• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penebangan Pohon Pada Dinas Pertamanan Kota Medan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Penebangan Pohon Pada Dinas Pertamanan Kota Medan Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar SARJANA HUKUM

BEATRIX ARWINDA

NIM: 090200270

DEPARTEMEN : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA

MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

BEATRIX ARWINDA

090200270

Departemen Hukum Administrasi Negara

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

Surianingsih, SH. M.Hum

NIP: 196002141987032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.M.MS Surianingsih, SH, M.Hum

NIP: 195409121984031001 NIP: 196002141987032002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

NAMA : BEATRIX ARWINDA

NIM : 090200270

DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

JUDUL SKRIPSI : PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, 1 Juni 2013

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada dapat menyelesaikan skripsi ini

Sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studi untuk mendapatkan gelar sarjana agar dapat menyusun skripsi, dalam hal ini penulis memilih judul

“PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA”.

Penulis menyadari bahwa di dalam menyusun masih terdapat banyak kekurangan dalam penguraian yang jauh dari sempurna, mengingat ilmu penulis yang masih terbatas, namun penulis menerima saran-saran yang diberikan guna membangun.

(5)

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk memperoleh data-data dan bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU, atas kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MS, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU.

4. Bapak Dr. M. Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

5. Ibu Surianingsih, SH,M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU, dan juga sebagai Dosen Pembimbing II yang berkenan menyetujui judul skripsi ini dan sangat memberikan perhatian serta dukungan serta kesabaran dalam membimbing saya.

6. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH,M.MS, sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan perhatiannya agar penulis mampu mendapatkan yang terbaik dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Hemat Tarigan SH,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum USU yang telah mendidik dan

(6)

9. Seluruh Pegawai Administasi dan Staf jajaran Fakultas Hukum USU Medan, yang telah memberikan ilmu terbaik kepada penulis demi kelancaran penulisan skripsi ini.

10.Papi dan Mami yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

11.Adik-adik yang tersayang Carla Mauliyanti Sianipar, Giovanny Trinita Katalia Sianipar, Alfredo Rumerio Immanuel Sianipar, Junietta Ruth Sianipar yang selalu ada saat saya perlu akan sesuatu.

12.Sahabat penulis selama menjalani suka-duka di bangku perkuliahan, dan seluruh mahasiswa stambuk 2009.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan, karena tidak dapat membalas semua bantuan yang diberikan dengan tulus. Penulis hanya memohon agar Tuhan melimpahkan rahmat dan kasih setia-Nya kepada semua pihak yang sudah membantu yang juga penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2013

Penulis

(7)

“PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

ABSTRAK

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.M.MS ∗ Suryaningsih, SH, M.Hum

) ∗∗ Beatrix Arwinda ) ∗∗∗ )

Penebangan pohon yang dilakukan secara liar hanya akan memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Sehingga telah diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 yaitu tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup “bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prosedur penebangan pohon di Kota Medan juga diatur dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yaitu “Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika”. Pemerintah juga memiliki peran penting untuk menjaga dan melestarikan daerahnya, yaitu dengan melarang bagi siapa saja yang ingin melakukan penebangan pohon secara liar. Dengan peraturan yang dibuat agar dijalankan dengan baik, agar tidak ada warga atau pun masyarakat yang dapat melakukan penebangan pohon secara liar. Dan apabila tertangkap melakukan penebangan liar, maka harus siap menerima sanksi yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Karena para penebang liar pada umumnya hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi pada bumi akibat dari perbuatan yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.M.MS Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I

∗∗ Surianingsih, SH.M.Hum Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing II

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

ABSTRAK ………. iv

DAFTAR ISI ………... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah ……….... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………... 7

D. Keaslian Penulisan ……… 9

E. Tinjauan Kepustakaan ……….. 9

F. Metodologi Penelitian ……….. 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DI KOTA MEDAN A. Pengertian Izin ……….……….. 13

B. Bagian dari Pohon ………...……….. 14

C. Izin Penebangan Pohon ………..………... 16

1. Syarat-Syarat Permohonan Izin ………... 17

2. Instansi yang Memberi Izin Penebangan Pohon ……. 18

3. Fungsi Pohon ……….. 23

D. Manfaat Penebangan Pohon ……… 28

(9)

B. Kaitan Hukum Administrasi Negara dengan Penebangan Pohon ………...…. 56 C. Penebangan Pohon di Kota Medan tanpa Izin …………..… 60 D. Pohon untuk Kelangsungan Hidup ……… 62

BAB IV KEUNTUNGAN SERTA SANKSI DARI PENEBANGAN

POHON TANPA IZIN

A. Keuntungan serta Kerugian yang Timbul dari Penebangan Pohon……….. 64 B. Kasus yang Melanggar Aturan dalam Prosedur Penebangan

Pohon ………. 70 C. Sanksi Administratif dalam Pemberian Izin Penebangan

Pohon ……… 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 80 B. Saran ……….. 81

(10)

“PROSEDUR PENEBANGAN POHON PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

ABSTRAK

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.M.MS ∗ Suryaningsih, SH, M.Hum

) ∗∗ Beatrix Arwinda ) ∗∗∗ )

Penebangan pohon yang dilakukan secara liar hanya akan memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Sehingga telah diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 yaitu tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup “bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prosedur penebangan pohon di Kota Medan juga diatur dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yaitu “Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika”. Pemerintah juga memiliki peran penting untuk menjaga dan melestarikan daerahnya, yaitu dengan melarang bagi siapa saja yang ingin melakukan penebangan pohon secara liar. Dengan peraturan yang dibuat agar dijalankan dengan baik, agar tidak ada warga atau pun masyarakat yang dapat melakukan penebangan pohon secara liar. Dan apabila tertangkap melakukan penebangan liar, maka harus siap menerima sanksi yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Karena para penebang liar pada umumnya hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi pada bumi akibat dari perbuatan yang tidak bertanggung jawab tersebut.

Dr. Pendastaren Tarigan, SH.M.MS Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I

∗∗ Surianingsih, SH.M.Hum Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing II

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita adalah makhluk hidup yang tidak akan lepas dari alam, karena Tuhan Yang Maha Esa telah mengaruniakan alam semesta ini kepada kita umat ciptaan-Nya semenjak kita dilahirkan. Oleh karena itu perlu kita ketahui sebagaimana mestinya untuk tetap menjaga dan melestarikan alam kita tersebut, agar tidak terjadi kerusakan. Karena kerusakan alam itu akan terjadi hanya jika kita sebagai manusia lalai dalam menjalankan tugas kita untuk melestarikan alam tersebut.

Alam juga akan lestari apabila manusia memiliki kesadaran yang tinggi untuk memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya. Kita dapat melihat dari hal kecil saja apabila alam telah marah terhadap perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti halnya banjir yang sering terjadi dan sulit dalam hal penyelesaiannya.

(12)

Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1

Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai prosedur penebangan pohon di Kota Medan sebagaimana dapat kita lihat dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan berbunyi "Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika". Dan karena didasarkan hal tersebutlah sehingga Pemerintah Kota Medan membuat Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.2

Sebagaimana kita mengetahui tugas pokok dari Dinas Pertamanan Kota Medan, yaitu:

a) Dinas Pertamanan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pertamanan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

b) Dinas Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang pertamanan dan keindahan kota serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.3

1

Undang-undang R.I No.32 Tahun 2009, tentang Perlindungan & Pengelolaan lingkungan hidup 2

Moh. Soerjani dkk, Lingkungan, Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan

3

(13)

Arti dari prosedur itu sendiri adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau juga disebut suatu metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.4

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada suatu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Dalam masyarakat penguasa melaksanakan aneka ragam tugas. Tugas-tugas ini kadangkala dibedakan dalam tugas-tugas mengatur dan tugas-tugas mengurus. Tugas-tugas mengatur penguasa, terutama menyangkut peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para warga. Contoh mengenai hal ini ialah keterlibatan penguasa dalam perkembangan tata ruang. Dalam rangka tugas-tugas mengatur, penguasa memerintah dan melarang, dan ia melahirkan sistem-sistem perizinan.5

Yang mana dalam peraturan tersebut akan diberlakukan izin yang ketat untuk melakukan penebangan pohon di Kota Medan. Karena berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk kembali mensejahterakan alam yang sudah sangat rusak akibat perbuatan manusia yang kurang bertanggung jawab. Dalam penulisan ini akan dibahas tentang izin penebangan di Kota Medan, sebagaimana kita dapat melihat bahwa daerah Kota Medan bukanlah daerah pertanian.

