• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KELAINAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

SKRIPSI

O L E H

DEWI CORRY NIM. 061000295

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul :

GAMBARAN KELAINAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh :

DEWI CORRY NIM. 061000295

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan peserta seminar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan

Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN KELAINAAN KULIT PADA NELAYAN DI YONG PANAH HIJAU KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : DEWI CORRY

NIM. 061000295

Yang Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Hari Kamis, Tanggal 18 Desember 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS ) (dr.Halinda Sari Lubis,MKKK ) NIP.131655401 NIP. 132148541

Penguji II Penguji III

(Dra. Lina Tarigan, Apt, MS ) (Ir. Kalsum, MKes) NIP. 132148541 NIP. 131964120

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Gangguan kelainan kulit dapat timbul akibat dari hygiene yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, dermatitis dan keluhan lainnya. Kondisi lingkungan kerja yang lembab dan kotor dapat mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, apalagi lingkungan kerja yang berhubungan dengan air seperti nelayan. Kulit merupakan organ tubuh yang mempunyai fungsi melindungi tubuh dari dunia luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 43 orang yang juga dijadikan sampel (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan wawancara dan kuesioner, selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian lebih banyak responden berada pada kelompok umur 36-45 tahun (30,2%), dengan pendidikan tamat SLTP (39,5%), dan mempunyai pendapatan lebih dari Rp.500.000 sebesar (83,7%), sedangkan masa kerja paling lama 6-10 tahun (51,2%), Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari. Pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (65,1%), hygiene perorangan lebih banyak berada pada kategori baik (48,8%). Gambaran kelainan kulit pada nelayan terdapat warna merah di kulit (81,4%), dan lokasi yang paling banyak terdapat pada kaki (81,4%).

Diharapkan para nelayan lebih memperhatikan kebersihan hygiene perorangan dan selalu memakai alat pelindung diri., juga agar memeriksakan apabila ada gangguan kelainan kulit di Puskesmas terdekat.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS, selaku Dosen Pembimbing I , yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan petunjuk ataupun saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

(6)

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak/Ibu Dosen di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

7. Suamiku tercinta Donal Damanik dan anak-anakku tersayang Imanuel Damanik,

dan Bobby Damanik yang telah banyak memberikan dukungan doa dalam menghadapi segala hambatan sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

8. Kepada ibuku tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis.

9. Bapak Kepala Dinas Kota Jambi yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti tugas belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

10. Bapak Khairun Nasyir T, SSTP, MSP, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian di Kelurahan Labuhan Deli.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2006

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Desember 2008

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Corry

Tempat/tanggal lahir : Medan, 26 April 1964 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Barau-barau RT.20 No. 08 Jambi Alamat Kantor : Puskesmas Jambi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1971 – 1977 : SD Negeri 22 Medan 2. Tahun 1978 – 1981 : SMP Negeri IV Medan 3. Tahun 1981 – 1983 : SMA Negeri II Medan

4. Tahun 1984 – 1987 : Akademi Perawat Universitas Darma Agung Medan 5. Tahun 2006 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1993 – 1999 : PNS Kalimantan Timur

(8)
(9)

2.5.3. Hygiene Perorangan ... ... 23

4.7.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Karakteristik Responden ... 48

4.7.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Hygiene Dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan ... 49

(10)

4.7.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Gambaran

Kelainan Kulit ... 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 51

5.2. Higiene Perorangan dan Kondisi Lingkungan Tentang Kelainan Kulit . 52 5.2.1. Hygiene Perorangan Tentang Kelainan Kulit ... 52

5.2.2. Kondisi Lingkungan ... 54

5.3. Pengetahuan Responden Tentang Kelainan Kulit ... 56

5.4. Gangguan Kelainan Kulit ... 58

5.5. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis... 13 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per

Lingkungan di Yong Panah Hijau Klelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Yong

Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah Hijau

Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Yong

Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Yong Panah

Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis di Yong Panah

Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hygiene Perorangan Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008... 43 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 45 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gambaran Kelainan Kulit

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 46 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lokasi Kelainan Kulit Pada

(12)

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Kategori Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden dengan Gambaran

Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008 ... 48 Tabel 4.14. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Hygiene

Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 49 Tabel 4.15. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Dengan Kondisi

Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

Deli Tahun 2008 ... 49 Tabel 4.16. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Tingkat

Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden Pada

Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 63

Lampiran 2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Hygiene Perorangan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 .... 64

Lampiran 3 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 .... 65

Lampiran 4 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 66

Lampiran 5 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gangguan Kelainan Kulit Pada Nelayan Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 67

Lampiran 6 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gambaran Kelainan Kulit Dan Lokasi Penyakit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008 ... 69

Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian ... 70

Lampiran 8. : Frequency Table ... 76

Lampiran 9. : Master Data ... 86

Lampiran 10 : Keterangan Master Data ... 88

Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/On The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 90

(14)

ABSTRAK

Gangguan kelainan kulit dapat timbul akibat dari hygiene yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, dermatitis dan keluhan lainnya. Kondisi lingkungan kerja yang lembab dan kotor dapat mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, apalagi lingkungan kerja yang berhubungan dengan air seperti nelayan. Kulit merupakan organ tubuh yang mempunyai fungsi melindungi tubuh dari dunia luar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

Penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 43 orang yang juga dijadikan sampel (total sampling). Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan wawancara dan kuesioner, selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian lebih banyak responden berada pada kelompok umur 36-45 tahun (30,2%), dengan pendidikan tamat SLTP (39,5%), dan mempunyai pendapatan lebih dari Rp.500.000 sebesar (83,7%), sedangkan masa kerja paling lama 6-10 tahun (51,2%), Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari. Pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang (65,1%), hygiene perorangan lebih banyak berada pada kategori baik (48,8%). Gambaran kelainan kulit pada nelayan terdapat warna merah di kulit (81,4%), dan lokasi yang paling banyak terdapat pada kaki (81,4%).

