• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA

(Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata

Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi

Oleh:

Look Sun W. M Pakpahan 060905009

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Look Sun W M Pakpahan

NIM : 060905009

Departemen : Antropologi

Judul : Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

Medan, Februari 2013

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Sabariah Bangun, M.Soc .Sc

NIP. 196008231087021001 NIP. 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA (Studi Deskriptif Tentang Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Februari 2013

(4)

ABSTRAK

Look Sun Pakpahan 2013, Judul Skripsi Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 5 tabel, 15 gambar, 27 daftar pustaka dan lampiran. Skripsi ini mendeskripsikan penaganan Kebersihan di daerah tujuan Wisata Karang Anyar. Penelitian ini berlokasi di Kec. Gunung Maligas, Kab. Simalungun. Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia, yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap derajat kesehatan masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan.

(5)

Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelola kebersihan di daerah wisata membutuhkan kerjasama dan kesadaran berbagai pihak khususnya masyarakat, pengunjung dan pemerintah. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa semua pihak masih belum memberikan kontribusi dikarenakan masih kurangnya fasilitas pariwisata yang dilakukan baik itu yang dibuat oleh pemerintah setempat maupun penduduk desa sekitar sehingga para investasi ataupun pihak swasta kurang berminat membuka industri wisata di lokasi ini.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyer ini dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan,

pengalaman, dan banyak hal lainnya. Namun berkat keteguhan dan iman terhadap

Yesus Kristus yang memberi ketabahan, kesabaran dan kekuatan kepada penulis,

sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam banyak hal, mulai dari awal sampai

akhir dari proses penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak yang turut

serta membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih

kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Polin Pakpahan dan Ibunda Lelani

Simanjuntak S.pd atas kasih sayang, didikan, perhatian, yang penulis terima sejak

kecil hingga penulis tumbuh dewasa, terlebih jika mengingat penulis sangat

berbeda sifatnya dengan saudara-saudara yang lainnya yang setiap hari membuat

beban pikiran bagi kedua orang tuaku. Terima kasih juga kepada kakak dan

adikku, Bobby Pakpahan SE (Bang BOB), Desi V J br Pakpahan ( Dek Vivi ),

dan adikku Bripda Markus Pakpahan. Kalianlah motivasi terbesarku sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini, sungguh semua jasa itu tidak akan terbalaskan.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih

(7)

kesediaan membagi waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan dari mulai

mengerjakan proposal sampai skripsi ini selesai. Terima kasih atas saran yang

diberikan dalam penyempurnaan skripsi ini. Seluruh staf pengajar FISIP-USU,

khususnya dosen-dosen Antropologi yang telah memberikan pengetahuan selama

penulis melaksanakan perkuliahan. Seluruh staf pegawai FISIP-USU, terutama

Kak Nur dan Kak Sopi yang telah membantu penulis dalam pengurusan

administrasi dan seluruh berkas-berkas penulis.

Abang dan kakak senior stambuk 2004, Alles sandro Turnip S.sos,

Arnovandala Tampubolon S.Sos, Hizkia Alfred Sagala S.Sos (ALKIAR),

Hariman L Silalahi S.Sos, Josep Silalahi S.sos yang memberikan pengalaman

yang sangat menarik selama di bangku kuliah terutama pada saat inisiasi. Seluruh

teman – teman penulis di SGC, Sandrak H M Manurung S.Sos (Bang Lugo),

Ferdinand J Sinaga, Herry Manurung S.Sos, terima kasih atas pertemananya yang

berujung menjadi persaudaraan sehingga penulis merasa memiliki dukungan yang

membuat semangat untuk mengerjakan skripsi ini. The Best Friend RPU,

Heksanta Novitasari Br Bangun S.Sos, Ruli Hartati Tumanggor S.Sos (Alm),

Noprianto Adiguna Tarigan S.Sos, Helena Br Damanik S. Sos , Carles Gultom

appara saya, Hemalea Br Ginting . atas suka dan duka yang kita alami selama

bersama-sama. Serta kerabat – kerabat antropologi stambuk 2005, Khususnya

Hery A. Sianturi S.Sos, Santy Maria Hutapea S.Sos, Tasvin S.Sos, Kartika

Yohana Panjaitan S.Sos, Bambang Napitupulu S.Sos kerabat antropologi stambuk

2006, Alloy Nina Ayuning Putri Br Ginting S. Sos, Sari Ariesta Br Ginting S.Sos,

Erika M Nadeak S. Sos, Kevin Ginting S. Sos, Inggrid S. Sos, Elmanuala Pasaribu

(8)

Sidriani Handayani Deski S.Sos, dan buat teman-teman yang sempat kuliah di

Antropologi tetapi tdak dapat menjadi Antropolog juga tidak lupa saya ucapkan

terimakasih atas pertemanan kita selama ini diantaranya: Hendra Silaban, Evi Br

Sihotang, Dina, Dora, Arnold Sibarani, Desi Monica, Winner Hulu, Dempo dan

terakhir buat Wilfrid Silitonga jangan berkecil hati “teman” walaupun tidak

menyelesaikan kuliah ini, masih ada banyak kesempatan untuk berhasil. Seiring

dengan skripsi ini saya juga turut mendoakan teman-teman stambuk 2006 yang

telah dulu pergi meninggalkan kami antara lain: Nurul, Ruli H Br.Tumanggor

semoga amal ibadahnya diterima Tuhan Yang Maha Esa. Singkat kata terima

kasih kepada seluruh teman-temanku atas dukungan dan persahabatan kita selama

ini tidak ada kalian mungkin skripsi ini tidak akan selesai.

Medan, Februari 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

Looksun W.M Pakpahan, lahir pada tanggal 26 November 1987. Putra kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Polin Pakpahan dan Lelani Simanjuntak. Memeluk agama Kristen Protestan dan berdarah Batak. Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Taman Kanak-Kanak ELISABETH Pematang Siantar tahun 1994, Sekolah Dasar Swasta RK 7 Pematang Siantar lulus pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Cinta Rakyat 1 Pematang Siantar Medan lulus pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pematang Siantar lulus pada tahun 2006.

Di tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan kesarjanaannya di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dengan spesifikasi ilmu Antropologi, lewat jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Pengalaman organisasi penulis antara lain anggota biasa di GMKI komisariat FISIP USU periode 2006/2007, anggota KASSPALA ( Komunitas Sosial Pecinta Alam) periode tahun 2007/2008, anggota SGC (Study Group Of Culture) periode 2008/2009. Dan pada tahun 2010 menjadi sekretaris SATMA PP (Pemuda Pancasila) cabang Padang Bulan hingga kini. Penulis memiliki hoby membaca, menonton film, mendengarkan musik dan tertarik pada bidang pariwisata. Meskipun cita-cita masa kecilnya adalah menjadi seorang pengusaha, namun penulis masih berbangga hati karena akhirnya bisa menyelesaikan skripsinya yang banyak membahas dunia pariwisata dan ingin bergerak di bidang usaha pariwisata dalam pandangan antropologi.

(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Study Deskriptif tentang pengelolaan kebesihan di Pemandian

Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun)

Ketertarikan untuk menulis tentang kebersihan, berasal dari ketertarikan saya terhadap sampah dan kearifan lokal masyrakat di Daerah Tujuan Wisata dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman, dimana terdapat berbagai jenis aturan yang wajib dilakukan untuk mewujudkannya.

Dalam skripsi ini, saya menulis tentang realita yang ada di lapangan, mengapa di sekitar Daerah Tujuan Wisata (DTW) terdapat banyak sampah. Dalam melihat pola pemikiran warga sekitar, saya menggunakan “kaca mata” antropologi untuk melihat pandangan mereka mengenai sampah. Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengelolaan sampah.

