• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute Medan"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

SISA MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

KAMPUS WILMAR BUSINESS INSTITUTE MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian

Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

RIZKI MAZIA HAKIKI RAMBE

11 0424 039

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SISA MATERIAL

PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

KAMPUS WILMAR BUSINESS INSTITUTE MEDAN

TUGAS AKHIR

DiajukanUntukMelengkapiTugas-tugasdanMemenuhiSyaratUntukMenempuhUjianSarjanaTeknikSipil

Disusunoleh :

RIZKI MAZIA HAKIKI RAMBE

11 0424 039

Pembimbing :

Ir. Syahrizal, MT

NIP.

19611231 198111 1 001

PengujiI :

Penguji II :

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

Rahmi Karolina, ST., MT

NIP. 19520901 198112 1 001

NIP. 19820318 200812 2 001

Mengesahkan :

Koordinator PPSE

Ketua

Departemen Teknik Sipil FT USU

Departemen Teknik Sipil FT USU

Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

NIP. 19560326 198103 1 003

NIP.19561224 198103 1 002

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(3)

ABSTRAK

Pada pelaksanaan konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa

material konstruksi dimana adanya sisa material tersebut menimbulkan kerugian

yang apabila berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan yang akan

diterima oleh kontraktor. Oleh karena itu, dilakukan sebuah analisa untuk

mengetahui material yang berpotensi menjadi

waste

dan mengetahui berapa biaya

kerugian yang disebabkan oleh terjadinya

waste

(

waste cost

), dimana proyek yang

ditinjau berupa Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute di kota Medan,

dengan total luas bangunannya adalah sebesar 13.555,9 m

2

, tinggi 28 m (terdiri

dari 7 lantai), dan nilai kontrak sebesar Rp. 65.000.000.000,-. Langkah

perhitungan yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material

berdasarkan gambar konstruksi

(shop drawing).

Kemudian menghitung kuantitas

sisa material, biaya sisa material,perbandingan berat tulangan per m

3

beton

dengan SNI 2008, serta mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sisa

material. Dari hasil analisa dan perhitungan, diperoleh volume beton yang

digunakan adalah sebesar 2434.187m

3

, sisa beton sebesar 73.02m

3

dan persen

jumlah sisa volume beton 3%. Berat tulangan total 451733.85kg, sisa berat

tulangan21894.71kg, dan persen sisa tulangan4,84 %.Nilai koefisien rata-rata

kebutuhan tulangan kolom sebesar 157.294 kg/m

3

, sedangkan menurut SNI 2008

adalah sebesar 300 kg/m

3

. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan

baloksebesar 187.407 kg/m

3

, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200

kg/m

3

. Ini menunjukkan elemen kolom dan balok menggunakan tulangan lebih

sedikit tulangan dari yang telah ditetapkan oleh SNI tahun 2008.Untuk

memperkecil kemungkinan kesalahan dari perhitungan sisa material perlu

dilakukan perhitungan pada proyek yang berbeda.

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan

berkah, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah

“Analisis Faktor Penyebab

Terjadinya Sisa Material pada Proyek Pembangunan Gedung Wilmar

Business Institute Medan

.

Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, serta

bimbingan dari berbagai belah pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil;

2.

Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil;

3.

Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Koordinator PPSE,

Departemen Teknik Sipil;

(5)

ii

5.

Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan dan Ibu Rahmi Karolina, ST., MT,

selaku Penguji, yang turut memberikan masukan dalam proses penyelesaian

Tugas Akhir ini;

6.

Bapak/ibu seluruh Staff Pengajar, serta Pegawai Administrasi Departemen

Teknik Sipil;

7.

Kedua Orang Tua penulis yang teristimewa, yang telah bersabar dan tak

henti-hentinya memberikan doa, motivasi, nasehat, serta dukungan. Terima

kasih atas segala pengorbanan, cinta, dan kasih sayang yang tiada batas untuk

penulis.

8.

Teman-teman Mahasiswa/i Angkatan 2011. Terima kasih atas bantuannya

selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun, demi perbaikan untuk menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

Hormat saya,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

... i

ABSTRAK

... iii

DAFTAR ISI

... iv

DAFTAR TABEL

... vii

DAFTAR GAMBAR

... ix

DAFTAR GRAFIK

... x

DAFTAR LAMPIRAN

... xi

DAFTAR NOTASI

... xii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

1.1

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 2

1.3

Tujuan Penelitian ... 2

1.4

Manfaat Penelitian ... 3

1.5

Batasan Masalah ... 3

1.6

Metodologi Penelitian ... 4

1.7

Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

... 7

2.1

Struktur Bangunan Atas ... 7

2.1.1

Struktur Kolom ... 7

2.1.2

Struktur Balok ... 8

2.2

Manajemen Material Konstruksi ... 8

2.3

Material Konstruksi ... 9

2.3.1

Material Penyusun Beton ... 11

2.3.2

Tulangan Beton ... 12

2.4

Standard Penulangan Kolom dan Balok ... 13

2.4.1

Pembengkokan Tulangan ... 13

2.4.2

Kait Standard ... 14

(7)

2.4.4

Sambungan ... 17

2.4.5

Ukuran dan Berat Tulangan ... 17

2.4.6

Menghitung Koefisien Kebutuhan Tulangan ... 18

2.5

Sisa Material (

Waste

) ... 18

2.6

Manfaat Meminimalisasi Sisa Material Konstruksi ... 24

2.7

Biaya Material ... 25

2.8

Hasil Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 26

2.8.1

Valentino Arya Kusuma. 2010. ... 26

2.8.2

Suryanto Intan, Ratna S. Alifen, dan Lie Arijanto ... 27

2.8.3

Abdul Wahab. 2015. ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

... 28

3.1

Data Penelitian ... 28

3.1.1

Sumber Data ... 28

3.1.2

Data Primer ... 28

3.1.3

Data Sekunder ... 29

3.2

Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 30

3.2.1

Metode Pengumpulan Data ... 30

3.2.2

Metode Pengolahan Data ... 30

3.3

Metode Analisa Data ... 35

3.4

Diagram Alir Analisa Data ... 35

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

... 37

4.1

Deskripsi Proyek ... 37

4.1.1

Data Umum ... 37

4.1.2

Data Teknis ... 38

4.1.3

Gambar Proyek ... 39

4.2

Pengelompokkan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan Dimensi

dan Tipe Penulangan ... 44

4.2.1

Pekerjaan Struktur Kolom ... 45

4.2.2

Pekerjaan Struktur Balok ... 50

4.3

Perhitungan Volume Beton ... 52

(8)

