HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI
PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE
PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
ABSTRACT
The objectives of this research were: (1) to describe the respondents distributions on certain antecedent variables. (2) to identifity the competencies of the extension worker in Ternate City, (3) to analyze the correlation the agents’, characteristics and their competence. The antecedent variables were: ages, work experience, family size, formal education, job perception, nonformal education, cosmopoliteness, motivation and income. The Dependent variables was the agents’ competencies: program development, extension teachnig methods, program evaluation, information of input production and market, communication, developing partnership, leadership, organization management and coconut farming. Total respondents were 50 agent random selected. Data were collected in February througt April 2009, the data were analized by Kendall W Concordance procedure. The results showed that: the average age of extension workers was 37.4 years, they had varied working experiences, they had 4 family members, graduated from university, had high level of non formal education, motivations and average income of Rp 4,188,622. Their important competencies consecutively were (1) leadership, (2) information of input production & market, (3) communication, (4) extension teaching methods, and (5) extension program planning. While the less important competencies were: (1) extension programme design (2) Technical competence of coconut farming (3) program evaluation (4) organization management and (5) Developing business partnership. In general the agent characteristics correlated higly significantly with their competencies.
RINGKASAN
Lisbet Sitorus. Hubungan Karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. (2) Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate. (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Variabel bebas terdiri atas: umur, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi tentang bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan. Variabel terikat adalah: Kompetensi penyuluh dalam hal: Penyusunan programa penyuluhan, menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, Metode penyuluhan, Evaluasi program penyuluhan, Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, Kemampuan komunikasi, Kemitraan Usaha, Kepemimpinan, Manajemen organisasi, dan Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Jumlah responden adalah 50 orang, yang ditentukan secara sengaja yaitu penyuluh pertanian yang ada di Kota Ternate. Data dihimpun pada Bulan Pebruari hingga April 2009 dan dianalisis dengan menggunakan Konkordansi Kendall W. Hasil penelitian adalah: Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonfromal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang kurang dikuasai adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata pada taraf α = 0,01 adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 adalah: pendidikan formal, pendidikan noformal, dan kekosmopolitan. Sedangkan karakteristik yang menunjukkan hubungan tidak nyata adalah persepsi tentang bidang keahlian.
@ Hak cipta milik IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE
PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa : Lisbet Sitorus
NIM : I351070091
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Ir. Richard WE Lumintang MSEA Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Anggota Ketua
Diketahui:
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.
Penulis menyadari bahwa bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Richard WE Lumintang MSEA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga Kepada Pemerintah Kota Ternate Yang telah memberikan biaya Pendidikan dan dukungan dan juga kepala BIPP yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data penelitian terlebih terhadap rekan-rekan penyuluh yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk melaksanakan penelitiannya.
Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tersayang ibunda Duma Panjaitan dan ayahanda Dottor Sitorus yang selalu mendoakan keberhasilan ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada suami tersayang Rustam Latif Sip yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Putra putri tersayang Ryan, Widya, Alma, M Sihar dan Kakak dan abangku tersayang Delima Sitorus, Nelson Sitorus, Juner Sitorus, Jainal Sitorus, Pesta Sitorus terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Gita muliyasari, Amana martaguri, Syafruddin, Kodir, mbak, Desi, serta teman-teman angkatan 2007 Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yanmg membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siringi-Ringo pada tanggal 01 November 1974 dari ayah Dottor Sitorus. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMU Swasta Handayani Balige Tapanuli Utara Sumatra Utara dan pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan Strata satu di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate. Penulis menyelesaikan strata 1 pada bulan Agustus tahun 1998 dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Pada bulan April tahun 2000, penulis diterima sebagai calon pegawai negeri sipil di Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis telah menikah dengan Rustam Latif, Sip dan telah dikaruniai empat orang anak dua putra dan dua putri
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI
PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE
PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
ABSTRACT
The objectives of this research were: (1) to describe the respondents distributions on certain antecedent variables. (2) to identifity the competencies of the extension worker in Ternate City, (3) to analyze the correlation the agents’, characteristics and their competence. The antecedent variables were: ages, work experience, family size, formal education, job perception, nonformal education, cosmopoliteness, motivation and income. The Dependent variables was the agents’ competencies: program development, extension teachnig methods, program evaluation, information of input production and market, communication, developing partnership, leadership, organization management and coconut farming. Total respondents were 50 agent random selected. Data were collected in February througt April 2009, the data were analized by Kendall W Concordance procedure. The results showed that: the average age of extension workers was 37.4 years, they had varied working experiences, they had 4 family members, graduated from university, had high level of non formal education, motivations and average income of Rp 4,188,622. Their important competencies consecutively were (1) leadership, (2) information of input production & market, (3) communication, (4) extension teaching methods, and (5) extension program planning. While the less important competencies were: (1) extension programme design (2) Technical competence of coconut farming (3) program evaluation (4) organization management and (5) Developing business partnership. In general the agent characteristics correlated higly significantly with their competencies.