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman saya. Sebagai penulis skripsi ini, saya dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan Februari 2013 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 26

1.4 Tujuan Penelitan Dan Manfaat Penelitian ... 26

1.5 Metodologi Penelitian ... ... 27

1.5.1 Penentuan Informan ... 28

1.5.2 Wawancara mendalam ... 29

1.5.3 Observasi Partisipasi ... 32

1.5.4 Pengalaman Penelitian... 32

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

(12)

2.2 Kelurahan Karang Anyar ... 42

2.3 Pola Pemukiman dan Tata Lahan ... 45

2.3.1 Rumah Permanen ... 46

2.3.2 Rumah Semi Permanen ... 47

2.3.3 Rumah Non Permanen ... 47

2.4 Demografi Penduduk Kelurahan Karang Anyar ... 48

2.4.1 Sarana Umum di Kelurahan Karang Anyar ... 56

2.4.2 Kelembagaan di Kelurahan Karang Anyer ... 61

BAB III Potensi Wisata Pemandian Karang Anyer... 64

3.1 Potensi Wisata ... 64

3.1.1 Pemandian Karang Anyer ... 64

3.1.2 Alam yang Sejuk dan Indah... 66

3.1.3 Hewan Kera ataau Kera... 67

3.2. Fasilitas Daerah Wisata Pemandian Karang Anyer... 68

3.2.1 Akses... 68

3.2.2 Transportasi... 69

3.2.3 Penginapan... 70

3.2.4 Perparkiran... 71

3.2.5 Rumah Makan... .. 71

3.2.6 Perlengkapan Renang... 71

3.3 Asal Muasal Pemandian Karang Anyer... 73

3.4 Kegiatan Wisata... 76

BAB IV Pengelolahan Sampah Dan Kebersiahan Di Lokasi Wisata Pemandian Karang Anyer... 77

4.1 Karakteristik Penduduk ... 77

4.2 Aktivitas Masyarakt ... 78

4.3 Dampak Kegiatan Pengunjung ... 79

(13)

4.4.2 Pemerintah ... 84

4.4.3 Masyarakat ... 87

4.5 Instansi Yang Menunjang Pemandaian Karang Anyer ... 88

4.5.1 Instansi yang Dibentuk Pemerintah Pusat ... 89

4.5.2 Instansi yang dibentuk pemerintah Daerah ... 94

4.5.3 Instansi yang dibentuk Masyarakat ... 94

4.5.4 Instansi yang Dibentuk oleh Pihak Swasta ... 95

4.6 Aktivitas Pengunjung ... 96

4.6.1 Memanfaatkan Teknologi Komunikasi ... 96

4.6.2 Kepedulian lingkungan ... 96

4.6.3 Menjaga Ekosistem Sungai ... 98

BAB V PENUTUP………... .. 100

5.1 Kesimpulan . ... 100

5.2 Saran . ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

1. Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Gunung Maligas 31

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan dan jenis kelamin 39

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama 39

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa 40

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 40

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan 42

7. Produksi Padi Sawah 43

8. Luas dan Produksi tanaman Kakao 44

9. Jumlah dan Jenis ternak 45

10.Jumlah penduduk berdasarkan usia 46

11.Distribusi fasilitas kesehatan berdasarkan jenis fasilitas kesehatan dan jumlah unit 48

12.Fasilitas tempat ibadah berdasarkan tempat ibadah dan jumlah unit 49

13.Fasilitas pendidikan berdasarkan jenis fasilitas pendidikan dan jumlah unit 51

(15)

DAFTAR FOTO DAN GAMBAR

Daftar Foto Dan Gambar Halaman

1. Gerbang masuk pemandian Karang Anyer 54

2. Lokasi pemandian Karang Anyer 56

3. Akses jalan 59

4. Akses transportasi 60

5. Perlengkapan renang 62

6. Alat pengangkutan sampah 71

(16)

LAMPIRAN

a. Interview Guide b. Foto

(17)

ABSTRAK

Look Sun Pakpahan 2013, Judul Skripsi Penanganan Kebersihan Di Daerah Tujuan Wisata Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 104 halaman, 5 tabel, 15 gambar, 27 daftar pustaka dan lampiran. Skripsi ini mendeskripsikan penaganan Kebersihan di daerah tujuan Wisata Karang Anyar. Penelitian ini berlokasi di Kec. Gunung Maligas, Kab. Simalungun. Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia, yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap derajat kesehatan masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan.

(18)

Kesimpulan dari skripsi ini adalah pengelola kebersihan di daerah wisata membutuhkan kerjasama dan kesadaran berbagai pihak khususnya masyarakat, pengunjung dan pemerintah. Dalam skripsi ini menunjukkan bahwa semua pihak masih belum memberikan kontribusi dikarenakan masih kurangnya fasilitas pariwisata yang dilakukan baik itu yang dibuat oleh pemerintah setempat maupun penduduk desa sekitar sehingga para investasi ataupun pihak swasta kurang berminat membuka industri wisata di lokasi ini.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Potensi sumber daya alam Indonesia sangat berlimpah, wilayah hutan

tropis Indonesia terluas ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas,

tembaga dan mineral lainnya. Indonesia memiliki tanah dan area lautan yang luas,

dan kaya dengan berjenis-jenis ekologi. Walaupun demikian persoalan tentang

pengelolaan sumber daya alam hanya mendapat perhatian sedikit dari para

pengambil kebijakan.

Walaupun kekayaan sumber daya alam Indonesia begitu berlimpah bukan

berarti pengelolaan dari sumberdaya alam itu harus terabaikan. Justru pengelolaan

sumber daya alam yang dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat tentu

harus memperhatikan lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya

berorientasi ekonomi hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi

menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh

sebab itu pengelolaan sumber daya alam perlu memperhatikan kelestarian

lingkungan dengan bertanggung jawab (Yoeti, 2000).

Dengan keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa

Indonesia, tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk

membangun industri pariwisata yang nantinya mampu memberikan kontribusi

secara multidimensi bagi pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

Kepariwisataan itu penting disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: (1)

(20)

sebelumnya, (2) Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan

meningkat dari waktu-kewaktu dan (3) Besarnya potensi wisata yang dimiliki bagi

pengembangan pariwisata di Indonesia.1

Hampir seluruh Provinsi di Indonesia memiliki potensi kekayaan alam

yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Sumatera Utara adalah salah satu

provinsi yang memiliki banyak sumber daya alam baik migas maupun non migas.

Potensi alam yang dijadikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk

berwisata atau berlibur. Sumatera utara yang terkenal dengan Danau Toba mampu

menarik perhatian dunia yang merupakan salah satu destinasi pariwisata. Masih

banyak daerah-daerah lain yang menjadi andalan yang berpotensi dijadikan

sebagai daerah wisata. Adapun daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungai

sebagai berikut

Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi

penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu.

Di samping menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan

wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran mengingat barbagai

jenis wisata dapat ditempatkan dimana saja. Oleh sebab itu pembangunan wisata

dapat dilakukan di daerah yang pengaruh penciptaan lapangan kerja paling

menguntungkan.

2

1. Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di

(21)

gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan

pertaniannya yang indah, luas, dan hijau.

2. Bukit Lawang adalah kawasan wisata yang berkembang secara spontan.

Artinya, daya tarik dan pesona alam berhasil menarik pengunjung untuk

datang. Perkembangan wisata di sini dimulai dengan adanya pendirian pusat

rehabilitasi orangutan pertama di Sumatera pada awal 1980-an.

3. Danau lau kawar ini terletak di kaki Gunung Sinabung Tanah Karo, sekitar

50 km dari kota Medan. Dibandingkan dengan luas Danau Toba yang

mencapai 1.265 KM2 sedangkan, luas Danau Lau Kawar yang hanya 200 Ha.

4. Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik sebesar 100km x 30km di

Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengahnya terdapat sebuah pulau

vulkanik bernama Pulau Samosir. Danau Toba sejak lama menjadi daerah

tujuan wisata penting di Sumatera Utara

5. Bukit Gundaling dengan ketinggian 1575 M dari permukaan laut berjarak 3

km dari kota Brastagi. Untuk mencapai bukit ini dapat dilakukan dengan

berjalan kaki atau menggunakan sado.

6. Istana Maimun semula ditulis Maimoon, merupakan istana Sultan Deli. Istana

yang berdiri megah di Jalan Brigjend Katamso ini didominasi warna kuning,

warna kerajaan sekaligus warna khas Melayu. Istana ini didirikan oleh Sultan

Kerajaan Deli, Sultan Maimun Al Rasyid Perkasa Alam Shah.

Dalam pengembangan potensi wisata akan terjadi saling ketergantungan

antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu transfebilitas

harus dilakukan secara terorganisir, agar para wisatawan lebih mudah

(22)

tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan daerah yang lebih luas

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan otonomi diyakini

akan mendorong daerah untuk lebih bersikap mandiri karena memiliki

kewenangan penuh untuk mengurus dan mengontrol daerahnya sendiri.

Kemandirian tersebut, bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi lebih baik,

termasuk pengelolaan pariwisata daerah yang lebih profesional dan mengena.

Kepulauan nusantara yang terkenal dengan sebutan untaian zamrud di

khatulistiwa, memperbanyak tempat rekreasi sebagai tempat waisata. Ciri khas

kebudayaan satu daerah yang berlainan dengan daerah lainnya, serta keramah

tamahan penduduknya merupakan sebagian dari citra yang memiliki daya pikat

bagi para wisatawan. Kegiatan pariwisata yang pada hakekatnya merupakan suatu

perjalanan yang diatur untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu

tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah

tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna melihat keindahan

alam, merasakan kesejukan pegunungan, melihat atraksi-atraksi kebudayaan,

tempat-tempat bersejarah ataupun tempat-tempat yang dianggap suci ataupun

sakral. Adapun bentuk motivasi perjalanan wisata yang dapat dilakukan antara

lain adalah bertamasya, kesehatan, studi, keagamaan, berlibur dan sebagainya.

Dalam kepariwisataan terdapat keterkaitan yang erat antara kegiatan

pariwisata dalam aspek sosial dimana menyangkut hubungan antara manusia,

yaitu wisatawan dengan masyarakat lokal di daerah tujuan wisata, di samping itu

kegiatan pariwisata tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak terhadap

lingkungan fisik di daerah tujuan tersebut. Faktor lingkungan dan perilaku

(23)

masyarakat, karenanya perlu memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh

terutama di daerah tujuan wisata. Perilaku sehat yang diharapkan adalah perilaku

proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan

kesehatan.

Sedangkan lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi

terwujudnya keadaan sehat, yaitu bebas polusi, pemukiman yang sehat,

tersedianya air bersih, dan pengelolaan sampah yang sehat. Permasalahan yang

ditemui dalam pengelolaan Daerah Tujuan Wisata khususnya di Pemandian

Karang Anyar adalah bidang lingkungan dan perilaku yang saat ini belum

dilaksanakan secara optimal.

Ketertarikan saya untuk mengangkat permasalahan kebersihan di Karang

Anyar, karena sebagai daerah wisata alam maka kebersihan menjadi syarat yang

harus terpenuhi. Potensi dan keindahan yang dimiliki lokasi wisata pemandian

belum dikelola secara maksimal. Perilaku yang terlibat dengan objek pariwisata

seperti pelaku para penjual makanan dan minuman, asongan, dan warung

makanan kadangkala seenaknya saja membuang sisa makanan atau sampah ke

saluran air atau membuang sampah tidak pada tempatnya, begitu juga

pengunjungpun ada yang tidak peduli dengan kebersihan dan kesehatan karena

seenaknya pula membuang bungkusan nasi, plastik, dan sisa makanan lainnya

kelingkungan daerah tujuan wisata, hal ini sudah jelas akan memperburuk dan

menimbulkan lingkungan yang kotor, yang akhirnya menbawa dampak malasnya

(24)

Kondisi ini tentu akan merugikan perekonomian dan kesehatan

masyarakat. Untuk itu kebersihan lingkungan daerah tujuan wisata sangat penting

untuk dipelihara, dijaga dan diperhatikan oleh semua pihak, tidak saja manfaatnya

untuk pengunjung (wisatawan) tapi kebersihan itu adalah untuk masyarakat yang

ada di objek wisata dan sekitarnya agar tetap sehat dan produktif.

Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV Bah Jambi

yang berjarak sekitar 15 km dari Pematang Siantar. Berada di Nagori Karang

Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini

relatif mudah dijangkau. Air sejuk Karang Anyar keluar dari dalam mulut gua

berdiameter 5 m dan membelah Dusun VI Desa Karang Anyar. "Sejak tahun 1920

sumber airnya sudah dimanfaatkan warga dan pemerintahan Hindia Belanda,

khususnya yang tinggal di perkebunan.

Belakangan, Pemerintah Kabupaten Simalungun juga memanfaatkan air

ini sebagai salah satu supplier air milik PDAM Tirtalihou, perusahaan air minum

milik pemerintah daerah setempat. Selain dimanfaatkan sebagai bahan air minum

untuk warga, pemandian Karang Anyar juga menyumbang PAD bagi pemerintah

kabupaten dari sektor pariwisata. Pemerintah menetapkan tarif masuk Rp 2.000

kepada setiap pengunjung.

Pemandangan yang tidak jarang kita temukan di lokasi Pemandian Karang

Anyar adalah sampah, penanganan sampah yang tidak jelas memperburuk

keindahan lokasi pemandian. Dari penjabaran latar belakang di atas maka perlu

untuk dikaji. Dewasa ini sampah sudah menjadi masalah secara umum yang

terjadi di kota besar di Indonesia. Mulai dari tempat pembuangan sampah

(25)

pembuangan akhir(TPA). Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil

buangan tak berharga. Sampah pada saat ini menjadi sebuah permasalahan umum

di semua belahan dunia. Hal ini sangat wajar karena sampah memiliki dampak

negatif bagi kesehatan manusia, lingkungan, sosial, ekonomi dan bahkan sangat

berdampak buruk terhadap wisata pemandian Karang Anyar. Menteri Lingkungan

Hidup Ir. Rachmat Witoelar menjelaskan dalam penyusunan RUU tentang

pengelolaan sampah (2007). Bahwa manajemen pengelolaan sampah yang

dilakukan sampai saat ini lebih pada memindahkan masalah, artinya sampah dari

satu tempat diangkut ketempat lain, sedangkan pengelolaannya juga lebih

menggunakan open dumping yang tidak memenuhi standart – standart yang

memadai, dan lokasi pembuangan akhir (TPA) tidak sesuai dengan rancangan tata

ruang wilayah daerah (RTRW). Akibatnya timbul berbagai masalah pencemaran

lingkungan, konflik sosial, dan menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang

bermukim disekitar TPA. Pendekatan yang digunakan sekarang ini dalam

pengelolaan sampah cenderung masih menggunakan end of pipe solution, tetapi

bukan pendekatan sumber. Maka muncullah pokok – pokok pikiran RUU tentang

pengelolaan sampah yang terdiri dari:

1. Prinsip tanggung jawab pengelolaan sampah menjadi urusan

Kabupaten/Kota dan merupakan bentuk pelayanan publik. Hal ini

berkaitan pula dengan pelaksanaan dari pasal 28 H UUD 1945, yaitu:

prinsip pelaksanaan berkelanjutan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat.

2. Batasan pengertian yang dimaksud dengan “sampah” dalam RUU ini

adalah sampah padat atau setengah padat dari kegiatan sehari – hari

(26)

sampai hilir, pengumpulan, pengangkutan, dan pengelolaan. Batasan

pengertian/cakupan ini berangkat dari hasil studi, pendapat para ahli,

referensi beberapa UU tentang sampah.

3. Pengelolaan sampah merupakan urusan pemerintah dengan berbagai

permasalahan dan kompleksitas masalahnya yang bahkan melampaui

urusan skala Kabupaten/Kota dan Provinsi, sehingga perlu diatur dengan

UU.

4. Keberhasilan pengelolaan sampah sangat tergantung dari peran

pemerintah, keterlibatan dunia usaha dan masyarakat.

5. Penentuan lokasi TPA dalam RTRW daerah sanagat menentukan. Oleh

karena itu, wajib dicantumkan secara tegas berdasarkan standart,

persyaratan dan cerita yang telah ditentukan didalam RTRW daerah

masing – masing. (Ir. Rachmat Witoelar, 2007).

Dari pemaparan rencana RUU pengelolaan sampah tersebut jelaslah bahwa

penentuan pembuangan akhir harus benar – benar berdasarkan standart dan

ketentuan yang berlaku. Selain pengelolaan tempat yang masih menimbulkan

pertanyaan, Fikarwin(2005:7), dalam proposal disertasinya yang juga mengkaji

lapangan pengelolaan sampah, memaparkan mengapa permasalahan sampah tak

sepenuhnya dapat tertangani, sedikitnya ada empat golongan pengamat yakni:

Golongan pertama mengaitkan permasalahan sampah oleh petugas yang

kurang begitu baik, sejak dari sumber/ asal sampah hingga ketempat pembuangan

akhir (TPA) banyak sampah – sampah yang tertinggal tidak terangkut dari tempat

(27)

berikutnya dari satu tempat pembuangan sementara (TPS) tertentu dianggap

terlalu lama sehingga sampah – sampah yang telah terkumpul terserak kembali.

Keterlambatan petugas pengangkut sampah akan semakin mempengaruhi

bagaimana masyarakat memperlakukan sampah – sampah yang telah mereka

hasilkan. Tentunya ini akan semakin memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah

akan memasuki sistem baru, ketika sistem yang sudah ada tidak dapat berfungsi

lagi secara normal, untuk mengatasi masalah sampah yang berserakan di

pemandian Karang Anyar ini.

Pengamat golongan kedua, melihat masalah persampahan di perkotaan

terkait dengan teknologi yang digunakan untuk menangani sampah di tempat

pembuangan akhir, itu dinilai masih kurang memadai dan tidak tepat. Teknologi

yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu, incinerator dianggap tidak dapat

memecahkan persoalan. Pernyataan ini kembali mendukung fakta – fakta yang

saya temukan ketika saya melakukan observasi awal di pemandian Karang Anyar.

Armada pengangkut sampah misalnya, selain jumlahnya yang sangat terbatas,

terlihat juga kondisi kurang perawatan dari armada – armada kebersihan tersebut

dan bahkan dalam kondisi tidak layak guna. Selain truk, alat – alat penunjang

kebersihan lainnya seperti tong sampah misalnya, juga banyak dalam kondisi

memprihatinkan dan kurangnya fasilitas tong sampah yang harusnya disebar

disekitar pemandian.

Golongan ketiga mengaitkan masalah sampah kota – kota besar di

Indonesia dengan kebiasaan buruk individu – individu anggota masyarakat

membuang sampah sembarangan. Tudingan ini paling sering mengemuka dalam

(28)

sehari – hari. Ada yang berpendapat “kebiasaan buruk” ini diawali oleh lemahnya

perhatian pada pembiasaan anak untuk “buang sampah pada tempatnya” dalam

pendidikan sedari kecil di dalam rumah tangga hingga pendidikan di sekolah –

sekolah.

Sedangkan golongan pengamat keempat, mengaitkan masalah sampah

dengan volumenya yang sangat besar sehingga muncul gagasan untuk

meminimalisasi volume sampah. Salah satu gagasan yang pernah mengemuka

ialah bahwa mengusahakan agar produk – produk pertanian yang masuk Jakarta

harus sudah dalam keadaan dibersihkan dari daun, kulit, ranting, yang tidak

terpakai sejak dari sentra – sentra produksinya (Fikarwin, 2005). Kebijakan

persampahan yang tidak terpadu sangat bertolakbelakang dengan kebijakan di

bidang pariwisata, khususnya menyangkut aktivitas promosi Pemandian Karang

Anyar. Sampah yang dibuang di dekat lokasi sepanjang pemandian dalam waktu

yang lama sampai menimbulkan bau dan pemandangan kotor, menunjukkan

lemahnya penghargaan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

1.2. Tinjauan Pustaka

Pariwisata secara harafiah adalah segala kegiatan yang berhubungan

dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan

Antropologi, dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan

orang – orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan

kebutuhan yang benar – benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau

(29)

Ada berbagai pendapat dalam mengidentifikasikan kata pariwisata

tersebut, namun hal yang paling penting adalah cara memandang pariwisata secara

menyeluruh berdasarkan scape (cakupan) atau komponen yang terlibat dan

mempengaruhi pariwisata antara lain:

• Wisatawan: Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman

fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan

wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam

memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.

• Industri penyedia barang dan jasa: Orang – orang bisnis atau investor

melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan

keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan

wisatawan.

• Pemerintah lokal: Pihak yang memiliki wewenang secara struktural dalam

konteks pemerintahan maupun swasta berkaitan terhadap pengelolaan

kawasan objek wisata hingga pada aspek pelayanan terhadap wisatawan

yang berkunjung.

• Masyarakat setempat: Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari

faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi

masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan

masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang

merugikan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa pariwisata merupakan

(30)

idustri penyedia barang dan jasa, pemerintah lokal dan masyarakat setempat

dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan.3

1. Wisata budaya : ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas

dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan

jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar

negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek

wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala

sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang –

orang yang melakukan perjalanan wisata (Pendit, 2003 : 14). Adapun jenis – jenis

pariwisata sederhana, menurut Nyoman S Pendit (2003 : 14) dapat dikategorikan

sebagai berikut:

2. Wisata maritim atau bahari: jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan

kegiatan olahraga air, lebih – lebih di danau, bengawan, pantai, teluk, atau

laut lepas, seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan

pemotretan, kompetisi berselancar dll.

3. Wisata cagar alam (Taman Konservasi): Untuk wisata jenis ini banyak

diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan

usaha – usahanya dengan jalan mengatur wisata ketempat daerah cagar

alam, hutan lindung, hutan daerah pegunungan, dan sebagainya yang

kelestariannya dilindungi oleh undang – undang.

3

(31)

4. Wisata konvensi: Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi

dengan menyediakan fasilitas bangunan beserta ruangan – ruangan tempat

bersidang bagi para peserta konfrensi, musyawarah, konvensi atau

pertemuan lainnya baik yang bersifat internasional maupun nasional.

5. Wisata pertanian: adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan

proyek – proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya

dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan

peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat – lihat sambil menikmati

segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis

sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan yang dikunjungi.

6. Wisata buru: Jenis ini banyak dilakukan di negeri – negeri yang memiliki

daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan

digalakkan oleh agen atau biro perjalanan.

7. Wisata pilgrim: Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah,

adat – istiadat, kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.

Banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat – tempat

suci, kemakam orang – orang besar, atau pemimpin yang diagungkan.

8. Wisata kesehatan: Perjalanan wisatawan dengan tujuan tersebut untuk

menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari – hari dimana dia tinggal

demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani,

dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata atau air panas

yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara

menyehatkan atau tempat – tempat yang menyediakan fasilitas kesehatan

(32)

9. Wisata olahraga: Ini dimaksudkan wisatawan – wisatawan yang

melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja

bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat

atau negara seperti Olimpiade, Asian Games, Thomas Cup, dan lain – lain.

10.Wisata komersial: Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi

pameran – pameran dan pekan raya yang bersifat komersil, seperti

pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.

11.Wisata politik: Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti:

ulang tahun negara, penobatan Ratu Inggris, dan sebagainya dimana

fasilitas akomodasi, sarana pengangkutan dan atraksi aneka warna

diadakan secara megah dan meriah bagi pengunjung, baik dalam maupun

luar negeri.

12.Wisata sosial: Pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk

memberikan kesempatan bagi golongan ekonomi lemah (atau dengan kata

lain mampu untuk membayar sesuatu yang bersifat lux, untuk mengadakan

perjalanan).

13.Wisata bulan madu: Menyelenggarakan perjalanan bagi pasangan –

pasangan pengantin baru menikah.

14.Wisata petualangan: Seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum

pernah dijelajah, penuh binatang buas, mendaki tebing terjal, masuk goa

penuh misteri, dan lain sebagainya.

15.Wisata Industri: Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

(33)

perindustian dimana terdapat pabrik atau bengkel besar dengan tujuan

untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

Kajian dalam pengembangan lokasi pariwisata terikat tiga hal penting agar

dapat menarik dan banyak dikunjungi wisatawan. Menurut Oka A Yoeti (1985)

karakteristik pengembangan lokasi wisata dirumuskan sebagai:

• Something to see: Artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata dan

atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain. Dengan

kata lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus dan unik.

• Something to do: Artinya ditempat tersebut selain banyak yang disaksikan,

harus disediakan pula fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan

betah tinggal lebih lama di tempat itu.

• Something to buy: Artinya ditempat tersebut harus ada fasilitas untuk

berbelanja, terutama barang – barang souvenir, dan kerajinan tangan

rakyat sebagai oleh – oleh untuk dibawa pulang.

Selain karakteristik dalam pengembangan lokasi pariwisata, juga

diperlukan adanya syarat agar suatu objek wisata dapat dikembangkan, dengan

syarat sebagai berikut (Syamsuridjal dalam Lusianna M. E. Hutagalung, 2009)

yaitu:

• Attraction (atraksi): Adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau

keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung

ke tempat wisata tersebut. Atraksi wisata terdiri dari dua yaitu: a. Site

attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki objek wisata semenjak objek itu

ada. b. Event attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki suatu objek wisata

(34)

• Accessbility: Kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.

• Amenity: Yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti

akomodasi dan restoran.

• Institution: Yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata

tersebut.

Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat

dijelaskan berdasarkan dari cerita. (Pendit, 2003 : 15) menjelaskan bahwa

hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu

seseorang dimana perasaan ini menjadi faktor yang mendorong orang untuk

melakukan perjalanan (berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa

makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengalaman

serta pengetahuannya, kemudian berlanjut pada bertambahnya keberanian.

Hubungan antara Antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk

membahas aspek – aspek budaya masyarakat sebagai aset dalam dunia pariwisata.

Kajian teori dan konsep –konsep Antropologi terutama dalam melestarikan aspek

budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek tersebut sebagai aset pariwisata

dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna

dan nilai aspek budayanya.

Antropologi pariwisata memiliki fokus intens pada masalah pariwisata dari

segi sosial budaya. Adapun sosial budaya dan hal ini adalah sistem sosial, dan

sistem budaya yang berkembang dalam konteks pariwisata. Pariwisata merupakan

pertemuan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling

mempengaruhi. Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan

(35)

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari – hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda

– benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda – benda yang bersifat nyata, misalnya pola – pola perilaku,

bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain – lain yang

kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan

kehidupan bermasyarakat.

Tujuh unsur kebudayaan sebagaimana diungkapkan oleh (Koentjaraningrat

1996) menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh aspek penting yang saling

berkaitan satu sama lain, adapun unsur – unsur tersebut adalah bahasa, sistem

pengetahuan, sistem teknologi, religi, kesenian, sistem organisasi sosial, dan mata

pencaharian. Penelitian ini menggunakan beberapa bagian dari tujuh unsur

kebudayaan yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun beberapa bagian tersebut

adalah system pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan sosial budaya

masyarakat di Daerah Tujuan Wisata yang pada akhirnya berhubungan dengan

sistem mata pencaharian masyarakat setempat sebagai pengelola objek wisata

tersebut yang berkaitan dengan penanganan kebersihannya.

Koentjaraningrat (1996 : 75) juga mengistilahkan tiga wujud kebudayaan,

yaitu:

• Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks bersumber dari ide – ide,

nilai – nilai, peraturan, gagasan – gagasan, norma – norma, dan

sebagainya.

• Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan,

(36)

• Wujud kebudayaan berupa benda – benda hasil karya manusia.

Pemahaman tiga wujud kebudayaan diterapkan dalam penelitian ini berupa

ide atau gagasan mengenai konsepsi wisata pemandian yang dimiliki di Nagori

Karang Anyar serta pendayagunaan potensi wisata didaerah tersebut. Selanjutnya

pada wujud perilaku, dimanifestasikan pada bentuk kegiatan – kegiatan yang

dilakukan wisata pemandian serta dalam bentuk hasil karya manusia hal ini dapat

diperoleh dari berbagi hasil penanganan kebersihan yang dapat meningkatkan

potensi wisata itu sendiri bagi masyarakat.

Lingkungan bersih sebagai pendorong peningkatan kunjungan ke Daerah

Tujuan Wisata (DTW) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia atau masyarakat. Sedangkan derajat kesehatan

masyarakat pada hakekatnya merupakan kontribusi penting bagi kualitas sumber

daya manusia, sehingga ada keterkaitan antara mutu lingkungan hidup dengan

SDM itu sendiri.

Melihat keterkaitan tersebut, sudah selayaknya bila perhatian dan

kepedulian terhadap lingkungan patut mendapat prioritas. Bukan hanya untuk

mencari sebuah kondisi lingkungan yang ideal, akan tetapi lebih jauh lagi pada

upaya peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Kondisi ini dapat tercapai

bila masyarakat semakin meningkatkan kepeduliannya akan kebersihan dan

kesehatan lingkungan, dan ini memerlukan faktor-faktor penting yang dapat

membangkitkan bentuk kepedulian tersebut khususnya di daerah tujuan wisata.

Supaya mempunyai nilai bagi pengembangan pariwisata haruslah

bertujuan untuk rekreasi dan berlibur agar dapat memelihara semangat kerja

(37)

memperkaya ilmu pengetahuan. Dilihat dari alasan kenapa orang pergi

bertamasya dari segala aspek adalah untuk menghilangkan stress, supaya pikiran

tenang, kesehatan dan lain sebagainya, yang penting bagaimana mereka dengan

keluarga bisa bersenang-senang. Untuk itu bagi pelaku pariwisata terutama bagi

pemandu wisata sudah seharusnya memahami keadaan yang demikian,

pengunjung yang datang ingin menikmati sesuatu dengan rasa kasih sayang dan

dihormati, agar mereka betah untuk berlama-lama di lokasi wisata.

Lingkungan bersih memiliki tiga faktor yang perlu mendapat perhatian

adalah lingkungan fisik, biologis dan sosial. Lingkungan fisik ini menyangkut air

bersih, udara, limbah cair dan padat, kotoran serta polutan lain yang umumnya

dapat dilihat. Selain udara yang tercemar oleh polutan, limbah padat (sampah)

juga menjadi masalah kesehatan lingkungan yang rawan, terutama di Daerah

Tujuan Wisata (DTW). Sampah merupaka

setelah berakhirnya suat

dengan berbagai keputusan yang dibuat oleh berbagai organisasi dan lembaga

formal, dengan tujuan untuk mempengaruhi nasib dan perilaku orang banyak, baik

melalui implementasi dari keputusan tersebut maupun melalui rewards dan

sanction yang diterapkan terhadap pihak yang kena dampak. Seperti yang

disebutkan oleh Amri Marzali 4

4

Amri Marzali, Antropologi dan kebijakan publik hal 30 - 31

“Policy = Culture” bahwa mau tidak mau pada

akhirnya setiap kegiatan Antropologi terapan yang berkaitan dengan bidang di

luar Antropologi tentu akan melibatkan kebijakan publik yang secara umum

konsep pokoknya adalah culture (budaya), maka dalam antropologi terapan

(38)

Dikatakan oleh Chambers bahwa:

“…The idea of policy is as central to the development of applied anthropology

as the concept of culture has been to the anthropological profession as

awhole”.

“…Ide dari kebijakan sebagai pusat pengembangan Antropologi diterapkan

sebagai konsep budaya yang telah menjadi dasar pemikiran profesi

Antropologi secara keseluruhan. (Chambers, 1989:37 – 38).

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam

menangani kebersihan sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.

Secara garis besar, kegiatan di dalam penanganan kebersihan meliputi

pengendalaian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,

pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut:

Penimbulan sampah (solid waste generated). Dari defenisinya dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste

is generated, not produced). SK SNI S-04-1993-03 tentang spesifikasi timbulan

sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75 – 3,25 liter/ orang/hari atau

0.7-0,8/orang/hari.

1. Penanganan di tempat (on site handling). Penanganan sampah pada

sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan

sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini

bertolak dari kondisi dimana suatu material yang sudah dibuang atau tidak

(39)

2. Pengumpulan (collecting). Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan

sumbernya menuju lokasi TPS. Umumnya dilakukan dengan

menggunakan gerobak dorong dan rumah – rumah menuju lokasi TPS.

3. Pengangkutan (transfer and transport). Adalah kegiatan pemindahan

sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau

lokasi pembuangan akhir.

4. Pengolahan (treatment). Bergantung dari jenis komposisinya, sampah

dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah,

diantaranya adalah:

• Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting)

dan pemadatan (compacting).

• Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang

dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya

dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang

efektif, tetapi bukan teknik yang dianjurkan. Sebab teknik tersebut

sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

• Pembuatan kompos (composting). Kompos adalah pupuk alami

(organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan bahan organik

lainnya yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses

pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, biasa

ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004).

• Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik

(40)

dikembangkan di negara – negara naju yaitu pada instalasi yang cukup

besar.

5. Pembuangan akhir. Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus

memenuhi syarat – syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik

yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, dimana sampah

yang ada hanya ditempatkan ditempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak

lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan

gangguan terhadap lingkungan (Kartikawan, 2007). Fikarwin (2008 : 7),

ada banyak faktor, dan tidak semata – mata hanya bersifat teknis yang

berpengaruh dalam proses berjalannya operasi pengelolaan sampah.

Pemekaran wilayah Kabupaten/Kota pun ikut mempengaruhi jalannya

operasi pengelolaan sampah. Sentimen kedaerahan paska penerapan UU

otonomi daerah juga menambahkan persoalan penanganan sampah di

suatu Kabupaten/Kota menjadi berat.

2. Sampah

Dalam istilah lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai

nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau

pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi

berlebihan atau ditolak atau buangan. Permasalahan sampah pada masyarakat

sudah lama menjadi sorotan, terutama menyangkut pada human action. Seperti

yang dijabarkan Suparlan (2004 : 31) mengenai kebudayaan dan fase luminal.

Konsep kebudayaan yang berbeda mengenai sampah oleh masing – masing

individu. Fase luminal ini adalah suatu proses kebudayaan dimana kebudayaan

(41)

sepenuhnya diterima, terutama bagi para pendatang. Hal tersebut berpengaruh

dalam kelakuan dan tindakan mereka atas sampah. Mereka itu adalah masyarakat

yang konsumer seperti manusia modern lainnya namun bertindak gegabah dalam

hal sampah layaknya masyarakat tradisional: dibuang jauh – jauh, segera, dengan

cara mudah (“yang kita sebut sembarangan”)

Dalam buku Amri Marzali yang berjudul Kebijakan Publik ada tiga

pendekatan yang dipakai dan akan saya gunakan untuk menganalisis kebijakan

yakni:

• Pendekatan sistemis – holisti. Dalam pendekatan ini setiap kebijakan

selalu dilihat kaitannya dengan konteks masyarakat secara keseluruhan,

dengan kebijakan – kebijakan yang dibuat dalam bidang kehidupan lain,

dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial, dengan nilai dan

kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Tidak ada kejadian yang

berdiri sendiri, yang terjadi tanpa ada kaitannya dengan kejadian –

kejadian lain dalam masyarakat secara keseluruhan.

• Pendekatan emic, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut pandang

masyarakat lokal, atau dengan istilah populernya the native’s point of

view. Dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan perlu

mendengarkan kebutuhan dan keberatan dari masyarakat lokal tersebut.

Suatu kebijakan yang didapat dari pendekatan bottom – up.

• Pendekatan komunitas lokal, dalam hal ini Antropologi memusatkan

perhatian pada kehidupan komunitas lokal. Meskipun kebijakan dibuat

pada organisasi formal tingkat atas seperti birokrasi, povinsi, dan

(42)

komunitas – komunitas pedesaan dan kelurahan.5 Pengelolaan merupakan

suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang

dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi

dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan

menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Dalam

proses pengolahan tersebut berperan sistem pengetahuan yang merupakan

unsur kebudayaan yang muncul dari pengalaman – pengalaman individu

yang satu dengan yang lainnya dalam menanggapi lingkungan sekitarnya.

Pengalaman dari individu – individu itu diabstraksikan menjadi konsep –

konsep pendirian atau pedoman – pedoman dari individu atau masyarakat

(Lamech 1995 :1). Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diyakini

kebenarannya yang dapat menyelimuti perasaan dan emosi manusia serta

menjadi sumber bagi sistem penilaian terhadap suatu yang baik dan yang

buruk, atau suatu yang bersih atau kotor karena kebudayaan itu diselimuti

oleh nilai – nilai moral (Suparlan, 1983 : 2). Adapun pengertian nilai itu

sendiri konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang baik

dan apa yang buruk (Soekamto, 1988 : 6 – 8).

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah menguraikan tentang penanganan dan kebersihan

termasuk pengelolaan sampah di Daerah Tujuan Wisata (DTW) pemandian

Karang Anyar. Maka ruang lingkup masalah yang akan diteliti difokuskan pada:

5

(43)

1.Apa saja potensi wisata yang terdapat di Karang Anyar?

2.Bagaimana bentuk penanganan sampah di pemandian Karang Anyar?

1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian A.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk ptensi

wisata yang ada di Kelurahan Karang Anyar, dan bagaimana penanganan

kebersihan (sampah) di Daerah Tujuan Wisata (DTW) pemandian Karang Anyar.

B.Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara

akademis, manfaatnya menambah pemahaman mengenai penanganan kebersihan

daerah tujuan wisata pemandian Karang Anyar. Secara praktis manfaatnya adalah

memberikan sumbangan pemikiran dan masukan-masukan kepada masyarakat

luas dalam bagaimana sebuah realita sosial dalam perkembangan Daerah Tujuan

Wisata pemandian Karang Anyar, serta untuk melihat bagaimana penanganan

kebersihan di daerah pemandian. Manfaat penelitian ini untuk menambah

kepustakaan tentang kebersihan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sesuai dengan

penanganan kebersihan di daerah Tujuan Wisata (DTW) serta proses

berlangsungnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong (2006:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

(44)

penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

kualitatif yaitu berupa pengamatan, wawancara dan studi kepustakaan. Dengan

tahapan penelitian pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri

dengan tahap penulisan laporan penelitian. Peneliti akan mengumpulkan data

kualitatif sebanyak mungkin yang akan dirumuskan menjadi beberapa

kasus-kasus yang akan dianalisa menjadi sebuah kesimpulan.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Gunung

Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Gunung

Maligas dipilih karena di Kecamatan inilah terdapat Daerah Tujuan Wisata

(DTW) yang mengaplikasikan penanganan kebersihan di lokasi wisata pemandian

Karang Anyar.

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan di lapangan, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk

menghasilkan data-data etnografis yang mendeskripsikan penanganan kebersihan

sebagai masalah utama.

1.5.1 Penentuan Informan

Agar dapat menghasilkan data yang akurat, maka saya menggunakan tiga

kategori informan, yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.

Namun pada akhirnya informan pangkal berfungsi ganda sebagai informan kunci

(45)

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan pangkal sekaligus kunci saya

adalah Pak Camat yakni Jawansen Damanik (47 Tahun) sebab yang bertanggung

jawab atas kebersihan lokasi pemandian adalah pihak Kecamatan. Dan Bapak

Nikman Damanik (62 Tahun) sebagai pengelola retribusi di lokasi pemandian ini.

Alasan mengapa mereka dijadikan informan pangkal sekaligus kunci adalah,

karena beliau merupakan penanggung jawab pemandian. Untuk Pak Jawansen

Damanik, saya pertama kali melakukan wawancara langsung di kantor

Kecamatan. Sedangkan perkenalan saya dengan Pak Nikman Damanik adalah

hasil rekomendasi Pak Jawansen sendiri, karena untuk beliau mengatakan Pak

Nikman adalah pengelola langsung dilapangan.

Penentuan informan kunci didasarkan atas beberapa pertimbangan selain

karena orang-orang yang menjadi informan kunci memliki banyak pengetahuan

tentang sampah. Sedangkan untuk mengidentifikasi sejarah penanganan

kebersihan dan perkembangannya di pemandian Karang Anyar, saya lebih banyak

mengajukan pertanyaan pada Pak Nikman Damanik, karena pertimbangan usia

dan pengalamannya sebagai pengelola retribusi. Sebenarnya saya sama sekali

tidak membatasi usia dari informan.

Selain menggunakan informan kunci, peneliti juga menggunakan informan

biasa yaitu orang yang memberikan informasi mengenai masalah penelitian ini

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi bukan ahlinya. Dalam studi

ini informan biasa adalah pak Widodo (38 tahun) warga sekitar yang berprofesi

sebagai supir. Ibu Sumiati Siagian (32 Tahun) yang berprofesi sebagai penyedia

(46)

Penentuan apakah seseorang bisa di sebut sebagai informan biasa atau

informan kunci, ditentukan pada pertengahan atau di akhir penelitian, hal ini

dikarenakan pada awal penelitian saya belum bisa mengkategorikan para informan

ke dalam 3 (tiga) kategori tersebut. Namun seiring berjalan waktu penelitian, saya

baru dapat menentukan siapa saja yang menjadi informan pangkal, kunci, dan

informan biasa.

1.5.2 Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam mencakup bagaimana penanganan kebersihan di

pemandian Karang Anyar, oleh penanggung jawab (pihak kecamatan) sebagai

pengelola daerah tujuan wisata. Wawancara pertama kali saya lakukan pada Pak

Jawansen Damanik, dia adalah informan pertama saya. Wawancara pertama

dengan Pak Jawansen saya lakukan di kantornya. Tidak merasa heran melihat

kedatangan saya, beliau langsung menebak saya adalah mahasiswa sebab saya

memakai almamater saya. Jadi saya tidak kerepotan menerangkan maksud

kedatangan saya.Setelah saya menjelaskan maksud dan tujuan saya, agar lebih

detail saya mengatakan ingin melakukan wawancara seputar penanganan

kebersihan di Pemandian Karang Anyar. Pada sesi-sesi awal wawancara, kegiatan

tanya jawab berjalan lancar, meskipun terkadang Pak Jawansen, kurang fokus

karena sesekali pegawai TU (Tata Usaha) datang mengganggu, sebab banyak

diantara masyarakat setempat yang ingin menandatangani surat–surat kepada

beliau. Setelah itu sesi wawancara sedikit berjalan karena kurang nyaman, dan

saya berulang kali memohon maaf, dan bertanya apakah kedatangan saya

mengganggu beliau, namun beliau menerangkan tidak apa–apa bahwa hal yang

(47)

persulit. Usai menandatangani surat–surat dari pegawai tata usaha itu beliau pun

langsung memulai bertanya untuk memulai pembicaraan. Hiingga akhir sesi

wawancara beliau sangat fokus dan serius menjawab semua pertanyan yang saya

berikan. Karena suasana saat itu tepat untuk saya melakukan wawancara dengan

beliau, tidak terasa waktu percakapan kami berlangsung selama tiga jam. Hal ini

terjadi sebab saya ditemani oleh ayah saya yang sesekali ikut mencairkan suasana.

Sampai di tahap itu, saya merasakan bahwa data saya masih kurang lengkap.

Hal itu saya utarakan kepada beliau dan beliau pun merekomendasikan saya untuk

menemui Pak Nikman Damanik sebagai penanggung jawab retribusi di daerah

pemandian. Saya membutuhkan informasi yang lebih rinci lagi mengenai

kebersihan dari beberapa pengelola yang ada, karena saya juga ingin melihat

bagaimana penerapan kebersihan yang dilakukan di lokasi pemandian. Oleh

karena itu, saya mencari tahu dengan teknik snow ball. Sambil terus menggali

informasi mengenai keberadaan Pak Nikman Damanik, saya pun mulai mencari

informan biasa, dimana syarat penentuan informan yang saya butuhkan, hanya

berasal dari orang orang yang memiliki kios/lapak di sekitar pemandian. Dan

informan biasa pertama saya jatuh pada Ibu Sumiati Siagian. Dari ibu tersebut

saya meperoleh keterangan bahwa lokasi pemandian akhir – akhir ini kurang

bersih diakibatkan meningkatnya kunjungan wisatawan ke daerah itu, sedangkan

pengunjungnya bebas membuang sampah sesuai kehendaknya. Karena banyak

teman – teman beliau yang berprofesi sama dengan dirinya beliau menyarankan

agar saya juga bertanya pada pemilik lapak yang lainnya. akhirnya saya mencari

informan dengan bantuan relasi Ibu Sumiati Siagian itu.. Meskipun cara

(48)

memberikan jawaban dan menambah informasi bagi saya. Ketidakseragaman

pandangan dan pola pikir dari informasi yang mereka berikan, semakin

memperkaya data saya, dan membantu saya untuk menjawab pertanyaan

penelitian, khususnya mengenai penanganan kebersihan di lokasi pemandian ini.

cara pandang mereka terhadapa sampah, peran pemerintah, masyarakat dan swasta

dalam mengantisipasi keadan yang semakin buruk, dll.

1.5.3 Observasi Partisipasi

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari observasi

partisipasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung aktivitas yang ada di

lokasi pemandian dan tata cara mereka mengatasi masalah sampah. Observasi

partisipasi bersama para pemilik lapak, saya lakukan dengan ikut menjadi penjaga

lapak – lapak pemilik sebelum pengunjung selesai berekreasi. Apabila pemilik

lapak sedang tidak melayani pengunjungnya, maka saat itulah saya melakukan

waawancara.

1.5.4 Pengalaman Selama Penelitian

Setelah selesai ujian proposal saya langsung mengurus surat administrasi

ke bagian pendidikan, saya menerima surat pengantar penelitian ke lapangan dari

Ibu Sofiana bagian pendidikan. Surat pengantar ini akan diberikan sebagai

pengantar kepada Camat Gunung Maligas bahwa saya akan melakukan penelitian

di Kecamatan Gunung Maligas dan kiranya Kecamatan memberikan saya izin

untuk melakukan penelitian skripsi. Sehari setelah saya mendapatkan surat

pengantar pada tanggal 30 November, saya berangkat menuju lokasi penelitian.

(49)

paru – paru yang saya alami dan belum memungkinkan bagi saya untuk pergi ke

lapangan. Tetapi karena saya mendapat dukungan dari ayah saya, timbul semangat

bahwa penelitian ini harus selesai dilakukan. Semangat itu muncul ketika beliau

mengatakan:

“Unang mabiar ho amang, au mangadopi halaki sude” yang artinya (Jangan takut

nak, aku yang menghadapi mereka semua).

Jadi tanggal 30 bulan 11 tahun 2012 saya berangkat dari kosan di Jln.

Gitar 1B Padang Bulan menuju Kecamatan Gunung Maligas. Kecamatan ini

berada di Kota Pematang Siantar tepatnya 15 Km dari rumah peneliti. Dari

Padang Bulan saya naik angkutan umum Medan Bus 135 menuju Terminal

Amplas pukul 16:00 WIB, dengan biaya angkutan sebesar Rp.3000,-. Dari

terminal saya naik bus INTRA (Indah Transport) menuju kota Pematang Siantar.

Dengan biaya perjalanan (ongkos) sebesar Rp. 15.000,- untuk kelas ekonomi.

Butuh waktu selama tiga jam menuju kota Pematang Siantar. Perhentian terakhir

bus INTRA ini adalah di Terminal Parluasan Pematang Siantar. Dari Terminal

Parluasan saya kembali naik angkutan umum “Siantar Jaya” menuju “Terminal

Pasar Horas”. Butuh biaya Rp. 2000,-menuju terminal ini. Dari Terminal Pasar

Horas, saya kembali naik angkutan umum “SKB (Sepakat Karya Bersama)”

dengan biaya Rp.2000,- menuju rumah saya. Rumah saya terletak di Simpang

Karang Sari, Jln Medan Km. 6,5. Dan jika ingin turun dari angkutan SKB ini

cukup dengan mengatakan pada supirnya agar diturunkan di simpang ini.

Sesungguhnya jika ingin langsung menuju pemandian Karang Anyar dari

(50)

Terminal-Karang Anyar. Dari simpang ini, saya akan berjalan 200 M kearah Gang

Pancur di gang inilah letak rumah saya.

Sesampainya dirumah saya disambut oleh kedua orang tua saya yang

kebetulan sudah berada di rumah. Kemudian pada malam harinya pada saat

makan malam bersama saya menceritakan tujuan saya pulang kerumah. Dan ayah

saya mengatakan bahwa beliau akan mengantar saya menuju pemandian itu, dan

tidak hanya mengantar beliau juga mengatakan bahwa dia juga akan menemani

selama penelitian ini belum selesai di lapangan.

Pagi harinya saya sudah bersiap – siap untuk berangkat kelapangan dan

ayah saya juga sengaja tidak bekerja pada hari itu hanya untuk mengantar saya ke

Kantor Kecamatan. Dengan membawa kamera, surat pengantar, dan almamater

yang sudah saya siapakan sebelumnya. Kemudian kami berangkat dari rumah

pukul delapan pagi menggunakan kendaraan roda dua. Menuju Kecamatan hanya

memerlukan waktu tiga puluh menit saja. Karena pada hari itu kami datang

dengan cepat, maka kami dapat bertemu langsung dengan Camat Gunung

Maligas. Karena sudah sampai di Kantor Camat, maka saya menuju kantor bagian

tata usaha. Disana saya langsung mengutarakan tujuan saya kepada salah seorang

pegawai tata usahanya yang bernama Hendra Sirait yang juga Kepala Subbag TU

(Sub Bagian Tata Usaha). Saya mengatakan:

“Selamat pagi pak saya mahasiswa USU nama saya Luksan dari jurusan

Antropologi, hendak melakukan penelitian skripsi di Pemandian Karang Anyar

(51)

pengantar dari universitas saya. Kiranya bapak memberikan izin penelitian pada

saya untuk kiranya segera dapat melakukan penelitian”.

Setelah saya selesai berbicara kemudian bapak itu mengatakan: “Oh..!

kalau itu memang saya paham dan sudah menjadi tugas kami dek, tapi yang saya

belum paham itu Antropologi. Jurusan apa itu dek?” Kemudian saya jelaskan

bahwa jurusan Antropologi ini adalah jurusan yang membahas tentang

“BUDAYA pak” kemudian dia mengerti sedikit penjelasan saya itu. Setelah

bercerita panjang lebar tentang Antropologi kemudian bapak itu membuatkan bagi

saya surat izin penelitian yang dimaksud dan ditanda tangani oleh Pak Camat.

Dan untuk menandatangani surat itu harus saya antarkan langsung ke kantor

Camat. Sesampainya di kantor Camat saya ketuk pintu kantornya dan saya

mengatakan: “Selamt pagi pak, boleh saya masuk?” dan bapak itu

mempersilahkan saya masuk dan mempersilahkan saya duduk juga. Kemudian dia

mengatakan: “Ada apa ya nak?” saat itulah saya jelaskan tujuan saya dan beliau

pun mengerti bahwa saya adalah mahasiswa yang igin melakukan penelitian

skripsi

Sebelum menandatangani surat izin ini saya juga ditanya beliau tentang

judul apa yang saya ambil dan saya menjawab ”Penanganan Kebersihan di Daerah

Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar” dan beliau mengatakan fokus

kemanakah penelitian ini?. Dan saya menjelelaskan bahwa saya tertarik meneliti

tentang sampah di sekitar Daerah Tujuan Wisata (DTW) Karang Anyar, mengapa

saat ini lokasi pemandian Karang Anyar banyak terdapat sampah. Beliau

mengatakan bahwa sebenarnya pihak kecamatan sudah mengerahkan truk

Gambar

Tabel 2.1 Luas wilayah Kelurahan di Kecamata Gunung Maligas
Tabel 2.2  Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kewarganegaraan dan
Tabel 2.5.
Tabel 2.6 Distibusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kelurahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di instansi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bandar Lampung yang berwenang dalam pengelolaan sampah dan penelitian ini

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh adalah pengembangan kawasan hutan untuk ekowisata alam.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis potensi objek wisata

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh adalah pengembangan kawasan hutan untuk ekowisata alam.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis potensi objek wisata

adalah objek wisata yang menonjolkan nilai keindahan alam, seni dan budaya.. Objek wisata ini telah diakui oleh pemerintah sebagai penghasil devisa

Di dalam pengelolaan suatu obyek dan daya tarik wisata sebagai suatu. destinasi, pengelola harus meletakkan aspek destinasi pada posisi terkait

Peluang Pengembangan Usaha Ekowisata Kawasan Wisata Alam Sangkima di Taman Nasional Kutai (The Opportunity of Enhancing Ecoturism Businesses in Sangkima Ecoturism

Tujuan dari pengorganisasian ini untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam menjaga dan mengelola wana wisata mangrove yang berada di Kelurahan Gunung Anyar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penanganan Kebersihan