• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pengendalian Cemaran Aflatoksin dalam Bahan Pangan Berbasis Jagung melalui Pendekatan Kajian Risiko Keberadaan Aspergillus Flavus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Pengendalian Cemaran Aflatoksin dalam Bahan Pangan Berbasis Jagung melalui Pendekatan Kajian Risiko Keberadaan Aspergillus Flavus"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENGENDALIAN CEMARAN AFLATOKSIN DALAM BAHAN PANGAN BERBASIS JAGUNG MELALUI PENDEKATAN

KAJIAN RISIKO KEBERADAAN ASPERGILLUS FLAVUS

Harsi D. Kusumaningrum, Siti Nurjanah, Dias Indrasti1) 1)

Staf Pengajar Dep. Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Abstrak

Produk pangan berbasis jagung sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat jagung memiliki nilai gizi yang cukup memadai dan digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan aflatoksin dalam jagung di Indonesia relatif tinggi dan melebihi standar keamanan yang ditetapkan, sehingga diperlukan pengembangan sistem pengendalian terpadu yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Kajian risiko merupakan pendekatan ilmiah dengan metodologi terstruktur untuk mengorganisasikan dan menggunakan informasi/data ilmiah untuk menunjang keputusan. Pendekatan kajian risiko telah diadopsi baik oleh FDA, EU, maupun FAO/WHO dalam menetapkan kebijakan strategis keamanan pangan maupun pengembangan standar keamanan pangan. Dengan melakukan pendekatan serupa dalam pengembangan model pengendalian aflatoksin, maka diharapkan cemaran aflatoksin dalam jagung dapat ditekan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan pengambilan sampel dilokasi penanganan jagung, terhadap 21 responden di Bogor dan 34 responden di sentra jagung di Boyolali, Jawa Tengan dari berbagai tingkat (petani, pedagang pengumpul, grosir, sampai dengan pedagang pengecer). Empat puluh sampel telah dianalisa kandungan A. flavus yang merupakan indikator adanya cemaran aflatoksin. Hasil penelitian terhadap kondisi penanganan jagung di Bogor dan Boyolali memperlihatkan bahwa suhu penanganan dan kadar air jagung pada tingkat petani, pengumpul, grosir, dan pengecer memungkinkan pertumbuhan A. flavus. Empat dari enam sampel jagung manis yang diambil dari berbagai tingkat distribusi memiliki nilai total kapang di atas 106 Cfu/g. Walaupun demikian, hanya satu sampel dari enam sampel yang terkontaminasi A. flavus yaitu jagung manis yang dijual di Pasar Y dengan jumlah 5.5 x 103 cfu/g. Semua sampel jagung pipil yang dianalisis mengandung A. flavus. Jumlah A. flavus terbanyak terdapat pada sampel jagung pipil campur yang diambil dari pemipil di pasar C, Boyolali yaitu 4.0 x 102 cfu/g. Kontaminasi Aspergillus flavus dalam jagung sudah ada mulai dari tingkat distribusi di petani namun titik kritis terjadinya kontaminasi A. flavus dalam jagung adalah pada tingkat distribusi di pengecer/distribusi, sehingga pengendalian cemaran ditekankan terutama pada tingkat distribusi.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah adanya proses formulasi kebijakan, selanjutnya adalah proses implementasi kebijakan. Dimana implementasi kebijakan tersebut terdiri dari isi kebijakan dan

Demikian Penetapan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Semarang, 9

Di dalam pembangunan bendungan, diperlukan analisa stabilitas tubuh bendungan terhadap berbagai kondisi agar bendungan yang direncanakan aman dan sesuai dengan usia guna

Mahasiswa mampu mengaplikasi pendekatan teori-teori dari ilmu sosial untuk menjelaskan masalah public health, manajemen bidang manajemen dan sistem kesehatan 4.. Mahasiswa

efektivitas Whistleblowing System berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud 5 (Rohimah & Anna, 2019) Independen: Pengendalian Internal, Komitmen Organisasi, Dependen:

Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi

Karena adanya pro dan kontra yang terjadi khususnya pada bentor sebagai sarana transportasi publik di Kota Padangsidimpuan, perlu disusun teori-teori yang

yang telah dimatikan dengan pemanasan ATP standar dengan rentang konsentrasi 1.0- 15 x 10 -12 mol ATP/kuvet untuk mengkonversi respon BCG- ATP ke dalam mol-ATP..