RINGKASAN
Lisbet Sitorus. Hubungan Karakteristik dengan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang diamati. (2) Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate. (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik dan kompetensi penyuluh pertanian di Kota Ternate. Variabel bebas terdiri atas: umur, masa kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan formal, persepsi tentang bidang keahlian, pendidikan nonformal, kekosmopolitan, motivasi, dan penghasilan. Variabel terikat adalah: Kompetensi penyuluh dalam hal: Penyusunan programa penyuluhan, menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, Metode penyuluhan, Evaluasi program penyuluhan, Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, Kemampuan komunikasi, Kemitraan Usaha, Kepemimpinan, Manajemen organisasi, dan Kompetensi Teknis Budidaya kelapa. Jumlah responden adalah 50 orang, yang ditentukan secara sengaja yaitu penyuluh pertanian yang ada di Kota Ternate. Data dihimpun pada Bulan Pebruari hingga April 2009 dan dianalisis dengan menggunakan Konkordansi Kendall W. Hasil penelitian adalah: Penyuluh pertanian di Kota Ternate rata-rata berumur 37,4 tahun, mayoritas memiliki masa kerja baru dan lama, memiliki rata-rata 4 orang tanggungan keluarga, pendidikan formal kebanyakan sarjana, mempersepsikan bidang keahlian yang dimiliki dengan baik, memiliki pendidikan nonfromal tinggi, kekosmopolitan tinggi, motivasi tinggi, dan berpenghasilan rata-rata Rp. 4.188.622. Bidang kompetensi yang paling dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate adalah: (1) Kepemimpinan, (2) Informasi sarana produksi dan pemasaran, (3) Kemampuan komunikasi, (4) Metode penyuluhan, dan (5) Rencana kerja penyuluhan. Sedangkan bidang kompetensi yang kurang dikuasai adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Teknis budidaya kelapa, (3) Evaluasi program penyuluhan, (4) Manajemen organisasi, dan (5) Kemitraan usaha. Secara keseluruhan, karakteristik menunjukkan hubungan nyata dan sangat nyata dengan kompetensi penyuluh. Karakteristik penyuluh yang berhubungan sangat nyata pada taraf α = 0,01 adalah: umur, masa kerja, tanggungan keluarga, motivasi, dan penghasilan. Karakteristik penyuluh yang berhubungan nyata pada taraf α = 0,05 adalah: pendidikan formal, pendidikan noformal, dan kekosmopolitan. Sedangkan karakteristik yang menunjukkan hubungan tidak nyata adalah persepsi tentang bidang keahlian.
@ Hak cipta milik IPB tahun 2009 Hak cipta dilindungi
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI KOTA TERNATE
PROVINSI MALUKU UTARA
LISBET SITORUS
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa : Lisbet Sitorus
NIM : I351070091
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Ir. Richard WE Lumintang MSEA Dr. Ir. Amri Jahi, MSc Anggota Ketua
Diketahui:
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Dengan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara.
Penulis menyadari bahwa bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir.Amri Jahi, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Richard WE Lumintang MSEA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga Kepada Pemerintah Kota Ternate Yang telah memberikan biaya Pendidikan dan dukungan dan juga kepala BIPP yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data penelitian terlebih terhadap rekan-rekan penyuluh yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk melaksanakan penelitiannya.
Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tersayang ibunda Duma Panjaitan dan ayahanda Dottor Sitorus yang selalu mendoakan keberhasilan ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada suami tersayang Rustam Latif Sip yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Putra putri tersayang Ryan, Widya, Alma, M Sihar dan Kakak dan abangku tersayang Delima Sitorus, Nelson Sitorus, Juner Sitorus, Jainal Sitorus, Pesta Sitorus terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Gita muliyasari, Amana martaguri, Syafruddin, Kodir, mbak, Desi, serta teman-teman angkatan 2007 Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yanmg membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bogor, Agustus 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siringi-Ringo pada tanggal 01 November 1974 dari ayah Dottor Sitorus. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMU Swasta Handayani Balige Tapanuli Utara Sumatra Utara dan pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan Strata satu di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate. Penulis menyelesaikan strata 1 pada bulan Agustus tahun 1998 dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Pada bulan April tahun 2000, penulis diterima sebagai calon pegawai negeri sipil di Balai Informasi Penyuluhan Pertanian di Kota Ternate Propinsi Maluku Utara. Penulis telah menikah dengan Rustam Latif, Sip dan telah dikaruniai empat orang anak dua putra dan dua putri
DAFTAR ISI
Kompetensi yang dibutuhkan Penyuluh Pertanian ... 18
Menyusun Programa Penyuluhan ... 19
Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan ... 22
Metode Penyuluhan ... 23
Evaluasi Program Penyuluhan ... 27
Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran ... 29
Kemampuan Komunikasi ... 32
Kemitraan Usaha ... 33
Kepemimpinan... 34
Manajemen Organisasi ... 34
Kompetensi Teknis Budidaya Kelapa ... 36
Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi ... 40
Hubungan Umur dengan Kompteensi ... 40
Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 40
Hubungan Besar Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ... 41
Hubungan Persepsi terhadap Bidang Keahlian
Dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ... 43 Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ... 44 Model Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kompetensinya ... 45
METODE PENELITIAN ... 46 Distribusi Penyuluh pada Sejumlah Karakteristik yang diamati ... 53 Distribusi Penyuluh berdasarkan Umur ... 53 Distribusi Penyuluh berdasarkan Masa Kerja ... 54 Distribusi Penyuluh berdasarkan Tanggungan Keluarga ... 55 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Formal ... 56 Distribusi Penyuluh berdasarkan Persepsi
tentang Bidang Keahlian ... 57 Distribusi Penyuluh berdasarkan Pendidikan Nonformal ... 58 Distribusi Penyuluh berdasarkan Kekosmopolitan ... 59 Distribusi Penyuluh berdasarkan Motivasi ... 60 Distribusi Penyuluh berdasarkan Penghasilan ... 61 Kompetensi Penyuluh ... 62 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi ... 63 Hubungan Umur dengan Kompetensi ... 64 Hubungan Masa Kerja dengan Kompetensi ... 65 Hubungan Tanggungan Keluarga dengan Kompetensi ... 67 Hubungan Pendidikan Formal dengan Kompetensi ... 69 Hubungan Persepsi tentang Bidang Keahlian
Hubungan Motivasi dengan Kompetensi ... 76 Hubungan Penghasilan dengan Kompetensi ... 78 Pembahasan ... 80 Karakteristik Penyuluh ... 80 Kompetensi Penyuluh ... 85 Hubungan Karakteristik dengan Kompetensi Penyuluh ... 86
KESIMPULAN DAN SARAN ... 91 Kesimpulan ... 91 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Maluku Utara memiliki 243 penyuluh PNS yang tersebar di 6
Kabupaten dan Kota, dengan jumlah penyuluh terbanyak ada di Kota Ternate.
