PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID(TSS) LIMBAH
CAIR PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk DENGAN
METODE GRAVIMETRI
SOSOR LADANG – PORSEA
KARYA ILMIAH
TIURNIDA SIMANJUNTAK 052401021
DEPARTEMEN KIMIA JURUSAN KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
PENENTUAN TOTAL SUSPENDED SOLID(TSS) LIMBAH CAIR PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk DENGAN METODE GRAVIMETRI
SOSOR LADANG-PORSEA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahlimadya
TIURNIDA SIMANJUNTAK 052401021
DEPARTEMEN KIMIA JURUSAN KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN TOTAL SUSPENDED
SOLID (TSS) LIMBAH CAIR PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk DENGAN METODE GRAVIMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : TIURNIDA SIMANJUNTAK
Nomor Induk Mahasiswa : O52401021
Program Studi : DIPLOMA – III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Januari 2009
Diketahui Oleh Dosen Pembimbing,
Departemen Kimia FMIFA USU Ketua,
(Dr. Rumondang Bulan, MS) (Juliati Br. Tarigan, Ssi, Msi)
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini yang berjudul
“PENETUAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) LIMBAH CAIR PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI, TBK DENGAN METODE
GRAVIMETRI”
SOSOR LADANG – PORSEA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Januari 2009
v
ABSTRAK
Penentuan padatan Total Suspensi (PTS) limbah cair pulp pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk telah dilakukan dengan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode penetuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu.
v
DETERMINATION TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) OF WASTE WATER PULP at PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk WITH
GRAVIMETRIC’S METHODS.
ABSTRACT
Determination Total Suspended Solid (TSS) of waste water pulp at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk have been done determined gravimetric. Gravimetric’s method is one of method for determination of value substance based its wightly after pyrolisis at temperature constant.
v
DAFTAR ISI
Halaman PERSETUJUAN
PERNYATAAN
PENGHARGAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Mamfaat 3
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Kimia Kayu 4
2.1.1 Selulosa 4
2.1.2 Poliosa 6
2.1.3 Lignin 7
2.2 Proses Pembuatan Pulp 8
2.2.1 Unit Persiapan Kayu 8
2.2.2 Peralatan Digester 9
2.2.3 Washing 10
2.2.4 Screening 11
2.2.5 Bleaching 11
2.2.6 Pulp Machine 12
2.3 Limbah Cair Pulp 12
2.3.1 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Pulp 12 2.3.2 Pengolahan Limbah Cair Pulp 13 2.3.2.1 Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp 13 2.3.2.2 Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp 14 2.3.2.3 Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp 14 2.3.2.4 Tahap Penyempurnaan 15 2.4 Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS) 16
2.4.1 Defenisi 16
v
3.1 Alat-alat yang digunakan 20 3.2 Bahan-bahan yang digunakan 20
3.3 Prosedur 20
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Analisa 22
4.1.1 Data Analisa TSS Pada Inlet Primary Clarifier 22 4.1.2 Data Analisa TSS Pada Outlet Primary Clarifier 23 4.1.3 Data Analisa TSS Pada Outlet Secondary Clarifier 23
4.2 Perhitungan 24
4.2.1 TSS Pada Inlet Primary Clarifier 24 4.2.2 TSS Pada Outlet Primary Clarifier 25 4.2.3 TSS Pada Outlet Secondary Clarifier 26
4.3 Pembahasan 27
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
iii
PENGHARGAAN
Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala kasih karunia-Nya dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang berjudul “Penentuan Total Suspended
Solid (TSS) Limbah cair Pulp di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Dengan Metode Gravimetri”
Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi persyaratan
untukmendapatkan gelar Ahli Madya pada jurusan Kimia Analis, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Juliati br. Tarigan, Ssi, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktyu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk
yang sangat bermanfaat dan penyusunan karya ilmiah ini.
2. Bapak Dr. Edy Marlianto, MSc selaku Dekan di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia.
4. Bapak Teddy Manurung selaku Effluent Departement Section Head dan
Staf karyawan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
5. Buat orangtuaku tersayang Ayahanda J. Simanjuntak, dan Ibunda O.
Panjaitan yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun
material.
6. Dan buat kakak-kakak termanis Mastur, Skep, Ners, Robert ST, Herti ST,
Imelda Skep, Ners dan juga buat adikku Johan Benson dan Rinjan yang
memberikan dorongan dan semangat buat penulis.
7. Buat sahabatku Rona, Ediatur, Erista yang selalu memberikan dukungan
dan semangat buat penulis.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
v
ABSTRAK
Penentuan padatan Total Suspensi (PTS) limbah cair pulp pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk telah dilakukan dengan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode penetuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu.
v
DETERMINATION TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) OF WASTE WATER PULP at PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk WITH
GRAVIMETRIC’S METHODS.
ABSTRACT
Determination Total Suspended Solid (TSS) of waste water pulp at PT. Toba Pulp Lestari, Tbk have been done determined gravimetric. Gravimetric’s method is one of method for determination of value substance based its wightly after pyrolisis at temperature constant.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam industri pulp yang menghasilkan kertas. Perusahaan ini
menggunakan bahan baku kayu eucalyptus. Didalam proses pengolahannya
menjadi kayu, perusahaan ini juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari
lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga
air limbah industri merupakan masalah pencemaran pada lingukungan yang pada
saat ini sudah menjadi masalah global yang menjadi perhatian serius. Berdasarkan
pertimbangan moral dan kemasyarakyatan maupun karena adanya undang-undang
yang mengatur pencemaran air, maka untuk mengurangi beban pencemaran
lingkungan setempat, perusahaan ini dituntut untuk mengolah limbahnya sebelum
limbah tersebut dialirkan ke sungai. (Training and Development Center PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk. 2002)
Bahan-bahan tersuspensi yang terdapat pada perairan alami tidak bersifat
toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan; yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahay matahari ke kolam air dan akhirnya
berpengruh terhadap proses fotosintesis. (Effendi. H. 2003). Untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan setempat akibat buangan limbah cair industri,
diharapkan limbah cair khususnya TSS yang akan dibuang ke pembuangan
akhir/sungai. Tidak melebihi baku mutu lmbah cair yang ditetapkan oleh PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk yang menetapkan bahwa baku mutu limbah cair untuk TSS
adalah 93 mg/liter, (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk. 2002) dan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No: 51/MENKLH/10/1995 bahwa baku mutu limbah cair khusus untuk
TSS adalah 200 mg/liter (Effendi, H. 2003).
Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang
TSS) merupakan padatan yang dapat terlihat secara kasat mata atau padatan yang berukuran lebih besar dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam kolam limbah cair. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta
jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air (Effendi, H. 2003).
Besaran padatan tersuspensi menunjukkan banyaknya padatan organik
(seperti bakteri) dan padatan anorganik (seperti tanah liat). Besarnya padatan
tersuspensi dapat juga digunakan untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang
akan membebani suatu unit pengendapan.
Beseran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium
dengan menggunakan metode gravimetri yakni penetuan suatu kandungan
senyawa berdasarkan berat (Training and Development Center PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk 2000).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan “ Penentuan
Total Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Pulp Lestari, Tbk dengan Metode
Gravimetri “.
1.2 Permasalahan
Total Suspended Solid (TSS) merupakan salah satu parameter dalam
menentukan layak tidaknya limbah tersebut dibuang ke pembuangan akhir/sungai.
Dengan demikian apakah harga TSS yang akan dibuang ke pembuangan
akhir/sungai sudah memenuhi standart pemerintah dan industri PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apakah limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk khususnya
TSS, yang dibuang ke pembuangan akhir/sungai telah memenuhi standar mutu
1.4 Mamfaat
Adapun mamfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan
pemaparan mengenai parameter yang dianalisa dalam hal penanganan terhadap
limbah cair pulp, khususnya parameter TSS. Sehingga dengan analisa yang baik
dapat meningkatkan efisiensi pengolahan limbah cair yang menjadi dasar dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komponen Kimia Kayu
Pertama kali mempelajari mengenai kayu, perlu kiranya melihat sejenak ciri
– ciri anatomi kayu lunak dan kayu keras.
Kayu lunak menunjukkan suatu struktur yang relatif sederhana karena terdiri atas
90 – 95 % trakeid,yang merupakan sel – sel yang panjang dan tipis dengan ujung
– ujung yang tertutup pipih atau meruncing.sedangkan kayu keras mempunyai –
jaringan dasar untuk penguat ini tersebar pembuluh libriform dan trakeid serabut.
Di dalam jaringan penguat ini tersebar pembuluh libriform dan trakeid serabut. Di
dalam jaringan penguat ini tersebar pembuluh pengangkut, sering dengan lumen
besar. Pembuluh – pembuluh ini merupakan pipa yang panjangnya mulai dari
beberapa sentimeter hingga beberapa meter dan terdiri atas sel-sel tunggal dengan
ujung terbuka atau berlubang – lubang.
2.1.1 Selulosa
Selulosa merupakan komponen kimia kayu yang terbesar, yang dalam
kayu lunak dan kayu keras jumlahnya hampir mencapai setengahnya. Selulosa
merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya
atas ß – D – glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan fisikanya maupun struktur
supramolekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur
CH2
O OH
H
OH H
CH2
O O OH O H OH
H
OH H
CH2
O
OH O H OH
H
OH H
H OH
O
Gambar .2.1.1 Struktur Selulosa
Sifat-sifat fisika selulosa :
1. berwarna putih
2. Berat molekul berkisar antara 300.000 – 500.000 gr/mol
3. tidak larut dalam air,asam dan basa
4. larut dalam Cu (NH3)4(OH)2 atau NaOH + CS
5. Terikat satu sama lain.
2
Sifat-sifat kimia selulosa :
H2SO
(C
4
6H10O5)n + nH2O nC6H12O
2. Hidrolisa parsial menghasilkan maltosa (disakarida)
6
2(C6H10O5)n + Nh2O nC12H22O
3. Hidrolisa berlebih menghasilkan asam oksolat
11
(C6H10O5 2Ο 2 1 4 nH
)n + 3nH2C2O4 + 2nH2
4. Hidrplisa lengkap dengan HCl 40% dalam air hanya menghasilkan
D-glukosa
O
5. Selulosa tidak mempunyai karbon
2.1.2. Poliosa (Hemiselulosa)
Sejumlah poliosa mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai
molekulnya jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam
beberapa senyawa mempunyai rantai-cabang. Kandungan poliosa dalam kayu
keras lebih besar daripada dalam kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda.
Sifat-sifat hemiselulosa :
1. larut dalam alkali encer dan air panas
2. Ikatan karbonnya lebih lama dibandingkan dengan selulosa
3. Terhidrolisasi oleh asam-asam encer membentuk pentosa heksosa
CH2OH CH2OH CH2
OH O H OH O H OH O H OH
H O H O H OH H H OH H OH H OH H H OH OH
2.1.3 Lignin
Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan
dalam kayu keras dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam
kayu lunak dan dalam kayu keras. Dari segi morfologi lignin merupakan senyawa
amorf yang terdapat dalam lamella tengah majemuk maupun dalam dinding
sekunder. Selama perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai komponen
terakhir di dalam dinding sel.
Lignin banyak dijumpai pada ruang antar sel dan dinding primer serat
kayu. Fungsi utamanya pada tumbuhan adalah sebagai zat perekat yang
berhubungan dengan kekuatan dan kekakuan serat kayu sehingga tumbuhan yang
basa dapat berdiri kokoh. Lignin harus dipisahkan karena mengurangi mutu pulp
yang dihasilkan atau untuk meningkatkan derajat terputih pulp tersebut.
Sifat-sifat lignin :
1. Larut dalam larutan NaOH
2. Tidak larut dalam air
3. sangat tahan terhadap reaksi kimia
4. berat molekul antara 3.000-140.000
5. Termasuk reaktif, karena mengandung gugus karboksil, metoksil dan
karbonil
6. bila didestilasi oleh alkali akan terbentuk benzena (Fengel, D dan Werger,
CH3
O
O CH2 CH2 OH CH2 CH3 C
C
C = O
CH2 CH2
O
CH O
CH
C
O
2
Gambar 2.1.3 Struktur Lignin
2.2 Proses Pembuatan Pulp
Secara garis besar produksi dibagi atas enam bagian yaitu persiapan kayu,
pemasakan, pencucian, penyaringan, pemutihan lembaran.
2.2.1 Unit Persiapan Kayu
Kulit kayu menimbulkan masalah pada pembuatan kertas karena ada
senyawa-senyawa organik yang menyebabkan bintik-bintik pada kertas,
disamping itu juga kulit kayu dapat mempersulit pembuatan pulp. Pada
pembuatan pulp, kulit kayu ini harus dipisahkan terlebih dahulu kemudian
kayunya dibuat dalam bentuk serpih yang selanjutnya diolah menjadi pulp.
Adapun alat yang digunakan untuk pengulitan adalah Debarking Drum.
Struktur dan fungsi debarking drum, dapat dipisahkan menjadi dua
1. Tumble debarking drum untuk batang kayu yang pendek. Proses
pengulitan lebih cepat daripada lingkaran drum dan berputar-putar di
dalam truk tidak teratur.
2. Paralel debarking drum untuk gelondongan kayu berukuran panjang.
Proses pengulitan dalam jenis ini gelondongan kayu berputar-putar di
dalam drum searah tegak lurus dengan drum.
Setelah dari debarking drum, kayu dimasukkan menuju chipper. Disini
akan diadakan proses chipping. Tujuan penyerpihan ini adalah menghasilkan
spesifikasi mutu chip yang diperlukan untuk pemasakan pulp dengan
peralatan-peralatan proses, sebagai berikut :
2.2.2 Peralatan Digester
Digester adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk slinder
yang dilas bersusun tegak, mempunyai volume 200 m3 dan tinggi 18,67 m,
diameter 4,2 m yang dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12
kg/cm2, temperatur 195 0
Proses pemasakan dibagi menjadi atas beberapa tahap, yaitu : C.
1. Chip Filling
Pengisian chip dalam digester dimulai dari pengangkutan chip dengan
menggunakan belt conveyor yang panjangnya 24 m. Jumlah chip yang
dibutuhkan tiap digester ukuran 75 ton dengan kandungan air rata-rata 50%.
2. Pre Steaming
Pre steaming merupakan pemasukan steam ke dalam digester untuk tujuan
menaikkan temperatur pemasakan chip dalam digester. Stem yang
ditambahkan melalui bagian luar digester dengan low pressure steam (LPS),
sampai temperatur 1100
3. Liquor Filling
C selama 30 menit, jumlah yang dibutuhkan sekitar 5
ton.
Liquor filling merupakan pemasukan cairan pemasak yang terdiri dari lindi
pemasak yang akan dibuat untuk memasak chip dengan kandungan 19% alkali
aktif yang disebut sebagai Na2O. Alkali aktif terdiri dari NaOH 10 gram/liter,
Na2
4. Pemasakan Chip S 25 gram/liter.
Pada proses pemasakan, cairan dipanasi dengan cara pemanasan tidak
langsung. Pada sistem pemanasan tidak langsung dilakukan dengan
mengalirkan uap ke dalam digester dengan uap tekanan menengah, cairan
yang masuk melalui sistem sirkulasi tidak mengalami pemanasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemasakan adalah temperatur, waktu dan
konsentrasi zat pemasak.
5. Pulp Blowing
Selesai pemasakan bubur pulp yang dialirkan ke dalam blow tank dengan
membukakan katub pada jalur pulp,yang akan dihembuskan dari digester ke
blow tank. Saat ini tekanan di digester turun hingga tekanan atmosfir. Maka
penurunan tekanan akan menghasilkan gas blow yang menuju heat recovery
system untuk menghasilkan air panas, pada operasional normal penghembusan
dilakukan tiap 15 menit selanjutnya brown stock dari blow tank dipompakan
ke dalam pressure knotter system.
2.2.3 Washing
Bubur pulp dari knotter dicuci dalam unit washer. Didalamnya dilengkapi
dengan sistem vakum sehingga bubur pulp dapat dicuci denag baik dengan hasil
cuciannya tidak melekat pada dinding washer dan terus berputar. Di daerah
masukan, bubur pulp dicuci dengan air panas dengan sistem penyemprotan secara
berlawanan. Air pencucian untuk washer satu diambil dari filtrat no. 4 sedangkan
bubur pulp pada washer empat dicuci dengan air panas yang baru.
Bubur pulp yang menempel pada dinding washer dipotong dengandoctor
pencucian dari washer dimasukkan ke washer stock tank dengan konsentrasi
10%-12% untuk selanjutnya dikirim ke unit penyaring.
2.2.4 Screening
Setelah washing, bubur pulp yang masuk ke washer stock selanjutnya
dimasukkan ke unit screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bubur pulp
yang benar-benar bersih dan baik. Bubur pulp dari wash stock masuk ke primary
screen. Hasil penyaringannya yaitu accept masuk washer dan reject masuk ke
secondary screen dengan diameter 2 mm. Hasil dari secondary screen masuk ke
primary screen dan buangannya masuk ke tertiary screen. Hasil dari tertiary
screen masuk ke vibrating screen. Hasil screen dari vibrating screen akan
dimasukkan ke screw press untuk dipisahkan antara air dan serat kasar. Dengan
menggunakan pump, bubur pulp hasil screening akan dipompakan ke high density
unbleach tower sebagai tempat penyimpanan.
2.2.5 Bleaching
Tujuan blaching adalah untuk memutihkan bubur pulp. Bubur pulp dari
unbleach tower dipompakan ke clorinasi tower dengan konsistensi 3,5 – 4 % pada
tangki ini dilakukan penambahan ClO2 serta diaduk oleh agitator agar
pencampuran menjadi homogen selama 30-43 menit dengan temperatur diatur
diantara 45-50o
Dengan bantuan tube bin, pulp hasil washer dimasukkan ke hypo tower
dengan penambahan hipoklorin. Penambahan zat ini bertujuan untuk mendapatkan
bubur pulp yang lebih putih dan sekaligus mengurangi kandungan lignin. Proses
ini berlangsung selama ±2,5 jam.
C serta pH 1,5-2. setelah itu bubur pulp masuk ke washer untuk
dicuci dengan menggunakan larutan klorin dioksida encer untuk menurunkan
konsentrasi hingga 1,2%.
Setelah melewati washer, temperatur bubur pulp perlu dijaga dengan
menggunakan I.D System Mixer. Setelah itu bubur pulp masuk ke menara klorin
ClO2 sebagai dilution yang berfungsi sebagai pemutih. Temperatur pada proses
ini adalah 75-80oC dan proses berlangsung selama ± 2,5 jam dengan pH 3-3,5.
2.2.6 Pulp Machine
Proses pengolahan bubur pulp menjadi pulp berbentuk lembaran dilakukan
pada pulp machine. Tahap – tahap yang dilakukan adalah :
1. penyaringan bubur pulp pemutih
penyaringan ini meliputi pengurangan kadar air yang dimiliki bubur pulp dari
80% menjadi 50%. Unit ini satu buah katup pembentuk tiga unit fool box yang
permukaannya berpori dan air terbuang dari pori tersebut.
2. Bagian penekanan
Penekanan dilakukan dengan tiga tahap, penekanan pertama dilakukan dengan
maksud bubur pulp dari wise conveyor. Derajat keasaman yang dimiliki pulp
merupakan hal yang penting karena mempengaruhi proses pengeringan.
3. Pengeringan akhir
Pengeringan akhir bertujuan untuk memastikan bahwa pulp sheet telah
benar-benar kering. Pengeringan dilakukan dengan flack dryer yang didalamnya
terdapat tahap kerja temperatur pengeringan 135 – 138 o
4. Pemotongan dan pengemasan
C.
Pada tahap ini lembaran pulp dipotong dengan ukuran 80 cm, lebar 60 cm dan
berat rata-rata perlembar 750-800 gram. Selanjutnya lembaran pulp dikemas
namun sebelumnya ditekan dengan balling press. Proses akhirnya setelah
press pulp dimasukkan ke unit blade binder untuk diikat 8 bale, dimana 1
bale=200 kg. Pulp yang dikemas disimpan pada gudang dan kemudian siap
untuk dipasarkan (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk 2005).
Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri)
tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Tujuan pengolahan air buangan misalnya antara lain :
a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular. Karena air
merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup mikroba penyebab
penyakit menular
b. Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan warna yang
tidak menyenangkan atau tidak diharapkan.
c. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya kelompok
hewan dan tanaman air (Sugiarto. 1993).
2.3.2 Pengolahan Limbah Cair Pulp
Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang
berukuran besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang
terdapat pada limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi.
2.3.2.1 Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp (Tahap Persiapan)
Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan
bercampurnya semua influent dari sumber – sumbernya melalui junction box dari
Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku (influent)
masuk ke bak penjernih pertama (Primary Clarifier) terlebih dahulu dikontrol pH
dengan menggunakan kapur tohor (burn clarifier) kemudian disaring melalui
saringan berputar (traveling screen) untuk menghindari sampah-sampah atau
benda-benda besar ukurannya masuk ke Primary Clarifier sehingga nantinya
mengganggu kinerja atau operasional unit tersebut, misalnya pompa.
Selanjutnya influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk
menyamakan aliran yang masuk ke stiap Primary Clarifier. Tahap selanjutnya
influent mengalir ke primary Clarifier. Pada tahapan ini influent diendapkan untuk
karena TSS yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh
mikroorganisme pada proses penguraiannya.
Adapun cara kerjanya adalah padatan yang terkandung dalam influent
yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap secara gravitasi
dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary Clarifier tersebut.
Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah ukur (weir) dan
menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang mengendap ke
dasar Primary Clarifier yang kita namakan lumpur Primary (Primary Sludge)
selanjutnya disapu ke rake tengah dan diarahkan ke lobang isapan pompa
kemudian dipompakan ke Thickener Clarifier untuk diolah lebih lanjut.
2.3.2.2 Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp (Cooling System)
Sistem pendingin limber cair PT.Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan
menggunakan menara pendingin (Cooling Tower). Hal ini diperlukan untuk
menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair
dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik.
Adapun parameter yang perlu dijaga untuk unit ini adalah :
1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 38oC, karena
temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada kisaran
33-37o
2. Agar tercapai temperatur tersebut maka dipastikan : C.
• Spray Nozzle (sebuah pipa penyemprot) dalam keadaan bersih, tidak tersumbat dengan benda apapun agar limbah cair yang kontak dengan
udara luar diusahakan setipis mungkin.
• Mist Eliminator (membran) beserta sekat-sekatnya dalam keadaan bersih dan tidak tersumbat dengan lumut atau kotoran apapun, agar kontak antara
Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primary Clarifier sampai ke
Coolling Tower maka tahapan selanjutnya adalah tahapan utama di bak aerasi
(Deep Tank). Pada unit ini penguraian secara biologi (Biological Reaction)
berlangsung. Reaksi berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana
apabila ada oksigen di dalamnya dan tentunya mikroorganisme juga ada.
Reaksi yang terjadi pada tahapan ini adalah :
Mikroorganisme Aerobik + Organik Terurai + O2 + Nutrient CO2 + H2O
+ NH3 + Mikroorganisme yang baru.
2.3.2.4 Tahap Penyempurnaan
Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana
jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi
pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep
Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi (Spiliter Box) agar
aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata.
Lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan limbah cair PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk terbagi atas 2, yaitu :
1. Lumpur Primary (Primary Sludge)
Merupakan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan limbah cair oleh
Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan
pulp.
2. Lumpur Biologi (Waste Activated Sludge)
Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang dari
Secondary Clarifier, dimana kegunaannya untuk menjaga campuran padatan
organik yang tersuspensi untuk menjaga keseimbangan antara makanan dan
mikroorganisme. Karena pada prinsipnya mikroorganisme berkembang biak
setelah memakan organik terurai dalam limbah cair sehingga mikroorganisme
Penampungan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer)
untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur
primary.
Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk memisahkan
lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair yang dibuang
ke badan sungai penerima diharapkan sejernih mungkin (Training and
Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2003)
2.4 Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)
Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan
yang dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, H. 2003).
2.4.1 Defenisi
Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalahsemua
zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana
tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan
tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut.
Padatan Tersuspensi atau suspended solid (SS) merupakan padatan yang
berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam
kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah
cair terdapat 250 mg padatan tersuspensi.
Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium
dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode
penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan
sedangkan padatan tersuspensi anorganik disebut juga padatan tersuspensi dan tak
terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan untuk memperkirakan
banyaknya lumpur yang akan membebani suatu unit pengendapan.
Padatan terlarut atau dissolved solid (DS) merupakan jumlah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam limbah cair. Padatan terlarut = 200 mgliter berarti dalam 1 liter limbah cair
terdapat 200 mg padatan terlarut. Padatan terlarut digunakan untuk
memperkirakan banyaknya ion dan senyawa kimia yang terlarut. Besaran padatan
terlarut padat diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan
metode gravimetri. Walaupun demikian, jika kita sudah memiliki nilai padatan
total atau total solid (TS) dan nilai padatan tersuspensi, maka nilai padatan terlarut
umumnya dapat diperoleh melalui perhitungan matematis sebagai berikut :
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2003
Bahan –bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat
toksik, akan tetapi jika berlebihan terutama TSS dapat meningkatkan nilai
kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke
kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, H.
2003).
2.4.2 Prinsip Analisa
Parameter ini adalah untuk mewakili banyaknya padatan yang mengendap
dalam limbah cair. Parameter ini didapat dengan cara menyaring sejumlah limbah
cair dengan kertas saring kemudian dipanaskan dalam tungku dengan temperatur
105oC selama ± 1 jam untuk menghilangkan kadarnya. Kemudian ditimbang yang
kering tersebut. Padatan yang tersaring yang masih basah dikurangkan dengan
padatan yang kering tersebut dengan volume limbah cair yang disaring itulah
padatan tersuspensi (Training and Depelopment Center PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk 2000).
2.4.3 Metode Analisa
Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium
dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode
penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan
dalam suhu tertentu (Training and Depelopment Center PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk 2000).
Analisa gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah
proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari
unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan
merupakan metode yang mempunyai peranan penting dalam analisis gravimetri.
Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang
begitu sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila
endapan dipisahkan dengan menyaringnya dan ditimbang.
Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis gravimetri, adalah :
1. Endapan harus tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang
berarti, bila endapan yang dikumpulkan dengan menyaringnya. Dalam praktek
ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang tetap tinggal dalam larutan, tidak
melampaui jumlah minimum yang terdeteksi oleh neraca analitik biasa yaitu
0,1 mg.
2. Sifat fisika endapan harus sedemikian, sehingga endapan dapat dengan mudah
dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan dapat dicuci sampai bebas
dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa partikelnya
berukuran sedemikian, sehingga tidak lolos melalui medium penyaring, dan
bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau sedikitnya atau berkurang oleh
proses pencucian).
3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi
kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan
bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik sebelum maupun
sesetelah penambahan reagensia, dan juga pada kondisi eksperimen pengendapan
yang tepat. Masalah-masalah yang timbul dengan endapan-endapan tertentu,
meliputi koagulasi atau flokulasi suatu dispersi koloid dari zat-zat yang berbutir
halus, untuk memungkinnya disaring dan untuk mencegah peptisai kembali
BAB 3
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan Oven
Desikator
Kertas saring whatman no. 41 Neraca analitis
Stopwatch Filtering funnel Corong bouchner Gelas ukur Beaker gelas
Botol air demineralisasi
3.2 Bahan-bahan yang digunakan Air Demineralisasi
Sampel dari inlet Primary Clarifier Sampel dari outlet Primary Clarifier Sampel dari Outlet Secondary Clarifier
3.3 Prosedur
• Ditimbang kertas saring whatman no. 41, kemudian dicatat berat kertas saring tersebut.
• Dibersihkan tabung boucher dengan air demineralisasi. • Dimasukkan kertas saring tersebut ke dalam filtering funnel.
• Filter kertas saring tersebut sampai volume rendah. • Angkat kertas sarng tersebut sampai volume rendah.
• Angkat kertas saring tersebut’ lalu masukkan ke dalam oven pada suhu ± 105o
• Angkat dari oven’ lalu masukkan ke dalam desikator selama ± 10 menit. C selama ± 2 jam.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Data Analisa
Kadar TSS dari hasil analisa yang dilakukan terhadap limbah cair PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk mulai tanggal 12 Desember 2007 – 21 Desember 2007 :
4.1.1 Data Hasil Analisa TSS pada inlet primary Clarifier
No Tanggal Hasil Analisa Total Suspended Solid
(TSS)
A(mg) B(mg) C(mg) TSS
(mg/L)
1 12 Desember 2007 0.5124 0.5458 200 167
2 13 Desember 2007 0.5083 0.5445 200 181
3 14 Desember 2007 0.5206 0.5542 200 168
4 15 Desember 2007 0.5106 0.5452 200 173
5 16 Desember 2007 0.5101 0.5447 200 173
6 17 Desember 2007 0.5208 0.5412 200 102
7 18 Desember 2007 0.5001 0.5245 200 122
8 19 Desember 2007 0.5042 0.5412 200 185
9 20 Desember 2007 0.5080 0.5308 200 114
10 21 Desember 2007 0.5121 0.5425 200 152
4.1.2 Hasil Analisa TSS Pada Outlet Primary Clarifier
No Tanggal Hasil Analisa Total Suspended Solid (TSS)
A (mg) B(mg) C(mg) TSS (mg/L)
1 12 Desember 2007 0.5073 0.5211 200 69
2 13 Desember 2007 0.5021 0.5159 200 69
3 14 Desember 2007 0.5063 0.5247 200 92
4 15 Desember 2007 0.5102 0.5336 200 117
5 16 Desember 2007 0.5226 0.5330 200 52
6 17 Desember 2007 0.5200 0.5308 200 54
7 18 Desember 2007 0.5009 0.5147 200 69
8 19 Desember 2007 0.5115 0.5241 200 63
9 20 Desember 2007 0.5226 0.5324 200 49
10 21 Desember 2007 0.5105 0.5207 200 51
Rata-rata 685
4.1.3 Hasil Analisa TSS Pada Outlet Secondary Clarifier
No Tanggal Hasil Analisa Total Suspended Solid
(TSS)
A (mg) B (mg) C (mg) TSS (mg/L)
1 12 Desember 2007 0.5005 0.5016 200 5.5
2 13 Desember 2007 0.5015 0.5025 200 4.9
3 14 Desember 2007 0.5201 0.5213 200 5.8
4 15 Desember 2007 0.5042 0.5053 200 5.7
5 16 Desember 2007 0.5007 0.5016 200 4.5
6 17 Desmber 2007 0.5060 0.5070 200 4.8
7 18 Desember 2007 0.5221 0.5231 200 5.1
9 20 Desember 2007 0.5104 0.5115 200 5.6
10 21 Desember 2007 0.5207 0.5218 200 5.5
Rata-rata 53.5
Keterangan : A = berat kertas saring sebelum difilter (berat awal)
B = berat kertas saring setelah difilter
C = Volume sampel
Dimana : A = Berat kertas saring sebelum difilter / berat awal (mg)
B = Berat kertas saring setelah difilter (mg)
C = Volume sampel (ml)
4.2.1 TSS Pada Inlet primary Clarifier
Tanggal 12 Desember 2007
TSS (mg/L) = 103
Tanggal 13 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 14 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 15 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 16 Desember 2007
Tanggal 17 Desember 2007
Tanggal 18 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 19 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 20 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 21 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
4.2.2 TSS Pada Outlet Primary Clarifier
Tanggal 12 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 13 Desember 2007
TSS (mg/L) = x mg L
Tanggal 14 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 15 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 17 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 18 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 19 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 20 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 21 Desember 2007
TSS(mg/L) = mg L
4.2.3 TSS Pada Outlet Secondary Clarifier
Tanggal 12 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 13 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 14 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 15 Desember 2007
mg mg 0.5042 5053
.
Tanggal 16 Desember 2007
Tanggal 17 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 18 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 19 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 20 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Tanggal 21 Desember 2007
TSS (mg/L) = mg L
Dari hasil data analisa diperoleh kadar TSS mengalami perubahan mulai
dari Inlet Primary cLarifier (Inlet primary I) sampai Outlet Secondary Clarifier.
Dimana setelah dirata-ratakan kadar TSS pada Inlet Primary Clarifier sebesar 685
mg/liter sedangkan pada Outlet Secondary Clarifier sebesar 53.5 mg/liter.
Perubahan harga TSS dari Inlet Primary Clarifier ke Outlet Primary
Clarifier terjadi penurunan kadar TSS sebanyak 55.43%. Dan pada Outlet
Secondary Clarifier terjadi penurunan kadar TSS yang begitu drastis yaitu sebesar
96.52%. Dari keseluruhan data dapat disimpulkan bahwa TSS yang dibuang ke
pembuangan akhir setelah melewati Outlet Secondary Clarifier telah memenuhi
standar mutu yang telah ditentukan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang
Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No :
51/MENKLH/10/1995 bahwa baku mutu limbah cair khusus untuk TSS adalah
200 mg/liter.
Besaran padatan tersuspensi menunjukkan banyaknya padatan organik
(seperti bakteri) dan padatan anorganik (seperti tanah liat). Besarnya padatan
tersuspensi dapat juga digunakan untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang
akan membebani suatu unit pengendapan.
Pada tahap penyempurnaan merupakan tahap yang paling berperan aktif
dalam penanganan TSS. Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan
akhir dimana jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam
instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari
Deep Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi (Spilitter box)
agar aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata.
Penanganan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer) untuk
membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur
primary.
Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk memisahkan
lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair yang dibuang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
kesimpulan
Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi penurunan kadar TSS mulai dari Inlet Primary Clarifier, Outlet Primary
Clarifier dan Outlet Secondary Clarifier yaitu dari 1537 mg/liter menjadi
685 mg/liter menjadi 53.5 mg/liter. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahap penyempurnaan yang merupakan tahap yang paling berperan aktif
dalam penanganan TSS berjalan dengan baik.
Dari hasil analisis kadar TSS yang terkandung dalam sampel dari outlet secondary Clarifier masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan
oleh industri itu sendiri maupun pemerintah yaitu pada industri tersebut
adalah 93 mg/liter dan Surat Keputusan Menteri Kependudukan Negara
dan Lingkungan Hidup No : 03/MENKLH/II/1991 adalah 200 mg/liter.
Saran
Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi,
diharapkan dilakukan pengolahan limbah cair semaksimal mungkin sebelum
dibuang ke sungai pembuangan, supaya tidak mencemari lingkungan serta tidak
merugikan masyarakyat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Fengel, D dan Wegner, G. 1995. Kayu Kimia Ultrastruktur Reaksi-Reaksi.
Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugiarto. 1993. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Yogjakarta : Kanisius.
Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000. Perolehan
Nilai Parameter Karakteristik Limbah Cair.
Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002. Handbook
Effluent.
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2003. Buku
Panduan Pelatihan Operator Profesional Muda IPAL.
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2005. Digester,
Washing and Screening, Bleaching, Pulp Machine.
Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Edisi