• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Parlemen Lokal: Analisis Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Parlemen Lokal: Analisis Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PARLEMEN LOKAL:

ANALISIS KINERJA DPRD KABUPATEN TOBA SAMOSIR PERIODE TAHUN 2004-2009

DISUSUN OLEH: ELIZABET SIBARANI

070906064

Dosen Pembimbing : Drs.Tonny P. Situmorang, MA Dosen Pembaca : Faisal Andri Mahrawa, S.IP,M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga pemerintahan daerah yang merupakan wakil rakyat di daerah. DPRD memiliki peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena memiliki fungsi sebagai badan legislasi, badan penganggaran serta badan pengawasan. DPRD sebagai lembaga penyelenggara pemerintahan daerah memiliki fungsi yaitu sebagai badan legislatif yang merancang dan menyetujui rencana peraturan daerah ataupun kebijakan-kebijakan lainnya bersama-sama dengan badan eksekutif. Dalam konteksnya DPRD sebagai badan legislatif, maka fungsi pembuatan peraturan daerah ataupun suatu kebijakan merupakan fungsi utama dalam menunjukkan produktivitasnya melalui banyaknya peraturan-peraturan yang dihasilkan dan sesuai dengan harapan masyarakat. DPRD sebagai badan penganggaran berfungsi untuk menyusun dan menetapkan anggaran bersama-sama dengan badan eksekutif. DPRD memiliki peranan penting didalam menetapkan APBD yang efektif, efisien, ekonomis, transparan, bertanggung jawab, dengan memperhatikan azas keadilan, kepatuhan dan manfaat bagi masyarakat luas. APBD yang dirancang dan ditetapkan oleh DPRD harus memperhatikan manfaatnya bagi masyarakat luas. Fungsi DPRD sebagai badan pengawas yaitu yang diwujudkan dalam bentuk pengawasan tehadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, keputusan kepala daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Fungsi pengawasan DPRD merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena menyangkut kehidupan masyarakat di daerah dalam menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan penduduk.

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kinerja DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang befungsi sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah daerah, sebagai pengelola konflik yang sedang berkembang melalui fungsi utamanya yaitu legislatif, penganggaran, dan pengawasan yang berlokasi di Kabupaten Toba Samosir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir periode tahun 2004-2009 masih rendah.hal itu dapat dilihat dari indikator pengukuran kinerja yaitu responsivitas (responsiviness), Responsibilitas (Responsibility), dan akuntabilitas (accountability). Setelah diamati dan diteliti didapati sejumlah fakta bahwa kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir rendah yaitu adanya temuan bahwa kemampuan DPRD didalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan serta aspirasi masyarakat masih rendah, adanya pelanggaran-pelanggaran peraturan yang sudah diatur, terdapatnya penyimpangan-penyimpangan, serta rendahnya tanggung jawab DPRD sebagai lembaga wakil rakyat hingga menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap wakil mereka.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul: “Kinerja Parlemen Lokal: Analisis Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009”.

Tanpa disadari dalam penulisan skripsi ini begitu banyak pihak-pihak yang membantu penulis dalam hal materi, moral dan moril hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, saat ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

3. Bapak Drs. Tony P Situmorang, MA, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak sekali memberikan bimbingan bahkan setia mendengarkan waktunya untuk mendengarkan keluhan penulis.

4. Bapak Faisal Andri Mahrawa,S.IP,M.Si, selaku Dosen Pembaca penulis yang telah banyak membimbing penulis.

5. Seluruh dosen FISIP USU, khususnya dosen-dosen Departemen Ilmu Politik yang begitu baik dan mengajari penulis dari semester 1 hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(4)

7. Keluarga, abang-abangku, kakaku, adekku, tanteku, inang tua ku, Alm Opungku tercinta, terima kasih atas doa, dukungan dan motivasinya, semoga kita bisa mendapat apa yang kita inginkan untuk menyenangkan hati orang tua.

8. Kepada adekku monalisa hasibuan, terima kasih telah mendampingi penulis, memberikan banyak motivasi, dukungan serta doa-doanya, semoga dapat menyelesaikan studinya dengan cepat.

9. Kepada teman-temanku yang sudah memberikan doa, dukungan, dan motivasi yaitu: Ruth Agnesia Sembering, Maharani, Eka pankosta sianipar alias si fitri, xty, eci, pipin, enjel, wenni, lestari dan semua teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10.Kepada teman seperjuanganku disaat-saat genting dan paling sulit: Maria Bellina Silitonga, Tiara Agustin, Ika Ratnasari, Andre gina, Prisilia, dan Ka Risma.

11.Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Toba Samosir yang telah memberikan kemudahan didalam memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

12.Bapak Dicky Tampubolon selaku Kabid Litbang Bappeda Kabupaten Toba Samosir, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

13.Seluruh Staf-staf yang bekerja di kantor DPRD Kabupaten Toba Samosir yang telah memberikan informasi di dalam proses penyelesaian skripsi ini khususnya Bapak J. Sitinjak, Nasmboruku Br. Sibuea, buat Kak Joice, kak Ka Vanesya Samosir, dan Ka Nova.

(5)

15.Kepada personil KPUD Kabupaten Toba Samosir, bg hendradan ka Rika Mariska selaku karyawan KPUD Kabupaten Toba Samosir sekaligus sebagai kakak stambuk di Ilmu Politik, bg Darwin tarigan, bg endah, kak siska, dan semua yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

16.Kepada Tokoh-Tokoh masyarakat yang telah memberikan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis mengenai kondisi sosial, ekonomi dan politik yang dialami oleh daerah kelahiranku Kabupaten Toba Samosir.

17.Semua pihak yang telah mendukung yang penulis tidak dapat sebutkan semuanya.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………i

KATA PENGANTAR ………ii

DAFTAR ISI ………v

DAFTAR TABEL ………vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………1

I.2. Perumusan Masalah ………5

I.3. Tujuan Penelitian ………5

1.3.1. Tujuan Penelitian ………5

1.3.2. Manfaat Penelitian ………6

I.4. Kerangka Teori ………6

1.4.1. Demokrasi ………6

1.4.2. Parlemen ………8

1.4.2.1. Pengertian Parlemen ………8

1.4.2.2. Fungsi Parlemen ………8

1.4.2.2.1. Parlemen sebagai Lembaga penghubung ………9

1.4.2.2.2. Parlemen sebagai Lembaga Pengelola Konflik ………29

1.4.2.3. Fungsi DPRD ………10

1.4.3. Teori Perwakilan ………12

1.4.4. Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ………....……12

1.4.4.1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja ………13

1.5. Metodologi Penelitian ………18

1.5.1. Metode Penelitian ………18

1.5.2. Jenis penelitian ………19

1.5.3. Lokasi Penelitian ………20

1.5.4. Sumber Data ………20

(7)

1.5.6. Defenisi Konsep ………21

1.5.7. Defenisi Operasional ………21

1.6. Sistematika Penulisan ………22

BAB II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR 2.1. Sejarah Kabupaten Toba Samosir ………24

2.2. Deskripsi DPRD Kabupaten Toba Samosir ………28

2.2.1. Susunan Organisasi dan Tata Kerja DPRD Kabupaten Toba Samosir …………32

2.2.1.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang DPRD kabupaten Toba Samosir ………32

2.2.1.2. Hak dan Kewajiban DPRD ………38

2.2.2. Alat kelengkapan DPRD Kabupaten Toba Samosir ………41

BAB III ANALISIS KINERJA DPRD KABUPATEN TOBA SAMOSIR PADA PERIODE TAHUN 2004-2009 3.1. Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir ………45

3.2. Indikator Pengukuran Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir Pada Periode Tahun 2004-2009 ………..….49

3.2.1. Responsivitas (Responsiviness) ………...49

3.2.2. Responsibilitas (Responsibility) ………...56

3.2.3. Akuntabilitas (Accountability) ………....61

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Kesimpulan ………66

4.2. Saran ………70

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Susunan Fraksi-Fraksi DPRD Kabupaten Toba Samosir 2004-2009…….30

Tabel 2: Nama-Nama Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2009 Berdasarkan Partai……….31

Tabel 3: Jumlah Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Menurut Jenis

keputusan pada Periode 2004-2009 ………...34

Tabel 4: Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2004-2009…………...35

Tabel 5: Berikut adalah Pembidangan Komisi-Komisi DPRD Kabupaten Toba

Samosir……….41

Tabel 6: Susunan Personalia Komisi-Komisi DPRD Kabupaten Toba Samosir…...42

Tabel 7 : Kegiatan DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009…..51

Tabel 8 : Tim Pelaksana Kegiatan Masa Reses………..53

Tabel 9 : Nama-nama Anggota DPRD Periode Tahun 2004-2009 Hingga Periode

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pemberian hak otonomi daerah kepada daerah otonom merupakan cerminan terlaksananya demokrasi yang sesungguhnya. Kebijakan otonomi daerah memberikan kesempatan dan peluang kepada setiap daerah untuk mengatur pemerintahannya masing-masing. Otonomi daerah merupakan dasar memperluas pelaksanaan demokrasi dan instrumen mewujudkan kesejahteraan umum.1

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Munculnya kebijakan otonomi daerah merupakan suatu perwujudan dari tuntutan reformasi yaitu mewujudkan pelaksanaan demokrasi secara nyata, menciptakan keadilan sehingga terwujudlah kesejahteraan umum. Tuntutan reformasi yang dilakukan adalah untuk menegakkan keadilan dan menegaskan pelaksanaan demokrasi yang sesungguhnya. Selain itu juga tuntutan ketidakpuasan masyarakat mengenai pola hubungan antara pusat dan daerah yang dirasakan tidak adil, sehingga dengan begitu reformasi dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan otonomi daerah tersebut sesuai dengan landasan konstitusional.

2

1

H. Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2001,hal 3.

2

Indra Ismawan, Ranjau-Ranjau Otonomi Daerah, Solo: Pondok Edukasi, 2002, hal 4.

(10)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemberian hak otonomi daerah kepada daerah-daerah otonom bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan umum khususnya di daerah-daerah otonom melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Hak otonomi daerah dapat dirasakan oleh masyarakat Toba Samosir dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang memunculkan aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk Kabupaten baru yang bersifat otonom Masyarakat menilai dengan adanya kebijakan otonomi daerah memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aspirasi masyarakat untuk memekarkan dan membentuk Kabupaten Toba Samosir terwujud dan diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999. Terbentuknya kabupaten Toba Samosir maka dibentuk perangkat-perangkat pemerintahan daerah sementara yaitu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan, yaitu kepala daerah (gubernur dan bupati/walikota) dan DPRD (provinsi, kabupaten/kota) dan birokrasi setempat yang terpisah dari lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi pemerintahan. Lembaga-lembaga pemerintahan tersebut direkrut secara demokratis dan berfungsi menurut mekanisme demokratis pula.

(11)

sebagai unsur penyelengara pemerintahan daerah. Dewan perwakilan rakyat di daerah memiliki fungsi legislasi, pengawasan serta penganggaran yang diatur didalam undang-undang. Fungsi legislasi pada DPRD adalah membentuk peraturan daerah bersama dengan kepala daerah. Fungsi pengawasan pada DPRD yang paling utama adalah mengontrol jalannya pemerintahan daerah sehingga mekanisme Check and Balances dapat terjalin diantara kedua lembaga yaitu lembaga eksekutif dan Legislatif, untuk saling mengontrol, mengawasi dan mengimbangi. Fungsi pengawasan DPRD sangat berperan penting di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan begitu lembaga eksekutif tidak akan sewenang-wenang didalam menjalankan tugasnya sebagai Pemerintah Daerah. Fungsi penganggaran pada DPRD adalah menyusun dan menetapkan APBD untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah bersama dengan pemerintah daerah.

DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat harus mampu memperjuangkan kepentingan, hak serta aspirasi-aspirasi masyarakat yang telah dipilih melalui sistem pemilihan umum. Akan tetapi maraknya kritik terhadap DPRD diakibatkan oleh buruknya kinerja lembaga pemerintah daerah tersebut mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap DPRD sebagai wakil mereka. Buruknya kinerja DPRD dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat dapat dilihat dari lemahnya DPRD Kabupaten Toba Samosir periode tahun 2004-2009 di dalam menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas. Lemahnya DPRD Kabupaten Toba Samosir di dalam menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas yang mengawasi jalannya pemerintahan daerah sehingga eksekutif tidak bertindak sewenang-wenang menimbulkan korupsi di tubuh eksekutif. Hal itu terlihat pada kutipan berikut:

Pada hasil jajak pendapat (Waspada Online 17/11/2007) mengatakan:

(12)

pengelolaan keuangan daerah yang terlihat dengan banyaknya kebocoran beserta peraturan pemerintah yang dilanggar,’’ 3

“Dan terbukti memang, dua kali DPRD Tobasa gagal membentuk pansus atas kasus ini. Mayoritas wakil rakyat pro-Bupati. Hanya beberapa orang yang masih punya nurani,”

DPRD sebagai lembaga wakil rakyat harusnya memihak kepada rakyat. Akan tetapi lemahnya pengawasan DPRD terhadap eksekutif menimbulkan adanya kesempatan korupsi berkembang di badan eksekutif dan dibadan legislatif itu sendiri, sehingga DPRD yang harusnya wakil rakyat berubah menjadi musuh rakyat.

Pada hasil jajakan pendapat (Batak News Jarar Siahaan Wartawan Independen Balige Toba Samosir 7/07/2007)

4

“Sebanyak 192 desa yang ada di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), 142 Kategori desa tertinggal. Desa yang terisolir, nilai jasa belum dihargai, rawan kesehatan, rawan pendidikan dan masyarakatnya miskin pemikiran, miskin modal dan tenaga.”

Adanya kegiatan korupsi yang dilakukan oleh badan legislatif dan badan eksekutif telah merugikan masyarakat Kabupaten Toba Samosir. Hal itu berdampak terhadap pembangunan Kabupaten Toba Samosir. Banyaknya desa tertinggal di Kabupaten Toba Samosir merupakan gambaran minimnya keuangan Kabupaten Toba Samosir dalam mengembangkan daerah-daerah tertingal. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut:

Pada hasil jajakan pendapat (Suara Komunitas 8/09/2010):

5

DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan memiliki peran penting di dalam pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat daerah. Peningkatan kinerja DPRD sangat penting di dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah diharapkan lebih responsivitas, responsibilitas

(13)

serta akuntabilitas (bertanggung jawab) dalam melaksanakan tugasnya dan fungsinya sebagai lembaga representatif atau wakil rakyat di daerah. Peningkatan kinerja lembaga pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam menunjang pemberdayaan masyarakat serta pembangunan daerah agar tercipta kemakmuran dan kesejahteraan umum khususnya di daerah. Peningkatan kinerja DPRD sangat besar pengaruhnya terhadap jalannya pemerintahan di daerah, karena lembaga pemerintah tersebut merupakan penyelenggara pemerintahan di daerah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas bagaimana kinerja parlemen lokal yaitu DPRD Kabupaten Toba Samosir pada masa periode tahun 2004-2009.

1.2.

Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Toba Samosir dalam pelaksanaan fungsi, tugas serta wewenangnya?”

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

(14)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian ini secara akademis bermanfaat bagi penulis yakni untuk mengasah kemampuan dan melatih penulis dalam hal membuat dan membaca karya ilmiah. Melalui penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.

2. Manfaat penelitian ini jika dilihat dari segi pembangunan adalah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi DPRD Kabupaten Toba Samosir, sehingga untuk masa yang akan datang DPRD Kabupaten Toba Samosir dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam meyelenggarakan otonomi daerah.

1.4.

Kerangka Teori

1.4.1. Demokrasi

Menurut Henry B. Mayo sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. 6

Robert Dahl mengungkapkan setidaknya ada sepuluh manfaat atau keuntungan sistem politik demokrasi, yaitu: 1) demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh kaum otokrat yang tidak manusiawi; 2) demokrasi menjamin warga negaranya dengan sejumlah hak asasi yang tidak diberikan dan tidak dapat diberikan oleh sistem-non Dengan adanya sistem pemerintahan demokrasi ini memberikan kekuasaan kepada masyarakat luas ataupun kaum mayoritas di dalam menentukan jalannya pemerintahaan tersebut.

6

(15)

demokratis; 3) demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya; 4) demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar mereka; 5) demokrasi membantu manusia mengembangkan dirinya lebih baik dari alternatif sistem politik yang memungkinkan; 6) hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi orang-orang untuk menggunakan kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri; 7) hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral; 8) hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang tinggi; 9) negara-negara modern tidak berperang satu dengan lainnya; dan; 10) Negara-negara dengan pemerintahan yang demokratis cenderung lebih makmur daripada Negara-negara dengan pemerintahan non-demokratis.7

Seperti halnya dengan masyarakat Indonesia yang menuntut terwujudnya demokrasi kedalam kehidupan bermasyarakat secara nyata. Hal itu diwujudkan melalui kebijakan pemerintah di dalam memenuhi tuntutan masyarakat daerah untuk merealisasikan pemekaran daerah yang selanjutnya disebut dengan istilah otonomi daerah melalui desentralisasi. Dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah tersebut agar kekuasaan itu tidak terpusat pada satu pusat saja, sehingga masyarakat sebagian besar terabaikan. Maka dengan adanya kebijakan tersebut, masyarakat daerah memiliki pemerintah daerah tersendiri yang mampu menampung aspirasi-aspirasi maupun tuntutan-tuntutan masyarakat dan melakukan upaya-upaya dalam mengatasi tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut dengan cepast dan tepat. Kebijakan tersebut merupakan suatu alat penghubung antara lembaga-lembaga pemerintah lebih dekat dengan masyarakat sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan umum.

Demokrasi memberikan kebebasan yang luas kepada kaum mayoritas sesuai dengan konstitusi yang berlaku disetiap Negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Sistem demokrasi lebih menjunjung tinggi penghargaan atas hak azasi manusia sehingga ketika masyarakat menuntut agar pemerintah membuat suatu kebijakan untuk diselenggarakannya otonomi daerah sebagai perwujudan demokrasi secara nyata oleh pemerintah dimana dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah kepada daerah otonom dinilai masyarakat merupakan suatu perwujudan demokrasi yang dianut oleh Negara yang demokratis.

7

(16)

1.4.2. Parlemen

1.4.2.1. Pengertian Parlemen

Pengertian parlemen diberbagai Negara memiliki arti yang berbeda-beda. Dalam kamus Eropa istilah parlemen mengandung makna ”pembicaraan” masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di Amerika legislature mengandung makna badan pembuat undang-undang (badan legislatif atau law making body).8

Pengertian parlemen selalu diistilahkan sebagai suatu badan pembuat undang-undang. Akan tetapi pengertian parlemen tidak hanya sebatas pembuat undang-undang saja. Fungsi pokok parlemen dengan demikian tidak harus diartikan sebagai badang pembuat undang-undang (law-making body) semata-mata namun juga perlu dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dan pemerintah.

9

Parlemen diciptakan dengan tujuan tertentu antara lain untuk menghubungkan masyarakat luas dengan raja atau pimpinan pemerintahan. Parlemen juga diciptakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat luas akan sebuah lembaga dengan fungsi strategis pokok, yakni menyalurkan dan mencari penyelesaian atas persoalan-persoalan politik dan kenegaraan yang melibatkan sebagaian besar masyarakat. Fungsi utama parlemen dengan demikian adalah sebagai lembaga penghubung dan pengelola konflik.

10

1.4.2.2. Fungsi Parlemen

Adapun fungsi daripada parlemen itu adalah merupakan suatu lembaga penghubung, dan lembaga pengelola konflik. Fungsi parlemen yang ada di Indonesia diatur didalam undang-undang sehingga fungsi parlemen yang dikenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat

8

Bambang Cipto, Dewan Perwakilan Rakyat dalam Era Pemerintahan

Modern-Industrial,Yogyakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 1995, hal 2.

9

Ibid., hal 10.

10

(17)

baik itu Dewan Perwakilan Daerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

1.4.2.2.1. Parlemen sebagai lembaga penghubung

Parlemen ataupun sering disebut dengan istilah legislatif dimana memiliki fungsi salah satunya adalah sebagai lembaga penghubung antara masyarakat dengan pemerintah mereka. Sebagian besar parlemen disebut sebagai lembaga atau badan perwakilan karena anggotanya dipilih secara langsung oleh para warga negaranya. Orang-orang yang dipilih oleh warga negaranya dengan demikian diharapkan untuk menjadi wakil mereka dalam badan perwakilan masyarakat tersebut. Itulah sebabnya parlemen lebih sering disebut sebagai badan perwakilan atau badan yang mewakili para pendukung anggota-anggotanya secara resmi dalam sistem pemerintahan.11

1.4.2.2.2. Parlemen sebagai Lembaga Pengelola konflik

Konflik yang merupakan suatu gejala sosial selalu terdapat didalam setiap masyarakat dan dalam setiap kurun waktu. Hubungan sosial yang dilakukan oleh masyarakat merupakan suatu sumber munculnya konflik. Manusia dengan sifatnya yang individualis selalu mementingkan dirinya sendiri demi terpenuhinya kebutuhannya. Manusia akan cenderung berusaha untuk mendapatkan keuntungan dalam setiap kesempatan. Dengan begitu masyarakat tidak pernah terlepas dari konflik sehingga memerlukan suatu solusi didalam mengatasi konflik-konflik tersebut.

Parlemen dapat berfungsi sebagai badan pengkristal perbedaan-perbedaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Parlemen selanjutnya dapat dapat mengikhtiarkan penyelesaian antara lain dengan mengakumulasi informasi, mengukur posisi para pelaku

11

(18)

yang terlibat dalam konflik, mempertimbangkan posisi para pelaku yang terlibat dalam konflik, mempertimbangkan posisi pendapat umum dan mencoba merumuskan alternatif pemecahan masalah yang timbul.12

1.4.2.3. Fungsi DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dibentuk di setiap propinsi dan kabupaten ataupun kota lazimnya dipahami sebagai lembaga yang menjalankan kekuasaan legislatif sehingga disebut sebagai lembaga legislatif di daerah. Fungsi lembaga legislatif yang berada di daerah diatur di dalam Undang-Undang R.I. Nomor 27 Tahun 2009 pada pasal 290 bab V dan pasal 343 bagian kedua mengenai fungsi DPRD provinsi, DPRD Kabupaten/Kota adalah berfungsi sebagai badan Legislasi, Anggaran dan Pengawasan.

1. Fungsi Legislasi

Fungsi badan legislasi yang paling penting ialah menentukan policy (kebijaksanaan) dan membuat undang-undang.13 Fungsi legislasi pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, didalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 mengenai kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 19 ayat 2 bab v mengenai fungsi, tugas dan wewenang DPRD yaitu fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah. Dijelaskan lagi pada pasal 20 ayat 1 bagian a yaitu DPRD mempunyai tugas dan wewenang: membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan sama.

12

Ibid., hal 45.

13

(19)

2. Fungsi Anggaran

Fungsi anggaran pada badan legilastif terdapat didalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 mengenai kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 19 ayat 3 bab v mengenai fungsi, tugas dan wewenang DPRD. Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD bersama Pemerintah Daerah.

3. Fungsi Pengawasan

Sebagaimana dengan yang tertulis di dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 mengenai kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 19 ayat 4 bab v mengenai fungsi, tugas dan wewenang DPRD yaitu fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan undang-Undang, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. fungsi pengawasan pada DPRD dijelaskan pada pasal 20 ayat 1 bagian c yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan Kepala Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di Daerah.

Fungsi pengawasan pada lembaga legislatif khususnya pada dewan perwakilan rakyat di daerah sangat penting didalam menjaga keutuhan persatuan di Indonesia khususnya pada masyarakat daerah. Dengan fungsi pengawasan pada lembaga legislatif akan mengawasi lembaga eksekutif. Mekanisme Check and Balances memberikan peluang kepada kedua lembaga, Eksekutif dan Legislatif, untuk saling mengontrol, mengawasi dan mengimbangi.14

14

(20)

Dengan begitu lembaga eksekutif tidak akan sewenang-wenang didalam menjalankan tugasnya sebagai Pemerintah Daerah.

1.4.3. Teori Perwakilan Politik

Perwakilan dalam pengertian bahwa seseorang ataupun sekelompok orang berwenang menyatakan sikap atau melakukan suatu tindakan baik yang diperuntukkan bagi, maupun yang mengatasnamakan pihak lain.15

Ada dua teori klasik tentang hakikat hubungan wakil dengan terwakil yang terkenal yaitu, teori mandat dan teori kebebasan.

Konsep perwakilan politik ini menggambarkan hubungan antara wakil bertindak sebagai delegasi bagi terwakil. Wakil berfungsi melayani kebutuhan-kebutuhan yang diwakili.

16

1. Teori Mandat: Dalam teori mandat wakil dilihat sebagai penerima mandat untuk merealisasikan kekuasaan terwakil dalam proses kehidupan politik.

2. Teori kebebasan: dalam teori kebebasan, wakil dianggap perlu merumuskan sikap dan pandangannya tentang masalah yang dihadapi tanpa terikat secara ketat kepada terwakil

1.4.4. Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan wakil daripada rakyat di daerah dan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di daerah memiliki fungsi diatur didalam undang-undang. Adapun fungsi daripada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yaitu fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Di dalam Undang-Undang Otonomi Daerah UU RI.12 tahun 2008 paragraf ketiga tugas dan wewenang pada pasal 42 adapun yang menjadi tugas dan wewenang daripada DPRD adalah a) membentuk Perda yang dibahas dengan kepala

15

Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali.1985, hal 23.

16

(21)

daerah untuk mendapat persetujuan bersama; b) membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah; c) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan Perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah; d) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepala Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/kota; e) memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah; f) memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g) memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; h) meminta laporan keterangan pertanggung jawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah; i) melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah; j) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Pelaksanaan fungsi dan tugas serta wewenang yang optimal oleh DPRD sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. kinerja DPRD sebagai penyelenggara pemerintah daerah sangat dituntut dalam kesuksesan berjalannya otonomi daerah. Berjalan baik atau tidak penyelenggaraan otonomi daerah dapat dilihat dari optimalnya pelaksanaan fungsi DPRD dengan menilai kinerja DPRD sebagai badan penyelenggara pemerintah daerah dan dalam menjalankan fungsi, tugas serta wewenangnya.

1.4.4.1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja

(22)

adalah suatu tindakan proses atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih atau sepenuhnya sempurna, fungsional atau lebih efektif.17 Untuk melihat optimalisasinya pelaksanaan fungsi daripada suatu lembaga, institusi baik pemerintah maupun swasta, ataupun organisasi maka dibutuhkan suatu penilaian didalam menilai kinerjanya masing-masing dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi, organisasi.18 Menurut Joko Widodo (2001:206), kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.19

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai wakil rakyat di daerah dimana harus memberikan pelayan yang terbaik bagi masyarakat. Kinerja DPRD dimana masyarakat telah memberikan wewenang sebagai dewan perwakilan rakyat di daerah sangat dituntut optimal oleh masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Sehingga demokrasi yang sesungguhnya dan keadilan yang didamba-dambakan masyarakat dapat terwujud. Pelayanan Publik berarti memberikan layanan kepada masyarakat yang merupakan haknya dan

Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi, lembaga ataupun institusi baik pemerintah maupun swasta dapat diketahui apakah pelayanan yang diberikan sudah optimal atau tidak dalam melaksanakan fungsi-fungsi dengan melihat kinerjanya. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsinya sudah optimal atau tidak maka dibutuhkan suatu indikator kinerja. Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif (Mohamad mahsun, 2006:73).

18

Moeherriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Surabaya: Ghalia Indonesia, 2009, hal. 60.

19

(23)

pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu.20 Maka pelayanan publik ataupun kinerja dapat diukur melalui tolak ukur yang telah disepakati oleh suatu organisasi sehingga dengan begitu dapat disimpulkan apakah kinerja ataupun suatu pelayanan publik itu optimal atau tidak didalam menjalankan fungsinya. Seperti menurut Mohamad Mahsun penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan.21 Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.22

Muhamad Mahsun juga membuat suatu pengukuran kinerja Pemerintah Daerah. Indikator kinerja pemda, meliputi indikator input, indikator proses, indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator impact.23

Untuk mengukur kemampuan (kinerja) anggota dewan dalam menyikapi aspirasi masyarakat dapat digunakan indikator tiga variabel yang dikemukakan oleh Manin, Przeworski, dan Stokes (1999) yaitu variabel responsivitas, reliabilitas dan akuntabilitas.24

Lenvine (1990) (dalam Dwiyanto, 1995) mengusulkan tiga konsep yang bisa dipergunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik/organisasi non bisnis yaitu: “responsiviness, responsibility dan accountability”.25

Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik, maka kinerja organisasi publik itu baru dapat dikatakan berhasil apabila mampu dalam mewujdukan tujuan dan misinya.

26

20

Ibid.

21

Mohamad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2006, hal 73.

22

Ibid, hal. 81.

23

Ibid, hal. 196.

24

Irtanto, Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah, Surabaya: Pustaka Belajar, 2008, hal. 80.

25

Dadang Juliantara, dkk, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayan publik, Yogyakarta: PEMBARUAN, 2005, hal. 43.

26

Dadang Julianta, Loc. Cit., hal. 46.

(24)

diatas maka untuk mengukur kinerja DPRD berdasarkan tujuan dan misinya, penelitian ini menggunakan indikator responsivitas (responsiviness), responsibilitas (responsibility) dan akuntabilitas (accountability)

1. Responsivitas (responsiviness)

Responsivitas (responsiviness) salah satu indikator untuk mengukur kemampuan ataupun kinerja dewan dalam menyikapi aspirasi masyarakat. Secara jelasnya responsivitas merupakan salah satu dari beberapa indikator untuk mengukur keberhasilan pelayanan publik oleh suatu badan ataupun organisasi maupun lembaga-lembaga baik itu pemerintah ataupun swasta.

Adapun yang dimaksud dengan responsivitas (responsiviness) disini adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik maka kinerja organisasi tersebut dinilai semakin baik.27 Responsivitas menurut Manin, Przeworski, dan Stokes (1999) di dalam irtanto (2008), variabel responsivitas berkaitan dengan kemampuan anggota legislatif dalam mentransformasikan berbagai aspirasi masyarakat dalam kebijakan publik.28

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa variabel ataupun indikator responsivitas (responsiviness) merupakan suatu alat ukur untuk melihat keberhasilan pelayanan publik baik atau tidaknya didalam menangkap aspirasi, opini publik , tuntutan masyarakat dan lain-lain semacamnya sebagai input atau masukan dan mengolahnya menjadikan suatu kebijakan publik sebagai hasil akhir (output). DPRD sebagai wakil rakyat di daerah harus mampu menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat dan membuat suatu

27

Dadang Juliantara, dkk, Op. Cit., hal. 43.

28

(25)

kebijakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut, karena hal itu merupakan suatu kewajiban dan tugas DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yaitu menyuarakan suara rakyat agar dapat ditransformasikan sehingga keinginan dan kebutuhan masyarakat tercapai.

2. Responsibilitas (responsibility)

Responsibiltas (responsibility), menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi baik yang implisit maupun yang eksplisit. Semakin kegiatan organisasi publik itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan dan kebijaksanaan organisasi maka kinerjanya dinilai semakin baik.29

3. Akuntabilitas ( Accountability)

Kinerja DPRD dapat dinilai melalui indikator responsibilitas dengan melihat apakah fungsi-fungsi DPRD dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku, maka dengan begitu kinerja DPRD akan dinilai semakin baik apabila fungsi-fungsi dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku. Adapun peraturan-peraturan yang mengatur DPRD diatur di dalam himpunan peraturan dan keputusan DPRD.

Dalam pengertian luas, akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

29

(26)

pertanggungjawaban tesebut.30

Irtanto mengemukakan pendapatnya tentang variabel akuntabilitas (accountability) sebagai salah satu variabel untuk mengukur kemampuan (kinerja) anggota dewan yaitu:

Akuntabilitas (accountability) mengacu kepada seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan organisasi publik tunduk kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

31

1.5. Metodologi Penelitian

“ variabel akuntabilitas berkaitan dengan kemampuan anggota dewan dalam bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kepentingan untuk terpilih kembali pada pemilu berikutnya. Akuntabilitas berkenaan dengan hubungan antara outcome dan santions. Anggota dewan dikatakan akuntabel apabila para pemilih dapat melihat bahwa para politisi tersebut melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan mereka dan menyetujui tindakan pemerintah secara wajar.”

Dengan melihat variabel ataupun indikator akuntabilitas (accountability), maka kinerja DPRD dapat dinilai dari segi pertanggungjawabannya sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yaitu mampu bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga masyarakat memilih anggota dewan tersebut kembali pada periode berikutnya karena dinilai telah baik mengemban tugasnya sebagai wakilnya.

1.5.1. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini membahas mengenai fenomena sosial sudah tentu membutuhkan kecermatan dalam mengatasi fenomena sosial tersebut. Berangkat dari uraian dan penjelasan diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif.

Secara harafiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenasi situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau

30

Mohamad Mahsun, Op. Cit., hal. 83.

31

(27)

mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.32

1.5.2. Jenis Penelitian

Metode penelitian deskriptif ini berguna untuk menggambarkan mengenai apa yang diteliti serta memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok-pokok permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif guna menggambarkan dan melukiskan pokok permasalahan-permasalahan ataupun fenomena sosial yang terjadi di parlemen lokal yaitu DPRD Kabupaten Toba Samosir yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi-aspirasi masyarakat ataupun yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan masyarakat daerah khususnya masyarakat Kabupaten Toba Samosir.

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, tingkah laku yang didapat dari apa yang dicermati.33 Maka dengan begitu penelitian yang membahas fenomena sosial ini menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mempelajari kasus ataupun pokok permasalahan-permasalahan sebagai fenomena sosial yang terjadi di DPRD Kabupaten Toba Samosir sebagai parlemen lokal yang memperjuangkan hak dan kepentingan serta menyalurkan aspirasi-aspirasi masyarakat di daerah. Penelitian kualitatif ini akan dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dari lapangan baik berupa data-data maupun wawancara secara langsung terhadap informan-informan yang berkaitan dengan penelitian ini yang akan dirumuskan dan diolah menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima di masyarakat.

32

Sumadi Suryabrata, 1983. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Rajagrafindo Persada.hal 76.

33

(28)

1.5.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Toba Samosir yang berlokasi di Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

1.5.4. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data di dalam penelitian ini adalah anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Sekretariat DPRD Kabupaten Toba Samosir yang dianggap sebagai informan yang terlibat langsung di dalam penelitian ini.

1. Data Khusus (Primer)

Data khusus (primer) akan diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan sumber informasi terpilih

2. Data Umum (Sekunder)

Data Umum (Sekunder) akan diperoleh melalui dokumen-dokumen ataupun catatan-catatan tertulis yang bersangkutan dengan penelitian ini. Adapun data yang diperoleh melalui dokumen dalam hal ini adalah data mengenai gambaran lokasi yang akan diteliti meliputi keadaan daerah atau lingkungan (geografis), keadaan masyarakat (demografis), tata Pemerintahan Daerah (Pemda) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

1.5.5. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka (Library Research)

(29)

undang-undang, media internet maupun skripsi serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian.

2. Wawancara Mendalam

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah melalui wawancara mendalam yang dipilih secara acak kepada ketua DPRD, ketua Komisi dan anggota, serta sekretaris DPRD Toba Samosir. Selain itu penelitian ini juga membutuhkan informan diluar anggota DPRD seperti tokoh-tokoh masyarakat guna untuk memperoleh data mengenai kinerja DPRD yang diukur melalui indikator responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

1.5.6. Defenisi Konsep

Defenisi konsep dari masing-masing variabel dimana variabel adalah apa yang diteliti. Defenisi konsep dari variabel penelitian ini adalah kinerja parlemen lokal yaitu DPRD Kabupaten Toba Samosir. Kinerja parlemen lokal adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh lembaga pemerintah daerah didalam melaksanakan tugas serta fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah dengan memperhatikan aspek responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas, sehingga kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir adalah hasil kerja yang dicapai didalam melaksanakan tugas serta fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah Kabupaten Toba Samosir dengan memperhatikan aspek responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

1.5.7. Defenisi Operasional

(30)

1. Responsivitas (Responsiviness) dengan tolak ukur:

Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir dapat diukur melalui responsivitas yaitu seberapa jauh anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dalam menangkap keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tengah terjadi dan memberikan solusi yang tepat dalam menangani tuntutan masyarakat kabupaten Toba Samosir.

2. Responsibilitas (Responsibility) dengan tolak ukur:

Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir dapat diukur melalui indikator responsibilitas dengan melihat apakah fungsi-fungsi DPRD dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku, maka dengan begitu kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir akan dinilai semakin baik apabila fungsi-fungsi dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi, peraturan-peraturan yang berlaku.

3. Akuntabilitas (Accountability) dengan tolak ukur:

Kinerja DPRD Kabupaten Toba Samosir dapat diukur melalui indikator akuntabilitas dengan melihat apakah pelaksanaan fungsi-fungsi, tugas dan wewenang DPRD dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sehingga dapat terpilih kembali ke periode berikutnya.

1.6. Sistematika Penulisan

(31)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini berisi mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat Kabupaten Toba Samosir, susunan organisasi dan tata kerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Toba Samosir serta susunan dan kedudukan DPRD Kabupaten Toba Samosir.

BAB III : ANALISIS KINERJA DPRD KABUPATEN TOBA SAMOSIR PADA PERIODE TAHUN 2004-2009

Pada bab ini berisi mengenai gambaran secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisa data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

BAB IV : PENUTUP

(32)

BAB II

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOBA

SAMOSIR

2.1.

Sejarah Kabupaten Toba Samosir

Kabupaten Toba Samosir berada pada garis 2.003"-2.040" Lintang Utara dan 98.056"-99.040" Bujur Timur, dan memiliki luas wilayah 2.021,8 Km2. Kabupaten Toba Samosir terletak diantara lima kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu dan Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 900-2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.34

Terbentuknya Kabupaten Toba Samosir ini merupakan sebuah wujud nyata dari demokrasi yang selama ini diinginkan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Toba Samosir. Tuntutan ketidakpuasan masyarakat mengenai pola hubungan antara pusat dan daerah yang selama ini dirasakan tidak adil, menjadi salah satu alasan untuk mempercepat pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah memberikan kesempatan bagi daerah-daerah yang layak dijadikan daerah otonom untuk mengurus daerah masing-masing sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Kesempatan untuk mengembangkan daerah

34

(33)

sendiri merupakan sebuah kebijakan yang dinilai sangat demokratis sehingga tidak terjadi ketidakadilan antara pusat dan daerah.

(34)

Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu, bagian Selatan adalah Kabupaten Tapanuli Utara, dan pada bagian Barat adalah Kabupaten Dairi.

Perjalanan Kabupaten Toba Samosir mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan secara bertahap. Perububahan-perubahan-perubahan tersebut adalah dengan terbentuknya 5 kecamatan baru yaitu pada awal tahun 2002 hingga pada akhir tahun 2002 terbentuk 2 kecamatan baru lagi. Perkembangan dan pembentukan wilayah tidak sampai disini saja, perubahan-perubahan lain semakin banyak terjadi seperti tuntutan masyarakat untuk pemekaran kembali Kabupaten Toba Samosir menjadi 2 (dua) kabupaten. Tuntutan masyarakat ini berkembang seiring dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang pada saat itu. Perkembangan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang dialami oleh masyarakat menginginkan Kabupaten Toba Samosir dimekarkan kembali menjadi Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan dan untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain yang sudah berkembang. Tuntutan masyarakat ini tidak menunggu waktu yang begitu lama, hingga pada tahun 2003 Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Propinsi Sumatera Utara dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Setelah terbentuknya Kabupaten Samosir, wilayah Kabupaten Toba Samosir menjadi berkurang. Wilayah Kabupaten Samosir meliputi seluruh kecamatan pada kawasan Pulau Samosir dan sebagian pinggiran Danau Toba di Daratan Pulau Sumatera eks wilayah V Pembantu Bupati Tapanuli Utara dengan tujuan untuk mempercepat pembangunan guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain.35

35

Kabuapten Toba Samosir, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Toba Samosir 2009, Balige: Bintang Mas Balige, hal 2

(35)

jumlah kecamatan, desa dan kelurahan, jumlah penduduk, luas wilayah, dan batas-batas wilayah secara signifikan.

Adapun batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Toba Samosir setelah dimekarkan menjadi dua kabupaten adalah pada bagian utara adalah Kabupaten Simalungun, bagia Timur adalah Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu, bagian Selatan adalah Kabupaten Tapanuli Utara dan bagian barat adalah Kabupaten Samosir. Setelah dimekarkan Kabupaten Toba Samosir terdiri dari 10 kecamatan. Secara keseluruhan pada tahun 2004 Kabupaten Toba Samosir memiliki 11 kecamatan, 179 desa dan 13 kelurahan.

Pada tahun 2004 dilaksanakan Pemilihan Umum Legislatif yang menetapkan 25 anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir. Pimpinan DPRD pada masa bhakti tahun 2004-2009 diketua oleh Tumpal Sitorus, Wakil Ketua masing-masing adalah : Ir. Firman Pasaribu, dan Bachtiar Tampubolon, MBA. Pada tanggal 27 Juni 2005 KPUD Kabupaten Toba Samosir menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Hasil pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan pada tahun 2005, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Toba Samosir menetapkan Drs. Monang Sitorus, SH., MBA sebagai bupati dan Ir. Mindo Tua Siagian, M.Sc sebagai wakil bupati Kabupaten Toba Samosir dengan masa bhakti tahun 2005-2010. Sejalan dengan terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati Toba Samosir periode 2005-2010, maka ditetapkan Visi Kabupatan Toba Samoslr. "Menjadi Kabupaten Terdepan, Makmur, Adil dan Sejahtera di Sumatera Utara Tahun 2010 (TOBAMAS 2010)".

(36)

Pemekaran ketiga kecamatan baru tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Nassau, Kecamatan Tampahan. Tingginya aspirasi serta tuntutan masyarakat Kabupaten Toba Samosir dalam pemerataan pembangunan merupakan alasan dilaksanakannya pemekaran kecamatan pada tahun 2008 yaitu Kecamatan Parmaksian pemekaran dari Kecamatan Porsea dan Kecamatan Bonatua Lunasi pemekaran dari Kecamatan Lumbanjulu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Parmaksian dan Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir. Setelah pemekaran kecamatan, pada tahun 2008 juga telah dilakukan pemekaran desa sebanyak 24 desa yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir. Seiring dengan perkembangan waktu, Kabupaten Toba Samosir mengalami pekembangan. Dengan demikian jumlah wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Toba Samosir mulai tahun 2008 terdiri dari 16 kecamatan dengan 203 desa dan 13 kelurahan.36

2.2.

Deskripsi DPRD Kabupaten Toba Samosir

Tuntutan reformasi untuk melaksanakan demokrasi secara nyata menghasilkan sebuah kebijakan yang dinilai suatu perwujudan konkret demokrasi itu sendiri yaitu dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah guna mengatur pemerintahan daerahnya sendiri. Sehingga ketidakadilan antara pusat dan daerah dapat diminimalisir. Dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan daerah-daerah melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam

36

(37)

mengatur pemerintahannya sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat umumnya. Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan, yaitu kepala daerah (gubernur dan bupati/walikota) dan DPRD (provinsi, kabupaten/kota) dan birokrasi setempat yang terpisah dari lembaga-lembaga pemerintahan dan birokrasi pemerintahan. Lembaga-lembaga pemerintahan tersebut direkrut secara demokratis dan berfungsi menurut mekanisme demokratis pula.

Adanya kebijakan otonomi daerah tersebut, menuntut pemerintah untuk memberikan hak otonomi daerah kepada masyarakat Toba Samosir untuk membentuk sebuah kabupaten yaitu Kabupaten Toba Samosir. Pemberian hak otonomi daerah tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat Kabupaten Toba Samosir untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Adanya pemberian hak otonomi daerah tersebut, maka Kabupaten Toba Samosir membentuk alat-alat kelengkapannya di dalam penyelenggaraan pemerintahannya sendiri. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 perubahan kedua Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah (PEMDA) pada pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa yang menjadi unsur penyelenggara pemerintahan daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan wakil rakyat yang berada di daerah. Peran serta masyarakat di dalam mengatur pemerintahannya sendiri tercermin melalui adanya lembaga pemerintah daerah yaitu DPRD yang melaksanakan fungsi legislatif, penganggaran serta pengawasan. Anggota DPRD dipilih melalui pemilihan umum yang dilaksanakan setiap periode tertentu.

(38)

anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dan menetapkan pimpinan DPRD Kabupaten Toba Samosir masa bhakti tahun 1999-2004 yaitu ketua DPRD adalah Ir. Bona Tua Sinaga dan wakil ketua masing-masing adalah Sabam Simanjuntak, Drs. Vespasianus Panjaitan dan Letkol W. Nainggolan.

Tahun 2004 Kabupaten Toba Samosir kembali melakukan pemilihan legislatif untuk kedua kalinya setelah terbentuk menjadi sebuah kabupaten yang baru. Pemilihan legislatif yang diadakan untuk memilih wakil rakyat menetapkan 25 anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir dengan masa periode tahun 2004-2009. Hasil Pemilihan Umum legislatif di Kabupaten Toba Samosir dengan menetapkan 25 anggota DPRD terdiri dari 9 orang anggota fraksi PDI Perjuangan PKS, 4 orang anggota Fraksi Golongan karya, 6 orang anggota dari fraksi Nasional Demokrasi, 3 orang fraksi Indonesia Merdeka, dan 3 orang fraksi keadilan Demokrat. Adapun fraksi PDI Perjuangan PKS terdiri dari partai PDI Perjuangan, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai Damai Sejahtera, Partai Persatuan Daerah, fraksi Golongan Karya terdiri dari partai Golongan Karya, fraksi Nasional Demokrasi terdiri dari Partai Demokrat, Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, PNI Marhaenisme, fraksi Indonesia Merdeka terdiri dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Partai Merdeka, dan fraksi Keadilan Demokrat terdiri dari Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Adapun susunan fraksi-fraksi DPRD Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.

Susunan Fraksi-Fraksi DPRD Kabupaten Toba Samosir 2004-2009

No. Golongan/Fraksi Susunan

1. Fraksi Golkar Ketua: Herbet Sibuea

(39)

2. Fraksi PDI-P/PKS Ketua:Sabar Silalahi, SH 3. Fraksi Nasional Demokrasi Ketua:Saut Parulian Gurning

Wakil Ketua:Pardomuan Tampubolon Sekretaris:Mangapul Siahaan

Anggota:1.Ir.Boike Pasaribu 2.Walton Silaen 3.Wesly

4. Fraksi Indonesia Merdeka Ketua:Sabam Simanjuntak

Wakil ketua:Hotman Sibarani (PAW Robet Hutajulu)

Sekretaris:Dungdung Simanjuntak, SE 5. Fraksi keadilan Demokrat Ketua:Ir.Togar Manurung

Wakil Ketua:Parade Manurung, BA Anggota:Marisi Tambunan

Total 25

Sumber: DPRD Kabupaten Toba Samosir

Adapun nama-nama Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir berdasarkan partai hasil Pemilihan Umum Legislatif tahun 2004 untuk masa bhakti periode tahun 2004-2009 adalah:

Tabel 2.

Nama-Nama Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir Periode Tahun 2004-2009 Berdasarkan Partai

No. Nama Anggota DPRD Partai

1. Mangatas Silaen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

2. Ir. Firman Pasaribu Partai Golongan Karya 3. Baktiar Tampubolon Partai Persatuan Demokrasi

Kebangsaan

4. Wesly (PAW Marhaenisme) Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

(40)

6. Marisi Tambunan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

7. Ir. Boyke Pasaribu Partai Demokrat 8. Matilde Sihombing (PAW Ir.Tagor

J.P.Hutapea)

Partai Persatuan Daerah 9. Sabam Simanjuntak Partai Perhimpunan Indonesia

Baru

10. Mangapul Siahaan Partai Pelopor

11. Maruahal Napitupulu Partai Golongan Karya

12. Ir. Togar Manurung Partai Buruh Sosial Demokrat 13. Walton Silaen Partai Penegak Demokrasi

Indonesia

14. Saut P. Gurning Partai Demokrat

15. Tahi Sitanggang (PAW Sabar Silalahi) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

16. St.O.F. Pardede (PAW Tumpal Sitorus) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

17. Dungdung Simanjuntak Partai Perhimpunan Indonesia Baru

18. Undan Sitinjak Partai Damai Sejahtera 19. Jonang M.P. Sitorus Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

20. Hasoloan Silalahi Partai Damai Sejahtera 21. Herbet Sibuea, SE Partai Golongan Karya 22. Ir. Jonggara Manurung (PAW Lambok

Simanjuntak)

Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan

23. Drs. Vespasianus Panjaitan (PAW Asmin Sitinjak)

Partai Golongan Karya

24. Pardomuan Tampubolon Partai Nasional Benteng Kemerdekaan

25. Hotman Sibarani (PAW Robert Hutajulu) Partai Merdeka Sumber: DPRD Kabupaten Toba Samosir

2.2.1. Susunan Organisasi dan Tata Kerja DPRD Kabupaten Toba Samosir

2.2.1.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Wewenang DPRD Kabupaten Toba Samosir

(41)

menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya sebagai lembaga wakil rakyat dengan masa bhakti periode tahun 2004-2009. Di dalam Himpunan Peraturan dan Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir menetapkan fungsi DPRD pada pasal 29 yaitu:

1. DPRD mempunyai fungsi: a. Legislasi

b. Anggaran c. Pengawasan

2. Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.

3. Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama pemerintah daerah

4. Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah keputusan kepala daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Tugas dan wewenang DPRD kabupaten Toba Samosir diatur di dalam Himpunan Peraturan dan Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir pada pasal 30 ayat 1 yaitu:

DPRD mempunyai tugas dan wewenang:

1. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama.

2. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama dengan kepala daerah.

(42)

kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah.

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada menteri dalam negeri melalui gubernur.

5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah dan, 6. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam

pelakasanaan tugas dan desentralisasi.

Fungsi, tugas dan wewenang DPRD Kabupaten Toba Samosir sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dan wakil rakyat di daerah Kabupaten Toba Samosir berhasil menetapkan keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir yang ditetapkan selama masa bhakti periode tahun 2004-2009 dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.

Jumlah Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Menurut Jenis Keputusan pada Periode 2004-2009

No. Jenis Keputusan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Peraturan Daerah 16 5 2 3 4 4

2. Keputusan DPRD 8 3 8 6 9 6

3. Pernyataan - - 1 - - -

4. Pernnyataan Pendapat - - - -

5. Resolusi - - - -

6. Kesimpulan Pendapat - - - -

7. Keputusan Pimpinan DPRD 6 13 5 4 11 4

8. Keputusan Panitia Musyawarah 6 13 10 10 10 8

9. Memorandum - - - -

10. Pendapat Panitia Anggaran 3 2 2 1 6 1

Jumlah/Total 39 36 28 24 40 23

(43)

Salah satu kegiatan utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialah membahas, memusayawarahkan dan kemudian mengesahkan penetapan sesuatu peraturan daerah.37

No.

Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir yang dihasilkan oleh DPRD bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir selama masa bhakti pada periode tahun 2004-2009 dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4.

Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2004-2009

Tahun Judul Perda

1. 2004 1. Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah ( Perda No.01 Tahun 2004)

2. Pajak Hotel (Perda No.02 Tahun 2004) 3. Pajak Restoran (Perda No.03 Tahun 2004)

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2004 (Perda No. 04 Tahun 2004) 5. Penetapan Sisa Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2003 (Perda No.05 Tahun 2004)

6. Pembentukan Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir (Perda No.06 Tahun 2004)

7. Pembentukan Desa Lumban Ruhap, Desa Lumban Pea, Desa hite tano, desa napajoring, desa Sipagabu di kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir (Perda No.07 Tahun 2004)

8. Pembentukan Desa Natumingka, Desa Rianiate, Desa Aek Usium, dikecamatan Borbor Kecamatan Toba Samosir. (Perda No.08 Tahun 2004)

9. Pembentukan Desa Lumban Dolok di Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.09 Tahun 2004)

10.Tentang pengalihan Desa parsoburan Barat dari Kecamatan Borbor menjadi ke Kecamtan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.10 Tahun 2004)

11.Retribusi Ijin Usaha Pelayanan Kesehatan. (Perda No.11 Tahun 2004)

12.Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten dan Sekretariat Daerah Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Toba Samosir. (Perda No. 12 Tahun 2004)

13.Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.13 Tahun 2004)

14.Susunan organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

37

(44)

Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.14 Tahun 2004)

15.Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.15 Tahun 2004)

16.Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir tahun anggaran 2004. (Perda No.16 Tahun 2004)

2. 2005 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2005. (Perda No.01 Tahun 2005) 2. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2004. (Perda No.02 Tahun 2005)

3. Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2005. (Perda No.03 Tahun 2005)

4. Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anngota DPRD Kabupaten Toba Samosir sebagaimana telah diubah dengan Perda Nomor 21 tahun 2006 Tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Kedudukan Protokoler dan keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.04 Tahun 2005)

5. Rencana Umum Tata Ruang Kota Balige 2005-2010. (Perda No.05 Tahun 2005)

6. Detail Tata Ruang Kota Balige 2005-2010. (Perda No.06 Tahun 2005)

7. Penataan Bangunan dan Lingkungan Disepanjang Jalan Sisingamangaraja Kota Balige. (Perda No.07 Tahun 2005) 8. Retribusi Ijin Gangguan. (Perda No.08 Tahun 2005)

9. Retribusi Pembuangan Limbah cair. (Perda No.09 Tahun 2005)

10.Pajak Parkir. (Perda No.10 Tahun 2005) 11.Pengelolaan Irigasi. (Perda No.11 Tahun 2005)

3. 2006 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2006. (Perda No.01 Tahun 2006) 2. Reklame. (Perda No.02 Tahun 2006)

3. Pajak Hiburan. (Perda No.03 Tahun 2006)

4. Pajak Penerangan Jalan. (Perda No.04 Tahun 2006)

5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. (Perda No.05 Tahun 2006)

6. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum. (Perda No.06 Tahun 2006)

7. Retribusi Terminal. (Perda No.07 Tahun 2006)

8. Retribusi Ijin Trayek dan Angkutan. (Perda No.08 Tahun 2006)

9. Retribusi Tempat Pendaratan Kapal. (Perda No.09 Tahun 2006)

10.Retribusi Pelayanan Kesehatan. (Perda No.10 Tahun 2006) 11.Penyelenggaraan Pendaftaran Produk dan Pencatatn sipil.

(45)

12.Retribusi Pendaftaran Perusahaan. (Perda No.12 Tahun 2006) 13.Pengelolaan Barang Milik Daerah. (Perda No.13 Tahun 2006) 14.Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. (Perda No.14 Tahun

2006)

15.Pemerintahan Desa. (Perda No. 15 Tahun 2006) 16.Kelurahan. (Perda No.16 Tahun 2006)

17.Pembentukan kecamatan Siantar Narumonda, kec. Nassau dan Kecamatan Tampahan kab. Toba Samosir. (Perda No 17 Tahun 2006)

18.Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir tahun 2006-2010. (Perda No.18 Tahun 2006)

19.Perhitungan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir tahun Anggaran 2005. (Perda No.19 Tahun 2006)

20.Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Toba Samosir tahun 2006. (Perda No.20 Tahun 2006)

21.Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah kabupaten Toba Samosir nomor 5 tahun 2005 tentang kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir. (Perda No. 21 Tahun 2006)

4. 2007 1. Perubahan Pertama atas Perda nomor 14 tahun 2004 tentang susunan organisasi dan Tata kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.01 Tahun 2007)

2. Perubahan Pertama atas Perda Nomor 13 Tahun 2004 tentang Perda Nomor 13 Tahun 2007 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Daerah Kab. dan Sekretariat DPRD Kab. Toba Samosir. (Perda No.02 Tahun 2007)

3. Perubahan Pertama atas Perda Nomor 12 tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah kab dan Sekretariat DPRD Kab. Toba Samosir. (Perda No.03 Tahun 2007)

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2007. (Perda No.04 Tahun 2007)

5. Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahkabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2007. (Perda No. 05 Tahun 2007)

5. 2008 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2008. (Perda No.01 Tahun 2008) 2. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Toba Samosir. (Perda

No.02 Tahun 2008)

3. Pembentukan Desa-desa di Kecamatan Laguboti, Sigumpar, Silaen, Nassau, Habinsaran, Balige, Lumbanjulu, dan Porsea Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.03 Tahun 2008)

4. Pengalihan Desa Meranti Barat, Desa Sibide Barat, dan Desa Sibide dari wilayah kecamatan Pintu Pohan Meranti menajdi Wilayah Kecamatan Silaen dan Desa Purbatua dari Wilayah Kecamatan Daerah Toba Samosir Wilayah Kecamatan Borbor Kabupaten Toba Samosir. (Perda No. 04 Tahun 2008)

(46)

Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. (Perda No.05 Tahun 2008)

6. Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. (Perda No. 06 Tahun 2008)

7. Pembentukan Perusahaan Daerah Toba Samosir. (Perda No.07 Tahun 2008)

8. Penanggung Jawaban Pelaksanaan APBD tahun anggaran2007. (Perda No.08 Tahun 2008)

9. Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2008. (Perda No.09 Tahun 2008)

6. 2009 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2009. (Perda No.01 Tahun 2009) 2. Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Bupati Toba

Samosir Tahun Anggaran 2008. (Perda No.02 Tahun 2009) 3. APBD Kab.Toba Samosir TA 2010. (Perda No.03 Tahun

2009)

4. Pembentukan Desa-desa di Kec. Parmaksian, Porsea, Lumban Julu, Habinsaran, Laguboti, Ajibata dan Siantar Narumonda Kab. Toba Samosir. (Perda No.04 Tahun 2009)

5. Pengalihan desa Rautbosi dari wilayah Kec.Bonatua Lunasi menjadi Wilayah kec.Porsea dan desa Sampura, desa Dolok Saribu Lumban Nabolon dari wilayah kec.Bonatua Lunasi menjadi Kec.Uluan. (Perda No.05 Tahun 2009)

6. RPJPD Kab. Toba Samosir tahun 2006-2026. (Perda No.06 Tahun 2009)

Total 68 Perda

Sumber: SETDAKAB Toba Samosir Bagian Hukum

2.2.1.2. Hak dan kewajiban DPRD

(47)

bermasyarakat, daerah dan Negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak menyatakan pendapat anggota DPRD adalah mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah. Selain itu, anggota DPRD juga mempunyai hak antara lain adalah:

1. Mengajukan rancangan peraturan daerah 2. Mengajukan pertanyaan

3. Menyampaikan usul dan pendapat 4. Memilih dan dipilih

5. Membela diri 6. Imunitas 7. Protokoler

8. Keuangan dan administratif

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap kenaikkan kadar HDL dan penurunan kadar LDL serum mencit pada diabetes, ekstrak biji rambutan mampu menaikkan

Penelitian ini nantinya akan merancang dan membangun sebuah sistem berbasis desktop yang berjalan pada unit berbasis Windows untuk melakukan analisa pola keyword

Persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan PPL II adalah dengan adanya mata kuliah PPL I yang secara khusus bertujuan untuk mempersiapkan PPL II. PPL I lebih banyak

Untuk hubungan kepuasan kerja dengan kinerja auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ibnu dan Arfan (2010), yang menunjukkan bahwa kepuasan

Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh

Pemberian obat merupakan salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh perawat di setiap shift pagi, siang, dan malam, yang membutuhkan ketelitian dan ketepatan