• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WASTE KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WASTE KONSTRUKSI PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1412-0976

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB WASTE KONSTRUKSI

PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG

Elizar

Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nst 113, Pekanbaru 28284; Telp.— Email: elizar_uir@yahoo.co.id

Abstrak

Waste konstruksi merupakan ketidakefisienan dalam proses pelaksanaan konstruksi berupa penggunaan sumber daya tetapi tidak menghasilkan nilai tambah yang diharapkan sehingga menimbulkan pemborosan. Waste dipahami sebagai inefisiensi apapun yaitu hasil dalam penggunaan peralatan, material, tenaga kerja, atau modal dalam jumlah yang lebih besar dari yang diperlukan pada pelaksanaan bangunan. Waste mencakup peristiwa kerugian material dan kegiatan pekerjaan yang tidak per-lu, menghasilkan biaya tambahan tetapi tidak menambah nilai suatu produk. Paper ini membahas tentang kajian faktor-faktor penyebab waste konstruksi pada pelaksanaan gedung. Faktor-faktor-faktor penyebab waste konstruksi diidentifikasikan berdasarkan jurnal penelitian sebelumnya dan literatur yang berkaitan dengan waste konstruksi. Hasil kajian dari berbagai referensi tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab waste konstruksi tertinggi adalah sumber daya material yang disebabkan oleh kerusakan material, kualitas material kurang baik dan kesalahan pengerjaan.

Kata kunci : Waste, konstruksi, sumber daya, inefisien. Abstract

Construction waste is an inefficiency in the process of construction such as resources to use but non add value expected, it is resulting waste. Waste understood as any inefficiencies that result in the use of equipment, material, labor or capital in an amount greater than that required in the construction building. Waste includes material loss event and activities that do not have work, generate additional costs but does not add value to a product. This paper discusses about review of construction waste cause factors in construction building. Causative factors of construction waste identified by previous research journals and literature relating to construction waste. The result of review from various reference can be concluded that the factors causing the highest constrcution waste material resources cause material damage, poor material quality and construction mistakes. Keywords: Waste, construction, resources, inefficiency.

1. PENDAHULUAN

Industri konstruksi mempunyai peranan strategis dalam pembangunan nasional sehingga dituntut memiliki potensi dan kehandalan kinerja yang baik untuk menghadapi tantangan dalam pembangunan

infrastruktur Indonesia. Konsep mengenai

pembangunan suatu bangunan proyek konstruksi mengacu pada konsep ramah lingkungan. Dalam

proses pembangunan banyak faktor-faktor

pelaksanaan konstruksi yang menghasilkan waste

konstruksi. Ketidakproduktivitasan atau tidak

efisiennya penggunaan sumber daya dalam proses pembangunan gedung maupun infrastruktur disebut dengan waste konstruksi. Tingkat waste berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya material.

Waste adalah kelebihan kuantitas material yang digu-nakan/didatangkan yang tidak menambah nilai suatu pekerjaan. Waste hampir selalu ada, apapun penye-babnya. Oleh karena itu upaya/program yang realistik adalah menekan waste serendah mungkin [10].

Sejak awal pelaksanaan konstruksi manajemen proyek

rubahan dari proyek yang baik menjadi proyek kurang baik. Dalam kebanyakan kasus manajer proyek kurang mengenal faktor-faktor yang menghasilkan waste dan sebagian faktor-faktor tersebut tidak mudah terlihat. Dengan demikian identifikasi faktor-faktor, penyebab dan pengukuran merupakan informasi yang berguna bagi manajemen untuk mengurangi faktor-faktor ter-jadi waste [13].

Dalam menerapkan suatu kondisi pembangunan yang

ramah lingkungan perlu dilakukan survey

pendahuluan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya ketidak efisien sumber daya konstruksi.

Dengan melakukan identifikasi penyebab terjadinya

waste konstruksi maka diharapkan dapat merencanakan terjadinya waste seminimal mungkin. 2. PENGERTIAN

2.1. Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu,

(2)

harapan-harapan penting dengan menggunakan ang-garan dana serta sumber daya yang tersedia, yang ha-rus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu [10]. Kegiatan utama proyek konstruksi adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya, yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak [5]. 2.2. Sumber Daya Proyek

Secara umum sumber daya adalah suatu kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Se-hingga lebih spesifik dapat dinyatakan bahwa sumber daya proyek konstruksi merupakan kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan untuk ke-giatan konstruksi. Sumber daya proyek konstruksi ter-diri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu, sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya tersebut perlu dilakukan dalam suatu sistem manaje-men yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal [8].

Perencanaan sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis proyek akan membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. Kebutuhan sumber daya pada tiap-tiap proyek tidak selalu sama, bergantung pada skala, lokasi serta tingkat keunikan masing-masing proyek. Namun demikian, perencanaan sumber daya dapat dihitung dengan pendekatan matematis yang memberikan hasil optimal dibandingkan hanya dengan perkiraan pengalaman, yang tingkat efektivitas dan efisiensinya rendah [5].

2.3. Waste Konstruksi

Waste konstruksi didefinisikan sebagai material selain material bumi yang diangkut ketempat lain dari lokasi proyek atau digunakan pada lokasi proyek itu sendiri tidak sesuai dengan spesifikasi proyek karena adanya kerusakan, kelebihan dan tidak digunakan atau tidak dapat digunakan atau hasil produksi proses konstruksi [3].

Penelitian parsial dari berbagai negara dapat diguna-kan untuk menunjukdiguna-kan urutan besarnya non nilai tambah kegiatan konstruksi. Kompilasi waste [ lihat Tabel 1] menunjukkan bahwa cukup banyak waste ter-dapat pada proyek konstruksi [7].

Tabel 1. Waste in Construction [7]

Waste Cost Description

Quality costs

(non-conformance) 12% Of total project cost External quality cost (during

facility use) 4% Of total project cost Lack of constructability 6% -

10% Of total project cost

Poor materials management 10% -

12% Of total labor cost

Excess consumption of

mate-rials on site 10% On average Working time used for

non-value adding activities on site 2/3 Of total time

Lack of safety 6% Of total project cost

Masalah waste konstruksi dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu (1) masalah pada tingkat proyek dan (2) masalah pada tingkat Nasional. Ilustrasi hubungan antara kelompok masalah waste (lihat Gambar 1). Pada tingkat proyek, waste konstruksi berdampak secara langsung terhadap keuntungan kontraktor. Waste konstruksi pada tingkat proyek disebabkan oleh material, perubahan pekerjaan dan keterlambatan peerjaan. Pada tingkat Nasional, waste konstruksi menjadi isu yang sangat kompleks yang harus ditangani seperti adanya pembuangan sampah konstruksi selama proses pelaksanaan secara ilegal sehingga merusak dan mengganggu kesehatan lingkungan yang berkelanjutan [3].

Pertimbangan Proyek Delay

WASTE

Pembelian Penanganan Kerja ulang

Pertimbangan Lingkungan dan Keberlanjutan

Compost

Daur ulang Penggunaan

kembali Pembakaran

(3)

Faktor-faktor efektif terhadap keberadaan waste waktu terdiri dari empat (4) kategori yaitu : material, mesin, peralatan dan kemampuan produksi tenaga kerja. Empat faktor tersebut didasari oleh empat (4) bengkel kerja : operator, perakitan, teknisi dan pengecatan. Hipotesa penelitian berdasarkan hasil survey mencakup [1] :

1. Waste waktu material mempengaruhi sistem produk perusahaan

2. Waste waktu mesin mempengaruhi sistem produk perusahaan

3. Waste waktu alat mempengaruhi sistem produk perusahaan

4. Waste waktu kemampuan tenaga mempengaruhi sistem produk perusahaan.

Kesalahan pengendalian material selama pelaksanaan konstruksi dapat menyebabkan waste dan masalah lingkungan. Penilaian bentuk, penyebab dan faktor-faktor waste sangat efektif untuk pengendalian waste

konstruksi. Faktor perubahan desain sangat

berpengaruh terjadinya waste dengan nilai indeks 3,97; biaya material konstruksi menempati ranking tertinggi dengan nilai indeks 4,05 dan faktor metode konstruksi penyebab waste memiliki nilai indeks 3,86. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa banyak

perusahaan kontraktor kurang mempertimbangkan

indikasi terjadinya waste konstruksi. Banyak

perusahaan konstruksi tidak membuat “Perencana Manajemen Waste” kedalam dokumen kontrak selama proses pelelangan [14].

Waste tidak hanya berkaitan dengan waste material dalam proses konstruksi, tetapi juga disebabkan aktifitas lain yang tidak menambah nilai seperti perbaikan, waktu tunggu dan keterlambatan. Variabel

waste mencakup perbaikan pada finishing pekerjaan, waktu tunggu material, keterlambatan jadual, mandor lambat, waste bahan baku material di lokasi, kurang pengawasan. Sementara variabel penyebab waste konstruksi mencakup perubahan desain, pengambilan keputusan lambat, skill mandor kurang, metode konstruksi kurang tepat, kurang koodinasi antara partisipan proyek, keterlambatan pengiriman material ke lokasi dan perencanaan jadual yang kurang baik [2].

2.4. Manajemen Waste Konstruksi

Kekuatan pembangunan konstruksi memiliki efek yang besar pada perekonomian nasional dan masyara-kat. Mencapai produktivitas yang tinggi, kualitas dan keselamatan dianggap prioritas tinggi untuk segmen industri. Pendekatan manajemen tradisional pada lo-kasi pelaksanaan konstruksi dengan filosofi manaje-men memiliki tujuan tunggal untuk manaje-mengurangi

terja-nimisasi waste terhadap aktivitas kerja yang tidak pro-duktif [15].

Dalam rangka mengatasi kesulitan yang ditemukan da-lam aplikasi metodologi minimisasi waste, pendekatan yang mempertimbangkan identifikasi penerapan mas-ing-masing metodologi dan alat tergantung pada jenis masalah atau tahapan proses. Adaptasi dari metodolo-gi yang ada adalah knowledge management yaitu pendeka-tan fleksibel menggunakan kualitas dan kuantitas in-formasi yang tersedia. Metodologi membagi knowledge ke dalam lima kelas utama yang berkontribusi dalam berbagai tingkat keberhasilan alat minimasi waste [9].

Gambar 2. Interaksi proses knowledge [9] Proses knowledge dapat didefinisikan sebagai :

1. Knowledge Crucial yaitu yang bertanggung jawab atas gambaran proses

2. Knowledge Prior, mengacu pada informasi yang dipe-roleh sebelumnya tentang objek, pelaku dan tinda-kan yang diperlutinda-kan untuk melakutinda-kan tugas. 3. Knowledge Subordinate, proses kinerja yang tidak

memuaskan atau tidak berhasil

4. Knowledge Causal, merujuk pada kontribusi setiap si-tuasi yang mempengaruhi persepsi pelaku atau ki-nerja objek seperti faktor psikologis dan lingkun-gan

5. Knowledge Contextual, diidentifikasi dalam bentuk hubungan antara objek, pelaku dan variabel-variabel.

Waste konstruksi bukan hanya permasalahan pada industri konstruksi tetapi juga mempengaruhi ekonomi suatu negara. Mengurangi waste terhadap faktor material dan waktu dapat meningkatkan kinerja proyek, misalnya meningkatnya nilai pelayanan dan dapat juga berdampak positif terhadap perekonomian Nasional.

3. METODE

Metode penelitian tentang kajian identifikasi faktor-faktor penyebab waste konstruksi pada pelaksanaan

proyek berdasarkan pengumpulan referensi

(4)

Selanjutnya dianalisa tingkatan masing-masing penyebab waste dan menentukan tingkat tertinggi hingga terendah dari kelompok dan indikator variabel

waste konstruksi.

Identifikasi waste konstruksi dalam paper ini berdasarkan dari 9 (sembilan) peneliti baik cakupan nasional maupun internasional dengan kasus yang berbeda-beda pada suatu wilayah proyek konstruksi tertentu. Sumber dari kajian ini antara lain : Ekanayake, (2000) ; Alwi, et all (2002) ; Gamage, et all (2009) ; Pollat, et all (2010) ; Oyewobi, et all (2010) ; Alaie, et all (2011) ; Wahab, et all (2011) ; Muhwezi, et

all (2012) ; Nagapan, et all (2012).

Kelompok dan variabel penyebab waste konstruksi tersebut kemudian dijadikan dalam satu tabel secara matrik dan di analisa jumlah dan jenis variabel yang diperoleh dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam berbagai referensi yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab waste konstruksi. Masing-masing kelompok dan faktor-faktor penyebab

waste dihitung tingkat frekuensi dan persentase tingkat terjadinya waste konstruksi.

Rata-rata variabel waste konstruksi dihitung dengan persamaan :

N

VWK = (1)

n + 1 keterangan :

VWK = rata-rata variabel faktor waste konstruksi,

N = jumlah faktor waste konstruksi,

n = jumlah kelompok variabel waste konstruksi,

Untuk menghitung persentase tingkat waste konstruksi dihitung dengan persamaan :

F * VWK

% WK = (2)

100 keterangan :

WK = waste konstruksi,

F = frekuensi faktor waste konstruksi, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan dari referensi penelitian sebelumnya dapat di diambil 29 variabel penyebab waste konstruksi dan dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu mencakup : material, peralatan, pekerja, manajemen dan eksternal.

Rata-rata variabel waste konstruksi dihitung

N 29

VWK = = = 4,83 ≈ 5 n + 1 5 + 1

Untuk menentukan persentase (%) tingkat waste konstruksi, dapat dihitung dengan cara :

F * VWK 2 * 5

% WK = = = 0,10 % 100 100

Hasi perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Matrik persentase waste konstruksi

Kelompok Faktor Waste Konstruksi [1] [2] [3] [4] [6] [9] [11] [12] [14} F %

Material Kerusakan akibat pengangkutan 1 1 2 0,10

Site material 1 1 1 1 4 0,20

Ketersediaan Material 1 1 1 1 1 1 6 0,30

Kerusakan material 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

Kesalahan penyusunan 1 1 1 1 1 1 6 0,30

Produk berkualitas rendah 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

Kesalahan pengerjaan 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

∑=1,95

Peralatan Peralatan rusak 1 1 2 0,10

Ketersediaan alat 1 1 1 3 0,15

Ketersediaan bengkel kerja 1 1 1 2 0,10

Penyimpanan alat kurang 1 1 0,05

(5)

Dari Tabel 2 terlihat bahwa frekuensi penyebab waste tertinggi tertinggi terjadi pada kelompok material yang disebabkan oleh kerusakan material, produk material dinilai kurang berkualitas dan adanya kesalahan pemakaian material.

Tabel 3. Peringkat penyebab waste konstruksi

Kelompok Faktor Waste Nilai (%)

Material Manajemen Pekerja Eksternal Peralatan Kerusakan material Kualitas rendah Kesalahan pengerjaan Sistem manajemen, koordinasi dan

pengawasan kurang baik Pekerjaan ulang Jarak lokasi material Ketersediaan alat 1,95 1,65 1,10 0,85 0,40 5. SIMPULAN

Kajian berdasarkan dari sembilan (9) paper penelitian diperoleh faktor yang paling tinggi ke-1 penyebab

waste konstruksi dikontribusi oleh material: kerusakan material, kualitas material rendah dan kesalahan pengerjaan. Pada peringkat ke-2 pada manajemen: sistem manajemen, koordinasi dan pengawasan yang kurang baik. Selanjutnya pada level ke-3 kelompok pekerja yaitu adanya pekerjaan ulang, level ke-4 faktor eksternal disebabkan oleh jarak lokasi material dan terakhir ke-5 peralatan disebabkan oleh ketersediaan alat.

6. REKOMENDASI

Kajian faktor-faktor penyebab waste konstruksi dianalisa berdasarkan pada beberapa referensi penelitian yang telah dilakukan dalam berbagai negara khususnya pada pelaksanaan pembangunan gedung. Untuk lebih mendalam sebaiknya identifikasi faktor penyebab waste konstruksi dilakukan penelitian pada jenis konstruksi yang berbeda seperti pada pembangunan jembatan, jalan dan bendungan yang memiliki kerumitan yang lebih kompleks.

7. DAFTAR PUSTAKA

[1] Alaie, Mohammad Reza Komari; Dizaji, Mohammad Rasouli; Dadjoyan; Anvarian, Javad Pourtagi, 2012, “Effective factors in the existence of waste time and its effects on product system”, Advances in Environmental Biology.

[2] Alwi, S; Hampson,K; Mohammed, S, 2002, “Waste in The Indonesian Construction Project”, Proceeding of the 1st International

Conferences of CIB W107, South Africa. [3] Ekanayake, Lawrence Lesly., Ofori, George.,

2000, “Constructon Material Waste Source Evaluation” Proceeding: Strategies for a Sustainable Built Environment, Pretoria.

Lanjutan Tabel 2

Pekerja Kurang berpengalaman 1 1 1 1 4 0,20

Waktu menunggu 1 1 1 3 0,15

Pekerja berlebih 1 1 1 3 0,15

Pekerjaan ulang 1 1 1 1 1 5 0,25

Tenaga kerja kurang trampil 1 1 2 0,10

Kesalahan pekerjaan 1 1 1 1 4 0,20

Pekerja kurang 1 1 0,05

∑=1,10

Manajemen Lambat membuat keputusan 1 1 1 3 0,15

Koordinasi kurang baik 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

Pengawasan kurang baik 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

Tenaga profesional kurang 1 1 1 3 0,15

Informasi kurang 1 1 1 1 1 1 6 0,30

Sistem manajemen kurang baik 1 1 1 1 1 1 1 7 0,35

∑=1,65

Eksternal Cuaca 1 1 1 1 4 0,20

Jarak lokasi material 1 1 1 1 1 1 6 0,30

Pengaruh sosial politik 1 1 1 3 0,15

Kesulitan izin kerja 1 1 2 0,10

Kecelakaan akibat kelalain 1 1 2 0,10

(6)

[4] Gamage, I.S.W; Osmani, M; Glass, J, 2009, “An investigation into the impact of procurement systems on waste generation: the contractors' perspective”, In: Dainty, A. (Ed) Procs 25th

Annual ARCOM Conference, Nottingham, UK. [5] Husen, Abrar, 2009, “Manajemen Proyek:

Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian Proyek”, Andi Offset, Yogyakarta.

[6] Muhwezi, L; Chamuriho, L,M; Lema, N.M, 2012, ”An Investigation into Materials Wastes on Building Construction Projects in Kampala-Uganda”, Scholarly of Journal Engineering Research.

[7] Koskela, Lauri, 1994, “Lean production in con-struction”, Proceedings Lean Construction, A.A. Balkema Publishers, Old Post Road, Brookfeld, VT 05036-9704, USA.

[8] Muzayanah, Yannu, 2008, “Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi”, Tesis, Megister Teknik Sipil Universitas Diponego-ro, Semarang.

[9] Nagapan,S; Rahman, I.A; Asmi, A; Memon, A.H; Zin,R.M, 2012, “Identifying Causes of Construction Waste – Case of Central Region of Peninsula Malaysia”, International Journal of Integrated Engineering,UTHM.

[10] Nurhayati, 2010, “Manajemen Proyek”, Graha Il-mu, Yogyakarta

[11] Oyewobi, L.O; Ogunsemi, D.R; 2010, ”Factors

Influencing Reworks Occurrence in

Construction: A Study of Selected Building Projects in Nigeria,“ Journal of Building Performance, UKM, Malaysia.

[12] Polat,G; Ballard,G, 2010,”Waste in Turkish Construction: Need for Lean Construction Techniques”, Lean Construction Institute, University of California at Berkeley

[13] Serpell, Alfredo; Venturi, Adriano; Contreras, Jeanette, 1995, “Characterization of Waste in Building Construction Project”, Proceedings Lean Construction, A.A. Balkema Publishers, Old Post Road, Brookfeld, VT 05036-9704, USA

[14] Wahab,A.B; Lawal, A.F, 2011, “An Evaluation of Waste Control Measures in Construction

Industry in Nigeria”, Journal of

Environmental Science and Technology, African

[15] Zhang, Jing., Eastham, Danelle L., Bernold, Leonhard E., 2005, “Waste-Based Manage-ment in Residential Construction”, Journal of Construction Engineering And Management, ASCE

Gambar

Tabel 1. Waste in Construction [7]
Gambar 2. Interaksi proses knowledge [9]
Tabel 2. Matrik persentase waste konstruksi
Tabel 3. Peringkat penyebab waste konstruksi

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna dalam pemodelan sistem ini terdiri dari administrator, administrator adalah orang yang mengolah data (menambah, mengedit dan menghapus) serta user (masyarakat)

Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga

Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah pembentukan dispersi padat ibuprofen-PEG 6000 pada perbandingan 1:1 yang dibuat dengan metode peleburan dapat meningkatkan efek

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF.. Pendanaan

The application of CLIS model (Children learning in Science) can improve students’ learning activity in class XI Science 1 SMAN 1 Tebing Tinggi at 2011/2012 in Biology with

Set elah dilakukan t indakan pada siklus II maka perubahan yang t erjadi adalah Ada 2 indikat or yang memiliki jumlah sisw anya sama 33 orang yait u M engerjakan t ugas t epat w

Adsorben yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui daya serap adsorpsi terbesar silika gel dari sekam padi dalam mengatasi logam berat Cd(II) dan Zn(II) dengan menggunakan metode

PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Region Jawa Tengah dan DIY (RJTD) di Ungaran merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang pekerjaan utamanya