap menjadi No.1
baik dari kalangan pemirsa maupun kasar saham; RCTI sebagai trend
center di pertelevisian Indonesia, memenangkan penghargaan sebagai
stasiun televisi ”the top of mind” atau ditengah-tengah persaingan yang
tinggi.
C. PROFIL PROGRAM SERGAP
SERGAP adalah sebuah program berita yang ditayangkan di stasiun
televisi RCTI di Indonesia. Program berita ini mulai tayang yaitu pada
tanggal 11 November 2001. Program berita SERGAP menyiarkan
berita-berita kriminal. Tayangan berita-berita SERGAP berdurasi 30 menit dan
disiarkan pada hari Senin - Sabtu pada pukul 12.30-13.00 WIB.
2
41
Latarbelakang munculnya program berita kriminal SERGAP yaitu
untuk meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat terhadap tindak
kriminal di lingkungan sekitar. Program SERGAP hadir karena banyaknya
kasus kriminal yang terjadi di Indonesia.
Berita kriminal berbeda dengan hukum. Berita yang menyangkut
kriminal itu seperti pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, penipuan,
pencurian, dan sebagainya. Tetapi jika sudah masuk proses yudisia atau
hukum, maka hal itu tidak masuk lagi berita kriminal.
Visi dan Misi SERGAP yaitu memberikan aware dengan pemberitaan
SERGAP. Dengan pemberitaan SERGAP diharapkan membuat masyarakat
menjadi waspada. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungannya. Misalnya dengan melihat berita pencurian di terminal,
masyarakat diharapkan menjadi lebih waspada karena tindak kriminal
bukan hanya kesalahan pelaku namun karena adanya kesempatan.
Pada awalnya, SERGAP bergabung bersama SEPUTAR INDONESIA
yang dominasi penayangannnya tentang berita politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Namun seiring dengan perkembangan program berita,
akhirnya SERGAP melepaskan diri dan berdiri sendiri. Sebelumnya,
SERGAP tayang dua kali yaitu pagi dan siang hari secara bergantian.
SERGAP siang tayang hanya dua kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa
dan Kamis pada pukul 11.00- 11.30 WIB. Kemudian pindah tayang hingga
sekarang, yaitu setiap hari Senin-Sabtu pada pukul 12.30-13.00 WIB.