Pohon pada wilayah perkotaan merupakan suatu sumber hayati yang sangat penting sehingga dapat dilihat karena kawasan perkotaan seperti kota Medan yang bukan daerah pertanian mengharuskan diadakan suatu sistem penghijauan tersendiri, maka dalam kapasitas ini dibutuhkan keberadaan

tumbuh-4

Artikata,

5

(14)

tumbuhan termasuk pohon dalam hubungannya dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Kota Medan menerbitkan Peraturan Daerah No.21 Tahun 2002 tentang Retribusi Pemakaian Kekekayaan Daerah. Kondisi yang dilahirkan dari Peraturan Daerah tersebut adalah adanya kegiatan untuk melakukan penebangan pohon yang dimiliki Pemerintah Kota Medan. Ketentuan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, menjelaskan bahwa kewenangan daerah akan sedemikian kuat dan luas sehingga diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang ketat untuk menghindari ketidakteraturan dalam menyusun kebijakan dalam bidang lingkungan hidup terutama dalam masalah penanganan dan penertiban penebangan pohon di wilayah perkotaan.6

Sehingga sudah selayaknya untuk diadakan penghijauan, tetapi dalam hal ini juga diperlukan kesadaran dari manusia itu sendiri. Apabila hanya mengandalkan program penghijauan dari pemerintah tentu akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat membuat Kota Medan yang sesuai dengan harapan.

Karena hal ini jelas mempengaruhi beberapa konsep perkotaan, seperti dalam hal kemajuan ekonomi, dalam hal membangun perkotaan. Dan akan mempengaruhi fungsi dan peranan kota dalam penatalaksanaan lahan perkotaan.

Dengan kerja sama yang baik tentu akan terwujud Kota Medan yang lestari, karena program dari pemerintah telah dicanangkan sejak lama maka seharusnya saat ini kita sudah bisa merasakan dampak baik dari program

6

(15)

pelestarian Kota Medan yang lestari dan sesuai dengan harapan seluruh lapisan masyarakat. Sehingga pemerintah daerah juga sudah banyak melakukan perbaikan dalam mengeluarkan dan menetapkan peraturan untuk pelestarian alam.

Hal ini menjadi sangat menarik apabila kita lihat begitu besar perhatian yang diberikan oleh pihak pemerintah daerah untuk memperbaiki tata ruang kota yang dapat tercermin dari kelestariannya, karena apabila suatu kota memiliki penghijauan yang cukup tentu akan tercipta suasana yang segar di pagi hari.

Walaupun di daerah perkotaan tetapi kita masih akan dapat merasakan alam yang asri, sehingga tidak harus selalu melakukan perjalanan ke daerah pegunungan untuk dapat merasakan alam yang asri. Pohon itu juga merupakan sumber paru-paru kota, yang oleh karenanya kita manusia dapat menghirup udara. Karena tanpa udara manusia tidak akan dapat hidup dan bernapas.

Banyak orang yang tidak menyadari hal ini, tetapi dengan adanya pembahasan ini diharapkan agar kita dapat menjaga alam yang kita punya ini. Karena tugas ini bukan hanya milik pemerintah daerah, tetapi juga telah menjadi tugas kita bersama. Dimana kita juga dapat hidup sehat apabila lingkungan tempat kita tinggal diciptakan lingkungan yang sehat, sedangkan apabila lingkungan tempat tinggal kita telah tercemar maka kita juga akan mungkin mudah terserang berbagai penyakit. Lingkungan merupakan cerminan, sehingga agar dapat tercipta citra yang baik kita harus benar dalam hal perawatan dan pelestariannya.

(16)

Sedangkan administrasi negara itu sendiri sering dirumuskan sebagai gabungan jabatan-jabatan yang dibentuk dan disusun secara bertingkat (trapgewijs) yang diserahi tugas melakukan sebagian dari pekerjaan Pemerintah dalam arti luas (Overheid), yang tidak diserahkan kepada badan-badan pembuat undang-undang dan badan-badan kehakiman.7

Pertumbuhan Administrasi pada permulaan sejarah dilukiskan dengan cara yang menarik sekali dalam bukunya V. Goerden Childe yang bernama What

Happened in History (New York, Penguin Books Inc: 1946 dalam bab yang

berjudul : The Urban Revolution in Mesopotmia (Revolusi Kota di Mesopotamia). Jantung dari kota-kota dan peradaban Sumeria pada hakikatnya merupakan suatu tertib rumah tangga yang bercorak keagamaan dan merupakan perkembangan dari rumah tangga patriarchal yang kurang beradab. Rumah tangga yang bersifat keagamaan ini berlangsung di bawah pimpinan perhimpunan para pendeta. Seluruh kegiatan rumah tangga itu berpusat di kuil-kuil yang di samping merupakan tempat-tempat pemujaan juga merupakan pusat kerajinan dan pertanian. Kuil-kuil tersebut merupakan gudang penyimpanan bahan makanan yang pada umumnya di anggap sebagai milik para dewa. Soal-soal yang bersangkutan dengan pertanian misalnya pembibitan semua diatur oleh para paderi yang berpusat di kuil-kuil tersebut. Kuil-kuil itu juga merupakan pusat kerajinan tangan yang kemudian merupakan suatu mata pekerjaan spesialisasi misalnya: pertenunan dan kepandaian logam.8

7

Y.W.Sunindhia, Ninik Widiyanti, Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 13

(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1. Bagaimana syarat penebangan pohon yang ditetapkan oleh pemerintah daerah?

2. Bagaimana sanksi yang diberlakukan jika terjadi penebangan pohon secara liar?

3. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah No.21 Tahun 2002 di Kota Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah syarat yang ditetapkan oleh pemerintah sudah berjalan dengan baik, kemudian sanksi yang diberlakukan juga harus sesuai. Dan peraturan yang dibuat juga harus tetap berdasarkan pada Peraturan Daerah No. 21 Tahun 2002 di Kota Medan.

b. Sanksi secara administratif yang dapat diberlakukan jika terjadi penebangan pohon secara liar yaitu dengan membayar denda.

(18)

Hal ini juga diberlakukan agar kita dapat lebih menghargai alam kita agar mencegah pemanasan global. Kemudian agar para penebang pohon yang sembarang tahu manfaat penting dari pohon. Serta mengurangi dampak yang merugikan dari penebangan pohon secara sembarangan tanpa izin.

2. Manfaat Penulisan a) Manfaat Teoritis

Agar setiap yang membaca permasalahan ini dapat memahami betapa pentingnya kita menjaga alam, agar alam juga dapat menjadi sahabat bagi manusia. Oleh karena itu jangan pernah mencoba merusak alam seperti halnya menebang pohon secara sembarang.

Karena kita juga sudah mengetahui dampak buruk yang akan kita terima jika kita melakukan penebangan pohon secara liar, tentu akan merusak lingkungan terlebih jika kita melakukan penebangan pohon di hutan secara sembarang tanpa ada penanaman kembali yang dilakukan. Kita akan merasakan dampak yang mengerikan, tentu akan terjadi banjir yang besar. Hal ini disebabkan karena sudah tidak ada lagi yang dapat menahan resapan dari air hujan. Sehingga jika terjadi hujan sebentar saja akan terjadi banjir dimana-mana.

b) Manfaat Praktis

(19)

1. Manfaat dari adanya penebangan pohon.

2. Sudahkah ada peraturan yang jelas dalam hal penebangan pohon tersebut. 3. Sanksi secara administratif juga sangat diharapkan berjalan dengan baik. 4. Kasus yang terjadi akibat dari penebangan pohon secara sembarangan 5. Tujuan dari penebangan pohon itu seendiri diharapkan memiliki tujuan

untuk memperbaiki tata ruang kota.

6. Hal ini juga telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan terhadap hasil penulisan yang sudah dilakukan oleh penulis sebelumnya, maka penulisan tentang kajian secara yuridis tentang PROSEDUR PENEBANGAN PADA DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA belum pernah dilakukan dan tidak terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Jadi penulisan ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

(20)

Harus dijelaskan juga secara rinci sebab dari pohon tersebut harus ditebang, dan akan diberikan alasan apakah hal tersebut dapat diterima atau tidak. Karena pasti akan ada dampak baik dan buruknya, serta dapat merusak lingkungan alam. Terlebih Kota Medan kita ketahui masih sangat kurang dalam hal penghijauan, masih kurang pohon yang dapat meresap air hujan untuk mencegah banjir. Sehingga apabila dilakukan penebangan akan membuat ketakutan masyarakat pada saat musim hujan, karena kurangnya pohon maka bisa saja rumah mereka yang akan menjadi korban genangan air.

F. Metodologi Penelitian

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah: 1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian skripsi ini adalah tinjauan pustaka, yaitu dimana penulis memperoleh data berhasil pengamatan terhadap beberapa buku, media cetak, media visual, maupun media audiovisual.

2. Jenis Penulisan

(21)

pelaksanaan Penebangan Pohon pada Dinas Pertamanan Kota Medan yang didasarkan pada Peraturan Daerah No.21 Tahun 2002.

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan ukuran-ukuran resmi tentang pengertian dari unsur-unsur yang diteliti. Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Research disini dapat diartikan sebagai upaya pencarian yang amat bernilai edukatif; ia melatihkan suatu keberanian dan kemandirian, akan tetapi juga kerendahan hati.9

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah studi dokumen. Adapun kegunaan data, adalah sekurang-kurangnya: 10

a) Untuk memperoleh gambaran tentang sesuatu keadaan atau persoalan. b) Untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah.

Data yang dipergunakan juga merupakan peraturan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009. Karena banyaknya penebangan liar juga menyebabkan peraturan ini harus diatur dengan sebaik-baiknya. Agar tidak banyak pihak yang dirugikan

Hal ini juga menyangkut dalam hal masalah yang dialami dalam pembangunan perkotaan, seperti fungsi dan peranan kota serta penatalaksanaan lahan perkotaan.

9

Abdul Muis, Pedoman Penulisan Skripsi dan Metode Penelitian Hukum, Penerbit Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1990, hal 22

10

(22)

4. Analisa Data

(23)

BAB II

Tinjauan Umum Tentang Izin Penebangan Pohon di Kota Medan

A. Pengertian Izin

Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintahan menggunakan ijin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.11

Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.12

Izin juga dapat dilihat dari arti yang sempit yang tujuannya adalah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.13

Jadi, yang pokok pada izin adalah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.14

11

Philipus Mandiri Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Penerbit Yuridika,1993, hal 2

12

Ibid

13

Ibid

14

(24)

B. Bagian dari Pohon

Semua orang pasti tahu apa arti penting pohon bagi dunia dan bagi kehidupan kita, akan tetapi berapa banyak orang yang sadar apa sebenarnya arti pohon bagi kehidupan kita? Memberi oksigen, mencegah banjir, mencegah longsor dan sebagainya, itu sering terdengar dalam debat kita. Tetapi faktanya, saat semua tahu pohon itu pemberi oksigen bagi kita, masih banyak juga yang menebangnya, kita semua tahu bahwa pohon dapat mencegah banjir tetapi masih banyak juga pohon yang mengaliri sungai-sungai kita, semua tahu bahwa pohon bisa mencegah longsoran tetapi masih banyak juga yang tidak perduli terhadap kegunaan pohon di pinggiran sungai dan tebing.15

Terlebih dahulu kita akan membahas mengenai pohon dan susunannya, agar dapat lebih memahaminya.

Pohon itu terdiri dari batang pohon, yang artinya batang adalah bagian pohon dimulai dari pangkal akar sampai ke bagian bebas cabang. Menurut botani, batang termasuk pula cabang dan ranting. Batang berfungsi sebagai tempat tumbuh cabang dan ranting tunas, serta daun. Selain itu, batang berfungsi juga sebagai lalu lintas bahan makanan dari akar ke daun melalui kulit dalam, dan sebagai penyimpan bahan makanan cadangan.16

Kemudian bagian-bagian batang pohon dan kegunaannya adalah dapat dilihat sebagai berikut:

15

Rioardi, arti penting pohon bagi kehidupan,

16

(25)

a) Bagian pangkal umumnya tak bermata kayu, digunakan untuk kayu bangunan.

b) Bagian tengah dan ujung memiliki mata kayu, digunakan untuk industri kayu atau pabrik kertas, papan buatan dan, lain-lain.

c) Bagian percabangan dikhususkan untuk industri kayu. d) Bagian cabang dan ranting dimanfaatkan untuk kayu bakar.17

Kemudian pohon itu juga terdiri dari kulit batang, yaitu kulit yang terdapat pada bagian terluar batang pohon. Ada dua bagian kulit batang pohon, yaitu:

a) Kulit bagian luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohon.

b) Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis.18

Kulit batang pohon berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian terdalam, terhadap kemungkinan pengaruh dari luar yang merusak, misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran, dan perusak-perusak kayu lainnya. Selain itu, kulit batang pohon berfungsi sebagai jalan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian tanaman.19

Penebangan adalah perbuatan menebang atau memotong pohon dengan cara apapun yang dapat mengakibatkan pohon tersebut rusak atau mati.20

Mungkin kita belum mengerti sepenuhnya kegunaan pohon dalam kehidupan kita, oleh karena itu kita harus memahami pengertian pohon. Menurut batasan umum, pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan bercabang.

17

Ibid, hal 6 18

Ibid, hal 7 19

Ibid 20

(26)

Batang pohon utama berdiri dan berukuran lebih besar disbanding cabang-cabangnya. Banyak tumbuhan yang berdaun, namun tidak masuk dalam kategori pohon. Ada juga tumbuhan berbatang kayu tapi tidak meninggi, tetapi cenderung menyebar menutupi tanah.21

Menurut ekologist, yaitu orang yang ahli dalam bidang ekologi, definisi pohon adalah suatu organisme dari komponen ekosistem yang berinteraksi satu dengan yang lainnya, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Karenanya pohon yang tumbuh di satu tempat, berbeda dengan pohon yang tumbuh di tempat lainnya. Batang pohon yang ukurannya paling besar adalah penghubung utama antara akar dengan tajuk pohon. Dari akar tersebut, batang pohon dengan lapisan kulit bernama kambium menyalurkan air dan mineral ke tajuk pohon atau kanopi. Setelah diolah dari kanopi asupan dan air dan mineral yang telah diolah disebarkan ke seluruh bagian pohon melalui cabang-cabang.22

Jadi, untuk dapat menebang pohon itu juga tidak dapat sembarangan. Harus tetap ada prosedur yang dijalankan, dan mendapatkan izin dari pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut. Karena izin penebangan pohon tidak dapat dikeluarkan oleh pihak yang tidak berwenang, sehingga timbul syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan penebangan pohon.

C. Izin penebangan pohon

Demikian juga dalam hal penebangan pohon, tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Apabila akan melakukan penebangan terhadap pohon di Kota

21

Rioardi, Op.cit 22

(27)

Medan harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan sebagai berikut:

1. Syarat-syarat Permohonan Izin:23 a) Foto copy KTP Pemohon.

b) Surat Permohonan ditujukan kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman.

c) Foto lokasi pohon yang akan ditebang.

d) Keterangan jumlah pohon yang akan ditebang.

e) Surat Pernyataan bersedia mentaati semua peraturan yang berlaku diantaranya membayar retribusi, penggantian pohon mulai diameter terendah 0 s/d 50 cm keatas dengan pembayaran retribusi terendah Rp.500.000 dan tertinggi Rp.800.000,- sesuai besaran diameter pohon.

f) Membayar biaya izin penebangan pohon bagi kepentingan tujuan tertentu.

Izin penebangan pohon yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas kepada Pemohon untuk melaksanakan penebangan pohon atas pohon yang dikuasai Pemerintah dengan alasan-alasan tertentu, diluar pohon-pohon yang keropos dan yang sangat membahayakan.

Dasar Hukumnya adalah Peraturan Daerah No.7 Tahun 2006 tentang Izin Penebangan Pohon. SK Walikota No.8 tahun 2006 tentang tata Cara Persyaratan Pemberian Izin Penebangan Pohon.24

23

(28)

2. Instansi yang Memberi Izin Penebangan Pohon

Kemudian Instansi yang berhak memberikan izin penebangan pohon di Kota Medan adalah Dinas Pertamanan Bidang Pertamanan.25

Instansi Pemberi Pertimbangan:

a) Aduan laporan masyarakat (RT/ RW/ Kelurahan) terhadap pohon yang keropos dan membahayakan umum.

b) Permohonan dari instansi yang berkepentingan dengan alasan-alasannya.