Kelembagaan penyuluh di tingkat provinsi berada di Dinas Pertanian, sedangkan
di tingkat kabupaten dan kota berada dalam bentuk yang bervariasi seperti BIPP,
Dinas Pertanian Kabupaten, dan Sub Dinas atau UPTD.
Penyuluh pertanian di Kota Ternate Maluku Utara harus memiliki
sejumlah kompetensi. Dalam hal ini kompetensi atau kemampuan, mutu,
kecerdasan intelektual (unsur kognitif), kecerdasan sikap, moralitas, integritas
kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan yang tinggi dan menonjol (unsur
psikomotorik). Pada aspek pengetahuan penyuluh pertanian yang memiliki
pengetahuan yang luas dan mengetahui berbagai informasi baru tentang fakta,
metode atau teknik dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan
intelektual individu yang harus dimiliki penyuluh pertanian.
Selain itu, Penyuluh Pertanian yang kompeten memiliki sikap mental
yang penuh tanggungjawab dalam merefleksikan pengetahuan atau kecakapan
yang dimilikinya untuk dideseminasi kepada sasaran penyuluhan merasa penuh
tanggung jawab dalam melaksanakannya. Pada aspek keterampilan, maka
penyuluh pertanian yang kompeten adalah yang memiliki kemampuan atau
keahlian psikomotorik untuk menerapkan bidang pengetahuan yang telah
dikuasasinya. Kemampuan seperti ini merupakan komponen yang sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan karena memiliki daya
Dengan menguasai tiga aspek kompetensi tersebut, program-program
penyuluhan dapat dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Efektifitas pelaksanaan kegiatan penyuluhan sebagaimana dimaksudkan di atas
sangat bergantung pada karakteristik penyuluh. Karakteristik tersebut antara lain
dapat diketahui dari umur penyuluh, pendidikan formal, pendidikan non formal,
masa kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, bidang keahlian,
kekosmopolitan, motivasi kerja, dan penghasilan yang diperolehnya. Karakteristik
ini senantiasa akan berhubungan dengan kompetensi penyuluh pertanian dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian.
Penyuluh Pertanian yang kompoten memiliki karakteristik yang dapat
menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Setiap karakteristik yang
dimilikinya merupakan bagian yang menentukan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi tersebut. Penyuluh Pertanian yang memiliki masa kerja yang cukup lama
dengan jenjang pendidikan yang relatif tinggi merupakan bagian karakteristik
yang dapat meningkatkan kompetensi penyuluh.
Demikian pula dengan sejumlah pelatihan yang pernah diikuti,
penghasilan yang diperolehnya dari kegiatan penyuluhan, serta motivasi kerja
penyuluh pertanian yang bersangkutan akan sangat menentukan kompetensinya
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang
kompetensi. Sebagai salah satu daerah otonom yang senantiasa berupaya
mengembangkan sektor pertaniannya secara kompetitif, Kota Ternate memiliki
sejumlah tenaga penyuluh pertanian. Tenaga-tenaga penyuluh ini selalu
diupayakan peningkatan kualitasnya melalui berbagai kegiatan peningkatan
Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kompetensi yang
mereka miliki dalam merealisasikan pengetahuan dan kemampuan mereka sebagai
tenaga penyuluh pertanian. Kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang
berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang, yang berkolerasi dengan
kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik.
Secara keseluruhan, tenaga penyuluh di Kota Ternate memiliki beban
kerja yang telah ditetapkan dalam Tupoksi penyuluh. Selain itu, prinsip
pelaksanaan menganut sistem polyvalen, sehingga dengan demikian, setiap
penyuluh dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam segala hal
terkait pertanian di Kota Ternate. Sementara itu, rata-rata petugas penyuluhan
memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, yang mungkin tidak ada
kaitannya dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan kajian mendalam melalui
kegiatan penelitian untuk memahami kompetensi mereka dalam melaksanakan
tugas-tugas dan tanggungjawab sebagai penyuluh pertanian di kota Ternate
Provinsi Maluku Utara.
Masalah Penelitian
Kompetensi seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama, kompetensi merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik
tersebut merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang termasuk penyuluh pertanian, dengan demikian karakter penyuluh dapat
juga mempengaruhi motivasi, produktivitas kerja. Kedua bahwa kompetensi
pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten/kota
yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program
penyelenggaraan dan pembiayaan.
Berdasarkan uraian di atas, secara khusus dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana distribusi penyuluh pertanian di Kota Ternate Provinsi Maluku
Utara pada sejumlah karakteristik yang diamati?
2. Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh penyuluh pertanian di Kota Ternate
Provinsi Maluku Utara?
3. Seberapa jauh terdapat hubungan antara karakteristik penyuluh pertanian
dengan kompetensi mereka dalam menjalankan tugas-tugas dan
tanggungjawabnya sebagai seorang penyuluh?
Tujuan Penelitian
Kompetensi para penyuluh dalam hal ini sangat berbeda- beda dan bersifat
dinamis. Kompetensi perlu disesuaikan sejalan dengan perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan profil penyuluhan. Di
mana penyuluh pertanian yang kompeten memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab. Sehubungan dengan
hal ini, penelitian ini bertujuan:
1. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden yang
diamati.
2. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh penyuluh pertanian
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dengan kompetensi penyuluh
pertanian di Kota Ternate.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan, khususnya di Kota Ternate dalam meningkatkan sumberdaya manusia
terutama bagi para penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas-tugas dan
tanggungjawab sebagai aparatur pemerintah.
Secara khusus rencana penelitian berguna:
1. Sebagai bahan penyempurnaan penentuan kebijakan bagi lembaga penyuluhan
dalam membina dan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
2. Memberikan data tentang kompetensi penyuluh pertanian bagi Pemerintah
Kota Ternate Provinsi Maluku Utara sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan petugas penyuluh pertanian.
3. Memberikan data kepada Badan Sumberdaya manusia Pertanian Departemen
Pertanian tentang potret kompetensi penyuluh pertanian Kota Ternate Provinsi
Maluku Utara.
Definisi Istilah
Karakteristik penyuluh adalah karakter yang melekat pada masing-masing
individu penyuluh pertanian, masing-masing dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Umur yaitu satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai
penelitian dilakukan.
2. Masa kerja yaitu lama responden mulai bekerja menjadi penyuluh, dihitung
3. Besar tanggungan keluarga ialah banyaknya anggota keluarga yang ditanggung
sebagian atau seluruh kehidupannya oleh penyuluh.
4. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh
penyuluh.
5. Persepsi tentang bidang keahlian adalah pandangan/penilaian penyuluh
terhadap bidang keahlian yang dijalani saat ini.
6. Pendidikan nonformal ialah jumlah pelatihan yang pernah diikuti penyuluh
oleh penyuluh untuk peningkatan sumberdaya penyuluh.
7. Kekosmopolitan adalah intensitas penyuluh melakukan kontak dengan
pihak-pihak luar berkaitan dengan kegiatan penyuluhan.
8. Motivasi adalah hal-hal yang menjadi pendorong untuk meningkatkan
kompetensi bagi penyuluh
9. Penghasilan adalah nilai rupiah yang diperoleh penyuluh dalam satu bulan.
10. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang penyuluh agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, kompetensi
tersebut adalah: (1) Penyusunan programa penyuluhan, (2) Menyusun rencana
kerja penyuluh pertanian, (3) Metode penyuluhan, (4) Evaluasi program
penyuluhan, (5) Informasi Sarana Produksi dan pemasaran, (6) Kemampuan
komunikasi, (7) Kemitraan Usaha, (8) Kepemimpinan, (9) Manajemen
organisasi, dan (10) Kompetensi Teknis Budidaya kelapa
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Penyuluh
Karakteristik individu penyuluh pertanian adalah identifikasi internal
yang melekat pada diri seorang penyuluh pertanian seperti umur penyuluh, masa
kerja, besar tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, persepsi tentang bidang
keahlian, pelatihan yang pernah diikuti, motivasi kerja, dan penghasilan yang
diperolehnya.
1. Umur
Umur adalah faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses belajar
dan efesiensi belajar langsung maupun tidak langsung. Umur 25 tahun adalah
umur yang optimal untuk belajar. Pada umur 46 tahun, kemampuan belajar mulai
menurun dan akan menurun drastis pada umur 60 tahun. Variasi umur yang
dimiliki oleh penyuluh pertanian akan juga berpengaruh pada kompetensi dan
kinerjanya.
Umur dapat memberikan gambaran pengalaman seseorang. Pengalaman
adalah sumber belajar. Orang yang memiliki banyak pengalaman akan lebih
mudah mempelajari sesuatu. Rakhmat (2002:21) mengatakan bahwa pengalaman
adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Empirisme, salah satu aliran
dalam filsafat mengatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari pengalaman. Secara
psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan
oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan bukan
penyebab perilaku, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu karena pengalaman
2. Pendidikan Formal
Soekanto (2002:327-328) menyatakan pendidikan mengajarkan kepada
individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu
bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan
juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Menurut Vaizey (1978:39) tujuan
utama pendidikan adalah mengembangkan kapasitas untuk dapat menikmati hidup
yang biasa. Sejalan dengan hal tersebut, Rusell (1993:39) mengemukakan bahwa
pendidikan senantiasa mempunyai dua sasaran, yaitu pengajaran dan pelatihan
perillaku yang baik.
Cooms, et. a.l (1973) menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup atau
dinyatakan bahwa hidup ini adalah belajar. Mereka membagi pendidikan dengan
tiga jalur antara lain, (1) Pendidikan formal (pendidikan melaui bentuk sekolah),
(2) Pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah yang masih diorganisasikan,
(3) Pendidikan informal (pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa
pengorganisasian tertentu).
Lebih lanjut para ahli pendidikan itu mengatakan bahwa pendidikan
formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang,
dimulai dari Sekolah Dasar samapai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf
dengannya; termasuk ke dalamnya kegiatan studi yang berorientasi akademis dan
umum, program spesialis dan latihan profesional yang dilaksakan dalam waktu
3. Pendidikan Non Formal
Cooms dengan kawan-kawannya kemudian mendefinisikan pendidikan
non formal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang di organisasikan yang ada di
luar sistem pendidikan formal yang sudah matang, berorientasi pada ciri-ciri
warga belajar dalam mencapai tujuan pendidikannya (Ruwiyanto, 1994).
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
4. Masa Kerja
Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan
keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang
dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Martoyo (2000:34) berpendapat
bahwa yang memiliki masa kerja atau pengalaman kerja adalah yang dipandang
lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan
promosi, disamping peningkatan kemampuan intelegasinya yang juga menjadi
dasar pertimbangan karir selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masa kerja atau
pengalaman kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun
waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik
Masa kerja sebagai penyuluh pertanian dengan sendirinya ikut membentuk
pengetahuan, sikap, watak, karakter dan ketrampilan. Makin lama seseorang
menekuni suatu bidang tertentu, pengetahuannya tentang bidang itu pun semakin
tinggi. Seorang penyuluh pertanian dengan pengetahuan yang dikembangkan
melalui pengalamannya akan mampu membentuk kompetensi pribadinya dan
kinerja serta etos kerjanya. Pengalaman yang banyak membentuk kompetensi dan
kecerdasan, sikap dan ketrampilan.
5. Besar Tanggungan Keluarga
Besar tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
ditanggung kehidupannya. Menurut Soekartawi, e.t al., (1986:113-114)
banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan
keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang
memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan pengahasilan yang lebih
tinggi untuk membiayai kehidupannya. Besarnya jumlah anggota keluarga yang
akan menggunakan jumlah pendapatan yang sedikit akan berakibat pada
rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja,
kecerdasan, dan menurunnya kemampuan berinvestasi (Hernanto, 1993 :94).
6. Kosmopolitan
Kosmpolitan adalah sikap keterbukaan terhadap ide, gagasan,
pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat
kosmopolitan ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adap tasi terhadap ide,
gagasan atau informasi dan berasal dari luar atau tempat lain. Hubungan dan relasi
primordialisme, budaya yang dianut akan membentuk sikap-sikap kosmopolitan.
Sikap-sikap kosmopolitan ini adalah sumber belajar yang dapat mempertajam
kualitas dan kemampuan nalar, kecerdasan, kompetensi dan kecakapan seseorang
yang pada akhirnya akan juga mempengaruhi kinerja seseorang.
7. Motivasi Kerja
Motivasi kerja bagi siapapun, termasuk penyuluh pertanian, suatu kegiatan
tertentu dilaksanakan karena didorong oleh keinginan tertentu yang disebut
motivasi. Mc. Donald (Djamarah, 2002) mengatakan bahwa motivation is an
energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions (motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mancapai tujuan). Afeksi dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu ini
menjadi pemicu bagi orang untuk berusaha, berbuat atau melakukan suatu
tindakan. Pemicu tindakan ini disebut motivasi seperti yang dikatakan oleh Terry
(1997) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang untuk
melakukan tindakan.
Motivasi pada manusia baik motivasi intrinsik yakni dorongan dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu dan motivasi ekstrinsik yakni dorongan dari luar diri
untuk melakukan sesuatu melekat pada setiap orang, termasuk penyuluh
pertanian. Keinginan untuk belajar dan meningkatkan kecerdasan, kecakapan,
sikap dan ketrampilan didorong oleh motivasi tertentu yang bisa bersifat intrinsik
ataupun ekstrinsik. Seorang penyuluh pertanian didorong oleh motivasi
intrinsiknya agar memiliki kompetensi yang tinggi dalam penyuluhan selalu
diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Dorongan intrinsik ini bisa menjadi lebih
kuat jika ada pula dorongan ekstrinsik yang menyertainya.
8. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah pendapatan atau reward yang diperoleh
seseorang dari hasil kerjanya. Menurut Penny (1990:56-138) pendapatan
seseorang merupakan keseluruhan dari apa yang ia peroleh dari cara pemanfaatan
tenaga kerja, tanah dan modal lainnya. Pendapatan di sini bersifat pendapatan
tetap setiap bulan ataupun pendapatan tidak tetap. Makin tinggi pendapatan
ekonomi, makin tinggi pula kesempatan ia membelanjakan uangnya baik untuk
kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk kebutuhan rekreasi atau
aktualisasi diri. Orang yang memiliki pendapatan yang cukup lebih memiliki
peluang untuk mengakses berbagai kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengetahuan dan kecakapannya.
9. Persepsi terhadap pekerjaan
Menurut Hackman dan Oldham dalam Armansyah (2002:39) terdapat tiga
karaktersitik pekerjaan yang dihipotesiskan mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap pekerjaannya yaitu (1) variasi keterampilan, (2) Identitas tugas dan (3)
signifikansi tugas. Derajat variasi kegiatan dalam suatu pekerjaan menentukan
pemaknaan seseorang terhadap pekerjaannya. Bila suatu tugas mempersyaratkan
seseorang untuk menggunakan aktivitas-aktivitas yang menantang atau
menggunakan seluruh keahlian dan keterampilannya, maka cenderung memiliki
Selanjutnya, Dubin dan Goldman (1972:133-141) menunjukkan bahwa
pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak keahlian yang menantang dan lebih
beragam menempati kepentingan atau kebutuhan hidup yang lebih sentral bagi
individu daripada pekerjaan yang tuntutan keahliannya rendah dan bersifat rutin.
Kepentingan atau semangat kerja yang nampak secara psikologis dalam penelitian
tersebut menggambarkan bahwa orang tersebut terus bekerja seolah-olah bukan
karena pertimbangan ekonomi saja melainkan pertimbangan non-ekonomi juga.
Hal ini dibuktikan melalui riset terhadap para calon pensiun yang tidak mau
berhenti bekerja karena takut merasa tidak berguna dan kekhawatiran bahwa
pengangguran mempercepat kematian. Pandangan ini juga dapat ditemukan dalam
tulisan atau buku-buku yang membahas tentang orang-orang yang kehilangan
pekerjaan (PHK). Secara keseluruhan, bukti yang ada menunjukkan bahwa kerja
memberikan arti psikologis bagi setiap orang.
Identitas tugas dimaknai sebagai derajat kejelasan suatu pekerjaan pada
awal hingga akhir, dan dalam tuntutan hasil akhirnya. Seseorang akan lebih
memperhatikan pekerjaannya bila melakukan secara utuh keseluruhan suatu
pekerjaan, dan juga cenderung melihat suatu tugas lebih bermakna.
Signifikansi tugas atau manfaat tugas menyatakan sejauhmana suatu
pekerjaan mempunyai dampak yang penting dan dirasakan terhadap kehidupan
orang lain, pekerjaan akan lebih bermakna jika dirasakan bahwa pekerjaan
tersebut mempunyai dampak terhadap kehidupan orang lain dan masyarakat
Kompetensi Penyuluh Pertanian
Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The
American Heritage Dictionary mendefinisikan competency sebagai the state or
quality of being properly or wellqualife. Kompetensi dalam defenisi ini berarti
mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan.
Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), defenisi ini masih bersifat umum dan
belum menguraikan secara lengkap substansinya. Keduanya kemudian
mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying
characteristic of a person which results in effective and/or superior reformance
on the job, kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada
kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi
kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam
konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of
related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job (a
role or rensposibility), that corelates with performance on the job, that can be
measured againts well accepted standars, and that can be improved via training
and development (Lucia dan Lepsinger, 1999:5).
Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada
sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan atau tanggungjawab), yang
berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar
kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki
Menurut Lucia dan Lepsinger (1999:2-3), model kompetensi (competency
model) sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan
oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu
cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan
ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui
pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap), dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan
tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu
disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat,
talenta bawaan sejak lahir atau kehendak/dorongan nurani; atau juga kepribadian
seseorang.
Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu
lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan
sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi (personal
characteristic), bakat bawaan (aptitude), pengetahuan (knowledge) dan
ketrampilan (skill) akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku (behaviour).
Menurut Puspadi (2003:115), kompetensi merupakan kemampuan untuk
melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia
yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama
pada saat menjalankan suatu tugas (Klausmeier dan Goodwin, 1966:97-98).
Klemp (Puspadi, 2003:115) mengatakan, “ a job competency in an underlying
characteristic of a person which results in effective and or superior performance
may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of
knowledge which he or she uses”. Kompetensi kerja dengan demikian adalah
segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima.
Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum
dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu
pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan
pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Mulyasa (2002:40) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan
proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan
memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan
perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat
proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan
dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh
kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Unsur-unsur kompetensi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif
Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi
yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal
yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan
oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk
memecahkan masalah baru (Suparno, 2001:6).
Menurut Brunner (Suparno, 2001:84) pengetahuan selalu dapat
diperbaharui, dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan
kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses.
Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: (1) proses mendapatkan
informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan
informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi
pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu
mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.
Sikap
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999:106) sikap adalah perasaan,
pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen
mengenai aspek-aspek tertentu dalam linkungannya. Sikap merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki
konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers
(Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang
ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang.
Sikap didefenisikan sebagai keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya
Keterampilan
Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah
seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002:119).
Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu
bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf
dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia
dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena
mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu
(Suparno, 2001:11).
Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan
mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks
dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi
keterampilan-keterampilan bagian (part skills)’, memungkinkan dikuasainya
ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan
timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi
kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno,
2001:22).
Kompetensi yang dibutuhkan Seorang Penyuluh Pertanian
Penyuluh Pertanian dalam menjalankan tugasnya harus memiliki
kompetensi atau kemampuan, mutu kecerdasan intelektual (unsur kognitif),
kecerdasan sikap, moralitas, integritas kepribadian (unsur afektif) dan ketrampilan
Menyusun Programa Penyuluhan
Seorang penyuluh harus kompeten dalam mengidentifikasi isu-isu penting
komunitas, seperti demografi, ekonomi, layanan masyarakat, dan lingkungan.
Kompeten dalam menggunakan dan mengaplikasikan isu tersebut dalam prioritas
program, perencanaan, dan implementasi. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
dimulai dengan penyusunan program penyuluhan. Program penyuluhan pertanian
dikembangkan berdasarkan hasil analisis keadaan dan kebutuhan masyarakat.
Analisis keadaan dimulai dengan pengumpulan data yang terdiri dari data primer
maupun data sekunder, misalnya :monografi daerah, data penduduk/petani, data
tanah, air dan curah hujan, data luas, jenis tanaman dan produksi per Ha serta data
mengenai keadaan dan kegiatan usahatani petani. Proses pengumpulan data ini
diperlukan instrumen untuk pengumpulan data yang harus disiapkan oleh
penyuluh (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001:253).