Diharapkan para nelayan lebih memperhatikan kebersihan hygiene perorangan dan selalu memakai alat pelindung diri., juga agar memeriksakan apabila ada gangguan kelainan kulit di Puskesmas terdekat.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia (Depkes RI, 1999).

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara lain bahwa : (1). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, (2). Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3) Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit serta penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2003).

(16)

sebagainya. Berbagai agent penyakit atau resiko atau penyebab sakit ini termasuk golongan fisik, misal: radiasi, kebisingan. Sedangkan untuk golongan kimia seperti pencemaran berbagai logam berat, pestisida dan lain-lain. Untuk golongan biologi seperti virus, bakteri, jamur dan sebagainya (Kusnoputranto, 2000).

Saat ini penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari masih tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit berbasis lingkungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti penyakit diare, demam berdarah dengue (DBD), malaria, infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA), penyakit kulit, TB paru, kecacingan serta gangguan kesehatan/keracunan karena bahan kimia dan pestisida (Depkes RI, 2000).

Kawasan laut begitu luasnya dan di dalamnya terkandung beragam potensi sumber daya, diantaranya adalah perikanan. Semua itu akan menjadi sumber penghidupan masa depan bila dimanfaatkan secara optimal dan dijaga kelestariannya. Masyarakat nelayan yang hidup dan bintegral yang harus ikut didalamnya, terutama dalam mengisi kepentingan rakyat ini sampai kapanpun (Rahardjo, 2002).

(17)

Gangguan kesehatan kulit dapat timbul akibat dari hygiene sanitasi yang tidak memadai dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, virus, parasit, penyakit dermatitis dan keluhan lainnya. Apalagi bila kondisi lingkungan kerja dalam keadaan kotor dan lembab, hal ini akan mengakibatkan penyakit kulit semakin mudah berkembang, sebab salah satu faktor yang berperan dalam berkembangnya penyakit kulit adalah faktor kelembaban udara (Hidayat, 2002).

Salah satu akibat yang timbul dari Hygiene sanitasi lingkungan kerja yang buruk yaitu gangguan kesehatan kulit, sedangkan kulit adalah salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi penting, kulit melindungi organ dalam dari dunia luar terhadap berbagai pengaruh, baik terhadap faktor fisika, kimiawi dan infeksi. Kulit juga bisa memberikan keterangan tentang dunia luar, sehingga organ-organ bisa menyesuaikan diri mengatur suhu tubuh melalui keringat (Harahap, 1990).

Berdasarkan survai awal yang dilakukan penulis di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan. Waktu untuk bekerja atau melaut apabila nelayan harus menangkap ikan lebih jauh lagi tempatnya akan menyita waktu, maka dibuatlah batasan-batasan yaitu untuk 5 (lima) hari melaut yang dilakukan pada jam 12.00 siang mereka menamakan laut tengah, untuk 1 (satu) bulan melaut dinamakan jalur tengah, sedangkan untuk tiap hari melaut yang berangkat dari pagi (jam 05.00) sampai sore hari (jam 18.00) dinamakan jaring ikan, dan untuk 9 (sembilan) hari melaut dinamakan jalur tepi.

(18)

perorangan yang dilakukan oleh para nelayan. Banyak para nelayan tidak memakai alat pelindung diri seperti sepatu dan sarung tangan, sehingga kulit yang terkena air laut akan mengakibatkan gatal-gatal seperti kudis (scabies), bisul, korengan, panu, kutu air dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh karena gigitan binatang air seperti ubur-ubur dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli tahun 2008.

1.2. Perumusan Masalah

Kurangnya kebersihan perorangan sehingga dapat menyebabkan kelainan pada kulit yang disebabkan oleh air laut banyak dialami oleh para nelayan di Yong Panah Hijau, maka penulis membuat rumusan masalah bagaimana gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik pada nelayan berdasarkan umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja, dan jumlah anggota keluarga

(19)

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kelainan kulit pada nelayan. 4. Untuk mengetahui gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Deli dalam mendukung program pencegahan dan pemberantasan penyakit kulit dalam meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kesehatan nelayan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit Manusia 2.1.1. Anatomi Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m², rata-rata tebal kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit di bagian atas terdiri dari tiga lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap,M, 1990).

Kulit terbagi atas 3 (tiga) lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu : lapisan basal atau stratum germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan.

(21)

2.1.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Harahap, 1990)

a. Pelindung

Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.

b. Pengatur Suhu

Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas. c. Penyerapan

Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

d. Indera Perasa

Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.

e. Fungsi Pergetahan

(22)

2.2. Beberapa Jenis Penyakit Kulit

Di Indonesia saat ini penyakit kulit masih cukup tinggi, terutama penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial. Sedangkan penyakit kulit karena infeksi jamur yang dalam, baik sistemik maupun subkutan hanya dijumpai pada beberapa daerah.

Beberapa penyakit kulit karena infeksi jamur yang superfisial diantaranya sebagai berikut :

2.2.1. Tinea Manus et Pedis

Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita

didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat basah, mencuci, disawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanda keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan (Harahap, M, 1990).

2.2.2. Tinea Versicolor

(23)

2.2.3. Miliaria Rubra

Merupakan suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat didalam kulit dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Miliaria rubra banyak terjadi didaerah panas, kelembaban yang tinggi tetapi dapat juga terjadi pada daerah lain, sekitar 30% orang yang tinggal didaerah tersebut bisa mengalami Miliaria Rubra.

Penyakit ini terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan musim hujan atau udara lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang kering tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat. Tanda-tanda dari miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. (Harahap, 1990).

2.2.4. Tinea Ungurium

Merupakan kelainan kuku disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita. Penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya suram. Tergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan.

2.2.5. Tinea Korporis

(24)

Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu berkeringat (Harahap, 1990).

2.3. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak merupakan peradangan yang terjadi pada kulit akibat kontak

dengan bahan toksik (primary iritant) atau oleh bahan allergik (sensitizer) atau oleh kedua-duanya. Gambaran dermatitis ini, makroskopik berupa : Erythema, vesikulasi, eksudasi, pembentukan crusta dan desquamasi dalam berbagai kombinasi satu sama lain, mikroskopik berupa : spongiosis dan parakeratosis.

Menurut Fregert (1988), eczema atau dermatitis merupakan nama yang diberikan untuk suatu inflamasi khusus pada kulit, dermatitis kontak mengarah kepada inflamasi semacam itu yang disebabkan oleh zat-zat dari luar (external agents). Istilah eczema dan dermatitis digunakan untuk keadaan inflamasi kulit lainnya yang bukan terjadi karena faktor-faktor eksternal melainkan terutama karena faktor-faktor endogen.

Zat kimia dapat menyebabkan peradangan kulit oleh satu dari dua mekanisme yaitu iritasi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan/penyebab iritasi) atau reaksi alergi (dermatitis kontak yang disebabkan oleh alergen). Pada orang yang peka, reaksi alergi akan menimbulkan kelainan kulit yang biasanya 6-48 jam hingga beberapa hari setelah kontak dan kadangkala bisa berlangsung selama 1-2 minggu. Dermatitis kontak (eczema kontak) bisa dibagi menjadi : dermatitis kontak alergika tipe ”delayed”;

sindroma urtikaria kontak; dermatitis kontak iritan tipe akut; dermatitis iritan tipe

(25)

Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Kerapkali menyerang kedua belah tangan sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung untuk menjadi kronik melalui kontak yang berulang.

Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/gelembung-gelembung kecil yang gatal. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam melapisi seluruh tubuh.

Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan kental yang bersifat sementara pada kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu.

Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam merupakan suatu petunjuk penting (Harahap, 1990).

2.3.1. Dermatitis Kontak Iritan

(26)

pada kemampuan menahan air (water holding capacity). Macam-macam dermatitis kontak iritan (Harahap, 1990) :

a. Dermatitis Iritan Kuat

Terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan iritan yang kuat (iritan yang absolut), sehingga menyebabkan kerusakan epidermis yang berakibat peradangan. b. Dermatitis Iritan Kronik (Kumulatip).

Terjadi karena sering berkontak dengan bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya sabun dan/atau deterjen.

2.3.2. Dermatitis Iritan Alergik

Terjadi pada orang-orang yang telah mengalami sensitisasi dengan bahan-bahan alergen atau suatu peradangan kulit yang terjadi karena proses imunologik yaitu hipersensitivitas tipe lambat. Syarat-syarat dari alergen pada dermatitis kontak :

1. Asing bagi tubuh

2. Harus dapat berdifusi melalui kulit (epidermis).

3. Harus dapat mengikat diri dengan protein/asam-sama amino kuat sehingga membentuk kompleks antigen.

2.3.3. Dermatitis Fotokontak

(27)

Penyebab yang paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai tempat di tubuh dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.

Tabel. 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis

Lokalisasi Kemungkinan Faktor Penyebab

Muka Kosmetik, cat rambut, semprot rambut, cat kuku Fotokontaktan, bahan-bahan dari udara, kaca mata

Telinga Nikel, bahan-bahan topikal, bahan penyebab fotosensitif, cat rambut.

Bibir Pasta gigi, obat kumur-kumur, lipstik

Leher Minyak wangi, perhiasan, cat kuku, baju, cat rambut.

Ketiak Odorono, anti keringat, obat-obat topikal, minyak wangi, bedak, baju

Daerah belakang Klip BH

Buah dada Bahan-bahan logam, bahan-bahan topikal Pinggang Karet, kepala tali pinggang, kancing keans/rak Daerah perianal Bahan-bahan topikal

Lengan dan kaki Tumbuh-tumbuhan Pergelangan tangan Jam tangan, perhiasan

Badan Baju

Kaki Kaos kaki, sepatu, bahan-bahan topikal Tangan Macam-macam kemungkinan

Sumber : Harahap (1990)

2.4. Kelainan Kulit (Dermatosis)

Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Istilah dermatosis lebih tepat dari pada dermatitis, sebab kelainan kulit akibat kerja tidak usah selalu suatu peradangan, melainkan juga tumor atau alergi. Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit-penyakit akibat kerja sekitar 50-60%, maka dari itu penyakit tersebut perlu mendapat perhatian yang cukup (Suma’mur, 1998).

(28)

kulit (baru) yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama) yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja.

2.4.1. Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja

Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan sebagai berikut :

a. Faktor Fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X dan sinar-sinar lainnya.

b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting, getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, debu, kayu dan lain-lain

c. Makhluk-makhluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur, cacing, serangga dan kutu

d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik, persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan lain-lain.

(29)

oleh bahan-bahan organik dengan struktur molekul lebih sederhana, yang dapat bergabung dengan putih telur tubuh membentuk antigen.

Perangsang primer yaitu bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh kerjanya yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak dengan kulit itu dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit adalah bahan yang tidak menimbulkan perubahan-perubahan khas di kulit, setelah 5 atau 7 hari sejak kontak yang pertama, maupun di tempat lain di kulit kuku.

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, ternal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan jalan a). mengubah pHnya; b). Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi); c). Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu :

- Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam dan lain-lain.

- Sentsitizer, berupa logam dan garam-garaman, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat, nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.

(30)

- Photosentsitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amino benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin dan lain-lain.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya Menurut Fregert (1988), zat-zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit kulit antara lain adalah kromium, nikel, cobalt dan mercuri.

a. Kromium, adalah suatu logam putih keras dengan titik lebur 1.890ºC. Senyawa-senyawa kromium relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi kromium stabil. Menurut PP No.82 tahun 2001 jumlah maksimum kromium yang diperbolehkan 0,05 mg/L.

b. Nikel, logam nikel bersifat alergen karena larut pada permukaan kulit. Dalam kenyataannya logam ini merupakan penyebab utama pada dermatitis nikel. Dermatitis nikel umumnya ditemukan akibat penyepuhan dengan nikel, yaitu penyepuhan nikel pada permukaan logam lain. Dermatitis nikel mempunyai kecenderungan tertentu untuk menyebar ke seluruh lengan dan bagian tubuh yang lain.

c. Cobalt, bersifat alergenik seperti nikel, dimana kedua logam tersebut mempunyai hubungan erat. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat cobalt sebagai kotoran pada logam nikel. Oksida cobalt yang bersifat alergenik terdapat dalam pigmen yang digunakan untuk pengecatan gambar serta keramik dan dalam pembuatan email. Cobalt juga digunakan dalam acrylic yang terolah dingin (cold cured acrylic) dan plastik polyster tak jenuh tetapi jarang menimbulkan sensitisasi.

(31)

tidak menimbulkan sensitisasi). Logam mercuri juga ditemukan dalam cream anti jerawat. Logam mercuri organik kadang menimbulkan sensitisasi kalau digunakan sebagai pembetsa dari penyamak atau sebagai pengawet dalam obat-obatan (Fregert, 1988).

2.4.2. Diagnosa Dermatosis

Diagnosa dermatosis harus diikuti dengan cara diagnosa penyakit-penyakit pada umumnya. Harus jelas kapan, tepatnya dermatosis dimulai, untuk itu perlu adanya data pemeriksaan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Selanjutnya perlu pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar terdapat penyebab penyakit itu berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah perangsangan primer ataukah pemekaan. Dalam hal ini dapat dijawab dengan memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji laboratorium, ataupun klinis.

Bahwa diagnosa dermatosis akibat kerja kadang-kadang sulit, ialah membedakan apakah kelainan kulit ditangan dermatosis akibat kerja ataukah reaksi dermatophytide, yaitu reaksi allergis terhadap infeksi jamur kronis, yang biasanya tempat infeksi di sela-sela jari kaki. Untuk itu harus dilakukan uji-uji klinis tertentu.

(32)

2.4.3. Pengobatan dan Pencegahan

Menghadapi dermatosis pencegahan paling penting dan jauh lebih berarti dari pada pengobatan. Satu-satunya pengobatan adalah meniadakan penyakit itu dari lingkungan kerja si penderita atau memindahkan si penderita dari lingkungannya yang mengandung bahan-bahan penyakit ke lingkungan kerja lain yang tidak berbahaya bagi kulitnya.

Yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatosis yaitu masalah kebersihan perseorangan dan lingkungan serta pemeliharaannya. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti tiap hari, alat-alat pelindung yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga meliputi pembuangan air bekas dan sampah, pembersihan debu, proses industri yang tidak menimbulkan pengotoran udara dan lantai, cara penimbunan dan penyimpanan barang-barang dan lain-lain (Suma’mur, 1998).

2.5. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

(33)

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum, sehingga terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu semakin berkembang, dengan perkataan lain bahwa teknologi dibidang kesehatan lingkungan menjadi bervariasi, dari yang sederhana sampai pada yang mutakhir (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Kusnoputranto, (1997), sanitasi lingkungan adalah sebagai usaha pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

(34)

2.5.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan (Slamet, 1996).

Air bersih juga merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan masyarakat. Berbagai keperluan seperti mandi, mencuci kakus dan wudhu membutuhkan air yang memenuhi syarat dari segi kualitas dan mencukupi dari segi kuantitas. Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari segi :

a. Kualitas : Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis).

b. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari.

c.Kontinuitas : Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.

2.5.2. Peranan Air Dalam Memindahkan Penyakit

Dalam memindahkan penyakit, air berperan melalui 4 (empat) cara yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

1. Cara Water Borne Disease

Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Diantara penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit cholera, typoid, hepatitis

(35)

2. Cara Water Washed Disease

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan penggunaan air bagi kebersihan alat-alat, terutama alat dapur, pencucian makanan atau bahan makanan dan kebersihan perorangan. Jadi penularan penyakit secara water washed ini sangat berkaitan dengan masalah hygiene perorangan dan sanitasi manusia.

Kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh penularan air melalui water washed dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

a. Penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare, kolera, typhoid dan dysentri basiler.

Penyakit-penyakit diare merupakan penyakit yang penularannya bersifat fecal-oral. Karena itu penyakit-penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water

washed)

b. Infeksi kulit dan selaput lendir seperti, septis kulit bakterial, infeksi fungus pada kulit dan

conjunctivitis (trachoma) dan sebagainya.. Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan

kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi, cuci). Trachoma adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus trachoma.

c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir seperti sarcoptes scabieae, thypus endemic, louse borne relapsing fever dan sebagainya. Kelompok penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian.