Teknis pemrosesan:

Yang bersangkutan/ berkepentingan menyampaikan surat permohonan kepada Walikota melalui Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman.

Bentuk Izinnya berupa Surat izin Penebangan Pohon, kemudian jangka waktu penyelesaian izin yaitu 6 (enam) hari tergantung lengkapnya persyaratan.

Jangka waktu berlakunya izin adalah satu surat izin berlaku 1 kali kegiatan sesuai yang dimohon.

Dalam hal ini dibahas mengenai Peraturan Daerah tentang Penertiban Penebangan Pohon, umumnya yaitu:26

a) Setiap orang / badan yang akan melakukan penebangan pohon yang berada diluar kawasan hutan harus mendapat ijin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

24 Ibid 25

Ibid

26

(29)

b) Penebangan pohon diluar kawasan hutan wajib memperhatikan prinsip-prinsip konservasi;

c) Penebangan tersebut diatas harus dilaksanakan secara selektif dengan diikuti usaha-usaha konservatif sesuai petunjuk teknis instansi yang berwenang;

d) Ijin dapat diberikan kepada perorangan atau badan, berlaku 1(satu) kali; e) Sebagai tanda legalitas, hasil tebangan yang memiliki ijin wajib ditandai

dengan “Tok Kayu Rakyat”.27

Hal yang harus diperhatikan dalam prosedur penebangan pohon yaitu: 1. Permohonan Penebangan28

Permohonan disampaikan oleh pemohon secara tertulis yang dilengkapi dengan:

- Nama dan jenis pohon

- Ukuran pohon (diameter dan tinggi)

- Lokasi pohon (wilayah kota, kecamatan, kelurahan, nama jalan, peta lokasi yang menggambarkan titik pohon yang diusulkan

- Permohonan dapat disampaikan kepada Dinas Pertamanan 2. Dinas Pertamanan29

Menerima permohonan penebangan pohon yang disampaikan oleh pemohon maupun permohonan yang disampaikan Suku Dinas Pertamanan, kemudian

27 Ibid

28

Sumber Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Jakarta.go.id.prosedur pelayanan penebangan

pohon.news,

29

(30)

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemahaman memerintahkan TP4 untuk melakukan Pembahasan Awal permohonan dimaksud.

3. Suku Dinas Pertamanan30

- Menerima permohonan penebangan pohon yang disampaikan oleh pemohon maupun permohonan yang disampaikan melalui Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan.

- Menerima permohonan penebangan pohon yag disampaikan oleh pemohon maupun permohonan yang disampaikan melalui Seksi Dinas Pertamanan Kecamatan.

- Setelah menerima permohonan penebangan pohon, Suku Dinas harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Men survey pohon dimaksud baik jenis, umur, ukuran dan lokasi. b) Melakukan analisis untuk menyimpulkan tentang pohon dimaksud. c) Memberikan rekomendasi beserta surat permohonan penebangan

pohon dari pemohon kepada Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan

d) Membuat surat pengantar kepada Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman

Dan kemudian kepala seksi pertamanan kecamatan dapat menerima surat permohonan penebangan dan melakukan survey ke lapangan untuk mendata pohon yang diusulkan ditebang beserta lokasinya

Hal selanjutnya yaitu mengenai Surat Izin:

30

(31)

4. Penertiban Surat Izin31

- Surat izin ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman setelah mempelajari Berita Acara rapat TP4.

- Surat izin memuat dengan jelas hal-hal sebagai berikut: a) Jenis, jumlah, dimensi dan lokasi pohon

b) Jenis, bentuk, waktu pelaksanaan kompensasi

c) Besarnya kompensasi yang harus dibayarkan dan waktu pelaksanaannya.

5. Penyampaian Surat Izin32

Surat izin penebangan disampaikan kepada pemohon setelah ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan tembusan juga disampaikan kepada yang bersangkutan, pada hari yang sama. 6. Laporan Rencana Pelaksanaan33

Sebelum pelaksanaan penebangan pemohon harus melaporkan rencana pelaksanaan tersebut kepada pengelola wilayah/ daerah yang bersangkutan, untuk mendapat petunjuk teknis dan diberikan Surat Tugas Pengawasan sebagai unsur pengawas yang mendampingi selama pengawasan.

7. Hal Pembahasan di TP434

Pembahasan tersebut akan dilakukan setalah menerima surat rekomendasi dari Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Setelah itu akan dilakukan

31

Sumber Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Op.cit

32

Ibid

33

Ibid

34

(32)

pembahasan mengenai konsep awal penempatan dan pemilihan jenis pohon yang akan ditebang. Kemudian pembahasan rancangan survey yang akan dilakukan serta persiapan-persiapan survey lainnya.

8. Survey Lapangan dan Penilaian Fisik35

Disini dibahas bagaimana cara melakukan analisis terhadap kondisi pohon dan lokasi (analisis kelayakan pohon untuk ditebang serta lingkungan fisik di sekitarnya). Kemudian akan dilakukan pertimbangan berbagai perizinan yang telah dikeluarkan terlebih dahulu, setelah itu membuat Berita Acara survey dan penilaian yang ditandatangani oleh unsur-unsur terkait (PNS), dan disetujui oleh Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas terkait serta diketahui oleh Ketua TP4.

Setelah selesai maka Berita Acara dibuat berdasarkan hasil rapat pembahasan oleh TP4, dimana apabila pemohon penebangan disetujui harus diberikan alasan yang jelas. Begitu juga apabila permohonan penebangan pohon ditolak harus diberikan alasan yang jelas, serta bentuk-bentuk dan jenis kompensasi yang disyaratkan untuk dipenuhi serta waktu pelaksana kompensasi.

Sedangkan di Tegal, Pemerintah Kota Tegal akan meminta ganti rugi 50 pohon ukuran sedang untuk tiap satu pohon berusia puluhan tahun yang ditebang tanpa izin.

Urusan penebangan pohon ini juga diatur dalam Perda No06 Tahun 1999 Tentang Penebangan Pohon. Pada perda itu diatur pohon yang bagaimana yang bisa ditebang dan lainnya. Kalau sesuai bicara sanksi sesuai peraturan

perundang-35

(33)

undangan disebutkan membayar denda Rp1 juta jika melakukan penebangan pohon tanpa izin.

Di Kota Medan belum terdapat sanksi yang tegas mengenai hukuman bagi orang yang melakukan penebangan pohon tanpa izin, tetapi di Banyuwangi-Jawa Timur Bupati lantas memaparkan aturan penebangan pohon, yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Kebersihan dan Keindahan Kota/Desa. Ada ketentuan, merusak berbagai jenis tanaman aset daerah di fasilitas umum dikenai sanksi kurungan penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda Rp 50.000. Perkecualian bila ada alasan tertentu yang dibenarkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) serta bupati, pohon aset pemerintah itu boleh juga ditebang asal mengikuti prosedur yang berlaku.

3. Fungsi Pohon

Penebangan pohon secara liar menyebabkan hutan alam di Indonesia menjadi rusak. Dapat dilihat juga di alam telah terjadi proses hubungan timbal balik, seperti:36

a) Produsen

Ketergantungan antar komponen selalu melibatkan unsur tanaman. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Rantai makanan dan piramida makanan, misalnya. Ketiganya menempatkan tanaman pada posisi strategis, yaitu sebagai penyedia makanan atau produsen. Oleh karena itu, bila tanaman yang bertindak sebagai produsen sampai terganggu keberadannya atau bahkan terancam

36

(34)

kepunahan, dapat dipastikan semua makhluk hidup lain pun akan terancam kepunahan pula.

b) Menahan Laju Air dan Erosi

Fungsi pohon lainnya adalah untuk menahan laju air. Menurut penelitian, pohon mampu membuat lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah 60-80 persen. Dengan kemampuan ini, keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah. Selain dapat menahan laju air, akar pohon berfungsi erosi tanah. Tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai dan menyebabkan terjadinya endapan.

c) Menjaga Kesuburan Tanah

Air hujan yang langsung jatuh ke tanah dapat menyebabkan lapisan tanah bagian atas yang berhumus dan subur menjadi tergerus sehingga mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Bila permukaan tanah banyak ditanami pohon, saat hujan turun, butir-butir airnya tidak langsung menimpa permukaan tanah, tetapi ditahan oleh daun, ranting, dan batang pohon, sehingga mengurangi gaya gerus air terhadap tanah.

d) Menghasilkan Oksigen dan Mengurangi Karbondioksida

(35)

e) Lingkungan Menjadi Nyaman

Lingkungan yang rindang dan banyak ditumbuhi pepohonan akan terasa lebih nyaman, sejuk, mencegah kebisingan dan kepanasan, serta menambah indah pemandangan. Hal tersebut akibat proses evapotrenspirasi pada tanaman dapat menyebabkan suhu disekitarnya lebih rendah dan kadar kelembapannya meningkat.

f) Mengurangi Zat Pencemar Udara

Kegiatan pabrik banyak menghasilkan asap tebal yang pekat dan mengandung karbondioksida. Begitu pula, kegiatan pembakaran yang menggunakan bahan bakar minyak. Selain karbondioksida, asap tersebut mengandung sulfur dioksida dan asam sulfat. Zat-zat tersebut apabila bercampur dengan air hujan akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit serta menimbulkan korosi.

Disamping itu, kita dapat melihat suatu contoh dari nilai ekologis dari populasi pohon aren seperti konservasi lahan dan airnya.37

Bumi Nusantara ini tersusun oleh daratan yang begitu luas dengan variasi relief permukaan yang sangat unik, dari yang datar, miring, jurang hingga lembah-lembah dari yang mudah dicapai oleh manusia hingga sudut-sudut yang sangat sulit untuk dirambah tangan-tangan manusia. Namun, bumi yang begitu indah ini pada berbagai wilayah sering terancam bencana longsor dan erosi, terutama pada wilayah dengan kemiringan yang terjal. Bukan tidak mungkin kejadian tersebut mengancam keselamatan manusia yang hidup disekitarnya. Erosi yang

37

(36)

berkepanjangan juga dapat menghasilkan lahan-lahan kritis dan tidak mampu menjadi lahan yang memproduksi berbagai kebutuhan manusia. Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan kejadian tersebut melalui tindakan yang bersifat konservasi lahan.38

Salah satu upaya konservasi lahan yang telah dikenal luas oleh masyarakat adalah secara vegetatif. Metode vegetatif ini sering dikatakan pula sebagai cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Jika air hujan yang deras mengenai permukaan tanah (top soil) yang strukturnya remah, maka erosi dapat terjadi.39

Tidak dipungkiri bahwa keberadaan pohon aren sangat penting bagi konservasi lahan dan air di wilayah pegunungan. Secara keseluruhan, pohon aren memang sangat ideal bagi konservasi lahan dan air karena mudah diperbanyak dengan biji. Jumlah biji yang dihasilkan oleh setiap pohon juga sangat sulit dijangkau oleh manusia dengan bantuan musang, tahan terhadap penyakit dan kekeringan, mampu menahan partikel tanah, mampu melindungi top soil dari terpaan air hujan dan dapat menambah bahan organic serta berumur relatif panjang.40

Pohon aren yang memiliki daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan langsung ke permukaan tanah.41

38 Ibid 39

Ibid, hal 43 40

Ibid 41

(37)

Partikel tanah akan terhindar dari jatuhan butir-butir air hujan yang deras sehingga mencegah terjadinya erosi. Selain itu, perakaran pohon aren cukup dalam dan melebar sehingga sangat bermanfaat untuk mengikat partikel-partikel tanah. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Peranan ini sangat penting untuk wilayah lereng-lereng dan tebing-tebing perbukitan. Bagian-bagian pohon aren yang sudah melapuk juga sangat bermanfaat dalam menambah kandungan bahan organik tanah secara periodik sehingga menjaga keberlanjutan kesuburan tanah.42

Selain berperan dalam konservasi lahan, keberadaan populasi aren di wilayah pegunungan juga sangat penting bagi konservasi air. Bahan organik tanah yang ditambahkan oleh populasi aren dapat berfungsi menyerap dan menahan air hujan dalam waktu yang lebih lama. Perakaran pohon aren yang dalam dan menyebar luas juga dapat membantu air hujan meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam dan tertahan disana untuk waktu yang lama. Tajuk pohon aren juga menyebabkan air hujan gerakan air hujan secara lambat mengenai permukaan tanah sehingga diperlukan waktu lebih lama untuk meresap ke dalam tanah, tersimpan dalam pori-pori tanah, dan air tidak mengalir di permukaan tanah (run-off).43

Meski kaya dengan beragam flora dan fauna, Indonesia juga memiliki tingkat keterancaman dan kepunahan spesies, termasuk kekayaan jenis palma ini. Kepunahan atau kelangkaan bisa terjadi karena bencana alam atau ulah masyarakat melalui eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan keberlanjutannya. Yang justru paling mengancam keberlangsungan palma ini

42

Ibid, hal 44 43

(38)

adalah eksploitasi besar-besaran oleh masyarakat melalui penebangan untuk mengambil pati pohon ini. Sementara itu dalam hal populasi, terdapat kaitan antara penyebaran pohon aren dengan musang (Paradoxirus fasciatus). Buah aren matang adalah makanan yang disukai musang. Hewan ini berperan sebagai agen penyebar alami populasi aren hingga ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh manusia.44

Selain musang, pohon aren juga bermanfaat untuk fauna lain. Batang pohon aren liar pada umumnya ditumbuhi oleh berbagai jenis epifit. Sebagai inang epifit, pohon aren mempunyai peran sangat penting karena memberikan tempat hidup nyaman bagi perkembangan spesies tersebut.45

Berbagai jenis burung di alam ternyata juga memanfaatkan bagian dari pohon aren untuk mempertahankan siklus hidupnya. Berbagai jenis serangga pun hidup nyaman di pohon aren yang tumbuh liar di alam karena posturnya yang lebat dan batangnya yang dipenuhi dengan ijuk serta tumbuhan epifit.46

D. Manfaat Penebangan Pohon

Kumpulan pohon alami adalah hutan. Di dalamnya banyak sekali terdapat jenis pohon dan bisa mencapai hingga 4000 pohon. Sebelum tahun 2000, hutan Indonesia dianggap paru-paru dunia karena hutannya masih banyak. Konon, lebih dari 67% hutan dunia itu telah berada di wilayah Indonesia. Namun, karena ada

44

Ibid, hal 46 45

Ibid 46

(39)

orang-orang yang tidak bertanggung jawab, hutan Indonesia banyak dihilangkan dalam kurun waktu yang begitu singkat.47

Tetapi manfaat dari penebangan pohon tersebut yaitu untuk mengindari timbulnya korban akibat tertimpa ranting pohon. Karena pohon yang ditebang itu sudah cukup tua. Daunnya pun hampir tidak ada sehingga ditebang agar tidak tumbang mengenai orang. Sejumlah pohon dengan usia cukup tua memang banyak di Kota Medan, pohon-pohon tersebut ada di Lapangan Merdeka, Taman Teladan, Taman Ahmad Yani dan sejumlah ruas jalan. Pohon-pohon tersebut perlu perawatan agar tidak memakan korban lagi. Untuk pohon yang masih hijau tapi sudah tua, akan dipangkas dahannya. Sedangkan pohon yang tidak hijau lagi, akan ditebang dan menggantinya dengan pohon yang baru seperti peremajaan pohon. Hal tersebut juga mendapat respon yang baik dari masyarakat karena banyak yang mengaku was-was saat melintas di bawah pohon-pohon tua.

Pohon-pohon itu memang sudah layak ditebang karena rawan tumbang sehingga bisa memakan korban, tetapi sebenarnya dalam hal penebangan pohon, tidak selamanya bersifat merugikan.

47

(40)

BAB III

KETENTUAN PENEBANGAN POHON DIKAITKAN DENGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Terlebih dahulu disini akan dibahas mengenai sejarah Administrasi Negara, yaitu pada abad pertengahan (abad ke-14 sampai dengan abad ke-15) negara-negara di Eropa Barat belum mengenal apa yang sekarang dimaksudkan dengan pembagian kekuasaan pada negara-negara modern. Pada waktu itu kekuasaan negara disentralisasi dalam tangan raja kemudian di tangan birokrasi kerajaan. Jadi, raja adalah sebagai pembuat dan pelaksanaan undang-undang dan menjadi hakim yang mengadili sengketa. Keadaan semacam ini berjalan sampai kira-kira abad ke-16 dan permulaan abad ke-17, karena pada abad itu adanya perubahan-perubahan dalam alam pikiran pada bangsa-bangsa di Eropa tentang sistem pemerintahan yang selama ini berlaku di negara-negara Eropa Barat. Abad ini dinamakan abad RENAISSANCE atau abad AUFKLARUNG atau abad perubahan yaitu timbulnya aliran-aliran yang mengemukakan bahwa:

“sistem pemerintahan yang sentralistis yang kurang dapat menjamin

kemerdekaan individu harus diubah dengan sistem pemerintahan yang dapat

menjamin lebih banyak kebebasan-kebebasan individu dan hak-hak asasi

manusia”.48

Sistem pemerintahan yang dimaksudkan mereka itu adalah sistem pemerintahan “demokrasi” yang menghapuskan sistem pemerintahan absolute

48

(41)

monarchie. Di negeri Inggris aliran tersebut dikembangkan oleh seorang ahli filsafat bernama John Locke dalam buku karangannya “TWO TREATISESS ON

CIVIL GOVERNMENT” (1690) ia merumuskan teorinya sebagai berikut:

“kekuasaan negara harus dibagi ke dalam 3 (tiga) kekuasaan, yaitu kekuasaan legislative, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan federative (disebut “Federative power of Commonwealth) yang masing-masing terpisah-pisah yang satu dari yang lainnya, kekuasaan legislatif meliputi kekuasaan membuat peraturan, kekuasaan eksekutif meliputi kekuasaan mempertahankan dan melaksanakan peraturan, serta mengadili perkara LOCKE melihat mengadili sebagai “uitvoering” melaksanakan undang-undang dan kekuasaan federatif meliputi segala sesuatu yang tidak termasuk lapangan kedua kekuasaan yang disebut pertama itu. Hubungan luar negeri termasuk kekuasaan federatif.49

Di luar negeri Inggris, teori Locke ini tidak mempunyai pengaruh yang besar. John Locke bukanlah yang pertama mendapatkan teori “Machten scheiding” atau pemisahan kekuasaan itu. Suatu “Machten scheiding” telah dikemukakan lebih dahulu oleh ARISTOTELES. Tidak lama setelah Locke mengemukakan teorinya, seorang ahli hukum bangsa Prancis, bekas ketua parlemen di BORDEAUX, bernama Ch. De Montesquieu berkunjung ke negeri Inggris dan mengetahui adanya teori dari Locke itu. Dalam buku karangannya L’Esprit des Lois tahun 1748 (jiwa undang-undang) dikemukakannya suatu “Pemisahan Kekuasaan” (separation des pouvoir) dalam 3 (tiga) kekuasaan, yaitu:

49

(42)

“Kekuasaan legislatif (“La puissance legislative”), kekuasaan eksekutif (“La

puissance executive”) dan kekuasaan yudikatif (“La puissance de juger”).

Masing masing kekuasaan ini mempunyai lapangan pekerjaan sendiri yang harus dipisahkan yang satu dari yang lainnya. Ketiga kekuasaan tersebut – ketiga fungsi tersebutdipegang oleh 3 (tiga) badan kenegaraan yang berlainan. Yang menjalankan fungsi legislatif ialah Dewan Perwakilan Rakyat, yang menjalankan fungsi eksekutif ialah raja dan yang menjalankan fungsi yudikatif ialah badan pengadilan”.50

Jadi, pada asasnya ketiga badan kenegaraan itu berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dengan yang lainnya, atau dengan perkataan lain, ada pemisahan mutlak antara ketiga badan kenegaraan tersebut.51

Adapun maksud Montesquieu dengan teori Trias Politikanya itu adalah: “sesuai dengan aliran-aliran yang membawa zaman AUFKLARUNG di Eropa Barat, menginginkan jaminan bagi kemerdekaan individu terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang berkuasa di dalam negara. Montesquieu mengemukakan selanjutnya bahwa kemerdekaan individu hanya dapat dijamin kalau kekuasaan pusat di tangan raja didesentralisasikan, yaitu dibagi antara 3 (tiga) badan kenegaraan yang berdiri sendiri-sendiri dan yang lapangan pekerjaannya sama sekali terpisah yang satu dari yang lainnya”.52

Yang dimaksud Montesquieu adalah pemisahan antara ketiga fungsi dari ketiga badan kenegaraan tersebut. Hanya kalau ada pemisahan mutlak itu, maka tentulah tidak ada kemungkinan bagi mereka yang berkuasa di dalam suatu negara 50

Ibid 51

Ibid 52

(43)

untuk bertindak sewenang-wenang terhadap negaranya. Demikianlah Utrecht berkata dalam bukunya “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”. Banyak para ahli merasa berkeberatan diterapkannya teori Montesquieu secara murni ke dalam suatu sistem pemerintahan tertentu. Adapun alasan-alasan mereka adalah sebagai berikut:53

a) Karena pemisahan mutlak, maka akibatnya ada badan kenegaraan yang tidak ditempatkan di bawah pengawasan suatu badan kenegaraan lainnya. Tidak adanya pengawasan ini berarti adanya badan kenegaraan untuk bertindak melampaui batas kekuasaannya dan kerja sama antara badan-badan kenegaraan itu menjadi sulit.

b) Karena ketiga fungsi tersebut masing-masing hanya boleh diserahkan kepada 1 (satu) badan kenegaraan tertentu saja, atau dengan perkataan lain tidak mungkin diterima sebagai asas tetap bahwa tiap-tiap badan kenegaraan itu hanya dapat diserahi 1 (satu) fungsi tertentu saja, maka hal ini menyukarkan pembentukan suatu negara hukum modern (Moderne Rechstaat) di mana 1 (satu) badan kenegaraan dapat diserahi fungsi lebih dari 1 (satu) macam dan kemungkinan untuk mengkoordinasi beberapa fungsi.

Negara yang konsekuen melaksanakan teori Montesquieu ini adalah Amerika Serikat tetapi ini pun tidak murni karena antara ketiga badan kenegaraan yang masing-masing mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri itu, dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu diawasi oleh badan kenegaraan lainnya. Sistem ini

(44)

dikenal sebagai sistem “check and balance” atau “sistem pengawasan”. Tujuan dan sistem “check and balance” ini adalah: 54

a) Untuk menghindarkan kemungkinan adanya salah satu dari ketiga badan kenegaraan itu akan bertindak melampaui batas kekuasaannya sehingga merupakan tindakan yang sewenang-wenang.

b) Agar ketiga fungsi tersebut menjadi seimbang dalam tiap-tiap keadaan tertentu (in evenwicht voor eik bepaald geval) untuk tiap-tiap keadaan tertentu diadakan pengawasan tertentu pula. Jadi, sistem “check and balance” itu bersifat kasuistis.

Sistem pemerintahan Amerika Serikat yang didasarkan pada Teori Trias Politika Montesquieu adalah sebagai berikut:55

a) Fungsi Legislatif diserahkan kepada CONGRESS (Dewan Perwakilan Rakyat) yang terdiri dari 2 (dua) tingkatan. The house of Representative dan The Senate.

b) Fungsi Eksekutif diserahkan kepada Presiden yang dibantu oleh para menterinya, jadi para menteri ini dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada presiden.

c) Fungsi Yudikatif diserahkan kepada SUPREME COURT atau Mahkamah Agung sebagai Badan Kehakiman.

Kemudian dipertanyakan, di manakah kedudukan Administrasi Negara dalam teori Trias Politika itu? Pertanyaan ini dijawab oleh Dimock & Dimock dalam bukunya “Administrasi Negara” yang memberikan pengertian administrasi negara

54

Ibid, hal 4 55

(45)

dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian administrasi negara dalam arti luas ialah aktivitas-aktivitas negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya, yaitu aktivitas-aktivitas badan-badan Legislatif, Eksekutif dan badan Yudikatif. Pengertian Administrasi Negara dalam arti luas inilah yang oleh E. Utrecht disebut OVERHEID, pemerintah dalam arti luas. Sedangkan pengertian Administrasi dalam arti sempit, Dimock & Dimock menyatakan sebagai aktivitas-aktivitas Badan Eksekutif saja, dalam melaksanakan Pemerintahan, untuk ini E. Utrecht menyebut BESTUUR, pemerintah dalam arti sempit. Jadi, kedudukan Administrasi Negara dalam teori Dimock & Dimock sebagai Badan Eksekutif, sedangkan menurut teori E. Utrecht sebagai Bestuur, buku E. Utrecht “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”.56

Sebelum menguraikan mengenai pengertian Administrasi, maka terlebih dahulu akan dijelaskan sekilas tentang istilah Administrasi.57

Secara etimologis istilah Administrasi berasal dari kata Ad+ ministrare yang artinya pemberian jasa, dan dapat dikatakan bahwa istilah administrasi yang dikenal di Indonesia sebenarnya berasal dari dua istilah yang berbeda yakni:58

Pertama, bahwa istilah Administrasi yang berasal dari bahasa Belanda yaitu administratie. Istilah ini di-Indonesia-kan juga menjadi administrasi; sama ucapan dan tulisan dengan yang berasal dari bahasa Inggris. Walaupun ucapan dan tulisannya sama, tetapi pengertiannya berbeda. Istilah administrasi yang berasal dari warisan pemerintah Belanda ini mempunyai pengertian setiap penyusunan

56

Ibid, hal 5 57

Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administarsi Pemerintahan Di Daerah, Penerbit Sinar Grafika 1994, hal 1

(46)

keterangan-keterangan secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar mengenai, keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lain.59

Dengan demikian pengertian administrasi di sini sebenarnya sama dengan pengertian tata usaha, yaitu proses penyelenggaraan terhadap keterangan-keterangan (informasi) yang berwujud pada aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan. Dalam bahasa Inggris istilah yang sama dengan tata usaha adalah clerical work (pekerjaan tulis), paper work (pekerjaan kertas) atau office work (pekerjaan kantor).

Kedua, bahwa istilah Administrasi yang berasal dari bahasa Latin “administrare” yang berarti membantu, melayani atau memenuhi. Kata administrare ini dalam bahasa Inggris disebut administration, yang di Indonesia menjadi administasi. Istilah administrasi (administration) ini diartikan sebagai proses kegiatan penataan usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.60

Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih belum ada kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh sebab itu dan untuk mendapatkan pemahaman yang dirasakan cukup memadai, berikut ini akan dikemukakan batasan pengertian hukum administrasi negara dari beberapa pakar ilmu hukum.61

59

The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta, Nurcahaya,1983, hal 10 60

Miftah Thoha, Aspek-aspek Pokok Ilmu Administrasi suatu Bunga Rampai Bacaan, Penerbit Ghalia, Jakarta, 1983, hal 5.

61

(47)

Van Vollenhoven mengemukakan bahwa, hukum administrasi negara adalah suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh hukum tata negara.62

Sedangkan oleh De La Bassecour Laan didefinisikan, hukum administrasi negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi (beraksi), hukum peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungannya antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahannya.63

Pada bagian lain, oleh J.H. Logemann diutarakan bahwa, hukum administrasi negara adalah hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan satu dengan lainnya serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.64

Selain batasan pengertian dari pakar-pakar luar negeri, berikut ini juga akan dikemukakan definisi hukum administrasi negara dari pakar ilmu hukum di Indonesia.65

Menurut Muchsan bahwa: hukum administrasi adalah hukum mengenai struktur dan kefungsian administrasi negara.66

Sesuai dengan rumusan tersebut , maka bentuk HAN dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni:67

62

Bachsan Mustafa, Op.cit, hal 49 63

Ibid 64

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal 42. 65

SF Marbun, Op.cit, hal 22 66

Ibid 67

(48)

a) Sebagai HAN, hukum administrasi adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian daripada kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa administrasi.

b) Sebagai hukum buatan administrasi maka hukum administrasi adalah hukum yang menjadi pedoman atau jalan dalam menyelenggarakan undang-undang.

Suatu pengertian yang lebih rinci dapat ditemukan dalam pendapat Prajudi Atmosudirdjo, yaitu: hukum administrasi negara adalah hukum mengenai Pemerintah beserta aparaturnya yang terpenting yakni administrasi negara.68

Lebih lanjut dikatakan bahwa HAN dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:69

a) Hukum Administrasi Negara Heteronom, yakni hukum mengenai seluk beluk daripada administrasi negara, meliputi:

- Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum daripada administrasi negara.

- Hukum tentang organisasi daripada administrasi negara, termasuk pengertian dekosentrasi dan desentralisasi.

- Hukum tentang aktifitas-aktifitas daripada administrasi negara. - Hukum tentang sarana daripada administrasi negara.

- Hukum tentang peradilan administrasi.

b) Hukum Administrasi Negara Otonom, yakni hukum yang diciptakan oleh administrasi negara.

68

Prajudi, Op.cit, hal 11 69

(49)

Untuk itu semua ilmu hukum administrasi negara adalah salah satu cabang daripada ilmu hukum yang lambat laun merupakan suatu disiplin kesarjanaan hukum tersendiri.70

Di pihak lain, para sarjana Ilmu Administrasi Negara memandang terhadap ilmu hukum administrasi negara sebagai cabang khusus daripada ilmu administrasi negara.

Dengan memperlakukan ilmu hukum administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmiah tersendiri kita menerima dua hal, yakni (1) menerima “Hukum Administrasi Negara” sebagai obyek daripada studi dan pendidikan ilmiah, dan (2) menerima “Hukum Administrasi Negara” sebagai suatu tubuh atau perkelompokan atau kesatuan daripada aturan-aturan hukum tertentu yang memerlukan metoda pengajuan tersendiri.71

Di dalam memperlakukan ilmu hukum administrasi negara sebagai suatu disiplin kesarjanaan hukum tersendiri akan dijumpai pertanyaan-pertanyaan mengenai pembatasan-pembatasannya yang tegas dengan cabang-cabang ilmu hukum lainnya, terutama batas-batasnya dengan ilmu hukum tata negara. Disini juga kita mendapatkan pandangan bahwa hukum administrasi negara sebagai suatu pengkhususan atau spesialisasi belaka.72

Penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara yang besar seperti Indonesia akan mengalami kesulitan jika pemerintahannya diselenggarakan secara sentralisasi. Pemenrintah nasional akan menanggung beban yang berat jika semua

70

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal 41

71 Ibid 72

(50)

urusan pemerintahan diatur dan diurus oleh pemerintah pusat. Luasnya wilayah dengan kondisi geografis, budaya, agama, adat, dan kesukuan yang berbeda-beda merupakan hambatan dalam penyelenggaraan pemerintah terpusat.73

Hal lain yang menjadi hambatan untuk menyelenggarakan pemerintahan secara terpusat adalah faktor politik, ekonomi,sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Dalam faktor politik, dominasi yang sangat kuat oleh pemerintah pusat akan melahirkan perasaan tertekan dan terjajah oleh warga daerah. Perasaan ini dalam jangka panjang akan menimbulkan ketidakpuasan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Pengaturan ekonomi yang terpusat akan melahirkan biaya transaksi tinggi sehingga berujung pada kesenjangan yang akut antara pusat dan daerah. Di samping itu, kebijakan pusat di bidang ekonomi membuat daerah merasa dibatasi akses dan wewenangnya pada pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki. Akibatnya daerah merasa dieksploitasi oleh pusat. Hegemoni kebudayaan pusat akan mematikan daya tahan dan daya kreatif budaya lokal. Kondisi ini dalam jangka panjang dapat menciptakan keterasingan budaya bagi masyarakat daerah sendiri, karena masyarakat daerah dipaksa mengakui budaya pusat yang tidak berakar pada budaya masyarakat setempat. Masalah pertahanan dan keamanan menjadi sangat rawan jika masyarakat daerah sendiri sangat tergantung pada pusat sehingga tidak memiliki ketahanan politik,sosial, dan budaya berdasarkan lembaga yang dikembangkannya sendiri. Secara faktual

73

(51)

pentingnya dilaksanakan pemerintahan daerah dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan berikut:74

a) Adanya perbedaan daerah dalam sistem sosial, politik, dan budaya. Umumnya kesatuan masyarakat daerah telah tumbuh, berkembang, dan eksis sebagai kesatuan masyarakat hukum sebelum terbentuknya negara nasional. Kesatuan masyarakat hukum ini telah mengembangkan lembaga sosial untuk mempertahankan keberadaannya. Lembaga sosial yang dikembangkan mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Melalui proses yang panjang terbentuklah karakteristik yang khas pada masyarakat yang bersangkutan dilihat dari lembaga politik, sosial, dan budayanya. Misalnya masyarakat Aceh berbeda dengan masyarakat Papua, masyarakat Jawa berbeda dengan masyarakat Makassar, dan sebagainya. Hal inilah yang secara aktual membedakan antara masyarakat daerah yang satu dengan masyarakat daerah yang lain.

Munculnya komunitas yang berbeda-beda tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan komunitas yang bersangkutan. Seluruh komunitas berkembang berdasarkan nilai-nilai tertentu, misalnya nilai agama, nilai adat, atau nilai budaya. Di samping itu, komunitas juga mengembangkan identitas. Identitas itu dikembangkan berdasarkan kesamaan agama, kesamaan suku, kesamaan wilayah, dan kesamaan budaya. Oleh karena itu, komunitas-komunitas yang terbentuk sangat beragam.

(52)

Kondisi alamiah tersebut menjadi fakta politik, sosial, dan budaya yang selanjutnya mempengaruhi lembaga-lembaga formal yang dibentuk negara. Oleh karena itu, negara perlu mengakomodasi fakta tersebut dengan menyelenggarakan sistem pemerintahan daerah. Dengan menempuh cara ini maka struktur lembaga formal akan diperkuat.

Selanjutnya dengan sistem pemerintahan daerah yang disepakati semua pihak maka akan tercipta tingkat kohesivitas yang tinggi. Dengan demikian, pemerintahan daerah justru akan memperkokoh integritas bangsa.

b) Upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

Secara umum tujuan dibentuknya negara adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan perangkat kelembagaan yang disebut administrasi publik/ negara. Melalui sistem administrasi public tujuan menciptakan masyarakat adil dan makmur dapat diselenggarakan melalui proses-proses tertentu yang wujud nyatanya adalah pemberian pelayanan publik. Proses untuk mencapai tujuan tersebut akan sulit dicapai jika semua urusan diatur dan diurus oleh pemerintah pusat karena akan diselenggarakan oleh hirarki birokrasi yang sangat panjang dan kompleks. Dengan panjang dan kompleksnya birokrasi masyarakat akan sulit memperoleh pelayanan yang cepat, murah, dan efisien.

(53)

dan aspirasinya. Dengan kewenangan ini masyarakat daerah setempat melalui wakil-wakilnya membuat kebijakan publik/ kebijakan daerah. Kebijakan daerah ini lalu dilaksanakan oleh pejabat-pejabat daerah setempat. Dengan demikian, urusan-urusan masyarakat diputuskan oleh masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika muncul masalah dengan cepat masyarakat akan menyelesaikannya. Pelayanan publik yang diberikan oleh pejabat pelaksana dapat diterima masyarakat secara cepat dan mudah karena tidak terdapat jalur birokrasi yang panjang, kompleks, dan berbelit-belit.

c) Menciptakan administrasi pemerintahan yang efisien.

(54)

Prinsip-prinsip umum hukum publik menggabungkan kualitas formal dengan komitmen normatif di perusahaan penyaluran, pengelolaan, membentuk dan membatasi kekuasaan politik. Prinsip-prinsip ini menyediakan beberapa konten dan spesifisitas untuk kebutuhan abstrak dari publicness dalam hukum. Prinsip berpotensi berlaku dalam setiap sistem hukum public, dan dalam hubungan antara sistem yang berbeda dari hukum publik, mungkin termasuk ke derajat yang berbeda beberapa following.75

Dari berbagai batasan pengertian hukum administrasi negara tersebut, maka dapatlah kiranya diketahui bahwa pada intinya hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur bagaimana administrasi negara menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya. Sedangkan materi yang diaturnya adalah relatif luas. Hal ini dapat dipahami dengan mengingat betapa luasnya kegiatan maupun campur tangan administrasi negara dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan umum.76

Keberadaan hukum administrasi negara dalam suatu negara adalah sangat penting, baik bagi administrasi negara maupun bagi masyarakat luas.77

Terhadap hal tersebut, Sjachran Basah menyatakan, bahwa hukum administrasi negara merupakan sarana hukum yang dapat dipergunakan untuk mencapai berbagai tujuan negara. Lebih lanjut, dikatakan bahwa peranan hukum administrasi negara sangat dominan dan esensial. Sebab, pada hakekatnya, hukum administrasi negara tersebut adalah seperangkat norma yang mengatur dan:

a) Memungkinkan administrasi negara untuk menjalankan fungsinya, 75

Benedictus Kingsbury, Konsep Hukum Administrasi Negara Global, 2012, hal 8 76

S. F. Marbun, Op.cit, hal 23 77

(55)

b) Melindungi warga terhadap sikap-tindak administrasi negara itu sendiri.78 Kemudian menurut Suparto, secara umum hukum administrasi negara dapat dikatakan instrumen yuridis bagi penguasa untuk secara aktif terlibat dengan masyarakat, dan pada sisi lain hukum administrasi merupakan hukum yang memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan memberikan perlindungan terhadap penguasa.79

Administrasi Negara juga memiliki tiga arti, yaitu:80

a) Sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, atau institusi politik (kenegaraan); artinya meliputi organ yang berada dibawah pemerintah, mulai dari presiden, Menteri (termasuk Sekretaris Jenderal), Gubernur, Bupati, dan sebagainya. Singkatnya semua organ yang menjalankan administrasi negara.

b) Sebagai fungsi atau aktivitas, yakni sebagai kegiatan pemerintahan. Artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan negara.

c) Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-Undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalam menyelenggarakan Undang-Undang.

Dalam lapangan hukum administrasi negara dikenal beberapa azas yang antara lain:81

78

Sjcahran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Pidato Orasi Ilmiah, Dies Natalis XXIX Universitas Padjajaran Bandung, hal 4

79

Suparto Wijoyo, Karakteristik Hukum Acara Peradilan Administrasi, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, 1997, hal 37

80

C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Administrasi Negara, Penerbit PT Kresna Prima Persada, Jakarta, 2005, hal 4

81

(56)

- Azas Legalitas: harus berlandaskan hukum atau undang-undang atau peraturan.

- Azas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau detour nement de pouvoir.

- Azas non-diskriminatif

- Azas exes de pouvoir atau penyerobotan wewenang. - Azas upaya pemaksa atau bersanksi.

Kedudukan hukum administrasi negara dalam ilmu hukum tidak statis, akan tetapi berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat.82

Berdasarkan uraian para sarjana tentang negara dan hukum, dapat dimengerti bahwa adanya negara dan hukum itu bertalian dengan keberadaan manusia. Jika tidak ada manusia, tidak ada negara dan tidak ada hukum, dan mungkin tidak dapat dibayangkan ada suatu negara tanpa adanya manusia yang menjadi rakyatnya. Dengan demikian rakyat adalah substratum personal dari suatu negara. Tanpa warga negara atau rakyat, maka negara akan merupakan suatu fiksi besar.83

Setelah itu diatur juga mengenai otonomi yang adalah tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara membagi wewenang, tugas dan tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, salah satu penjelmaan pembagian tersebut yaitu, daerah-daerah akan memiliki sejumlah

82

Ibid, hal 20 83

(57)

urusan pemerintahan baik atas dasar penyerahan atau pengakuan ataupun yang dibiarkan sebagai urusan rumah tangga daerah.84

Kemudian ada juga prinsip administrasi yang diakui. Diantara prinsip-prinsip yang lebih umum yang terdapat di dalam literatur mengenai administrasi adalah:85

a) Efisiensi administrasi ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas dikalangan kelompok.

b) Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengatur anggota-anggota kelompok didalam suatu hirarki wewenang yang pasti.

c) Efisiensi administrasi ditingkatk

Referensi

Dokumen terkait

ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Bahan hukum primer dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 43 Tahun

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 Tentang Standar komponen pendidikan Untuk pendidikan pembentukan dan pendidikan pengembangan Di

Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan prosedur peminjaman uang, pihak koperasi Kotamadya medan membentuk upaya: memberikan pembebanan dan sanksi serta membentuk

BAB IV: PROSEDUR PEMINJAMAN PADA KOPERASI KOTAMADYA MEDAN BERDASARKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Merupakan pembahasan pokok penulisan yang terdiri

Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Medan dalam hal ini UPTD PBB Dispenda Kota Medan dalam sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan adalah sulitnya menggumpulkan Wajib Pajak

dan Retribusi Daerah yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan perdesaan Pemerintah Kota setiap tahunnya mempunyai target dalam penerimaan7. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

24 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang. mempunyai kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan