PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA
(Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan WisataPemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi
Oleh:
Look Sun W. M Pakpahan 060905009
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Look Sun W M Pakpahan
NIM : 060905009
Departemen : Antropologi
Judul : Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.
Medan, Februari 2013
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Sabariah Bangun, M.Soc .Sc
NIP. 196008231087021001 NIP. 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
PERNYATAAN ORIGINALITAS
PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA (Studi Deskriptif Tentang Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Februari 2013
ABSTRAK
Look Sun Pakpahan 2013, Judul Skripsi Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 5 tabel, 15 gambar, 27 daftar pustaka dan lampiran. Skripsi ini mendeskripsikan penaganan Kebersihan di daerah tujuan Wisata Karang Anyar. Penelitian ini berlokasi di Kec. Gunung Maligas, Kab. Simalungun. Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia, yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap derajat kesehatan masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelola kebersihan di daerah wisata membutuhkan kerjasama dan kesadaran berbagai pihak khususnya masyarakat, pengunjung dan pemerintah. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa semua pihak masih belum memberikan kontribusi dikarenakan masih kurangnya fasilitas pariwisata yang dilakukan baik itu yang dibuat oleh pemerintah setempat maupun penduduk desa sekitar sehingga para investasi ataupun pihak swasta kurang berminat membuka industri wisata di lokasi ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyer ini dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, dan banyak hal lainnya. Namun berkat keteguhan dan iman terhadap
Yesus Kristus yang memberi ketabahan, kesabaran dan kekuatan kepada penulis,
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam banyak hal, mulai dari awal sampai
akhir dari proses penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak yang turut
serta membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Secara khusus dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Polin Pakpahan dan Ibunda Lelani
Simanjuntak S.pd atas kasih sayang, didikan, perhatian, yang penulis terima sejak
kecil hingga penulis tumbuh dewasa, terlebih jika mengingat penulis sangat
berbeda sifatnya dengan saudara-saudara yang lainnya yang setiap hari membuat
beban pikiran bagi kedua orang tuaku. Terima kasih juga kepada kakak dan
adikku, Bobby Pakpahan SE (Bang BOB), Desi V J br Pakpahan ( Dek Vivi ),
dan adikku Bripda Markus Pakpahan. Kalianlah motivasi terbesarku sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini, sungguh semua jasa itu tidak akan terbalaskan.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kesediaan membagi waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan dari mulai
mengerjakan proposal sampai skripsi ini selesai. Terima kasih atas saran yang
diberikan dalam penyempurnaan skripsi ini. Seluruh staf pengajar FISIP-USU,
khususnya dosen-dosen Antropologi yang telah memberikan pengetahuan selama
penulis melaksanakan perkuliahan. Seluruh staf pegawai FISIP-USU, terutama
Kak Nur dan Kak Sopi yang telah membantu penulis dalam pengurusan
administrasi dan seluruh berkas-berkas penulis.
Abang dan kakak senior stambuk 2004, Alles sandro Turnip S.sos,
Arnovandala Tampubolon S.Sos, Hizkia Alfred Sagala S.Sos (ALKIAR),
Hariman L Silalahi S.Sos, Josep Silalahi S.sos yang memberikan pengalaman
yang sangat menarik selama di bangku kuliah terutama pada saat inisiasi. Seluruh
teman – teman penulis di SGC, Sandrak H M Manurung S.Sos (Bang Lugo),
Ferdinand J Sinaga, Herry Manurung S.Sos, terima kasih atas pertemananya yang
berujung menjadi persaudaraan sehingga penulis merasa memiliki dukungan yang
membuat semangat untuk mengerjakan skripsi ini. The Best Friend RPU,
Heksanta Novitasari Br Bangun S.Sos, Ruli Hartati Tumanggor S.Sos (Alm),
Noprianto Adiguna Tarigan S.Sos, Helena Br Damanik S. Sos , Carles Gultom
appara saya, Hemalea Br Ginting . atas suka dan duka yang kita alami selama
bersama-sama. Serta kerabat – kerabat antropologi stambuk 2005, Khususnya
Hery A. Sianturi S.Sos, Santy Maria Hutapea S.Sos, Tasvin S.Sos, Kartika
Yohana Panjaitan S.Sos, Bambang Napitupulu S.Sos kerabat antropologi stambuk
2006, Alloy Nina Ayuning Putri Br Ginting S. Sos, Sari Ariesta Br Ginting S.Sos,
Erika M Nadeak S. Sos, Kevin Ginting S. Sos, Inggrid S. Sos, Elmanuala Pasaribu
Sidriani Handayani Deski S.Sos, dan buat teman-teman yang sempat kuliah di
Antropologi tetapi tdak dapat menjadi Antropolog juga tidak lupa saya ucapkan
terimakasih atas pertemanan kita selama ini diantaranya: Hendra Silaban, Evi Br
Sihotang, Dina, Dora, Arnold Sibarani, Desi Monica, Winner Hulu, Dempo dan
terakhir buat Wilfrid Silitonga jangan berkecil hati “teman” walaupun tidak
menyelesaikan kuliah ini, masih ada banyak kesempatan untuk berhasil. Seiring
dengan skripsi ini saya juga turut mendoakan teman-teman stambuk 2006 yang
telah dulu pergi meninggalkan kami antara lain: Nurul, Ruli H Br.Tumanggor
semoga amal ibadahnya diterima Tuhan Yang Maha Esa. Singkat kata terima
kasih kepada seluruh teman-temanku atas dukungan dan persahabatan kita selama
ini tidak ada kalian mungkin skripsi ini tidak akan selesai.
Medan, Februari 2013
RIWAYAT HIDUP
Looksun W.M Pakpahan, lahir pada tanggal 26 November 1987. Putra kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Polin Pakpahan dan Lelani Simanjuntak. Memeluk agama Kristen Protestan dan berdarah Batak. Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Taman Kanak-Kanak ELISABETH Pematang Siantar tahun 1994, Sekolah Dasar Swasta RK 7 Pematang Siantar lulus pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Cinta Rakyat 1 Pematang Siantar Medan lulus pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pematang Siantar lulus pada tahun 2006.
Di tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan kesarjanaannya di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dengan spesifikasi ilmu Antropologi, lewat jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Pengalaman organisasi penulis antara lain anggota biasa di GMKI komisariat FISIP USU periode 2006/2007, anggota KASSPALA ( Komunitas Sosial Pecinta Alam) periode tahun 2007/2008, anggota SGC (Study Group Of Culture) periode 2008/2009. Dan pada tahun 2010 menjadi sekretaris SATMA PP (Pemuda Pancasila) cabang Padang Bulan hingga kini. Penulis memiliki hoby membaca, menonton film, mendengarkan musik dan tertarik pada bidang pariwisata. Meskipun cita-cita masa kecilnya adalah menjadi seorang pengusaha, namun penulis masih berbangga hati karena akhirnya bisa menyelesaikan skripsinya yang banyak membahas dunia pariwisata dan ingin bergerak di bidang usaha pariwisata dalam pandangan antropologi.
KATA PENGANTAR
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Study Deskriptif tentang pengelolaan kebesihan di Pemandian
Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun)
Ketertarikan untuk menulis tentang kebersihan, berasal dari ketertarikan saya terhadap sampah dan kearifan lokal masyrakat di Daerah Tujuan Wisata dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman, dimana terdapat berbagai jenis aturan yang wajib dilakukan untuk mewujudkannya.
Dalam skripsi ini, saya menulis tentang realita yang ada di lapangan, mengapa di sekitar Daerah Tujuan Wisata (DTW) terdapat banyak sampah. Dalam melihat pola pemikiran warga sekitar, saya menggunakan “kaca mata” antropologi untuk melihat pandangan mereka mengenai sampah. Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman saya. Sebagai penulis skripsi ini, saya dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.
Medan Februari 2013 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN... i
PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii
ABSTRAK ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tinjauan Pustaka ... 11
1.3 Rumusan Masalah ... 26
1.4 Tujuan Penelitan Dan Manfaat Penelitian ... 26
1.5 Metodologi Penelitian ... ... 27
1.5.1 Penentuan Informan ... 28
1.5.2 Wawancara mendalam ... 29
1.5.3 Observasi Partisipasi ... 32
1.5.4 Pengalaman Penelitian... 32
BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41
2.2 Kelurahan Karang Anyar ... 42
2.3 Pola Pemukiman dan Tata Lahan ... 45
2.3.1 Rumah Permanen ... 46
2.3.2 Rumah Semi Permanen ... 47
2.3.3 Rumah Non Permanen ... 47
2.4 Demografi Penduduk Kelurahan Karang Anyar ... 48
2.4.1 Sarana Umum di Kelurahan Karang Anyar ... 56
2.4.2 Kelembagaan di Kelurahan Karang Anyer ... 61
BAB III Potensi Wisata Pemandian Karang Anyer... 64
3.1 Potensi Wisata ... 64
3.1.1 Pemandian Karang Anyer ... 64
3.1.2 Alam yang Sejuk dan Indah... 66
3.1.3 Hewan Kera ataau Kera... 67
3.2. Fasilitas Daerah Wisata Pemandian Karang Anyer... 68
3.2.1 Akses... 68
3.2.2 Transportasi... 69
3.2.3 Penginapan... 70
3.2.4 Perparkiran... 71
3.2.5 Rumah Makan... .. 71
3.2.6 Perlengkapan Renang... 71
3.3 Asal Muasal Pemandian Karang Anyer... 73
3.4 Kegiatan Wisata... 76
BAB IV Pengelolahan Sampah Dan Kebersiahan Di Lokasi Wisata Pemandian Karang Anyer... 77
4.1 Karakteristik Penduduk ... 77
4.2 Aktivitas Masyarakt ... 78
4.3 Dampak Kegiatan Pengunjung ... 79
4.4.2 Pemerintah ... 84
4.4.3 Masyarakat ... 87
4.5 Instansi Yang Menunjang Pemandaian Karang Anyer ... 88
4.5.1 Instansi yang Dibentuk Pemerintah Pusat ... 89
4.5.2 Instansi yang dibentuk pemerintah Daerah ... 94
4.5.3 Instansi yang dibentuk Masyarakat ... 94
4.5.4 Instansi yang Dibentuk oleh Pihak Swasta ... 95
4.6 Aktivitas Pengunjung ... 96
4.6.1 Memanfaatkan Teknologi Komunikasi ... 96
4.6.2 Kepedulian lingkungan ... 96
4.6.3 Menjaga Ekosistem Sungai ... 98
BAB V PENUTUP………... .. 100
5.1 Kesimpulan . ... 100
5.2 Saran . ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel Halaman
1. Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Gunung Maligas 31
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan dan jenis kelamin 39
3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama 39
4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa 40
5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 40
6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 42
7. Produksi Padi Sawah 43
8. Luas dan Produksi tanaman Kakao 44
9. Jumlah dan Jenis ternak 45
10.Jumlah penduduk berdasarkan usia 46
11.Distribusi fasilitas kesehatan berdasarkan jenis fasilitas kesehatan dan jumlah unit 48
12.Fasilitas tempat ibadah berdasarkan tempat ibadah dan jumlah unit 49
13.Fasilitas pendidikan berdasarkan jenis fasilitas pendidikan dan jumlah unit 51
DAFTAR FOTO DAN GAMBAR
Daftar Foto Dan Gambar Halaman
1. Gerbang masuk pemandian Karang Anyer 54
2. Lokasi pemandian Karang Anyer 56
3. Akses jalan 59
4. Akses transportasi 60
5. Perlengkapan renang 62
6. Alat pengangkutan sampah 71
LAMPIRAN
a. Interview Guide b. Foto
ABSTRAK
Look Sun Pakpahan 2013, Judul Skripsi Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 5 tabel, 15 gambar, 27 daftar pustaka dan lampiran. Skripsi ini mendeskripsikan penaganan Kebersihan di daerah tujuan Wisata Karang Anyar. Penelitian ini berlokasi di Kec. Gunung Maligas, Kab. Simalungun. Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia, yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap derajat kesehatan masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelola kebersihan di daerah wisata membutuhkan kerjasama dan kesadaran berbagai pihak khususnya masyarakat, pengunjung dan pemerintah. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa semua pihak masih belum memberikan kontribusi dikarenakan masih kurangnya fasilitas pariwisata yang dilakukan baik itu yang dibuat oleh pemerintah setempat maupun penduduk desa sekitar sehingga para investasi ataupun pihak swasta kurang berminat membuka industri wisata di lokasi ini.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah
Potensi sumber daya alam Indonesia sangat berlimpah, wilayah hutan
tropis Indonesia terluas ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas,
tembaga dan mineral lainnya. Indonesia memiliki tanah dan area lautan yang luas,
dan kaya dengan berjenis-jenis ekologi. Walaupun demikian persoalan tentang
pengelolaan sumber daya alam hanya mendapat perhatian sedikit dari para
pengambil kebijakan.
Walaupun kekayaan sumber daya alam Indonesia begitu berlimpah bukan
berarti pengelolaan dari sumberdaya alam itu harus terabaikan. Justru pengelolaan
sumber daya alam yang dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat tentu
harus memperhatikan lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya
berorientasi ekonomi hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi
menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh
sebab itu pengelolaan sumber daya alam perlu memperhatikan kelestarian
lingkungan dengan bertanggung jawab (Yoeti, 2000).
Dengan keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa
Indonesia, tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk
membangun industri pariwisata yang nantinya mampu memberikan kontribusi
secara multidimensi bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Kepariwisataan itu penting disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: (1)
sebelumnya, (2) Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan
meningkat dari waktu-kewaktu dan (3) Besarnya potensi wisata yang dimiliki bagi
pengembangan pariwisata di Indonesia.1
Hampir seluruh Provinsi di Indonesia memiliki potensi kekayaan alam
yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Sumatera Utara adalah salah satu
provinsi yang memiliki banyak sumber daya alam baik migas maupun non migas.
Potensi alam yang dijadikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk
berwisata atau berlibur. Sumatera utara yang terkenal dengan Danau Toba mampu
menarik perhatian dunia yang merupakan salah satu destinasi pariwisata. Masih
banyak daerah-daerah lain yang menjadi andalan yang berpotensi dijadikan
sebagai daerah wisata. Adapun daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungai
sebagai berikut
Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi
penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu.
Di samping menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan
wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat barbagai
jenis wisata dapat ditempatkan dimana saja. Oleh sebab itu pembangunan wisata
dapat dilakukan di daerah yang pengaruh penciptaan lapangan kerja paling
menguntungkan.
2
1. Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di
gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan
pertaniannya yang indah, luas, dan hijau.
2. Bukit Lawang adalah kawasan wisata yang berkembang secara spontan.
Artinya, daya tarik dan pesona alam berhasil menarik pengunjung untuk
datang. Perkembangan wisata di sini dimulai dengan adanya pendirian pusat
rehabilitasi orangutan pertama di Sumatera pada awal 1980-an.
3. Danau lau kawar ini terletak di kaki Gunung Sinabung Tanah Karo, sekitar
50 km dari kota Medan. Dibandingkan dengan luas Danau Toba yang
mencapai 1.265 KM2 sedangkan, luas Danau Lau Kawar yang hanya 200 Ha.
4. Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik sebesar 100km x 30km di
Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengahnya terdapat sebuah pulau
vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah
tujuan wisata penting di Sumatera Utara
5. Bukit Gundaling dengan ketinggian 1575 M dari permukaan laut berjarak 3
km dari kota Brastagi. Untuk mencapai bukit ini dapat dilakukan dengan
berjalan kaki atau menggunakan sado.
6. Istana Maimun semula ditulis Maimoon, merupakan istana Sultan Deli. Istana
yang berdiri megah di Jalan Brigjend Katamso ini didominasi warna kuning,
warna kerajaan sekaligus warna khas Melayu. Istana ini didirikan oleh Sultan
Kerajaan Deli, Sultan Maimun Al Rasyid Perkasa Alam Shah.
Dalam pengembangan potensi wisata akan terjadi saling ketergantungan
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu transfebilitas
harus dilakukan secara terorganisir, agar para wisatawan lebih mudah
tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan daerah yang lebih luas
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan otonomi diyakini
akan mendorong daerah untuk lebih bersikap mandiri karena memiliki
kewenangan penuh untuk mengurus dan mengontrol daerahnya sendiri.
Kemandirian tersebut, bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih baik,
termasuk pengelolaan pariwisata daerah yang lebih profesional dan mengena.
Kepulauan nusantara yang terkenal dengan sebutan untaian zamrud di
khatulistiwa, memperbanyak tempat rekreasi sebagai tempat waisata. Ciri khas
kebudayaan satu daerah yang berlainan dengan daerah lainnya, serta keramah
tamahan penduduknya merupakan sebagian dari citra yang memiliki daya pikat
bagi para wisatawan. Kegiatan pariwisata yang pada hakekatnya merupakan suatu
perjalanan yang diatur untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna melihat keindahan
alam, merasakan kesejukan pegunungan, melihat atraksi-atraksi kebudayaan,
tempat-tempat bersejarah ataupun tempat-tempat yang dianggap suci ataupun
sakral. Adapun bentuk motivasi perjalanan wisata yang dapat dilakukan antara
lain adalah bertamasya, kesehatan, studi, keagamaan, berlibur dan sebagainya.
Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan
pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia,
yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu
kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap
lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh
terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan.
Sedangkan lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat, yaitu bebas polusi, pemukiman yang sehat,
tersedianya air bersih, dan pengelolaan sampah yang sehat. Permasalahan yang
ditemui dalam pengelolaan Daerah Tujuan Wisata khususnya di Pemandian
Karang Anyar adalah bidang lingkungan dan perilaku yang saat ini belum
dilaksanakan secara optimal.
Ketertarikan saya untuk mengangkat permasalahan kebersihan di Karang
Anyar, karena sebagai daerah wisata alam maka kebersihan menjadi syarat yang
harus terpenuhi. Potensi dan keindahan yang dimiliki lokasi wisata pemandian
belum dikelola secara maksimal. Perilaku yang terlibat dengan objek pariwisata
seperti pelaku para penjual makanan dan minuman, asongan, dan warung
makanan kadangkala seenaknya saja membuang sisa makanan atau sampah ke
saluran air atau membuang sampah tidak pada tempatnya, begitu juga
pengunjungpun ada yang tidak peduli dengan kebersihan dan kesehatan karena
seenaknya pula membuang bungkusan nasi, plastik, dan sisa makanan lainnya
kelingkungan daerah tujuan wisata, hal ini sudah jelas akan memperburuk dan
menimbulkan lingkungan yang kotor, yang akhirnya menbawa dampak malasnya
Kondisi ini tentu akan merugikan perekonomian dan kesehatan
masyarakat. Untuk itu kebersihan lingkungan daerah tujuan wisata sangat penting
untuk dipelihara, dijaga dan diperhatikan oleh semua pihak, tidak saja manfaatnya
untuk pengunjung (wisatawan) tapi kebersihan itu adalah untuk masyarakat yang
ada di objek wisata dan sekitarnya agar tetap sehat dan produktif.
Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV Bah Jambi
yang berjarak sekitar 15 km dari Pematang Siantar. Berada di Nagori Karang
Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini
relatif mudah dijangkau. Air sejuk Karang Anyar keluar dari dalam mulut gua
berdiameter 5 m dan membelah Dusun VI Desa Karang Anyar. "Sejak tahun 1920
sumber airnya sudah dimanfaatkan warga dan pemerintahan Hindia Belanda,
khususnya yang tinggal di perkebunan.
Belakangan, Pemerintah Kabupaten Simalungun juga memanfaatkan air
ini sebagai salah satu supplier air milik PDAM Tirtalihou, perusahaan air minum
milik pemerintah daerah setempat. Selain dimanfaatkan sebagai bahan air minum
untuk warga, pemandian Karang Anyar juga menyumbang PAD bagi pemerintah
kabupaten dari sektor pariwisata. Pemerintah menetapkan tarif masuk Rp 2.000
kepada setiap pengunjung.
Pemandangan yang tidak jarang kita temukan di lokasi Pemandian Karang
Anyar adalah sampah, penanganan sampah yang tidak jelas memperburuk
keindahan lokasi pemandian. Dari penjabaran latar belakang di atas maka perlu
untuk dikaji. Dewasa ini sampah sudah menjadi masalah secara umum yang
terjadi di kota besar di Indonesia. Mulai dari tempat pembuangan sampah
pembuangan akhir(TPA). Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil
buangan tak berharga. Sampah pada saat ini menjadi sebuah permasalahan umum
di semua belahan dunia. Hal ini sangat wajar karena sampah memiliki dampak
negatif bagi kesehatan manusia, lingkungan, sosial, ekonomi dan bahkan sangat
berdampak buruk terhadap wisata pemandian Karang Anyar. Menteri Lingkungan
Hidup Ir. Rachmat Witoelar menjelaskan dalam penyusunan RUU tentang
pengelolaan sampah (2007). Bahwa manajemen pengelolaan sampah yang
dilakukan sampai saat ini lebih pada memindahkan masalah, artinya sampah dari
satu tempat diangkut ketempat lain, sedangkan pengelolaannya juga lebih
menggunakan open dumping yang tidak memenuhi standart – standart yang
memadai, dan lokasi pembuangan akhir (TPA) tidak sesuai dengan rancangan tata
ruang wilayah daerah (RTRW). Akibatnya timbul berbagai masalah pencemaran
lingkungan, konflik sosial, dan menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang
bermukim disekitar TPA. Pendekatan yang digunakan sekarang ini dalam
pengelolaan sampah cenderung masih menggunakan end of pipe solution, tetapi
bukan pendekatan sumber. Maka muncullah pokok – pokok pikiran RUU tentang
pengelolaan sampah yang terdiri dari:
1. Prinsip tanggung jawab pengelolaan sampah menjadi urusan
Kabupaten/Kota dan merupakan bentuk pelayanan publik. Hal ini
berkaitan pula dengan pelaksanaan dari pasal 28 H UUD 1945, yaitu:
prinsip pelaksanaan berkelanjutan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat.
2. Batasan pengertian yang dimaksud dengan “sampah” dalam RUU ini
adalah sampah padat atau setengah padat dari kegiatan sehari – hari
sampai hilir, pengumpulan, pengangkutan, dan pengelolaan. Batasan
pengertian/cakupan ini berangkat dari hasil studi, pendapat para ahli,
referensi beberapa UU tentang sampah.
3. Pengelolaan sampah merupakan urusan pemerintah dengan berbagai
permasalahan dan kompleksitas masalahnya yang bahkan melampaui
urusan skala Kabupaten/Kota dan Provinsi, sehingga perlu diatur dengan
UU.
4. Keberhasilan pengelolaan sampah sangat tergantung dari peran
pemerintah, keterlibatan dunia usaha dan masyarakat.
5. Penentuan lokasi TPA dalam RTRW daerah sanagat menentukan. Oleh
karena itu, wajib dicantumkan secara tegas berdasarkan standart,
persyaratan dan cerita yang telah ditentukan didalam RTRW daerah
masing – masing. (Ir. Rachmat Witoelar, 2007).
Dari pemaparan rencana RUU pengelolaan sampah tersebut jelaslah bahwa
penentuan pembuangan akhir harus benar – benar berdasarkan standart dan
ketentuan yang berlaku. Selain pengelolaan tempat yang masih menimbulkan
pertanyaan, Fikarwin(2005:7), dalam proposal disertasinya yang juga mengkaji
lapangan pengelolaan sampah, memaparkan mengapa permasalahan sampah tak
sepenuhnya dapat tertangani, sedikitnya ada empat golongan pengamat yakni:
Golongan pertama mengaitkan permasalahan sampah oleh petugas yang
kurang begitu baik, sejak dari sumber/ asal sampah hingga ketempat pembuangan
akhir (TPA) banyak sampah – sampah yang tertinggal tidak terangkut dari tempat
berikutnya dari satu tempat pembuangan sementara (TPS) tertentu dianggap
terlalu lama sehingga sampah – sampah yang telah terkumpul terserak kembali.
Keterlambatan petugas pengangkut sampah akan semakin mempengaruhi
bagaimana masyarakat memperlakukan sampah – sampah yang telah mereka
hasilkan. Tentunya ini akan semakin memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah
akan memasuki sistem baru, ketika sistem yang sudah ada tidak dapat berfungsi
lagi secara normal, untuk mengatasi masalah sampah yang berserakan di
pemandian Karang Anyar ini.
Pengamat golongan kedua, melihat masalah persampahan di perkotaan
terkait dengan teknologi yang digunakan untuk menangani sampah di tempat
pembuangan akhir, itu dinilai masih kurang memadai dan tidak tepat. Teknologi
yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu, incinerator dianggap tidak dapat
memecahkan persoalan. Pernyataan ini kembali mendukung fakta – fakta yang
saya temukan ketika saya melakukan observasi awal di pemandian Karang Anyar.
Armada pengangkut sampah misalnya, selain jumlahnya yang sangat terbatas,
terlihat juga kondisi kurang perawatan dari armada – armada kebersihan tersebut
dan bahkan dalam kondisi tidak layak guna. Selain truk, alat – alat penunjang
kebersihan lainnya seperti tong sampah misalnya, juga banyak dalam kondisi
memprihatinkan dan kurangnya fasilitas tong sampah yang harusnya disebar
disekitar pemandian.
Golongan ketiga mengaitkan masalah sampah kota – kota besar di
Indonesia dengan kebiasaan buruk individu – individu anggota masyarakat
membuang sampah sembarangan. Tudingan ini paling sering mengemuka dalam
sehari – hari. Ada yang berpendapat “kebiasaan buruk” ini diawali oleh lemahnya
perhatian pada pembiasaan anak untuk “buang sampah pada tempatnya” dalam
pendidikan sedari kecil di dalam rumah tangga hingga pendidikan di sekolah –
sekolah.
Sedangkan golongan pengamat keempat, mengaitkan masalah sampah
dengan volumenya yang sangat besar sehingga muncul gagasan untuk
meminimalisasi volume sampah. Salah satu gagasan yang pernah mengemuka
ialah bahwa mengusahakan agar produk – produk pertanian yang masuk Jakarta
harus sudah dalam keadaan dibersihkan dari daun, kulit, ranting, yang tidak
terpakai sejak dari sentra – sentra produksinya (Fikarwin, 2005). Kebijakan
persampahan yang tidak terpadu sangat bertolakbelakang dengan kebijakan di
bidang pariwisata, khususnya menyangkut aktivitas promosi Pemandian Karang
Anyar. Sampah yang dibuang di dekat lokasi sepanjang pemandian dalam waktu
yang lama sampai menimbulkan bau dan pemandangan kotor, menunjukkan
lemahnya penghargaan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.
1.2. Tinjauan Pustaka
Pariwisata secara harafiah adalah segala kegiatan yang berhubungan
dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan
Antropologi, dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan
orang – orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan
kebutuhan yang benar – benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau
Ada berbagai pendapat dalam mengidentifikasikan kata pariwisata
tersebut, namun hal yang paling penting adalah cara memandang pariwisata secara
menyeluruh berdasarkan scape (cakupan) atau komponen yang terlibat dan
mempengaruhi pariwisata antara lain:
• Wisatawan: Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman
fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan
wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam
memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.
• Industri penyedia barang dan jasa: Orang – orang bisnis atau investor
melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan
keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan
wisatawan.
• Pemerintah lokal: Pihak yang memiliki wewenang secara struktural dalam
konteks pemerintahan maupun swasta berkaitan terhadap pengelolaan
kawasan objek wisata hingga pada aspek pelayanan terhadap wisatawan
yang berkunjung.
• Masyarakat setempat: Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari
faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi
masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang
merugikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa pariwisata merupakan
idustri penyedia barang dan jasa, pemerintah lokal dan masyarakat setempat
dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan.3
1. Wisata budaya : ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas
dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan
jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar
negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang –
orang yang melakukan perjalanan wisata (Pendit, 2003 : 14). Adapun jenis – jenis
pariwisata sederhana, menurut Nyoman S Pendit (2003 : 14) dapat dikategorikan
sebagai berikut:
2. Wisata maritim atau bahari: jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan
kegiatan olahraga air, lebih – lebih di danau, bengawan, pantai, teluk, atau
laut lepas, seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan
pemotretan, kompetisi berselancar dll.
3. Wisata cagar alam (Taman Konservasi): Untuk wisata jenis ini banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan
usaha – usahanya dengan jalan mengatur wisata ketempat daerah cagar
alam, hutan lindung, hutan daerah pegunungan, dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang – undang.
3
4. Wisata konvensi: Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi
dengan menyediakan fasilitas bangunan beserta ruangan – ruangan tempat
bersidang bagi para peserta konfrensi, musyawarah, konvensi atau
pertemuan lainnya baik yang bersifat internasional maupun nasional.
5. Wisata pertanian: adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan
proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya
dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan
peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat sambil menikmati
segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis
sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.
6. Wisata buru: Jenis ini banyak dilakukan di negeri – negeri yang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan
digalakkan oleh agen atau biro perjalanan.
7. Wisata pilgrim: Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah,
adat – istiadat, kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.
Banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat – tempat
suci, kemakam orang – orang besar, atau pemimpin yang diagungkan.
8. Wisata kesehatan: Perjalanan wisatawan dengan tujuan tersebut untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari – hari dimana dia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani,
dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata atau air panas
yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara
menyehatkan atau tempat – tempat yang menyediakan fasilitas kesehatan
9. Wisata olahraga: Ini dimaksudkan wisatawan – wisatawan yang
melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja
bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat
atau negara seperti Olimpiade, Asian Games, Thomas Cup, dan lain – lain.
10.Wisata komersial: Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersil, seperti
pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.
11.Wisata politik: Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti:
ulang tahun negara, penobatan Ratu Inggris, dan sebagainya dimana
fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi aneka warna
diadakan secara megah dan meriah bagi pengunjung, baik dalam maupun
luar negeri.
12.Wisata sosial: Pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk
memberikan kesempatan bagi golongan ekonomi lemah (atau dengan kata
lain mampu untuk membayar sesuatu yang bersifat lux, untuk mengadakan
perjalanan).
13.Wisata bulan madu: Menyelenggarakan perjalanan bagi pasangan –
pasangan pengantin baru menikah.
14.Wisata petualangan: Seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum
pernah dijelajah, penuh binatang buas, mendaki tebing terjal, masuk goa
penuh misteri, dan lain sebagainya.
15.Wisata Industri: Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
perindustian dimana terdapat pabrik atau bengkel besar dengan tujuan
untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.
Kajian dalam pengembangan lokasi pariwisata terikat tiga hal penting agar
dapat menarik dan banyak dikunjungi wisatawan. Menurut Oka A Yoeti (1985)
karakteristik pengembangan lokasi wisata dirumuskan sebagai:
• Something to see: Artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata dan
atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain. Dengan
kata lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus dan unik.
• Something to do: Artinya ditempat tersebut selain banyak yang disaksikan,
harus disediakan pula fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan
betah tinggal lebih lama di tempat itu.
• Something to buy: Artinya ditempat tersebut harus ada fasilitas untuk
berbelanja, terutama barang – barang souvenir, dan kerajinan tangan
rakyat sebagai oleh – oleh untuk dibawa pulang.
Selain karakteristik dalam pengembangan lokasi pariwisata, juga
diperlukan adanya syarat agar suatu objek wisata dapat dikembangkan, dengan
syarat sebagai berikut (Syamsuridjal dalam Lusianna M. E. Hutagalung, 2009)
yaitu:
• Attraction (atraksi): Adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau
keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung
ke tempat wisata tersebut. Atraksi wisata terdiri dari dua yaitu: a. Site
attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki objek wisata semenjak objek itu
ada. b. Event attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki suatu objek wisata
• Accessbility: Kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.
• Amenity: Yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti
akomodasi dan restoran.
• Institution: Yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata
tersebut.
Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat
dijelaskan berdasarkan dari cerita. (Pendit, 2003 : 15) menjelaskan bahwa
hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu
seseorang dimana perasaan ini menjadi faktor yang mendorong orang untuk
melakukan perjalanan (berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa
makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengalaman
serta pengetahuannya, kemudian berlanjut pada bertambahnya keberanian.
Hubungan antara Antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk
membahas aspek – aspek budaya masyarakat sebagai aset dalam dunia pariwisata.
Kajian teori dan konsep –konsep Antropologi terutama dalam melestarikan aspek
budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek tersebut sebagai aset pariwisata
dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna
dan nilai aspek budayanya.
Antropologi pariwisata memiliki fokus intens pada masalah pariwisata dari
segi sosial budaya. Adapun sosial budaya dan hal ini adalah sistem sosial, dan
sistem budaya yang berkembang dalam konteks pariwisata. Pariwisata merupakan
pertemuan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling
mempengaruhi. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari – hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda
– benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda – benda yang bersifat nyata, misalnya pola – pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain – lain yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Tujuh unsur kebudayaan sebagaimana diungkapkan oleh (Koentjaraningrat
1996) menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh aspek penting yang saling
berkaitan satu sama lain, adapun unsur – unsur tersebut adalah bahasa, sistem
pengetahuan, sistem teknologi, religi, kesenian, sistem organisasi sosial, dan mata
pencaharian. Penelitian ini menggunakan beberapa bagian dari tujuh unsur
kebudayaan yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun beberapa bagian tersebut
adalah system pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan sosial budaya
masyarakat di Daerah Tujuan Wisata yang pada akhirnya berhubungan dengan
sistem mata pencaharian masyarakat setempat sebagai pengelola objek wisata
tersebut yang berkaitan dengan penanganan kebersihannya.
Koentjaraningrat (1996 : 75) juga mengistilahkan tiga wujud kebudayaan,
yaitu:
• Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks bersumber dari ide – ide,
nilai – nilai, peraturan, gagasan – gagasan, norma – norma, dan
sebagainya.
• Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan,
• Wujud kebudayaan berupa benda – benda hasil karya manusia.
Pemahaman tiga wujud kebudayaan diterapkan dalam penelitian ini berupa
ide atau gagasan mengenai konsepsi wisata pemandian yang dimiliki di Nagori
Karang Anyar serta pendayagunaan potensi wisata didaerah tersebut. Selanjutnya
pada wujud perilaku, dimanifestasikan pada bentuk kegiatan – kegiatan yang
dilakukan wisata pemandian serta dalam bentuk hasil karya manusia hal ini dapat
diperoleh dari berbagi hasil penanganan kebersihan yang dapat meningkatkan
potensi wisata itu sendiri bagi masyarakat.
Lingkungan bersih sebagai pendorong peningkatan kunjungan ke Daerah
Tujuan Wisata (DTW) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia atau masyarakat. Sedangkan derajat kesehatan
masyarakat pada hakekatnya merupakan kontribusi penting bagi kualitas sumber
daya manusia, sehingga ada keterkaitan antara mutu lingkungan hidup dengan
SDM itu sendiri.
Melihat keterkaitan tersebut, sudah selayaknya bila perhatian dan
kepedulian terhadap lingkungan patut mendapat prioritas. Bukan hanya untuk
mencari sebuah kondisi lingkungan yang ideal, akan tetapi lebih jauh lagi pada
upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Kondisi ini dapat tercapai
bila masyarakat semakin meningkatkan kepeduliannya akan kebersihan dan
kesehatan lingkungan, dan ini memerlukan faktor-faktor penting yang dapat
membangkitkan bentuk kepedulian tersebut khususnya di daerah tujuan wisata.
Supaya mempunyai nilai bagi pengembangan pariwisata haruslah
bertujuan untuk rekreasi dan berlibur agar dapat memelihara semangat kerja
memperkaya ilmu pengetahuan. Dilihat dari alasan kenapa orang pergi
bertamasya dari segala aspek adalah untuk menghilangkan stress, supaya pikiran
tenang, kesehatan dan lain sebagainya, yang penting bagaimana mereka dengan
keluarga bisa bersenang-senang. Untuk itu bagi pelaku pariwisata terutama bagi
pemandu wisata sudah seharusnya memahami keadaan yang demikian,
pengunjung yang datang ingin menikmati sesuatu dengan rasa kasih sayang dan
dihormati, agar mereka betah untuk berlama-lama di lokasi wisata.
Lingkungan bersih memiliki tiga faktor yang perlu mendapat perhatian
adalah lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik ini menyangkut air
bersih, udara, limbah cair dan padat, kotoran serta polutan lain yang umumnya
dapat dilihat. Selain udara yang tercemar oleh polutan, limbah padat (sampah)
juga menjadi masalah kesehatan lingkungan yang rawan, terutama di Daerah
Tujuan Wisata (DTW). Sampah merupaka
setelah berakhirnya suat
dengan berbagai keputusan yang dibuat oleh berbagai organisasi dan lembaga
formal, dengan tujuan untuk mempengaruhi nasib dan perilaku orang banyak, baik
melalui implementasi dari keputusan tersebut maupun melalui rewards dan
sanction yang diterapkan terhadap pihak yang kena dampak. Seperti yang
disebutkan oleh Amri Marzali 4
4
Amri Marzali, Antropologi dan kebijakan publik hal 30 - 31
“Policy = Culture” bahwa mau tidak mau pada
akhirnya setiap kegiatan Antropologi terapan yang berkaitan dengan bidang di
luar Antropologi tentu akan melibatkan kebijakan publik yang secara umum
konsep pokoknya adalah culture (budaya), maka dalam antropologi terapan
Dikatakan oleh Chambers bahwa:
“…The idea of policy is as central to the development of applied anthropology
as the concept of culture has been to the anthropological profession as
awhole”.
“…Ide dari kebijakan sebagai pusat pengembangan Antropologi diterapkan
sebagai konsep budaya yang telah menjadi dasar pemikiran profesi
Antropologi secara keseluruhan. (Chambers, 1989:37 – 38).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani kebersihan sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan di dalam penanganan kebersihan meliputi
pengendalaian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,
pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut:
Penimbulan sampah (solid waste generated). Dari defenisinya dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste
is generated, not produced). SK SNI S-04-1993-03 tentang spesifikasi timbulan
sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75 – 3,25 liter/ orang/hari atau
0.7-0,8/orang/hari.
1. Penanganan di tempat (on site handling). Penanganan sampah pada
sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan
sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini
bertolak dari kondisi dimana suatu material yang sudah dibuang atau tidak
2. Pengumpulan (collecting). Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan
sumbernya menuju lokasi TPS. Umumnya dilakukan dengan
menggunakan gerobak dorong dan rumah – rumah menuju lokasi TPS.
3. Pengangkutan (transfer and transport). Adalah kegiatan pemindahan
sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau
lokasi pembuangan akhir.
4. Pengolahan (treatment). Bergantung dari jenis komposisinya, sampah
dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah,
diantaranya adalah:
• Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting)
dan pemadatan (compacting).
• Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang
dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya
dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang
efektif, tetapi bukan teknik yang dianjurkan. Sebab teknik tersebut
sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
• Pembuatan kompos (composting). Kompos adalah pupuk alami
(organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan bahan organik
lainnya yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses
pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, biasa
ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004).
• Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik
dikembangkan di negara – negara naju yaitu pada instalasi yang cukup
besar.
5. Pembuangan akhir. Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus
memenuhi syarat – syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik
yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, dimana sampah
yang ada hanya ditempatkan ditempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak
lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan (Kartikawan, 2007). Fikarwin (2008 : 7),
ada banyak faktor, dan tidak semata – mata hanya bersifat teknis yang
berpengaruh dalam proses berjalannya operasi pengelolaan sampah.
Pemekaran wilayah Kabupaten/Kota pun ikut mempengaruhi jalannya
operasi pengelolaan sampah. Sentimen kedaerahan paska penerapan UU
otonomi daerah juga menambahkan persoalan penanganan sampah di
suatu Kabupaten/Kota menjadi berat.
2. Sampah
Dalam istilah lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau
pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi
berlebihan atau ditolak atau buangan. Permasalahan sampah pada masyarakat
sudah lama menjadi sorotan, terutama menyangkut pada human action. Seperti
yang dijabarkan Suparlan (2004 : 31) mengenai kebudayaan dan fase luminal.
Konsep kebudayaan yang berbeda mengenai sampah oleh masing – masing
individu. Fase luminal ini adalah suatu proses kebudayaan dimana kebudayaan
sepenuhnya diterima, terutama bagi para pendatang. Hal tersebut berpengaruh
dalam kelakuan dan tindakan mereka atas sampah. Mereka itu adalah masyarakat
yang konsumer seperti manusia modern lainnya namun bertindak gegabah dalam
hal sampah layaknya masyarakat tradisional: dibuang jauh – jauh, segera, dengan
cara mudah (“yang kita sebut sembarangan”)
Dalam buku Amri Marzali yang berjudul Kebijakan Publik ada tiga
pendekatan yang dipakai dan akan saya gunakan untuk menganalisis kebijakan
yakni:
• Pendekatan sistemis – holisti. Dalam pendekatan ini setiap kebijakan
selalu dilihat kaitannya dengan konteks masyarakat secara keseluruhan,
dengan kebijakan – kebijakan yang dibuat dalam bidang kehidupan lain,
dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial, dengan nilai dan
kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Tidak ada kejadian yang
berdiri sendiri, yang terjadi tanpa ada kaitannya dengan kejadian –
kejadian lain dalam masyarakat secara keseluruhan.
• Pendekatan emic, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut pandang
masyarakat lokal, atau dengan istilah populernya the native’s point of
view. Dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan perlu
mendengarkan kebutuhan dan keberatan dari masyarakat lokal tersebut.
Suatu kebijakan yang didapat dari pendekatan bottom – up.
• Pendekatan komunitas lokal, dalam hal ini Antropologi memusatkan
perhatian pada kehidupan komunitas lokal. Meskipun kebijakan dibuat
pada organisasi formal tingkat atas seperti birokrasi, povinsi, dan
komunitas – komunitas pedesaan dan kelurahan.5 Pengelolaan merupakan
suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi
dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Dalam
proses pengolahan tersebut berperan sistem pengetahuan yang merupakan
unsur kebudayaan yang muncul dari pengalaman – pengalaman individu
yang satu dengan yang lainnya dalam menanggapi lingkungan sekitarnya.
Pengalaman dari individu – individu itu diabstraksikan menjadi konsep –
konsep pendirian atau pedoman – pedoman dari individu atau masyarakat
(Lamech 1995 :1). Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diyakini
kebenarannya yang dapat menyelimuti perasaan dan emosi manusia serta
menjadi sumber bagi sistem penilaian terhadap suatu yang baik dan yang
buruk, atau suatu yang bersih atau kotor karena kebudayaan itu diselimuti
oleh nilai – nilai moral (Suparlan, 1983 : 2). Adapun pengertian nilai itu
sendiri konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang baik
dan apa yang buruk (Soekamto, 1988 : 6 – 8).
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah menguraikan tentang penanganan dan kebersihan
termasuk pengelolaan sampah di Daerah Tujuan Wisata (DTW) pemandian
Karang Anyar. Maka ruang lingkup masalah yang akan diteliti difokuskan pada:
5
1.Apa saja potensi wisata yang terdapat di Karang Anyar?
2.Bagaimana bentuk penanganan sampah di pemandian Karang Anyar?
1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian A.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk ptensi
wisata yang ada di Kelurahan Karang Anyar, dan bagaimana penanganan
kebersihan (sampah) di Daerah Tujuan Wisata (DTW) pemandian Karang Anyar.
B.Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara
akademis, manfaatnya menambah pemahaman mengenai penanganan kebersihan
daerah tujuan wisata pemandian Karang Anyar. Secara praktis manfaatnya adalah
memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan kepada masyarakat
luas dalam bagaimana sebuah realita sosial dalam perkembangan Daerah Tujuan
Wisata pemandian Karang Anyar, serta untuk melihat bagaimana penanganan
kebersihan di daerah pemandian. Manfaat penelitian ini untuk menambah
kepustakaan tentang kebersihan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sesuai dengan
penanganan kebersihan di daerah Tujuan Wisata (DTW) serta proses
berlangsungnya.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Moleong (2006:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
kualitatif yaitu berupa pengamatan, wawancara dan studi kepustakaan. Dengan
tahapan penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri
dengan tahap penulisan laporan penelitian. Peneliti akan mengumpulkan data
kualitatif sebanyak mungkin yang akan dirumuskan menjadi beberapa
kasus-kasus yang akan dianalisa menjadi sebuah kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Gunung
Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Gunung
Maligas dipilih karena di Kecamatan inilah terdapat Daerah Tujuan Wisata
(DTW) yang mengaplikasikan penanganan kebersihan di lokasi wisata pemandian
Karang Anyar.
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan di lapangan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk
menghasilkan data-data etnografis yang mendeskripsikan penanganan kebersihan
sebagai masalah utama.
1.5.1 Penentuan Informan
Agar dapat menghasilkan data yang akurat, maka saya menggunakan tiga
kategori informan, yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.
Namun pada akhirnya informan pangkal berfungsi ganda sebagai informan kunci
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan pangkal sekaligus kunci saya
adalah Pak Camat yakni Jawansen Damanik (47 Tahun) sebab yang bertanggung
jawab atas kebersihan lokasi pemandian adalah pihak Kecamatan. Dan Bapak
Nikman Damanik (62 Tahun) sebagai pengelola retribusi di lokasi pemandian ini.
Alasan mengapa mereka dijadikan informan pangkal sekaligus kunci adalah,
karena beliau merupakan penanggung jawab pemandian. Untuk Pak Jawansen
Damanik, saya pertama kali melakukan wawancara langsung di kantor
Kecamatan. Sedangkan perkenalan saya dengan Pak Nikman Damanik adalah
hasil rekomendasi Pak Jawansen sendiri, karena untuk beliau mengatakan Pak
Nikman adalah pengelola langsung dilapangan.
Penentuan informan kunci didasarkan atas beberapa pertimbangan selain
karena orang-orang yang menjadi informan kunci memliki banyak pengetahuan
tentang sampah. Sedangkan untuk mengidentifikasi sejarah penanganan
kebersihan dan perkembangannya di pemandian Karang Anyar, saya lebih banyak
mengajukan pertanyaan pada Pak Nikman Damanik, karena pertimbangan usia
dan pengalamannya sebagai pengelola retribusi. Sebenarnya saya sama sekali
tidak membatasi usia dari informan.
Selain menggunakan informan kunci, peneliti juga menggunakan informan
biasa yaitu orang yang memberikan informasi mengenai masalah penelitian ini
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi bukan ahlinya. Dalam studi
ini informan biasa adalah pak Widodo (38 tahun) warga sekitar yang berprofesi
sebagai supir. Ibu Sumiati Siagian (32 Tahun) yang berprofesi sebagai penyedia
Penentuan apakah seseorang bisa di sebut sebagai informan biasa atau
informan kunci, ditentukan pada pertengahan atau di akhir penelitian, hal ini
dikarenakan pada awal penelitian saya belum bisa mengkategorikan para informan
ke dalam 3 (tiga) kategori tersebut. Namun seiring berjalan waktu penelitian, saya
baru dapat menentukan siapa saja yang menjadi informan pangkal, kunci, dan
informan biasa.
1.5.2 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam mencakup bagaimana penanganan kebersihan di
pemandian Karang Anyar, oleh penanggung jawab (pihak kecamatan) sebagai
pengelola daerah tujuan wisata. Wawancara pertama kali saya lakukan pada Pak
Jawansen Damanik, dia adalah informan pertama saya. Wawancara pertama
dengan Pak Jawansen saya lakukan di kantornya. Tidak merasa heran melihat
kedatangan saya, beliau langsung menebak saya adalah mahasiswa sebab saya
memakai almamater saya. Jadi saya tidak kerepotan menerangkan maksud
kedatangan saya.Setelah saya menjelaskan maksud dan tujuan saya, agar lebih
detail saya mengatakan ingin melakukan wawancara seputar penanganan
kebersihan di Pemandian Karang Anyar. Pada sesi-sesi awal wawancara, kegiatan
tanya jawab berjalan lancar, meskipun terkadang Pak Jawansen, kurang fokus
karena sesekali pegawai TU (Tata Usaha) datang mengganggu, sebab banyak
diantara masyarakat setempat yang ingin menandatangani surat–surat kepada
beliau. Setelah itu sesi wawancara sedikit berjalan karena kurang nyaman, dan
saya berulang kali memohon maaf, dan bertanya apakah kedatangan saya
mengganggu beliau, namun beliau menerangkan tidak apa–apa bahwa hal yang
persulit. Usai menandatangani surat–surat dari pegawai tata usaha itu beliau pun
langsung memulai bertanya untuk memulai pembicaraan. Hiingga akhir sesi
wawancara beliau sangat fokus dan serius menjawab semua pertanyan yang saya
berikan. Karena suasana saat itu tepat untuk saya melakukan wawancara dengan
beliau, tidak terasa waktu percakapan kami berlangsung selama tiga jam. Hal ini
terjadi sebab saya ditemani oleh ayah saya yang sesekali ikut mencairkan suasana.
Sampai di tahap itu, saya merasakan bahwa data saya masih kurang lengkap.
Hal itu saya utarakan kepada beliau dan beliau pun merekomendasikan saya untuk
menemui Pak Nikman Damanik sebagai penanggung jawab retribusi di daerah
pemandian. Saya membutuhkan informasi yang lebih rinci lagi mengenai
kebersihan dari beberapa pengelola yang ada, karena saya juga ingin melihat
bagaimana penerapan kebersihan yang dilakukan di lokasi pemandian. Oleh
karena itu, saya mencari tahu dengan teknik snow ball. Sambil terus menggali
informasi mengenai keberadaan Pak Nikman Damanik, saya pun mulai mencari
informan biasa, dimana syarat penentuan informan yang saya butuhkan, hanya
berasal dari orang orang yang memiliki kios/lapak di sekitar pemandian. Dan
informan biasa pertama saya jatuh pada Ibu Sumiati Siagian. Dari ibu tersebut
saya meperoleh keterangan bahwa lokasi pemandian akhir – akhir ini kurang
bersih diakibatkan meningkatnya kunjungan wisatawan ke daerah itu, sedangkan
pengunjungnya bebas membuang sampah sesuai kehendaknya. Karena banyak
teman – teman beliau yang berprofesi sama dengan dirinya beliau menyarankan
agar saya juga bertanya pada pemilik lapak yang lainnya. akhirnya saya mencari
informan dengan bantuan relasi Ibu Sumiati Siagian itu.. Meskipun cara
memberikan jawaban dan menambah informasi bagi saya. Ketidakseragaman
pandangan dan pola pikir dari informasi yang mereka berikan, semakin
memperkaya data saya, dan membantu saya untuk menjawab pertanyaan
penelitian, khususnya mengenai penanganan kebersihan di lokasi pemandian ini.
cara pandang mereka terhadapa sampah, peran pemerintah, masyarakat dan swasta
dalam mengantisipasi keadan yang semakin buruk, dll.
1.5.3 Observasi Partisipasi
Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi
partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung aktivitas yang ada di
lokasi pemandian dan tata cara mereka mengatasi masalah sampah. Observasi
partisipasi bersama para pemilik lapak, saya lakukan dengan ikut menjadi penjaga
lapak – lapak pemilik sebelum pengunjung selesai berekreasi. Apabila pemilik
lapak sedang tidak melayani pengunjungnya, maka saat itulah saya melakukan
waawancara.
1.5.4 Pengalaman Selama Penelitian
Setelah selesai ujian proposal saya langsung mengurus surat administrasi
ke bagian pendidikan, saya menerima surat pengantar penelitian ke lapangan dari
Ibu Sofiana bagian pendidikan. Surat pengantar ini akan diberikan sebagai
pengantar kepada Camat Gunung Maligas bahwa saya akan melakukan penelitian
di Kecamatan Gunung Maligas dan kiranya Kecamatan memberikan saya izin
untuk melakukan penelitian skripsi. Sehari setelah saya mendapatkan surat
pengantar pada tanggal 30 November, saya berangkat menuju lokasi penelitian.
paru – paru yang saya alami dan belum memungkinkan bagi saya untuk pergi ke
lapangan. Tetapi karena saya mendapat dukungan dari ayah saya, timbul semangat
bahwa penelitian ini harus selesai dilakukan. Semangat itu muncul ketika beliau
mengatakan:
“Unang mabiar ho amang, au mangadopi halaki sude” yang artinya (Jangan takut
nak, aku yang menghadapi mereka semua).
Jadi tanggal 30 bulan 11 tahun 2012 saya berangkat dari kosan di Jln.
Gitar 1B Padang Bulan menuju Kecamatan Gunung Maligas. Kecamatan ini
berada di Kota Pematang Siantar tepatnya 15 Km dari rumah peneliti. Dari
Padang Bulan saya naik angkutan umum Medan Bus 135 menuju Terminal
Amplas pukul 16:00 WIB, dengan biaya angkutan sebesar Rp.3000,-. Dari
terminal saya naik bus INTRA (Indah Transport) menuju kota Pematang Siantar.
Dengan biaya perjalanan (ongkos) sebesar Rp. 15.000,- untuk kelas ekonomi.
Butuh waktu selama tiga jam menuju kota Pematang Siantar. Perhentian terakhir
bus INTRA ini adalah di Terminal Parluasan Pematang Siantar. Dari Terminal
Parluasan saya kembali naik angkutan umum “Siantar Jaya” menuju “Terminal
Pasar Horas”. Butuh biaya Rp. 2000,-menuju terminal ini. Dari Terminal Pasar
Horas, saya kembali naik angkutan umum “SKB (Sepakat Karya Bersama)”
dengan biaya Rp.2000,- menuju rumah saya. Rumah saya terletak di Simpang
Karang Sari, Jln Medan Km. 6,5. Dan jika ingin turun dari angkutan SKB ini
cukup dengan mengatakan pada supirnya agar diturunkan di simpang ini.
Sesungguhnya jika ingin langsung menuju pemandian Karang Anyar dari
Terminal-Karang Anyar. Dari simpang ini, saya akan berjalan 200 M kearah Gang
Pancur di gang inilah letak rumah saya.
Sesampainya dirumah saya disambut oleh kedua orang tua saya yang
kebetulan sudah berada di rumah. Kemudian pada malam harinya pada saat
makan malam bersama saya menceritakan tujuan saya pulang kerumah. Dan ayah
saya mengatakan bahwa beliau akan mengantar saya menuju pemandian itu, dan
tidak hanya mengantar beliau juga mengatakan bahwa dia juga akan menemani
selama penelitian ini belum selesai di lapangan.
Pagi harinya saya sudah bersiap – siap untuk berangkat kelapangan dan
ayah saya juga sengaja tidak bekerja pada hari itu hanya untuk mengantar saya ke
Kantor Kecamatan. Dengan membawa kamera, surat pengantar, dan almamater
yang sudah saya siapakan sebelumnya. Kemudian kami berangkat dari rumah
pukul delapan pagi menggunakan kendaraan roda dua. Menuju Kecamatan hanya
memerlukan waktu tiga puluh menit saja. Karena pada hari itu kami datang
dengan cepat, maka kami dapat bertemu langsung dengan Camat Gunung
Maligas. Karena sudah sampai di Kantor Camat, maka saya menuju kantor bagian
tata usaha. Disana saya langsung mengutarakan tujuan saya kepada salah seorang
pegawai tata usahanya yang bernama Hendra Sirait yang juga Kepala Subbag TU
(Sub Bagian Tata Usaha). Saya mengatakan:
“Selamat pagi pak saya mahasiswa USU nama saya Luksan dari jurusan
Antropologi, hendak melakukan penelitian skripsi di Pemandian Karang Anyar
pengantar dari universitas saya. Kiranya bapak memberikan izin penelitian pada
saya untuk kiranya segera dapat melakukan penelitian”.
Setelah saya selesai berbicara kemudian bapak itu mengatakan: “Oh..!
kalau itu memang saya paham dan sudah menjadi tugas kami dek, tapi yang saya
belum paham itu Antropologi. Jurusan apa itu dek?” Kemudian saya jelaskan
bahwa jurusan Antropologi ini adalah jurusan yang membahas tentang
“BUDAYA pak” kemudian dia mengerti sedikit penjelasan saya itu. Setelah
bercerita panjang lebar tentang Antropologi kemudian bapak itu membuatkan bagi
saya surat izin penelitian yang dimaksud dan ditanda tangani oleh Pak Camat.
Dan untuk menandatangani surat itu harus saya antarkan langsung ke kantor
Camat. Sesampainya di kantor Camat saya ketuk pintu kantornya dan saya
mengatakan: “Selamt pagi pak, boleh saya masuk?” dan bapak itu
mempersilahkan saya masuk dan mempersilahkan saya duduk juga. Kemudian dia
mengatakan: “Ada apa ya nak?” saat itulah saya jelaskan tujuan saya dan beliau
pun mengerti bahwa saya adalah mahasiswa yang igin melakukan penelitian
skripsi
Sebelum menandatangani surat izin ini saya juga ditanya beliau tentang
judul apa yang saya ambil dan saya menjawab ”Penanganan Kebersihan di Daerah
Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar” dan beliau mengatakan fokus
kemanakah penelitian ini?. Dan saya menjelelaskan bahwa saya tertarik meneliti
tentang sampah di sekitar Daerah Tujuan Wisata (DTW) Karang Anyar, mengapa
saat ini lokasi pemandian Karang Anyar banyak terdapat sampah. Beliau
mengatakan bahwa sebenarnya pihak kecamatan sudah mengerahkan truk