Program adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan,
dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang
teratur. Pengertian program tersebut, terdapat empat unsur, yakni: Keadaan,
Masalah, Tujuan, dan Cara mencapai tujuan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
2001:246).
1. Keadaan
Keadaan adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada
saat akan disusunnya suatu program. Data tersebut meliputi data tentang keadaan
yang nyata ada pada saat itu (data aktual), dan data potensial yaitu data tentang
keadaan yang mungkin dicapai. Jadi, dalam program suatu BPP umpamanya akan
macam data keadaan di wilayah kerja BPP tersebut sebelum program
dilaksanakan.
2. Masalah
Masalah adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak memuaskan. Suatu
wilayah kerja BPP dikatakan mempunyai suatu masalah kalau ada fakta yang
belum memuaskan atau fakta tersebut belum sesuai dengan apa yang diinginkan.
Keadaan yang tidak memuaskan itu dengan kata lain terjadi bila terdapat
perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Untuk mengetahui apa
masalahnya, maka perlu analisis lebih lanjut faktor-faktor yang menyebabkan
keadaan atau fakta tersebut menjadi tidak memuaskan. Faktor penyebab keadaan
tidak memuaskan itulah yang dinamakan masalah.
Masalah umum (induk masalah) yaitu masalah besar atau luas yang
dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan program. Masalah khusus (anak
masalah) yaitu masalah spesifik yang dijadikan landasan untuk merumuskan
tujuan kegiatan. Suatu masalah yang telah ditetapkan pada suatu waktu atau masa
dapat diubah menjadi keadaan. Atau sebaliknya, suatu keadaan dapat pula
berubah menjadi masalah. Hal ini tergantung pada dangkal dalamnya penelaahan
yang dilakukan serta kebutuhannya. Dengan demikian, pengertian keadaan dan
masalah itu bersifat relatif.
3. Tujuan
Tujuan adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang
ingin dicapai. Ada dua macam tujuan, yaitu:
1. Tujuan program yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah umum atau
2. Tujuan kegiatan yaitu pernyataan mengenai pemecahan masalah khusus atau
pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai.
4. Cara Mencapai Tujuan
Cara mencapai tujuan adalah penyusunan suatu rencana kegiatan yang
bentuknya berupa sebuah daftar yang berisi hal-hal mengenai masalah khusus,
tujuan kegiatan, metode, lokasi, unit, frekuensi, volume, dan lain-lain. Yang
terpenting dalam penyusunan rencana kegiatan adalah penetapan metode
penyuluhan pertanian yang tepat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
Menurut Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian
(2004:14-15), perencanaan dalam program penyuluhan pertanian dirumuskan
dengan memperhatikan dinamika dan prinsip yang mengarah pada demokrasi,
partisipasi, transparasi, desentralisasi/otonomi daerah dan kepemerintahan yang
baik. Untuk itu, penyusunannya mengacu pada sasaran yang jelas, yang meliputi
besaran yang terukur, lokasi, waktu, kelompok sasaran dan manfaat kelompok
sasaran. Selai itu, kegiatan penyuluhan pertanian disusun dengan meperhatikan
kondisi sumber daya alam, manusia, kapital, teknologi, keadaan internal dan
eksternal, peraturan perundangan, keterlibatan peran dan kewenangan dengan
mekanisme perencanaan yang dilaksanakan dengan prinsip bottom up.
van den Ban dan Hawkins (1999:211-222) mengemukakan bahwa,
kegiatan penyuluhan menuntut perencanaan yang sistematis. Dengan demikian,
perencanaan program penyuluhan melibatkan pengambilan keputusan mengenai
tugas organisasi penyuluhan. Suatu program diperlukan untuk kegiatan jangka
panjang dan jangka pendek. Program jangka pendek misalnya, informasi
dan jangka panjang seperti usaha peningkatan hasil melalui teknologi produksi
modern.
Kegiatan perencanaan di desa dimulai dengan identifikasi potensi, aspirasi
dan masalah-masalah oleh petani/kontaktani dan masyarakat pelaku agribisnis
dengan menggunakan instrumen perencanaan partisipatif (PRA). Selanjutnya
berdasarkan PRA ini dikembangkan Rencana Usaha Keluarga ) RUK, Rencana
Kegiatan Kelompok (RKK), Rencana Kegiatan Desa (RKD), dan Rencana
Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa (RKPPD).
Setelah RKPPD tersusun, Kelompok Penyuluh Pertanian di BPP bersama
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Tingkat Desa mengadakan
pertemuan/mimbar sarasehan tingkat BPP/Kecamatan untuk menyusun Programa
Penyuluhan PertanianBPP/Kecamatan. Programa ini pada dasarnya merupakan
rencana penyuluhan pertanian tahunan BPP/Kecamatan yang disusun berdasarkan
kebutuhan spesifik lokalita yang isinya menjelaskan tentang kegiatan, volume,
tujuan, sasaran, masalah, dan cara mencapai tujuan, termasuk metodologi yang
digunakan (Pusat Pengkajian SDM Pertanian, Departemen Pertanian, 2004:15).
Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan
Penetapan rencana kegiatan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penyuluh pertanian. Rencana kegiatan bisa berlaku untuk satu musim atau satu
tahun. Rencana kerja tersebut merupakan pedoman kegiatan yang harus
diselenggarakan oleh penyuluh pertanian (Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
Dalam menetapkan rencana kegiatan, penyuluh pertanian harus
menerapkan prinsip-prinsip pendidikan. Di dalamnya harus termuat masalah
khusus, tujuan kegiatan, metode, waktu, tempat, perlengkapan, petugas, lokasi,
dan biaya. Waktu, tenaga maupun biaya yang telah dicurahkan untuk
menetapkan rencana kegiatan hanya bermanfaat, bila rencana kegiatan itu
dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, penyuluh pertanian harus menerapkan
pengetahuannya mengenai prinsip pendidikan.
