• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Dan Pembuatan Alat Untuk Membuka Dan Menutup Atap Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroller AT89S51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Dan Pembuatan Alat Untuk Membuka Dan Menutup Atap Otomatis Menggunakan Sensor Cahaya Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroller AT89S51"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UNTUK

MEMBUKA DAN MENUTUP ATAP OTOMATIS

MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA PADA MINIATUR

RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

BANGKIT KESUMA WARDANA

092408020

PROGRAM STUDI DIII FISIKA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UNTUK

MEMBUKA DAN MENUTUP ATAP OTOMATIS

MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA PADA MINIATUR

RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

PROGRAM STUDI D3 FISIKA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UNTUK MEMBUKA DAN MENUTUP ATAP OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA PADA MINIATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER

AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,

kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan

sumbernya.

Medan, 31 Juli 2012

BANGKIT KESUMA WARDANA

(4)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

UNTUK MEMBUKA DAN MENUTUP ATAP

OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA

PADA MINIATUR RUMAH KACA BERBASIS

MIKROKONTROLLER AT89S51

Medan, 31 Juli 2012

Disetujui oleh :

Diketahui/Disetujui oleh Program Studi D3 Fisika

Ketua, Pembimbing

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala, yang

senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan selalu memberikan kemudahan dan

kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dalam waktu

yang telah ditetapkan. Dan Sholawat beriring salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah sallallahu’alaihiwasalam selalu menjadi inspirasi dan teladan bagi penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih penulis

sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Susilawati, M.Sc selaku ketua Program studi D-III Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. H. Nasruddin MN, M. Eng. Sc. Selaku dosen pembimbing.

4. Bapak/ibu staf pengajar serta seluruh pegawai program studi D-III Fisika

Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Teristimewa Ayahanda Selamat Pawiro dan Ibunda Satiah yang telah banyak

memberikan dukungan doa, moril, materil, serta sudah menjadi motivator.

6. Kakak saya Irvan Priandanu dan adik saya Widha Aristia atas dukungan

(6)

7. Rekan–rekan seperjuangan FIN 09 , khususnya Ridho, Zulkarnain, Iqbal,

Faisal, Yogi, Syahrial, Aswan, yang telah banyak memberi dukungan

semangat dan kerja sama selama masa perkuliahan.

8. Sahabat-sahabat saya Annissa Riafni, Wahyu, Rendhi, Izhar, Wawan, Satria,

dkk yang lainnya terimakasih atas motivasi, kritik dan sarannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat

kekurangan maupun kesalahan. Untuk penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak untuk penyempurnaan laporan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca, khususnya rekan-rekan mahasiswa lainnya yang mengikuti

perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.

Medan, 31 Juli 2012

(7)

ABSTRAK

Kajian ini merupakan pembahasan mengenai perancangan sistem

pengendalian intensitas cahaya pada rumah kaca. Sistem pengendalian alat

intensitas cahaya pada rumah kaca ini dilengkapi menggunakan mikrokontroler

AT89S51 dan Sensor cahaya LDR (Light Defendent Resistor). Dimana

mikrokontroller AT89S51 berfungsi sebagai pengendali semua sistem sedangkan

LDR digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya pada lingkungan sekitarnya.

Ketika sensor LDR menerima sedikit cahaya maka atap akan tertutup dan jika

atap terbuka kembali saat LDR mendapat cahaya yang cukup terang. Adapun

untuk menggerakkan atap pada rumah kaca digunakan Motor Stepper. Motor

stepper dikendalikan oleh Driver Motor Stepper. Dalam sistem ini digunakan voltage devider sebagai pembagi tegangan dan relay sebagai saklar. LDR sebagai

input akan memberikan nilai yang berubah-ubah ke ADC yang terdapat pada

(8)

DAFTAR ISI

Pernyataan ... i

Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... v

Daftar isi ... vi

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ... 7

2.1.1 Mikrokontroller AT89S51 ... 7

2.1.2 Konstruksi AT89S51 ... 10

2.1.3 Konfigurasi dan Fungsi Kaki Pin AT89S51 ... 13

(9)

2.1.5 ADC 0804 ... 16

2.1.6 Karakteristik ADC 0804 ... 20

2.1.7 Prinsip Kerja ADC 0804 ... 21

2.1.8 Pin ADC 0804 ... 24

2.1.9 Sensor Cahaya (Light Defendent Resistor) ... 25

2.1.10 Motor Stepper ... 26

2.2 Perangkat Lunak ……... 33

2.2.1 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) ... 38

2.2.2 Software Downloader ... 39

BAB III : Rancangan Sistem 3.1 Diagram Blok Rangkaian ... 41

3.2 Perancangan Power Supplay (PSA) ... 42

3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 ... 43

3.4 Rangkaian ADC 0804 ... 44

3.5 Rangkaian Driver Motor Stepper ... 46

3.6 Perancangan Rangkaian Sensor Cahaya (LDR) ... 48

BAB IV : PENGUJIAN RANGKAIAN 4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 50

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 ... 50

(10)

4.4 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper ... 53

4.5 Pengujian Sensor Intensitas Cahaya (LDR) ... 56

4.6 Pengujian Alat Secara Keseluruhan ... 57

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konfigurasi Pin Mikrokontroller AT89S51 ... 13

Gambar 2.2 Skematik ADC 0804 ... 23

Gambar 2.3 ADC 0804 ... 24

Gambar 2.4 Sensor Cahaya (Light Defender Resistor) ... 25

Gambar 2.5 Variable Reluctance ... 28

Gambar 2.6 Konstruksi Motor Stepper Bipolar ... 30

Gambar 2.7 Konstruksi Motor Stepper Unipolar ... 30

Gambar 2.8 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator ... 39

Gambar 2.9 ISP-Flash Programer ... 40

Gambar 3.1 Diagram Blok ... 41

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA) ... 42

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 ... 43

Gambar 3.4 Rangkaian ADC ... 45

Gambar 3.5 Rangkaian Motor Stepper ... 46

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Kaki Pin Port 3 AT89S51 ... 14

(13)

ABSTRAK

Kajian ini merupakan pembahasan mengenai perancangan sistem

pengendalian intensitas cahaya pada rumah kaca. Sistem pengendalian alat

intensitas cahaya pada rumah kaca ini dilengkapi menggunakan mikrokontroler

AT89S51 dan Sensor cahaya LDR (Light Defendent Resistor). Dimana

mikrokontroller AT89S51 berfungsi sebagai pengendali semua sistem sedangkan

LDR digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya pada lingkungan sekitarnya.

Ketika sensor LDR menerima sedikit cahaya maka atap akan tertutup dan jika

atap terbuka kembali saat LDR mendapat cahaya yang cukup terang. Adapun

untuk menggerakkan atap pada rumah kaca digunakan Motor Stepper. Motor

stepper dikendalikan oleh Driver Motor Stepper. Dalam sistem ini digunakan voltage devider sebagai pembagi tegangan dan relay sebagai saklar. LDR sebagai

input akan memberikan nilai yang berubah-ubah ke ADC yang terdapat pada

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pengendalian merupakan hal yang penting di bidang teknologi dan

industri. Pengendalian secara manual sudah tidak lagi efisien karena akan

membutuhkan waktu. Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian secara

otomatis.

Pengukuran, pemantauan dan tampilan nilai Intensitas Cahaya adalah bagian

yang sering dibutuhkan dilingkungan, dalam suatu sistem elektronik, maupun

industri serta merupakan salah satu kunci penting dalam dunia pertanian atau

perkebunan. Namun pembutan alat ini dilatar belakangi karena sensor LDR

merupakan salah satu sistem yang penting untuk membangun sebuah Alat

Intensitas Cahaya, yang akan memantau dan mengendalikan Intensitas Cahaya pada suatu ruangan tertentu serta memberikan informasi kepada pemakainya.

Rumah kaca (Green house) adalah bangunan di mana tanaman dibudidayakan.

rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik. Rumah kaca dapat menjadi panas

karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari dan memanaskan

tumbuhan, tanah, dan barang lainnya di dalam bangunan ini. Rumah kaca

melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi tanaman

dari badai debu dan menolong mencegah hama. Pengontrolan Intensitas Cahaya

(15)

membudidayakan tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi seperti tanaman

hias dan buah-buahan.

Sinar matahari yang tersedia dalam jumlah yang cukup besar tersebut tidak

dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Karena adakalanya sinar matahari tidak

ada karena faktor alam dan cuaca, karena mendung atau hujan misalnya. Hal ini

tentu menjadi permasalahan dan dapat menggangu proses fotosintesis tanaman

yang dibudidayakan pada rumah kaca. Selain itu, rumah kaca pada umumnya

tidak dilengkapi perangkat yang dapat mengatasi hal tersebut. Karena rumah kaca

pada umumnya tidak dilengkapi peralatan yang dapat mensuplai kebutuhan suhu.

Untuk itu diperlukannya perangkat tambahan pada rumah kaca yang dapat

mengendalikan Intensitas Cahaya. Dengan memanfaatkan mikrokontroler ini

dapat diciptakan suatu alat secerdas komputer tetapi dengan biaya yang relatife

lebih murah daripada komputer. Ketika sensor LDR menerima sedikit cahaya

maka atap akan tertutup dan jika atap terbuka kembali saat LDR mendapat cahaya

yang cukup terang. Adapun untuk menggerakkan atap pada rumah kaca

digunakan Motor Stepper. Motor stepper dikendalikan oleh Driver Motor Stepper.

Dalam sistem ini digunakan voltage devider sebagai pembagi tegangan dan relay

sebagai saklar. LDR sebagai input akan memberikan nilai yang berubah-ubah ke

ADC yang terdapat pada mikrokontroller AT89S51 sesuai dengan intensitas

cahaya yang diterimanya.

Dengan adanya perangkat pengaturan Intensitas Cahaya pada rumah kaca ini

diharapkan akan memaksimalkan pemanfaatan rumah kaca sebagai media untuk

(16)

yang baik serta menghasilkan produksi yang baik pula dan kita juga tidak

direpotkan oleh pergantian cuaca.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini , yaitu:

1. Program apa yang diberikan untuk dapat membuka atau menutup atap secara

otomatis.

2. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengolah data dari sensor LDR.

3. Motor Stepper akan bekerja apabila sensor LDR menerima sedikit cahaya

maka atap akan tertutup dan jika atap terbuka kembali saat LDR mendapat

cahaya yang cukup terang.

4. Bagaimana cara kerja ADC (Analog to Digital Converter) 0804 yang

berfungsi untuk mengubah besaran analog menjadi besaran digital.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program studi

DIII Fisika di Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

2. Dalam pengembangan merancang suatu alat instrumentasi cerdas alat untuk

membuka dan menutup atap pada miniatur rumah kaca sehingga dapat

dikendalikan secara otomatis, efektif dan efisien.

3. Memahami bagaimana cara mengintegrasikan program dalam sebuah sistem

mikroprosesor terpadu untuk menghasilkan sebuah alat yang sederhana dan

(17)

4. Memanfaatkan sensor LDR sebagai alat mendeteksi intensitas cahaya, ADC

0804 sebagai pengubah data analog dari sensor LDR menjadi data digital serta

motor stepper untuk membuka dan menutup atap.

1.4. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan waktu pelaksanaan

pembuatan tugas akhir, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.

2. Sensor Intensitas Cahaya yang digunakan sensor LDR.

3. Untuk membuka dan menutup atap ruangan digunakan motor stepper dengan

memanfaatkan sinar cahaya matahari.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja sistem pengaturan

(18)

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika

penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung

yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian

Teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroller AT89S51

(hardware dan software), bahasa program yang digunakan. serta

karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB III. PERANCANGAN ALAT

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram

blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian.

BAB IV. PENGUJIAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem

kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan

untuk mengaktifkan rangkaian, dan diagram alir dari program yang

akan diisikan ke mikrokontroller AT89S51.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan

yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah yang

(19)

dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perangkat Keras

Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat

keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan

mengambil pilihan. Mikrokontroler merupakan salah satu jawabannya. Vendor

dari mikrokontroller ini ada beberapa macam, diantaranya yang paling terkenal

adalah AT89S51. Selain mengunakan mikrokontroller juga digunakan LDR

sebagai sensor cahaya dan ADC sebagai pengkonversi besaran analog menjadi

besaran digital. Selain itu juga terdapat beberapa perangkat seperti :

Mikrokontroller AT89S51, ADC 0804, Sensor LDR, Motor stepper dan Driver

motor stepper.

2.1.1. Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroller adalah gabungan dari sebuah mikroprosesor dan

periperalnya, seperti RAM,ROM (EPROM atau EEPROM) antar muka serial dan

paralel, timer dan rangkaian pengontrol interupsi yang terkait dalam satu IC.

Semuanya membentuk suatu sistem komputer yang lengkap. Perbedaannya

dengan komputer adalah mikrokontroller didesain dengan komponen-komponen

yang minimum dan dipakai untuk orientasi kontrol. Programnya tidak berukuran

besar dan disimpan dalam ROM. Akibat perbedaan aplikasinya dengan

(21)

berbeda dengan mikroprosesor. Tidak seperti sistem komputer, yang mampu

menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolahan kata,

pengolahan angka dan lain sebagainya), mikrokontroller hanya bisa digunakan

untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan

RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer RAM dan ROM-nya besar.

Sedangkan pada mikrokontroller ROM dan RAM-nya terbatas.

Mikroprosesor biasanya mempunyai set instruksi yang sangat lengkap,

sedangkan mikrokontroller mempunyai set instruksi yang lebih sederhana,

terutama dipakai untuk mengontrol antar muka input dan output yang

menggunakan bit tunggal (singgel bit). Mikrokontroller mempunyai banyak

instruksi untuk set dan clear bit secara individual dan melakukan operasi yang

berorientasi 1 bit untuk logika AND, OR, XOR, loncatan (jumping), percabangan

(brancing) dan lain-lain. Set instruksi seperti ini jarang ada pada mikroprosesor

yang biasanya untuk operasi pada byte atau unit data yang lebih besar.

Adapun kelebihan dari mikrokontroller adalah sebagai berikut :

1. Penggerak pada mikrokontoller menggunakan bahasa pemograman assembly

dengan berpatokan pada kaidah digital dasar sehingga pengoperasian sistem

menjadi sangat mudah dikerjakan sesuai dengan logika sistem (bahasa

assembly ini mudah dimengerti karena menggunakan bahasa assembly aplikasi dimana parameter input dan output langsung bisa diakses tanpa menggunakan

banyak perintah). Desain bahasa assembly ini tidak menggunakan begitu

banyak syarat penulisan bahasa pemrograman seperti huruf besar dan huruf

(22)

2. Mikrokontroller tersusun dalam satu chip dimana prosesor, memori, dan I/O

terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga mikrokontroller

dapat dikatakan sebagai komputer mini yang dapat bekerja secara inovatif

sesuai dengan kebutuhan sistem.

3. Sistem running bersifat berdiri sendiri tanpa tergantung dengan komputer

sedangkan parameter komputer hanya digunakan untuk download perintah

instruksi atau program. Langkah-langkah untuk download komputer dengan

mikrokontroller sangat mudah digunakan karena tidak menggunakan banyak

perintah.

4. Pada mikrokontroller tersedia fasilitas tambahan untuk pengembangan

memori dan I/O yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem.

5. Harga untuk memperoleh alat ini lebih murah dan mudah didapat.

6. Mikrokontroller AT89S51 adalah standart International.

AT89S51 merupakan keluaran atmel dengan 4 Kbyte Flash PEROM

(Programmable and Erasable Read Only Memory). Isi memori tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali. AT89S51 merupakan memori dengan

teknologi non-volatile memory (data tidak hilang walaupun catu daya dimatikan).

Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan instruksi berstandar MCS-51 code

sehingga memungkinkan mikrokontroller ini bekerja dalam mode single chip

operation (mode operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan external memory (memori luar) untuk menyimpan source code tersebut.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroller AT89S51 adalah

sebagai berikut :

(23)

b. Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu

c. RAM internal 128 byte

d. Flash memori 4 Kbyte

e. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah

interupsi internal)

f. Empat buah programable port I/0 yang masing-masing terdiri dari delapan

buah jalur I/0

g. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

h. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

i. Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

frekuensi.

2.1.2. Konstruksi AT89S51

Mikrokontroller AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1

resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 micro-farad dan resistor

10 kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian

riset ini AT89S51 otomatis diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal

dengan frekuensi maksimum 12 MHz dan kapasitor 30 piko-farad dipakai untuk

melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan

kerja Microcontroller.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada Mikrokontroller.

(24)

1. Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51

memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

2. Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang

dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk Mikrokontroller dengan program yang

sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada

saat IC Mikrokontroller dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu

Mikrokontroller menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau

Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak

UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal

dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah. Flash PEROM adalah Memori yang digunakan untuk menyimpan instruksi-instruksi

MCS51. Flash PEROM dialamati oleh Program Address Register. AT89S51

mempunyai 4Kb Flash PEROM, yaitu ROM yang dapat ditulis ulang atau dihapus

menggunakan sebuah perangkat programmer, yang mempunyai kemampuan

untuk ditulis ulang hingga 1000 kali. Program yang ada pada Flash PEROM akan

dijalankan pada saat sistem di-reset, pin EA/VP berlogika 1 sehingga

mikrokontroller aktif berdasarkan program yang ada pada Flash PEROM-nya.

Namun jika pin EA/VP berlogika 0, mikrokontroller aktif berdasarkan program

(25)

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash

PEROM, program untuk mengendalikan Mikrokontroller diisikan ke memori itu

lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 flash PEROM Programmer.

Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte

meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu

sudah cukup. Sarana Input/Output yang disediakan cukup banyak dan bervariasi.

AT89S51 mempunyai 32 jalur Input/Output paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0

… P1.7) dan Port 3 (P3.0 … P3.7).

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver

/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk

komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan

P1.1. pada kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja

menurut fungsi waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari

oscillator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1

berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai

untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya

adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini

berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal

interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang

secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function

(26)

2.1.3. Konfigurasi dan Fungsi Kaki Pin AT89S51

Mikrokontroller AT89S51 mempunyai 40 kaki, 32 kaki diantaranya adalah

kaki untuk keperluan Port paralel. Satu Port paralel terdiri dari 8 kaki, dengan

demikian 32 kaki tersebut membentuk 4 buah Port paralel. Berikut adalah gambar

konfigurasi pin mikrokontroller AT89S51 seperti pada gambar 2.1. :

Gambar 2.1. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51

Pada Gambar 2.1. terlihat bahwa AT89S51 mempunyai 4 buah port

paralel, yang masing-masing dikenal dengan Port 0, Port 1, Port 2, dan Port 3.

Nomor dari masing-masing jalur (kaki) dari Port paralel mulai dari 0 sampai 7,

jalur pertama Port 0 disebut sebagai P0.0 dan jalur terakhir untuk Port 3 adalah

P3.7.

Susunan pena – pena mikrokontroller AT89S51 dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pararel 8 bit dua arah (bidirectional) yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan (general purpose).

2. Pin 9 merupakan pin reset, reset aktif jika mendapat catuan tinggi.

3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) gambar 2.1 port pararel 8 bit dua arah yang

(27)

Tabel 2.1. Fungsi Pengganti

4. Pin 18 sebagai XTAL 2, keluaran osilator yang terhubung pada kristal.

5. Pin 19 sebagai XTAL 1, masukan ke osilator berpenguatan tinggi, terhubung

pada kristal.

6. Pin 20 sebagai Vss, terhubung ke 0 atau ground pada rangkaian.

7. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pararel 8 bit dua arah. Port ini mengirim

byte alamat bila pengaksesan dilakukan pada memori eksternal.

8. Pin 29 sebagai PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal yang digunakan

untuk membaca, memindahkan program memori eksternal (ROM / EPROM)

ke mikrokontroler (aktif low).

9. Pin 30 sebagai ALE (Address Latch Enable) untuk menahan alamat bawah

selama mengakses memori eksternal. Pin ini juga berfungsi sebagai PROG

(aktif low) yang diaktifkan saat memprogram internal flash memori pada

mikrokontroler (on chip).

10.Pin 31 sebagai EA (External Accesss) untuk memilih memori yang akan

(28)

eksternal (EA = Vss), juga berfungsi sebagai Vpp (programming supply voltage) pada saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler.

11.Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pararel 8 bit dua arah. Berfungsi

sebagai alamat bawah yang dimultipleks dengan data untuk mengakses

program dan data memori eksternal.

12.Pin 40 sebagai Vcc, terhubung ke +5 V sebagai catuan untuk mikrokontroler.

2.1.4. Antarmuka Serial AT89S51

Pada port serial AT89S51 penerimaan dan pengiriman data port serial

melalui register SBUF. Penulisan ke SBUF berarti mengisi register pengiriman ke

SBUF, sedangkan pembacaan dari SBUF berarti membaca register penerimaan

SBUF. Port serial pada AT89S51 bisa digunakan dalam 4 mode kerja yang

berbeda, terdiri dari 1 mode bekerja secara sinkron dan 3 lainnya bekerja secara

asinkron.

Adapun mode kerja dari port serial, antara lain yaitu :

1. Mode 0 : Mode ini bekerja secara sinkron, data serial dikirim dan diterima melalui kaki P3.0 (Rxd), sedangkan kaki P3.1 (Txd) digunakan untuk

menyalurkan detak pendorong data serial yang dibangkitkan oleh AT89S51.

Data dikirim dan diterima 8 bit sekaligus dimulai dari bit LSB dan diakhiri

dengan bit MSB. Kecepatan boud rate 1/12 frekuensi kristal yang digunakan. 2. Mode 1 : Pada mode ini data dikirim melalui kaki P3.1 (Txd) dan diterima

melalui kaki P3.0 (Rxd) secara asinkron (juga mode 2 dan 3). Pada mode 1

(29)

Pada AT89S51/52 yang berfungsi sebagai penerima bit stop adalah RB8

dalam register SCON. Kecepatan boud rate bisa diatur sesuai dengan

keperluan dengan menggunakan timer. Mode 2 dan 3 yang umum dikenal

dengan UART.

3. Mode 2 : Data dikirim atau diterima 11 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit

start, disusul 8 bit data, kemudian bit ke 9 yang bisa diatur lebih lanjut,

diakhiri dengan 1 bit stop. Pada AT89S51/52 yang berfungsi sebagai

pengirim, bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON dan yang

berfungsi sebagai penerima, bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register

SCON, sedangkan bit stop diabaikan tidak ditampung. Boud rate bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi kristal yang digunakan.

4. Mode 3 : Mode ini sama dengan mode 2 hanya saja boud rate-nya bisa diatur sesuai dengan keperluan seperti mode1.

2.1.5. ADC 0804

Analog digital converter (ADC) adalah perangkat untuk menkonversi

sinyal masukan dalam bentuk tegangan analog menjadi sinyal keluaran dalam

bentuk digital. Dimana output yang dihasilkan ADC sebanding dengan input yang

diberikan. Proses pengubahan ini dikenal juga dengan nama sistem akusisi data.

Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan

analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan atau berat,

aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital

(komputer). Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC adalah

(30)

pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan

waktu konversinya.

Menurut cara pengkonversiannya, ADC dapat dikelompokkan dalam

beberapa jenis yaitu:

1. Tipe integrating

Tipe integrating menawarkan resolusi tertinggi dengan biaya terendah.

ADC tipe ini tidak dibutuhkan rangkaian sample hold. Tipe ini memiliki

kelemahan yaitu waktu konversi yang agak lama, biasanya beberapa milidetik.

2. Tipe tracking

Tipe tracking menggunakan prinsip up down counter (pencacah naik dan

pencacah turun). Fungsinya adalah Binary counter (pencacah biner) akan

mendapat masukan clock secara kontinyu dan hitungan akan bertambah atau

berkurang tergantung pada kontrol dari pencacah apakah sedang naik (up

counter) atau sedang turun (down counter). ADC tipe ini tidak

menguntungkan jika dipakai pada sistem yang memerlukan rangkaian sample

hold.

ADC tipe ini sangat tergantung pada kecepatan clock pencacah, semakin

tinggi nilai clock yang digunakan, maka proses konversi akan semakin

singkat.

3. Tipe flash/ paralel

Tipe ini dapat menunjukkan konversi secara lengkap pada kecepatan 100

MHz dengan rangkaian kerja sederhana. Sederetan tahanan mengatur masukan

inverting dari tiap-tiap konverter menuju tegangan yang lebih tinggi dari

(31)

range, komparator dengan bias di bawah Vin akan mempunyai keluaran rendah.

Keluaran komparator ini tidak dalam bentuk biner murni. Suatu dekoder

dibutuhkan untuk membentuk suatu keluaran yang biner. Beberapa

komparator berkecepatan tinggi, dengan waktu tunda (delay) kurang dari 6 ns banyak digunakan karena itu dihasilkan kecepatan konversi yang sangat

tinggi. Jumlah komparator yang dibutuhkan untuk suatu konversi n bit adalah

2n-1.

4. Tipe successive approximation

Tipe successive approximation merupakan suatu konverter yang paling

sering ditemukan dalam dasar perangkat keras yang menggunakan ADC. Tipe

ini memiliki kecepatan konversi cukup tinggi meskipun dari segi harga relatif

mahal. Prinsip kerja konverter tipe ini adalah dengan membangkitkan

pertanyaan yang pada intinya berupa tebakan nilai digital terhadap nilai

tegangan analog yang dikonversikan. Apabila resolusi ADC ini adalah 2n

maka diperlukan maksimal n kali tebakan.

Komparator digunakan untuk membandingkan keluaran D/A dengan

masukan analog Vin. Keluaran komparator digunakan untuk mencek register

pendekatan berurutan (Successive Approximation Register – SAR). Setelah

menerima pulsa mulai konversi, SAR akan mengeluarkan bit-bit untuk diubah

menjadi tegangan analog oleh suatu pengubah D/A, mula SAR akan

mengaktifkan MSB, yang akan menghasilkan suatu tegangan analog pada

keluaran pengubah D/A. tegangan ini dibandingkan dengan Vin. Bila V1 <

(32)

Pada contoh kita V1 < Vin sehingga MSB dibuat “1”. Selanjutnya bit no 2

diaktifkan dibuat 1 dan keluaran pengubah D/A yang baru dibandingkan lagi

dengan Vin . pada contoh V2 < Vin sehingga bit no 2 dibuat juga 1. kemudian

bit no 3 dibuat 1. terakhir bit no 4 (LSB) dibuat “1”. Akan tetapi V4 > Vin,

maka bit no 4 dibuat 0. keadaan akhir pada keluaran SAR adalah (1110)2

menyatakan keluaran digital untuk Vin.

Jenis ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis

successive approximation convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat Pemilihan ADC umumnya

ditentukan oleh metode yang digunakan untuk konversi data, sedangkan

Rentang tegangan masukan analog maksimum adalah watak untai ADC yang

digunakan sehingga masukan analog yang akan dimasukkan ke ADC tersebut

terlebih dahulu harus disesuaikan dengan tegangan analog maksimal yang

diizinkan. Resolusi ADC berkaitan dengan cacah bit dan rentang tegangan

pada masukan analog.

Dengan pertimbangan diatas penulis sengaja memilih ADC 0804 sebagai

Konverter A/D . ADC 0804 adalah suatu IC CMOS pengubah analog ke

digital 8-bit dengan satu kanal masukan. Jumlah bit yang dihasilkan, didapat

dari hasil pengkonversian tegangan yang biasanya besar tegangan tersebut

antara 0 volt sampai dengan +5 volt. Dengan demikian, apabila kita

memasukan sebuah tegangan antara 0 volt sampai dengan 5 volt pada sebuah

ADC 8 bit maka setelah proses konversi akan menghasilkan sebuah kombinasi

bilangan biner yang ditunjukkan dengan bilangan biner antara 0 sampai

(33)

ADC ini relatif cepat dan mempunyai ukuran kecil. Keuntungan tambahan

adalah setiap sampling diubah dalam selang waktu yang sama tidak tergantung

pada arus masukan dan secara keseluruhan ditentukan oleh frekuensi yang

mengandalkan clock dan resolusi dari pengubah. Kekurangan pengubah jenis

ini adalah mempunyai kekebalan rendah terhadap noise dan diperlukan adanya

pengubah digital ke analog yang tepat dan pembanding dengan unjuk kerja

yang tinggi.

2.1.6. Karakteristik IC ADC 0804

IC ADC 0804 adalah sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah

sinyal-sinyal analog menjadi sinyal-sinyal digital. IC ADC 0804 dianggap dapat

memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini bekerja secara

cermat dengan menambahakan sedikit komponen sesuai dengan spesifikasi yang

harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara tepat masukan tegangan.

ADC bayank tersedia dipasaran Beberapa karakteristik dari ADC 0804

adalah sebagai berikut :

1. Memiliki 2 masukan analog yaitu Vin (+) dan Vin (-) sehingga

memperbolehkan masukan selisih (diferensial). Dengan kata lain, tegangan

masukan analog yang sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin

{analog Vin = Vin (+) – Vin (-)}. Jika hanya satu masukan, maka Vin

dihubungkan ke ground. Pada operasi normal, ADC menggunakan Vcc =+5

sebagai tegangan refrensi dan masukan analog memiliki dari 0 sampai 5V

(34)

2. Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit. Sehingga

resolusinya adalah 5V/255 = 19,6 mV

3. Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi

F=1/(1,1RC), dengan R dan C adalah komponen eksternal.

4. Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan analog.

Kaki 8 adalah ground analog. Kaki 10 adalah ground digital.

2.1.7. Prinsip Kerja ADC 0804

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog

menjadi sinyal digital yang nilainya proposional. Secara singkat prinsip kerja dari

konverter A/D adalah semua bit-bit diset deretan data biner bit mulai dari MSB

dan diakhiri dengan LSB. Selama proses perhitungan biner, register akan

memonitor output komparator untuk melihat jika perhitungan biner kurang atau

lebih besar dari input analog kemudian diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan

kondisi yang telah ditentukan. Dengan rangkaian yang paling cepat, konversi akan

diselesaikan sesudah 8 clock, dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang

ekivalen dengan nilai register SAR. Apabila konversi telah dilaksanakan,

rangkaian kembali mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi

turun sinyal ini akan menghasilkan data digital yang ekivalen ke dalam register

buffer. Dengan demikian, keluaran digital akan tetap tersimpan sekalipun akan di

mulai siklus konversi yang baru.

IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-),

sehingga dapat menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin)

(35)

pin masukan yaitu Vin= Vin (+) – Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan

tunggal, tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-)

digroundkan. Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt

sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0

Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya

akan sama dengan :

... (2.1)

(n) menyatakan jumlah bit keluaran biner IC analog to digital converter) IC ADC

0804 memiliki generator clock intenal yang harus diaktifkan dengan

menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK OUT dan CLK IN

serta sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi

clock yang diperoleh di pin CLK OUT sama dengan :

... (2.2)

Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke

pin CLK IN. ADC 0804 memilik 8 keluaran digital sehingga dapat langsung

dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Masukan (chip select, aktif

(36)

Gambar 2.2. Skematik ADC 0804

Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan

konversi, yaitu free running dan mode control. Pada mode free running, ADC

akan mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan

(continue). Pada mode ini pin INTR akan berlogika rendah setelah ADC selesai

melakukan konversi, logika ini dihubungkan kepada masukan WR untuk

memerintahkan ADC memulai konversi kembali. Prinsip yang kedua yaitu mode

control, pada mode ini ADC baru akan memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini dilakukan dengan memberikan pulsa rendah

kepada masukan WR sesaat +1ms, kemudian membaca keluaran data ADC

setelah keluaran INTR berlogika rendah. Pada penelitian ini, prinsip konversi

yang digunakan adalah mode control.

Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:

a. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan

tagangan analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian

pengonversi.

(37)

2.1.8. Pin Pada ADC 0804

Pin pada ADC 0804 seperti pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3. ADC 0804

Fungsinya sebagai berikut :

1. Pin WR (Write), pulsa high pada input write maka ADC akan melakukan

konversi data, tegangan analog menjadi data digital. Pin WR dihubungkan

dengan pin INTR. Setelah selesai konversi pin INTR akan memberi pulsa low

pada pin WR.

2. Pin INTR (Interrupt), bila konversi data analog menjadi digital telah selesai

maka pin INTR akan mengeluarkan pulsa low ke pin WR. Perangkat ADC

dapat diopersikan dalam mode free running dengan menghubungkan pin INT

ke input WR.

3. Pin CS (Chip select), agar ADC dapat aktif , melakukan konversi data maka

input chip select harus diberi logika low. Data output akan berada pada

kondisi three state apabila CS mendapat logika high.

4. Pin RD (Read), agar data ADC data dapat dibaca oleh sistem mikroprosessor

(38)

5. Pin Vin (+) dan Vin (-) merupakan input tegangan deferensial yang akan

mengambil nilai selisih dari kedua input. Dengan memanfaatkaninput Vin

maka dapat dilakukan offset tegangan nol pada ADC.

6. Pin Vref, tegangan referensi dapat diatur sesuai dengan input tegangn pada

Vin (+) dan Vin (-), Vref = Vin / 2.

Vresolusi = Vin max / 255.

7. Pin CLOCK, clock untuk ADC dapat diturunkan pada clock CPU atau RC

eksternal dapat ditambahkan untuk memberikan generator clock dari dalam

CLK In menggunakan schmitt triger.

2.1.9. Sensor Cahaya (Light Defendent Resistor)

LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu resistor yang nilai

hambatannya tergantung pada intensitas cahaya. Tampilan fisik dan simbol LDR

dapat dilihat pada gambar 2.4 :

Gambar 2.4. Sensor Cahaya (Light Defender Resistor)

Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat berdasarkan

kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar kalau

(39)

terkena sinar. Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen elektronik

yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang

mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light dependent resistor

(LDR), atau fotokonduktor.

Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika cahaya

yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh

semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk

meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan

lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.

Besarnya tahanan LDR / fotoresistor dalam kegelapan mencapai jutaan ohm dan

turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat digunakan

dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang menyebabkan

terjadinya perubahan tegangan kalau sinar yang datang berubah. LDR digunakan

untuk mendeteksi intensitas cahaya, yang mana intensitas cahaya sendiri

dinyatakan dalam dua satuan fisika, yaitu lumens per meter persegi dan Watt per

meter persegi. Kedua satuan itu agak berbeda. yang satu berdasarkan pada

kepekaan mata manusia, yang satu lagi berdasarkan energi listrik yang dialirkan

ke sumber cahaya.

2.1.10.Motor Stepper

Motor stepper adalah motor listrik yang dikendalikan dengan pulsa-pulsa

digital, bukan dengan memberikan tegangan yang terus-menerus. Deretan pulsa

diterjemahkan menjadi putaran shaft, dimana setiap putaran membutuhkan

(40)

atau step, yang merupakan bagian dari satu putaran penuh. Oleh karena itu,

perhitungan jumlah pulsa dapat diterapkan untuk mendapatkan jumlah putaran

yang diinginkan. Perhitungan pulsa secara otomatis menujukkan besarnya putaran

yang telah dilakukan, tanpa memerlukan informasi balik(feedback).

Ketepatan kontrol gerak motor stepper terutama dipengaruhi oleh jumlah

step tiap putaran; semakin banyak jumlah step, semakin tepat gerak yang

dihasilkan. Untuk ketepatan yang lebih tinggi, beberapa driver motor stepper

membagi step normal menjadi setengah step(half step) atau mikro step. Pada

motor stepper umumnya tertulis spesifikasi Np (= pulsa / rotasi). Sedangkan

kecepatan pulsa diekspresikan sebagai pps (= pulsa per second) dan kecepatan

putar umumnya ditulis sebagai ω (= rotasi / menit atau rpm). Kecepatan putar

motor stepper (rpm) dapat diekspresikan menggunakan kecepatan pulsa (pps)

sebagai berikut.

... (2.3)

Oleh karena 1 rotasi = 360°, maka tingkat ketelitian motor stepper dapat

diekspresikan dalam rumus sebagai berikut.

(41)

Variable Reluctance (VR) motor stepper jenis ini memiliki bentuk rotor

yang unik yaitu berbentuk silinder dan pada semua unitnya memiliki gerigi yang

memiliki hubungan dengan kutub-kutub stator. Rotor pada magnet tipe ini tidak

menggunakan magnet permanent. Stator terlilit oleh lilitan sehingga pada saat

teraliri arus, stator akan menghasilkan kutub magnet. Jumlah gerigi pada rotor

akan menentukan langkah atau step motor. Perbedaan motor stepper berjenis PM

dengan VR yaitu motor berjenis VR memiliki torsi yang relatif lebih kecil

dibanding dengan motor stepper berjenis PM. Hal lain yang dapat dilihat adalah

sisa kemagnetan sangat kecil sehingga pada saat motor stepper tidak dialiri arus

maka ketika diputar tidak ada torsi yang melawan. Sudut langkah motor stepper

berjenis VR ini bervariasi yaitu sekitar sampai dengan 30°. Motor stepper berjenis

VR ini memiliki torsi yang kecil. Sering ditemukan pada printer dan

instrumen-instrumen pabrik yang ringan yang tidak membutuhkan torsi yang besar variabel

Reluctance pada gambar 2.5 :

Gambar 2.5. Variable Reluctance

Seperti pada gambar diatas, motor mempunyai 3 pasang kutub stator (A,

B, C) yang diset terpisah 15 derajat. Arus dialirkan ke kutub A melalui lilitan

motor yang menyebabkan tarikan magnetik yang menyejajarkan gigi rotor

(42)

berputar 15 derajat sejajar kutub B. Proses ini akan berlanjut kekutub C dan

kembali kekutub A searah dengan jarum jam.

Pada dasarnya prinsip kerja motor stepper sama dengan motor DC, yaitu

membangkitkan medan magnet untuk memperoleh gaya tarik ataupun gaya tolak

menolak dengan menggunakan catu tegangan DC pada lilitan/kumparannya.

Motor stepper menggunakan gaya tarik untuk menarik fisik kutub magnet yang

berlawanan sedekat mungkin ke posisi kutub magnet yang dihasilkan oleh

kumparan.

Dilihat dari lilitannya motor stepper terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Motor Stepper Bipolar

Motor stepper bipolar memiliki empat kabel masukan. Namun untuk

menggerakan motor stepper tipe ini lebih rumit jika dibandingkan dengan

menggerakan motor stepper tipe unipolar. Sebagai gambaran dapat dilihat

konstruksi motor stepper bipolar pada gambar 2.6 :

Gambar 2.6. Konstruksi Motor Stepper Bipolar

Untuk motor stepper dengan lilitan bipolar, diperlukan sinyal pulsa yang

berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya. Jadi pada setiap terminal

(43)

negatif dan sebaliknya. Karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang lebih

kompleks daripada rangkaian pengendali untuk motor unipolar.

b. Motor Stepper Unipolar

Motor stepper unipolar terdiri dari dua lilitan yang memiliki center tap. Center

tap dari masing masing lilitan ada yang berupa kabel terpisah sudah terhubung

didalamnya sehingga center tap yang keluar hanya satu kabel. Center tap dari

motor stepper dapat dihubungkan ke ground atau dapat juga yang

menghubungkannya ke +Vcc, tergantung pada driver yang digunakan. Sebagai

gambaran dapat dilihat konstruksi motor stepper unipolar pada gambar 2.7 :

Gambar 2.7. Konstruksi Motor Stepper Unipolar

Rangkaian pengendali motor stepper unipolar lebih mudah dirancang

karena hanya memerlukan satu switch pada setiap lilitannya. Agar motor ini

berputar, tegangan positif diberikan pada terminal center tap, kemudian tegangan

positif diberikan secara bergantian dan berurutan terus- menerus pada keempat

terminal masing-masing lilitan. Oleh karena itu, pada alat ini digunakan motor

stepper jenis unipolar.

Pada motor stepper ini, suplai tegangan yang dibutuhkan adalah V = 12

(44)

3600/1,80= 200 step (Np). Kecepatan pulsa diekspresikan sebagai pps (= pulsa per

second) dan kecepatan putar umumnya ditulis sebagai ω (= rotasi / menit atau

rpm). Kecepatan putar motor stepper (rpm) dapat dihitung menggunakan rumus

pada kecepatan pulsa (pps) sebagai berikut.

[

rotasi menit

]

Dengan : Np = step/putaran (pulsa/rotasi)

pps = pulsa per detik

Torsi yang dapat dihasilkan oleh motor stepper dapat dihitung berdasarkan

perbandingan daya kerja motor terhadap kecepatan putarannya. Atau dapat

dirumuskan sebagai berikut:

ω τ = P

... (2. 7)

dengan P adalah daya kerja motor dalam satuan watt dan ω adalah kecepatan

perputaran motor dalam satuan rotation per minute (rpm).

Untuk mengetahui beban maksimum yang dapat digerakkan motor stepper dapat

(45)

r F. =

τ

... (2.8)

dengan F adalah gaya berat yang bekerja terhadap motor dan r adalah jarak

sumbu putar pada motor. Gaya berat yang bekerja terhadap motor dapat dituliskan

dengan:

F = m.g (Newton) ... (2.9)

Dengan : m = massa (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2).

Motor stepper dapat diatur posisinya dengan akurat pada posisi tertentu

dan dapat berputar kearah yang diinginkan dengan memberi pulsa-pulsa digital

dengan pola seperti pada table 2.2 dibawah ini. Untuk memutar motor stepper

adalah dengan memberi pulsa ke koil secara berurutan dari koil 1 ke koil 2, dan

seterusnya. Arah putaran motor stepper tergantung urutan pulsa yang diberikan ke

koil, apabila diinginkan putaran dengan arah yang berlawanan, maka urutan pulsa

yang dimasukkan ke koil juga bergeser berlawanan arah jarum jam. Dari gambar

2.7 diperoleh tabel 2.2 :

Putaran Searah jarum jam Berlawanan arah jarum jam

koil 1 koil 2 koil 3 koil 4 koil 1 koil 2 koil 3 koil 4

step 1 1 0 0 0 0 0 0 1

step 2 0 1 0 0 0 0 1 0

step 3 0 0 1 0 0 1 0 0

step 4 0 0 0 1 1 0 0 0

(46)

Pada tabel 2.2 diatas, ‘1’ diartikan bahwa lilitan yang bersangkutan

dilewati arus sehingga menghasilkan gaya tolak untuk rotor, sedangkan ‘0’

diartikan lilitan dalam kondisi off, yakni tidak mendapatkan arus. Pada tabel juga ditunjukkan, untuk membalik putaran motor stepper cukup membalik urutan

pemberian pulsa pada lilitan. Untuk memperlambat atau mempercepat putaran

motor stepper, dengan mengatur waktu urutan pemberian pulsa, akan tetapi,

pemberian waktu pulsa jika terlalu lamban akan menyebabkan motor stepper

bergetar dan jika terlalu cepat akan mengakibatkan motor tidak mau berputar.

2.2. Perangkat Lunak

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroller AT89S51

adalah bahasa assembly untuk MCS-51 merupakan jumlah instruksi, pada bahasa

ini hanya ada 51 instruksi. Dari instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10

instruksi, instruksi tersebut adalah :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah diatas berarti : isikan nilai 20 heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda

# sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

(47)

MOV 20h,#80h

…………

…………

MOV R0,20h

Perintah diatas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol.

Contoh ,

MOV R0,#80h

Loop: …………

…………

DJNZ R0,Loop

(48)

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memangggil suatu rutin tertentu.

Contoh :

…………

ACALL TUNDA

…………

TUNDA :

…………

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

Contoh :

ACALL TUNDA

…………

TUNDA:

…………

(49)

5. Instruksi JMP (JUMP)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu.

Contoh:

Loop:

………

………

JMP Loop

6. Instruksi JB (JUMP IF BIT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk melompat ke alamat tertentu, jika pin

yang dimaksud berlogika high (1).

Contoh :

Loop:

JB P1.0,Loop

………

7. Instruksi JNB (JUMP IF NOT BIT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin

yang dimaksud berlogika low (0).

(50)

JNB P1.0,Loop

…………

8. Instruksi CJNE (COMPARE JUMP IF NOT EQUEL)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu.

Contoh :

Loop:

………

CJNE R0,#20h,loop

………

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop.

Jika nilai R0 sama dengan 20h, maka program akan melanjutkan instruksi

selanjutnya.

9. Instruksi DEC (DECREMENT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. contoh :

(51)

……

DEC R0 R0 = R0 – 1

……

10.Instruksi INC (INCREMENT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1.

Contoh:

MOV R0,#20h R0 = 20h

…………

INC R0 R0 = R0 + 1

…………

2.2.1. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan

pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator seperti pada gambar

(52)

Gambar 2.8. Software 8051 Editor, assembler, simulator

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita

tuliskan ke dalam bilangan heksadesimal, dimana proses perubahan ini terjadi

pada saat kita meng-Assemble program tersebut. Bilangan heksadesimal hasil

proses inilah yang dikirim ke mikrokontroller. Kemudian instruksi-instruksi

(program-program) tersebut akan di-save dan kemudian di-Assemble

(di-Compile). Pada saat di-Assemble maka akan tampil pesan peringatan dan

kesalahan. Jika masih ada peringatan tersebut, itu berarti masih ada kesalahan

dalam penulisan instruksi atau ada nama subrutin yang sama. sehingga harus

diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

2.2.2. Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke

mikrokontroller digunakan software ISP-Flash Programer yang dapat di download

(53)

Gambar 2.9. ISP-Flash Programer

Cara menggunakannya adalah dengan meng klik open file untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051 IDE, kemudian klik write untuk

(54)

BAB III

RANCANGAN SISTEM

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancang. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun

diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada

diagram blok seperti gambar 3.1 :

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian

Disain sistem rangkaian terdiri dari:

1. Sensor LDR berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya cahaya sinar matahari

kemudian output sensor ini akan diinputkan ke ADC 0804.

2. ADC 0804 berfungsi untuk merubah tegangan analog dari sensor LDR

menjadi data digital 8 bit, sehingga data tersebut dapat diolah oleh

mikrokontroler AT89S51.

3. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengolah data digital yang

dikirimkan oleh ADC 0804, selanjutnya mikrokontroller akan menggerakkan

motor stepper.

Sensor ADC Mikrokontroller AT89S51

Motor Driver Motor

(55)

Vreg

4. Sensor hanya melihat kondisi terang (atap terbuka) dan kondisi gelap (atap

tertutup), untuk menggerakkan atap ruangan digunakan motor stepper.

3.2. Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan

12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh

rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke

relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 :

Gambar 3.2. Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT)

digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan

pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA

(56)

apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan

(LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar.

Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC

inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan

yang dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar 3.3 :

Gambar 3.3. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan

port 3. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin

(57)

adalah port 3 Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20

dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen

kristal 12 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan

ke positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua

komponen ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa

saat setelah power aktip. Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC

mikrokontroler dan aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor

dan resistor tersebut. Jika dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t=R x C= Kx µF = m ik ... (3.1)

Jadi 1 mili detik setelah power aktip pada IC kemudian program aktip.

3.4. Rangkaian ADC

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan

oleh LDR menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke

mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mendeteksi tingkat intensitas

cahaya di dalam ruangan Dengan demikian proses pengukuran suhu dan

pengaturan tingkat pencayaan dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC

(58)

Gambar.3.4 Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan LDR, sehingga setiap perubahan tegangan pada

LDR akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus,

maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan

tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu

pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC

regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian

keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805),

sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi

tegangan refrensi ADC.

Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu

dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt.

(59)

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan

output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh

mikrokontoller.

3.5. Rangkaian Driver Motor Stepper

Agar intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan dapat di atur sesuai

dengan keinginan kita maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat

mengendalikan tingkat intensitas cahaya yang masuk tersebut. Rangkaian ini

digunakan untuk mengendalikan ventilasi sehingga dengan cara menutup dan

membuka ventilasi kita dapat mengendalikan tingkat intensitas cahaya yang

masuk ke dalam ruangan tersebut. Rangkaian ini menggunakan otor stepper dan

driver stepper. Motor stepper berfungsi untuk membuka ventilasi dan driver

stepper berfungsi untuk mengendalikan motor stepper.rangkaian pengendali motor

stepper dapat dilihat pada gambar 3.5 :

(60)

Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah dengan jarum jam atau

berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini akan dikendalikan oleh

mikrokontroler AT89S51. Jadi dengan memberikan sinyal high secara bergantian

ke input dari rangkaian driver motor stepper tersebut, maka pergerakan motor

stepper sudah dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

Rangkaian driver motor stepper ini terdiri dari empat masukan dan empat

keluaran, dimana masing-masing masukan dihubungkan dengan mikrokontroler

AT89S51 dan keluarannya dihubungkan ke motor stepper. Rangkaian ini akan

bekerja memutar motor stepper jika diberi sinyal high (1) secara bergantian pada

ke-4 masukannya.

Rangkaian ini terdairi dari 4 buah transistor NPN TIP 122. Masing-masing

transistor dihubungkan ke P0.0, P0.1, P0.2 dan P0.3 pada mikrokontroler

AT89S51. Basis dari masing-masing transistor diberi tahanan 10 Kohm untuk

membatasi arus yang masuk ke transistor. Kolektor dihubungkan dengan

kumparan yang terdapat pada motor stepper, kemudian kumparan dihubungkan

dengan sumber tegangan 12 volt.dan emitor dihubungkan ke ground.

Jika P0.0 diberi logika high (1), yang berarti basis pada transistor TIP 122

mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktip. Hal ini akan menyebabkan

terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0

volt dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan mengalir dari sumber tegangan

12 volt ke kumparan, sehingga kumparan akan menghasilkan medan magnet.

Medan magnet ini akan menarik logam yang ada pada motor, sehingga motor

(61)

Jika kemudian P0.0 di beri logika low (0), yang berarti transistor tidak

aktip dan tidak ada arus yang mengair pada kumparan, sehingga tidak ada medan

magnet pada kumparan. Dan disisi lain P0.1 diberi logika high (1), sehingga

kumparan yang terhubung ke P0.1 akan menghasilkan medan magnet. Maka

motor akan beralih kearah kumparan yang terhubung ke P0.1 tersebut. Seterusnya

jika logika high diberikan secara bergantian pada input dari driver motor stepper,

maka motor stepper akan berputar sesuai dengan arah logika high (1) yang

diberikan pada inputnya.

Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah yang

sebelumnya, maka logika high (1) pada input driver motor stepper harus

diberikan secara bergantian dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya.

3.6. Perancangan Rangkaian Sensor Cahaya (LDR)

Untuk dapat menggerakkan drive motor steper, maka alat dilengkapi dengan sebuah sensor. Sensor yang digunakan adalah sensor LDR. LDR atau Light

Dipendent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang dinilai hambatannya

dipengaruhi oleh cahaya yang diterimanya. LDR dibuat ddari Cadmium Sulfida

yang peka terhadap cahaya. Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya memiliki

dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang elektromagnetik dan

foton/partikel energi (dualisme cahaya). Saat cahaya menerangi LDR, foton akan

menabrak ikatan cadmium sulfida dan melepaskan elektron yang terlepas dari

ikatan. Sehingga hambatan LDR akan turun saat cahaya meneranginya. LDR akan

(62)

(gelap). Dalam kondisi ini hambatan LDR mampu mencapai 1 M ohm akan tetapi

saat terkena cahaya, hambatan LDR akan turun secara drastis, hingga kira-kira

250 ohm.

Tegangan tersebut belum dapat mengaktifkan transistor C945 dengan

demikian tegangan kolektor-emitor berkisar antara 4.5 V -5 V. Teganagan inilah

(63)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1. Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan

mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter

digital. Pada power supplay ini terdapat dua keluaran, yaitu hasil pengujian

tegangan keluaran pertama sebesar + 5,1 volt, tegangan ini dipergunakan untuk

mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat

bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini

cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroller AT89S51. Sedangkan hasil

pengujian tegangan keluaran kedua sebesar 11,9 volt, tegangan ini digunakan

untuk mensupplay tegangan ke relay, dimana relay dapat aktip pada tegangan 9

sampai 15 volt, sehingga tegangan ini sudah memenuhi syarat untuk

mengaktipkan relay.

4.2. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja

dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan

memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya

adalah sebagai berikut:

(64)

Setb P0.0

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke

P0.0 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara

terus menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang

menyebabkan LED mati. Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama

beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang

menyebabkan LED akan nyala. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini

nyala selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program

tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin

membutuhkan waktu = 12 1

12MHz = mikrodetik.

(65)

mov r7,#255

Tnd: mov r6,#255

djnz r6,$ 255 x 2 = 510 x 255 = 131.070 = 131.073

djnz r7,loop3

ret

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan program di atas adalah

131.073 μdetik atau 0,131073 detik dan dapat dibulatkan menjadi 0,13 detik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka

rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.

4.3. Pengujian Rangkaian ADC

Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler.

Selanjutnya rangkaian mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian display

seven segmen. Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang

ada pada rangkaian ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan pada

display seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut :

(66)

div ab

mov 71h,a

mov 72h,b

Dengan program di atas, maka akan tampil nilai intensitas cahaya yang

dideteksi oleh sensor Ldr.

4.4. Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

Rangkaian driver motor stepper ini terdiri dari empat masukan dan empat

keluaran, dimana masing-masing masukan dihubungkan dengan mikrokontroler

AT89S51 dan keluarannya dihubungkan ke motor stepper. Rangkaian ini akan

bekerja memutar motor stepper jika diberi sinyal high (1) secara bergantian pada

ke-4 masukannya. Rangkaiannya seperti gambar 4.1 :

Gambar

Gambar 2.1. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.1. Fungsi Pengganti
Gambar 2.2. Skematik ADC 0804
Gambar 2.3. ADC 0804
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik dapat membuat karya tulis (artikel) tentang strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda dalam bentuk

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi terhadap kebahagiaan remaja panti asuhan yatim piatu.. Penelitian

Objek tajau mempunyai semangat yang dapat dilihat oleh pemilik tajau tersebut, yakni tajau ini perlu disimpan rapi dan dijaga secara baik agar menjamin kesejahteraan

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana model dan proses pembelajaran yang mengarah ke ketepatan melempar ke sasaran dengan menggunakan bola kasti melalui

Penelitian lain yang juga menggunakan model Make A Match adalah penelitian yang dilakukan oleh Muntoha, Happy Dwi Yunia yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran

[r]

[r]

simulasi yang dilakukan pada aplikasi “Sistem Pakar Pendeteksi Kerusakan Mesin Mobil Daihatsu Zebra Espass S91”, penulis dapat mengambil kesimpulan:. Sebuah software