• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Event Organizer Terhadap Tindak Pidana Kelalaian Yang Menyebabkan Meninggalnya Orang Dalam Konser Musik (Studi Putusan NO.713/Pid.B/2008/PN.Bdg)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Event Organizer Terhadap Tindak Pidana Kelalaian Yang Menyebabkan Meninggalnya Orang Dalam Konser Musik (Studi Putusan NO.713/Pid.B/2008/PN.Bdg)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku-buku

Adri Subono, JAVA Musikindo Present : WOW!!, PT. Indonesia Printer, Jakarta 2004.

Andi Hamzah, Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Bambang Poernomo, Azas- Azas Hukum Pidana, Gahlia Indonesia, Yogyakarta , 1976.

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media, 2006.

M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Malang, 1996 .

Martiman Prodjohamodjojo, Memahami Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, Pradnya Paramitha , Jakarta , 1996 .

Moelijatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab dalam Hukum Pidana, Bina Aksara, Yogyakarta,1983.

Moelijatno , Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta , 2000.

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Centra , Jakarta, 1981.

(2)

Sofyan Sastrawidjadja,Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan Peniadaan Pidana), Armico, Bandung, 1995.

Sr. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta, 2002.

Utrecht, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Bandung, 1994.

Wirjono Prodjodikoro, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Eresco, Jakarta, 1969.

II. Internet

03 Februari 2010

http//www.freziainfo.com/forum/viewtopic.php?t=2859&sid+d7b01d67c9ab28d2 18df9535d886b661, diakses tanggal 04 Februari 2010

Eddy Rifai, “Konser Musik Memakan Korban”. Lampung Post. Lampung Post,

Bandar Lam

tanggal 18 Februari 2010

Ahmad Safluan , “Bukti Baru Konser Ungu, Panitia Jual 14.480 Tiket”. Media

Indonesia,

30 diakses tanggal 18 Februari 2010

Fam/Ant, “Personel Pas Band Tahlillan Dirumah Korban”

(3)

BAB III

ANALISIS TERHADAP TINDAK PIDANA KELALAIAN YANG MENGAKIBATKAN MENINGGALNYA ORANG LAIN DALAM

KONSER MUSIK

A. Kesalahan Penyelenggara Sebagai Dasar Pertanggungjawaban Pidana Event Organizer Terhadap Tindak Pidana Tersebut

Kesalahan penyelenggara konser musik yang menyebabkan meninggalnya orang di dalam petunjukan musik tersebut merupakan sebagai bentuk tindak pidana yang harus dipertanggungjawabkan kepada pihak penyelenggara tersebut secara penuh. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya yang menyebabkan adanya orang yang meninggal di dalam konser musik tersebut dikarenakan ketidaksiapan dan ketidaktelitiaan pihak penyelenggara dalam rangka membuat suatu pertunjukan konser musik tersebut.

Penyelenggara konser musik tersebut pada dasarnya didalam melaksanakan suatu pertunjukan musik harus memikirkan hal-hal apa saja yang diperlukan dan dipersiapkan sebelum konser tersebut dilaksanakan. Sehingga nanti pada saat konser tersebut berlangsung hal-hal yang tak diinginkan yang dapat menyebabkan meninggalnya orang didalam pertunjukan musik tersebut dapat untuk dihindari.

Sehingga dengan suatu perencanaan pertunjukan konser musik yang baik akan membuat konser tersebut berjalan dengan baik, tiada memakan korban seorang pun dan dapat berjalan dengan berhasil.

(4)

Didalam memilah dan menelaah suatu bentuk tindak pidana kelalaian didalam Pasal 359 KUHP harus dapat membuat suatu rincian mengenai unsur-unsur mana yang tergolong hal-hal yang subjektif dan objektif didalam pasal tersebut.

a. Unsur Subjektif : Karena kesalahannya ( kelalaian / culpa ) b. Unsur Objektif : 1. Menyebabkan

2. Meninggalnya 3. Orang lain

1. Unsur Subjektif : Karena Kesalahannya ( Kelalaian / culpa )

Kealpaan baik oleh Hoge Raad maupun oleh doktrin diartikan semata-mata sebagai “ culpa lata “ atau “ groverschuld “ atau sebagai kealpaan yang sifatnya menyolok saja, mempunyai 2 ( dua ) unsur yaitu “ onvoorzichtigheid “ atau kekuranghati-hatian dan “ onzchtzaamheid ” atau kurang mempunyai perhatian terhadap akibat yang timbul.

Kelalaian penyelenggara yang sifatnya menyolok adalah : a. Jumlah penonton yang melebihi kapasitas tempat pertunjukan.

(5)

b) Pemilihan tempat pertunjukan musik yang tidak sesuai atau tidak layak.

Dalam pertunjukan music Besides Band di Bandung, panitia penyelenggara memilih Gedung Konfrensi Asia Afrika yang merupakan gedung pertemuan yang tertutup, tempat tersebut bukan diperuntukan untuk pertunjukan musik atau seni. Gedung Konfrensi Asia Afrika berkapasitas hanya 750 orang sedangkan Besides Band pada waktu itu sangat terkenal dan mempunyai penggemar yang sangat fanatik. Dilihat dari sifat dan kegunaan gedung, Gedung Konfrensi Asia Afrika bukanlah tempat yang sangat sesuai untuk pertunjukan musik yang besar dan membutuhkan banyak ruang.

Dilihat dari fisik Gedung Konfrensi Asia Afrika tersebut tidak layak karena gedung tersebut hanya mempunyai satu pintu kecil sebagai pintu masuk dan ada 2 pintu keluar di bagian belakang gedung. Sedangkan jumlah penonton yang keluar masuk kurang lebih 1.500 orang. Gedung Konfrensi Asia Afrika merupakan gedung pertemuan yang mempunyai lantai dasar ,selebihnya adalah tempat tempat pertemuan sejarah tokoh-tokoh besar dunia. Lantai dasar setengahnya dipakai untuk panggung sehingga kapasitas untuk penonton yang berada di bawah menjadi sangat terbatas.

(6)

tersebut tidak dipergunakan secara seluruhnya, hanya pintu masuk saja yang dipergunakan sebagai pintu untuk keluar dan masuknya penonton.

2. Unsur Objektif

Kealpaan tersebut harus menyebabkan timbulnya suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang yaitu menyebabkan meninggalnya orang lain. Yang dimaksud disini adalah orang lain selain pelakunya sendiri karena undang-undang tidak melarang orang karena kealpaannya menyebabkan dirinya meninggal.

Dalam rumusan delik Pasal 359 KUP, ditentukan unsur akibat yaitu menyebabkan matinya orang lain. Untuk menentukan unsur perbuatan yang menimbulkan akibat diadakan dengan menggunakan ajaran sebab-akibat. Menurut Moeljatno yang menjadi ukuran untuk menentukan suatu perbuatan yang menimbulkan akibat adalah akal atau logika yang objektif, yaitu yang dicapai oleh ilmu pengetahuan alam pada masa itu, karena yang akan ditentukan adalah hubungan dalam alam kenyataan yang dapat dialami dengan panca indera.

Dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan konser musik yang menelan korban jiwa, korban meninggal karena kehabisan oksigen. Keadaan yang menjadi sebab meninggalnya korban akibat kehabisan oksigen adalah saling berhimpitan, berdesakan, terinjak-injak oleh penonton lainnya.

(7)

spasi antara penonton antara penonton satu dengan lainnya dan kelalaian pemilihan tempat pertunjukan yang tidak layak.

2. Penyelenggara Konser Musik Sebagai Subjek Tindak Pidana Kelalaian Yang Mengakibatkan Meningalnya Orang Lain Dalam Suatu Konser.

Penyelenggara sebagai subjek hukum dalam kasus pertunjukan musik Besides Band adalah badan hukum, berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Dalam kenyataan kita mengetahui bahwa korporasi berbuat atau bertindak melalui manusia ( bisa pengurus maupun orang lain). Dalam KUHP tidak mengenal pertanggungjawaban kolektif/ badan hukum, badan hukum atau korporasi sebagai subjek tindak pidana dikenal di luar KUHP.

Dalam UUPT (Undang-Undang Perseroan Terbatas ), direksi merupakan penanggungjawab pengurusan yang mewakili perusahaan, tetapi menentukan seorang direksi bertanggungjawab secara pribadi harus diteliti apakah direksi tersebut bersalah atau lalai menjalankan tugasnya, maka direksi bertanggungjawab seara pribadi.

(8)

Dalam penyelenggaraan pertunjukan musik yang karena kelalaian menyebabkan meninggalnya orang lain melibatkan banyak orang, sehingga terdapat suatu “ mededaderschap” atau turut melakukan yang terdapat dalam Pasal 55 KUHP.

Dalam membuktikan kesalahan pada setiap pelaku tindak pidana dalam Pasal 359 KUHP, maka penuntut umum harus membuktikan :

a. bahwa terdakwa benar-benar mengetahui bahwa ia telah melakukan suatu tindak pidana yang dengan tidak sengaja telah menyebabkan meninggalnya orang lain dan

b. bahwa terdakwa benar-benar telah menghendaki turut melakukan suatu perbuatan yang dilakukan orang lain, yang kemudian ternyata dengan tidak sengaja telah menyebabkan meninggalnya orang lain.

3. Pembuktian Kesalahan Penyelenggara Konser Musik Yang Mengakibatkan Meninggalnya Orang Lain Disebabkan Kelalaian Penyelenggara

Dalam tindak pidana kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, yang harus dibuktikan adalah terdapat kesalahan pada diri tersangka atau terdakwa yaitu penyelenggara dalam bentuk kelalaian atau kealpaan. Adapun kedua unsur kealpaan tersebut yaitu kurangnya perhatian terhadap kemungkinan yang dapat timbul dan tidak adanya kehati-hatian yang diperlukan.

(9)

melainkan memakai sekedar pengetahuan yang dimiliki oleh warga negara pada umumnya.

Syarat yang penting untuk membuktikan adanya kesalahan (kealpaan) tersangka/ terdakwa adalah bahwa terdakwa harus dapat membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat. Pembuktian mengenai kenyataan bahwa seseorang terdakwa itu sebenarnya telah membayangkan sebelumnya tentang kemungkinan yang timbulnya suatu akibat adalah sulit, terutama jika terdakwa menyangkal kebenarannya. Mengenai hal tersebut dibutuhkan hakim untuk menyimpulkannya dari alat-alat bukti yang ada.

Jadi walaupun penuntut umum ternyata berhasil membuktikan kedua unsur kealpaan yaitu kekuranghati-hatian dan kuran mempunya perhatian, hakim masih harus membuktikan :

a. bahwa kesalahan terdakwa itu benar-benar merupakan suatu “culpa lata “ (kelalaian yang menyolok saja );

b. bahwa kesalahan terdakwa itu telah benar-benar terjadi karena kekuranghati-hatian atau karena kurang perhatian yang sifatnya menyolok; c. bahwa terdakwa memang benar telah dapat membayangkan kemungkinan

timbulnya suatu akibat yang membuat dirinya duajukan oleh penuntut umum ke pengadilan untuk diadili.

(10)

tidakalah mudah, selain sulitnya untuk membuktikan adanya culpa dalam diri tersangka/ terdakwa, untuk membawa perkara tersebut ke persidangan pun menghadapi berbagai hambatan, khususnya pada proses penuntutan.

B. Upaya Pencegahan Penyelenggaraan Konser Musik Yang Mengakibatkan Meninggalnya Orang Lain Disebabkan Oleh Kelalaian Penyelenggara

Melihat dari sulitnya membuktikan adanya kelalaian dari diri seseorang , dan banyaknya kasus pertunjukan musik akibat kelalaian yang tidak masuk penuntutan karena kurangnya bukti. Melihat hal tersebut, upaya pencegahan menjadi penting agar peristiwa konser musik yang mengakibatkan adanya korban jiwa di Indonesia tidak terulang lagi.

Upaya pencegahan atau upaya preventif disebut juga “non penal” dalam hal ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya pertunjukan musik yang menimbulkan korban jiwa, merupakan upaya pencegahan penangkalan adanya suatu pertunjukan musik yang mengakibatkan meninggalnya orang lain.

Dalam menyelenggarakan pertunjukan musik, tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Penyesuaian tempat pertunjukan dengan jumlah penonton, sifat dan jenis pertunjukan musik, serta artis pengisi acara. Hal ini untuk menghindari jumlah penontotn yan gmelebihi kapasitas tempat. 2) Penempatan keamanan yang strategis dan ketat, untuk menghindari

(11)

penonton yang membawa barang yang terlarang serta mengantisipasi adanya kerusuhan.

3) Penempatan petugas medis yang strategis dan memadai untuk mengantisipasi adanya penontotn yang pingsan atau luka-luka. 4) Koordinasi yang baik antara penyelenggara dengan para pihak

yang terkait seperti pengelola gedung tempat pertunjukan, petugas keamanan, petugas medis serta dengan dinas-dinas terkait dalam pemerintah daerah tempat pertunjukan dilaksanakan seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan lain-lain.

Mengenai pengendalian sebelum adanya tindakan-tindakan kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain dalam konser musik, maka sasaran utmanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain.

Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atu kondisi-kondisi social secara langsung atau tidak langsung yang dapat menimbulkan / menumbuhkan adanya kelalaian menyebabkan meninggalnya orang lain dalam penyelenggaraan pertunjukan musik.

(12)

Untuk meningkatkan kesadaran penyelenggara akan pentingnya keselamatan penonton dapat dilakukan dengan mempengaruhi pandangan masyarakat serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui media massa mengenai bahayanya kelalaian penyelenggara dalam menyelenggarakan suatu pertunjukan musik yaitu dapat menimbulkan korban luka-luka bahkan korban jiwa.

Pengetahuan yang dimiliki oleh warga Negara pada umumnya dapat dipengaruhi melaui media massa, karena melalui media massa masyarakat dapat memperoleh informasi bagaimana menyelenggarakan suatu pertunjukan musik, bagaimana suatu penyelenggaraan pertunjukan musik dapat menimbulkan korban jiwa karena yang menjadi ukuran dalam menentukan kelalaian adalah pengetahuan pandangan masyarakat pada umumnya.

Tetapi pengetahuan masyarakat mengenai kelalaian yang menyebabkan meninggalnya orang lain dalam penyelenggaraan pertunjukan musik dapat dipengaruhi dari seseorang yang memilik pengetahuan yang lebih tinggi dari orang lain, seperti contoh penyelenggara konser musik yang telah berpengalaman mengadakan pertunjukan musik yang dianggap selalu sukses menyelenggarakan pertunjukan musik dengan aman karena melalui media massa atau dengan kegiatan komunikasi edukatif yang melibatkan masyarakat, penegak hukum dan pihak terkait.

(13)

1) Meningkatkan kesadaran penyelenggara pertunjukan musik agar menyelenggarakan pertunjukan musik dengan penuh kehati-hatian serta penuh perhatian akan akibat yang akan timbul,

2) Meningkatkan koordinasi yang lebih baik antara penyelenggara dengan pihak terkait seperti petugas keamanan, petugas medis, pengelola gedung,

3) Meningkatkan peran serta pemerintah dalam memperbaiki atau menyediakan tempat pertunjukan yang layak.

C. Kasus dan Analisa

Sebelum sampai kepada kasus, penulis ingin memberikan beberapa contoh pertunjukan konser musik yang menyebabkan kematian yang terjadi di Indonesia, seperti :

a. Pertunjukan Musik Sheila On Seven di Bandar Lampung

(14)

pertunjukan konser musik Sheila On Seven ini dihentikan oleh penyidik dikarenakan tidak cukupnya bukti untuk menjerat para tersangka yang ada.64

Proses penyidikan telah dilakukan polisi sampai dengan pelimpahan berkas perkara oleh Jaksa Penuntut Umum ke Pengadilan, namun hakim yang mengadili para tersangka,membebaskan para tersangka dikarenakan dakwaan oleh jaksa baik primer maupun subsider tidak terbukti.

b. Pertunjukan Musik Ungu di Pekalongan

Pertunjukan musik Ungu di Stadion Widya Mandala Krida Pekalongan, Jawa Tengah diadakan pada tanggal 19 Desember 2006. Pertunjukan musik ini diadakan oleh PT. Tirto Kreatif Production.Pada pertunjukan musik band Ungu ini, jumlah penonton yang diperbolehkan kepolisian hanya sekitar 3000 penonton, namun yang terjadi dilapangan jumlah penonton meningkat tajam sehingga mencapai 15.000 orang. Pertunjukan musik Ungu adalah pertunjukan musik yang paling banyak memakan jumlah korban jiwa didalam penyelenggaraan pertunjukan musik di Indonesia. Korban meninggal mencapai 10 korban jiwa dan puluhan lainnya mengalami luka berat.

65

Pertunjukan musik ini diadakan pada hari Sabtu, pada tanggal 23 Juni 2007 di Stadion Sangkuriang Cimahi dengan penyelenggara adalah PT. Bamberina Andhika Mandiri dari Jakarta. Pada pertunjukan musik ini memakan korban jiwa sebanyak 3 (tiga) orang . Berbeda dengan kasus pertunjukan musik c. Pertunjukan musik Pas Band di Cimahi, Jawa Barat

64

Eddy Rifai, “Konser Musik Memakan Korban”. Lampung Post. Lampung Post, Bandar Lampung,

65

(15)

lainnya, korban yang meninggal bukan saat konser berlangsung, namun pada saat konser telah selesai, dikarenakan para penonton saling berdesak-desakan untuk keluar dari stadion. Pada pertunjukan musik ini, setelah diadakan pelimpahan berkas perkara oleh penyidik ke kejaksaan, namun oleh pihak kejaksaan dikembalikan lagi ke pihak penyidik dikarenakan kurang cukup bukti.66

Terdakwa Adhytia Arga Sasmitha bin Ahmad Dimyati bersama-sama dengan Herdi Eka Putra Nugraha dan Sugiana Alim bin Ibrahim (disidang terpisah) selaku panitia kegiatan konser musik launching album Beside Band, telah menyewa Gedung Asia Afrika Cultural Centre (AACC) Jl. Braga No. 1 Kota Bandung untuk dipergunakan menyelenggarakan pertunjukan acara Launching album Beside Band dengan telah memperoleh izin keramaina No.Pol : 1. Kronologis Kasus Besides Band

Bahwa terdakwa Adhytia Arga Sasmita Bin Ahmad Dimyanti bin Ahmad Dimyati alias Adit bersama sama dengan Herdi Eka Putra Nugraha alias Herdi dan Sugiana Alim Bin Ibrahim (disidang secara terpisah) secara bersama-sama atau turut serta pada hari Sabtu tanggal 09 Februaru 2008 sekira pukul 21.00 WIB bertempat di Gedung Asia Afrika Cultural Centre (AACC) di Jalan Braga No. 1 Kota Bandung atau setidak-tidaknya masih berada dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Kelas 1A Bandung , karena kesalahannya (kealpaannya) telah menyebabkan meninggalnya orang lain, perbuatan kesalahan, kurang hati-hati,lupa,kurang perhatian, yang dimana kematian orang tersebut tidak diinginkan oleh semua terdakwa dengan cara antara lain sebagai berikut :

66

(16)
(17)

1. Agung Fauzi Pratama; 2. M.Yusuf Perdian; 3. Tian Kristianti; 4. Dadi Gunajaya; 5. Ahmad Wahyu; 6. Diki Jaelani Sidik; 7. Rijali Mapuda; 8. Novi Febriani;

9. Ahmad Furkon Hamdan; 10. Reza Maulana;

11. Entis Sutisna;

Yang kesemuanya karena gangguan pernafasan yang mengakibatkan mati lemas, sebagaimana hasil autopsi /otopsi/visum et repertum yang dilakukan oleh bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan No. 2008038/IKFM/II/2008, No.

2008036/IFKM/II/2008, No. 2008035/IFKM/II/2008,No.2008041/IFKM/II/2008,No.2008042/IFKM/II/2008,N

(18)

berusaha, lalai, lupa membuka pintu-pintu dan pintu darurat Gedung sehingga semua orang-orang /pengunjung yang melebihi kapasitas gedung tersebut harus keluar melalui satu pintu yang sama yakni melalui pintu masuk;

Dan daripada itu ada ketiga orang yang luka –luka didalam gedung yakni bernama :

1. Adit;

2. Topan Putra Pertama; 3. Deri;

Berdasarkan hasil visum et repertum yang dilakukan oleh bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan No.2008026/IFKM/II/2008, No.2008027/IFKM/II/2008, No.2008031/IFKM/II/2008.

2. Tuntutan Hukum dari Jaksa Penuntut Umum.

Dalam Pasal 182 ayat 1 huruf a KUHAP, ditentukan bahwa setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan pidana. Surat dakwaan adalah dasar tuntutan pidana, dasar pembuktian / pembahasan yurids dan dasar dalam melancarkan upaya hukum. Karena eratnya hubungan antara surat dakwaan dengan tuntutan pidana, dikatakan bahwa tuntutan pidana yang baik akan bergantung pada dakwaan yang baik pula. Selain hal itu tuntutan pidana yang baik tidak semata-mata tergantung pada dakwaan yang baik, tetapi erat kaitannya dengan catatan sidang penuntut umum.

(19)

Penuntut Umum ada dua atau lebih surat dakwaan , namun antara rumusan surat dakwaan yang satu dengan yang lain kualifikasi deliknya tidak sejalan malahan saling mengecualikan.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada kasus No. 713/ Pid. B/2008/PN.Bdg berpendirian bahwa terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana kelalaian yang menyebabkan luka dan meninggalnya orang lain, hal ini sesuai yang diatur dalam pasal 359 jo Pasal 55 ayat (1) KUHP serta Pasal 360 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP yang dimana dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum menuntut agar terdakwa dijatuhi hukuman selama 3 tahun penjara.

Dasar daripada penuntutan selama 3 tahun penjara kepada terdakwa adalah berdasarkan alat-alat bukti yang ada yang dimana berupa :

1. 2 (dua) lembar Surat Izin Keramaian No.Pol : SI/114/II/2008/Intelkam Februari 2008.

2. 1 (satu) lembar spanduk besar; 3. 1 (satu) lembar spanduk kecil; 4. 15 (lima belas) bongol tiket;

5. 143 (seratus empat puluh tiga) lembar tiket;

6. 191 (seratus sembilan puluh satu) lembar kwitansi; 7. 4 (empat) bongol kwitansi;

8. 2 (dua) buku kwitansi;

9. 12 (dua belas) lembar undangan; 10. 1 (satu) lembar susunan panita;

(20)

12. 22 (dua puluh dua) lembar jadwal acara; 13. 1 (satu) buku majalah mosh;

14. 1 (satu) botol tinta stempel; 15. 1 (satu) bak stempel;

16. 5 (lima) buah bekas kembang api warna biru; 17. 29 (dua puluh sembilan) botol bekas Bir; 18. 14 (empat belas) botol bekas mansion house; 19. 1 (satu) botol kecil tinner;

20. 2 (dua) buah kaos;

21. 1 (satu) lembar Rundown Event Beside Launching Saturday, Februari 09 2008 AACC Bandung;

22. 1 (satu) lembar rundown gambaran; 23. 7 (tujuh) buah tutup botol mansion house; 24. 4 (empat) tutup botol bir bintang;

25. 1 (satu) tutup botol cap orang tua; 26. 1 (satu) buah pembuka tutup botol; 27. 1 (satu) lembar poster Beside;

28. 2 (dua) lembar Surat Perintah Kerja pemesanan barang atas nama Sdr. Yana dari Beside;

29. 37( tiga puluh tujuh) lembar tiket masuk untuk menonton konser musik beside band dengan harga Rp. 10.000 (sepuluh ribu);

30. 3 (tiga) buah stiker Beside;

(21)

32. Uang tunai Rp.1.270.000, (satu juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah); 33. Kwitansi pembayaran light system dia AACC Rp. 3.450.000 (tiga juta

empat ratus lima puluh ribu rupiah), tanggal 11 Februari 2008.

34. Kwitansi pembayaran sound system EQ BAND, senilai Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) tanggal 11 Februari 2008;

35. Kwitansi pembayaran infokus sebesar Rp. 330.000 (tiga ratus tiga puluh ribu rupiah) tanggal 09 Februari 2008.

Dan selain hal tersebut diatas jaksa penuntut umum juga menghadirkan saksi sebanyak 26 orang saksi dan 2 orang saksi ahli.

Semua barang bukti tersebut dikembalikan kepada penyidik untuk dipergunakan dalam perkara lain yang dimana dalam hal ini teman-teman terdakwa juga juga dijadikan terdakwa tetapi dalam berkas yang terpisah.

3. Putusan Hakim Yang Dijatuhkan

Putusan Hakim yang pada kasus No. 713/Pid.B/2008/PN.Bdg adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Adyhtia Arga Sasmitha Bin Ahmad Dimyati telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana ”Karena kelalaiannya secara bersama-sama menyebabkan orang lain mati dan luka”;

(22)

c. Menetapkan bahwa lamanya terdakwa ditahan sebelum pututsan ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap dikurangi seluruhnya dari hukuman yang diajtuhkan;

d. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;

(23)

karcis Beside, Uang tunai Rp.1.270.000, (satu juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah), Kwitansi pembayaran light system dia AACC Rp. 3.450.000 (tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah), tanggal 11 Februari 2008,Kwitansi pembayaran sound system EQ BAND, senilai Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) tanggal 11 Februari 2008; Kwitansi pembayaran infokus sebesar Rp. 330.000 (tiga ratus tiga puluh ribu rupiah) tanggal 09 Februari 2008. Diserahkan kepada Kejaaksaan Negeri Bandung untuk dipergunakan dalam perkara pidana No.713/Pid.B/2008/PN.Bdg atas nama Terdakwa Herdi Eka Putra Nugraha dan Terdakwa Sugiana Alim;

f. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1000 (seribu rupiah) ;

4. Perbandingan Antara Tuntutan Hukum Jaksa Penuntut Umum Dengan Putusan Hakim Yang Dijatuhkan

(24)

bukti uang sebesar Rp. 1.270.000 dikembalikan kepada Terdakwa. Dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000 (seribu rupiah).

Putusan Hakim yang pada kasus No. 713/Pid.B/2008/PN.Bdg adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Adyhtia Arga Sasmitha Bin Ahmad Dimyati telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana ”Karena kelalaiannya secara bersama-sama menyebabkan orang lain mati dan luka”;

b. Menghukum Terdakwa Adhytia Arga Sasmita dengan hukuman penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

c. Menetapkan bahwa lamanya terdakwa ditahan sebelum pututsan ini mempunyai kekuatan hukum yang tetap dikurangi seluruhnya dari hukuman yang diajtuhkan;

d. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan;

(25)

puluh sembilan) botol bekas Bir, 14 (empat belas) botol bekas mansion house, 1 (satu) botol kecil tinner,2 (dua) buah kaos, 1 (satu) lembar Rundown Event Beside Launching Saturday, Februari 09 2008 AACC Bandung, 1 (satu) lembar rundown gambaran, 7 (tujuh) buah tutup botol mansion house, 4 (empat) tutup botol bir bintang, 1 (satu) tutup botol cap orang tua, 1 (satu) buah pembuka tutup botol, (satu) lembar poster Beside,2 (dua) lembar Surat Perintah Kerja pemesanan barang atas nama Sdr. Yana dari Beside, 37( tiga puluh tujuh) lembar tiket masuk untuk menonton konser musik beside band dengan harga Rp. 10.000 (sepuluh ribu), 3 (tiga) buah stiker Beside, 4 (empat) lembar klise/ Film untuk poster dan ticket/ karcis Beside, Uang tunai Rp.1.270.000, (satu juta dua ratus tujuh puluh ribu rupiah), Kwitansi pembayaran light system dia AACC Rp. 3.450.000 (tiga juta empat ratus lima puluh ribu rupiah), tanggal 11 Februari 2008,Kwitansi pembayaran sound system EQ BAND, senilai Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) tanggal 11 Februari 2008; Kwitansi pembayaran infokus sebesar Rp. 330.000 (tiga ratus tiga puluh ribu rupiah) tanggal 09 Februari 2008. Diserahkan kepada Kejaaksaan Negeri Bandung untuk dipergunakan dalam perkara pidana No.713/Pid.B/2008/PN.Bdg atas nama Terdakwa Herdi Eka Putra Nugraha dan Terdakwa Sugiana Alim;

f. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1000 (seribu rupiah) ;

(26)

sesuai dengan pasal 359 jo Pasal 55 ayat (1) KUHP serta Pasal 360 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP yang dimana pasal tersebut seharusnya terdakwa dituntut dan dihukum selama 5 (lima) tahun penjara,tetapi dalam tuntutan tersebut Jaksa Penuntut Umum hanya menuntut terdakwa dengan tuntutan selama 3 tahun penjara, hal ini penulis anggap tidaklah sinkron dengan perbuatan kelalaian terdakwa yang dimana akibat dari kelalaian terdakwa yang telah memakan korban sebanyak 11 orang meninggal dunia dan 3 orang luka-luka. Hal ini semakin memperingan hukuman penjara terdakwa yang dimana putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang dimana lebih ringan 6 bulan penjara.

5. Dasar Hakim Dalam Putusan Tersebut

Bahwa pertimbangan Hakim dalam Putusan Hakim No. 713/Pid.B/2008/PN.Bdg dapat dilihat sebagai berikut :

A. Setelah membaca dan mempelajari surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum,ternyata terdakwa dihadapkan ke depan persidangan dengan surat dakwaan yang disusun secara Kumulatif dimana pada Dakwaan kesatu terdakwa telah didakwa melanggar Pasal 359 jo Pasal 55 (1) KUHP, dan dalam Dakwaan kedua didakwa melanggar Pasal 360 ayat (2) jo. Pasal 55 (1) KUHP, Yang dimana dakwaan pertama pasal 359 KUHP jo. Pasal 55 (1) KUHP memiliki unsur :

a) Barang siapa;

(27)

c) Yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan tindak pidana;

Tentang unsur pertama ” barang siapa ” yang dimakud disini adalah menunjuk kepada pelaku tindak pidana, baik manusia atau pribadi ataupun badan hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya, yang berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang dimaksud sebagai pelaku adalah orang pribadi yakni Terdakwa atas nama Adyhtia Arga Sasmita Bin Ahmad Dimyati.

Tentang unsur kedua ”karena salahnya menyebabkan orang lain mati” , bahwa unsur ini bersifat alternatif yang artinya apabila salah satu keadaan saja dari beberapa keadaan yang disebut diatas sudah terpenuhi maka unsur ini dapat dinyatakan terbukti. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang didasarkan kepada keterangan saksi dibawah sumpah dan keterangan terdakwa di persidangan serta adanya barang bukti yang diperlihatkan di persidangan, bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim maka unsur kedua yakni karena salahnya menyebabkan orang lain mati.

(28)

meninggal dunia tersebut, sehingga unsur ketiga dari dakwaan ini telah terbukti.

Dan dimana dalam dakwaan kedua yaitu didakwa melanggar Pasal 360 ayat (2) jo. Pasal 55 (1) KUHP memiliki unsur :

a) Barang siapa;

b) Karena Salahnya menyebabkan orang luka;

c) Yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan tindak pidana;

Tentang unsur pertama ” barang siapa ” yang dimakud disini adalah menunjuk kepada pelaku tindak pidana, baik manusia atau pribadi ataupun badan hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya, yang berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang dimaksud sebagai pelaku adalah orang pribadi yakni Terdakwa atas nama Adyhtia Arga Sasmita Bin Ahmad Dimyati.

(29)

dimana terdapat tiga orang korban yang mengalami luka-luka yaitu Adit, Topan Putra Pertama dan Deri .

Tentang unsur ketiga ”yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan tindak pidana” , dari fakta di persidangan terungkap bahwa ternyata terdakwa selaku bersama kedua rekannya yang disidang secara terpisah telah lalai sehingga mengakibatkan 11 orang pengunjung meninggal dunia dan 3 orang lainnya luka-luka, dengan demikian terdakwa adalah sebagi orang yang melakukan tindak pidana kelalaian yang menyebabkan orang meninggal dunia tersebut, sehingga unsur ketiga dari dakwaan ini telah terbukti.

B. Oleh karena terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan pertama dan kedua, maka Majelis hakim menjatuhi hukuman kepada terdakwa yang dimana setimpal dengan kesalahannya itu.

C. Oleh karena terdakwa menjalani masa penahanan di Rumah Tahanan Negara maka Hakim menimbang bahwa lamanya terdakwa menjalani masa penahana di Rumah Tahanan Negara akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan , dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

D. Sebelum menjatuhkan pidana atas terdakwa maka majelis hakim mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan sebagai berikut :

(30)

Perbuatan terdakwa mengakibatkan 11 (sebelas) orang meninggal dunia dan 3 (tiga) orang luka-luka;

Hal-hal yang meringankan :

a) Terdakwa mengakui perbuatan secara terus terang sehingga mempelancar jalannya persidangan;

b) Terdakwa berlaku sopan di persidangan; c) Terdakwa belum pernah dihukum;

d) Terdakwa berstatus Mahasiswa tingkat terakhir dan ingin menyelesaikan kuliahnya.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penyelenggara (event organizer) pertunjukan musik sebagai pengelola pertunjukan musik dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana terhadap kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain dalam pertunjukan musik yang diselenggarakannya. Pertanggungjawaban pidana dalam delik kealpaan yang menyebabkan meninggalnya orang lain dalam Pasal 359 KUHP adalah pertanggungajwaban pidana secara pribadi. Dalam penyelenggaraan pertunjukan musik melibatkan banyak orang, sehingga terdapat suatu “ mededaderschap” atau turut melakukan yang terdapat pada pasal 55 KUHP. Tujuan pertanggungjawaban pidana adalah untuk menjatuhkan pidana kepada penyelenggara. Untuk menjatuhkan pidana terhadap penyelenggara maka harus terdapat kesalahan pada dirinya, penyelenggara dapat membayangkan kemungkinan timbulnya akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang, adanya kemampuan bertanggungjawab serta tidak adanya alasan pemaaf pada diri penyelenggara.

(32)

yang melebihi kapasitas tempat dan pemilihan tempat pertunjukan yang tidak layak atau tidak sesuai. Sedangkan mengenai upaya pencegahan tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain dalam pertunjukan musik sendiri adalah dengan meningkatkan kesadaran penyelenggara akan pentingnya keselamatan penonton dalam pertunjukan musik ditempuh dengan cara mempengaruhi pandangan masyarakat , pemidanaan lewat media massa, kegiatan komunikasi edukatif.

B. Saran

1. Adanya pengaturan khusus yang tegas mengenai penyelenggaraan pertunjukan musik yang melibatkan banyak orang khususnya kapasitas penonton, pemilihan tempat, pengaturan yang tegas mengenai tindak pidana kelalaian khususnya kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain dalam hukum pidana Indonesia, serta pelaksanaan pengaturan terkait yang telah ada diterapkan secara ketat dan selektif seperti perizinan keramaian, perizinan keamanan, perizinan kegiatan dan lain-lain sehingga penyelenggaraan pertunjukan musik dapat diselenggarakan dengan aman tanpa menimbulkan akibat yang dilarang undang-undang. 2. Adanya peningkatan kesadaran penyelenggara untuk mematuhi

(33)

penyelenggaraan pertunjukan musik seperti penyediaan atau perbaikan tempat pertunjukan musik yang layak dan sesuai, petugas keamanan yang memadai , petugas medis yang memadai. Semua itu dapat diwujudkan dengan adanya koordinasi yang baik antara penyelenggara dengan semua pihak yang terkait.

(34)

BAB II

KAJIAN TEORITIK TERHADAP TINDAK PIDANA DAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN YANG MENGAKIBATKAN MENINGGALNYA ORANG LAIN DALAM

PERTUNJUKAN MUSIK

A. Event Organizer Sebagai Pengelola Pertunjukan Musik

Musik yang saat ini telah berkembang menjadi sebuah industry di beberapa Negara didanai, telah dianggap menjadi sebuah contributor yang sangat signifikan bagi perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut. Di satu sisi, musik sebagai bagian dari konteks budaya dimana perkembangan ekonomi memiliki peran didalamnya, sedangkan di sisi lain perkembangan dari sebuah industry musik memberikan kontribusi secara langsung bagi pengembangan lain secara luas.

Musik pun kini bukan saja diartikan sebagai sebuah sarana menyalurkan hobi belaka, melainkan telah menjadi sebuah komiditi bisnis yang sangat menguntungkan. Pasar entertainment sedang mengalami revolusi pertumbuhan yang luar biasa. Meminjam istilah John Grant, bahwa saat ini kita tengah memasuki masa after image. Suatu masa dimana pasar menghendaki adanya hubungan interaktif dari sekedar hubungan mata yang biasa yang dilihat di majalah atau televisi. Hubungan interaktif itu diungkapkan secara ekspresif, live , experiential dan emotional12

Disinilah event organizer sebagai badan usaha pengelola pertunjukan yang berbentuk badan hukum mengelola pertunjukan musik secara baik, aman, teratur

12

(35)

dan nyaman bagi penontonnya mulai dibutuhkan. Sebuah event organizer mulai berperan yang dapat mengkoordinasikan segala sesuatunya secara terorganisir. Mulai dari menghubungi pihak artis, mengurus segala keperluan dari artis maupun keperluan pertunjukan, menjaga keamanan dan kenyamanan selama pertunjukan, hingga koordinasi dengan pihak-pihak terkait demi menyajikan sebuah pertunjukan musik yang menarik.

1. Konsep Penyelenggaraan Pertunjukan Musik

Suatu Konser musik tidak diselenggarakan dengan begitu saja, suatu penyelenggaraan pertunjukan musik membutuhkan persiapan yang benar-benar harus sangat matang sehingga pada nantinya pertunjukan atau konser musik tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Sebagai contoh , PT. JAVA Musikindo event organizer yang sudah berpengalaman mengadakan pertunjukan musik di Indonesia yang dipimpin oleh Adri Subono memiliki divisi-divisi dalam mempersiapkan suatu pertunjukan musik yang pada umumnya juga dimiliki oleh event organizer lainnya walaupun mungkin dengan istilah-istilah yang berbeda. Adapun divisi-divisi tersebut adalah :

a. Divisi Promosi

(36)

wawancara dengan artis, sedangkan JAVA Musikindo mendapatkan halaman iklan dalam media tersebut.

Ketika JAVA Musikindo mendapatkan sponsor untuk konsernya, tugas divisi ini menjadi sangat lebih ringan. Karena biasanya urusan promosi tersebut akan dialihkan ke pihak sponsor. Divisi ini hanya mengatur lalu lintas bahkan promosi yang dibuat oleh sponsor. Karena sekecil apapun materi promosinya, banyak rambu yang harus ditaati dalam membuat materi promosi ini. Untuk Flyer misalnya, nama sponsor tidak boleh lebih besar dari nama artis. Lalu, gambar artis tidak boleh dimanipulasi. Sehingga persetujuan dari pihak artis diperlukan saat sponsor hendak membuat materi promos sendiri.13 b. Divisi Ticketing

Divisi ini bertugas untuk merancang, mencetak dan menyebarluaskan serta melakukan pemantauan atas penjualan tiket pertunjukan . Bekerja sama dengan divisi desain, divisi ini harus menyelesaikan rancangan tiket tiga minggu sebelum suatu pertunjukan konser musik itu berlangsung. Desain itu harus tercantum semua informasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh penonton, nomor tempat duduk, pintu masuk , posisi nomor urut tiket, warna yang berbeda dalam tiap kelas, denah veneu, informasi tanggal-hari-waktu-tempat, tiket itu untuk beberapa orang, harga tiket, serta judul pertunjukan konser musik tersebut.

(37)

Kerjasama ini dijalin sejak awal karena nama agen-agen penjualan harus dicantumkan dalam semua materi promosi pertunjukan.14

c. Divisi Pers dan Humas

Divisi ini banyak berhubungan dengan media massa. Ada sejumlah kegiatan yang berada dibawah kendalai divisi lain. Yaitu menggelar jumpa pers, membuat daftar wartawan yang akan meliput konser, menyusun jadwal wawancara artis dengan wartawan dan mengatur peliputan konser.

Meskipun kadang jumpa pers sebenarnya tak selalu tercantum dalam rider artis, JAVA Musikindo selalu mengupayakan agar acara ini tetap ada. Karena tidak semua wartawan akan mendapat kesempatan secara langsung mewawancarai artis. Prioritas wawancara khusus biasanya diberikan kepada media yang menjadi

partner promosi JAVA Musikindo 15 d. Divisi Perizinan

.

Divisi ini bertugas untuk mengurusi segala perizinan yang harus diperoleh JAVA Musikindo sebelum menggelar suatu pertunjukan konser music. Antara lain yaitu izin kegiatan, izin keramaian, izin tempat dan lain-lainnya. Dalam prakteknya JAVA Musikindo selalu mengurusi perizinan yang diperlukan. Meskipun urusan perizinan ini JAVA Musikindo bekerja sama dengan sebuah impresariat, perusahan yang khusus bergerak di bidang perizinan, dan juga bekerja sama dengan kepolisian.16

14 Ibid 15

(38)

e. Divisi Operasional

Divisi ini memiliki perkerjaan yang sangat unik, karena diperlukan hampir oleh semua ataupun seluruh divisi yang ada. Namun , tugas utamanya adalah menyebarluaskan materi promosi yang telah dicetak17

Konser outdoor mempunyai kelebihan kapasitas venue yang lebih besar, sehingga penyelenggara dapat menjual tiket lebih banyak dan mendapat keuntungan lebih banyak .Tetapi konser Outdoor juga membutuhkan

production cost yang lebih tinggi juga, karena harus menempatkan orang, rambu-rambu, menyewa ruang ganti untuk artis, memasang penyejuk udara ditenda, barikade pengamanan yang lebih banyak, system keamanan yang harus lebih baik dan lain sebagainya

.

Menurut Adri Subono dalam menyelenggarakan konser musik, event organizer juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Pemilihan tempat pertunjukan musik yang tepat dan sesuai :

Pemilihan tempat pertunjukan musik sangat penting karena harus disesuaikan dengan kapasitgas yang diinginkan, artis atau jenis musik yang akan diselenggarakan, serta sifat pertunujukan musik tersebut memakai tiket atau konser gratis atau tidak memakai tiket. Dilihat dari kapasitasnya, suatu konser music dapat diadakan di ruangan terbuka (outdoor) atau ruangan tertutup (indoor).

18

17

Ibid, hlm 13

(39)

mempunyai kekurangan yaitu dimana production cost-nya yang sedikit atau lebih bersifat ekonomis19

Konser outdoor juga mempunyai resiko yang lebih tinggi dari pada konser indoor karena melibatkan banyak sekali orang ( penonton ) sehingga membutuhkan petugas keamanan yang jauh lebih banyak. Konser indoor juga mempunyai resiko jika penonton melebihi kapasitas yang ada. Tetapi jika hal tersebut tidak terjadi, tentu saja keamanan dan kenyamanan penonton akan lebih jauh terjamin.

Pemilihan tempat juga disesuaikan dengan artisnya, contohnya konser musik artis yang sedang terkenal dan memiliki penggemar yang banyak tentu saja akan membutuhkan tempat yang luas, apalagi kemungkinan banyaknya penggemar fanatik tapi tidak mempunyai tiket akan membobol pintu secara paksa agar dapat masuk untuk melihat konser tersebut sangatlah tinggi.

(40)

Mengenai kapasitas tempat pertunjukan musik berlangsung, Adri Subini menjelaskan hal tersebut merupakan hal yang terpenting dalam menyelenggarakan pertunjukan musik, karena hal tersebut berkaitan langsung terhadap keamanan pertunjukan musik yang seharusnya merupakan hal yang dinomorsatukan oleh pihak penyelenggara. Mengenai hal ini Adri Subono menambahkan , idealnya penyelenggara harus menghitung jumlah penonton yang darang yang dapat dilihat dari jumlah tiket terjual dengan kapasitas tempat pertunjukan, serta menyisihkan 20 % kapasitas tempat pertunjukan untuk mengatasi adanya penonton tanpa tiket yang memaksa masuk dengan cara membobol pintu atau dengan cara-cara lainnya yang dapat membahayakan jiwa mereka ataupun jiwa penonton lainnya20

Posisi atau penempatan petugas keamanan juga harus diperhatikan karena ini merupakan aspek yang penting. Contohnya JAVA Musikindo event organizer yang telah berpengalaman dalam mengadakan pertunjukan musik telah lama menggunakan tehnik pressure breaker dalam tiap pertunjukannya. Dalam teknik ini tekanan dari penonton dari belakang ke depan dapat diredam

. 2) Keamanan

Seperti yang telah dibahas diatas, pertunjukan outdoor membutuhkan petugas keamanan yang lebih banyak dari pertunjukan indoor, ini dikarenakan pertunjukan outdoor melibatkan penonton yang sangat banyak akibat kapasitas

(41)

berkat penempatan barikade diantara kedua kelompok penonton tersebut.21 Sebenarnya teknik ini bukan hal yang baru karena telah dipakai dan dipraktekkan oleh beberapa event organizer dan promoter-promotor lain untuk pertunjukan mereka, tidak hanya di JAVA Musikindo.22

Penempatan petugas medis harus strategis dan jumlahnya harus sangat memadai. Hal ini sangatlah diperlukan sama sekali mengingat didalam suatu pertunjukan musik sangatlah rawan sekali resiko adanya penonton yang

Jadi posisi penempatan petugas keamanan harus tepat dan strategis.

Dalam hal ini penempatan petugas keamanan untuk memeriksa penonton dan barang yang dibawa oleh penonton sangat diperlukan untuk menghindari adanya barang-barang terlarang seperti senjata tajam, obat-obatan terlarang, minuman keras dan lain-lain yang dianggap akan mengganggu keamana pertunjukan musik. Dalam prakteknya penempatan petugas keamanan tersebut jarang diterapkan didalam konser-konser lokal, hanya pada pertunjukan musik artis luar negeri.

Selain dari segi tempat, kapasitas penempatan juga harus diperhatikan dari sifat konser tersebut, petugas keamanan dalam pertunjukan musik yang sifanya gratis atau tanpa tiket membutuhkan jumlah petugas keamanan yang lebih banyak untuk mengatur jumlah penonton yang masuk kedalam venue

agar tidak melebihi kapasitas yang ada, mengingat konser gratis menarik jumlah massa yang sangat banyak.

3. Penempatan Petugas Medis

21

(42)

pingsan karena kekurangan oksigen dan luika-luka karena adanya dorongan dari penonton lainnya.Sehingga disini petugas medis juga harus disiapkan dengan jumlah yang cukup, dan penempatan daripada petugas medis ini biasanya berada di barisan belakang penonton ataupun di bagian pagar pembatas penonton yang berada di bagian depan23. Peran petugas medis disini cukuplah besar mengingat hampir semua pertunjukan konser yang pernah diadakan oleh pihak JAVA Musikindo cukup banyak korban korban yang pingsan karena kekurangan oksigen dan terutama dimana korban-korban ini paling banyak adalah kaum wanita. Sehingga dengan demikan sebelum melaksanakan suatu konser musik pihak JAVA Musikindo ini sendiri akan bekerjasama dengan pihak-pihak medis ataupun rumah sakit yang dimana pihak penyelenggara konser musik tersebut meminta kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan ambulance, obat-obatan, tabung oksigen dan perlengkapan medis lainnya24

Ini merupakan aspek yang sering dilupakan oleh pihak penyelenggara atau event organizer pertunjukan musik, padahal ini merupakan aspek yang pennitng dalam mempengaruhi apakah suatu konser musik akan berjalan lancar atau rusuh. Seringkali pertunjukan musik menjadi rusuh yang beresiko memakan korban dipicu oleh “memanasnya” penonton akibat dari ketidaknyamanan venue atau tempat pertunjukan musik. Contoh dalam pertunjukan musik yang sering diadakan oleh pihak JAVA Musikindo, kru

.

4. Kenyamanan Penonton

23

(43)

JAVA Musikindo menambahkan blower penyejuk udara dibawah panggung dalam jumlah yang banyak, yang dapat menyejukkan udara dalam konser yang diadakan didalam ruangan atau venue.25

Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum pidana, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa yang terjadi didalam hukum pidana

Cara yang paling utama untuk menjaga kenyamanan penonton tentu saja tidak memasukkan penonton melebihi kapasitas tempat yang ada.

B. Tindak Pidana Dalam Asas Hukum Pidana

26

Didalam bahasa Indonesia Het Strafbare Feit telah diterjemahkan sebagai : . Tindak pidana mempunyai pengertian yang yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkret dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.

Adakalanya istilah dalam pengertian hukum telah menjadi istilah dalam kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya istilah dalam kehidupan masyarakat yang dipergunakan sehari-hari dapat menjadi istilah dalam pengertian hukum, misalnya istilah percobaan, sengaja, dan lain sebagainya. Sebelum menjelaskan arti pentingnya istilah tindak pidana sebagai pengertian hukum, terlebih dahulu diterangkan tentang pemakaian istilah tindak pidana yang beraneka ragam.

1. Het Strafbare Feit

25

Ibid,hlm 19 26

(44)

a. Perbuatan yang dapat/ boleh dihukum b. Peristiwa Pidana

c. Perbuatan Pidana dan d. Tindak Pidana

Masing-masing penerjemah atau yang menggunakan, memberikan sandaran atau pengertian masing-masing dan bahkan perumusan pengeritian dari istilah tersebut.

2. Pengertian dari “Een strafbaar feit” menurut sarjana-sarjana barat.

Mengenai apa yang diartikan dengan “strafbaar feit”, para sarjana baratpun, memberikan pengertian/pembatasan yang berbeda seperti terbaca diabawah ini antara lain sebagai berikut :

a. Perumusan Simons

(45)

b. Perumusan Van hammel

Van Hammel merumuskan “Strafbaar Feit” itu sama dengan yang dirumuskan oleh Simmons, hanya ditambahkannya denggan kalimat ‘tindakan mana bersifat dapat dipidana”.

c. Perumusan VOS

VOS merumuskan : “Straftbaar feit adalah suatu kelakuan gedraging) manusia yang dilarang dan oleh undang-undang diancam dengan pidana.

b. Perumusan Pompe

Pompe merumuskan : “ Strafbaar Feit” adalah suatu pelanggaran kaidah ( penggangguan ketertiban hukum ), terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesehjahteraan umum.27

3. Pengertian “Strafbaar Feit” setelah terjemahan

Diantara sarjana Indonesia tersebut telah memberikan pendapat atau alasan-alasannya , mengapa harus menggunakan istilah yang dipilihnya itu sebagai terjemahan dari “straafbaar” dan “feit” yang kemudian dimajemukkan. Beberapa diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendapat Moljatno dan Ruslan Saleh

(46)

jatuh pada “perbuatan pidana” dengan alasan dan pertimbangan sebagai berikut :

1. Kalau untuk recht , sudah lazim dipakai istilah : Hukum, maka dihukum lalu berarti : berecht, diadili, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan straf, pidana ;karena perkara-perkara perdata pun di berecht, diadili. Maka beliau memilih terjemahan strafbaar feit

adalah istilah Pidana sebagai singkatan YANG DAPAT DIPIDANA.

2. Perkataan perbuatan sudah lazim dipergunakan dalam percakapan sehari-hari seperti : perbuatan tak senonoh, perbuatan jahat dan sebagainya dan juga sebagai istilah teknis seperti : perbuatan melawan hukum (onrechmatig daad). Perkataan perbuatan berarti dibuat oleh seseorang dan menunjuk baik pada yang melakukan maupun pada akibatnya . Sedangkan perkataan peristiwa tidak menunjukkan, bahwa yang menimbulkannya adalah “handeling” atau “gedraging” seseorang, mungkin juga hewan atau alam. Dan perkataan tindak berarti langkah dan baru dalam bentuk tindak tanduk tingkah laku. b. Pendapat Utrecht

(47)

c. Pendapat Satochid

Satochid Kertanegara dalam rangkaian kuliah beliau menganjurkan pemakaian istilah tindak-pidana, karena istilah tindak (tindakan ) , mencakup pengertian melakukan atau berbuat (actieve handeling) dan atau pengertian tidak melakukan, tidak berbuat, tidak melakukan suatu perbuatan (passive handeling).

Istilah perbuatan berarti melakukan, berbuat (active handeling) tidak mencakup pengertian mengakibatkan /tidak melakon. Istilah peristiwa tidak menunjukkan kepada hanya tindakan manusia. Sedangkan terjemahan pidana untuk strafbaar adalah sudah tepat. 28

4. Berbagai Perumusan Tindak Pidana

Sebelum dicoba memberikan perumusan tindak pidana, terlebih dahulu akan disitir beberapa perumusan yang telah diperkenalkan oleh beberapa sarjana/ ahli hukum sebagai berikut :

a. Prof. Moeljatno setelah memilih perbuatan-pidana sebagai terjemahan dari ‘‘Strafbaar Feit”,beliau memberi suatu perumusan (pembatasan) sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan tersebut29 , dan perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau menghambat akan tercapainya tata pergaulan didalam masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu30

28

Ibid. Hlm 208. 29

Moelijatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab dalam Hukum Pidana,Bina Aksara, Yogyakarta-1983, Hlm 17

(48)

mutlak harus unsur formil, yaitu mencocoki rumusan undang-undang

(Tatbestandmaszigkeit) dan unsur materil, yaitu sifat bertentangannya dengan cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan pendek, sifat melawan hukum (Rechtswirdigkeit)31

b. Mr. R Tresna setelah mengemukakan bahwa sungguh tidak mudah memberikan suatu ketentuan atau definisi yang tepat, mengatakan bahwa : Peristiwa – Pidana ialah sesuatu perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. Beliau menerangkan bahwa perumusan tersebut jauh daripada sempurna , karena dalam uraian beliau selanjutnya diutarakan bahwa sesuatu perbuatan itu baru dapat dipandang sebagai peristiwa pidana, apabila telah memenuhi persyaratan yang diperlukan 32

c. Dr. Wirjono Prodjodikoro merumuskan, bahwa Tindak-pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana33

5. Unsur- Unsur Tindak Pidana

Sungguhpun telah banyak diperkenalkan perumusan dari tindak pidana diatas, diantara sarjana itu ada yang merasa yakin atas kelengkapan dari perumusannya, ada yang mengakui ketidak-sempurnaannya. Seperti telah disinggung diatas, istilah Tindak dari Tindak-Pidana adalah merupakan singkatan

31

Ibid. Hal 22 32

Dikutip dari Buku Sr Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hal 207, (Kuliah dari Tresna R.Mr)

33

(49)

dari Tindakan Atau Petindak. Artinya adanya orang yang melakukan suatu Tindakan, sedangkan orang yang melakukan itu dinamakan Petindak. Mungkin sesuatu tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja, tetap dalam banyak hal sesuatu tindakan tertentu hanya mungkin dilakukan oleh seseorang dari suatu golongan jenis kelamin saja, atau seseorang dari suatu golongan yang bekerja pada Negara/ pemerintah, atau seseorang dari golongan lainnya yang hidup didalam masyarakat. Antara petindak dengan suatu tindakan yang terjadi harus ada hubungan kejiwaan (pshycologis), selain daripada penggunaan salah satu bagian tubuh, panca indra atau alat lainnya sehingga terwujudnya sesuatu tindakan.Hubungan kejiwaan itu adalah sedemikian rupa dimana petindak dapat menilai tindakannya, dapat menentukan apakah akan dilakukan atau dihindarinya, dapat pula menginsyafi ketercelaan atas tindakannya itu, atau setidak-tidaknya , oleh kepatutan dalam masyarakat memandang bahwa tindakan itu adalah tercela. Bentuk hubungan kejiwaan itu ( dalam istilah hukum-pidana) disebut kesengajaan atau kealpaan, selain daripada itu tiada terdapat dasar-dasar atau alasan peniadaan bentuk hubungan kejiwaan tersebut.

(50)

Setiap tindakan yang bertentangan dengan hukum atau tidak sesuai dengan hukum, menyerang kepentingan masyarakat atau individu yang dilindungi hukum, tidak disenangi oleh orang atau masyarakat baik yang langsung atu tidak langsung terkena dari tindakan tersebut. Pada umumnya untuk menyelesaikan setiap tindakan yang sudah dipandang merugikan kepentingan umum disamping kepentingan perseorangan, dikehendaki turun tangannya penguasa. Dan apabila penguasa tidak turun tangan maka tindakan-tindakan tersebut akan merupakan sumber kekacauan yang tak aka nada habis-habisnya. Demi menjamin keamanan, ketertiban, dan kesehjahteraan didalam masyarakat, perlu ditentukan mengenai tindakan-tindakan apa saja yang dilarang atau diharuskan.

(51)

Perlu diperhatikan pula, apabila masalah waktu, tempat, dan keadaan (WTK) ini dilihat dari sudut Hukum Pidana Formal, maka ia sangat penting. Karena tanpa kehadirannya dalam surat dakwaan, maka surat dakwaan itu adalah batal demi hukum. Jadi sama dengan dengan unsur-unsur lainnya yang harus hadir/terbukti.

Dari uraian tersebut diatas, secara ringkas dapatlah disusun unsur-unsur dari tindak pidana yaitu :

Ke-1 Subjek Ke-2 Kesalahan

Ke-3 Bersifat melawan hukum (dari tindakan)

Ke-4 Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/ perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam dengan pidana

Ke-5 Waktu, tempat dan keadaan (unsur objektif lainnya).

Dengan demikian dapat dirumuskan pengertian dari tindak-pidan sebagai : “Suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu , yang dilarang (diharuskan ) dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan hukum serta dengan kesalahan oleh seseorang ( yang mampu bertanggungjawab)” 6. Bentuk-bentuk Tindak Pidana (“Forms of Criminal Offence”)

(52)

Hanya saja didalam KUHP, “pemufakatan jahat” dan “recidive” tidak diatur dalam Aturan Umum Buku I, terapi didalam aturan khusus.

b) Dalam Konsep, semua bentuk-bentuk tindak pidana atau tahapannya terjadi/ dilakukannya tindak pidana itu, dimasukkan dalam Ketentuan Umum Buku I. Bahkan dalam perkembangan terakhir (Konsep 2008) ditambah dengan “persiapan” (preparation) yang selama ini tidak diatur dalam KUHP dan juga belum ada dalam Konsep-konsep sebelumnya. c) Aturan umum “pemufakatan jahat” dan “persiapan” dalam Buku I Konsep,

agak berbeda dengan “percobaan”34

1. Penentuan dapat dipidananya “percobaan” dan lamanya dipidana ditetapkan secara umum dalam Buku I, kecuali ditentukan lain oleh UU: pidana pokoknya (maksimum/ minimum) dikurangi sepertiga

. Perbedaannya adalah :

2. Penentuan dapat dipidananya “pemufakatan jahat” dan “persiapan “ ditentukan seccara khusus/tegas dalam UU (dalam perumusan tindak pidana yang bersangkutan). Aturan umum hanya menentukan pengertian/ batasan kapan dikatakan ada “permufakatan jahat” atau “persiapan” dan lamanya pidana pokok (yaitu dikurangi dua pertiga)35 C. Pengertian dan Unsur PertanggungJawaban Pidana

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban dalam hukum pidana bukan hanya berarti sah menjatuhkan pidana terhadap orang tersebut, tapi juga sepenuhnya dapat diyakini

34

M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Malang, 1996 .Hlm 70

35

(53)

bahwa memang pada tempatnya meminta pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukannya.36

Dapat pula dikatakan orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan dan dijatuhi pidana kalau tidak melakukan perbuatan pidana. Tetapi meskipun dia melakukan perbuatan pidana tidaklah selalu dia dapat dipidana. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan dipidana, apabila dia itu mempunyai kesalahan. Seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu meakukan perbuatan pidana Pertanggungjawaban pidana pertama-tama merupakan tindak pidana, kemudian pertanggungjawaban pidana juga berarti menghubungkan antara pembuat tersebut dengan perbuatan dan sanksi yang sepatutnya dijatuhkan.

(54)

dilihat dari segi masyarakat, dia dapat dicela oleh karenanya, sebab dianggap dapat berbuat lain , jika memang tidak ingin berbuat demikian.37

Pompe menyingkat kesalahan ini sebagai pembuat dapat dicela (verwijtbaarheid) dan perbuatan yang dapat dihindari (vemijdbaarheid). Pompe mengatakan bahwa dilihat dari akibatnya, perbuatan tersebut dapat dicela dan menurut hakekatnya adalah dapat dihindarinya. Maka kesalahan menyebabkan atau mempunyai akibat dapat dicela.38

1) Kemampuan bertanggung jawab

Celaan ini dimungkinkan karena si pelaku itu sebenarnya bisa berusaha agar dia tidak berbuat berlawanan dengan hukum dan dapat berbuat sesuai dengan hukum. Oleh karena itu pelanggaran atas norma itu bergantung pada kehendaknya.

Menurut Simons bahwa untuk adanya kesalahan pada pelaku, harus dicapai dan ditentukan dahulu beberapa hal yang menyangkut pelaku yaitu :

2) Hubungan kejiwaan antara pelaku dan akibat yang ditimbulkan 3) Dolus atau Culpa39

Sedangkan menurut Roeslan Saleh yang mengikuti pendapat Moelijatno bahwa pertanggungjawabn pidana adalah kesalahan, sedangkan unsur-unsur kesalahan adalah :

1) Mampu bertanggung hawab

2) Mempunyai kesengajaan atau kealpaan 3) Tidak adanya alasan pemaaf40

37

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Centra , Jakarta, 1981.hlm 58

38

Ibid, hlm 58-59

(55)

Selanjutnya unsur-unsur kesalahan tersebut harus dihubungkan dengan perbuatan pidana yang telah dilakukan sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa, maka terdakwa haruslah :

1) Melakukan perbuatan pidana 2) Mampu betanggungjawab

3) Dengan kesengajaan atau kealpaan 4) Tidak adanya alasan pemaaf.41 2. Kemampuan Bertanggungjawab

Mengenai kemampuan bertanggungjawab, ajaran kemampuan bertanggungjawab (toerekeningsvatbaarheid) mengenai keadaan jiwa batin seseorang yang normal/ sehat ketika melakukan tindak pidana42

2) Dalam hal pembuat ada di dalam keadaan tertentu sehingga ia tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum dan tidak mengerti akibat perbuatannya (nafsu, gila, pikiran tersesat dan sebagainya)

.

Dalam KUHP tidak ada ketentuan yang menyebutkan tentang arti kemampuan bertanggungjawab itu. Hanya dalam M.v.T diterangkan secara negatif bahwa “ tidak mampu bertanggungjawab” dari pembuat adalah :

1) Dalam arti pembuat diberi kebebasan memilih antara berbuat atau tidak berbuat apa yang dibolehkan Undang-undang dilarang (dalam hal perbuatan yang dipaksa/dwanghandelinngen)

43

40

Ibid, hlm 181 41

Ibid 42

Ibid

(56)

Roeslan Saleh mengatakan bahwa orang yang mampu bertanggung jawab itu harus memenuhi tiga syarat :

1) Dapat menginsyafi makna daripada perbuatannya

2) Dapat menginsyafi bahwa perbuatan itu tidak dapat dipandang patut dalam pergaulan masyarakat.

3) Mampu menentukan niat atau kehendaknya dalam melakukan perbuatan.44

Menurut Simons, mampu bertanggungjawab adalah mampu untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu menentukan kehendaknya. Sedangkan menurut Moelijatno, bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada :

1) Kemampuan untuk membeda-bedakan antara poerbuatan yang baik dan yang buruk yang sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum

2) Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan itu45

Yang pertama merupakan ”faktor akal” yaitu dapat membedakan antara perbuatan mana yang diperbolehkan dengan yang tidak. Yang kedua merupakan “faktor perasaan atau kehendak “ yaitu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak.46

44

Roeslan Saleh, Opcit , hlm. 61 45

Sofyan Sastrawidjadja loc.cit

(57)

“ Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau jiwa yang terganggu karena penyakit tidak dipidana”47

Ketidakmampuan bertanggungjawab dalam Pasal 44 KUHP tersebut dapat dikatakan merupakan alasan peniadaan kesalan (alasan pemaaf) yang dapat dibedakan dengan alasan pemaaf lainnya, seperti yang diatur dalam Pasal : 48 KUHP (daya paksa); Pasal 49 ayat (2) KUHP (bela paksa melampaui batas): Pasal 51 ayat (2) KUHP (perintah jabatan tidak sah ).48

47

Moelijatno , Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta , 2000, Hlm 211

Cara untuk menentukan ketidakmampuan bertanggungjawab terhadap seseorang sehingga ia tidak dapat dipidana ada tiga system, yaitu :

1) Sistem deskriptif ( menyatakan) yaitu dengan cara menentukan dalam perumusannya itu sebab-sebabnya tidak mampu bertanggungjawab. Menurut sistem ini jika psikiater telah menyatakan seseorang sakit jiwa, maka dengan sendirinya ia tidak dapat dipidana.

2) Sistem normatif ( menilai) yaitu dengan cara hanya menyebutkan akibatnya yakni tidak mampu bertanggungjawab tanpa menentukan sebab-sebabnya, yang penting disini apakah orang itu mampu bertanggungjawab atau tidak.Jika dipandang bertanggungjawab, maka apa yang akan menjadi sebabnya tidak perlu dipikirkan lagi.

(58)

Dalam hal ini harus sedemikian rupa akibatnya hingga dipandang atau dinilai sebagai mampu bertanggungjawab. Sistem butir 3 yang dianut oleh KUHP kita. Dengan cara gabungan ini maka untuk dapat menentukan bahwa terdakwa tidak mampu bertanggungjawab, dalam praktik diperlukan adanya kerjasama antara psykiater dengan hakim. Psykiater yang menentukan ada atau tidak adanya sebab-sebab yang ditentukan dalam undang-undang sedangkan hakim yang menilai apakah karena sebab-sebab itu terdakwa mampu bertanggungjawab atau tidak.49

3. Kesengajaan

Tentang sifat sengaja ada dua teori , yaitu : a. Teori Kehendak ( wilstheorie)

b. Teori Membayangkan ( voorstellingstheorie) 1. Teori Kehendak

Teori ini dikemukakan oleh Von Hippel. Sengaja adalah kehendak membuat suatu tindaka dan kehendak menimbulkan suatu akibat karena tindakan itu. Dengan kata lain, dikatakan bahwa ”akibat dikehendaki”, apabila akibat itu menjadi maksud dari tindakan yang dilakukan tersebut.

(59)

Teori ini dianut oleh Memorie van Toelichting, ini terbukti adanya istilah ”willens en wetens” yang terdapat pada Memorie van Toelichting.50

Tidak boleh dikatakan bahwa A menghendaki kematian B. A hanya mempunyai suatu bayangan tentang kematian B. Berdasarkan alasan-alasan psikologis, maka tidak mungkinlah A menghendaki kematian B. Yang hanya dapat dikehendaki adalah suatu tindakan yang mungkin menyebabkan kematian B. Tindakan itu adalah perbuatan menembak mati. 2. Teori Membayangkan

Teori ini dikemukakan oleh Frank. Menurut Frank, berdasarkan suatu alasan psikologis, maka tidak mungkinlah hal suatu akibat dapat dikehendaki, manusia hanya dapat mengingini, mengharapkan atau membayangkan adanya suatu akibat. Menurut Frank adalah sengaja, apabila suatu akibat ( yang ditimbulkan karena suatu tindakan ) dibayangkan sebagai maksud dan oleh sebab itu tindakan yang bersangkutan dilakukan sesuai dengan bayangan yang terlebih dahulu telah dibuat.

(60)

Kematian B pada waktu A merencanakan tindakannya barulah suatu bayangan saja.51

Dalam ilmu hukum pidana dibedakan tiga macam sengaja, yaitu : a. Sengaja sebagai maksud (opzet als oogmerk)

Dalam VOS, definisi sengaja sebagai maksud adalah apabila pembuat menghendaki akibat perbuatannya. Dengan kata lain, jika pembuat sebelumnya sudah mengetahui bahwa akibat perbuatannya tidak akan terjadi maka sudah tentu ia tidak akan pernah mengetahui perbuatannya.

Contoh : A menghendaki kematian B, dan oleh sebab itu ia mengarahkan pistolnya kepada B. Selanjutnya, ia menembak mati B. Akibat penembakan yaitu kematian B tersebut adalah benar dikehendaki A. Kesengajaan dengan maksud merupakan bentuk sengaja yang paling sederhana.

Menurut teori kehendak, maka sengaja dengan maksud dapat didefinisikan sebagai berikut : sengaja dengan maksud adalah jika apa yang dimaksud telah dikehendaki. Menurut teori membayangkan , sengaja dengan maksud adalh jika akivat yang dimaksudkan telah mendorong pembuat melakukan perbuatannya yang bersangkutan.

(61)

Contoh : agar dapat mencapai tujuannya, yaitu membunuh B, maka A sebelumnya harus membunuh C, karena C menjadi pengawal B. Antara A dan C sama sekali tidak ada permusuhan, hanya kebetulan C pengawak B. A terpaksa tetapi sengaja terlebih dahulu membunuh C dan kemudian membunuh B. Pembunuhan B berarti maksud A tercapai, A yakin bahwa ia hanya dapat membunuh B setelah terlebih dahulu membunuh C, walaupun pembunuhan C itu pada permulaannya tidak dimaksudkannya. A yakin bahwa jika ia tidak terlebih dahulu membunuh C, maka tentu ia tak pernah akan dapat membunuh B.

c. Sengaja dilakukan dengan keinsyafan bahwa ada kemungkinan besar dapat ditimbulkan suatu pelanggaran lain disamping pelanggaran pertama.

Sebagai contoh : keputusan Hoge Raad tanggal 19 Juni 1911, kasusnya A hendak membalas dendam terhadap B. A mengirimkan sebuah kue tart kealamat B, dalam tart tersebut telah dimasukkan racun. A sadar akan kemungkinan besar bahwa istri B turut serta makan kue tart tersebut. Walaupun ia tahu, tapi ia tidak menghiraukan . Oleh hakim ditentukan bahwa perbuatan A terhadap istri B juga dilakukan dengan sengaja, yaitu sengaja dengan kemungkinan52

(62)

Dalam KUHP juga tidak memberikan perumusan tentang apa yang dimaksudkan dengan culpa. Hanya didalam M.v.t diberikan keterangan apa yang dimaksud dengan kelalaian atau kealpaan itu, yaitu :

”Kealpaan itu , disatu pihak merupakan kebalikan sesungguhnya dari kesengajaan , dan lain pihak merupakan kebalikan dari suatu kebetulan”. Dan ketika Mentri Kehakiman Belanda mengajukan rancangan undang-undang hukum pidana diberi keterangan mengenai kealpaan atau kelalaian yaitu :

1). ”Kekurangan pemikiran yang diperlukan ” ( gebrek aan het nodige deneken)

2) ”Kekurangan pengetahuan/ pengertian yang diperlukan”( gebrek aan nodige kennis )

3) ”Kekurangan dalam kebijaksanaan yang diperlukan” ( gebrek aan nodige belaid )53

2). Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.

b. Unsur Kealpaan

Mengenai unsur-unsur kealpaan Van Hammel mengatakan bahwa kealpaan itu mengandung dua syarat/ unsur yaitu :

1). Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum.

54

Dalam VOS juga menyatakan bahwa yang menjadi unsur-unsur kealpaan adalah :

53

(63)

1). Pembuat dapat ”menduga terjadinya” akibat kelakuannya.

2). Pembuat ”kurang berhati-hati” (pada pembuat ada kurang rasa bertanggungjawab), dengan kata lain andaikata pembuat delik-delik lebih berhati-hati, maka sudah tentu kelakuan yang bersangkutan tidak dilakukan atau dilakukannya secara lain.55

Menurut Pompe, unsur-unsur culpa adalah :

1). Pembuat dapat menduga terjadinya akibat perbuatannya ( atau sebelumnya dapat mengerti arti perbuatannya, atau dapat mengerti hal yang pasti akan terjadinya akibat perbuatannya).

2). Pembuat sebelumnya melihat kemungkinan akan terjadinya akibat perbuatannya.

3). Pembuat sebelumnya dapat melihat kemungkinan akan terjadinya akibat perbuatannya

c. Bentuk- bentuk kealpaan

Kealpaan ditinjau dari sudut kesadaran si pembuat maka kealpaan tersebut dapat dibedakan atas dua yaitu :

1). Kealpaan yang disadari (bewuste schuld)

Kealpaan yang disadari terjadi apabila si pembuat dapat membayangkan atau memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang menyertai perbuatannya. Meskipun ia telah berusaha untuk mengadakan pencegahan supaya tidak timbul akibat itu.

(64)

Kealpaan yang tidak disadari terjadi apabila si pembuat tidak membayangkan atau memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang menyertai perbuatannya, tetapi seharusnya ia dapat membayangkan atau memperkirakan kemungkinan suatu akibat tersebut.56

Kealpaan ringan dalam Bahasa Belanda disebut sebagai lichte schuld, para ahli tidak menyatakan tidak dijumpai dalam jenis kejahatan oleh karena sifatnya yang ringan, melainkan dapat terlihat didalam hal pelanggaran Buku III KUHP.

Selain daripada bentuk kealpaan diatas , adapula bentuk-bentuk kealpaan yang ditinjau dari sudut berat ringannya, yang terdiri dari :

1). Kealpaan berat (culpa lata)

Kealpaan berta dalam bahasa belanda disebut dengan merlijke schuld atau grove schuld, para ahli menyatakan bahwa kealpaan berta ini tersimpul dalam ”kejahatan karena kealpaan”, seperti dalam Pasal : 188, 359, 360 KUHP

2). Kealpaan ringan (culpa levis atau culpa levissima)

57

56

Ibid, hlm. 215

(65)

Berdasarkan teori kehendak ( VoN Hippel) maka garis perbatasan antara sengaja dengan kemungkinan dan kealpaan yang disadari dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kalau ternyata bahwa pembuat menghendaki akibat yang dimaksud dan akibat yang lain itu, maka dalam hal ini adalah sengaja dengan kemungkinan, sedangkan kalau ternyata bahwa pembuat tidak menghendaki kedua akibat tersebut, maka dalam hal ini adalah kealpaan yang disadari (bewuste schuld)

Berdasarkan teori membayangkan ( Frank ), maka perbatasan antara sengaja dengan kemungkinan dan kealpaan yang disadari dapat dirumus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil sidik ragam aplikasi agen biokontrol pada buah cabai dengan berbagai rizo-bakteri menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap susut bobot

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

Selain hasil penelitian dari kuesioner juga dapat dilihat pada hasil penelitian Uji hipotesis menggunakan korelasi Kendall Tau menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000

akses terhadap pinjaman modal dalam skim pembiayaan mikro dari. lembaga perbankan maupun

Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dengan menginjeksikan arus listrik di permukaan bumi melalui

Dampak yang terjadi akibat konsumsi minuman beralkohol.. yaitu sering membuat keributan sehingga

Evaluasi dilakukan pada akhir Semester, dimana Para Mahasiswa Pendamping melihat fotocopy nilai rapor dari adik-adik dan ke sekolah-sekolah untuk bertemu dengan guru wali

Pemberian Teks ( Lettering) ... Pencetakan dan Penjilidan .... BAB IV ANALISIS KARYA ... Konsep Berkarya Novel Grafis Waktu... Mengembangkan Ide ... Judul Novel Grafis Waktu