4.3.2

Perhitungan Volume Beton Balok ... 55

4.4

Perhitungan Kebutuhan Tulangan ... 58

4.4.1

Perhitungan Tulangan Kolom ... 58

4.4.2

Perhitungan Tulangan Balok ... 61

4.5

BeratTulangan yang Digunakan ... 68

4.6

Total KebutuhanTulangan ... 69

4.7

BeratTulangan yang Tidak Digunakan ... 70

4.8

Hasil Koefisien Perbandingan Tiap Elemen ... 75

4.8.1

Kolom ... 75

4.8.2

Balok ... 78

4.9 Identifikasi Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

... 85

5.1

Kesimpulan ... 85

5.2

Saran ... 86

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi ... 7

Tabel 4.1 Data Umum Proyek ... 33

Tabel 4.2 Detail Pekerjaan Kolom Lantai Dasar ... 36

Tabel 4.3 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 01 ... 36

Tabel 4.4 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 02 ... 37

Tabel 4.5 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 03 ... 37

Tabel 4.6 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 04 ... 37

Tabel 4.7 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 05 ... 38

Tabel 4.8 Detail Pekerjaan Kolom Lantai 06 ... 38

Tabel 4.9 Detail Pekerjaan Kolom Lantai Atap ... 38

Tabel 4.10 Detail Pekerjaan Balok... 39

Tabel 4.11 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Dasar

Penampang

Persegi ... 41

Tabel 4.12 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Dasar

Penampang

L/T ... 42

Tabel 4.13 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 01 Penampang

Persegi ... 43

Tabel 4.14 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 01 Penampang

L/T ... 44

Tabel 4.15 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 02 Penampang

Persegi ... 45

Tabel 4.16 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 02 Penampang

L/T ... 46

Tabel 4.17 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 03 Penampang

Persegi ... 47

(10)

Tabel 4.19 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 04 Penampang

Persegi ... 49

Tabel 4.20 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 04 Penampang

L/T ... 50

Tabel 4.21 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 05 Penampang

Persegi ... 51

Tabel 4.22 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 05 Penampang

L/T ... 52

Tabel 4.23 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 06 Penampang

Persegi ... 53

Tabel 4.24 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai 06 Penampang

L/T ... 54

Tabel 4.25 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Atap

Penampang

Persegi ... 54

Tabel 4.26 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Kolom Lantai Atap

Penampang

L/T ... 55

Tabel 4.27 Rekapitulasi Volume Material Beton Kolom ... 56

Tabel 4.28 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 01 ... 57

Tabel 4.29 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 02 ... 58

Tabel 4.30 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 03 ... 59

Tabel 4.31 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 04 ... 60

Tabel 4.32 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 05 ... 61

Tabel 4.33 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai 06 ... 62

Tabel 4.34 Daftar Perhitungan Volume Material Beton Balok Lantai Atap... 63

Tabel 4.35 Rekapitulasi Volume Material Beton Balok ... 64

Tabel 4.36 Total Kebutuhan Berat Tulangan Kolom ... 76

Tabel 4.37 Total Kebutuhan Berat Tulangan Balok ... 76

Tabel 4.38 Total Berat Tulangan ... 77

Tabel 4.39 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan untuk Pekerjaan Kolom ... 77

(11)

Tabel 4.41 Rekapitulasi Kebutuhan Tulangan ... 78

Tabel 4.42 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Pekerjaan Kolom ... 79

Tabel 4.43 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Pekerjaan Balok Lantai 01 ... 81

Tabel 4.44 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan Kolom ... 86

Tabel 4.45 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan Balok ... 86

Tabel 4.46 Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan untuk Seluruh Pekerjaan ... 87

Tabel 4.47 Koefisien Perbandingan Kebutuhan Tulangan ... 93

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Metodologi Penelitian ... 5

Gambar 2.1 Campuran Beton ... 15

Gambar 2.2 Potongan Tulangan Polos dan Tulangan Ulir ... 16

Gambar 2.3 Tulangan Polos dan Tulangan Ulir... 17

Gambar 3.1 Bagan Analisa Data ... 32

(13)

DAFTAR GRAFIK

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Tabel Perhitungan Kebutuhan Tulangan Kolom

2. Tabel Perhitungan Kebutuhan Tulangan Balok

3. Rekapitulasi Berat Sisa Tulangan

(15)

DAFTAR NOTASI

BU

Batang Utama

D

Diameter tulangan ulir (mm)

Ø

Diameter tulangan polos (mm)

C

1

, C

2

,...,dst

Kode tipe-tipe kolom

P

1

, P

2

,...,dst

Kode tipe-tipe balok

S

1

, S

2

,...,dst

Kode tipe-tipe balok

K

1

, K

2

,...,dst

Kode tipe-tipe balok

L

1

, L

2

,...,dst

Kode lantai

P

Panjang (m)

(16)

ABSTRAK

Pada pelaksanaan konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa

material konstruksi dimana adanya sisa material tersebut menimbulkan kerugian

yang apabila berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan yang akan

diterima oleh kontraktor. Oleh karena itu, dilakukan sebuah analisa untuk

mengetahui material yang berpotensi menjadi

waste

dan mengetahui berapa biaya

kerugian yang disebabkan oleh terjadinya

waste

(

waste cost

), dimana proyek yang

ditinjau berupa Pembangunan Gedung Wilmar Business Institute di kota Medan,

dengan total luas bangunannya adalah sebesar 13.555,9 m

2

, tinggi 28 m (terdiri

dari 7 lantai), dan nilai kontrak sebesar Rp. 65.000.000.000,-. Langkah

perhitungan yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material

berdasarkan gambar konstruksi

(shop drawing).

Kemudian menghitung kuantitas

sisa material, biaya sisa material,perbandingan berat tulangan per m

3

beton

dengan SNI 2008, serta mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya sisa

material. Dari hasil analisa dan perhitungan, diperoleh volume beton yang

digunakan adalah sebesar 2434.187m

3

, sisa beton sebesar 73.02m

3

dan persen

jumlah sisa volume beton 3%. Berat tulangan total 451733.85kg, sisa berat

tulangan21894.71kg, dan persen sisa tulangan4,84 %.Nilai koefisien rata-rata

kebutuhan tulangan kolom sebesar 157.294 kg/m

3

, sedangkan menurut SNI 2008

adalah sebesar 300 kg/m

3

. Untuk balok koefisien rata-rata kebutuhan tulangan

baloksebesar 187.407 kg/m

3

, sedangkan menurut SNI 2008 adalah sebesar 200

kg/m

3

. Ini menunjukkan elemen kolom dan balok menggunakan tulangan lebih

sedikit tulangan dari yang telah ditetapkan oleh SNI tahun 2008.Untuk

memperkecil kemungkinan kesalahan dari perhitungan sisa material perlu

dilakukan perhitungan pada proyek yang berbeda.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu parameter yang digunakan dalam upaya melaksanakan sebuah

proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah

satu komponen yang penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya suatu

proyek.

Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat

dihindari munculnya sisa material

.

Sisa material konstruksi merupakan suatu

material yang sifatnya berlebih dan tidak dapat digunakan kembali yang terdapat di

area pelaksanaan konstruksi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan yang teliti dan tepat dalam

menentukan jumlah kebutuhan material yang akan digunakan dalam proyek serta

dilakukan evaluasi terhadap penggunaan material tersebut.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Kampus Wilmar Business Institute,

terdapat adanya sisa material yang tercecer di sekitar lokasi pembangunan yang

disebabkan oleh beberapa faktor. Selain itu, Pada Proyek Pembangunan Gedung

Kampus Wilmar Business Institute yang merupakan objek penelitian ini, ditemukan

terjadi keterlambatan pekerjaan. Salah satu faktor yang diamati menjadi penyebab

keterlambatan adalah adanya perubahan desain pada pekerjaan struktur atas.

Sisa material

(waste)

pada proyek ini belum teridentifikasi sehingga

kontraktor tidak mengetahui berapa persentase kerugian yang ditimbulkan oleh

waste

(18)

pendapatan yang akan diterima oleh kontraktor. Identifikasi dilakukan untuk

mengetahui material yang berpotensi menjadi

waste

dan mengetahui berapa biaya

kerugian yang disebabkan oleh terjadinya

waste

(

waste cost

).

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis akan melakukan penelitian

tentang analisis sisa material struktur beton bertulang

pada Proyek Pembangunan

Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat merumuskan permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian sebagai berikut:

1.

Berapakah persentase jumlah sisa material selama pelaksanaan proyek?

2.

Berapakah biaya sisa material selama pelaksanaan proyek?

3.

Berapakah perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m

3

beton

bertulang berdasarkan SNI tahun 2008?

4.

Apa sajakah faktor penyebab terjadinya sisa material pada proyek ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Mengetahui persentase jumlah sisa material selama pelaksanaan proyek.

2.

Mengetahui biaya sisa material selama pelaksanaan proyek.

3.

Mengetahui perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m

3

beton bertulang berdasarkan SNI tahun 2008.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Membentuk diri pribadi agar dapat berpikir secara ilmiah dan dapat memahami

permasalahan mengenai manajemen sisa material pada konstruksi bangunan

bertingkat.

2. Menjadi referensi terhadap penelitian-penelitian selanjutnya agar menjadi lebih

baik lagi.

3. Memberi sumbangan pada kemajuan dunia pendidikan dan professional dalam

bidang konstruksi agar mengetahui faktor-faktor penyebab sisa material serta

upaya manajemen yang dapat dilakukan di proyek konstruksi.

4. Memberi masukan kepada kontraktor mengenai kegiatan-kegiatan pada pekerjaan

struktur atas yang berpotensi menghasilkan sisa material.

1.5. Batasan Masalah

Agar lebih terarah pada permasalahan yang ada, maka pada penelitian ini akan

diberikan batasan sebagai berikut:

1.

Identifikasi

waste

ini dibuat sesuai dengan keadaan proyek Kampus Wilmar

Business Institute Medan.

2.

Sisa material dihitung berdasarkan

shop drawing

pada Proyek Pembangunan

Kampus Wilmar Business Institute Medan.

3.

Perhitungan dilakukan hanya pada material struktur kolom dan balok tidak

termasuk pelat lantai dikarenakan pada pelat lantai pembesian menggunakan

(20)

balok tidak bisa dialokasikan ke pembesian pelat lantai. Untuk nilai sisa material

beton diambil dari perhitungan yang dilakukan oleh kontraktor di lapangan.

4.

Harga material dan kebutuhan bahan (indeks) diambil dari Daftar Analisa Harga

Satuan Kontraktor.

5.

Peraturan yang digunakan untuk perbandingan berat besi tulangan dengan volume

beton per m

3

adalah SNI 7394-2008.

5. Analisa sisa material tidak memperhitungkan kualitas hasil akhir pekerjaan, mutu

dianggap baik sesuai persyaratan dalam spesifikasi.

7. Penanganan

material waste

tidak ditinjau.

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penulisan yang dipakai dalam menganalisa kriteria dan kendala

terhadap masalah dan pembahasan, dilakukan dengan studi pustaka yaitu membaca

buku-buku yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini.

Data-data penelitian berupa gambar Proyek Pembangunan Gedung Kampus

Wilmar Business Institute Medan. Pembahasan masalah dilakukan untuk

mendapatkan suatu pemecahan dengan pengolahan data, yang akhirnya

menghasilkan kesimpulan dan serta saran-saran yang dapat berguna untuk

perencanaan selanjutnya.

(21)

`

Gambar 1.1. Bagan Metodologi Penelitian

Persiapan:

 Merumuskan masalah penelitian  Menentukan tujuan penelitian

Data Primer:

Perhitungan jumlahmaterial

Tahap Pengolahan Data:

 Menghitung Kebutuhan Material  Menghitung Sisa Material:

 Menghitung Kuantitas Sisa Material  Menghitung Biaya Sisa Material

 Menghitung Perbandingan Koefisien Material pada Proyek dengan SNI Tahun 2008

Tahap Analisis dan Pembahasan:

 Menganalisa sisa material (waste) dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif dengan bantuan program Microsoft Excel.

 Menentukan faktor penyebab sisa material

Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data

Data Skunder:

 Gambar shop drawing  Daftar analisa harga satuan  Data Umum Proyek Studi Literatur:

 Jurnal  Buku Teks

 Penelusuran situs internet

(22)

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk penyajian bahasan yang diteliti, tugas akhir ini dibagi atas 5 (lima) bab dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah,

metodologi, dan sistematika penulisan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori dari beberapa sumber yang berhubungan dengan

permasalahan dan tujuan pembahasan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang cara/proses perhitungan kebutuhan tulangan,

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Berisi analisis dan pembahasan hasil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Bangunan Atas

Struktur atas adalah bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi

pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa, dan beban

lainnya yang direncanakan. Selain itu, struktur bangunan atas harus mampu

mewujudkan perancangan arsitektur, sekaligus harus mampu menjamin keamanan

dan kenyamanan.

2.1.1. Struktur Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban

dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan

lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya

(collapse)

lantai yang bersangkutan

dan juga runtuh total

(total collapse)

seluruh struktur

(Sudarmoko, 1996)

. Fungsi

kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila

diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah

bangunan berdiri.

(24)

2.1.2. Struktur Balok

Balok merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban yang

diterima oleh plat beban balok anak, dan beban-beban lain yang bekerja di atasnya,

dan kemudian meneruskannya pada kolom. Balok terdiri dari balok induk yang

berfungsi membagi plat menjadi segment sebagai pengikat kolom yang satu dengan

yang lain, sehingga plat menahan beban dari yang luas ke yang lebih kecil, dan balok

anak yang merupakan balok yang bertumpu pada balok induk yang menerima beban

dari plat dan kemudian diteruskan ke balok induk.

2.2. Manajemen Material Konstruksi

Menurut

(Ervianto, 2004)

pemakaian material merupakan bagian terpenting

yang mempunyai persentase cukup besar dari total biaya proyek. Dari beberapa

penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50-70% dari biaya proyek,

biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Oleh karena itu, penggunaan

teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli, menyimpan,

mendistribusikan, dan menghitung material konstruksi menjadi sangat penting.

Kegagalan menggunakan dan menjaga system manajemen yang sesuai untuk

material konstruksi akan berakibat buruk bagi kemajuan dan segi financial

pelaksanaan pekerjaan yang antara lain mencakup:

-

Tidak tersedianya bahan pada saat diperlukan.

-

Material yang akan digunakan rusak.

(25)

Penggolongan material dapat dibedakan menjadi tiga kategori:

-

Engineered materials,

yaitu produk khusus yang dibuat berdasarkan perhitungan

teknis dan perencanaan. Material ini secara khusus dijelaskan dalam gambar dan

digunakan sepanjang masa pelaksanaan proyek tersebut.

-

Bulk materials

, yaitu produk yang dibuat berdasarkan standar industri

tertentu.material jenis ini sering kali sulit diperkirakan karena beraneka ragam

jenisnya seperti kabel dan pipa.

-

Fabricated materials,

yaitu produk yang dirakit tidak pada tempat material

tersebut akan digunakan di luar lokasi proyek seperti kusen dan rangka baja.

2.3. Material Konstruksi

Bahan konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

bahan yang kelak akan menjadi bagian tetap dari struktur (bahan permanen) dan

bahan yang dibutuhkan kontraktor dalam membangun proyek. Tetapi, tidak akan

menjadi bagian tetap dari struktur bangunan (bahan sementara).

Bahan Permanen

Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk

membentuk bangunan dan sifatnya melekattetap sebagai elemen bangunan.jenis

bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan

spesifikasi). Rincian bahan permanen mencakup antara lain:

Spesifikasi untuk bahan yang digunakan

Kwantitas bahan yang diperlukan

Uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum

(26)

Dengan menggunakan rincian yang tercantum dalam dokumen kontrak, kontraktor

harus menentukan pemasok bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok

bahan permanen:

-

Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk digunakan oleh

kontraktor.

-

Subkontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor utama untuk memasok

bahan permanen berdasarkan kontrak terpisah.

-

Kontraktor sendiri yang mengadakan bahan permanen.

Dalam kasus yang bahan permanennya dipasok oleh pemberi tugas, kontraktor tetap

harus menyiapkan manajemen yang diperlukan untuk menjamin:

-

Bahan datang tepat waktu

-

Dibongkar dan disimpan dengan benar sebelum digunakan

-

Dipasang dengan benar dalam bagian proyek

Banyaknya bahan permanen yang dipasok oleh pemberi tugas kepada

kontraktor untuk digunakan pada proyek sangat bervariasi antara satu proyek dengan

proyek yang lain. Pada beberapa proyek jumlah ini sangat kecil (misalnya dalam

pembangunan jalan raya). Sedangkan pada proyek lain mungkin mencapai 80-90%

terdiri bahan jenis ini.

Bahan Sementara

(27)

kontrak, kontraktor tidak akan mendapat bayaran secara eksplisit untuk jenisbahan

ini. Sehingga, pelaksana harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya

pelaksanaan berbagai pekerjaan yang termasuk dalam kontak.

Dalam kasus sebuah proyek jembatan rangka baja yang tergolong dalam jenis

bahan sementara adalah perancah, bahan bakar, dan suku cadang alat konstruksi.

Biasanya kontraktor memasok semua bahan yang dibutuhkan melalui

sumber-sumbernya sendiri atau dengan subkontraktor. Kontraktor sedapat mungkin bertindak

hati-hati dengan harapan bahan ini dapat digunakan kembali dalam pekerjaan lain.

Adapun material yang biasa digunakan pada pelaksanaan struktur beton bertulang,

yaitu:

2.3.1.

Material Penyusun Beton

Beton adalah campuran antara semen

portland

atau semen hidrolik yang lain,

agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk massa padat

(

Anonim 2, 2002

)

. Seiring dengan penambahan umur, beton

akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (

f’c

) pada usia 28 hari.

(28)

2.3.2. Tulangan Beton

Batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang

berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk

tendon prategang.

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis

yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton ulir.

1)

Baja tulangan beton polos

Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar

dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat BjTP.

2)

Baja tulangan beton ulir

Menurut SNI 07-2052-2002 (Anonim 1, 2002) baja tulangan beton ulir adalah

baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip

melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya lekat

dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton,

disingkat BjTD. Notasi untuk menyatakan ukuran yaitu besarnya diameter pada besi

polos diberi notasi Ф dan pada besi ulir (deformed) dengan notasi

D

(huruf D besar).

(29)

Sengkang/Beugel/

Ties

Pada peraturan SNI 03-2847-2002 (Anonim 2, 2002) definisi sengkang

adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam

suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat

baja las polos atau ulir, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokan dalam bentuk L, U

atau persegi dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut, terhadap tulangan

longitudinal, dipakai pada komponen struktur lentur balok. Sengkang pengikat/ties

adalah sengkang tertutup penuh yang dipakai pada komponen struktur tekan kolom.

Gambar 2.3. Tulangan Polos dan Tulangan Ulir

2.4.

Standar Penulangan Kolom dan Balok

2.4.1.

Pembengkokan Tulangan

Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang.

Pembengkokan pada batang-batang utama harus mempunyai garis tengah paling

sedikit 10 x Ø tulangan.

Pembengkokan tulangan harus memiliki ketentuan sebagai berikut:

(30)
[image:30.595.178.456.149.317.2]

2.

Bengkokan 90

o

ditambah perpanjangan 12 x Ø tulangan, pada ujung bebas

kait.

Tabel 2.1 Diameter bengkokan minimum (Anonim 2, 2002)

Ukuran tulangan

Diameter minimum

D-10 sampai dengan D-25

6db

D-29, D-32,

8db

D-44 dan D-56

10db

Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang

ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi yang disyaratkan oleh

perencana.

2.4.2.

Kait Standar

Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan

4

db

,

tapi tidak kurang dari 60 mm, pada

ujung bebas kait.

2) Bengkokan 90° ditambah perpanjangan

12

db

pada ujung bebas kait.

3) Untuk sengkang dan kait pengikat:

a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan

6

db

pada ujung bebas kait, atau

b) Batang D-19

,

D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan

12

db

pada

ujung bebas kait, atau

(31)
[image:31.595.149.488.109.484.2]

Tabel 2.2. Kait Standard untuk Penulangan (Anonim 2, 2002)

2.4.3.

Pelindung Beton untuk Tulangan (Selimut Beton)

(32)
[image:32.595.173.491.105.358.2]

Tabel 2.3. Tebal Selimut Beton Minimum (Anonim 2, 2002)

Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses pengawasan pabrik), tebal

minimum selimut beton berikut harus disediakan untuk tulangan:

[image:32.595.154.496.453.764.2]
(33)

2.4.4.

Sambungan

1) Pada pertemuan dari komponen-komponen rangka utama (misalnya pertemuan

balok dan kolom), sambungan lewatan tulangan yang menerus dan pengangkuran

tulangan yang berakhir pada pertemuan itu harus dilindungi dengan sengkang

pengikat yang baik.

[image:33.595.203.425.296.418.2]

2) Sengkang pengikat pada pertemuan tersebut di atas, dapat berupa beton eksternal

atau sengkang pengikat tertutup internal, spiral atau sengkang.

Gambar 2.4. Sambungan Lewatan Tulangan

2.4.5.

Ukuran dan Berat Tulangan

Berat besi tulangan dipengaruhi dari masing-masing diameternya dan jenisnya.

Berikut daftar berat besi tulangan tercantum pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Diameter dan Berat Besi Tulangan (Anonim 1, 2002)

UKURAN BERAT

(mm) (Kg/m)

Ø6 0,222

Ø8 0.395

D10 0.617

D12 0,888

D13 1,04

D14 1,12

D16 1,58

D19 2,23

D22 2,98

[image:33.595.217.396.583.721.2]
(34)

2.4.6.

Menghitung Koefisien Kebutuhan Tulangan

Koefisien kebutuhan tulangan dihitung dengan cara kebutuhan tulangan per

satuan volume dari suatu ukuran pekerjaan beton.

Dari banyaknya kebutuhan tulangan dalam suatu pekerjaan beton akan

dibandingkan dengan analisa harga satuan yang telah ditetapkan besar kebutuhannya

yaitu menurut SNI 7394-2008 (Anonim, 2008) tentang tata cara perhitungan harga

satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Untuk

tiap elemen pekerjaan ditetapkan besaran koefisien kebutuhan tulangan, yaitu:

1.

Membuat 1 m

3

kolom beton bertulang (300 kg besi)

2.

Membuat 1 m

3

sloof beton bertulang (200 kg besi)

3.

Membuat 1 m

3

balok beton bertulang (200 kg besi)

4.

Membuat 1 m

3

pelat beton bertulang (150 kg besi)

2.5.

Sisa Material (

Waste

)

Sisa material

adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan/

didatangkan, tetapi tidak menambah nilai pekerjaan

.

Pada tahap pelaksanaan

konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup

besar, sehingga upaya untuk meminimalisi sisa material penting untuk diterapkan.

Material yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi dapat digolongkan dalam

dua bagian besar

(Gavilan dan Bernold, 1994),

yaitu:

1.

Consumable material

, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi

(35)

2.

Non-consumable material,

merupakan material penunjang dalam proses

konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan

tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dinding penahan sementara, dan

lain-lain.

Arus penggunaan material konstruksi mulai sejak pengiriman ke lokasi,

proses konstruksi, sampai pada posisinya yang terakhir akan berakhir pada salah satu

dari keempat posisi di bawah ini

(Gavilan dan Bernold, 1994),

yaitu:

1. Struktur fisik bangunan

2. Kelebihan material (

leftover

)

3. Digunakan kembali pada proyek yang sama (

reuse

)

4. Sisa material (

waste

)

Sisa material konstruksi ini akan terus bertambah sesuai dengan

perkembangan pembangunan yang dilaksanakan, selain mempengaruhi biaya proyek

juga akan menimbulkan permasalahan baru yang dapat mengganggu lingkungan

proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa cara

(Gavilan dan Bernold, 1994),

yaitu:

1. Mencari jalan untuk memakai kembali sisa material tersebut.

2. Mendaur ulang sisa material tersebut menjadi barang yang berguna.

3. Memusnahkan sisa material dengan cara pembakaran.

4. Mencari cara untuk mengurangi sisa material yang timbul.

(36)

1.

Demolition waste

adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran atau

penghancuran bangunan lama.

2.

Construction waste

adalah sisa material konstruksi yang berasal dari pembangunan

atau renovasi bangunan milik pribadi, komersil, dan struktur lainnya. Sisa

material tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu bata, plesteran kayu,

sirap, pipa dan komponen listrik.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.

Terjadinya sisa material dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa

penyebab. (

Gavilan dan Bernold ,1994)

membedakan sumber-sumber yang dapat

menyebabkan terjadinya sisa material konstruksi atas enam kategori, yaitu:

1. Desain

2. Pengadaan material

3. Penanganan material

4. Pelaksanaan

5. Residual

6. Lain-lain

[image:36.595.105.533.608.754.2]

Hasil penelitian

(Bossink,1996)

di Belanda dalam

(Intan et. al, 2005)

, menyimpulkan

sumber dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi berdasarkan kategorinya.

Tabel 2.6. Sumber dan Penyebab Sisa Material Konstruksi (Bossink, 1996)

Sumber

Penyebab

Desain

-

Kesalahan pada dokumen kontrak

-

Ketidak lengkapan dokumen

kontrak

(37)

-

Memilih spesifikasi produk

-

Memilih produk yang berkualitas

rendah

-

Kurang memperhatikan ukuran dari

produk yang digunakan

-

Desainer tidak mengenal dengan

baik jenis-jenis produk yang lain

-

Pendetailan gambar yang rumit

-

Informasi gambar yang kurang

-

Kurang berkoordinasi dengan

kontraktor dan kurang

berpengetahuan tentang konstruksi

Pengadaan material

-

Kesalahan pemesanan, kelebihan,

kekurangan, dsb

-

Pesanan tidak dapat dilakukan

dalam jumlah kecil

-

Pembelian material yang tidak

sesuai dengan spesifikasi

-

Pemasok mengirim barang tidak

sesuai spesifikasi

-

Pengepakan kurang baik

menyebabkan terjadi kerusakan

dalam perjalanan

(38)

lokasi proyek

-

Penyimpanan yang keliru

menyebabkan kerusakan

-

Material yang tidak dikemas dengan

baik

-

Membuang/melempar material

-

Material yang dikirim dalam

keadaan tidak padat/kurang

-

Penanganan yang tidak hati-hati

pada saat pembongkaran material

untuk dimasukkan ke dalam gudang

Pelaksanaan

-

Kesalahan yang diakibatkan oleh

tenaga kerja

-

Peralatan yang tidak berfungsi

dengan baik

-

Cuaca yang buruk

-

Kecelakaan pekerja di lapangan

-

Penggunaan material yang salah

sehingga perlu diganti

-

Metode untuk menempatkan

pondasi

(39)

-

Informasi tipe dan ukuran material

yang akan digunakan terlambat

disampaikan kepada kontraktor

-

Kecerobohan dalam mencampur,

mengolah dan menggunakan

material kerja yang tidak akurat,dll

-

Pengukuran dimensi yang tidak

akurat sehingga terjadi kelebihan

volume

Residual

-

Sisa pemotongan material tidak

dapat digunakan lagi

-

Kesalahan pada saat memotong

material

-

Kesalahan pemasangan barang

karena tidak menguasa ispesifikasi

-

Pengepakan

-

Sisa material karena proses

pemakaian

Lain-lain

-

Kehilangan akibat pencurian

(40)

2.6. Manfaat Meminimalisasi Sisa Material Konstruksi

Menurut

(

Al-Moghany ,2006)

dalam

(Dimas, R., 2012)

manfaat dari meminimalisasi

sisa material konstruksi, yaitu:

A.

Manfaat dari segi biaya

Manfaat/keuntungan dari segi biaya adalah:

1. Mengurangi biaya pengangkutan untuk sisa material. Hal ini termasuk

pengangkutan dari dan ke lokasi terhadap tempat pembuangan.

2. Mengurangi biaya sisa material.

3. Mengurangi biaya pembelian material baru ketika mempertimbangkan untuk

menggunakan ulang dan daur ulang sisa material.

4. Tingkat pengembalian dapat tercapai dengan menjual material sisa untuk

pemakaian ulang dan daur ulang.

5. Manfaat dalam jangka panjang melalui optimasi perencanaan/konsep bangunan,

yaitu dengan menghindari terjadinya pengeluaran berlebihan dari kerusakan dan

pembuatan bangunan baru.

B. Manfaat bagi lingkungan

(Al-Moghany, 2006),

menjelaskan bahwa meminimalisasi sisa material dapat

bermanfaat bagi lingkungan antara lain:

1. Mengurangi jumlah sisa material

2. Pemberdayaan sisa material tepat guna

3. Pengurangan jumlah sisa material yang ditimbun dalam tanah

4. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan akibat pembuangan polusi.

(41)

C. Manfaat Lainnya

Keuntungan atau manfaat lainnya dari minimalisasi sisa material menurut (

Al-Moghany, 2006),

adalah:

1. Meningkatkan kenyamanan di lokasi

2. Meningkatkan efisiensi pekerjaan

3. Menambah citra baik bagi perusahaan/pelaku konstruksi

2.7. Biaya Material

(42)

ada tiga langkah pemahaman dalam memperhitungkan volume material yang

diperlukan untuk mewujudkan pekerjaan terpasang.

Maka estimasi biaya selalu dimulai dari menghitung volume kebutuhan

material bersih sesuai hasil terpasang (sesuai gambar), kemudian dikembangkan

melalui analisis hitungan untuk mendapatkan kebutuhan senyatanya. Dalam rangka

mempermudah proses menghitung biasanya digunakan bebrbagai macam bentuk

table dan daftar. Daftar kebutuhan bahan menjelaskan mengenai jumlah atau volume,

dimensi ukurannya, sifat-sifat fisik lainnya seperti berat setiap satuan, danspesifikasi

teknisnya. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku

pada saat dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan.

2.8. Hasil Penelitian yang Pernah Dilakukan

2.8.1. Valentino Arya Kusuma. 2010.

(43)

Sedangkan persentase total biaya sisa material terhadap total biaya proyek sebesar

0,23% atau senilai Rp 10.441.825.

2.8.2. Suryanto Intan, Ratna S. Alifen, dan Lie Arijanto

Data penelitian diperoleh melalui survey kuesioner pada para pelaku konstruksi, dan

pengamatan di lapangan pada komplek proyek ruko di Surabaya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) volume sisa material batu bata dan pasir adalah yang

terbesar, (2) model biaya menunjukkan nilai minimum biaya sisa material (good

waste management practice) sebesar 3,33%, dan nilai maksimum biaya sisa material

(poor waste management practice) sebesar 4,67% dari total anggaran biaya satu ruko,

sehingga Potential waste saving cost menjadi 1,34%.

2.8.3. Abdul Wahab. 2015.

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data Penelitian

3.1.1. Sumber Data

Pengertian sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Untuk mendapatkan sumber data perlu diketahui tentang subjek penelitian

dan responden.

1.

Subjek penelitian, adalah subjek yang dituju untuk diteliti, pusat perhatian atau

sasaran peneliti. Subjek kajian ini adalah Proyek Pembangunan Gedung Kampus

Wilmar Business Institute Medan. Lokasi proyek tersebut berada di Jl. Batu

Sihombing Deli Serdang-Sumut.

2. Responden, adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu

fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan

yaitu ketika mengisi kuesioner atau ketika menjawab wawancara. Pihak yang akan

menjadi responden yaitu Bagian Pelaksanaan seperti:

a. Pimpinan Proyek (

Project Manager

)

b.

Site Engineer

c.

Site Operational

3.1.2.

Data Primer

(45)

yang dapat berupa interview

maupun observasi.

Data primer yang diperlukan untuk

penelitian ini adalah wawancara yang diberikan kepada responden.

3.1.3. Data Sekunder

Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti membutuhkan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh

studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan dari berbagai instansi lain. Biasanya

sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

Adapun data sekunder yang diperlukan adalah :

1. Peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang mendukung.

2. Penelitian ini merupakan suatu analisis untuk mengevaluasi sisa material pada

pelaksanaan proyek konstruksi. Untuk mendukung analisis diperlukan data teknis

yang berkaitan langsung dengan proyek tersebut. Data penelitian yang diperlukan

antara lain:

a. Karakteristik Proyek

Data ini berisi informasi tentang data umum proyek seperti nama, lokasi, nilai

kontrak, tipe kontrak, waktu pelaksanaan, uang muka, mata uang, cara

pembayaran, masa pemeliharaan dan pemilik proyek. Di samping itu ada data

tentang manajemen proyek seperti konsultan, kontraktor, dan subkontraktor.

b. Gambar Konstruksi

(shop drawing)

(46)

c. Daftar Harga Satuan Bahan

Merupakan jumlah harga bahan berdasarkan perhitungan analisis dimana harga

didapat dari pasaran yang kemudian dikumpulkan dalam suatu daftar.

3.2. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.2.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a.

Metode Literatur/Dokumentasi

Yaitu metode dengan mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah data

tertulis berbentuk buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan serta data yang relevan bagi penelitian.

b.

Metode Wawancara

Wawancara ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti terhadap sumber data.

3.2.2. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dalam 4 tahap yaitu :

1.

Tabulasi Data Tahap Pertama

(47)

2.

Perhitungan Data

Perhitungan yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel berikut ini antara lain:

A. Perhitungan Kebutuhan Material

Langkah yang dilakukan adalah menghitung kuantitas kebutuhan material

berdasarkan gambar konstruksi

(shop drawing).

Selanjutnya, seluruh hasil

perhitungan dan data-data serta keterangan mengenai ukuran material dimasukkan ke

dalam tabel kebutuhan material yang disusun berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis

material. Setiap angka dijumlahkan menurut kolom jenis material masing-masing.

Adapun perhitungan dilakukan dengan rumus sederhana sebagai berikut:

1. Hitung Volume beton (m

3

)

Volume kolom = b x h x t

Ket.:

b = lebar kolom (m)

h = panjang kolom (m)

t = tinggi kolom (m)

2. Panjang tulangan (m)

Tulangan pokok

Panjang tulangan pokok = tinggi kolom

Beugel

Panjang tulangan beugel = (4 x (b

(2 x sb)) + (2 x 5db)

Ties

Panjang tulangan ties = (b

(2 x sb)) + (2 x 5db)

Ket.:

(48)

3. Jumlah tulangan (buah)

Tulangan pokok

Jumlah tulangan pokok = banyak jumlah tulangan pokok.

Beugel

Jumlah tulangan beugel = ((1/4 x L) : s1) + ((1/2 x L) : s2) + ((1/4 x L) : s3).

Ties

Jumlah tulangan ties = n x jumlah tulangan beugel.

Ket.:

L = panjang kolom (m)

s1 = jarak sengkang bawah (m)

s2 = jarak sengkang tengah (m)

s3 = jarak sengkang atas (m)

n = jumlah tulangan ties dalam beugel (bh)

4. Panjang total tulangan (m)

Panjang total tulangan = panjang tulangan x jumlah tulangan.

5. Berat batang tulangan (kg/m)

Berat tulangan = volume beton x berat jenis baja

= (

¼ π db

2

) x 7.850 kg/m

3

6. Berat total tulangan (kg/m

3

)

Berat total tulangan = panjang total tulangan x berat tulangan.

7. Total berat tulangan per kolom (kg/m

3

)

(49)

B. Perhitungan Sisa Material

(Waste)

Sisa material

(waste)

adalah kelebihan kuantitas material yang digunakan yang

tidak menambah nilai

(value)

suatu pekerjaan

(Gavilan dan Bernold, 1994).

a.

Menghitung kuantitas sisa material

Perhitungan kuantitas sisa material merupakan selisih antara persediaan material

dengan kebutuhan material. Dimana untuk menghitung sisa material besi tulangan

dapat dilihat dari berapa banyak batang besi tulangan yang dibutuhkan dan berapa

panjang besi tulangan yang dibutuhkan dalam satuan panjang pabrikasi tulangan

tersebut, dalam hal ini panjang tulangan per batang adalah 12 meter. Maka, sisa

potongan yang tidak terpakai pada satuan batang besi tulangan tersebut yang tidak

dapat dialokasikan untuk pekerjaan yang lain merupakan sisa dari besi tulangan

itu sendiri. Sedangkan untuk material beton, dilakukan identifikasi langsung pada

saat pelaksanaan pekerjaan pengecoran di lapangan.

Sisa material = Persediaan material

Kebutuhan material

b.

Menghitung biaya sisa material

Setelah diperoleh jumlah sisa dari masing-masing material yang telah dihitung,

maka dapat dihitung biaya dari sisa material tersebut dengan mengkalikan jumlah

berat sisa material dengan harga satuan material yang ada pada data kontraktor di

lapangan.

Biaya sisa material = Sisa material x Harga satuan material

c.

Menghitung persentase jumlah sisa material

(50)

dikalikan dengan 100% sehingga diperoleh persentase dari nilai sisa material

terhadap total kebutuhan material tersebut.

Persentase jumlah sisa material =

(Jumlah sisa material ÷ Total jumlah kebutuhan material) x 100%

d.

Menghitung perbandingan antara berat besi tulangan yang dibutuhkan per m

3

beton bertulang yang ada dilapangan dengan SNI tahun 2008.

Dalam mengetahui jumlah kebutuhan besi tulangan dalam satu proyek konstruksi

diperlukan rasio perbandingan antara berat besi yang digunakan per m3 beton.

Sehingga dapat diketahui secara cepat efisiensi penggunaan besi tulangan dalam

beton bertulang dan mengetahui apakah nilai perbandingan tersebut lebih kecil

atau lebih besar pemakaiannya daripada SNI tahun 2008.

Perbandingan berat besi tulangan per m

3

beton =

( Berat total tulangan ÷ Volume total Beton)

3.

Identifikasi faktor penyebab terjadinya sisa material

Setelah diketahui persentase sisa material yang terjadi, maka selanjutnya

dilakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor penyebab sisa material. Adapun

identifikasi sisa material besi tulangan dapat juga dilakukan dengan menganalisa

perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan.

4. Tahap Pembahasan

(51)

3.3. Metode Analisa Data

Analisa bagian penting dalam Metode Penelitian ilmiah, sebab dengan

melakukan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

suatu penyelesaian masalah. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kuantitatif dengan bantuan program Microsoft Excel. Di sini peneliti perlu

memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Penyajian data dapat dilakukan dengan

mencari persentase. Analisa ini selalu berhubungan dengan angka perhitungan

selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh

pengguna data tersebut. Sajian data kuantitatif sebagai hasil analisis kuantitatif dapat

berupa angka-angka maupun gambar-gambar grafik.

3.4. Diagram Alir Analisa Data

Tahapan analisa data merupakan urutan langkah/tata cara yang dilaksanakan

secara sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan sehingga didapat analisis

yang akurat untuk mencapai tujuan penelitian.

(52)
[image:52.595.170.471.94.565.2]

Gambar 3.1. Bagan Analisa Data

Hitung Volume Beton Berdasarkan Tipe pada Gambar

Kesimpulan dan Saran Tentukan Panjang Potongan Tulangan

Pelajari Gambar Mulai

Hitung Berat Tulangan Tiap Elemen

Tentukan Pemakaian Tulangan Tiap Elemen

Hitung Kuantitas dan Biaya Sisa Material Tidak Terpakai

Hitung Persentase Kuantitas dan Biaya Sisa Material Tidak Terpakai

Bandingkan Berat Besi Tulangan yang Dibutuhkan per m3 Beton Bertulang Berdasarkan SNI Tahun

(53)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Proyek

4.1.1. Data Umum

[image:53.595.101.521.322.747.2]

Penulis mengambil lokasi penelitian sebagai studi kasus yaitu Proyek Pembangunan

Gedung Kampus Wilmar Business Institute Medan. Data administrasi proyek antara

lain sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Umum Proyek

DATA

URAIAN

Nama Pekerjaan

Pembangunan Gedung Wilmar

Business Institute

Lokasi

Medan - Sumatera Utara

Pemilik Proyek

PT. Graha Kencana Abadi

Konsultan Perencana

Pitergan Architect

Konsultan Pelaksana

PT. PP (PERSERO) Tbk.

Perkiraan Nilai Kontrak

Rp. 65.000.000.000,-

Sumber Dana

PT. Graha Kencana Abadi

Uang Muka

20 % dari NK

Jaminan Pelaksanaan

5 % dari NK

Jaminan Pemeliharaan

5 % dari NK

Masa Pelaksanaan

10 bulan

Masa Pemeliharaan

12 bulan

Jenis Kontrak

Lumpsum Fix Price

Cara Pembayaran

Pemb. Bulanan (Monthly Payment)

Sesuai Prestasi Pekerjaan,

Dipotong Retensi 5%

Denda Keterlambatan

0.1 % (Satu Permil) Dari Nilai

Kontrak Per Satu Hari

(54)

4.1.2. Data Teknis

Adapun data teknis yang memuat beberapa informasi teknis tentang proyek ini

adalah:

Peruntukan

: Gedung Kampus/ Sekolah

Jenis Struktur

: Beton Bertulang

Lingkup Pekerjaan : 1). Pek. Struktur

2). Pek. Arsitektur

3) Pek. Plumbing

Total luas bangunan :

± 13,555.9 m2

Jumlah Lantai dan Jenis Peruntukannya : 7 Lantai

No.

Lantai ke Lantai

Tinggi Lantai

1.

Lantai Dasar

Lantai 1

:

4.00 m

2.

Lantai 1

Lantai 2

:

4.00 m

3.

Lantai 2

Lantai 3

:

4.00 m

4.

Lantai 3

Lantai 4

:

4.00 m

5.

Lantai 4

Lantai 5

:

4.00 m

6.

Lantai 5

Lantai 6

:

4.00 m

7.

Lantai 6

Lantai Atap

:

4.00 m

Pondasi

: Spun Pile (Tiang Pancang Bulat) Ø 400mm. (Sudah

dilaksanakan)

(55)

Luas Lantai = 1.715,6

m2

Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9

m2

Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9

m2

Atap Auditorium;

Ruang Kelas

Luas Lantai = 1.722,9

m2

Void Auditorium;

Perpustakaan;

Ruang Kelas

Luas Lantai = 3.336,7

m2

Auditorium; Perpustakaan;

Galery; Kantor Guru

Luas Lantai = 3.334,9

m2

Food Court; Kantor Guru;

Toko Buku; Commercial

Gambar.4.1.

Elevasi Bangunan Gedung yang Ditinjau

4.1.3. Gambar Proyek

Dalam memperoleh nilai kebutuhan maupun sisa material pada proyek sebagai

objek penelitian, dilakukan perhitungan berdasarkan gambar proyek (

shop drawing

).

Gambar proyek yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan dan sisa dari material

yang ditinjau yaitu gambar denah kolom dan balok yang ditunjukkan dalam Gambar.

4.2 dan Gambar 4.6. Dimana gambar tersebut diperlukan untuk menghitung berapa

banyak kolom maupun balok yang terdapat dalam proyek serta dapat diketahui tipe

Atap Pelat Beton:

Atap Rangka Baja

Peruntukan

8,00 m

Pondasi Spun Pile Ø400mm

Lt. Atap

Lt. 05

Lt. 04

Lt. 03

Lt. 01

[image:55.595.89.488.92.498.2]
(56)

dari masing-masing pekerjaan tersebut dalam satu lantai dan terdapat jarak antara

titik-titik item pekerjaan dari As ke As dalam denah tersebut .

Selain itu diperlukan gambar detail penulangan kolom dan balok untuk dapat

menghitung kebutuhan dari material beton khususnya dalam menghitung kebutuhan

tulangan. Di dalam gambar detail penulangan ini terdapat keterangan dimensi kolom

dan balok, diameter tulangan utama, diameter tulangan sengkang, diameter tulangan

badan serta jumlah pemakaiannya dalam satu item pekerjaan. Detail penulangan ini

ditunjukkan pada Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 yang merupaka detail

penulangan dari pekerjaan kolom, sedangkan Gambar 4.7 merupakan detail

penulangan pekerjaan balok. Gambar-gambar detail tersebut dapat dilihat di bawah

ini. Untuk gambar-gambar detail kolom dan balok lainnya dapat dilihat pada

Lampiran 7 dan Lampiran 8.

1.

Gambar Denah Kolom

(57)
[image:57.595.79.526.78.375.2]

Gambar 4.2. Denah Kolom Lantai Dasar

2.

Gambar Detail Penulangan Kolom

Dalam menghitung kebutuhan tulangan kolom diperlukan gambar detail

penulangan kolom. Detail penulangan tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah

ini.

[image:57.595.112.545.513.718.2]
(58)
[image:58.595.94.541.97.311.2] [image:58.595.114.555.393.683.2]

Gambar 4.4. Detail Penulangan Kolom Tipe C8, C9 dan C10

(59)

3.

Gambar Denah Balok

[image:59.595.73.555.198.500.2]

Di bawah ini merupakan gambar denah balok pada lantai 01 dimana terdapat

beberapa tipe dari pekerjaan balok serta dapat dihitung jumlahnya dan terlihat

panjang antar balok satu ke balok yang lainnya dan ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Denah Balok Lantai 01

4.

Gambar Detail Penulangan Balok

(60)
[image:60.595.103.567.108.277.2]

Gambar 4.7. Detail Penulangan Balok

4.2. Pengelompokkan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan

Dimensi dan Tipe Penulangan

(61)

4.2.1. Pekerjaan Struktur Kolom

A.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai Dasar

[image:61.595.148.491.377.558.2]

Dalam melakukan perhitungan kebutuhan dan sisa material diperlukan

data-data untuk mempermudah proses perhitungan tersebut. Berikut ini adalah daftar

tipe-tipe kolom lantai dasar yang diperoleh dari gambar denah dan detail penulangan

kolom lantai dasar dimana terdapat informasi seperti penamaan tipe kolom, dimensi

dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta detail penulangan untuk tulangan

utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk menghitung kebutuhan material

serta sisa dari material tersebut. Data-data dari gambar proyek tersebut disajikan

dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Detail Pekerjaan Kolom Lantai Dasar

Tipe Kolom

Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang

Kolom C1

13

500x500

16D16

D10-225

Kolom C3

4

600x600

24D16

D10-175

Kolom C7

42

800x800

24D22

D10-100

Kolom C8

4

800x800

24D22

D10-100

Kolom C9

10

600x600

24D16

D10-175

Kolom C10

2

800x800

24D25

D10-100

Kolom CL1

8

800x800x200

20D16

D10-150

Kolom CL2

4

800x800x200

20D16

D10-150

B.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 1

(62)
[image:62.595.151.487.162.340.2]

menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari

gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel. 4.3. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 01

Tipe

Kolom

Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang

Kolom C1

1

500x500

16D16

D10-225

Kolom C3

4

550x550

20D16

D10-200

Kolom C7

42

750x750

20D22

D10-125

Kolom C8

4

750x750

20D22

D10-125

Kolom C9

10

600x600

24D16

D10-200

Kolom C10

2

800x800

20D25

D10-150

Kolom CL1

8

800x800x200

20D16

D10-150

Kolom CL2

4

800x800x200

20D16

D10-150

C.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 2

[image:62.595.154.485.593.749.2]

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 2 yang diperoleh dari gambar

denah dan detail penulangan kolom lantai 2 dimana terdapat informasi seperti

penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta

detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk

menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari

gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.4.

Tabel. 4.4. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 02

Tipe

Kolom

Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang

Kolom C3

4

500x500

16D16

D10-225

Kolom C7

42

700x700

24D19

D10-150

Kolom C8

4

700x700

24D19

D10-150

Kolom C9

10

600x600

24D16

D10-200

Kolom C10

2

800x800

20D25

D10-150

Kolom CL1

8

800x800x200

20D16

D10-150

(63)

D.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 3

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 3 yang diperoleh dari gambar

denah dan detail penulangan kolom lantai 3 dimana terdapat informasi seperti

penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta

detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk

menghitung kebutuhan material serta sisa dari material tersebut. Data-data dari

gambar proyek tersebut disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel. 4.5. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 03

Tipe

Kolom

Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang

Kolom C7

42

650x650

20D19

D10-150

Kolom C8

4

650x650

20D19

D10-150

Kolom CL1

8

800x800x200

20D16

D10-150

Kolom CL2

4

800x800x200

20D16

D10-150

E.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 4

(64)
[image:64.595.153.485.113.212.2]

Tabel. 4.6. Detail Pekerjaan Kolom Lantai 04

Tipe

Kolom

Jumlah

(buah)

Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang

Kolom C7

42

600x600

24D16

D10-175

Kolom C8

4

600x600

24D16

D10-175

Kolom CL1

8

800x800x200

20D16

D10-150

Kolom CL2

4

800x800x200

20D16

D10-150

F.

Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 5

Berikut ini adalah daftar tipe-tipe kolom lantai 5 yang diperoleh dari gambar

denah dan detail penulangan kolom lantai 5 dimana terdapat informasi seperti

penamaan tipe kolom, dimensi dan jumlah dari masing-masing tipe kolom, serta

detail penulangan untuk tulangan utama serta tulangan sengkang yang berguna untuk

menghitung kebutuhan material serta sisa dari

Gambar

Tabel 2.1 Diameter bengkokan minimum (Anonim 2, 2002)
Tabel 2.2. Kait Standard untuk Penulangan (Anonim 2, 2002)
Tabel 2.3. Tebal Selimut Beton Minimum (Anonim 2, 2002)
Gambar 2.4. Sambungan Lewatan Tulangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tuntutan tersebut dapat terjadi jika penyedia jasa mengetahui adanya pelanggaran dokumen kontrak dan kerugian berupa waktu dan biaya yang timbul dari pelaksanaan

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor manakah yang dominan menyebabkan terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi dan mengetahui

Untuk owner : tugas akhir ini sebagai salah satu referensi untuk mengetahui faktor dan tingkat pengaruh yang terjadi akibat pembengkakan biaya material dalam

Faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya pembengkakan biaya material pada proyek konstruksi gedung adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang

Dari akar-akar permasalahan penyebab waste yang dijabarkan dalam fishbone diagram, bisa dianalisa penanganan sisa material menggunakan waste hierarcy. Analisa waste

Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji Faktor-faktor apa saja yang paling dominan menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya (Cost Overrun) pada proyek konstruksi

Seperti pada penelitian sebelumnya bahwa jumlah material sisa diberbagai wilayah di Indonesia sangat bervariasi, seperti : Suryanto Intan,dkk ( 2004 ) pada penelitian mereka

Dari penjelasan di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya pada proyek konstruksi, serta mengetahui