IDENTIFIKASI FUNGI PENYEBAB PENYAKIT
PADA DAUN TANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.)
(Studi Kasus di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
MAWARNI P. SIAHAAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
IDENTIFIKASI FUNGI PENYEBAB PENYAKIT
PADA DAUN TANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.)
(Studi Kasus di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Oleh :
MAWARNI P. SIAHAAN
031202025/BUDIDAYA HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
IDENTIFIKASI FUNGI PENYEBAB PENYAKIT
PADA DAUN TANAMAN JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.)
(Studi Kasus di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Oleh :
MAWARNI P. SIAHAAN
031202025/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Identifikasi Fungi Penyebab Penyakit Pada Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropa curcas L.)
(Studi kasus di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten Simalungun)
Nama : Mawarni P. Siahaan
NIM : 031202025
Program Studi : Budidaya Hutan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Afifudin Dalimunthe, S.Hut. MP) (Dr. Ir Yunasfi, MSi) NIP : 132 302 941 NIP : 132 30
Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan
ABSTRAK
MAWARNI P. SIAHAAN. Identifikasi Fungi Penyebab Penyakit pada
Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh AFFIFUDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.
Tanaman jarak pagar yang dibudidayakan di lapangan banyak terserang oleh penyakit, sehingga tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh dengan baik. Diantara bagian-bagian tanaman jarak pagar, daun merupakan bagian yang paling banyak diserang oleh penyakit. Gejala serangan dapat berupa bintik, bercak dan lain-lain yang dapat diamati secara langsung di lapangan. Pengamatan langsung di lapangan sangat sulit untuk membedakan berbagai penyebab penyakit. Didasari hal tersebut maka telah dicoba melakukan penelitian di laboratorium yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis fungi yang diperkirakan berperan dalam menyebabkan penyakit pada daun tanaman jarak pagar.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada daun tanaman jarak pagar yang terserang penyakit ditemukan 3 jenis fungi, yaitu Curvularia sp.,
Cercospora sp., dan Phytophthora sp.
ABSTRACT
MAWARNI P. SIAHAAN. Identification of Fungi Disease Cause at Jatropha curcas L. Leaf. Under Academic Supervision of AFFIFUDIN
DALIMUNTHE and YUNASFI.
Jatropha curcas L. leaf which conducting in field attacked many by
disease, so that fence castor cannot grow better. Among parts of fence castor, leaf represent part of which at most attacked by disease. Attack symptom can in the form of blot, pock and others able to perceive directly in field. Direct perception in field very difficult to differentiate various cause of disease. Constituted by the mentioned hence have been tried to do research in laboratory with aim to to identify various type of fungi estimated play a part in to cause disease at Jatropha
curcas L leaf.
From result of research can know that come down with fence castor leaf to be found by 3 type of fungi, that is Curvularia sp., Cercospora sp., and
Phytophthora sp.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandan pada tanggal 17 Juli 1985 sebagai anak
ke-tiga dari empat bersaudara, pasangan Robert Siahaan dan Modes Pasaribu.
Pada tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 031275 Tiga Balata,
selanjutnya pada tahun 2003 berhasil menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Tiga Balata. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Pematang Siantar.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui
jalur SPMB. Penulis menempuh pendidikan di Departemen Kehutanan Fakultas
Pertanian USU dengan program studi Budidaya Hutan.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan
organisasi di Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) sebagai anggota yang
dimulai pada tahun 2003. Penulis telah melaksanakan kegiatan Praktik
Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Hutan Mangrove Bandar Kalipah,
Kabupaten Serdang Bedagai dan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh,
Kabupaten Karo dari tanggal 06 sampai 20 Juni 2005. Pada tanggal 05 Juni
sampai 06 Agustus penulis telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat kesehatan, keselamatan serta karunia-Nya,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul Identifikasi Fungi
Penyebab Penyakit pada Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu izinkanlah penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Affifuddin Dalimunthe, SP. MP dan Dr. Ir. Yunasfi, M.Si sebagai
komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku Ketua Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian USU.
3. Seluruh Staf Pengajar Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU yang
telah membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir studi ini.
4. Seluruh pegawai Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU yang telah
membantu proses administrasi selama perkuliahan.
5. Kepala Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan yang telah
memberikan fasilitas selama melakukan penelitian.
6. Untuk keluarga tercinta: Ayahanda Robert Siahaan (Alm) dan Ibunda Modes
Pasaribu, Kakanda Donald Siahaan dan Christina Siahaan dan Adinda
Alexander Siahaan dan semua keluarga besar yang telah memberikan kasih
7. Teman-teman seperjuangan di Departemen Kehutanan USU khususnya
Program Studi Budidaya Hutan stambuk 2003 yang telah memberikan
dukungan dan kerjasamanya selama perkuliahan.
8. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
studiku Regina, Sabrina, Ovi, Atika, Ramayana, Noriko dan khusus
Abanganda Alex Renaldi Silalahi atas semua perhatian dan pengertiannya
kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Desember 2007
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Jenis-jenis Fungi dan Gejala Penyakit yang Ditimbulkannya
pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ... 17 2. Ciri-Ciri Koloni Berbagai Jenis Fungi yang Terdapat
pada Daun Jarak Pagar yang Terserang Penyakit... 19 3. Ciri-Ciri Mikroskopis Berbagai jenis Fungi yang Menyerang
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian………. 4
Gejala Serangan Curvularia sp……….. 17
Gejala Serangan Phytophthora sp……….. 18
Gejala Serangan Cercospora sp………. 19
Curvularia sp………. 22
Phytophthora sp………. 23
ABSTRAK
MAWARNI P. SIAHAAN. Identifikasi Fungi Penyebab Penyakit pada
Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh AFFIFUDIN DALIMUNTHE dan YUNASFI.
Tanaman jarak pagar yang dibudidayakan di lapangan banyak terserang oleh penyakit, sehingga tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh dengan baik. Diantara bagian-bagian tanaman jarak pagar, daun merupakan bagian yang paling banyak diserang oleh penyakit. Gejala serangan dapat berupa bintik, bercak dan lain-lain yang dapat diamati secara langsung di lapangan. Pengamatan langsung di lapangan sangat sulit untuk membedakan berbagai penyebab penyakit. Didasari hal tersebut maka telah dicoba melakukan penelitian di laboratorium yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis fungi yang diperkirakan berperan dalam menyebabkan penyakit pada daun tanaman jarak pagar.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada daun tanaman jarak pagar yang terserang penyakit ditemukan 3 jenis fungi, yaitu Curvularia sp.,
Cercospora sp., dan Phytophthora sp.
ABSTRACT
MAWARNI P. SIAHAAN. Identification of Fungi Disease Cause at Jatropha curcas L. Leaf. Under Academic Supervision of AFFIFUDIN
DALIMUNTHE and YUNASFI.
Jatropha curcas L. leaf which conducting in field attacked many by
disease, so that fence castor cannot grow better. Among parts of fence castor, leaf represent part of which at most attacked by disease. Attack symptom can in the form of blot, pock and others able to perceive directly in field. Direct perception in field very difficult to differentiate various cause of disease. Constituted by the mentioned hence have been tried to do research in laboratory with aim to to identify various type of fungi estimated play a part in to cause disease at Jatropha
curcas L leaf.
From result of research can know that come down with fence castor leaf to be found by 3 type of fungi, that is Curvularia sp., Cercospora sp., and
Phytophthora sp.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luas hutan Indonesia pada saat ini semakin berkurang karena terjadinya
penebangan liar. Hutan yang telah ditebang ditinggalkan begitu saja tanpa ada
penanaman hutan kembali sehingga lahan yang ditinggalkan menjadi kritis. Lahan
kritis adalah lahan yang mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan
kehilangan atau berkurangnya fungsinya sebagai fungsi produksi maupun sebagai
pengatur tata air
( Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2002).
Luas lahan kritis di Indonesia lebih dari 20 juta ha, sebagian besar berada
di luar kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan
cenderung ditelantarkan. Salah satu usaha untuk memperbaiki lahan kritis dengan
melakukan budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di areal tersebut.
Tanaman jarak yang dapat tumbuh di lahan kritis sehingga dapat dikembangkan
sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif yang memberikan
harapan baru dalam pengembangan agribisnis (Hariyadi, 2005).
Keuntungan yang diperoleh dari budidaya tanaman jarak di lahan kritis
antara lain (1) menunjang usaha konservasi lahan, (2) memberikan kesempatan
kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan penghasilan kepada petani dan (3)
memberikan solusi pengadaan bahan bakar minyak (biofuel) (Irfan, 2007).
Jarak pagar, merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak tumbuh di
daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan terhadap kekeringan dan mudah
diperbanyak dengan
mesin
(Ricinus communis) yang merupakan kerabat jarak pagar sudah lama diketahui
sebagai penghasil bahan bakar hayati, yang bijinya menghasilkan minyak
Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai daerah Indonesia,
yaitu sejak diperkenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Pada waktu itu
masyarakat diperintahkan untuk melakukan penanaman jarak sebagai pagar
pekarangan. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman serbaguna, yaitu dapat
digunakan untuk kayu bakar, reklamasi lahan-lahan kritis sebagai pagar hidup di
pekarangan dan kebun karena tidak disukai oleh ternak. Di samping sebagai bahan
bakar minyak jarak juga digunakan sebagai bahan untuk pembuatan sabun dan
bahan industri kosmetika (Mahmud, 2004).
Penanaman jarak pagar pada skala yang luas dengan sistem monokultur
sangat berpotensi menimbulkan serangan hama dan penyakit yang akan
menurunkan produksi buah. Untuk mendapatkan produksi yang optimal dari
tanaman satu aspek yang perlu diperhatikan adalah gangguan penyakit yang
sering menyerang tanaman jarak. Penyakit dapat juga menyebabkan penurunan
kualitas,berkurangnya produksi dan bahkan kegagalan dalam hasil panen
(Hambali dkk., 2006).
Untuk mengatasi gangguan penyakit yang sering menyerang tanaman
jarak pagar ini, maka terlebih dahulu perlu perlu dilakukan inventarsasi dan
identifikasi penyebab penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar. Berdasarkan
hal tersebut di atas telah dilakukan percobaan untuk inventarisasi dan identifikasi
ketahui fung penyebab penyakit yang menyerang diharapkan dapat dirumuskan
metode-metode yang dapat digunakan untuk pengendaliannya.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, ialah :
Mengindentifikasi berbagai jenis fungi yang menyerang daun tanaman
jarak pagar khususnya di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten Simalungun.
C. Kegunaan Penelitian
Memberikan informasi mengenai berbagai jenis fungi penyakit yang
menyerang daun tanaman jarak pagar baik bagi dunia pendidikan, peneliti,
masyarakat, instansi dan pengusaha-pengusaha yang membudidayakan jarak
pagar.
D. Kerangka Pemikiran
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk merehabilitasi lahan
kritis adalah dengan cara menanam tanaman yang berpotensi dapat tumbuh
dengan baik di lahan tersebut. Tanaman jarak pagar, merupakan salah satu
tanaman yang dapat tumbuh di lahan kritis. Tanaman ini dapat dikembangkan
sebagai sumber bahan penghasil bahan bakar alternatif yang merupakan harapan
baru dalam pengembangan agrobisnis. Adanya serangan hama dan penyakit dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal ini akan berdampak kepada
penurunana kualitas dan produksi buah yang dihasilkan. Oleh karena itu tindakan
pagar dengan hama ada penyakit terlihat pada kerangka pemikiran yang
diwsajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
Kaitan antara tanaman jarak dengan hama dan penyakit
Aspek yang diteliti
Pemanfaatan Lahan Kritis
Persyaratan Tanaman : Tanaman cepat tumbuh Bibit mudah didapat Tahan kekeringan dll
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Hama Penyakit
Nematoda Virus Bakteri Fungi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan
karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali,
dkk., 2006)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorboiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 – 7 m, daun tanaman
jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5. Daunnya lebar
dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar panjang 5 – 15 cm., tulang daun
menjari dengan jumlah 5 – 7 tulang daun utama, daunnya dihubungkan oleh
tangkai daun yang berukuran 4 – 15 cm (Hambali, dkk., 2006).
Tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna
kuning kehijauan; berkelamin tunggal; dan berumah satu (putik dan benang sari
dalam satu tanaman); bunga terdiri atas 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan
panjang lebih kurang 4 mm; benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna
kuning; tangkai putik pendek berwarna hijau dan kepala putik melengkung keluar
tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak dari
bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian
berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Jarak pagar
termasuk tanaman monoecious dan bunganya uniseksual. Kadangkala muncul
bunga hermaprodit yang berbentuk cawan berwarna hijau kekuningan
(Hambali dkk. , 2006).
Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur dengan diameter 2 – 4
cm. Panjang buah 2 cm, dengan lebar sekitar 1 cm. Buah berwarna hijau ketika
muda serta abu-abu kecokelatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi
menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi 1 biji sehingga dalam setiap buah
terdapat 3 biji (Riset dan Teknologi, 2007).
Biji jarak pagar memiliki ukuran rata-rata 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gr
dan terdiri dari 58,1 % biji inti berupa daging dan kulit 41,9 %. Kadar minyak
dalam inti biji sekitar 33 % - 55 % (Susilo, 2006).
Persyaratan Tempat Tumbuh
Tanaman jarak beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya, adapun
kondisi tempat tumbuh yang optimal yaitu 50° LU - 40° LS, 0 - 2000 m dpl, suhu
berkisar antara 18° - 30° C. Pada daerah-daerah dengan suhu rendah (< 18° C)
dapat menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (> 35° C)
menyebabkan daun dan bunga gugur, buah kering sehingga produksi menurun.
Curah hujanyang dibutuhkan untuk pertumbuhan berkisar antara 300 mm - 1200
mm per tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang kurang
subur, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 - 6.5
Selanjutnya Nur (2005) mengungkapkan bahwa tanaman jarak pagar dapat
tumbuh pada yang berbagai jenis tanah, antara lain di tanah berbatu, tanah
berpasir, tanah liat bahkan juga di tanah yang kurang subur. Waktu yang paling
baik untuk menanam jarak pagar adalah pada musim panas atau sebelum musim
hujan.
B. Penyakit Pada Tanaman Jarak Pagar
Beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman jarak pagar, antara
lain: bercak pada bibit, bercak alternaria, karat bercak daun cercospora, layu
fusarium, busuk botrytis, layu bakteri, busuk arang dan bercak daun bakteri
1. Bercak Pada Bibit
Penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan. Kerusakan dapat mencapai
30 – 40% dan umumnya terjadi pada tanaman muda/bibit yang baru pindah ke
lapangan dengan kondisi pengairan yang kurang baik. Gejala penyakit terlihat
pada permukaan daun, yaitu berupa bercak-bercak melingkar, kemudian meluas
sehingga menyebabkan daun busuk. Selanjutnya, infeksi menyebar sampai ke
batang sehingga dapat menyebabkan tanaman mati. Daun-daun yang lebih tua
atau daun muda yang berada pada tanaman tua dapat juga terinfeksi, tetapi
kerusakannya tidak seberat bila terjadi pada bibit/tanaman muda. Bercak-bercak
pada daun biasanya berubah warna hijau menjadi kuning, lalu berwarna cokelat.
Pemilihan bibit disertai dengan pemeliharaan tanaman yang baik (terutama sistem
2. Bercak Alternaria
Penyakit ini disebabkan oleh Alternaria ricini. Penyakit ini pada
bulan-bulan dengan curah hujan yang tinggi memungkinkan fungi berkembang cepat
pada kapsul buah sehingga buah menjadi hitam. Bila infeksi terjadi secara
intensif, tanaman menjadi kerdil bahkan dapat mengalami kematian.
Bercak-bercak penyakit dapat ditemukan sepanjang tahun, dan pada musim hujan Bercak-bercak
menjadi luas. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida
kaptan atau mankozeb dengan interval tiap 15 hari (Hambali, dkk., 2006).
3. Karat
Penyakit ini disebabkan oleh Melamspora rinici. Penyakit ini dapat di lihat
dengan gejala seperti pustul karat di bawah permukaan daun.Pada bagian bawah
daun terlihat bercak-bercak bulat kecil berwarna kuning, bila serangan berat dapat
menyebabkan daun kering. (Hambali, dkk., 2006).
Pengendalian penyakit karat dapat dilakukan dengan cara pemupukan
berimbang, sanitasi daun-daun yang telah terserang berat dan membakarnya,
menggunakan bahan tanaman untuk perbanyakan hanya dari tanaman sehat,
menghindari menanam anyelir berdekatan dengan tanaman jarak pagar,
menggunakan fungisida yang berbahan aktif ferbam, zineb, dan mankozeb.
(Departemen Pertanian , 2006 a).
4. Bercak daun cercospora
Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman jarak.
Gejala umum penyakit pada daun terlihat titik hitam kecil atau titik cokelat yang
dikelilingi cincin berwarna hijau pucat. Bercak-bercak tersebut dapat dilihat dari
cokelat pucat,kemudian putih keabu-abuan yang dikelilingi warna cokelat tua.
Cara pengendalian dapat di lakukan dengan menggunakan fungisida berbahan
aktif karbendazim atau monkozeb dapat digunakan (Hambali, dkk., 2006).
Penyakit mempunyai gejala yang terdiri atas dua fase yang berbeda. Pada
fase pertama, yang juga disebut sebagai fase “Non-agresif” pada daun terdapat
bercak-bercak kecil berwarna cokelat tua, yang menghasilkan banyak konidiofor
dengan konidium. Infeksi yang terjadi karena konidium ini menghasilkan bercak
di sekitar bercak pertama yang berkembang menjadi penyakit yang kedua, yaitu
fase “agresif”. Pada fase ini terjadi bercak yang mempunyai halo klorotik
berwarna cerah (Semangun, 2000).
Fungi bertahan dari satu musim ke musim berikutnya pada daun, batang
dan biji yang sakit. Ketika biji yang terkontaminasi berkecambah akan lemah.
fungi akan menghalangi perkecambahan dengan luka pada kotiledon. Konidia
ditebarkan atau dipencarkan oleh hujan atau dibawa oleh serangga dan mesin atau
alat pertanian. Fungi berkembang dalam beberapa jam dan jaringan daun cepat
dipenetrasi. Jika cuaca panas dan lembab, daun-daun yang baru menjadi
terinfeksi. Bercak daun Cercospora lebih bertahan ketika tanaman ditanam secara
berulang-ulang pada lahan yang sama tanpa rotasi tanaman (Lucas, dkk., 1985).
5. Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh fusarium oxysporum yang terjadi pada pada
stadia bibit dan tanaman di lapangan. Bila bibit terserang maka daun-daun akan
terlihat hijau pudar dan layu, lalu mati. Daun-daun di bagian bawah rontok dan
Pengendalian penyakit layu fusarium dilakukan dengan cara menggunakan
bibit yang sehatdan tanaman sakit dibongkar dan dimusnahkan dengan cara /di
bakar, tidak menggunakan tanah yang terkontaminasi patogen tersebut ,
pemanasan (pasteurisasi) tanah bekas tanaman terinfeksi penyakit layu dan tanah
untuk pembibitan, menghindari terjadinya luka pada tanaman terutama pada saat
penyiangan gulma dan pengolahan tanah, disinfeksi peralatan pertanian/alat
pemotong bunga, penggunaan fungisida berbahan aktif kaptan, benlate
(Departemen Pertanian, 2006 b).
6. Busuk Botrytis
Penyakit ini disebabkan Botrytis rinici. Gejala awalnya berupa bercak
kecil berwarna kehitaman pada bunga. Pengendalian dapat dilakukan secara kimia
dengan fungisida karbendazim atau tiofanat dengan interval tiap 15 hari sekali
(Hambali, dkk., 2006).
7. Busuk arang
Gejala pada tanaman terlihat seluruh daun layu tiba -tiba, dalam waktu
kurang dari satu minggu tanaman mati. Kadang-kadang pada perkembangan
penyakit berlangsung lambat hal ini di tandai oleh daun bagian bawah layu dan
menguning terlebih dahulu sampai akhirnya rontok. Jika penyakit terus berlanjut
maka tanaman akan mati. Apabila tanaman dicabut pada perakaran akan terlihat
busuk kering dan berwarna hitam. Pada gejala lanjut, kulit luar pangkal batang
tersobek-sobek dan terlihat pustul hitam yang merupakan sklerosia fungi.
Penyakit ini disebabkan oleh Rhizoctonia bataticola banyak menyerang tanaman
jarak yang ditanam di Ngemplak di lokasi ini sebelumnya tanam kapas juga
berasal dari biji juga bisa diserang patogen hal ini terjadi jika sumber inokulum
cukup banyak (Departemen Pertanian, 2006a).
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak mamba.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak mimba mampu menghambat
pertumbuhan fungi. Penyemprotan dengan larutan organeem dengan dosis 5-10
ml/l pada pangkal batang mampu menghambat perkembangan penyakit
(Irfan, 2007).
8. Penyakit Curvularia sp.
Gejala penyakit ini adalah berupa bercak bulat berukuran kecil, berwarna
cokelat. Infeksi yang berat menyebabkan daun yang paling tua mengering,
mengeriting, dan menjadi rapuh. Pada daun yang mengering ini bercak-bercak
Curvularia sp. tetap terlihat jelas sebagai bercak cokelat tua. Penyakit ini sangat
menghambat pertumbuhan bibit meskipun bukan penyakit yang mematikan
tanaman (Semangun, 2000).
Fungi ini terutama disebarkan dengan konidiumnya, baik karena terbawa
angina maupun karena percikan air hujan dan air siraman, dan mungkin juga oleh
serangga (Semangun, 2000).
Pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan kultur teknis dan
mekanis. Cara kultur teknis dilakukan dengan menggunaan benih yang sehat dan
memperbaiki drainase tanah serta sanitasi kebun. Cara mekanis dilakukan dengan
memusnahkan tanaman atau bagian tanaman yang terserang beratagar tanaman
9. Phytophthora sp.
Gejala awal penyakit ditandai dengan gejala awal yaitu daun-daun
bawah layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok.
Selanjutnya selanjutnya gejala ini diikuti oleh daun-daun yang agak muda
sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di puncaknya. Jika
digali tanahnya maka tampak akar-akar lateral yang membusuk berwarna cokelat
tua, lunak, dan sering berbau tidak enak. Pembusukan yang sudah sampai meluas
ke akar tunggang, sehingga tanaman sering roboh. Pembusukanyang disebabkan
oleh Pytophthora sp meluas ke pangkal batang di atas permukaan tanah. Penyakit
juga dapat terjadi pada buah yang masih hijau, meskipun agak jarang. Adapun
gejala adalah buah yang telah membusuk tetap keras. Pada umumnya
pembusukan buah di mulai dari dekat tangkai. Buah ditutupi oleh miselium fungi
berwarna putih, selanjutnya buah mengeriput dan berwarna hitam
(Departemen Pertanian, 2007a).
Fungi penyebab penyakit ini terutama dipencarkan oleh air, baik air hujan
yang memercik maupun air yang mengalir pada permukaan tanah. Sebagai sumber
penyakit adalah tanah dan air yang mengandung Phytophthora sp., dan bagian
tanaman yang sakit. Bagian-bagian tanaman yang sakit, misalnya daun, dapat
disebarkan dalam kebun oleh angin. Angin yang terjadi pada waktu hujan dapat
menyebarkan spongarium Phytophthora sp. yang dibentuk pada permukaan
bercak (Semangun, 2000).
Pengendalian serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu deengan cara perbaikan draenase untuk menurunkan faktor penunjang
bibit tidak terlalu dalam, sebaiknya rotasi tanaman bukan inang (selain jeruk,
cokelat, durian, karet, kelapa, lada dan pisang ), penanaman tanaman yang tahan
terhadap penyakit ini, membongkar tanaman sakit sampai akar- akarnya kemudian
di bakar ( menghilangkan sumber inokulum),Serangan pada buah dapat dilakukan
penyemprotan dengan fungisida terutama di daerah dekat dengan tangkai buah
BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Siantar Timur Kabupaten
Simalungun dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Departemen Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dimulai dari bulan Maret sampai Oktober 2007.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman jarak pagar yang terlihat adanya
serangan penyakit, PDA (Potato dextrose Agar), alkohol 96%, kloroks 10 %, air
steril, streptomisin, kertas tissue, kapas, selotif, label nama, aluminium foil, dan
metil blue.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan Petri, labu
Erlenmeyer, jarum inokulasi, kotak inokulasi, gelas ukur, gelas obyek, gelas
penutup, bunsen, otoklaf, oven, kompor, mikroskop cahaya, pisau dan alat-alat
tulis.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey (Tambunan dan
Sarwintyas, 1993 ).Adapun tahap yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengamati langsung tanaman jarak yang terserang penyakit
2. Sampel diambil dari areal penanaman jarak pagar di areal Pematang Siantar
4. Sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah populasi tanaman yang diamati
5. Kemudian fungi penyebab penyakit diamati di laboratorium.
6. Setelah jenis-jenis fungi diidentifikasi kemudian ditentukan cara
pengendaliannya.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan media Biakan
PDA (Potato dextrose Agar) diambil sebanyak 40 gram dan dimasukkan
ke dalam gelas ukur yang telah diisi aquades sebanyak 1 liter. Kemudian
ditambahkan 1 gr steptomisin dan diaduk. Kemudian dipanaskan sampai mendidih
dan dimasukkan kedalam 4 buah labu Erlenmeyer 250 ml dan ditutup dengan
kapas steril dan aluminium foil lalu dimasukkan ke dalam otoklaf untuk
disterilkan selama 15 menit dengan suhu 120-121° pada tekanan 1,5 atm. Media
yang telah disterilisasi selanjutnya di tunggu sampai hangat kuku untuk bisa
dituang dalam cawan Petri.
2. Isolasi Fungi
Bagian daun tanaman yang berpenyakit diambil 1x1 cm, kemudian
dibersihkan dengan menggunakan air steril selanjutnya di rendam ke dalam
klorox 10% selama 2-3 menit. Untuk sterilisasi permukaan bagian daun kemudian
dibilas dengan air steril dan dikeringkan di atas tissue steril. Bagian daun ini
selanjutnya ditempatkan pada media PDA dalam cawan Petri. Pada cawan-cawan
Petri ditempatkan masing-masing bagian tanaman pada kondisi ruang dan di
tunggu sampai fungi tumbuh dari bagian-bagian daun.Kegiatan dilakukan dengan
yang telah tumbuh dan berkembang secepatnya dipindahkan ke cawan Petri
lainnya yang berisi media PDA untuk mendapatkan biakan murni.
3. Identifikasi Fungi
Biakan murni fungi diremajakan pada media PDA, dan diinkubasi selama
5-7 hari pada suhu ruang. Fungi yang telah tumbuh pada media, diamati ciri-ciri
makroskopisnya, yaitu cirri koloni seperti sifat tumbuh hifa, warna koloni dan
diameter koloni. Fungi juga ditumbuhkan pada kaca obyek. Potongan agar sebesar
4 x 4x 2 mm yang telah ditumbuhi fungi diletakkan pada kaca obyek , dan ditutup
dengan gelas penutup. Biakan pada kaca obyek ini ditempatkan dalam kotak
plastik yang telah diberi pelembab berupa kapas basah. Biakan kaca ini dibiarkan
selama beberapa hari pada kondisi ruang sampai fungi tumbuh cukup
berkembang. Fungi yang berkembang diamati ciri miroskopisnya yaitu cirri hifa,
tipe percabangan hifa,serta ciri-ciri konidia. Ciri-ciri yang di dapat ditabulasi,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan gejala penyakit secara visual pada daun
Pengamatan gejala penyakit pada daun dilakukan pada saat pengambilan
sample dilapangan dengan mengamati secara visual pada lokasi pengambilan
sampel. Hasil pengamatan gejala penyakit secara visual pada daun jarak pagar
disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa pengamatan
secara visual tidak bisa dijadikan acuan dalam menentukan jenis fungi yang
menyerang tanaman. Gejala yang ditimbulkan oleh fungi penyebab penyakit pada
daun jarak hampir tidak mempunyai perbedaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengamatan jenis fungi penyebab penyakit di laboratorium dengan mikroskop
cahaya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Semangun (2001) bahwa pengamatan
secara visual dilapangan tidak dapat digunakan dalam menentukan berbagai jenis
fungi yang menyerang tanaman. Untuk dapat menentukan jenis fungi yang
menyerang tanaman dilakukan penelitian di laboratorium. Perlunya melakukan
identifikasi disebabkan karena banyak penyakit yang memiliki gejala yang
hampir sama sehingga sulit untuk dibedakan.
Hasil penelitian yang di lakukan di laboratorium menunjukkan ada
beberapa jenis fungi yang meyerang daun tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
L.) Adapun jenis-jenis fungi tersebut adalah
• Curvularia sp. • Phytophthora sp.
Tabel 1. Jenis-Jenis Fungi dan Gejala Penyakit yang Ditimbulkannya pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Jenis Fungi Gejala
Penyakit
Tidak beraturan Cokelat kehitam an
Pengamatan secara visual penyakit pada daun jarak pagar yaitu
.
Gambar 2. Serangan Curvularia sp.
Pada Gambar 2. di atas dapat dilihat bercak daun Curvularia sp. dengan
cirri-ciri pada daun terdapat bercak berwarna cokelat pada permukaan daun.
Menurut Semanggun (2000), Penyakit ini dapat meluas melalui spora fungi
terdapat pada tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, misalnya karena
kekurangan unsur hara tanaman.
Gambar 3. Serangan Pytophthora sp.
Penyebab utama ialah jamur Phytophthora sp. gejala yang ditimbulkan
berupa bercak-bercak nekrotis biasanya di bagian tepi daun atau di ujung daun,
bentuk bercak pada umumnya tidak teratur dengan warna daun cokelat kehitaman
yang disajikan pada Gambar 3. Penyakit ini banyak terjadi pada daerah suhu
rendah dan kelembapan serta curah hujan yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Semangun (2001) bahwa gejala yang di
timbulkan oleh Phytophthora sp. adalah sering terdapat bercak bulat letaknya di
tepi ujung daun. Pusat bercak berwarna cokelat kehitaman dengan tepi lebar daun
berwarna cokelat nekrotik.
Gambar 4. Serangan Cercospora sp.
Gejala yang ditimbulkan biasaya tampak jelas pada bagian permukaan
daun berupa bercak yang dikelilingi halo, bentuk bercaknya pada umumnya bulat,
Menurut Hambali, dkk. (2006) bahwa penyakit yang disebabkan fungi
Cercospora sp. dapat merusak tanaman dengan skala berat. Gejala yang di
timbulkan adalah terdapat bercak hitam kecil atau titik cokelat yang dikelilingi
cincin berwarna hijau pucat. Bercak tersebut dapat di lihat pada kedua permukaan
daun. Ketika bercak membesar maka pusat bercak berubah menjadi cokelat pucat.
Hasil pengamatan makroskopis berbagai jenis fungi yang menyerang daun
tanaman jarak pagar ditampilkan Tabel 2.
Tabel 2. Pengamatan fungi Penyebab Penyakit Secara Makroskopis . Pengamatan Jamur Secara Makroskopis
No Jenis Fungi Warna Permukaan Koloni
Perubahan Warna Koloni
Diameter (cm)
1. Curvularia sp. Hijau tua kecokelatan Kehitaman 8.6
2. Cercospora sp. Hijau kehitaman Hitam 3.6
3. Phytopthora sp. Putih Putih 7.2
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan pertumbuhan ketiga jenis
fungi pada media PDA tidak sama. Pertumbuhan koloni fungi yang paling cepat
adalah Curvularia sp. Fungi ini dapat menutupi setengah media biakan pada hari
ke-4 dengan diameter 4,5 cm sedangkan fungi Phytophthora sp. dapat menutupi
setengah media pada hari ke-7 dengan diameter 4,2 cm. Sedangkan fungi
Cercospora sp. merupakan fungi yang paling lambat pertumbuhannya
dibandingkan dengan kedua fungi lainnya. Ketiga fungi ini sudah dapat di
identifikasi pada hari ke -4.
Hasil pengamatan mikroskopis berbagai jenis fungi yang menyerang daun
Tabel 3. Ciri-ciri Mikroskopis berbagai jenis Fungi yang Menyerang daun Tanaman Jarak Pagar.
Hasil pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa pada
umumnya ciri dan bentuk dari setiap fungi berbeda.
A
No. Jenis Fungi Konidia Konidiafor/
Sporangiofor
Bentuk Warna Ukuran (µm) Septa
1. Curvularia sp. Seperti lutut dimana bagian 2. Phytopthora sp. Sporangium
berbentuk pir sampai berbentuk
bola
Hialin 28-46 x 36-52 - Sporangiofor bercabang tidak teratur
B
Gambar 5. Curvularia sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), (a) Konidia, (b) Konidiofor
Dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa bentuk konidia tiap fungi
berbeda-beda begitu pula dengan warna dan ukuran konidianya. Curvularia sp.
mempunyai bentuk konidia bengkok seperti lutut dan warnanya hialin berukuran
16-30 x 6-8 μm dan memiliki konidia yang bersepta dapat dilihat pada Gambar 5.
Sedangkan ciri-ciri makroskopis Curvularia sp. adalah koloni berwarna
kehitaman dengan diameter 8,6 cm pada umur 14 hari.
Menurut Streets (1985) bahwa Curvularia memiliki Konidiofor berwarna
gelap, bersekat-sekat, tidak beraturan dan menghasilkan konidia secara berurutan
pada ujung-ujungnya yang sedang mengalami pertumbuhan baru. Konidianya
berwarna gelap dengan sel-sel ujung agak berwarna jernih. Konidia bersel 3
sampai 5, mempunyai ciri khas melengkung dan sel-sel tengahnya membesar. a
A
B
Gambar 6. Phytohpthora sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk miskoskopik (B), (a) Sporangium, (b) Sporangiofor
Phytohpthora sp. mempunyai sporangium berbentuk pir sampai berbentuk
bola dengan ukuran rata-rata 28- 46 x 36-52 μm. Sporangiosfor bercabang dan
tidak teratur dapat dilihat pada Gambar 6B. Ciri-ciri makroskopik Phytohpthora
sp. Adalah koloni berwarna putih membentuk lingkaran yang dikeliling warna
merah muda dengan diameter 7.2 cm pada umur 14 hari yang disajikan pada
Gambar 6A.
Menurut Streets (1985) bahwa konidiofor Phytohpthora sp. ramping dan
bercabang-cabang, konidianya bulat sampai berbentuk telur atau ovate dan bisa a
menghasilkan zoospora. Pada umumnya miselium fungi ini sangat banyak pada
udara lembab dan miselium ini tidak mempunyai dinding penyekat.
A
B
Gambar 7. Cercospora sp.Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), (a) Konidia (b) Konidiofor
a
Cercospora sp. (Gambar 7) mempunyai konidia berbentuk seperti alat
pemukul basebal dan bengkok dapat di lihat pada Gambar A, warnanya hialin
sampai gelap dengan ukuran 24- 85 x 3-6 μm Konidiofornya berwarna hialin,
berkelompok dan memiliki septa disajikan pada Gambar 7B. Ciri-ciri
makroskopik Cercospora sp. Adalah berwarna hitam dengan diameter 3,6 cm
pada umur 14 hari dapat disajikan pada Gambar 7A.
Menurut Streets (1985 ) bahwa konidiofor Cercospora sp. berwarna
gelap, berkelompok. Konidia dihasilkan berurutan pada ujung yang mengalami
pertumbuhan baru, konidia berwarna hialin sampai berwarna gelap, memanjang
dan banyak.
Pembahasan
Dari hasil penelitian di peroleh ada berbagai jenis fungi yang menyerang
daun tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) yaitu Curvularia sp. ,
Phytophthora sp. ,dan Cercospora sp.
Jenis fungi yang menyerang tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)
berasal dari kelompok yang berbeda. Curvulari sp. dan Cercospora sp. berasal
dari kelompok yang sama yaitu Amastigomycota sedangkan Phytophthora sp.
Berasal dari kelompok Eumycota. Diantara ketiga jenis fungi ini yang paling cepat
pertumbuhan koloninya adalah Curvularia sp. sedangkan yang paling lambat
pertumbuhan koloninya adalah Cercospora sp. Hal ini dibuktikan bahwa fungi ini
sp. merupakan fungi yang mampu bersaing lebih kuat untuk mendapatkan ruang
tumbuh serta berbagai unsur lain yang mendukung pertumbuhannya dibandingkan
dengan kedua fungi lainnya. Menurut Agrios (1996 ) bahwa daya tahan hidup
ungi tergantung pada tersedianya suhu dan kelembapantempat tubuhnya atau
lingkungannya. Miselium bebas hanya dapat bertahan pada kisaran suhu tertentu
yaitu -5 -45 ◦C dan berkontak dengan permukaan yang lembab.
Dari ketiga jenis fungi ini yang paling membahayakan tanaman adalah
fungi Phytophthora sp. karena fungi ini dapat menyebabkan kematian pada
tanaman.fungi ini dapat bertahan hidup lama di dalam tanah sehingga dapa
merusak perakaran tanaman yang mengakibatan kematian tanaman. Curvularia
sp. dan Cercospora sp. merupakan penyakit yang menyebabkan bercak pada daun
yang tidak menyebabkan kematian pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Semangun ( 2000 ) bahwa penyakit yang disebabkan oleh Phytophthora sp. dapat
menyebabkan kematian pada tanaman dan menurunkan produksi tanaman.
Serangannya selalu terjadi pada musim hujan dengan kelembapan udara yang
tinggi dan matahari yang kuang bersinar. Penyakit ini dapat disebarkan oleh
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka jenis fungi yang menyerang
daun tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L.) yaitu Curvularia sp.,
Phythopthora sp., dan Cercospora sp.
2. Diantara ketiga fungi tersebut yang paling cepat pertumbuhan koloninya
adalah Curvularia sp. dan yang paling lambat pertumbuhan koloninya
adalah fungi Cercospora sp.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sepsis fungi yang
menyebabkan penyakit pada daun tanaman jarak pagar sehingga dapat
dikendalikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Departemen Pertanian, 2006a. ANYELIR (Dianthus caryophyllus L.).
[ 28 Des 2006] .
Departemen Pertanian , 2006b. Jatropha curcas L.
Departemen Pertanian , 2007a. Pengendalian Jamur Phytophthora sp.
[16 Februari 2007]
Departemen Pertanian, 2007b. Pengendalian Jamur Curvularia sp.
Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2002. Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan.Jakarta.
Hambali, dkk., 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya. Jakarta
Hariyadi, 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha Curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biodiesel
[17 0ktober 2005]
Irfan. 2005. Teknologi Tepat Guna. [ 11 February 2007]
Lucas, G.B., C.L. Campbell and L.T. Lucas, 1985. Introduction to Plant Diseases: Identification and Management. Department of Plant Pathology North Carolina State University, Raleigh.
Mahmud, Z. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya Jarak Pagar ( Jatropha curcas L ). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Nur, A.A. 2005. Biodiesel Jarak Pagar Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Riset dan Teknologi,2007.Biodiesel.
http://www.ristek.go.id/file_upload/lain_lain/biodiesel/biodiesel.htm [5 February 2007].
Semangun. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Semangun, 2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Susilo, B. 2006. Biodiesel. Pemanfaatan Biji Jarak Pagar sebagai Alternatif Bahan Bakar. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Streets, 1985. Diagnosis Penyakit Tanaman. The University Of Arizona Press.USA
Tambunan, k dan Sarwintyas, P., 1993. sari Laporan Penelitian dan Survei.lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta