ASPEK HUKUM ATAS
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI:
STUDI PADA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA – MEDAN
TESIS
Oleh:
097005046 / ILMU HUKUM
INE VENTYRINA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ASPEK HUKUM ATAS
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI:
STUDI PADA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA – MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
097005046 / ILMU HUKUM
INE VENTYRINA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ASPEK HUKUM ATAS PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI: STUDI PADA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - MEDAN
Nama Mahasiswa : Ine Ventyrina
Nomor Pokok : 097005046
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui Komisi Pembimbing
K e t u a
Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS
Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum
A n g g o t a A n g g o t a
Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum
Ketua Program Studi Dekan
Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum
Telah diuji pada
Tanggal 16 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH., MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum
3. Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……….. i
ABSTRACT ………. ii
KATA PENGANTAR …………..……….. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………..……… vii
DAFTAR ISI …………..………..………. viii
DAFTAR TABEL ……… xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Perumusan Masalah ………..…………. 10
C. Tujuan Penelitian ………..… . 10
D. Manfaat Penelitian ………. 10
E. Keaslian Penelitian ………. 12
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori ………. 12
2. Kerangka Konsep ………..…………. 20
G. Metode Penelitian ………. 24
1. Tipe Penelitian ………. 24
2. Pendekatan dalam Penelitian ……… 26
3. Teknik Pengumpulan Data ……… 27
Halaman
5. Analisis Bahan Hukum ……… 29
BAB II : SINKRONISASI PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI ... 31
A. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan
Pendidikan Lingkungan Hidup ………. 31
B. Sinkronisasi Peraturan Perundang-undangan
Pendidikan Lingkungan Hidup……….. 37 1. Sinkronisasi Secara Vertikal tentang
Pendidikan Lingkungan Hidup ……… 39
2. Sinkronisasi secara Horizontal tentang
Pendidikan Lingkungan Hidup ……… 43
C. Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup ke dalam Kurikulum Program Strata-1 Perguruan Tinggi sebagai Partisipasi
Perguruan Tinggi dalam Perlindungan
Lingkungan Hidup ……..………. 49
BAB III : PENJABARAN PENGATURAN TENTANG
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI (PROGRAM STRATA-1) DI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ... 55 A. Pengaturan Yuridis tentang kurikulum di
Universitas Sumatera Utara ……… 55
B. Penjabaran Pengaturan Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Kurikulum Program Sarjana Strata-1 di
Universitas Sumatera Utara ……… 60
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Ruang Lingkup Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ……… 62
2. Relevansi Kurikulum Program Strata-1 di Universitas Sumatera Utara dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tujuan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup .………. 99
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….…. 161
B. Saran ……….……. 162
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 64
Tabel 3.1.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 65
Tabel 3.1.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 67
Tabel 3.1.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 68
Tabel 3.1.5 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 69
Tabel 3.1.6 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 70
Tabel 3.2.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 72
Tabel 3.2.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 74
Tabel 3.2.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tabel 3.2.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 76
Tabel 3.2.5 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 78
Tabel 3.2.6 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 80
Tabel 3.3.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 82
Tabel 3.3.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 83
Tabel 3.3.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 85
Tabel 3.3.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 87
Tabel 3.3.5 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 87
Tabel 3.3.6 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tabel 3.4.1 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 91
Tabel 3.4.2 Relevansi Kurikulum Prograam Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 92
Tabel 3.5.1 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 95
Tabel 3.5.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 98
Tabel 3.6.1 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 4 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 98
Tabel 3.7.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 100
Tabel 3.7.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 101
Tabel 3.7.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 103
Tabel 3.7.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (a) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 104 Tabel 3.7.5 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Tahun 2009 ... 105
Tabel 3.8.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 106
Tabel 3.8.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 107
Tabel 3.8.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 108
Tabel 3.8.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 110
Tabel 3.8.5 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (b) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 112
Tabel 3.9.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 113
Tabel 3.9.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 114
Tabel 3.9.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 115
Tabel 3.9.4 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (c) Undang-undang Nomor 32
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 117
Tabel 3.10.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 119
Tabel 3.10.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 120
Tabel 3.10.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 121
Tabel 3.10.5 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (d) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 122
Tabel 3.11.1 Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 123
Tabel 3.11.2 Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 125
Tabel 3.11.3 Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 126
Tabel 3.11.4 Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 127 Tabel 3.11.5 Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya
Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (e) Undang-undang Nomor 32
Tabel 3.12.1.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 129
Tabel 3.12.2.Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 131 Tabel 3.12.3.Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 132
Tabel 3.12.4.Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 133
Tabel 3.12.5.Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 134
Tabel 3.12.6.Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (f) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 135
Tabel 3.13.1.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 137
Tabel 3.13.2.Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 138
Tabel 3.13.3.Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 140
Tabel 3.13.4.Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 140
Tabel 3.13.5.Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (g) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 141
Tabel 3.14.1.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (h) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 143
Tabel 3.14.2.Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (h) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 144
Tabel 3.14.3.Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (h) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 145
Tabel 3.14.4.Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (h) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 146
Tabel 3.15.1.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 149
Tabel 3.15.2.Relevansi Kurikulum Program Studi Kimia Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 150
Tabel 3.15.3.Relevansi Kurikulum Fakultas Farmasi
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tabel 3.15.4.Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 152
Tabel 3.15.5.Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 153
Tabel 3.15.6.Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (i) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 155
Tabel 3.16.1.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (j) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 155
Tabel 3.16.2.Relevansi Kurikulum Program Studi Biologi Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (j) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 157
Tabel 3.16.3.Relevansi Kurikulum Fakultas Kesehatan Masyarakat Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (j) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 157
Tabel 3.16.4.Relevansi Kurikulum Fakultas Hukum
Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (j) Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 ... 159
Tabel 3.16.5.Relevansi Kurikulum Program Studi Budidaya Hutan Di Universitas Sumatera Utara dengan Normatif Pasal 3 huruf (j) Undang-undang Nomor 32
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ine Ventyrina
Tempat/Tgl lahir : Pangkalan Berandan (Sumatera Utara) / 27 September 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan: Menikah pada 11 Nopember 2005 dengan Supomo,S.Si., Apt
Pendidikan : SD Swasta Afifiyah Medan Sumatera Utara (Lulus tahun 1991)
SMP Swasta Harapan 2 Medan Sumatera Utara (Masa studi:1992-1993)
SMP Negeri 1 Luwuk Sulawesi Tengah (Lulus tahun 1994)
SMU Negeri 1 Makassar Sulawesi Selatan (Masa studi:1995-1996)
SMU Negeri 4 Medan Sumatera Utara (Lulus tahun 1997)
S1 (Strata Satu) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Lulus tahun 2001)
S2 (Strata Dua) Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan (Lulus tahun 2012)
Pekerjaan : Staf Distribusi “Majalah Hukum” FH-USU (1998 s.d. 2000)
Asisten Dosen di Universitas Panca Budi Medan (2001-2002)
Asisten Notaris di Kantor Notaris Elvina Maisyarah, SH. di Jakarta Pusat (Juni 2002 s.d. Nopember 2005)
Asisten Notaris di Kantor Notaris Siti Aisyah, SH., M.Kn. di Samarinda, Kalimantan Timur (2005 s.d. 2007)
ASPEK HUKUM ATAS
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI: STUDI PADA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - MEDAN
ABSTRAK
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Berdasarkan “asas tanggung jawab negara” pada pasal 2 huruf (d) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 maka Negara menjamin hak warga Negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana ditegaskan dalam pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
Perguruan tinggi merupakan komponen masyarakat sesuai dengan Pasal 70 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 65 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 merupakan ketentuan lex specialis derogaat legi generalis mengenai pendidikan lingkungan hidup, akan tetapi pengintegrasiannya ke dalam kurikulum perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara tetap berpedoman pada peraturan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berikut ketentuan pelaksanaannya (organieke verordening) dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, maupun Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara, dan Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, metode yang digunakan dengan mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, serta dilengkapi dengan Buku Panduan Kurikulum Program Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa matakuliah yang memuat materi pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan baik melalui pendekatan integratif maupun pendekatan monolitik, sudah memadai dengan persentase bobot sistem kredit semester rata-rata 75% pada kurikulum program strata-1 di Universitas Sumatera Utara, pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup tersebut disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pasal 3 dan pasal 4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
LEGAL ASPECTS OF INTEGRATING ENVIRONMENTAL EDUCATION INTO THE CURRICULUM OF STUDY IN COLLEGE:
STUDY AT UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA-MEDAN
ABSTRACT
Protection and environmental management is a systematic and concerted efforts are made to preserve the functions of the environment and preventing the occurrence of pollution and/or environmental damage, which includes the planning, control, utilization, maintenance, supervision, and law enforcement. Based on "the principle of the responsibility of the State" in Article 2, subparagraph (d) Act Number 32 Year 2009 then the State ensures the right of citizens for the good and healthy environment. This led to the consequence that everyone is obliged to maintain the sustainability of the environment and controlling function contamination and/or damage the environment as defined in Article 67 legislation number 32 year 2009.
The College is a component of the community in accordance with Article 70 of Act Number 32 Year 2009 owns the rights and equal opportunities and to the extent provided to play an active role in the protection and management of the environment. Article 65 paragraph (1) of Act Number 32 Year 2009 is the provisions of the lex specialists derogaat legi generalis about environmental education, but its integration into the College curriculum at the University of North Sumatra still considering regulatory Act Number 20 Year 2003 on the national education system following its implementation provisions (verordening organieke) in the form of government regulation, the Minister's decision, as well as Assembly Decision of Trustees University of North Sumatra and decision of the Rector of the University of North Sumatra.
This research is a normative, legal research methods used to study the legal materials, secondary law primer material, and legal materials, as well as tertiary equipped with Strata Program Curriculum Handbook-1 at North Sumatra University.
Results of the study concluded that subject which contains educational material for the environment being integrated either through integrative approaches as well as monolithic approach, already adequately with the percentage of the semester credit system weighs an average of 75% on the strata program curriculum-1 at the University of North Sumatra, integrating environmental education is adapted to the purpose and scope of the protection and management of the environment in article 3 and article 4 of Act No. 32 of 2009.
Alloh Azza Wa Jalla berfirman:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi !” Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari . Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Alloh menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
(Q.S.Al-Baqarah (2) : 11-12, 10)
“Hai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan Alloh dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S.Al-Baqarah (2) : 153)
“ Wahai orang-orang yang beriman !
Bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu”
(Q.S.Al-Baqarah (2) : 153)
“Bukankah kami telah melapangkan dadamu? Dan kamipun telah menurunkan beban darimu,
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap”
ASPEK HUKUM ATAS
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KE DALAM KURIKULUM PERGURUAN TINGGI: STUDI PADA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - MEDAN
ABSTRAK
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Berdasarkan “asas tanggung jawab negara” pada pasal 2 huruf (d) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 maka Negara menjamin hak warga Negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana ditegaskan dalam pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
Perguruan tinggi merupakan komponen masyarakat sesuai dengan Pasal 70 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 65 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 merupakan ketentuan lex specialis derogaat legi generalis mengenai pendidikan lingkungan hidup, akan tetapi pengintegrasiannya ke dalam kurikulum perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara tetap berpedoman pada peraturan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berikut ketentuan pelaksanaannya (organieke verordening) dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, maupun Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara, dan Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, metode yang digunakan dengan mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, serta dilengkapi dengan Buku Panduan Kurikulum Program Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa matakuliah yang memuat materi pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan baik melalui pendekatan integratif maupun pendekatan monolitik, sudah memadai dengan persentase bobot sistem kredit semester rata-rata 75% pada kurikulum program strata-1 di Universitas Sumatera Utara, pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup tersebut disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pasal 3 dan pasal 4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
LEGAL ASPECTS OF INTEGRATING ENVIRONMENTAL EDUCATION INTO THE CURRICULUM OF STUDY IN COLLEGE:
STUDY AT UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA-MEDAN
ABSTRACT
Protection and environmental management is a systematic and concerted efforts are made to preserve the functions of the environment and preventing the occurrence of pollution and/or environmental damage, which includes the planning, control, utilization, maintenance, supervision, and law enforcement. Based on "the principle of the responsibility of the State" in Article 2, subparagraph (d) Act Number 32 Year 2009 then the State ensures the right of citizens for the good and healthy environment. This led to the consequence that everyone is obliged to maintain the sustainability of the environment and controlling function contamination and/or damage the environment as defined in Article 67 legislation number 32 year 2009.
The College is a component of the community in accordance with Article 70 of Act Number 32 Year 2009 owns the rights and equal opportunities and to the extent provided to play an active role in the protection and management of the environment. Article 65 paragraph (1) of Act Number 32 Year 2009 is the provisions of the lex specialists derogaat legi generalis about environmental education, but its integration into the College curriculum at the University of North Sumatra still considering regulatory Act Number 20 Year 2003 on the national education system following its implementation provisions (verordening organieke) in the form of government regulation, the Minister's decision, as well as Assembly Decision of Trustees University of North Sumatra and decision of the Rector of the University of North Sumatra.
This research is a normative, legal research methods used to study the legal materials, secondary law primer material, and legal materials, as well as tertiary equipped with Strata Program Curriculum Handbook-1 at North Sumatra University.
Results of the study concluded that subject which contains educational material for the environment being integrated either through integrative approaches as well as monolithic approach, already adequately with the percentage of the semester credit system weighs an average of 75% on the strata program curriculum-1 at the University of North Sumatra, integrating environmental education is adapted to the purpose and scope of the protection and management of the environment in article 3 and article 4 of Act No. 32 of 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan memiliki fungsi ganda yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia (progressif), sedangkan pada sisi lainnya pembangunan dapat
menurunkan mutu hidup manusia (regressif), untuk itu diperlukan suatu
perencanaan pembangunan, termasuk perhitungan terhadap resiko dan cara
mengatasi resiko tersebut. Di dalam suatu masyarakat hukum, fungsi
perencanaan dan pencegahan itu dilakukan dengan memanfaatkan hukum.
Instrumen hukum mampu memberikan jaminan, perlindungan kepastian dan
arah bagi pembangunan.1
Hukum berfungsi mengatur, hukum juga sebagai pemberi kepastian,
pengamanan, pelindung dan penyeimbang, yang sifatnya tidak hanya adaptif
dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Potensi hukum ini
terletak pada dua dimensi utama dari fungsi hukum yaitu preventif dan fungsi
repressif.
Hukum bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
yang sebesar-besarnya bagi rakyat.
Fungsi preventif yaitu fungsi pencegahan, yang dituangkan dalam
bentuk pengaturan pencegahan yang pada dasarnya merupakan desain dari
2
1
Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, 1993, Hukum sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, hlmn.118.
2
setiap tindakan yang hendak dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh
aspek perilaku manusia, termasuk resiko dan pengaturan prediktif terhadap
bentuk penanggulangan resiko tersebut. Fungsi hukum tersebut
menunjukkan bahwa hukum merupakan instrumen yang potensial untuk
mengatur dan menjaga harmonisasi kehidupan masyarakat, juga efektif untuk
merekayasa masyarakat yaitu hukum sebagai sarana perubahan sosial atau
sarana pembangunan.
Hukum merupakan instrumen dari sosial kontrol,3 dan sarana perubahan sosial atau sarana pembangunan,4
Melestarikan lingkungan bukan berarti melanggengkan lingkungan
dalam keadaan statis (tidak berubah), karena yang demikian tidak sejalan maka pengaturan hukum diperlukan guna
mencegah dan menanggulangi dampak negatif dari pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup, dengan melakukan tindakan preventif berupa pendidikan
lingkungan hidup pada pengajaran di tingkat program strata-1 perguruan
tinggi. Kebutuhan terhadap pengaturan hukum secara komprehensif menjadi
alasan bagi istilah “aspek hukum” sebagai bagian dari keseluruhan judul
penelitian ini. Pengaturan hukum mencerminkan bagaimana suatu bangsa
berusaha menggunakan hukum sebagai instrumen mencegah dampak negatif
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
dengan pengangkatan manusia sebagai khalifah. Pelestarian/kelestarian alam
3
Alvi Syahrin, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan
dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlmn.24. Periksa , Edwin
Patterson, 1963, Law in a Scientific Age, Columbia University Press, New York, hlmn.3. 4
adalah upaya melestarikan kemampuannya sehingga selalu sesuai dan
seimbang (in optima prima). Dengan demikian, pelaksanaan tugas
kekhalifahan (pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya
keserasian dan keseimbangan yang menjadi ciri alam semesta semenjak
diciptakan. Apabila dalam proses melaksanakan tugas kekhalifahan
(pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik, maka dengan segera
harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi
sedapat mungkin dampak-dampak negatif tersebut.5
Negara Indonesia yang memiliki Undang-undang Dasar 1945 sebagai
konstitusi, menyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
“…membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa …”. Pasal 28H
ayat (1) UUD 1945 (Amandemen Tahun 2000) menegaskan “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Kemudian Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 (Amandemen tahun
2000) mencantumkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Kondisi lingkungan yang seperti ini menjadi dasar pertimbangan
dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
5
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu bahwa kualitas lingkungan hidup yang
semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh
semua pemangku kepentingan dan bahwa pemanasan global yang
semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga
memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.
6
7
Adapun yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.8 Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan
hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.9
6
Lihat, Pertimbangan butir (d) dan (e) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
7
Pasal 1 butir 2 UUPPLH. 8
Pasal 1 angka 14 UUPPLH. 9
Berdasarkan “asas tanggung jawab negara” maka Negara menjamin hak
warga Negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal
ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Dengan lain perkataan pada akhir hayat kita, bumi haruslah kita
kembalikan kepada generasi berikutnya dalam keadaan yang lebih baik (in
optima prima). Keadaan yang lebih baik itu tidak cukup dalam arti statis,
melainkan lebih penting lagi dalam arti dinamis. Artinya, keadaan yang baik
yang kita tinggalkan itu merupakan suatu fase dalam suatu proses panjang
menuju ke kondisi yang makin baik. Pembangunan itu menaikkan mutu hidup
dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan untuk mendukung
pembangunan yang berkesinambungan. Inilah pada hakekatnya pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
10
Perilaku individu merupakan penyebab utama dari banyak masalah yang
paling sulit saat ini di lingkungan hidup,
11
12
dan mungkin mustahil
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan hanya berfokus pada sumber-
10
Periksa, Pasal 2 huruf (a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
11
Otto Soemarwoto, 2004, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, hlmn.89.
12
Meskipun telah diumumkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, the
Environmental Protection Agency Unfinished Business report mengidentifikasi
permasalahan lingkungan banyak yang tetap belum diselesaikan hari ini, termasuk pencemaran sumber nonpoint, limbah nonhazardous, polusi udara berbahaya, polusi udara kriteria, dan efek rumah kaca. Environmental Protection Agency, Unfinished
Business: A Comparative Assessment of Environmental Problems (1987). Seperti yang
sumber industri besar. Sebagai contoh, individu berkontribusi terhadap
masalah pemanasan global melalui penggunaan energi yang berlebihan
dan tidak efisien energi di rumah dan mengemudi sangat berlebihan dalam
tindakan mencemari.13
Michael Vandenbergh berpendapat bahwa norma-norma pribadi adalah
pendekatan yang terbaik untuk mengubah perilaku individu untuk
mengurangi tindakan berbahaya bagi lingkungan. Vandenbergh berpendapat
bahwa undang-undang keterbukaan informasi dan upaya-upaya
pengungkapan informasi lainnya oleh pemerintah dapat digunakan
untuk mengaktifkan norma pribadi untuk mendukung perlindungan
terhadap lingkungan atau tanggung jawab pribadi dan bahwa individu
akan mengurangi perilaku mereka yang merusak lingkungan. Menurut
Vandenbergh, ketika individu belajar bahwa tindakan mereka menyebabkan
kerugian spesifik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, dan bahwa
mereka dapat mengurangi tindakan merugikan dengan mengambil tindakan
berbeda, pengetahuan yang akan mengaktifkan norma-norma yang akan
mendorong mereka untuk mengubah kepribadian. Mereka berpendapat Produksi limbah individu selama lebih dari tiga
puluh persen emisi tahunan Amerika Serikat melebihi emisi dari semua
sumber industri besar Amerika serta dari semua sumber di Afrika, Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan.
13
bahwa mengaktifkan norma-norma pribadi melalui pengungkapan informasi
akan jauh lebih efektif.
Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunyai isi yang
bersifat umum dan normatif. Hukum bersifat umum karena berlaku bagi setiap
orang, sedangkan hukum bersifat normatif karena menentukan apa yang
seyogianya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus
dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan
pada kaedah-kaedah.
14
15
Ruang lingkup hukum lingkungan berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang
lingkup pengelolaan lingkungan bidang-bidang hukum klasik sepanjang
berkaitan dan/atau relevan dengan masalah lingkungan hidup.
Peranan hukum adalah untuk menstrukturkan
seluruh proses sehingga kepastian dan ketertiban terjamin.
16
Pencakupan
beberapa bidang hukum ke dalam hukum lingkungan berdasarkan
pemikiran para pakar ekologi, bahwa masalah lingkungan harus dilihat dan
diselesaikan berdasarkan pendekatan menyeluruh dan terpadu.17 Atas dasar ini, aspek hukum yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aturan-aturan
14
Stephen M. Johnson, Is Religion the Environment’s Last Best Hope? Targeting
Change in Individual Behavior Through Personal Norm Activation, George Washington
University School of Law. 15
Sudikno Mertokusumo, 1988, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, hlmn.38.
16
Perhatikan, Siti Sundari Rangkuti, 1996, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya, hal.8. Periksa, Koesnadi
Hardjasoemantri, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Gajahmada University Press, Yogyakarta, hlmn.38-42.
17
hukum yang masih efektif berlaku yang berkaitan dengan pengintegrasian
pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum program strata-1 perguruan
tinggi.
Oleh karena setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup,18 maka setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Dampak dan hasil “pendidikan lingkungan hidup” yang telah
dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum banyak terlihat, baik
pada masyarakat maupun lingkungan. Sebaliknya, berbagai permasalahan
lingkungan hidup yang berakar dari perilaku manusia masih sering kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan belum maksimalnya
perolehan hasil pendidikan ini diakui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup
Indonesia yang menyatakan bahwa “materi dan metode pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup tidak aplikatif, kurang mendukung penyelesaian
permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing.” Hal
ini secara tidak langsung merupakan indikasi bahwa secara umum konsepsi
pendidikan lingkungan hidup di sekolah lebih banyak pada tatanan ide dan
instrumental, belum pada tatanan praktis. Oleh karena itu, pengkajian
19
18
Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. 19
terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup
selama ini perlu dilakukan, dalam arti bahwa kita perlu “mengkaji strategi
pembelajaran dan penyediaan pengalaman belajar pada peserta didik” dalam
rangka mencari alternatif bentuk model pembelajaran yang dianggap akan
lebih efektif dari yang sebelumnya. Keharusan untuk meninjau kembali
tentang pelaksananan pendidikan lingkungan hidup dimulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi, yaitu agar bahan pelajaran dapat diinternalkan
dan melahirkan masyarakat yang bersikap dan berkelakuan ramah terhadap
lingkungan hidup.
Urgensi pemberian pengetahuan, nilai, sikap, perilaku, dan wawasan
mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan
masyarakat dan peserta didik pada semua satuan, jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Hal ini mendasari ditandatanganinya Kesepakatan Bersama
antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 03/MENLH/02/2010 tanggal 01 Pebruari 2010. Pasal 2
Kesepakatan Bersama ini meliputi pengembangan pelaksanaan pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan (education for sustainable
development/ESD) termasuk pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan
pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai wadah/sarana
menciptakan perubahan pola pikir, sikap serta perilaku manusia yang
20
berbudaya lingkungan hidup.
20
Syukri Hamzah, Pengembangan Model Bahan Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup
Berbasis Lokal dalam Matapelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Bengkulu,
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka pada
hakekatnya terdapat dua permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana sinkronisasi perundang-undangan dalam pengintegrasian
pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum di perguruan tinggi?
2. Bagaimanakah penjabaran pengaturan tentang pengintegrasian pendidikan
lingkungan hidup ke dalam kurikulum perguruan tinggi (program strata-1)
di Universitas Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut di
atas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti difokuskan pada upaya
penemuan pengaturan hukum tentang pengintegrasian pendidikan lingkungan
hidup ke dalam kurikulum (program strata-1) perguruan tinggi untuk
pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development).
Kemudian tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sinkronisasi perundang-undangan dalam pengintegrasian
pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum di perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui penjabaran pengaturan tentang pendidikan lingkungan
hidup ke dalam kurikulum perguruan tinggi (program strata-1) di
Universitas Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini sangat diharapkan memberikan manfaat secara
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber bahan hukum yang
memberikan kontribusi positip bagi perkembangan ilmu hukum,
khususnya di bidang hukum lingkungan hidup. Mengingat pada waktu
penelitian ini diadakan, kepustakaan yang memadai tentang pendidikan
lingkungan hidup pada pendidikan tinggi di Indonesia masih sulit
ditemukan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah sebagai naskah
akademis dalam pembuatan peraturan perundang-undangan (law
making) yang mengatur atau menjadi umbrella act bagi pelaksanaan
pendidikan lingkungan hidup.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadikan Universitas Sumatera
Utara sebagai model ideal untuk green-University (Universitas berbasis lingkungan hidup) dan menciptakan alumni yang memiliki
pola pikir dan pola perilaku yang berwawasan lingkungan, sehingga
turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai deskripsi
E. Keaslian Penelitian
Sudah banyak seminar dilakukan dalam upaya menarik perhatian
pemerintah agar menyusun aturan yuridis yang secara khusus mengatur
pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di tingkat perguruan tinggi.
Namun sejauh ini, belum ada penelitian dari segi akademis bersifat
ilmiah yang dihasilkan dalam upaya memberikan refleksi bagi segera
dibuatnya undang-undang tentang pengintegrasian pendidikan lingkungan
hidup dalam kurikulum perguruan tinggi. Jadi penelitian ini dari segi hukum
bersifat eksplanatif, serta belum ada (sejauh pemahaman peneliti menelusuri
bahan-bahan hukum dan kepustakaan hukum) yang sebelumnya
melakukannya di Indonesia.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Di dalam penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny H.Soemitro bahwa untuk
memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian
haruslah selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis.
Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori, tesis, si penulis mengenai suatu kasus ataupun
permasalahan (problem), yang bagi si pembaca menjadi bahan 21
21
perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak
disetujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca.
Menurut Kaelan M.S., landasan teori pada suatu penelitian adalah
merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu
penelitian adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi
pelaksanaan penelitian.
22
Oleh sebab itu kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai
kegunaan sebagai berikut: 23
1. Teori tersebut berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan
fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya; 24
2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan
definisi-definisi;
3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang diteliti;
4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh
karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan
mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa
mendatang.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menempatkan Pasal 28H dan Pasal 33
22
M.Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, hlmn.80.
23
Kaelan M.S., 2005, Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat (Paradigma bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni), Paradigma, Yogyakarta, hlmn.239.
24
UUD 1945 sebagai dasar hukum pembentukan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009. Berdasarkan teori grundnorm dari Hans Kelsen, maka
ketentuan dalam Pasal 28H UUD 1945 dan Pasal 33 UUD 1945 tersebut
merupakan pedoman objektif yang harus dipatuhi untuk mewujudkan
hidup bersama yang tertib. Dengan kata lain, jika hukum telah menentukan
pola perilaku tertentu, maka setiap orang seharusnya berperilaku sesuai
pola yang ditentukan itu.
Hans Kelsen berpendapat bahwa sumber semua “yuridis-normatif”
adalah dari grundnorm (norma dasar). Grundnorm menyerupai sebuah
pengandaian tentang “tatanan” yang hendak diwujudkan dalam hidup
bersama (dalam hal ini, Negara).
Hans Kelsen sendiri tidak menyebut isi dari grundnorm tersebut.
Ia hanya menyatakan bahwa grundnorm merupakan syarat
transedental-logis bagi berlakunya seluruh tata hukum. Seluruh tata hukum positip
harus berpedoman secara hirarki pada grundnorm. Dengan demikian
secara tidak langsung, Hans Kelsen sebenarnya membuat tertib yuridis.
Dengan menggunakan konsep Stufenbau (lapisan-lapisan aturan
menurut eselon), Hans Kelsen mengkonstruksi pemikiran tentang tertib
yuridis. Dalam konstruksi ini, ditentukan jenjang-jenjang
perundang-undangan. Seluruh sistem perundang-undangan mempunyai suatu struktur 25
piramidal (mulai dari yang abstrak yakni grundnorm) sampai yang konkret
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Jadi
25
menurut Hans Kelsen, cara mengenal suatu aturan yang legal dan tidak
legal adalah mengeceknya melalui logika stufenbau itu, dan grundnorm
menjadi batu uji utama. 26
Pendapat Hans Kelsen relevan dengan pendapat Jean Bodin
mengenai teori souvereignity yaitu bahwa hukum adalah penjelmaan dari
kehendak Negara. Teorinya tentang kedaulatan menjurus kepada Negara.
Karena Negara yang menciptakan hukum maka Negara adalah
satu-satunya sumber hukum yang memiliki kedaulatan.
27
Hukum dipandang
sebagai serangkaian perintah penguasa dalam suatu masyarakat yang
diorganisasi secara politis. Berdasarkan perintah itulah manusia bertingkah
laku tanpa perlu mempertanyakan atas dasar apakah perintah itu
diberikan.28
Gagasan bahwa negaralah yang berdaulat, dapat
disimpulkan dari kenyataan bahwa dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari kepentingan individu selalu dikalahkan oleh kepentingan Negara.
Pada Deklarasi Rio (The Rio de Janeiro Declaration on Environment
and Development) menggariskan 27 prinsip tentang lingkungan dan
pembangunan. Prinsip 15 Deklarasi Rio menegaskan:
29
30
26
Ibid, hlmn.128. 27
Ibid, hlmn.65. Lihat, Franz L.Neumann, 1986, The Rule of Law: Political Theory and The
Legal Sistem in Modern Society, Berg Publisher, USA.
28
Roscoe Pound, 1975, An Introduction to the Philosophy of Law, Yale University Press, New Heaven, hlmn.27.
29
Bernard L.Tanya, Loc.cit. 30
“Untuk dapat melindungi lingkungan, maka Negara-negara hendaknya dapat menerapkan pendekatan yang bersifat pencegahan sesuai dengan kemampuan masing-masing.”
Tindakan Negara yang bersifat preventif untuk melindungi lingkungan
diantaranya dengan melakukan rekayasa hukum yaitu memodifikasi
struktur tingkah laku dengan memfungsikan hukum untuk menata
perubahan.31 Melalui hukum, negara dapat menetapkan tujuan dan menentukan tingkah lakunya. Teori Roscoe Pound tentang law as a tool of social engineering dianggap relevan untuk penelitian ini. 32 Adapun yang harus digarap oleh hukum dalam konteks social engineering adalah
“menata kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat”. Roscoe
Pound mengajukan tiga kategori kelompok kepentingan, yaitu
kepentingan umum, kepentingan sosial, dan kepentingan pribadi.
Kepentingan sosial diantaranya meliputi kemajuan sosial yaitu berkaitan
dengan keterjaminan hak manusia untuk memanfaatkan alam agar terus
bertambah baik, dan kebebasan pendidikan.
Hukum sebagai sarana social engineering bermakna penggunaan
hukum secara sadar untuk mencapai tertib atau keadaan masyarakat
sebagaimana dicita-citakan, atau untuk melakukan perubahan yang
diinginkan.
33
34
31
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, hlmn.136.
32
Roscoe Pound, 1965, “Contemporary Jurisdic Theory”, dalam D.Llyod (ed), Introduction to Jurisprudence, London, Stecens.
33
Bernard L.Tanya, et.al., op.cit., hlmn.157 34
Mekanisme perubahan sosial melalui rekayasa hukum dimaksud
merupakan suatu proses yang terencana dengan tujuan menganjurkan,
mengajak, menyuruh, atau bahkan memaksa anggota-anggota masyarakat
agar mengikuti norma-norma hukum atau tata tertib hukum yang
ditetapkan sebagai norma baru.Kehidupan sosial, menurut konsep social
engineering dapat dengan mudah dipengaruhi oleh hukum sebagai sistem
pengaturan terkendali.
Dapatlah disimpulkan bahwa permasalahan hukum sebagai alat
perubahan sosial berkaitan dengan fungsi hukum dalam pembangunan,
dan bahkan merupakan hubungan antara perubahan hukum dan perubahan
masyarakat. Hubungan timbal-balik antara keduanya berkaitan dengan
masalah pada bidang kehidupan yang manakah peranan hukum lebih
besar daripada bidang kehidupan lainnya, dan sebaliknya. Begitu pula
hukum dipandang sebagai alat yang mendukung perubahan atau bahkan
mungkin yang menghambatnya. 35
36
Seorang cendikia hukum bernama Jeremy Bentham berpendapat
bahwa ilmu hukum merupakan ilmu perilaku. Hak-hak individu harus Kegiatan menyiapkan hukum dalam
kerangka social engineering memang lebih merupakan suatu usaha
ilmiah, dan karenanya, niscaya untuk dapat disempurnakan melalui usaha
manusia yang dilakukan secara sistematis dan cendikia.
35 Ibid. 36
.
dilindungi dalam kerangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Hukum
harus mengusahakan kebahagiaan maksimum bagi tiap-tiap orang (the
greatest good for the greatest numbers).37 Hukum dalam bentuk
formilnya sebagai peraturan tertulis yaitu Undang-undang menurut
Soerjono Soekanto bahwa undang-undang digunakan sebagai sarana
untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan
materiil bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan dan/atau
pelestarian.
Dari uraian konsep teori di atas, maka berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU Nomor
32 Tahun 2009 negara menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnnya untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 38
Oleh karena setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
39
kerusakan lingkungan hidup,40 maka setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.41
37
Bernard L.Tanya, et.al., op.cit., hlmn.91. 38
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlmn.256.
39
Pasal 70 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. 40
Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. 41
Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan merupakan faktor yang
sangat menentukan. Pasal 31 Undang-undang Dasar 1945 ayat (1), ayat
(3), dan ayat (5) menegaskan bahwa:
1. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan;
42
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang;
3. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pendidikan sebagai suatu amanat UUD 1945 diatur lebih lanjut
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan dalam Pasal 3 bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sehubungan dengan diberlakukannya pendidikan lingkungan hidup
pada kurikulum perguruan tinggi, diharapkan terbentuknya sumber
42
daya manusia yang sadar dan mampu memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup demi terwujudnya pelaksanaan pembangunan
nasional yang berkelanjutan, yaitu sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, nilai, sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan.
Pendapat senada juga dikatakan Satjipto Rahardjo, dalam
pembuatan hukum fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama
manusia, oleh karena itu hukum harus melibatkan aktivitas dengan
kualitas yang berbeda-beda. Pembuatan hukum merupakan awal dari
bergulirnya proses pengaturan tersebut, ia merupakan momentum
yang memiliki keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang
diatur oleh hukum. Dia juga mengatakan hukum sebagai perwujudan
nilai-nilai yang mengandung arti bahwa kehadirannya adalah untuk
melindungi dan memajukan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. 43
2. Kerangka Konsep
Dalam penelitian hukum kerangka konsepsional diperoleh dari
peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk membentuk
pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut
diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu maka biasanya
kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-
43
definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam
proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data.
Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau
akan diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti,
akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu
sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu
uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. 44
45
Konsep
merupakan alat yang dipakai oleh hukum dan disamping yang
lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk
membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan
penting dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu
sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran
penelitian untuk keperluan analitis.
Di sini terlihat dengan jelas, bahwa suatu konsep atau suatu kerangka
konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman
yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali masih
bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsional belaka,
kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan 46
defenisi-defenisi operasional yang akan dapat menjadi pegangan konkrit
44
M.Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, hlmn.80.
45
Soerjono Soekanto, 1986, Op.cit., hlmn.132. 46
di dalam proses penelitian.
Konsep merupakan defenisi operasional dari berbagai istialh yang
dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M.Solly
Lubis, bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep
secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan
konseptual dari bacaan dan tinjauan pustaka. 47
Berdasarkan landasan konsepsional tersebut maka agar terdapat
kesamaan persepsi mengenai defenisi atau pengertian yang
digunakan dalam penelitian ini, beberapa defenisi operasional diuraikan
sebagai berikut:
48
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. 49
2. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang Dalam penelitian ini, pendidikan adalah program strata-1 di
Universitas Sumatera Utara.
47
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlmn.133.
48
M.Solly Lubis, 1990, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlmn.80.
49
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
3. Pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan sebagai upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana
pendidikan lingkungan hidup meliputi pemahaman tentang upaya
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan
dan penegakan hukum, agar tercapainya tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam pasal 3
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
50
4. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
51
52
5. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut. atau universitas.
Dalam penelitian ini, pendidikan formal
adalah jalur pendidikan tinggi.
53
Dalam penelitian ini, perguruan
tinggi adalah universitas.
50
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
51
Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009. 52
Pasal 1 angka 11 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
53
6. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.54
7. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara
penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar - mengajar di perguruan tinggi.
Dalam penelitian ini, kurikulum
adalah kurikulum perguruan tinggi program strata-1.
8. Pengaturan adalah proses, cara, perbuatan mengatur.
55
9. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat.
56
57
Dalam penelitian ini, integrasi adalah penyatuan pendidikan
lingkungan hidup sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh ke dalam
kurikulum program strata-1 perguruan tinggi.
G. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan penelitian
hukum normatif. Menurut Bagir Manan, penelitian normatif adalah
54
Pasal 1 angka 19 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
55
Pasal 1 angka 6 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
56
Diakses dari situ pada hari Jum’at, tanggal 06 Mei 2011, jam 15:48 WIB.
57
penelitian terhadap kaedah dan asas hukum yang ada.
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penelitian hukum normatif
adalah penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum,
sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum. 58
59
Dengan kata lain, penelitian ini merupakan penelitian hukum
normatif, yakni memerikan, menganalisis, dan mensistematisasikan hukum
yang berlaku. Dalam konteks penelitian yang dilakukan, pemerian,
Penelitian
ini dilakukan terhadap asas-asas hukum dan sinkronisasi hukum.
penganalisisan dan pensistematisan dilakukan terhadap aturan hukum
yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup untuk
pembangunan berkelanjutan, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang aturan-aturan hukum tersebut. Sebagai kegiatan ilmiah
yang berusaha menjelaskan kenyataan hukum, penelitian ini tidak
didasarkan kepada perspektif suatu disiplin nonyuridis tertentu, tetapi
didasarkan kepada perspektif dari semua disiplin ilmu yang relevan
seperti ilmu lingkungan, ilmu pendidikan serta analisis hukum dan
kebijakan. Posner berpendapat bahwa walaupun ilmu hukum sebagai ilmu
normatif, tetapi harus memanfaatkan berbagai disiplin ilmu lain sebagai
ilmu bantu (hulp-wetenschap) terhadap analisis hukum posistip. 60
58
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudiji, 1994, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Sin gkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlmn.13.
59
Ibid, hlmn.15.
60