Scabies dikenal di Indonesia sebagai penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di malam hari

(36)

telur-telurnya di dalam kulit. Telur akan menetas 4-8 hari, dan menjadi dewasa dalam waktu dua minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-garuk kulitnya dan sebagai akibatnya seringkali terjadi infeksi sekunder. Scabies didapat terutama di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir Scabies adalah manusia, penularan terjadi secara langsung dari orang ke orang maupun lewat peralatan seperti pakaian. (Slamet, 1996).

3. Cara Water Based Disease

Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan penjamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup di dalam air. Contoh yang baik bagi kelompok ini adalah penyakit Schistosomiasis. Larva

schistosomiasis hidup didalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan

merubah bentuk menjadi Cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di air tersebut.Air yang mengandung cercaria infektif ini sangat berbahaya bagi manusia. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam. Badan-badan-badan air yang terdapat di alam sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

4. Water Rellated Insecta Vectors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, fillariasis, yellow fever dan sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di lingkungannya terdapat genangan-genangan air seperti gentong air, pot dan sebagainya.

(37)

mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit, dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang (Azwar, 1996).

2.5.3. Hygiene Perorangan

Hygiene perorangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan. Dengan kesehatan pribadi yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menjaga kesehatan pribadi atau perorangan tentu saja tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan setiap hari. Menurut Entjang (2000), usaha kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah upaya seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah : 1. Memelihara kebersihan

Yang termasuk memelihara kebersihan adalah memelihara kebersihan badan (mandi sekurang-kurangnya dua kali sehari, menggosok gigi secara teratur dan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan) memelihara, kebersihan pakaian (selalu dicuci dan diseterika), memelihara kebersihan rumah dan lingkungannya (selalu disapu, membuang sampah, buang air besar dan air limbah pada tempatnya).

2. Makan makanan yang sehat

Makanan harus selalu dijaga kebersihannya, bebas dari bibit penyakit, cukup kuantitas dan kualitasnya.

3. Cara hidup yang teratur

(38)

4. Meningkatkan daya tahan tubuh

Untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit perlu mendapatkan vaksinasi, olah raga secara teratur untuk menjaga agar badan selalu bugar.

5. Menghindari terjadinya penyakit

Agar selalu sehat, hindari kontak dengan sumber penularan penyakit baik yang berasal dari penderita maupun dari sumber lainnya, menghindari pergaulan yang tidak baik, selalu berpikir dan berbuat baik.

6. Pemeriksaan kesehatan

Untuk menjaga badan agar selalu sehat, perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik, walaupun merasa sehat dan segera memeriksakan diri apabila merasa sakit. 2.5.4. Lingkungan Rumah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (Notoatmodjo, 2002).

(39)

2.6. Nelayan

Nelayan di dalam ensiklopedi Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya (Rahardjo, 2002).

2.6.1. Pengertian Nelayan

Arti nelayan dalam buku statistik perikanan Indonesia nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan ke dalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan. Dari pengertian itu nelayan dipandang tidak lebih sebagai kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air, yaitu sungai, danau atau laut.

(40)

operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya mela-kukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasuk-kan sebagai nelayan”. Batasan ini tampak sekali hanya ingin memperjelas istilah didalam Ensiklopedi Indonesia, sehingga nelayan adalah semua orang yang bekerja diatas perahu/kapal yang kegiatannya dilaut untuk mencari ikan, binatang dan tanaman air (Deptan, 1995).

(41)

2.6.2. Kesehatan Nelayan

Penyakit kulit pada nelayan mungkin akibat pengaruh air laut yang karena kepekatannya menarik air dari kulit, dalam hal ini air laut merupakan penyebab dermatitis kulit kronis dengan sifat rangsangan primer. Tapi penyakit kulit mungkin pula disebabkan oleh jamur-jamur atau binatang-binatang laut. Pekerjaan di tempat basah merupakan tempat berkembangnya penyakit jamur, misalnya moniliasis. “Swimmers’

itch” mungkin menghinggapi nelayan-nelayan yang hidup di pantai dengan keadaan

sanitasi kurang baik, sebabnya ialah larvae sejenis cacing. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-nelayan mengetahui ikan-ikan yang mendatangkan gatal (Suma’mur, 1998).

Keselamatan nelayan dalam melakukan pekerjaannya belum cukup mendapat perhatian. Syarat-syarat perahu nelayan harus diutamakan, agar tercapai keselamatan sebesar-besarnya. Konstruksi perahu di Indonesia berbeda-beda mengikuti latar belakang daerah atau kebudayaan setempat. Perahu yang baik adalah stabil, tidak mudah terbalik oleh pukulan-pukulan ombak atau angin yang besar.

Hygiene air minum dan makanan harus diperhatikan, selain cukup persediaan menurut lamanya berlayar, penyakit a vitaminosis, vitamin C karena kurangnya buah-buahan yang segar. Oleh karena nelayan-nelayan hidup di pantai-pantai yang biasanya hygienenya sangat kurang, perlunya pendidikan kesehatan tentang perlunya minum air masak, cara-cara hidup hygienis dan lain-lain.

2.6.3. Karakteristik Nelayan

(42)

hidup (gaya hidup). Gaya hidup menarik sebagai masalah kesehatan, minimal dianggap faktor resiko dari berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2000). Secara rinci faktor individu yang berkaitan dengan gangguan kesehatan kulit adalah sebagai berikut :

1. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap keterpapan penyakit di tempat kerja. Umur juga berkaitan dengan daya tahan tubuh terhadap agent penyakit maupun pengaruh lingkungan yang kurang baik. 2. Pendidikan

Pendidikan pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri, personal hygiene, serta pemahaman tentang perilaku kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindar terjadinya kecelakaan kerja.

3. Masa kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan faktor resiko. Dengan perbedaan masa kerja akan berhubungan dengan pajanan terhadap pencemar atau bahan yang berisiko terhadap gangguan kesehatan kulit.

4. Penggunaan alat pelindung diri

(43)

pelindung diri diciptakan untuk melindungi nelayan dari bahaya terjadinya kecelakaan, maupun penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri bagi nelayan misalnya : sarung tangan, sepatu bot, helm pengaman, baju bentuk overall.

(44)

2.7. Kerangka Konsep

Karakteristik Responden - Umur

- Pendidikan - Pendapatan - Masa kerja - Jam kerja

- Jumlah Anggota keluarga

- Pengetahuan

Gambaran Kelainan Kulit

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian berada di wilayah kerja Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan. Alasan dalam penelitian ini adalah :

1. Banyak ditemukan gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

2. Belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian

(46)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bekerja sebagai nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 43 orang.

3.3.2. Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian (total sampling), sebanyak 43 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (nelayan) dengan menggunakan kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang hygiene perorangan (kebiasaan mandi, kebiasaan membersihkan badan dan pakaian serta kebiasaan memakai alat pelindung diri) dan dilakukan pemeriksaan kulit.

3.4.2. Data Sekunder

(47)

3.5. Definisi Operasional

1. Karakteristik responden adalah gambaran keadaan responden yang terdiri atas umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, jam kerja, dan jumlah anggota keluarga.

2. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat responden diwawancarai.

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan responden.

4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan yang diperoleh nelayan dalam sebulan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Masa kerja adalah waktu mulai responden bekerja menjadi nelayan sampai

diadakan penelitian yang dihitung dalam tahunan. 6. Jam kerja adalah waktu yang dipakai responden pada saat berangkat untuk melaut

yaitu jam 05.00-17.00 WIB.

7. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah. 8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kelainan

kulit.

9. Gambaran kelainan kulit adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan dan karena gigitan binatang, berupa merah, gatal-gatal dan basah.

10. Hygiene Perorangan adalah kebersihan perorangan pada nelayan yang meliputi (Notoatmodjo, 1997) :

(48)

b. Mandi dengan menggunakan sabun c. Menjaga kebersihan pakaian

d. Memakai alat pelindung diri (sarung tangan, topi, masker dan pakaian khusus/overall).

11. Kondisi lingkungan yaitu keadaan lingkungan baik di rumah maupun di luar rumah.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Untuk tingkat pendidikan dibagi atas 5 (lima) kategori : - Tidak tamat SD - Tamat SLTA - Tamat SD - Tamat DIII/PT - Tamat SLTP

2. Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor sebanyak 12 dan kriteria sebagai berikut (Soegiyono, 2002) :

a. Untuk jawaban mempunyai 2 pilihan : - Jawaban a (tahu) = 2

- Jawaban b (tidak tahu) = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu

• Tingkat Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor

> 9 dari seluruh pertanyaan yang ada.

• Tingkat Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki

(49)

• Tingkat Pengetahuan kurang apabila jawaban responden < 45% atau memiliki skore <

5 dari seluruh pertanyaan yang ada. 3. Higiene Perorangan

Hygiene yang dilakukan untuk mengukur kebersihan perorangan pada nelayan seperti frekuensi mandi dalam sehari, perilaku mengganti baju, memakai alat pelindung diri, mandi memakai sabun. Observasi higiene diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan, sehingga total skor 8. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai nilai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban Ya (a) = 1 2. Jawaban Tidak (b) = 0

Berdasarkan jumlah nilai tersebut, Higiene diklasifikasikan dalam 2 kategori:

a. Baik, jika jawaban ya ≥ 75% apabila responden menjawab pertanyaan benar > 6 b. Buruk, jika jawaban tidak < 75%, bila responden menjawab pertanyaan benar <6 4. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dilakukan untuk melihat kebersihan lingkungan rumah dan di sekitarnya. Kriteria yang diukur berdasarkan nilai (skor) yang dijumlahkan pada 8 pertanyaan. Tiap pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai 1 dengan kriteria :

1. Jawaban a (Ya) = 1 2. Jawaban b (Tidak) = 0

(50)

5. Gambaran Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dilakukan untuk melihat kriteria gambaran kelainan kulit pada nelayan, yang meliputi warna merah, basah dan gatal-gatal pada kulit. Diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ada, bila dijumpai di kulit responden minimal warna merah dan gatal-gatal.

b. Tidak ada, apabila hanya terdapat gatal-gatal pada kulit responden

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1. Teknik Pengolahan

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan perangkat software komputer.

2. Tabulating

` Memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan 3.7.2. Analisis Data

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Yong Panah Hijau terletak di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan, dengan luas daerah 450 hektar, yang terdiri dari 11 lingkungan. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Labuhan Deli sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Belawan

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kelurahan Tengah Pulau - Sebelah Barat : Kelurahan Paya Pasir

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Labuhan 4.1.1. Data Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Deli menurut Data Dinas Profil Kelurahan tahun 2008 berjumlah 15.440 yang terdiri dari laki-laki 7.747 orang dan perempuan 7.693 orang yang tersebar dari 11 lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan Di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008 No.

Nama Dusun/Lingkungan

Jenis Kelamin Jumlah

(52)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat di ketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli yang paling banyak penduduknya berada di lingkungan IX yaitu sebesar 1.260 orang (16,3%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 1.325 orang (17,3%) dengan jenis kelamin perempuan.

Berdasarkan jumlah penduduk yang dilihat dari kelompok umur di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

1. < 1 196 1,3

2. 12 – 29 8.761 56,7

3. 30 – 58 5.573 36,1

4. > 59 910 5,9

Total 15.440 100,0

Sumber : : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa di Kelurahan Labuhan Deli menurut kelompok umur 12-29 tahun sebesar 8.761 orang (56,7%) merupakan kelompok umur terbanyak, sedangkan kelompok umur 0-12 bulan ada 196 orang (1,3%) merupakan jumlah terkecil.

4.1.2. Data Pelayanan Kesehatan

(53)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbanyak di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2007

No. Nama Penyakit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Diare 1.720 28,6

2. ISPA 1.626 27,0

3. Penyakit Gigi 842 14,0

4. Penyakit Mata 425 7,1

5. TB. Paru 311 5,1

6. Hypertensi 288 5,0

7. Kecacingan 250 4,1

8. Scabies (Kelainan kulit) 220 3,7

9. Penyakit Maag 210 3,4

10. T.H.T 114 2,0

Total 6.006 100,0

Sumber : Profil Puskesmas Kelurahan Labuhan Deli, (2007)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa jumlah penyakit terbanyak di Kelurahan Labuhan Deli adalah Diare, yaitu sebanyak 1.720 kasus (28,6%), sedangkan untuk penyakit kulit atau scabies ada 220 kasus (3,7%).

4.1.3. Mata Pencaharian

Adapun penduduk di Kelurahan Labuhan Deli mempunyai mata pencaharian sebagai berikut : buruh, pengusaha, swasta, PNS, Polri, pedagang, nelayan, dokter, petani, dan lain-lain (penjahit, tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir).

Berdasarkan mata pencaharian penduduk yang dilihat dari jenis pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

(54)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Nelayan 2881 66,6

2. Buruh/Swasta/Pengusaha 952 22,0

3. Lain-lain (penjahit tukang batu/kayu, peternak, montir, pengrajin, dan sopir)

231 5,3

4. Pedagang 132 3,1

5. PNS/Polri/Dokter 124 2,9

6. Petani 5 0,1

Total 4.325 100,0

Sumber : Data Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.4. diatas diketahui bahwa penduduk di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli mayoritas mempunyai pekerjaan sebagai nelayan yaitu sebesar (,6% dan sebagai petani 0,1% merupakan jumlah terkecil.

4.1.4. Agama

Agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Distribusi agama yang dianut penduduk di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

(55)

4.1.5. Suku/Etnis

Suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli terdiri dari Melayu, Jawa, Batak, Minang, Cina dan lain-lain. Berdasarkan distribusi suku/etnis di Kelurahan Labuhan Deli dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Suku/Etnis Jumlah (orang) Persen (%)

1. Melayu 8.791 56,9

2. Jawa 3.787 24,5

3. Batak 1.511 9,8

4. Minang 612 4,0

5. Lain-lain (Karo, Arab, Nias, Simalungun) 525 3,4

6. Cina 214 1,4

Jumlah 15.440 100,0

Sumber : Profil Kelurahan Labuhan Deli, (2008)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Labuhan Deli pada umumnya suku Melayu sebesar 8.791 orang (56,9%), sedangkan suku/etnis Cina ada 214 orang (1,4%) merupakan jumlah terkecil.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi : kelompok umur, pendidikan, pendapatan, masa kerja, dan jumlah anggota keluarga. Secara garis besar karakteristik responden di wilayah Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli tahun 2008 dapat dilihat pada lampiran 1.

(56)

DIII/PT sebesar 2,3% merupakan jumlah terkecil, sedangkan pendapatan responden lebih banyak mempunyai penghasilan > Rp. 500.000 yaitu sebesar 83,7% dan masa kerja responden yang paling lama 6-10 tahun merupakan masa kerja paling banyak yaitu sebesar 51,2%, sedangkan yang paling sedikit mempunyai masa kerja 1-5 tahun ada 2,9%. Untuk jumlah keluarga 6-8 orang ada 41,8%, sedangkan 3-5 orang ada 23,3% merupakan jumlah terkecil. Jam kerja yang dilakukan oleh responden saat melaut yaitu pada jam 05.00-17.00, jam 12.00 siang, dan malam hari.

4.3. Higiene dan Kondisi Lingkungan Responden 4.3.1. Higiene Responden

Higiene perorangan yang dilakukan oleh nelayan di Yong Panah Hijau seperti mandi setiap hari, mandi 2x sehari, mandi memakai sabun, memakai pakaian khusus (overall), pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan pakaian dan berganti pakaian sehabis mandi, dan memakai sepatu bot, dapat dilihat pada lampiran 2.

(57)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hygiene Perorangan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Hygiene Perorangan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 21 48,8

2. Buruk 22 51,2

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa higiene perorangan yang dilakukan oleh responden lebih banyak berada pada kategori buruk yaitu sebesar 51,2%. 4.3.2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan baik di rumah maupun lingkungan kerja dan diluar rumah sangat penting bagi kesehatan. Adapun kondisi lingkungan nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat pada lampiran 3.

(58)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Kondisi Lingkungan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 18 41,9

2. Buruk 25 58,1

Total 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan baik lingkungan rumah dan lingkungan sekitarnya yang meliputi penggunaan air bersih, pembuangan sampah, juga lingkungan kerja lebih banyak responden 58,1% menunjukkan kategori lingkungan yang buruk..

4.4. Pengetahuan Kelainan Kulit Pada Nelayan

Pengetahuan responden tentang kelainan kulit yaitu sesuatu yang diketahui oleh nelayan tentang penyakit yang disebabkan oleh air, kegunaan air untuk kesehatan, pencemaran yang disebabkan air, dan pengetahuan bahwa air juga dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kanker, dapat dilihat pada lampiran 4.

(59)

menimbulkan infeksi lebih banyak responden 55,8% sudah mengetahuinya. Sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah (orang) Persen (%)

1. Baik 9 20,9

2. Sedang 28 65,1

3. Kurang 6 14,0

Total 43 100,0

Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gangguan kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau dapat dilihat bahwa pada umumnya responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang 65,1%, sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang ada 14%.

4.5. Gangguan Kelainan Kulit

(60)

keluhan peradangan pada kulit ada 67,4% yang dialami responden, sedangkan keluhan nyeri yang dirasakan responden pada umumnya 65,1%, dan keluhan luka ada 65,1%. Untuk pengobatan serius atas penyakit kulit pada umumnya 69,8% tidak pernah dialami oleh responden, dan penyakit kulit yang diderita tidak menular sebesar 76,7%.

4.6. Gambaran dan Lokasi Kelainan Kulit 4.6.1. Gambaran Kelainan Kulit

Gambaran kelainan kulit yang dialami pada nelayan meliputi keadaan yang dirasakan oleh responden berupa merah, gatal-gatal pada kulit, dan basah, dapat dilihat pada tabel 4.10. dibawah ini

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

No. Gambaran Kelainan Kulit Ada Tidak ada Total

N % N % N %

1. Merah 35 81,4 8 18,6 43 100,0

2. Basah 13 30,2 30 69,8 43 100,0

3. Gatal-gatal 42 97,7 1 2,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa gambaran kelainan kulit responden pada umumnya berwarna merah 81,4%, sedangkan yang disertai basah hanya 30,2%, dan mayoritas disertai gatal-gatal ada 97,7%.

4.6.2. Lokasi Kelainan Kulit

(61)

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lokasi Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa lokasi kelainan kulit pada nelayan umumnya terletak di tangan 60,5%, di kaki 81,4%, sedangkan di badan responden yang terkena ada 34,9%, dan lebih banyak berada di sela-sela jari sebesar 60,5%. Untuk responden yang terkena penyakit kulit di wajah ada 4,7% dan di ketiak seluruh responden tidak mengalaminya 100%.

Sesangkan untuk melihat hasil kategori gambaran kelainan kulit warna merah, basah dan gatal-gatal dapat dilihat pada tabel 4.12. sebagai berikut :

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Gambaran Kelainan Kulit Jumlah (orang) Persen (%)

1. Ada (merah dan gatal-gatal) 36 83,7

2. Tidak ada 7 16,3

Total 43 100,0

(62)

4.7. Hasil Tabulasi Silang

4.7.1. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit dengan Karakteristik Responden

Tabel 4.13. Hasil Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau

Kelurahan Labuhan Deli Tahun 2008

No. Karakteristik

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

(63)

gatal-gatal pada kulit berada pada kelompok umur 36-45 tahun yaitu seluruh responden 30%, dengan latar belakang pendidikan mayoritas tamat SLTP 32,5%, dan mempunyai penghasilan > Rp. 500.000 sebesar 69,7% dengan masa kerja 6-10 tahun 41,9% sedangkan jumlah keluarga 6-8 orang 34,9%.

4.7.2. Hasil Tabulasi Silang Antara Hygiene dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan

Tabel 4.14. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Hygiene Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Hygiene

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

N % N % N %

1. Baik 17 39,5 4 9,3 21 48,8

2. Buruk 19 44,2 3 4,0 22 51,2

Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.14. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara gambaran kelainan kulit dengan hygiene nelayan yang mempunyai kategori hygiene baik dan dikulitnya ada terdapat gambaran kelainan kulit baik itu warna merah, basah atau gatal-gatal pada kulit sebesar 39,5%, sedangkan mempunyai hygiene buruk dan ada gambaran kelainan kulit yaitu 44,2%.

4.7.3. Hasil Tabulasi Silang Antara Kondisi Lingkungan dengan Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan

Tabel 4.15. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Kondisi Lingkungan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Kondisi Lingkungan

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak Ada

N % N % N %

1. Baik 17 39,5 1 2,3 18 41,9

(64)

Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa dari hasil tabulasi silang antara gambaran kelainan kulit dengan kondisi lingkungan ternyata responden yang mempunyai kondisi lingkungan buruk yaitu 76%, sedangkan kondisi lingkungan yang baik 94,4%. 4.7.4. Hasil Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Gambaran Kelainan Kulit

Tabel 4.16. Hasil Tabulasi Silang Antara Gambaran Kelainan Kulit Dengan Tingkat Pengetahuan Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan

Labuhan Deli Tahun 2008

No. Tingkat Pengetahuan

Gambaran Kelainan Kulit Total

Ada Tidak ada

N % N % N %

1. Baik 6 13,9 3 7,0 9 20,9

2. Sedang 25 58,1 3 7,0 28 65,1

3. Kurang 5 11,7 1 2,3 6 14,0

Total 36 83,7 7 16,3 43 100,0

Gambar

Tabel. 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis
Gambaran Kelainan Kulit
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Per Lingkungan Di Yong Panah hijau Kelurahan Labuhan Deli  Tahun 2008 Nama Jenis Kelamin Jumlah
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani , tetapi akibat toksin ( tetanospasmin ) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh

Kedua, kekuatan kecamatan lebih berorientasi kepada fungsi kewenangan yang dilimpahkan oleh Walikota dibandingkan fungsi koordinasi, artinya, koordinasi dapat tidak

(3) Sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, dan huruf e, penanggungjawab usaha dan/atau

(1) Struktur kurikulum program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan terdiri atas mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka

PENGADAAN VOLUME LOKASI PEKERJAAN (PROVINSI/KAB/KOTA NAMA

[r]

Terdapat beberapa pengakuan aset tetap perusahaan yang sebaiknya dilakukan penyesuaian terkait tanggal perolehan dan penggunaan aset tetap dalam operasional perusahaan sehingga

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur