• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Catatan Kaki :

* : Mahasiswa S1 Teknik Sipil ITS, ** : Dosen Teknik Sipil ITS

ABSTRAK

Pada proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, banyak dijumpai sisa material proyek. Salah satu penyebabnya adalah proses bongkar muat yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kerusakan atau tidak dapat digunakannya kembali material tersebut dan menjadi construction material waste . Penyebab lain, luas area proyek gedung yang terbatas dan kurang memadai menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga menyebabkan penumpukan material yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat digunakan kembali. Sisa-sisa material ini bila tidak direncanakan pengendalian atau pemanfaatannya akan merugikan proyek dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste, mengetahui waste index serta waste cost yang dihasilkan oleh material sisa dan mengidentifikasi penyebab waste menggunakan fishbone diagram sehingga dapat disusun strategi meminimalkan waste, agar waste serupa tidak muncul lagi pada proyek selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan waste yang tepat untuk setiap sisa material yang ada dengan menggunakan metode waste hierarchy.

Dari hasil analisa Pareto maka material yang berpotensi menjadi waste dan memiliki waste cost terbesar yaitu : Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21 . Faktor penyebab terjadinya waste material pada proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measures dan management yang dilaksanakan kurang baik. Langkah-langkah Yang harus dilakukan untuk meminimalkan waste antara lain yaitu : Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja, koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan, bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai.

Kata Kunci : Waste Material, Fishbone Diagram, Waste

Hierarchy.

BAB I PENDAHULUAN

Pada pelaksanaan sebuah proyek konstruksi bangunan, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa material konstruksi atau biasa disebut dengan construction waste. Sisa material konstruksi didefinisikan sebagai sesuatu yang sifatnya berlebih dari yang disyaratkan baik itu berupa hasil pekerjaan maupun material konstruksi yang

tersisa/tercecer/rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai fungsinya (J.R. Illingworth, 1998).

Material adalah salah satu komponen penting yang memiliki pengaruh cukup erat dengan biaya suatu proyek, maka dengan adanya sisa material konstruksi yang cukup besar dapat dipastikan terjadi pembengkakan pada sektor pembiayaan. Selain itu, sisa material konstruksi adalah salah satu limbah yang menghasilkan prosentase yang cukup tinggi dalam pencemaran lingkungan.

Pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya memiliki 10 lantai dengan luas bangunan sebesar 2990 m2, membutuhkan berbagai jenis material. Seperti konsepnya bahwa semakin banyak material yang digunakan maka semakin banyak pula sisa material yang ada, begitu juga yang terjadi pada proyek ini. Pada proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, banyak dijumpai sisa material proyek. Salah satu penyebabnya adalah proses bongkar muat yang tidak sempurna sehingga menyebabkan kerusakan atau tidak dapat digunakannya kembali material tersebut. Selain itu, luas areal proyek gedung yang terbatas dan kurang memadai menyebabkan kontraktor kesulitan dalam penyimpanan material yang akan dipakai, sehingga menyebabkan penumpukan material yang dapat menimbulkan kerusakan atau tidak dapat digunakan kembali. Itu artinya material tersebut akan menjadi construction waste . Sisa material ini bila tidak direncanakan pengendalian atau pemanfaatannya akan merugikan proyek dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Untuk itu, dibutuhkan suatu studi untuk mengidentifikasi material yang berpotensi untuk menghasilkan waste dalam segi biaya. Selain itu, dibutuhkan studi tentang cara apa yang seharusnya dilakukan untuk menangani sisa material proyek agar tidak merugikan proyek serta lingkungan di sekitar pembangunan gedung pada umumnya dan proyek pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya khususnya.

BAB II TINJAUAN TEORI

Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugraha, 1985). Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan dan Bemold, 1994), yaitu:

1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-lain.

PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Diana Wahyu Hayati

*

, Farida Rachmawati

**

, dan Cahyono Bintang Nurcahyo

**

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

(2)

2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara.

Terjadinya sisa material konstruksi dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa sumber dan penyebab. Vincent Gaspers (2001) membedakan sumber-sumber permasalahannya menjadi enam yaitu : metode, pengukuran, manusia, lingkungan, mesin, dan material.

BAB III METODOLOGI

Langkah – langkah penelitian ini akan dilakukan seperti diagram alir berikut:

BAB IV ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya berada di kawasan lahan Kampus Universitas Negeri Surabaya (UNESA) – Lidah Wetan Surabaya.

Pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya sebagai kontraktor pelaksana ini telah selesai dilakukan pada tanggal 31 Juni 2013. Kontrak

pekerjaan yang digunakan dalam proyek ini adalah unit price sebesar Rp 48.915.000.000,00 (termasuk ppn).

1.2 Identifikasi Material Yang Berbiaya Besar dan

Berpotensi Menimbulkan Waste

Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan adalah merangking trading consumable material berdasarkan harganya, sehingga di dapatkan harga yang besar menjadi urutan pertama. Selanjutnya, dibuat kolom persen biaya yang kemudian dikomulatifkan sehingga menghasilkan kolom persen biaya. Cara menentukan persen biaya adalah harga material dibagi dengan harga seluruh material lalu dikalikan 100%. (Lihat tabel 4.1)

Tabel 4.1 Analisa Trading Consumable Material

Sumber : Hasil Analisa Data

Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.(Lihat grafik 4.1)

Grafik 4.1 : Analisa Pareto

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari grafik 4.1 dapat dilihat bahwa pada saat nilai X= 20, maka nilai Y=88 dan pada saat nilai Y=80, maka nilai X=14. Dari hasil tersebut dapat diketahui P dan C dengan cara mengambil selisih angka dari grafik pareto dan analisa. Sehingga didapat :

P = 20% - 14% = 6% dan C = 88% - 80% = 8%

Menurut hasil yang didapat P ≤ C, maka material waste yang akan ditinjau sebesar = 20% + P = 20% + 6% = 26% dari seluruh material, sehingga akan dipilih sebesar : 14 x 26% = 3,6 ≈ 4 item pekerjaan.

Empat item pekerjaan yang akan dipilh adalah empat item pekerjaan yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat material tersebut adalah besi polos Ø10, besi ulir D22, bata ringan, dan besi polos Ø16.

Perumusan Masalah

Data Proyek 1. RAB 3. Lap Bulanan Logistik 2. BQ 4. As Built Drawing

Mengidentifikasi material yang berbiaya tinggi dengan menggunakan Analisa Pareto Tujuan Penelitian

Study Literatur

Menghitung volume waste pada material yang

diteliti.

Menghitung waste index dan waste level

Merangking material yang berpotensi waste berdasarkan

waste level

Menghitung waste cost berdasarkan waste level

Merangking material yang berpotensi waste berdasarkan waste cost terbesar

Menentukan faktor-faktor penyebab waste dengan fishbone diagram

Menentukan cara penanganan yang tepat terhadap waste

menggunakan waste hierarchy

Kesimpulan dan Saran

Menentukan cara meminimalkan waste,agar tidak muncul lagi dalam proyek selanjutnya

Pr ose nt as e B ia ya (%)

Prosentase Item Pekerjaan (%)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 grafik pareto grafik analisa X Y 1 Besi Polos 10 kg 574.461,49 7.100,00 4.078.678.023,77 4.078.678.023,77 41,12 41,12 2 Besi Ulir 22 kg 548.396,62 7.100,00 3.893.617.392,11 7.972.295.415,88 39,25 80,37 3 bata ringan m3 1.046,36 815.000,00 852.780.058,50 8.825.075.474,38 8,60 88,96 4 Besi Polos 16 kg 64.724,82 7.100,00 459.546.373,34 9.284.621.847,71 4,63 93,60 5

Keramik 50 x 50 sekualitas Roman m2 7.777,21 39.000,00 303.311.217,30 9.587.933.065,01 3,06 96,65 7

Genteng sekualitas Abadi bh 20.194,00 5.000,00 100.970.000,00 9.688.903.065,01 1,02 97,67 8

Besi Ulir 16 kg 13.342,04 7.100,00 94.728.535,58 9.783.631.600,59 0,95 98,63 9

Besi polos 8 kg 6.113,11 6.973,00 42.626.714,94 9.826.258.315,53 0,43 99,06 10

Keramik 20 x 25 sekualitas Roman m2 1.118,50 37.100,00 41.496.424,20 9.867.754.739,73 0,42 99,48 11

Keramik 20 x 20 KM sekualitas Roman m2 887,36 33.000,00 29.282.992,20 9.897.037.731,93 0,30 99,77 12

Keramik 30 x 30 sekualitas Roman m2 296,29 28.600,00 8.473.751,00 9.905.511.482,93 0,09 99,86 13

Non Slip Keramik 338,25 24.500,00 8.287.125,00 9.913.798.607,93 0,08 99,94 14

Bubung Genteng sekualitas Abadi bh 607,60 9.900,00 6.015.240,00 9.919.813.847,93 0,06 100,00 9.919.813.847,93

100,00

No. Material Sat Vol HSPK Total Harga Komulatif Harga %

Biaya Kom %

Biaya

(3)

4.3. Waste Level

Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing material yang sudah diperoleh dari hasil analisa Pareto

Tabel 4.2 Rekapitulasi Waste Level

No Material Sat Kedatangan Logistik Terpasang (As Built Drawing) Vol. Waste Waste Level (%) 1 Bata ringan m3 1.100,00 1.046,36 53,64 4,88 2 Besi Polos Ø 16 kg 89.301,60 88.030,31 1.271,29 1,42 3 Besi Ulir D 22 kg 730.576,80 729.463,46 1.113,34 0,15 4 Besi Polos Ø 10 kg 792.170,00 791.967,95 202,05 0,03

Sumber : Hasil Analisa Data

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level terbesar adalah bata ringan dengan volume waste sebesar 53,63 m3 dan waste level sebesar 4,88%. Sedangkan material yang memiliki presentase waste level terkecil adalah besi polos Ø10 dengan volume waste sebesar 202,05 kg dan waste level sebesar 0,03%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan kedatangan logistik.

4.4. Waste Index

Nilai waste index dapat diperoleh dari data pengamatan dan wawancara terhadap pengawas dan pelaksana di lapangan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa di proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya untuk membuang waste yang dihasilkan di lokasi proyek menggunakan truk yang berukuran 5,5 m3 yang pembuangannya dilakukan secara rutin 2 kali dalam sehari, 7 hari dalam 1 minggu dan 4 minggu dalam 1 bulan). Sehingga dari informasi di atas dilakukan perhitungan pendekatan :

Waste Index = Waste Index = Waste Index = Waste Index =

Nilai waste index sebesar 0,0531 tersebut dapat diartikan bahwa dalam tiap m2 terjadi waste sebesar angka tersebut, namun angka diatas tidak dapat menyimpulkan apakah manajemen waste di proyek tersebut sudah baik atau belum sehingga untuk menyatakan batasan waste index yang baik atau tidak baik, harus dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai waste index proyek-proyek di di wilayah tersebut. Kemudian angka waste index dapat dibandingkan pada setiap proyek untuk mengetahui proyek mana yang lebih baik dalam mengelola waste.

Waste index pada proyek-proyek di sekitar wilayah tersebut antara lain bisa dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Waste Index Pada Proyek

No Sumber Gedung Waste

Index

1 Gatu, 2011 KPKNL Sidoarjo 0,175

2 Parindra, 2012 GKB Universitas Trunojoyo Madura 0,234

3 Parindra, 2013 LAB Universitas Trunojoyo Madura 0,207

4 Haposan, 2009 Ruko San Diego Surabaya 0,132

5 Bernadeth, 2006 Royal Plaza Surabaya 0,12

Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu

Bila dibandingkan dengan proyek pembangunan gedung-gedung di sekitarnya, seperti yang tertera di tabel 4.3 di atas, maka pembangunan gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya memiliki manajemen waste yang cukup baik.

4.5. Waste Cost

Perhitungan waste cost dilakukan karena ingin mengetahui apakah volume waste yang besar juga menghasilkan waste cost yang besar pula. Perhitungan dilakukan dengan rumus pendekatan sebagai berikut : Waste cost = waste level x bobot pekerjaan x total nilai

kontrak

Tabel 4.4 Rekapitulasi Waste Cost

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari tabel 4.4 dapat terlihat bahwa material yang memiliki waste cost terbesar adalah bata ringan dengan total waste cost sebesar Rp. 41.587.835,21. Sedangkan pada tabel 4.2 yang menunjukkan ranking dari persentase waste level yang terbesar adalah material bata ringan sebesar 4,88 %. Dengan demikian membuktikan bahwa material dengan persentase waste level yang besar juga memiliki waste cost yang besar juga. Selain itu, bobot pekerjaan juga berpengaruh dalam penentuan waste cost. Jadi, jika material itu memiliki bobot pekerjaan dan waste level yang besar maka nilai dari waste cost akan besar pula.

4.6. Analisa Penyebab Sisa Material dengan

Fishbone Diagram

Dalam penelitian ini, penentuan faktor-faktor penyebab terjadinya waste akan dianalisa menggunakan fishbone diagram sehingga dapat diketahui akar permasalahan yang menjadikan material waste. Menurut Vincent Gaspers dalam bukunya yang berjudul Total Quality Management faktor-faktor yang berpengaruh menyebabkan waste material adalah man, measures, management, machines, material, dan environment. Dalam proyek pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya ada beberapa faktor yang tidak mempngaruhi waste material pada proyek tersebut yaitu machines, material, dan environment, lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjabaran faktor penyebab waste berdasarkan jenis materialnya dibawah ini:

1 Bata ringan 1.046,36 1.100,00 53,64 4,88 815.000,00 896.500.000,00 0,02 41.587.835,21 2 Besi Polos Ø 16 88.030,31 89.301,60 1.271,29 1,42 7.100,00 634.041.586,43 0,01 6.542.073,47 3 Besi Ulir D 22 729.463,46 730.576,80 1.113,34 0,15 7.100,00 5.187.097.132,45 0,08 5.933.544,66 4 Besi Polos Ø 10 791.967,95 792.170,00 202,05 0,03 7.100,00 5.624.409.008,62 0,08 1.040.303,31 NO KETERANGAN MATERIAL VOLUME

TERPASANG VOLUME MATERIAL TERPAKAI

VOLUME

(4)

a) Bata Ringan

1. Man

a) kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja

i. Membuang atau melempar material ii. Menangani material tidak hati-hati

pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang iii. Memasang material tidak sesuai

gambar sehingga perlu diganti karena material tidak bisa dipakai lagi.

iv. Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi

2. Measure

a) pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste .

3. Management

b) Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil

c) Kondisi penerimaan kurang baik : v. Material tidak dikemas dengan baik vi. Kerusakan material akibat

transportasi ke/di lokasi proyek d) Penyimpanan material yang tidak benar

akhirnya menyebabkan kerusakan sehingga tidak bisa dipakai lagi

e) Kurangnya pengawasan pada saat pelaksanaan

b) Besi Polos Ø16

1. Man

a) kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja

i. Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi

2. Measure

b) pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste

3. Management

c) Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste

c) Besi Ulir D22

1. Man

a) kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja

i. Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi

2. Measure

b) pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste

3. Management

c) Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste

d) Besi Polos Ø10

1. Man

a) kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja

i. Kesalahan pada pemotongan material yang mengakibatkan sisa potongan material tidak dapat dipakai lagi Man c b ` Management Measure d ` a i ii iii iv f ` e ` v vi Man b ` Management Measure a i c ` Man b ` Management Measure a i c ` Man b ` Management Measure a i c `

Gambar 4.4 Fishbone diagram besi polos Ø16 Gambar 4.3 Fishbone diagram bata ringan

Gambar 4.5 Fishbone diagram besi ulir D22

(5)

2. Measure

b) pengukuran dilapangan tidak tepat, jauh lebih besar dari pada apa yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan waste

3. Management

c) Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil sehingga kontraktor harus membeli besi lebih, sesuai standart minimal yang akhirnya kelebihan tersebut menjadi waste

Dari pemetaan faktor-faktor penyebab waste diatas dapat dilihat bahwa faktor man mengambil peranan yang paling besar.

4.7 Penanganan Sisa MaterialMenggunakan Waste

Hierarchy

Dari akar-akar permasalahan penyebab waste yang dijabarkan dalam fishbone diagram, bisa dianalisa penanganan sisa material menggunakan waste hierarcy. Analisa waste hierarcy ini didapat dari hasil wawancara kepada site manager proyek guna mendapatkan penanganan sisa material yang paling tepat. Hasil waste hierarcy pada proyek Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya bisa dilihat dari tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5 Penanganan Waste yang Tepat Sesuai Waste Hierarcy

Sumber : Hasil Analisa Data

4.8 Langkah-Langkah Meminimalkan Waste

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengatasi waste dilakukan tanya jawab dengan pelaku proyek, dalam hal ini pelaku proyek yang dimaksud adalah site manager proyek. Langkah-langkah yang dihasilkan yaitu bersifat opini pelaku proyek yang berasal dari pengalaman-pengalaman dilapangan dan pengalaman khususnya dari pelaksanaan Pembangunan Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya.

Langkah-langkah meminimalkan waste berdasarkan materialnya adalah sebagai berikut:

A. Bata Ringan

1. Man

a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang bonafit 2. Measure

a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum

pendatangan material bila dirasa perlu.

3. Management

a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai. b) Membuat kesepakatan akan kedatangan

material antara supplier dan kontraktor . Contoh: bila bata ringan terjadi kerusakan ≤ 5 buah maka tanggu jawab kontraktor, tapi kalau ≥ 5 buah maka tanggung jawab supplier, supplier harus mengganti. c) Pembuatan program penyimpanan

material yang baik. Sistem perencanaan penyimpanan material yang baik akan sangat berpengaruh terhadap peminimalisiran waste.

d) Menambah tim QA/QC dan pengawas di lapangan.

B. Besi Ø16

1. Man

a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang bonafit . 2. Measure

a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum

pendatangan material bila dirasa perlu. 3. Management

a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai.

C. Besi D22

1. Man

a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang bonafit . 2. Measure

a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum

pendatangan material bila dirasa perlu. 3. Management

a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai.

D. Besi Ø10

1. Man

a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang bonafit . 2. Measure

a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum

pendatangan material bila dirasa perlu. 3. Management

a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai. Reuse Reduce Recycle Reuse Reduce Recycle Reuse Reduce Recycle Reuse Reduce Recycle

Man v v v - v v - v v v v

-Measure v v v - v v - v v v v

-Management v - v v - v v - v v v

-Machine Environment

(6)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan evaluasi terhadap sisa material pada proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, maka kesimpulan yang diperoleh yaitu :

1. Berdasarkan hasil analisa Pareto maka material pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yang berpotensi memberikan kontribusi terbesar terhadap waste cost yaitu Bata ringan dengan waste cost sebesar = Rp 41.587.835,21. Sedangkan nilai waste index pada proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya yaitu sebesar 0,0531. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh menyebabkan

waste material pada bata ringan, besi polos Ø16, besi ulir D22, dan besi polos Ø10 dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya adalah faktor man, measure, dan management.

3. Langkah-langkah meminimalkan waste antara lain dengan:

1. Man

a) Melakukan pengawasan dan pembimbingan/arahan kepada pekerja. b) Memilih mandor yang bonafit 2. Measure

a) Koordinasi tim lapangan, tim teknik dan procurement harus intens dilaksanakan. b) Pengecekan/ pengukuran ulang sebelum

pendatangan material bila dirasa perlu. 3. Management

a) Bekerja sama dengan proyek lain untuk mengalihkan material yang tidak terpakai. b) Membuat kesepakatan akan kedatangan

material antara supplier dan kontraktor . c) Pembuatan program penyimpanan

material yang baik. Sistem perencanaan penyimpanan material yang baik akan sangat berpengaruh terhadap peminimalisiran waste.

d) Menambah tim QA/QC dan pengawas di lapangan.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini adalah :

1. Waste yang dihitung hanyalah waste material yang berasal dari proyek konstruksi, namun dalam pelaksanaannya waste meliputi berbagai macam hal yaitu contohnya waste dari segi waktu, waste dari tenaga dan lain sebagainya.

2. Untuk perhitungan waste index hanya terbatas pada penyampaian seberapa besar waste index dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya , sehingga belum dapat menerangkan apakah proyek tersebut telah menangangani waste dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Asnudin, A. 2010. Pengendalian Sisa Material Konstruksi

Pada Pembangunan Rumah Tinggal. Majalah Ilmiah

Mektek.

Bossink, B. A. G, dan H. J. H. Brouwers, 1996.

Construction Waste : Quantification And Source Evaluation.

Devia Y.P., Safrianto, R.W., Nariswari, W. 2010.

Identifikasi Sisa Material Konstruksi Dalam Upaya

Memenuhi Bangunan Berkelanjutan. Jurnal Rekayasa

Sipil.

Gatu, L.A. 2011. Analisa Sisa Material Konstruksi Pada

Proyek Gedung KPKNL Sidoarjo.Penelitian Jurusan

Teknik Sipil ITS, tidak dipublikasikan.

Gaspers, V.2001. Total Quality Management.

Manajemen Bisnis Total.

Gavilan, R. M., dan Bernold, L. E. 1994. Source

Evaluation Of Solid Waste In Building Construction.

Journal of Construction Engineering and Management. Handoko, D.R., Pentury, C. 2009. Analisa Dan Evaluasi

Sisa Material Konstruksi Pada Proyek Ciputra

World Surabaya. Penelitian Jurusan Teknik Sipil

Universitas Petra Surabaya.

Illingworth, J.R. 1998. Waste in the construction process.

Intan, S.,Aliefen, R.S.,Arijanto, L. 2005. Analisa dan

Evaluasi Sisa Matrial Konstruksi : Sumber

Penyebab, Kuantitas, Dan Biaya. Jurnal Jurusan

Teknik Sipil Universitas Petra.

Ismail. 2010. Penyebab Waste Material Pada Saat Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi Bangunan Gedung.

Lumagaol, P.H. 2002. Analisa Material Terbuang Pada

Proyek Konstruksi Pembangunan Rumah. Laporan

PenelitianJurusan Teknik Sipil UI.

Parindra, Y.D. 2012. Analisis Sisa Material Konstruksi

Pada Proyek Gedung Universitas Trunojoyo

Madura. Makalah Penelitian Jurusan Teknik Sipil ITS.

Poon, C. S., Yu, A. T. W, Wong, S.W., Cheung , Esther. 2004. Management of Construction Waste in Public

Housting Projects in Hongkong. Environtmental

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan yang diperoleh petani dan total biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani kemudian dilakukan analisis ekonomi penerimaan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah pembentukan dispersi padat ibuprofen-PEG 6000 pada perbandingan 1:1 yang dibuat dengan metode peleburan dapat meningkatkan efek

Oleh karena produksi ikan unggulan di wilayah Palabuhanratu berupa Tuna, Tongkol, Cakalang dan Layur, sejauhmana program Minapolitan di Palabuhanratu disiapkan untuk

Berdasarkan analisa Fishbone diagram diketahui akar permasalahan dari masing- masing faktor penyebab terjadinya cost overrun pada pelaksanaan proyek jalan nasional di Provinsi

(1) Kegiatan penciptaan dan pengembangan budaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dalam kerangka pengembangan karakter

Alasan melakukan internalisasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh pengasuh di Pondok Asih Sesami adalah pendidikan dirasakan sebagai modal utama dalam

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sisa material (waste) besi tulangan memiliki pengaruh besar dalam pembiayaan proyek

Secara keseluruhan variabel electronic Word of Mouth mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap citra merek dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimensi