• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA

TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KOORDINASI

PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH I NANGGROE

ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

T. NURHAIDA

087019101/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

(2)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA

TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KOORDINASI

PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH I NANGGROE

ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

T.NURHAIDA

087019101/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH I NANGGROE ACEH DARUSSALAM - SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : T. Nurhaida Nomor Pokok : 087019101

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B,M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 1 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, S.E, MS

Anggota : 1. Kasyful Mahalli, S.E, M.Si

2. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc

3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

“PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP

PRESTASI KERJA PEGAWAI KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

WILAYAH I NANGGROE ACEH DARUSSALAM - SUMATERA UTARA”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

jelas dan benar.

Medan, 1 September 2010

Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara (Kopertis Wilayah I NAD-Sumut) sebagai pelaksana tugas-tugas pemerintah untuk peningkatan dan pengembangan Perguruan Tinggi Swasta di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara berkedudukan di Medan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan Perguruan Tinggi Swasta di Wilayah tersebut dalam menjalankan kegiatannya diperlukan para pegawai yang mempunyai prestasi kerja yang tinggi. Untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka harus diperhatikan lingkungan kerja yang kondusif dan disiplin kerja yang tinggi pula. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Sejauhmana pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara? (2) Sejauhmana pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara?

Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan lingkungan kerja, disiplin kerja, prestasi kerja dan kepemimpinan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei, jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah Penelitian penjelasan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 72 orang dengan sampel 42 orang. Metode pengumpulan data dengan wawancara, penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis pertama adalah regresi berganda dan hipotesis kedua regresi sederhana.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan disiplin kerja secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja, dan secara parsial yang berpengaruh paling dominan adalah disiplin kerja. Sedangkan hasil penelitian hipotesis kedua menunjukkan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja.

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Secara serempak lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara. (2) kepemimpinan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara.

(7)

ABSTRACT

The Coordinator of Colleges Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province and North Sumatra Province (Kopertis Wilayah I NAD-Sumut) as the executor of government tasks for improvement and development of the Coordinator of Colleges in both Nanggroe Aceh Darussalam Province and North Sumatra Province located in Medan. In improving and developing the Colleges in the region it requires officials who have good performances. To improve official job performance it considers having conducive working environment and high working discipline. Formulation of the problem in this research (1) How far the influence of working environment and working discipline on official working performance of the Coordinator of Colleges in Region I, Nanggroe Aceh Darussalam - North Sumatra? (2) How far the influences of leadership on official discipline in the Coordinator of Colleges Region I, Nanggroe Aceh Darussalam - North Sumatra?

Theories used to support this research are theories of human resource management related to working environment, working discipline, working performance and leadership.

The method used in this study is a survey approach; the type of research used quantitative and descriptive nature of this research is the explanation. Total populations of this research are 72 persons and the samples are 42 persons. Methods of collecting data are interviews, distribution of questions lists, and study the documentation. Model analysis of the data used to answer the first hypothesis is the multiple regression and simple regression for the second hypothesis.

Results for the first hypothesis indicate the working environment and working discipline partially or simultaneously influence significantly on working performance and partially the most dominant influence is the working discipline. While the second hypothesis of the research results shows leadership influence the working discipline significantly.

The conclusion of this research: (1) Simultaneously, working environment and working discipline influence the performance of the Coordinator of Colleges officers in Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province - North Sumatra Province. (2) Leadership influences working discipline of the Coordinator of College officers in Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province - North Sumatra Province.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

kuruniaNya, sehingga penulis dapat menuntut ilmu dan menyelesaikan penyusunan

tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan

penulis adalah: “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Prestasi

Kerja Pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh

Darussalam - Sumatera Utara”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil, bimbingan, petunjuk, serta dukungan dari

berbagai pihak. Maka dari itu penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga

kepada;

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahrir Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, S.E, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku Ketua Komisi

Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Anggota

Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan

(9)

5. Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan

penyusunan tesis ini.

6. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan

penyusunan tesis ini.

7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, M.B.A, selaku anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan

penyusunan tesis ini.

8. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan selama masa

perkuliahan.

9. Seluruh pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu pada masa perkuliahan

dan proses penelitian ini.

10.Prof. Dr. Zainuddin M.Pd, selaku Koordinator Kopertis Wilayah I NAD -Sumut,

yang mengijinkan penulis untuk meneliti di Kopertis Wilayah I NAD -Sumut.

11.Seluruh pegawai Kopertis Wilayah I NAD – Sumut yang telah membantu dalam

proses penelitian ini.

12.Kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. T. Baharuddin Hasby dan Ibunda T.

Syahadatul Akmal (almh). Mas Ted, Lili, dan Ufa, terima kasih atas pengertian

dan dukunganya pada mama serta seluruh keluarga yang telah memberikan

dorongan semangat, dan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini.

13.Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan Ilmu pengetahuan

(10)

14.Seluruh teman angkatan kelima belas Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang memberikan perhatian, dukungan

serta persahabatan selama di bangku kuliah hingga penyelesaian tesis ini.

15.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara

langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian pada

penulis ketika masa kuliah dan saat penulisan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini

belum sempurna, namun diharapkan dapat bermanfat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, 1 September 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

T. Nurhaida lahir di Medan Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 14 Mei

1960, anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan ayahanda Drs. T.Baharuddin

Hasby dan ibunda Hj.T. Syahadatul Akmal (almh). Menikah dengan Ir. R. Tedjo

Sukmono, A.Pi, M.Si dan dikaruniai dua orang anak, yang pertama bernama Lilinesia

dan kedua Zufarnesia.

Pendidikan dimulai pada tahun 1967 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 85 Medan

dan selesai pada tahun 1972. Pada tahun 1973 melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Medan, tamat tahun 1975. Tahun 1976

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Medan dan

tamat pada tahun 1979. Tahun 1979/1980 melanjutkan pendidikan ke Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan Manajemen dan tamat pada

tahun 1985. Tahun 2008 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara (USU) Program Studi Ilmu Manajemen.

Bekerja sebagai PNS pada Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATAPENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.1 Teori Tentang Lingkungan Kerja ... 11

2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja ... 11

2.1.2 Jenis Lingkungan Kerja ... 11

2.1.3 Manfaat Lingkungan Kerja ... 16

2.2. Teori Tentang Disiplin Kerja ... 16

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Disiplin Kerja ... 16

2.2.2 Manfaat Disiplin Kerja ... 19

2.2.3 Pelaksanaan Disiplin Kerja ... 20

2.3. Teori Tentang Prestasi Kerja ... 21

(13)

2.3.2 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja ... 21

2.3.3 Penilaian Prestasi Kerja ... 22

2.3.4 Faktor-faktor Penilaian Prestasi Kerja ... 26

2.3.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja ... 28

2.4 Teori Tentang Kepemimpinan ... 29

2.4.1 Pengertian Kepemimpinan ... 29

2.4.2 Beberapa Pendekatan Teori Kepemimpinan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.2 Metode Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 41

3.6.1 Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Pertama ... 41

3.6.2 Definisi Operasional Hipotesis Pertama ... 42

3.6.3 Identifikasi Variabel Penelitian Hipotesis Kedua ... 44

3.6.4 Definisi Operasional Hipotesis Kedua ... 44

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

3.7.1 Uji Validitas Instrumen ... 45

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 48

3.8 Model Analisis Data ... 49

3.8.1 Model Analisis Data Hipotesis Pertama ... 49

3.8.2 Model Analisis Data Hipotesis Kedua ... 53

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.9.1 Uji Normalitas ... 54

3.9.2 Uji Multikolinearitas ... 55

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah Singkat Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ...57

4.1.2 Visi dan Misi Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ... 59

4.1.3 Struktur Organisasi Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ... 63

4.1.4 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ... 64

4.1.5 Susunan Organisasi Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ... 65

4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Golongan, Tingkat Pendidikan dan Bagian ... 69

4.2 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... 74

4.2.1 Penjelasan Responden Atas Variabel Lingkungan Kerja ... 74

4.2.2 Penjelasan Responden Atas Variabel Disiplin Kerja ... 80

4.2.3 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian Prestasi Kerja ... 86

4.2.4 Penjelasan Responden Atas Variabel Kepemimpinan ... 91

4.3.Hasil Uji Asumsi Klasik ... 95

4.3.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 96

4.3.2 Hasil Uji Multikoleniaritas Hipotesis Pertama ... 99

4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 99

4.3.4 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 101

4.3.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ... 104

4.4. Pembahasan ... 105

4.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama ... 105

4.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1. Kesimpulan ... 113

5.2. Saran ... 114

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah pegawai Kopertis Wilayah I NAD-Sumut Berdasarkan Bagian .. 39

3.2. Penggolongan pengambilan sampel penelitian berdasarkan Bagian ……... 40

3.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 43

3.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 45

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Lingkungan Kerja ... 46

3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Disiplin Kerja ... 47

3.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Prestasi Kerja ... 47

3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan ... 48

3.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 49

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 69

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 70

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ... 71

4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 72

4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Bagian ... 73

4.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Lingkungan Kerja ... 74

4.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Disiplin Kerja ... 81

4.9. Penjelasan Responden Atas Variabel Prestasi Kerja ... 87

4.10. Penjelasan Responden Atas Variabel Kepemimpinan ... 91

4.11. Hasil Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) Hipotesis Pertama ... 96

4.12. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ... 99

4.13. Hasil Uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) Hipotesis Kedua... 101

4.14. Koefisien Regresi Hipotesis pertama ... 105

4.15. Nilai Koefisien Determinasi (R2) ... 106

(16)

4.17. Hasil Uji-t Hipotesis Pertama ... 107

4.18. Koefisien Regresi Hipotesis Kedua ... 110

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Hipotesis Kedua ... 9

4.1. Struktur Organisasi Kopertis Wilayah I NAD – Sumut ... 64

4.2. Histogram Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... ... 97

4.3. P-Plot Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 98

4.4. Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastistas Hipotesis Pertama ... 100

4.5. Histogram Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 102

4.6. P-Plot Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 103

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Reliabilitas dan Validitas Tes ... 119

2. Hipotesis Pertama dan Hipotesis Kedua ... 122

(19)

ABSTRAK

Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara (Kopertis Wilayah I NAD-Sumut) sebagai pelaksana tugas-tugas pemerintah untuk peningkatan dan pengembangan Perguruan Tinggi Swasta di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara berkedudukan di Medan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan Perguruan Tinggi Swasta di Wilayah tersebut dalam menjalankan kegiatannya diperlukan para pegawai yang mempunyai prestasi kerja yang tinggi. Untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai maka harus diperhatikan lingkungan kerja yang kondusif dan disiplin kerja yang tinggi pula. Rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Sejauhmana pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara? (2) Sejauhmana pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara?

Teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan lingkungan kerja, disiplin kerja, prestasi kerja dan kepemimpinan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei, jenis penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah Penelitian penjelasan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 72 orang dengan sampel 42 orang. Metode pengumpulan data dengan wawancara, penyebaran daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Model analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis pertama adalah regresi berganda dan hipotesis kedua regresi sederhana.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan disiplin kerja secara serempak maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja, dan secara parsial yang berpengaruh paling dominan adalah disiplin kerja. Sedangkan hasil penelitian hipotesis kedua menunjukkan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja.

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Secara serempak lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara. (2) kepemimpinan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh Darussalam-Sumatera Utara.

(20)

ABSTRACT

The Coordinator of Colleges Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province and North Sumatra Province (Kopertis Wilayah I NAD-Sumut) as the executor of government tasks for improvement and development of the Coordinator of Colleges in both Nanggroe Aceh Darussalam Province and North Sumatra Province located in Medan. In improving and developing the Colleges in the region it requires officials who have good performances. To improve official job performance it considers having conducive working environment and high working discipline. Formulation of the problem in this research (1) How far the influence of working environment and working discipline on official working performance of the Coordinator of Colleges in Region I, Nanggroe Aceh Darussalam - North Sumatra? (2) How far the influences of leadership on official discipline in the Coordinator of Colleges Region I, Nanggroe Aceh Darussalam - North Sumatra?

Theories used to support this research are theories of human resource management related to working environment, working discipline, working performance and leadership.

The method used in this study is a survey approach; the type of research used quantitative and descriptive nature of this research is the explanation. Total populations of this research are 72 persons and the samples are 42 persons. Methods of collecting data are interviews, distribution of questions lists, and study the documentation. Model analysis of the data used to answer the first hypothesis is the multiple regression and simple regression for the second hypothesis.

Results for the first hypothesis indicate the working environment and working discipline partially or simultaneously influence significantly on working performance and partially the most dominant influence is the working discipline. While the second hypothesis of the research results shows leadership influence the working discipline significantly.

The conclusion of this research: (1) Simultaneously, working environment and working discipline influence the performance of the Coordinator of Colleges officers in Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province - North Sumatra Province. (2) Leadership influences working discipline of the Coordinator of College officers in Region I of Nanggroe Aceh Darussalam Province - North Sumatra Province.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah

pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Sumber daya manusia yang mampu, cakap dan trampil serta memiliki

keinginan untuk bekerja dengan giat dalam usaha mencapai hasil kerja yang optimal

dalam suatu organisasi, baik itu organisasi publik maupun swasta.

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki

akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya,

dan karya. Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap

upaya organisasi dalam pencapaian tujuannya. Betapapun majunya teknologi,

berkembangnya informasi, tesedianya modal dan memadainya bahan, namun jika

tanpa adanya sumberdaya manusia maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai

tujuannya. Oleh karena itu, semua hal yang mencakup sumber daya manusia/pegawai

tersebut harus menjadi perhatian penting bagi pihak manajemen, agar para pegawai

mempunyai prestasi kerja yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Banyak faktor yang dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai diantaranya

(22)

sebagainya. Lingkungan kerja yang kondusif meliputi terciptanya hubungan yang

baik antara sesama pegawai, hubungan yang baik antara atasan dan bawahan,

terdapatnya lingkungan kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja, penerangan,

suhu udara, warna, pengendalian tingkat kebisingan, kebersihan tempat kerja, serta

tersedianya peralatan kerja. Jika lingkungan kerja tidak kondusif akan mengakibatkan

stres bagi pegawai yang pada akhirnya akan menimbulkan penurunan prestasi kerja

pegawai

Selain lingkungan kerja yang kondusif, disiplin kerja juga memegang peranan

yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi kerja pegawai. Disiplin kerja

yang tinggi akan mempercepat pencapaian tujuan organisasi sedangkan disiplin kerja

yang rendah akan menjadi penghalang dan memperlambat tujuan pencapaian

organisasi.

Kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para pegawai

agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan

dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong pegawai untuk datang

tepat pada waktu. Jika pegawai datang kekantor tepat waktu dan melaksanakan tugas

sesuai dengan tugas yang diembannya dan taat pada peraturan organisasi maka

diharapkan prestasi kerja pegawai meningkat.

Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah I Nanggroe Aceh

Darussalam-Sumatera Utara (Kopertis Wilayah I NAD-Sumut), sebagai pelaksana tugas-tugas

(23)

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Propinsi Sumatera Utara berkedudukan di

Medan.

Dalam mewujudkan visi dan misinya Kopertis Wilayah I NAD- Sumut harus

didukung sumber daya manusia yang terampil dan handal salah satunya adalah

pegawai. Terciptanya lingkungan kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi,

diharapkan pegawai mempunyai prestasi kerja yang tinggi pula sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai.

Kondisi fisik kantor Kopertis Wilayah I NAD- Sumut dapat dikatakan baik,

dimana setiap bagian memiliki ruangan tersendiri. Akan tetapi masih terdapat

beberapa ruangan yang dinilai kurang baik karena kondisi suhu udara yang ada

dibeberapa ruangan tersebut dirasakan kurang sejuk, bahkan terkadang terasa panas.

Hal ini disebabkan sistem pendingin ruangan yang sering tidak berfungsi dan tidak

semua ruangan kerja mempunyai sistem pendingan ruang. Demikian pula sirkulasi

udara di beberapa ruangan kerja pun dapat dikatakan kurang baik, karena ventilasi

udara yang kurang baik. Kondisi ini menimbulkan rasa kurang nyaman bagi para

pegawai.

Selain itu penggunaan beberapa peralatan kantor seperti komputer dan printer

masih dipakai secara bergantian karena tidak semua ruang kerja mempunyai

komputer dan printer.

Banyak dokumen dan arsip yang bertumpuk letaknya disekitar meja kerja,

(24)

Kondisi ruang kerja yang agak panas cepat menimbulkan kelelahan,

kehilangan kreatifitas sehingga pegawai kurang optimal dalam bekerja. Hal tersebut

dapat mempengaruhi turunnya prestasi kerja pegawai.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari masih banyak pegawai Kopertis Wilayah

I NAD- Sumut kurang berdisiplin. Hal ini tercermin dari kehadiran pegawai dikantor

setiap harinya, seperti banyak pegawai yang sering terlambat masuk kerja, pulang

sebelum waktunya, meninggalkan kantor pada jam kerja atau bahkan tidak hadir ke

kantor dengan berbagai alasan. Hal ini dapat menghambat dalam pelaksanaan

penyelesaian tugas. Sebagai contoh: masih ditemukannya surat-surat dan tugas-tugas

yang seharusnya sudah diselesaikan oleh para pegawai ternyata masih banyak yang

tertunda dan kurang mendapat perhatian untuk segera diselesaikan. Kondisi tersebut

diatas diduga karena belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran disiplin

kerja.

Lingkungan kerja yang kurang kondusif dan rendahnya disiplin kerja pegawai

dapat berpengaruh pada rendahnya prestasi kerja pegawai. Selain diduga karena

belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran disiplin juga berkaitan dengan

faktor kepemimpinan. Sebagian pegawai merasa perhatian pimpinan Kopertis

Wilayah I NAD-Sumut terhadap pegawai masih kurang, terutama perhatian untuk

mendengarkan keluhan dan masukan dari pegawai. Demikian pula dengan masalah

komunikasi pimpinan, karena sebahagian pegawai beranggapan pimpinan kurang

komunikatif. Kurangnya perhatian pimpinan dan kurang komunikatif pimpinan

(25)

Tercapai atau tidaknya tujuan suatu organisasi sangat ditentukan oleh

kemampuan dan wibawa seorang pemimpin didalam menjalankan kepemimpinannya

yaitu mempengaruhi serta mengarahkan tingkah laku bawahannya. Untuk

mendapatkan disiplin yang baik, seorang pemimpin harus sukses dalam menjalankan

kepemimpinannya, sehingga dengan disiplin kerja yang tinggi harapan pegawai

mempunyai prestasi kerja yang tinggi dapat tercapai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap prestasi

kerja pegawai Kopertis Wilayah I NAD- Sumut?

2. Sejauhmana pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai Kopertis

Wilayah I NAD- Sumut?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja dan disiplin

kerja terhadap prestasi kerja pegawai Kopertis Wilayah I NAD- Sumut.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan Kopertis Wilayah I NAD- Sumut, dalam

menciptakan lingkungan kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi guna

meningkatkan prestasi kerja para pegawai.

2. Sebagai bahan untuk menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah

bagi Program Studi Ilmu Manajemen sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan melatih diri berpikir secara ilmiah

pada bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya yang berkaitan

dengan lingkungan kerja, disiplin kerja dan prestasi kerja pegawai.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji masalah yang

sama di masa yang akan datang.

1.5 Kerangka Berpikir

Sumber daya manusia merupakan tulang punggung kehidupan organisasi,

keberhasilan organisasi secara keseluruhan sangat bergantung pada kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, organisasi perlu memiliki pegawai yang

berkemampuan tinggi dan berkembang dengan baik untuk mencapai prestasi kerja

yang tinggi.

(27)

tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai adalah motivasi,

pendidikan, ketrampilan, sikap dan etika, tingkat penghasilan, teknologi, disiplin

kerja serta lingkungan kerja (Anoraga, 2005).

Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan kerja dapat memberikan dampak

terhadap prestasi kerja dan dapat merubah suasana hati seseorang. Suhu, kebisingan,

polusi udara, kesesakan dan kepadatan dapat memberikan dampak terhadap

tingkahlaku seseorang”.

Menurut Nitisemito (2001) “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada

disekitar para pegawai yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang diembankan”

Menurut Sihombing (2004) “Lingkungan kerja adalah faktor-faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi. Faktor fisik mencakup peralatan kerja, suhu ditempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang kerja sedangkan non fisik mencakup hubungan kerja yang terbentuk di organisasi antara atasan dan bawahan serta antara sesama pegawai”.

Jika hubungan antara atasan dan bawahan kurang baik, maka pegawai tidak

akan mempunyai saluran untuk menyampaikan keluhan dan keinginan mereka.

Hubungan kerja yang baik antara sesama pegawai juga memberikan pengaruh

terhadap prestasi kerja pegawai.

Selain lingkungan kerja yang kondusif faktor lain yang mempengaruhi

(28)

Disiplin kerja pada pegawai sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi

tujuan organisasi akan sukar dicapai jika tidak adanya disiplin kerja. Dengan disiplin

kerja yang baik, berarti akan dicapai suatu keuntungan yang berguna bagi organisasi

maupun pegawai. Oleh karena itu diperlukan suatu peraturan yang jelas, sehingga

mudah dipahami dan adil, yaitu berlaku bagi pimpinan yang tertinggi sampai kepada

pegawai yang terendah.

Menurut Nitisemito (2001) “Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah

laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun

tidak tertulis”.

Menurut Werther dan Davis (2004) ”Disiplin kerja adalah suatu tindakan

manajemen memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, pelatihan

mengarah kepada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan dan

perilaku pegawai sehingga ada kedisiplinan pada pegawai untuk menuju pada

kerjasama dan mencapai prestasi kerja yang lebih baik”.

Menurut Siagian (2008), bahwa ”Disiplin pegawai adalah suatu bentuk

pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan

prilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja

secara kooperatif dengan para pegawai lainnya serta meningkatkan prestasi

kerjanya”.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang

(29)

tercapainya prestasi kerja yang tinggi. Oleh karena itu setiap pimpinan selalu

berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik.

Menurut Daft (2006) ”Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi”.

Menurut Anoraga (2005) ”Kepemimpinan berpengaruh besar pada

sumberdaya manusia dalam menanamkan kedisiplinan dalam suatu organisasi

sehingga prestasi kerja yang dicapai akan tinggi”. Sedangkan menurut Heidjrahman

dan Husnan (2002) “Kepemimpinan adalah wewenang yang dimiliki seseorang

untuk melakukan pengorganisasian terhadap bawahannya untuk bersikap loyal dan

berdisiplin”.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan maka kerangka berpikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama dan Hipotesis Kedua

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Lingkungan Kerja

Disiplin Kerja

Prestasi kerja

(30)

1. Lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai

Kopertis Wilayah I NAD- Sumut.

2. Kepemimpinan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai Kopertis Wilayah I

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Lingkungan Kerja

2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana

pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif

memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja

optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai

menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah

di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan

secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja

tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan

hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai

bekerja.

Menurut Nitisemito (2001) ”Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada

disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang diembankan.”

2.1.2 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2007) “Secara garis besar, jenis lingkungan kerja

(32)

1. Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2007) “lingkungan kerja fisik adalah semua yang

terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara

langsung maupun tidak langsung”.

Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja

pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat

dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di

tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor

fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.

Selanjutnya menurut Sarwono (2005) “Peningkatan suhu dapat menghasilkan

kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.”

Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan semangat yang merangsang prestasi

kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai

mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja

(Sarwono,2005).

Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor

penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor

yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan, c)

penerangan, d) mutu udara.”

a. Suhu

Suhu adalah suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar.

(33)

pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa

sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

b. Kebisingan

Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa suara-suara yang

konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan penurunan

prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat diramalkan

memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi pegawai.

c. Penerangan

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan

ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu pegawai

dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas

cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada

tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai yang

lebih tua dibanding yang lebih muda.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup udara yang

tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang

tercemar dapat menggangu kesehatan pribadi pegawai. Udara yang tercemar

di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan,

lekas marah, dan depresi.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan

(34)

pegawai di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang kerja tersebut

menurut Robbins (2002) terdiri atas : “a) Ukuran ruang kerja, b) Pengaturan ruang

kerja, c) Privasi”.

a. Ukuran ruang kerja

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang

sempit dan membuat pegawai sulit bergerak akan menghasilkan prestasi kerja

yang lebih rendah jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki ruang

kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai, pengaturan

merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu

penting karena sangat dipengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin

berinteraksi dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu

lokasi kerja karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik lainnya.

Kebanyakan pegawai menginginkan tingkat privasi yang besar dalam

pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi

diasosiasikan dalam status). Namun kebanyakan pegawai juga menginginkan

peluang untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan

(35)

Privasi membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-orang

yang melakukan tugas-tugas rumit.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Menurut Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik

adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik

dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan

bawahan”.

Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa

diabaikan. Menurut Nitisemito (2001) perusahan hendaknya dapat mencerminkan

kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang

memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan

adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.

Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, bawahan maupun

atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja yang

terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan.

Menurut Mangkunegara (2009), untuk menciptakan hubungan hubungan yang

harmonis dan efektif, pimpinan perlu: 1) meluangkan waktu untuk mempelajari

aspirasi-aspirasi emosi pegawai dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim

kerja dan 2) menciptakan suasana yang meningkatkatkan kreativitas. Pengelolaan

hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk

(36)

ini disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai

perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja.

Menurut Sedarmayanti (2007), yang menjadi indikator-indikator lingkungan

kerja adalah: 1) penerangan, 2) suhu udara, 3) sirkulasi udara, 4) ukuran ruang kerja,

5) tata letak ruang kerja, 6) privasi ruang kerja 7) kebersihan 8) suara bising, 9)

penggunaan warna, 10) peralatan kantor, 11) keamanan kerja 11) musik ditempat

kerja, 12) hubungan sesama rekan kerja dan 13) hubungan kerja antara atasan dengan

bawahan.

2.1.3 Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang

termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan

diselesaikan sesuai standard yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan.

Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan

menimbulkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

2.2. Teori Tentang Disiplin Kerja

2.2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Disiplin Kerja

Disiplin cenderung diartikan sebagai hukuman dalam arti sempit, namun

sebenarnya disiplin memiliki arti yang lebih luas dari hukuman. Menurut Moekijat

(37)

dari bahasa latin, yaitu diciplina yang berarti latihan atau pendidikan, kesopanan dan

kerohanian serta pengembangan tabiat. Disiplin menitik beratkan pada bantuan

kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang baik terhadap pekerjaan. Disiplin

pegawai yang baik akan mempercepat tercapainya tujuan organisasi, sedangkan

disiplin yang rendah akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan

organisasi.

Menurut Singodimedjo (2002) “Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan

seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang berlaku

disekitanya”. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2001) menyatakan

bahwa “disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai

dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis”.

Menurut Siswanto (2006) “Disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”.

Disiplin kerja dibutuhkan untuk menjaga agar prestasi kerja pegawai

meningkat.

Terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu: 1) disiplin preventif dan 2)

disiplin korektif (Siagian, 2008).

1. Disiplin Preventif

Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai

untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah

(38)

dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan

jangan sampai para pegawai berperilaku negatif. Keberhasilan penerapan disiplin

preventif terletak pada pribadi para anggota organisai. Agar disiplin pribadi tersebut

semakin kokoh, paling sedikit tiga hal perlu mendapatkan perhatian manajemen yaitu:

a. Para anggota organisasi perlu didorong agara mempunyai rasa memiliki

organisasi, karena segala logika seorang tidak akan merusak sesuatu yang menjadi

miliknya.

b. Para pegawai perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib

ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogianya disertai

informasi yang lengkap mengenai latar belakang berbagi ketentuan yang bersifat

normatif.

c. para pegawai didorong menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri dalam

rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi.

2. Disiplin korektif

Disiplinan yang bersifat korektif adalah jika pegawai yang nyata-nyata telah

melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi

standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau

ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah

terjadi. Pengenaan sanksi biasanya mengikuti prosedur yang sifatnya hirarki. Artinya

pengenaan sanksi diprakarsai oleh atasan langsung pegawai yang bersangkutan,

diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi

(39)

ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara

objektif dan sifat sanksi sesuai dengan bobot pelangaran yang dilakukan. Disamping

faktor objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dan pelanggaran, pengenaan sanksi

harus pula bersifat mendidik dalam arti agar terjadi perubahan sikap dan perilaku di

masa mendatang dan bukan terutama menghukum seseorang karena tindakannya di

masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti

mencegah orang melakukan pelanggaran yang serupa. Pihak manajemen harus

mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya

sekedar merupakan pernyataan di atas kertas.

Menurut Siagian (2008), bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada

suasana:

1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan

2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan

pekerjaan

3. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan

pegawai

5. Meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai.

2.2.2 Manfaat Disiplin Kerja

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi

(40)

disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan

tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi pegawai akan diperoleh

suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, pegawai dapat melaksanakan

tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya

semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi (Sutrisno, 2009).

2.2.3 Pelaksanaan Disiplin Kerja

Organisasi atau perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan peraturan

atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh

pagawai dalam organisasi.

Menurut Singodimedjo (2002). Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

disiplin antara lain:

1. Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat.

2. Peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan

3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain.

4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para

pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya.

Moekijat (2005) menyatakan indikator yang dapat digunakan untuk mengkaji

disiplin kerja pegawai adalah:

1. Ketaatan terhadap peraturan

(41)

3. Ketaatan terhadap jam kerja

4. Kepatuhan berpakaian seragam

5. Kepatuhan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor

6. Bekerja sesuai prosedur.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 telah diatur dengan jelas

kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang yang tidak boleh dilanggar oleh

setiap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

2.3 Teori Tentang Prestasi Kerja

2.3.1 Pengertian Prestasi Kerja

Menurut Bernardin dan Russel (2006), bahwa ” Performance is defined as

the record of outcomes produced on a specified job function or activities during a

specified time priod”. ( Prestasi kerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang

diperoleh dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama priode waktu

tertentu).

Menurut Rivai (2006) ”Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika”.

2.3.2 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Tujuan penilaian prestasi kerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

(42)

Menurut Mangkunegara , 2009) secara lebih spesifik, tujuan dari penilaian prestasi

kerja adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan saling pengertian antar pegawai tentang persyaratan prestasi.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai, sehingga mereka termotivasi

untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama seperti

prestasi yang terdahuku.

3. Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan

aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan

yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga pegawai

termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengmbangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan khusunya rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana

itu jika tidak ada lagi hal-hal yang ingin diubah.

2.3.3. Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian Prestasi Kerja merupakan sarana untuk memperbaiki pegawai yang

tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi.

Setiap organisasi selalu mengharapkan memperoleh pegawai yang memiliki

prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu organisasi selalu melakukan penilaian

prestasi kerja pegawai untuk mengetahui prestasi kerja para pegawainya selama

(43)

sebaliknya. Jika dari hasil penilaian tersebut diperoleh data bahwa terjadi penurunan

prestasi kerja pegawai, manajemen perlu mencari tahu sebabnya agar dapat mencari

solusinya. Prestasi kerja yang baik akan memberikan keunggulan bersaing bagi suatu

perusahaan. Prestasi kerja pegawai akan mempengaruhi kualitas produk atau jasa

yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

Penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara (2004) adalah “Suatu proses

yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan

pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”.

Menurut Mangkuprawira (2004), penilaian prestasi kerja pegawai memiliki

manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan organisasi, khususnya

manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:

1. Perbaikan prestasi kerja

Umpan balik prestasi kerja bermanfaat bagi pegawai, manajer dan spesialis

personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki prestasi kerja

2. Penyesuaian kompensasi

Penilaian prestasi kerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa

yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan

bonus.

3. Keputusan penempatan

Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada prestasi kerja

(44)

4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Prestasi kerja mengindikasikan sebuah kebutuhan dan melakukan pelatihan

kembali. Setiap pegawai hendaknya mampu mengembangkan diri.

5. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik prestasi kerja membantu proses pengambilan keputusan tentang

karir spesifik pegawai.

6. Defisiensi proses penempatan staf

Baik buruknya prestasi kerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan

dalam prosedur penempatan staf di departemen Sumber Daya Manusia.

7. Ketidak akuratan informasi

Prestasi kerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis

pekerjaan, rencana Sumber Daya Manusia atau hal lain dari sistem manajemen

personal. Hal demikian akan mengarah pada ketidak tepatan dalam keputusan gaji

pegawai, pelatihan dan keputusan konseling.

8. Kesalahan rancang pekerjaan

Prestasi kerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancang pekerjaan yang

keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

9. Kesempatan kerja sama

Penilaian prestasi kerja kerja yang akurat secara aktual menghitung kaitannya

dengan prestasi kerjadapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal

(45)

10. Tantangan-tantangan ekternal

Kadang-kadang prestasi kerja kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

pekerjaan, seperti keluarga, financial kesehatan atau masala-masalah lainnya. Jika

masalah-masalah tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departmen Sumber

Daya Manusia mungkin mampu menyediakan bantuannya.

11. Umpan balik pada Sumber Daya Manusia

Prestasi kerja yang baik ataupun buruk diseluruh organisasi mengindikasikan

bagaimana baik ataupun buruknya fungsi departmen SDM diterapkan.

Terdapat dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan penilaian

terhadap prestasi kerja menurut Gomes (2003) yakni:

1. Adanya kiteria prestasi kerja yang dapat diukur secara objektif

2. Adanya efektifitas dalam proses evaluasi.

Kriteria prestasi kerja dapat diukur secara objektif, untuk pengembangannya

diperlukan kualifikasi-kualifikasi tertentu. “Ada tiga kualifikasi penting bagi

pengembangan kriteria prestasi kerja yang dapat diukur secara objektif meliputi: 1)

relevancy, 2) reliability dan 3) discrimination”, (Gomes, 2003).

Relevansi menunjukkan tingkat kesesuaian antara kriteria dengan

tujuan-tujuan prestasi kerja. Misalnya kecepatan produksi bisa menjadi ukuran prestasi kerja

yang lebih relevan dibandingkan penampilan seseorang. Reliabilitas menunjukkan

tingkat dimana kriteria menghasilkan hasil yang konsisten dan diskriminasi mengukur

(46)

dalam prestasi kerja. Jika nilai menunjukkan cenderung baik atau jelek, berarti ukuran

diskriminatif tidak membedakan prestasi kerja diantara masing-masing pekerja.

Jika kriteria prestasi kerja memiliki kualifikasi-kualifikasi penting itu maka

pekerja akan lebih cenderung menjadi menerima terhadap penilaian prestasi kerja.

Sebaliknya jika pekerja dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang tidak jelas dan tidak

dispesifikasikan, maka para pekerja akan bersikap menentang bahkan menganggap

dirinya terancam.

Pendekatan penilaian pretasi kerja pegawai, hendaknya mengidentifikasi

standar prestasi kerja yang terkait, mengukur kriteria dan kemudian memberikan

umpan balik kepada pegawai. Jika standar kerja atau perhitungan terjadi dan tidak ada

kaitannya dengan pekerjaan, evaluasi dapat mengarah pada ketidak akuratan atau

hasil yang bias, merenggangkan hubungan antara pimpinan dengan pegawai dan

mengecilkan peluang kerjasama. Tanpa umpan balik, perbaikan dan perilaku sumber

daya manusia tidak mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki catatan yang

akurat dalam sistem informasi sumber daya manusianya. Dengan demikian,

keputusan-keputusan dasar dalam membuat rancangan pekerjaan sampai kompensasi

akan terganggu.

2.3.4 Faktor-faktor Penilaian Prestasi Kerja

Menurut Simamora (2004) “Ada 3 hal yang dimasukkan dalam penilaian

prestasi kerja, yaitu tingkat kedisiplinan, tingkat kemampuan, serta prilaku-prilaku

(47)

bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan agar dapat lebih dipercaya dan

objektif, maka perlu dilakukan batasan atau faktor-faktor penilaian prestasi kerja

sebagai berikut:

1. Performance, yaitu hasil atau pencapaian tugas dalam jabatan

2. Competency, kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan tuntutan

jabatan

3. Job behavior, kesediaan untuk menampilkan perilaku dan mentalitas yang

mendukung peningkatan prestasi kerja.

4. Potency, yaitu kemampuan pribadi yang akan dikembangkan

Menurut Sutrisno (2009), pengukuran prestasi kerja diarahkan pada enam

aspek yaitu:

1. Hasil kerja: tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh

mana pengawasan dilakukan.

2. Pengetahuan pekerjaan: tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas

pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas dari

hasil kerja.

3. Inisiatif: tingkat inisiatif selama menjalankan tugas pekerjaan khususnya dalam

hal penanganan masalah-masalah yang timbul.

4. Kecakapan mental: tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima

(48)

5. Sikap: tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas

pekerjaan.

6. Disiplin waktu dan absensi: tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.

Indikator-indikator dalam penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara

(2004) adalah: mutu pekerjaan, kejujuran, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama,

pengetahuan, tanggung-jawab terhadap pekerjaan dan pemanfaatan waktu kerja.

2.3.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja

Handoko (2002) mengelompokkan penilaian prestasi kerja sebagai berikut:

1. Metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu, kemudian dibagi atas:

a. Rating Scales, pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif

dan kualitatif) yang sudah berlaku.

b. Checklist, pengukuran dilakukan berdasarkan daftar isian yang berisi berbagai

ukuran karakteristik prestasi seorang karyawan.

c. Critical review method, pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau

lapangan agar mendapatkan informasi langsung dari atasan.

d. Performance test and observation, pengukuran dilakukan bila jumlah pekerja

terbatas. Test yang dilakukan bisa berbentuk keterampilan dan pengetahuan.

e. Comparative evaluation approach, pengukuran dilakukan dengan

(49)

2. Future –oriented appraisal method, merupakan metode penilaian berorientasi

pada prestasi pegawai dimasa yang akan datang berdasarkan potensi dan

penentuan tujuan prestasi dimasa depan yang dibagi menjadi :

a. Self appraisal, dilakukan secara mandiri oleh pegawai untuk mengevaluasi

pengembangan diri.

b. Management by objectives, pengukuran dilakukan berdasarkan tujuan-tujuan

pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara pegawai dan atasan

c. Psychological appraisal, penilaian ini pada umumnya dilakukan oleh para

psikolog untuk menilai petensi pegawai dimasa yang akan datang

d. Assessment center, bentuk penilaian yang distandarisasikan dimana

tergantung pada tipe berbagai penilai.

2.4 Teori Tentang Kepemimpinan

2.4.1 Pengertian Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang sangat

penting karena pemimpin itulah yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi

dalam mencapai tujuan.

Menurut Daft (2006) ”Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi”.

Menurut Anoraga (2005) “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk

(50)

dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian,

kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan”.

Menurut Heidjrahman dan Husnan (2002) “Kepemimpinan adalah wewenang

yang dimiliki seseorang untuk melakukan pengorganisasian terhadap pegawai atau

bawahannya untuk bersikap loyal dan berdisiplin”.

2.4.2 Beberapa Pendekatan Teori Kepemimpinan

Para ahli manajemen telah berusaha meneliti sifat dan perilaku para pemimpin

yang berhasil dan selanjutnya disusun dalam berbagai teori kepemimpinan. Sutrisno

(2009) menyatakan secara umum pendekatan teori kepemimpinan dibagi tiga yaitu :

1. Pendekatan Teori sifat (Thrait Theory)

Teori sifat mengatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin

karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin. Namun pandangan teori ini juga

tidak memungkiri bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan,

tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.

Para penganut teori sifat ini berusaha mengeneralisasikan sifat-sifat umum yang

dipunyai oleh pemimpin seperti fisik, mental dan keperibadian. Dengan asumsi

pemikiran, bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat

atau karakteristik tertentu yang dimiliki dalam diri pemimpin tersebut, baik yang

(51)

2. Pendekatan Teori Perilaku (Behavior Theory)

Teori perilaku ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan integrasi

antara pimpinan dengan pengikutnya, dan dalam interaksi tersebut pengikutlah

yang menganalisis dan mempersepsikan apakan menerima atau menolak

kepemimpinanya.

Pendekatan perilaku menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pemimpin yang

berorientasi pada tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan

pemimpin yang berorientasi pada orang atau yang mengutamakan penciptaan

hubungan manusiawi. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas

menampilkan gaya kepemimpinan otoratik, sedangkan perilaku pemimpin yang

berorientasi pada orang menampilkan gaya demokratik atau partisipatif.

3. Pendekatan Teori Situasi (Situation Theory)

Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan situasi dan

kebutuhan. Dalam pandangan ini, hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan

kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif. Menurut teori

ini, pemimpin yang efektif mempunyai pengaruh motivasi yang positif,

kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya untuk mencapai

tujuan.

Pemimpin yang efektif dibutuhkan dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin

yang efektif harus memperhatikan dengan baik sumber daya manusia yang ada dalam

organisasi, menciptakan suasana dimana orang dapat bekerjasama untuk mencapai

(52)

Menurut Timpe (2002) “Kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan

untuk memadukan sekelompok individu menjadi tim atau unit yang berprestasi untuk

mencapai tujuan”. Selanjutnya menurut Timpe (2002), bahwa kepemimpinan yang

efektif mempunyai karakterisrik kepemimpinan sebagai berikut:

1. Kelancaran berbicara

Kelancaran berbicara adalah lebih daripada sekedar mempunyai perbendaharaan

kata yang luas, tetapi mampu memikat perhatian pendengarnya dengan baik.

2. Kemampuan untuk memecahkan persoalan

Kemampuan untuk membantu memecahkan persoalan dari orang-orang yang

dipimpin maupun masalah yang dihadapi organisasi.

3. Keluwesan

Pemimpin yang luwes mampu menyesuaikan organisasi untuk menghadapi

perubahan tanpa meresahkan orang-orang yang dipimpinnya.

4. Kecerdasan

Pemimpin yang berhasil atau efektif tidaklah harus seorang jenius, tetapi

memiliki kecerdasan. Pemimpin yang efektif cukup cakap untuk mengenali

kekurangan mereka. Pemimpin yang efektif belum tentu memiliki pendidikan

formal yang tinggi, tetapi mereka mempunyai persepsi untuk mengembangkan

diri dan anggota kelompok harus merasa bahwa pemimpin memiliki kemampuan

(53)

4. Kesadaran akan kebutuhan

Kepemimpinan efektif adalah pemimpin mengerti kebutuhan dari orang-orang

yang dipimpinnya, baik yang dikatakan maupun tidak, namun ia tahu bagaimana

memenuhinya.

5. Kesediaan menerima tanggungjawab

Kesedian untuk menerima tanggungjawab dan dapat menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik.

6. Ketrampilan sosial

Pemimpin bijaksana, diplomatis dan mampu berhubungan dengan pihak lain.

Tidak merendahkan anggota kelompok dihadapan anggota lainnya.

7. Kesadaran akan diri dan lingkungan

Penuh pengertian dan kesadaran yang peka terhadap lingkungan baik didalam

maupun diluar organisasi.

Menurut Rivai (2009), bahwa proses kepemimpinan akan berlangsung efektif

bilamana kepribadian pemimpin memiliki beberapa kriteria sebagai berikut: takwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki integritas (jujur, etis, arif, rendah hati),

antusiasme, komunikatif, mampu memotivasi, mampu memecahkan masalah, mampu

membina hubungan baik dengan siapapun, ketegasan, keteladanan, berpengetahuan

luas, inisiatif, bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan, berdisiplin dan

memelihara kesehatan jasmani dan rohani.

Dengan kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat berbuat banyak

(54)

dan kebijakan-kebijakan sebagai pelindung bagi keberhasilan pekerjaan dan

kesejahteraan pribadi mereka (Sutrisno, 2009).

Menurut Thoha dalam Henry Mintzberg (2009), bahwa ada 3 peranan utama

dalam kepemimpinan organisasi yaitu:

1. Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role)

Ada dua gambaran umum yang dihubungkan dengan peranan ini, yaitu hal

yang bertalian dengan status dan otoritas pimpinan, dan hal-hal yang bertalian dengan

pengembangan hubungan antar pribadi. Peranan ini dibagi atas tiga antara lain:

a. Peranan sebagai Figurehead, yakni suatu peranan yang dilakukan untuk

mewakili organisasi yang dipimpinnya di dalam setiap kesempatan dan

persoalan yang timbul secara formal. Peranan ini sangat dasar dan sederhana.

Karena otoritas formalnya, maka pimpinan dianggap sebagai simbol, dan

berkewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas-tugas. Kesemuanya itu

melibatkan aktivitas-aktivitas interpersonal. Contoh- menghadiri upacara

pembukaan, peresmian, pengguntingan pita, pemukulan gong, dan

lain-lainnya.

b. Peranan sebagai pemimpin (leader), dalam peranan ini pimpinan bertindak

sebagai pemimpin. Ia melakukan hubungan interpersonal dengan yang

dipimpin, dengan melakukan fungsi-fungsi pokoknya diantaranya memimpin,

memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan. Dalam organisasi informal

biasanya, pemimpin diikuti karena mempunyai kekuasaan karismatik atau

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Kopertis Wilayah I NAD- Sumut Berdasarkan Bagian
Tabel 3.2 Penggolongan Pengambilan Sampel Penelitian Berdasarkan Bagian
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama
Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjalankan perusahaannya, Wisma Faeyza Syakira saat ini belum menggunakan sistem yang terkomputerisasi sehingga ada beberapa kendala yang dihadapi, antara

Tidak adanya interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotorik dikarenakan

Setiap desa harus memiliki buku register desa, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 Tentang Pedoman Administrasi Desa, pada tahun 2016

Tujuan didirikannya LPTQ adalah sebagai penyokong dan mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an yang telah memasyarakat, baik di Nusantara

Pada pelaksanaannya, usaha yang dilakukan untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman mengenai genikng sebagai komunikasi dalam masyarakat Dayak Rentenuukng adalah menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh tingkat signifikansi variabel bagi hasil adalah sebesar 0,058 yang artinya lebih besar dari 0,05 (0,058 < 0,05) dan t hitung

Pera"at juga menggunakan 1 sarung tangan ntuk ( orang !asien, yang mana setelah menangani !asien yang satu, dia mencuci !eralatan medis dan tangan dengan masih menggunakan

Sedangkan saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Sebaiknya pihak perusahaan sandal SAVORY dapat terus melakukan proses inovasi produknya