• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinal Rosc. )TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA)

PLASMA DAN OTOT GASTROKNEMIUS MENCIT SEBELUM LATIHAN FISIK MAKSIMAL

TESIS

OLEH

SITI KEMALA SARI 047008006/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinal Rosc. )TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA)

PLASMA DAN OTOT GASTROKNEMIUS MENCIT SEBELUM LATIHAN FISIK MAKSIMAL

TESIS

Diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Magister Biomedik

dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik

pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI KEMALA SARI

047008006/BM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Rosc.) TERHADAP

KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PLASMA DAN

OTOT GASTROKNEMIUS MENCIT SEBELUM

LATIHAN FISIK MAKSIMAL

Nama : SITI KEMALA SARI

Nomor Pokok : 047008006

Program Studi : Biomedik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(dr. Datten Bangun, M.Sc, Sp.FK) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Biomedik Dekan

(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) (Prof.dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH)

(4)

Telah diuji pada tanggal : 9 Mei 2012

Panitia Penguji Tesis

Ketua : dr. Datten Bangun, Msc, SpFK Anggota : 1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes

(5)

ABSTRAK

Pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe (Zingeber officinale Rosc.) telah dipelajari pada sampel plasma dan otot gastroknemius mencit jantan Mus Musculus L. Ekstrak metanol rimpang jahe diberikan secara oral dengan dosis 0,07mg/gBB, 0,14mg/gBB dan 0,28mg/gBB mencit sebelum berenang maksimal sampai lelah setiap hari selama lima hari. Sampel plasma darah dan otot gastroknemius mencit diambil segera setelah perlakuan renang maksimal selesai pada hari kelima, untuk dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid plasma dan otot gastroknemius. Pada pemberian 0,07mg/gBB mencit ekstrak metanol rimpang jahe, tidak mampu menurunkan kadar MDA plasma dan otot gastroknemius setelah latihan fisik maksimal. Sementara itu, pada pemberian dosis ekstrak metanol rimpang jahe sebesar 0,14mg/gBB dapat menurunkan kadar MDA plasma meskipun tidak signifikan, dan juga dapat menurunkan kadar MDA otot gastroknemius yang secara statistik signifikan (p<0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan yang mendapat ekstrak metanol rimpang jahe paling besar yaitu 0,28mg/gBB malah terjadi peningkatan kadar MDA yang mungkin disebabkan antioksidan berubah menjadi prooksidan pada dosis yang terlalu tinggi. Kesimpulannya ekstrak metanol rimpang jahe dengan dosis 0,14mg/gBB ,paling efektif menurunkan kadar MDA plasma dan otot gastroknemius mencit yang mendapat latihan fisik maksimal.

(6)

ABSTRACT

The effects of methanol extract from the rhizome ginger (Zingeber officinale roscoe) on strenuous exercise program was studied in plasma and gastrocnemius muscle samples obtained from male Mus Musculus L mice. Methanol extract was given in oral doses of 0,07 mg/g, 0,14 mg/g, and 0,28 mg/g of mice body weight before exhaustive swimming exercise program, daily for a period of five days. The plasma and gastrocnemius muscle samples from the mice were subjected to biochemical analysis after exhausted swimming in the fifth day to determine the level of malondialdehyde (MDA) of the plasma and gastrocnemius muscle. The

administration of 0,07 mg/g of ginger’s extract did not give any change of the

malondialdehyde level in the plasma as well as in the gastrocnemius muscle. On the other scene, the administration of 0,14 mg/g of the ginger’s extract will reduce the plasma level of malondialdehyde, but not statistically significant, and reduce the level of malondialdehyde in gastrocnemius muscle significantly (p<0,05). While the administration of 0,28 mg/g of ginger’s extract precisely increasing the level of malondialdehyde, this condition probably caused by the transition of anti oxidant into

pro oxidant in the higher dose of ginger’s extract. In conclusion, the most effective

dose of methanol extract from Zingeber officinale Roscoe to reduce the level of malondialdehyde is 0,14 mg/g.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillaahir rohmaanir rohiim

Dengan rahmat dan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala penulis akhirnya dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol

Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA)

Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Magister

Ilmu Biomedik, di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Atas selesainya tesis ini, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K), dan seluruh jajarannya atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister ilmu

Biomedik, di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof.dr. Gontar

A.Siregar, Sp.PD,KGEH dan Ketua Program Studi Biomedik, dr. Yahwardiah

Siregar, Ph.D, dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes, atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister ilmu

(8)

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

disampaikan kepada dr. Datten Bangun, M.Sc, Sp.FK (sebagai ketua komisi

pembimbing) dan dr. Dedi Ardinata M.Kes (anggota komisi pembimbing), yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah mengorbankan waktu untuk memberikan

dorongan, bimbingan, semangat, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat kepada

Penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Komisi penguji, dr. Tri Widyawati M.Si dan dr. T.Helvi Mardiani M.Kes, yang

telah bersedia dengan sabar membantu Penulis dalam menyempurnakan, menguji,

dan menilai tesis ini.

Kepada Prof. Dr. Drs. Syarifuddin Ilyas, M.Biomed serta Prof.Dr. dr. Rozaimah

Zain-Hamid, MS, Sp.FK yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah

mengorbankan waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan, semangat, bantuan

serta saran-saran yang bermanfaat kepada Penulis mulai dari persiapan penelitian

sampai pada penyelesaian tesis ini.

Serta ucapan terima kasih penulis kepada seluruh Staf Pengajar yang telah

membimbing penulis selama mengikuti program studi ini. tak lupa terima kasih juga

saya sampaikan kepada semua dosen yang telah membimbing saya selama mengikuti

program studi ini.

Kepada Ayahanda dr.Rizali H.Naution, DAN dan Ibunda Zuraida Anggraini yang

telah menyemangati, mensuport dan membantu Penulis demi kelangsungan

pendidikan S2.

(9)

Khusus kepada suami tercinta dr. Riza Hendrawan Nasution Sp. OG, Penulis

menaruh rasa hormat, bangga dan terima kasih yang tak terhingga atas segala

pengertian dan pengorbanan dalam mendukung cita-cita Penulis. Kepada

anak-anakku Rafli Harris Nasution, Raihansyah Harris Nasution dan Raisha Anggraini

Nasution yang Penulis sayangi.

Persembahan terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Irlamsyah Lingga

dan Ibunda Nurhayana, Khairatna Bayu dan Rio Dalimunte, M. Nur Hidayat, M.Heru

Al Fauzi dan Rahmad Daylami yang penuh kasih sayang senantiasa memberikan

dukungan moril serta do’a selama Penulis menjalani pendidikan di program Magister

ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih, dan dengan segala kerendahan hati mohon

maaf bila ada kesalahan selama menjalani pendidikan ini. Semoga Allah SWT, Maha

pengasih dan penyayang, akan membalas semua amal kebaikan yang telah diberikan.

Amin.

Penulis menyadari bahwa isi penelitian ini masih perlu mendapat koreksi dan

masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis berharap adanya kritik serta

saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin

Medan, Mei 2012

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : dr. Siti Kemala Sari

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 18 Desember 1979

Agama : Islam

Nama Suami : dr.Riza Hendrawan Nasution Sp.OG

Alamat : Jl. Senayan no 2 Medan 20217

II. PENDIDIKAN

SD Negeri 52 Padang Sidempuan, tamat tahun 1992 SMP Negeri 1 Padang Sidempuan, tamat tahun 1995. SMA Negeri 2 Padang Sidempuan, tamat tahun 1998.

Strata I (S1) Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat tahun 2004.

III. PEKERJAAN

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFTAR ISI ……….……… vi

DAFTAR GAMBAR ……….……… xi

DAFTAR TABEL ….……… xii

DAFTAR SINGKATAN …...……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar belakang ……… 1

1.2 Perumusan masalah ………... 3

1.3 Hipotesis ………... 4

1.4 Tujuan penelitian ……… 4

1.5 Manfaat penelitian ……… 4

1.6 Kerangka teori ……….…… 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1 Latihan fisik ……… 7

2.2 Respon fisiologis terhadap latihan fisik……… 7

(12)

2.4 Dampak negatif radikal bebas selama latihan fisik ……… 9

2.5 Kerusakan jaringan akibat radikal bebas ………... 12

2.6 Antioksidan ………..……... 13

2.6.1 Antioksidan enzimatis………..…….. 13

2.6.2 Antioksidan non enzimatis……… 14

2.7 Jahe..………... 15

2.7.1 Taksonomi dan morfologi……..………... 15

2.7.2 Kandungan kimia ……….. 17

2.7.3 Farmakokinetik jahe ……...………... 18

2.7.4 Aktifitas antioksidan senyawa fenol pada jahe...………... 19

2.4 CMC………... 20

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN……….……… 21

3.1 Jenis penelitian ……….. 21

3.2 Tempat penelitian ………... 21

3.3 Waktu penelitian ………... 21

3.4 Sampel penelitian ……….. 21

3.5 Besar sampel ………... 22

3.6 Etika penggunaan hewan penelitian ……….. 24

3.7 Variabel penelitian …...……... 25

3.7.1 Variabel independent ……….…….. 25

3.7.2 Variabel dependent ……….…. 25

3.8 Defenisi operasional ... 25

(13)

3.10 Alat-alat penelitian...……….….. 26

3.11 Perhitungan dosis ekstrak metanol rimpang jahe……… 26

3.12 Pelaksanaan penelitian ……… 27

3.12.1 Pemeliharaan hewan coba ………. 27

3.12.2 Pemberian latihan fisik maksimal ………. 27

3.12.3 Sampling ekstrak metanol rimpang jahe ……….. 28

3.12.4 Pembuatan ekstrak jahe ………. 28

3.12.5 Prosedur pelaksanaan uji pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe……… 29

3.12.6 Prosedur pemeriksaan dan pengamatan……….. 31

3.12.6.1 Pengamatan kadar MDA plasma mencit ………. 31

3.12.6.2 Pengamatan kadar MDA ototgastroknemius mencit …….. 32

3.12.7 Persiapan reagensia ……….. 33

3.13 Analisa data dan pengujian hipotesis ……… 33

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN……….……. 35

4.1 Hasil penelitian ...……….. 35

4.1.1 Kadar MDA plasma mencit jantan dewasa ……….... 35

4.1.2 Kadar MDA otot gastroknemius mencit jantan dewasa ………… 36

(14)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………..……….…… 42

5.1 Kesimpulan ………. 42

5.2 Saran ……… 43

(15)

Daftar Gambar

No. Judul Halaman

1. Kerangka konsep penelitian ……… 6

2. Prosedur pelaksanaan penelitian ………... 30

3. Kadar MDA plasma mencit jantan dewasa………… ……… 36

(16)

Daftar Tabel

No. Judul Halaman

1. Komponen volatile dan non-volatile rimpang jahe……... 18

2. Hasil penelitian Wresdiyati et al, 2003………... 29

(17)

Daftar Singkatan

GSH-Px Glutation Peroksida

GSH-R Glutation reductase

MDA Malondialdehid

PUFA Polyunsaturated fatty acid

RAL Rancangan Acak Lengkap

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Superdioksida Dismutase

(18)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Kadar MDA plasma (nM/mL)mencit jantan dewasa……….. 48

2. Kadar MDA otot gastroknemius (nM/mg) mencit jantan dewasa.... 48

3. Test of normality... 49

4. Test of homogenity of variance ... 49

5. Test Anova ... 50

6. Notasi perbandiangan antara kandungan MDA darah dan otot gastroknemius pada beberapa kelompok perlakuan ……… 50

7. Test Post Hoc ……… 51

8. Surat Persetujuan Komite Etik……….. 52

(19)

ABSTRAK

Pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe (Zingeber officinale Rosc.) telah dipelajari pada sampel plasma dan otot gastroknemius mencit jantan Mus Musculus L. Ekstrak metanol rimpang jahe diberikan secara oral dengan dosis 0,07mg/gBB, 0,14mg/gBB dan 0,28mg/gBB mencit sebelum berenang maksimal sampai lelah setiap hari selama lima hari. Sampel plasma darah dan otot gastroknemius mencit diambil segera setelah perlakuan renang maksimal selesai pada hari kelima, untuk dilakukan pemeriksaan kadar malondialdehid plasma dan otot gastroknemius. Pada pemberian 0,07mg/gBB mencit ekstrak metanol rimpang jahe, tidak mampu menurunkan kadar MDA plasma dan otot gastroknemius setelah latihan fisik maksimal. Sementara itu, pada pemberian dosis ekstrak metanol rimpang jahe sebesar 0,14mg/gBB dapat menurunkan kadar MDA plasma meskipun tidak signifikan, dan juga dapat menurunkan kadar MDA otot gastroknemius yang secara statistik signifikan (p<0,05). Sedangkan pada kelompok perlakuan yang mendapat ekstrak metanol rimpang jahe paling besar yaitu 0,28mg/gBB malah terjadi peningkatan kadar MDA yang mungkin disebabkan antioksidan berubah menjadi prooksidan pada dosis yang terlalu tinggi. Kesimpulannya ekstrak metanol rimpang jahe dengan dosis 0,14mg/gBB ,paling efektif menurunkan kadar MDA plasma dan otot gastroknemius mencit yang mendapat latihan fisik maksimal.

(20)

ABSTRACT

The effects of methanol extract from the rhizome ginger (Zingeber officinale roscoe) on strenuous exercise program was studied in plasma and gastrocnemius muscle samples obtained from male Mus Musculus L mice. Methanol extract was given in oral doses of 0,07 mg/g, 0,14 mg/g, and 0,28 mg/g of mice body weight before exhaustive swimming exercise program, daily for a period of five days. The plasma and gastrocnemius muscle samples from the mice were subjected to biochemical analysis after exhausted swimming in the fifth day to determine the level of malondialdehyde (MDA) of the plasma and gastrocnemius muscle. The

administration of 0,07 mg/g of ginger’s extract did not give any change of the

malondialdehyde level in the plasma as well as in the gastrocnemius muscle. On the other scene, the administration of 0,14 mg/g of the ginger’s extract will reduce the plasma level of malondialdehyde, but not statistically significant, and reduce the level of malondialdehyde in gastrocnemius muscle significantly (p<0,05). While the administration of 0,28 mg/g of ginger’s extract precisely increasing the level of malondialdehyde, this condition probably caused by the transition of anti oxidant into

pro oxidant in the higher dose of ginger’s extract. In conclusion, the most effective

dose of methanol extract from Zingeber officinale Roscoe to reduce the level of malondialdehyde is 0,14 mg/g.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan

termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit

diabetes (Senturk et al., 2001). Latihan fisik berat pada individu yang tidak

terkondisi atau tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik akan mengakibatkan

kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

Menurut Ji (1999), selama aktifitas fisik maksimal, konsumsi oksigen seluruh

tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot

diperkirakan meningkat 100 kali lipat. Meningkatnya ambilan oksigen pada sel otot

yang aktif, meningkatkan produksi radikal bebas yang menyebabkan terjadinya stress

oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia (Sonneborn and Barbee,

1998; Pedersen and Hoffman-Goetz, 2000; Senturk et al., 2005).

Manfaat latihan fisik akan hilang bila latihan fisik dilakukan sampai kelelahan.

Latihan fisik maksimal yang melelahkan, terutama bila dilakukan sekali-sekali, dapat

menyebabkan kerusakan struktur atau reaksi inflamasi pada otot. Kerusakan ini,

berhubungan dengan, paling tidak sebagian diantara kerusakan tersebut diakibatkan

oleh oksidan yang dihasilkan oleh latihan fisik (Thirumalai et al., 2011).

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron tidak

(22)

2

Radikal bebas berbahaya jika menjadi sangat reaktif dalam mendapatkan pasangan

elektronnya, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai biomolekul penting seperti

protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA (Winarsi, 2007).

Mekanisme kerusakan sel atau jaringan akibat serangan radikal bebas yang

paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi lipid, kemudian

diakumulasikan sebagai aldehid, meliputi malondialdehid (MDA), sehingga MDA

dapat digunakan sebagai indikator stres oksidatif, yang dapat ditentukan dalam suatu

pengukuran asam tiobarbiturat (Winarsi, 2007).

Peningkatan peroksidasi lipid pada komponen membran sel otot gastroknemius

dijumpai pada sekelompok tikus yang mendapat perlakuan renang sekuat-kuatnya

sampai kelelahan sehingga hampir tenggelam selama kurang lebih 45 menit setiap

hari selama 5 hari yang dilakukan oleh Thirumalai et al, (2011). Reaksi peroksidasi

lipid pada membran sel akan menyebabkan berkurangnya cairan membran,

ketidakmampuan mempertahankan konsentrasi ion, pembengkakan sel dan inflamasi

jaringan (Thirumalai et al, 2011).

Kemampuan menetralisir senyawa oksidan sebenarnya sudah dimiliki oleh

tubuh atau sel itu sendiri. Secara alamiah dalam sel terdapat berbagai antioksidan

baik enzimatis maupun non enzimatis yang berfungsi sebagai pertahanan bagi

organel-organel sel dari pengaruh kerusakan reaksi radikal bebas (Evans, 2000).

Belum sepenuhnya diketahui apakah antioksidan natural tubuh yang berperan

(23)

3

aktivitas fisik maksimal atau apakah diperlukan suplemen tambahan (Clarkson and

Thompson, 2000).

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) sebagai tanaman rempah-rempah dan banyak

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain seperti obat tradisional (Paimin, 2008)

telah diidentifikasi mengandung antioksidan yang tinggi (Winarsi, 2007). Kikuzaki

dan Nakatani (1993) juga meyakini bahwa efek antioksidan jahe ini karena adanya

kandungan senyawa fenolik. Senyawa fenolik adalah senyawa organik yang

memiliki minimal satu cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil.

Senyawa fenolik dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam

menstabilkan radikal bebas, yaitu dengan memberikan atom hidrogen secara cepat

kepada radikal bebas ( Nabet, 1996). Dengan sifatnya tersebut, senyawa fenolik ini

dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif.

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan fisik maksimal dapat

menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Oleh karena antioksidan, termasuk jahe

dapat mengurangi aktifitas radikal bebas, maka akan dilakukan penelitian tentang

pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe tehadap kadar MDA plasma dan

MDA otot gastroknemius mencit yang diberi latihan fisik maksimal.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pemberian ekstrak metanol

rimpang jahe dapat menurunkan kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius

(24)

4

1.3.Hipotesis

Yang menjadi hipotesa pada penelitian ini adalah: pemberian ekstrak metanol

rimpang jahe dapat menurunkan kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius

mencit yang diberi latihan fisik maksimal.

1.4. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian

ekstrak metanol rimpang jahe terhadap kadar MDA plasma dan MDA otot

gastroknemius akibat stres oksidatif yang ditimbulkan dari latihan fisik maksimal

pada mencit jantan dewasa (Mus musculus L)

1.5. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi

masyarakat yang sering beraktifitas berat, tidak sempat beristirahat dan bagi ilmu

olahraga tentang manfaat pemberian ekstrak rimpang jahe bagi calon atlit yang

melakukan latihan fisik maksimal dalam rangka mengingkatkan prestasi atlit. Bagi

ilmu kedokteran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk

menjaga status kesehatan dan bisa dijadikan referensi lanjutan untuk penelitian

(25)

5

1.6. Kerangka teori

Aktifitas fisik yang berat ternyata akan menimbulkan perubahan metabolisme

dalam tubuh yang akan menghasilkan radikal bebas (Chevion, 2003).

Meningkatnya kadar radikal bebas yang melebihi kemampuan antioksidan endogen

akan menyebabkan stress oksidatif (Leeuwenburgh, 2001). Stress oksidatif dapat

terjadi pada orang yang melakukan aktifitas fisik akut baik yang belum beradaptasi

maupun yang sudah beradaptasi yang dapat menyebabkan kerusakan enzim, reseptor

protein, lipid membran dan DNA (Leeuwenburgh, 2001).

Stres oksidatif akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid dalam membran

sel yang dapat mendegradasi asam lemak tak jenuh, kemudian

mengakumulasikannya menjadi aldehid, meliputi MDA. Beberapa penelitian telah

membuktikan rimpang jahe memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dan

karenanya dapat menghambat peroksidasi lipid, maka diharapkan pemberian rimpang

jahe sebelum latihan fisik maksimal renang dapat mengurangi efek oksidan dari stres

oksidatif atau mengurangi kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius mencit

(26)

6

Gambar 1 : Kerangka konsep penelitian “Pengaruh pemberian ekstrak metanol

rimpang jahe (Zingeber officinale Rosc.) terhadap kadar malondialdehid (MDA) plasma dan otot gastroknemius mencit setelah latihan fisik maksimal”

Ambilan oksigen 

ROS 

Metabolisme aerobik sel-sel otot

Ambilan oksigen

ROS <<< Metabolisme aerobik

sel-sel otot

Ekstrak metanol rimpang jahe oral Latihan fisik maksimal

renang

Latihan fisik maksimal renang

Peroksidasi lipid  Peroksidasi lipid 

MDA plasma  MDA otot gastroknemius 

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latihan Fisik

Menurut Caspersen, (1985) istilah " latihan fisik" dan "aktivitas fisik" sering

tertukar penggunaannya. Aktivitas fisik diartikan pada gerakan tubuh yang dihasilkan

oleh otot rangka yang mengeluarkan energi, yang pada masing-masing orang

bervariasi (diukur oleh kilokalori). Latihan fisik adalah subkategori dari aktivitas fisik

yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan bermanfaat dalam arti untuk perbaikan

atau pemeliharaan dari satu atau lebih komponen kebugaran fisik pada seseorang.

2.2. Respon fisiologis terhadap latihan fisik

Menurut Ji (1999), selama aktifitas fisik maksimal, konsumsi oksigen seluruh

tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot

diperkirakan meningkat 100 kali lipat, sebagian kecil dari oksigen tersebut

±2-4% akan dirubah menjadi superoksida melalui transport elektron.

Pada latihan fisik energi yang diperlukan akan bertambah. Penambahan energi

tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistem aerobik dan anaerobik. Bila

digunakan sistem energi aerobik, maka diperlukan penambahan pasokan oksigen,

namun penambahan pasokan oksigen ini memerlukan waktu, karena memerlukan

(28)

8

Bila latihan tersebut terjadi dengan intensitas tinggi dan dalam jangka waktu

yang pendek, maka peningkatan pasokan oksigen belum terpenuhi, sehingga terpaksa

digunakan sistem anaerobik yang produk akhirnya adalah asam laktat. Asam laktat

akan menurunkan pH dalam otot maupun darah. Selanjutnya penurunan pH ini akan

menghambat kerja enzim-enzim glikolitik dan mengganggu reaksi kimia didalam sel

otot. Keadaan ini akan mengakibatkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya

otot mengalami kelelahan (Widiyanto, 2007).

Apabila melakukan latihan fisik maksimal secara teratur, maka produksi asam

laktat menjadi lebih sedikit pada saat melakukan latihan fisik maksimal. Selain itu,

respon fisiologis tubuh juga mengalami perubahan saat melakukan latihan fisik

maksimal, perubahan tersebut antara lain konsumsi oksigen dan produksi CO2

menjadi lebih sedikit, ventilasi secara dramatis menurun. Walaupun ventilasi

menurun, PCO2 dan pH arteri tetap normal (Casaburi, 1992).

2.3. Radikal bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak

berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson and Thompson, 2000). Kebanyakan

radikal bebas bereaksi secara cepat dengan atom lain untuk mengisi orbital yang tidak

berpasangan, sehingga radikal bebas normalnya berdiri sendiri hanya dalam periode

waktu yang singkat sebelum menyatu dengan atom lain. Simbol untuk radikal bebas

(29)

9

ROS (Reactive Oxygen Species) adalah senyawa pengoksidasi turunan oksigen

yang bersifat sangat reaktif yang terdiri atas kelompok radikal bebas dan kelompok

nonradikal. Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2·-), hydroxyl radicals (OH·), dan peroxyl radicals (OOH·). Yang nonradikal misalnya hydrogen

peroxide (H2O2), dan organic peroxides (ROOH) ( Cooper et al., 2002).

Radikal bebas diproduksi tubuh secara alami melalui proses metabolik oksidatif

di mitokondria untuk menghasilkan energi (Cooper et al., 2002.; Schneider and

Oliveira, 2004). Pada keadaan normal, radikal bebas terbentuk sangat perlahan, 5%

dari konsumsi oksigen akan membentuk radikal bebas kemudian dinetralisir oleh

antioksidan yang ada dalam tubuh.

2.4. Dampak negatif radikal bebas selama aktifitas fisik

Radikal bebas dapat terbentuk selama dan setelah latihan oleh otot yang

berkontraksi serta jaringan yang mengalami iskemik-reperfusi (Chevion et al., 2003).

Bila laju pembentukan radikal bebas sangat meningkat melebihi 5% karena terpicu

oleh aktifitas yang berat dan melelahkan, jumlah radikal bebas akan melebihi

kemampuan kapasitas sistem pertahanan antioksidan. Radikal bebas ini dapat

menyerang asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel sehingga mengakibatkan

kerusakan sel-sel otot dan tulang yang aktif bekerja. Kelelahan dan nyeri pada otot

yang aktif yang sering menyertai latihan fisik yang berat dan melelahkan, merupakan

(30)

10

Mekanisme terbentuknya radikal bebas selama latihan fisik maksimal:

1. Kebocoran elektron

Pada latihan fisik terjadi peningkatan konsumsi oksigen sampai 20 kali, bahkan

dalam otot dapat mencapai 100 kali. Pada penggunaan oksigen yang berlebih ini,

dapat terjadi kebocoran radikal superoksida, akibat lepasnya elektron superoksida

dari mitokondria saat terjadinya metabolisme fosforilasi oksidatif untuk

menghasilkan energi yang digunakan selama latihan fisik (Cooper, 2002).

2. Proses iskemia-referfusi

Pada saat latihan fisik maksimal, terjadi hipoksia relatif sementara di jaringan

beberapa organ yang tidak aktif seperti ginjal, hati dan usus. Hal ini untuk

kompensasi peningkatan pasokan darah ke otot yang aktif dan kulit. Setelah

latihan fisik selesai, darah dengan cepat kembali ke berbagai organ yang

kekurangan aliran darah tadi. Proses ini disebut ”reperfusion” dan hal ini dikaitkan

dengan terbebaskannya oksidan dalam jumlah besar (Cooper, 2002; Chevion et al.,

2003).

Reperfusi dapat berujung pada meningkatnya produksi ROS melalui konversi

xanthine dehydrogenase (XD) menjadi xanthine oxidase (XO). Keduanya

mengkatalase perubahan hypoxanhine menjadi xanthine dan asam urat. XD

berperan pada saat kebutuhan oksigen cukup, sedang XO berperan pada keadaan

iskemia. Hanya katalase yang melibatkan XO yang akan menghasilkan radikal

(31)

11

oksidatif sampai beberapa jam setelah latihan fisik maksimal, dan tidak terbatas

pada otot rangka saja (Cooper et al, 2002).

3. Netrofil dan respon inflamasi

PMN akan diaktivasi saat terjadi kerusakan otot atau jaringan lunak, yang

disebabkan oleh radikal bebas atau regangan sederhana atau tekanan mekanik.

Pada respon akut, PMN akan bergerak menuju tempat cedera karena ditarik oleh

kemotaktik faktor yang diproduksi oleh sel yang rusak.

Menurut Slater, 1984 radikal bebas dapat merusak sel melalui beberapa jalur

perusakan membran sel :

1. radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan/atau reseptor yang

berada di membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen-komponen yang

terdapat pada membran sel tersebut;

2. radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel, sehingga

merubah struktur membran dan mengakibatkan perubahan fungsi membran

dan/atau mengubah karakter membran menjadi seperti antigen;

3. radikal bebas mengganggu sistem transport membran sel melalui ikatan kovalen,

mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah asam lemak polyunsaturated;

4. radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung terhadap asam lemak

polyunsaturated dinding sel. Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya

(32)

12

rantai yang makin panjang dan dapat merusak organisasi membran sel. Peroksidasi

ini akan mempengaruhi fluiditas membran, cross-linking membran, serta struktur

dan fungsi membran.

2.5. Kerusakan jaringan akibat radikal bebas

Mekanisme kerusakan sel atau jaringan akibat serangan radikal bebas yang

paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi lipid.

Peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel, terutama asam lemak

tidak jenuh yang merupakan komponen penting penyusun membran sel. Pengukuran

tingkat peroksidasi lipid diukur dengan mengukur produk akhirnya, yaitu

malondialdehid (MDA), yang merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh

dan yang bersifat toksik terhadap sel. MDA dapat berikatan dengan berbagai molekul

biologis seperti protein, asam nukleat, dan amino fosfolipid secara kovalen

(Winarsi, 2007).

Produk peroksidasi lipid, yaitu MDA dapat bereaksi dengan Thiobarbituric

Acid (TBA) akan membentuk kromogen berwarna merah. Absorbsinya dapat diukur

dengan menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 532 nm, dan

dari absorbansi tersebut dapat ditentukan kadar MDA secara kuantitatif dalam sampel

tertentu, seperti pada jaringan, dan plasma. Peningkatan kadar MDA menunjukkan

secara tidak langsung terjadi peningkatan stres oksidasi (Slater, 1984; Powers and

(33)

13

Penelitian yang dilakukan oleh Qiao et al, (2006) terhadap mencit yang diberi

latihan renang maksimal sampai kelelahan dijumpai peningkatan MDA otot anggota

gerak bawah. Penelitian yang dilakukan oleh Thirumalai et al, (2011) pada tikus yang

diberi latihan renang sampai kelelahan dijumpai peningkatan kadar MDA jaringan

otot gastroknemius sebanyak 131% dibanding kelompok kontrol.

2.6. Antioksidan

Tubuh manusia mempunyai beberapa mekanisme untuk bertahan terhadap

radikal bebas dan ROS lainnya. Pertahanan yang bervariasi saling melengkapi satu

dengan yang lain karena bekerja pada oksidan yang berbeda atau dalam bagian

seluler yang berbeda (Tuminah, 2000).

Secara umum pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal

atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara mendonorkan

satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Antioksidan enzimatis

2. Antioksidan non enzimatis

2.6.1 Antioksidan Enzimatis

Antioksidan enzimatis merupakan antioksidan endogenus, yang termasuk

didalamnya adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation

(34)

14

Tuminah, 2000,). Sebagai antioksidan, enzim-enzim ini bekerja menghambat

pembentukan radikal bebas, dengan cara memutuskan reaksi berantai (polimerisasi),

kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil, sehingga antioksidan

kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidant (Winarsi, 2007).

Antioksidan enzimatik diaktivasi secara selektif selama latihan fisik berat

tergantung pada stres oksidatif jaringan dan kapasitas pertahanan antioksidan. Otot

rangka mengalami stres oksidatif lebih besar dibandingkan hati atau jantung karena

peningkatan produksi ROS. Oleh karena itu, otot membutuhkan perlindungan

antioksidan melawan kerusakan oksidatif yang mungkin terjadi selama dan sesudah

latihan fisik (Ji, 1999).

SOD, katalase, dan glutation peroksidase merupakan pertahanan primer

melawan pembentukan ROS selama latihan fisik, dan aktivitas enzim – enzim ini

diketahui meningkat sebagai respons terhadap latihan fisik baik pada penelitian

binatang maupun manusia (Ji, 1999). Enzim katalase dan glutation peroksidase

bekerja dengan cara mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2 sedangkan SOD bekerja

dengan cara mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida menjadi

H2O2 (Langseth L, 1995; Winarsi, 2007).

2.6.2. Antioksidan Non-enzimatis

Antioksidan non-enzimatis disebut juga antioksidan eksogenus, antioksidan

ini bekerja secara preventif, dimana terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat

(35)

15

rempah-rempah. Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayuran, buah dan

rempah-rempah meliputi vitamin C, vitamin E, β-karoten, flavonoid, isoflavon,

flavon, antosianin, katekin dan isokatekin (Kahkonen, et al., 1999).

Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif

yang disebabkan oleh radikal bebas.

2.7. Jahe

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe

(Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu rempah penting. Rimpangnya sangat

luas dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, minuman, serta permen juga

digunakan dalam ramuan obat tradisional, yang berfungsi sebagai stimulansia,

karminativa, diaforetika, mengatasi kolik dan batuk kering (Rukmana, 2000).

2.7.1 Taksonomi dan Morfologi

Kedudukan tanaman jahe dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Subfamili : Zingiberoidae

Genus : Zingiber

(36)

16

Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara

30 cm-75 cm, berdaun sempit memanjang menyerupai pita. Tanaman jahe hidup

merumpun, menghasilkan rimpang dan berbunga.

Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) varietas, yaitu:

1. Jahe besar (jahe gajah)

Ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning,

berserat halus dan sedikit, beraroma maupun berasa kurang tajam.

2. Jahe Putih kecil (Jahe Emprit)

Jahe ini ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang,

dengan bentuk agak pipih. Berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma

serta berasa tajam.

3. Jahe Merah

Jahe ini ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil. Berwarna merah jingga,

berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (pedas)

Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.

(37)

17

2.7.2. Kandungan kimia

Rimpang jahe mengandung 2 komponen, yaitu:

1. Volatile oil (minyak menguap)

Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas

pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.

Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak

dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari

umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih

banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya.

Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada

umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur

tua, kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.

2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap)

Biasa disebut oleoserin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering

diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung

dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit.

Oleoserin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak

atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoserin dapat

menentukan jenis jahe. Jahe yang rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit,

mengandung oleoserin yang tinggi sedangkan jenis jahe badak rasa pedas

(38)

18

Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar

matahari atau dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoserin yang

dihasilkan.

Tabel 1. Komponen Volatil dan Nonvolatil Rimpang Jahe

Fraksi Komponen

Volatile

(-)-zingeberene,(+)-ar-curcumene,(-)-β

-sesquiphelandrene,-bisaboline, -pinene, bornyl acetat, borneol, camphene, -cymene,

cineol, cumene, β-elemene, farnesene, β-phelandrene, geraneol,

limonene, linalool, myrcene, β-pinene, sabinene.

Nonvolatil Gingerol, shogaol, gingediol, gingediasetat, Gingerdion, Gingerenon

Sumber : WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1,1999

2..7.3. Farmakokinetik jahe

Menurut Zick et al ., 2008, pada manusia konjugat jahe mulai muncul 30

menit setelah pemberian melalui oral, dan mencapai Tmax antara 45 -120 menit,

dengan t½ eliminasi 75 – 120 menit pada dosis 2 gram. Pada uji ini tidak ada efek

samping dilaporkan setelah menggunakan 2 g ekstrak jahe.

Menurut Kikuzaki and Nakatani, (1993) aktivitas antioksidan senyawa

gingerol dimulai pada konsentrasi 50 – 200 μM. Pada konsentrasi 50 μM, aktivitas

antioksidan (6)-gingerol lebih kecil dari (6)-shogaol dan (6)-gingerdiol.

Jahe dapat menghambat waktu terjadinya oksidasi lipida dari 20 detik menjadi 10

menit. Efektivitas antioksidan pada jahe meningkat terus hingga pH 7 dalam

(39)

19

Pada pH basa, faktor protektifnya turun atau meningkat tergantung jumlah ekstrak

yang ditambahkan. Distribusi komponen antioksidan pada rimpang jahe merata.

2.7.4. Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenol Pada Jahe

Beberapa penelitian telah banyak membuktikan jahe memiliki aktivitas

antioksidan. Kandungan senyawa jahe yang berpengaruh dalam aktivitas antioksidan

juga telah ditemukan. Menurut Kusumaningati (2009) kemampuan jahe sebagai

antioksidan alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung

di dalamnya, dimana jahe memiliki kadar fenol total yang tinggi dibandingkan kadar

fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu.

Zakaria (2000) menjelaskan bahwa beberapa senyawa turunan fenol dalam jahe yang

mempunyai aktivitas antioksidan tinggi diantaranya adalah:

1. Gingerol

Gingerol komponen yang berpengaruh dalam sifat pedas jahe dan merupakan

komponen yang memiliki potensi antioksidan paling besar. Gingerol labil terhadap

perubahan suhu selama proses pengolahan dan penyimpanan.

2. Shogaol

Shogaol merupakan senyawa pedas dalam jahe yang mempunyai struktur mirip

dengan zingerol, kandungan senyawa ini sedikit bila dibandingkan dengan

zingerol tetapi sifat pedasnya lebih kuat.

Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu

(40)

20

menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas, sebagai akibat senyawa

tersebut mampu mengubah sifat radikal menjadi nonradikal dan terjadi perubahan

oksidasi radikal oleh antioksidan (Widiyanti, 2009).

Hasil penelitian Kikuzaki and Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin

jahe yang mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol,

sedangkan hasil penelitian Ahmed et al (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki

daya antioksidan yang sama dengan vitamin C.

Zakaria et al (2000) melakukan penelitian terhadap 24 mahasiswa pesantren

yang diberi minuman jahe selama 30 hari, memberikan hasil bahwa minuman jahe

dapat menurunkan kadar MDA plasma dibandingkan kelompok kontrol yang tidak

diberi minuman jahe, dari hasil ini menyatakan bahwa jahe berperan sebagi

antioksidan dalam proses peroksidasi lipid yang dapat diukur dari kadar MDA

plasma.

2.8. CMC (Carboksil Metil Selulosa)

CMC adalah polimer alami selulosa yang bersifat non toksik dan non iritan,

digunakan secara luas sebagai aditif dalam makanan, farmasi , dan kosmetik. Polimer

selulosa ini mendapat penambahan gugus metil sehingga menjadi metil selulosa,

yang berfungsi sebagai penstabil bahan, menghomogenkan dua jenis larutan yang

berbeda, pelarut tablet dan kapsul disentegrasi, peningkat viskositas, dan

pengabsorbsi air.

(41)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental.

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA-USU Medan, untuk

pembuatan ekstrak metanol rimpang jahe dilakukan di Laboratorium Fitofarmaka

Fakultas Farmasi USU Medan, untuk pemeriksaan kadar MDA dilakukan di

Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran USU

Medan.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai dari bulan Desember 2011

sampai Januari 2012.

3.4. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan (Mus

musculus L) strain DD Webster yang sehat, umur 8-11 minggu, berat badan

antara 20 - 35 gram dan belum pernah digunakan untuk percobaan lain yang

(42)

22

3.5. Besar sampel

Besar sampel di hitung berdasar rumus Federer (1963):

(t-1) (n-1) ≥ 15.

t = jumlah perlakuan (dalam hal ini ada 5 kelompok perlakuan)

n = jumlah ulangan perkelompok,

(5-1) (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15

4n-4 ≥ 15

4n ≥ 15 + 4

n ≥ 19 4 n ≥ 5

maka jumlah n yang diharapkan adalah 5 Sehingga jumlah keseluruhan hewan coba

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor dan untuk menjaga

adanya kematian dalam penelitian hewan yang digunakan ditambahkan 3 ekor setiap

(43)

23

Rancangan penelitian:

a.Kelompok I Kontrol (K) = terdiri dari 5 ekor mencit jantan dewasa yang diberi

aquadest 0,5 ml secara oral selama 5 hari diukur kadar MDA plasma

dan MDA otot gastroknemius.

b.Kelompok II (P1) = terdiri dari 5 ekor mencit jantan dewasa yang diberi larutan

aquadest 0,5 ml secara oral selama 5 hari yang selalu diikuti dengan latihan fisik

maksimal renang selama 40-45 menit, pada hari ke 5 setelah semua perlakuan

selesai dilakukan  diukur kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius.

c.Kelompok III (P2) = terdiri dari 5 ekor mencit jantan dewasa yang diberi

ekstrak metanol rimpang jahe yang dilarutkan dalam larutan CMC 2% dengan

dosis 0,07 mg/gBB mencit selama 5 hari yang selalu diikuti dengan latihan fisik

renang selama 40-45 menit  diukur kadar MDA plasma dan MDA otot

gastroknemius.

d.Kelompok IV (P3) = terdiri dari 5 ekor mencit jantan dewasa yang diberi ekstrak

metanol rimpang jahe yang dilarutkan dalam larutan CMC 2% dengan dosis

0,14 mg/gBB mencit selama 5 hari yang selalu diikuti dengan latihan fisik renang

selama 40-45 menit  diukur kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius.

e. Kelompok V (P4) = terdiri dari 5 ekor mencit jantan dewasa yang diberi

ekstrak metanol rimpang jahe yang dilarutkan dalam larutan CMC 2% dengan

dosis 0,28mg/gBB mencit selama 5 hari yang selalu diikuti dengan latihan fisik

renang selama 40-45 menit  diukur kadar MDA plasma dan MDA otot

(44)

24

Prosedur kerja penelitian “Pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe

(Zingeber officinale Rosc.) terhadap kadar MDA plasma dan MDA otot

gastroknemius mencit setelah latihan fisik maksimal.”

K aquadest 0,5 ml per oral selama 5 hari

P1 aquadest 0,5 ml per oral renang maksimal

selama 5 hari

P2 Ekstrak metanol rimpang jahe 0,07 mg/ gBB per oral  renang

maksimal selama 5 hari

P3 Ekstrak metanol rimpang jahe 0,14 mg/gBB per oral  renang

maksimal selama 5 hari

P4 Ekstrak metanol rimpang jahe 0,28 mg/gBB per oral  renang

maksimal selama 5 hari

3.6. Etika Penggunaan Hewan Penelitian

Penggunaan dan penanganan hewan di laboratorium penelitian dilakukan

sesuai dengan aturan etika penelitian hewan yang diatur dalam Deklarasi Helsinki

untuk memperoleh “Ethical clearance” dari komite etik dan komite ilmiah penelitian

(45)

25

3.7. Variabel Penelitian 3.7.1 Variabel Independent

1. Latihan fisik maksimal. 2. Ekstrak metanol rimpang jahe

3.7.2 Variabel dependent

1. Kadar MDA plasma mencit.

2. Kadar MDA otot gastroknemius mencit.

3.8. Definisi operasional

1.Latihan fisik maksimal : mencit melakukan aktifitas berenang sekuat-kuatnya

sampai hampir tenggelam atau tampak tanda-tanda kelelahan berupa

tenggelamnya hampir semua badan kecuali hidung dan melemahnya gerakan

anggota gerak. Lamanya renang ± 40-45 menit (Thirumalai et al., 2011)

2.Ekstrak : adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari

langsung.

3.Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalamai pengolahan apapun juga, berupa bahan yang telah dikeringkan.

4.Kadar MDA plasma : jumlah kadar MDA (mikromol) dalam 1 ml plasma darah.

5.Kadar MDA otot gastroknemius : jumlah kadar MDA (mikromol) dalam 1 mg

(46)

26

3.9. Bahan Penelitian

Ekstrak metanol rimpang jahe, aquadest, standar malondialdehid.

Reagensia:

1. 2-Thiobarbiturat acid

2. Standar MDA

3. Acetic acid glacial

4. Sodium hydroxide (NaOH)

3.10. Alat-alat Penelitian

Jarum oval (Gavage), spuit 1 ml, bak bedah dan dissecting set, cawan petri,

batang pengaduk, waterbath, timbangan merek OHAUSS, timbangan merek

Sartorius, vertex, mixer, sentrifuse effendrop, spektrofotometri, labu ukur, labu

Erlenmeyer, Buret, mikroskop cahaya merk Olympus.

3.11. Perhitungan Dosis ekstrak metanol rimpang jahe:

Dosis ekstrak metanol rimpang jahe yang dipakai pada penelitian adalah

0,07 mg/grBB mencit, 0,14 mg/gr BB mencit, dan 0,28 mg/grBB mencit. (Yenita,

2010).

Jahe diberikan kepada mencit dengan cara : ekstrak jahe dilarutkan dengan larutan

CMC 2%, dan dicekokan secara langsung ke dalam lambung mencit, dilakukan

(47)

27

Cara pembuatan larutan ekstrak metanol jahe dan CMC 2 % adalah dalam bentuk

5 % ekstrak metanol jahe.

 5 gr/100 ml  5000 mg/ 100 ml

 50 mg/ ml

 50 mg ekstrak jahe dalam 100 ml larutan CMC 2 %.

3.12. Pelaksanaan Penelitian 3.12.1. Pemeliharaan hewan coba

Mencit diaklimatisasi selama satu minggu dan ditempatkan di dalam kandang

yang terbuat dari bahan plastik (ukuran 30x20x10cm) yang ditutup dengan kawat

kasa. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1cm dan diganti setiap

hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang (pukul 06.00 sampai dengan

pukul 18.00) dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00), sedangkan

suhu dan kelembapan ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan (pelet

komersial B551) dan minum (air PAM) disuplai setiap hari secara berlebih.

3.12.2. Pemberian latihan fisik maksimal

Latihan fisik maksimal dilakukan dengan cara berenang sampai kelelahan

(Thirumalai et al., 2011). Mencit berenang di dalam wadah plastik ( 100 x 50 x 80

cm) yang diisi dengan air setinggi 60 cm, tidak ada jalan keluar dari wadah. Semua

mencit akan berenang bebas selama ± 45 menit setiap harinya, sampai mencit

(48)

28

hidup (mempertahankan kepala tetap berada di permukaan air), hal ini dianggap

mencit sudah melakukan aktifitas fisik maksimal. Segera keluarkan dan keringkan

mencit dengan handuk kering, dan kembalikan ke dalam kandang.

3.12.3. Sampling ekstrak metanol jahe (Zingiber officinale )

Jahe yang digunakan untuk penelitian ini adalah jahe emprit yang berumur

10 bulan yang diperoleh dari perkebunan rakyat di Berastagi, dipilih yang segar dan

bersih. Tanaman jahe ini sudah di identifikasi/determinasi di Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan, Depertemen Biologi FMIPA-USU Medan.

Jahe emprit dengan berat basah 4 kg dicuci bersih dari tanah yang masih

menempel. Selanjutnya diiris tipis beserta kulitnya dengan ketebalan 1-2 mm.

Dikering anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung sampai kering betul.

Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender, hasilnya didapati 500 gram

serbuk simplisia jahe.

3.12.4. Pembuatan ekstrak jahe

Ekstraksi metanol rimpang jahe menurut Wresdiyati et al, 2003. :

1. Serbuk simplisia dimaserasi dengan metanol PA , dilakukan selama 4

kali ekstraksi pada tempratur kamar. Proses maserasi merupakan cara penyari

yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia.

(49)

29

3. Cairan yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu rotavapor kemudian

disuling dengan rotaryvacum-evaporator.

4. Penyulingan dihentikan setelah pelarut berhenti menetes.

5. Maka didapatkan oleoresin yang konsistensinya semi padat berwarna coklat

[image:49.612.117.534.251.364.2]

muda sampai coklat tua.

Tabel 2. Hasil penelitian Wresdiyati et al, 2003

Komponen yang dianalisis Pelarut metanol Pelarut etanol

Kadar oleoresin (%) 6,38 a 4,10 a

Kadar fenol (mg/ml) 647,22 p 522,22 q

Keterangan : nilai yang diikuti oleh superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Jenis pelarut berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar fenol yang dihasilkan

oleh ekstrak jahe. Pelarut metanol menghasilkan total fenol 647.22 mg/mL sedangkan

pelarut etanol sebesar 522.22 mg/mL. Pelarut metanol ternyata mempunyai kelebihan

dalam hal kemampuannya melarutkan komponen fenol yang sangat menentukan daya

antioksidatif oleoresin jahe.

3.12.5. Prosedur Pelaksanaan Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe

Sebelum percobaan, mencit jantan ditimbang dan ditempatkan dalam

(50)

30

Mencit dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan, seperti di bawah ini:

n = 5 n = 5 n = 5 n = 5 n = 5

[image:50.612.116.528.123.524.2]

Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian ”Pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe terhadap kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius mencit setelah latihan fisik maksimal.”

P3

P2 P4

P1 K

Ekstrak jahe 0,28mg/gBB/hari selama 5 hari Ekstrak jahe

0,07mg/gBB/hari selama 5 hari Aquadest

0,5ml/hari selama 5 hari

Ekstrak jahe 0,14mg/ gBB/hari selama 5 hari Aquadest

0,5ml/hari selama 5 hari

Renang 5 hari Renang 5 hari Renang 5 hari Renang 5 hari

(51)

31

3.12.6. Prosedur Pemeriksaan dan Pengamatan

Setelah lima hari perlakuan, selanjutnya masing-masing hewan coba

dikorbankan dengan cara dislokasi leher kemudian diambil darahnya melalui jantung

lalu dibedah. Kemudian dilakukan pengamatan sebagai berikut :

3.12.6.1. Pengamatan kadar MDA plasma mencit

Pemeriksaan kadar MDA plasma dilakukan pada hari ke lima setelah selesai

perlakuan pada semua kelompok. Pemeriksaan dengan menggunakan metode

Thiobarbiturat acids (TBA) Assay (Hsieh et al.,2006) yang dimodifikasi.

Alat : (1) mikropipet 200µL, (2) mikropipet 1000µL, (3) mikropipet tips

(4) tabung microcentrifuge polypropylene, (5) specthrophotometer genesis,

(6) vortex mixer, (7) waterbath, (8) centrifuge,(9) cuvette

Bahan : (1) Regensia MDA, (2) Aquadest , (3) Plasma darah.

Cara pengambilan plasma darah :

Spuit 1ml dibilas dengan antikoagulan sodium heparin, ambil darah dari jantung

dengan mengunakan spuit tadi, tempatkan spuit berisi darah pada kotak pendingin

berisi es agar suhu terjaga pada 4-5 derajat celcius agar tidak terjadi perubahan MDA

(52)

32

Protokol kerja : Diisikan 100 µL sampel (plasma darah) ke dalam microcentrifuge, lalu ditambahkan 900 µL aquadest ke dalam tabung diatas. Selanjutnya ditambahkan

500 µL reagensia TBA ( Thiobarbituric acid). Kemudian tabung divortex lalu

dipanaskan ke dalam waterbath pada suhu 950C selama 60 menit. Tabung

disentrifugasi pada 7000 RPM selama 10 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam

cuvet yang steril dan bersih lalu dibaca pada panjang gelombang 532 nm.

3.12.6.2. Pengamatan kadar MDA otot gastroknemius mencit

Pemeriksaan kadar MDA jaringan otot gastroknemius mencit juga dilakukan

dengan asam thiobarbiturat.

Cara kerja pengambilan otot gastroknemius:

Setelah otot gastroknemius dipisahkan dari badan mencit, otot gastroknemius

diletakkan dalam pot yang berisi NaCl 0,9%, dalam kotak pendingin berisi es agar

proses enzimatis pada otot gastroknemius terhenti. Kemudian otot dihomogenkan

dengan cairan Buffer Phosphat.

Prosedur uji MDA otot gastroknemius:

1. Sebanyak 500 µL sample atau standar MDA dimasukkan dalam tabung

ependorf yang masing-masing telah diberi label.

2. Ditambahkan 0,5 ml aquadest pada masing-masing tabung.

3. Kemudian ditambahkan 0,5 ml asam thiobarbiturat.

4. Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath

(53)

33

5. Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan

setelah dingin masing-masing tabung disentrifuse dengan kecepatan

7000 rpm selama 10 menit.

6. Supernatan dimasukkan ke dalam cuvet steril untuk selanjutnya dianalisa

dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 532 nm.

3.12.7.Persiapan Reagensia  TBA/Buffer Reagent

TBA/Buffer Reagent terdiri dari : 0,67 g 2-thiobarbituric acid dilarutkan dalam

100 mL aquadest, selanjutnya 0,5 g sodium hydroxide dan 100 asam asetat glacial.

 Standard MDA

Sebanyak 250 µL standar MDA 500 µM dilarutkan dalam 750 µL aquadest untuk

memperoleh larutan stok MDA 125 µM. Selanjutnya dari larutan stok MDA 125 µM

dilarutkan dalam aquadest dan dibuat 8 seri standar yang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 3. Persiapan standar MDA untuk spektrofotometri

Nomor standar

Konsentrasi MDA (µM)

Volume MDA

Standar (µL) Volume pelarut (µL)

(54)

34

3.13. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD).

Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Ternyata semua data berdistribusi

normal dan homogen maka dilakukan uji ANOVA. Pada pemeriksaan kadar MDA

otot gastroknemius terdapat perbedaan, maka selanjutnya dilakukan uji Post Hoc

untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol dan masing-masing perlakuan.

Semua analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0. Dalam penelitian

ini, hanya perbedaan rata-rata pada p ≤ 0,05 yang dianggap bermakna

(55)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada BAB IV ini ditunjukkan beberapa grafik histogram dari rata-rata data hasil analisis yang berdasarkan pada hipotesis dan tujuan dari penelitian yang

dilakukan selama 5 hari. Urutan tampilan hasil dan pembahasan dari penelitian ini

adalah; (1) Kadar MDA plasma (µM/mL) (2) kadar MDA gastroknemius (µM/mg).

4.1.1 Kadar MDA plasma mencit jantan dewasa

Data pengukuran kadar MDA plasma mencit jantan dewasa ditunjukkan pada

Lampiran 1, Tabel 4. Rata-rata hasil analisis data kadar MDA plasma (Mus musculus

L.) ditunjukkan pada Gambar 3. Pada pengujian normalitas dan homogenitas data,

ternyata data berdistribusi normal dan variansinya homogen. Hasil ini memenuhi

asumsi untuk dapat dilakukan uji Anova (Analisis of Varian) satu arah. Setelah

dilakukan uji Anova satu arah taraf 5%, ternyata tidak ditemukan perbedaan yang

nyata antara masing-masing perlakuan (p>0,05; Lampiran 1). Oleh sebab itu tidak

diperlukan uji lanjut untuk melihat perbedaan masing-masing kelompok perlakuan

(56)
[image:56.612.117.539.84.307.2]

36

Gambar 3. Kadar MDA dalam plasma mencit jantan dewasa (nM/mL).

Keterangan Grafik histogram pada perlakuan berbeda yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5%.

K = kontrol, P1= aquadest 0,5 ml per oral renang maksimal selama 5 hari,

P2= Ekstrak metanol jahe 0,07 mg/gBB/hari per oral renang maksimal selama 5 hari, P3= Ekstrak metanol jahe 0,14 mg/gBB/hari per oral renang maksimal selama 5 hari, P4= Ekstrak metanol jahe 0,28 mg/gBB/hari per oral renang maksimal selama 5 hari

4.1.2. Kadar MDA otot gastroknemius mencit jantan dewasa

Data pengukuran kadar MDA otot gastroknemius mencit jantan dewasa

ditunjukkan pada (Lampiran 1, Tabel 5). Hasil perhitungan analisis dari rata-rata

MDA otot gastroknemius mencit jantan dewasa untuk semua kelompok perlakuan

dan kontrol disajikan pada Lampiran 1 tabel 5.

Dari hasil tersebut dapat dibuat grafik histogram seperti yang tertera pada Gambar 4.

(57)

37

sehingga datanya dapat dianalisis dengan analisis parametrik ANOVA satu arah.

Setelah dilakukan uji ANOVA satu arah taraf 5%, ternyata ditemukan perbedaan

yang nyata kadar MDA pada masing-masing perlakuan (p<0,05; Lampiran 1). Oleh

sebab itu diperlukan uji lanjut Bonferroni (Lampiran 3, Tabel 9).

[image:57.612.115.527.206.427.2]
(58)

38

4.2. Pembahasan kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius mencit jantan dewasa

Pada keadaan normal, secara fisiologis sel memproduksi radikal bebas sebagai

konsekuensi proses biokimia dalam kehidupan aerobik. Kelompok P1 pada gambar 3

dan gambar 4 memperlihatkan kadar MDA yang tinggi karena pada saat mencit

berenang sampai kelelahan, otot gastroknemius mencit menjadi sumber radikal bebas

yang jumlahnya besar yang tidak dapat diimbangi oleh antioksidan intraseluler seperti

superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase.

Kelompok perlakuan P2 pada gambar 3 dan gambar 4 memperlihatkan kadar

MDA plasma dan MDA otot gastroknemius tinggi, padahal kelompok perlakuan P2

ini mendapat ekstrak metanol rimpang jahe dengan dosis 0,07mg/grBB mencit.

Kemungkinan ekstrak jahe dengan dosis 0,07mg/grBB mencit tidak dapat mengatasi

produksi radikal bebas yang dihasilkan selama latihan fisik maksimal.

Kadar MDA yang paling rendah dijumpai pada kelompok perlakuan P3, baik

pada pemeriksaan MDA plasma maupun pada pemeriksaan MDA otot gastroknemius

yang secara statistik signifikan. Hal ini mungkin karena antioksidan pada ekstrak jahe

yang terdapat pada kelompok P3 cukup efektif dalam menurunkan jumlah MDA otot

gastroknemius yang sedang berkontraksi maksimal. Seperti dikatakan Hudson (1990)

bahwa senyawa gingerol dan shogaol memiliki banyak gugus hidroksil sehingga

bersifat polar dan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sifat polar ini mungkin

menyebabkan senyawa fenol dapat segera mencapai sumber produksi radikal bebas

(59)

39

Kemungkinan kandungan fenol dari ekstrak jahe seperti gingerol, zingeron

dan shogaol dapat bereaksi sebagai scavenger terhadap radikal peroksil (OOH•) dan

scavenger kuat terhadap radikal hidroksil (OH•) yang jumlahnya meningkat dalam

kondisi stress yang diakibatkan latihan fisik maksimal. Senyawa fenol jahe akan

menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas (Nabet, 1996) atau menangkap

radikal bebas yang terbentuk, kemudian mencegah reaktifitas amplifikasinya dan

berdampak pada pengurangan kerusakan oksidatif akibat radikal bebas

(Winarsi, 2007) yang menyebabkan kadar MDA pada kelompok perlakuan P3

menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zakaria et al (2000),

bahwa efek proteksi jahe dapat menurunkan kadar MDA plasma pada sekelompok

mahasiswa di Bogor yang diberi minum air jahe setiap hari selama 30 hari.

Dan mungkin juga kehadiran antioksidan enzimatis yang hanya terdapat di

dalam sel, baik pada mitokondria maupun sitoplasma sel turut berperan penting

dalam menetralisir radikal bebas yang dihasilkan oleh otot gastroknemius selama

latihan fisik maksimal. Termasuk di dalam antioksidan enzimatis ini adalah enzim

superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GPX).

Enzim-enzim ini bekerja dengan cara melindungi sel dan jaringan dari kerusakan oksidatif

yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen seperti anion superoksida, radikal

hidroksil, dan hidrogen peroksida.

SOD bekerja sebagai katalisator reaksi dismutase dari anion superoksida

menjadi hidrogen peroksida (H202) dan oksigen (O2). Katalase bekerja dengan

mengkatalisis dismutasi H202 menjadi H2O dan O2. Enzim GPX bekerja dengan

(60)

40

peroksida menjadi H2O. Aktifitas antioksidan endogen inilah yang menyebabkan

kadar MDA dalam jaringan otot gastroknemius menjadi lebih rendah bila

dibandingkan kadar MDA plasma.

Kadar MDA plasma yang tertinggi dijumpai pada kelompok perlakuan P4.

Kelompok perlakuan P4 mendapat ekstrak jahe dengan dosis 0,28mg/gBB mencit,

kenapa kadar MDA pada kelompok perlakuan ini tetap tinggi? Hal ini mungkin

terjadi karena pemberian ekstrak rimpang jahe yang terlalu besar dosisnya

menyebabkan hilangnya efek antioksidan dari jahe, dan berubah menjadi prooksidan

(Cillard et al., 1980).

Seperti yang dikatakan Gordon (1990), bahwa pada konsentrasi antioksidan

yang cukup besar dapat menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan oksidasi dari

sel. Pada konsentrasi yang tinggi dapat terjadi penghilangan aktivitas antioksidan dari

kelompok fenol dan berubah menjadi pro-oksidan. Pada konsentrasi tinggi, shogaol

berganti sebagai prooksidan ( Gordon, 1990; Fardiaz, 1994) sehingga tidak lagi dapat

mencegah reaksi peroksidasi lipid yang timbul dari latihan fisik maksimal.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tejasari et

al, (2010) dimana terjadi penurunan aktivitas sitolitik sel NK terhadap penambahan

shagaol. Tejasari et al, mengatakan bahwa pada konsentrasi tinggi, shagaol berganti

sebagai prooksidan sehingga tidak lagi dapat menetralkan radikal PQ+ dan anion

superoksida yang berasal dari parakuat, sehingga berpeluang mengoksidasi lipid atau

protein membran sel yang berakibat pada gangguan transduksi penandaan membran

(61)

41

Pe

Gambar

Gambar 1 : Kerangka konsep penelitian “Pengaruh pemberian ekstrak metanol rimpang jahe (Zingeber officinale Rosc.) terhadap kadar malondialdehid (MDA) plasma dan otot gastroknemius mencit setelah latihan fisik maksimal”
Tabel 2. Hasil penelitian Wresdiyati et al, 2003
Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian ”Pengaruh pemberian ekstrak metanol                        rimpang  jahe  terhadap kadar MDA plasma dan MDA otot gastroknemius                      mencit setelah latihan fisik maksimal.”
Gambar 3. Kadar MDA dalam plasma mencit jantan dewasa (nM/mL).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kontrol positif digunakan diazepam dan untuk bahan uji adalah ekstrak jahe dengan dosis 0,8 %, 1,6 %, 3,2 %, dan 6,4 % yang diberikan peroral (T=O), dilanjutkan dengan

Telah dilakukan penelitian uji efek analgesik ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber Officinale Roxb. Rubrum) dan sebagai hewan coba digunakan mencit putih jantan (Mus muculus)

AROMATERAPI MINYAK JAHE (Zingiber officinale Rosc.) TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT DALAM PENGGUNAANNYA.. SEBAGAI ANTIDEPRESAN Iva

AROMATERAPI KOMBINASI MINYAK KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis Osb.) DAN MINYAK RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Rosc.) (1:1) TERHADAP LIBIDO MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN..

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian dosis bertingkat ekstrak etanol rimpang jahe merah ( Zingiber officinale Rosc. rubrum) memberikan aktivitas

Pemberian ekstrak jahe merah menurunkan kadar MDA serum setelah diberikan paparan asap rokok (K4) jika dibandingkan dengan kelompok yang diberikan jahe merah

Hasil penelitian terdahulu mengatakan bahwa infusa rimpang jahe mempunyai efek tonik yang ditandai dengan penambahan waktu lelah setelah dilakukan penelitian. Pada infusa rimpang