Metode Penyuluhan
Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001:286-289) mengemukakan,
terdapat berbagai macam metode penyuluhan pertanian, untuk membandingkan
berbagai metode tersebut bisa dilakukan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah
sasaran dan indera penerima sasaran.
Metode Berdasarkan Teknik Komunikasi
Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan dapat dibedakan
antara yang langsung (face to face communication). Metode langsung digunakan
pada waktu penyuluh pertanian berhadapan muka langsung dengan sasarannya.
Misalnya, pembicaraan di balai desa, di sawah, rumah, kantor, kursus,
demonstrasi, dan karyawisata. Metode langsung dianggap lebih efektif,
meyakinkan dan mengakrabkan hubungan antara penyuluh dan sasaran. Dalam
kondisi terbatasnya personalia, kurangnya transportasi, dan biaya, maka metode
Metode tidak langsung digunakan oleh penyuluh pertanian yang tidak
langsung berhadapan dengan sasarannya, tetapi menyampaikan pesannya melalui
perantara (medium atau media). Misalnya media cetak (brosur, majalah, surat
kabar, dll), media elektronik (radio, televisi, dll), media pertunjukan sandiwara,
pameran, dll. Metode tidak langsung sangat menolong apabila metode langsung
tidak dapat digunakan. Terutama dalam upaya menarik perhatian dan menggugah
hati sasaran. Siaran radio dan televisi dapat menarik banyak perhatian, pameran
yang diselenggarakan dengan baik akan memberikan kesan yang lama dan
meyakinkan.
Metode Berdasarkan Jumlah Sasaran dan Proses Adopsi
Berdasarkan jumlah sasaran dan proses adopsi, metode penyuluhan dapat
dibedakan metode massal, metode kelompok dan individu atau perorangan.
Metode massal digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan langsung atau
tidak langsung kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir
bersamaan. Misalnya, pidato, siaran lewat radio atau televisi, pertunjukan wayang,
sandiwara atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, poster, spanduk, dll. Metode
ini digunakan untuk menarik minat dan perhatian masyarakat.
Metode kelompok digunakan penyuluh untuk menyampaikan pesan
kepada kelompok. Contoh metode ini adalah pertemuan, demonstrasi,
karyawisata, pameran, perlombaan, diskusi kelompok, dan kursus. Metode ini
dapat meningkatkan minat dan perhatian ke tahapan evaluasi dan mencoba
Metode individu atau perorangan digunakan penyuluh untuk berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan individu. Misalnya, kunjungan ke
rumah, sawah, kantor, pengiriman surat, dan telepon. Dalam banyak hal,
hubungan perseorangan diperlukan agar petani menerapkan rekomendasi yang
dianjurkan.
Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian
Meningkatkan keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian dan keefektifan
metode yang digunakan, penyuluh pertanian harus memperhatikan dua upaya
pengembangan. Pertama adalah pengembangan kegiatan pembelajaran, kedua
adalah pengembangan keefektifan metode.
Implikasi dari pengembangan kegiatan pembelajaran adalah:
- Kegiatan pembelajaran memerlukan perumusan tujuan yang khusus dan jelas
- Kegiatan pembelajaran harus mewujudkan perubahan perilaku yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari
- Kegiatan pembelajaran memerlukan situasi pembelajaran yang mencakup lima
unsur pokok (penyuluh, peserta belajar, materi, keadaan fisik, dan peralatan
atau perlengkapan pembelajaran)
- Kegiatan pembelajaran memerlukan pengalaman belajar
- Kegiatan pembelajaran memerlukan kombinasi berbagai metode
- Kegiatan pembelajaran memerlukan evaluasi.
Mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan berbagai
metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang
berkaitan dengan perubahan, yaitu; 1) Perhatian, 2) Minat, 3) Kepercayaan, 4)
Metode Penyuluhan Pertanian yang Spesifik Lokasi
Beberapa implikasi praktis yang dapat ditarik dari kajian sosiologis yang
berkaitan dengan metode penyuluhan yang lokal spesifik adalah:
1. Suatu wilayah atau masyarakat tertentu mempunyai cara-cara tertentu dalam
berkomunikasi. Suatu media komunikasi yang berhasil di suatu daerah, belum
tentu berhasil di daerah lainnya. Media lokal dalam hal ini dapat dimanfaatkan
atau mungkin diperbaiki, sampai media yang lebih maju dapat digunakan.
Beberapa contoh dari media lokal di antaranya: (1) Perbincangan kaum wanita
di warung, di waktu senggang, atau di sawah/ladang; (2) Perbincangan kaum
pria di warung kopi, di tukang cukur, di penggilingan, atau di sawah/ladang;
(3) berita atau pandangan yang diperbincangkan pada waktu hari pasar,
pemakaman atau upacara-upacara keagamaan lainnya; (4) Para pemimpin dan
tokoh pedesaan; (5) Para pemuka keagamaan.
2. Setiap media komunikasi mempunyai aspek fisik yang mudah dilihat dan aspek
sosial atau psikologis yang sulit dilihat. Lingkungan kebudayaan ke lingkungan
kebudayaan lainnya, aspek fisik relatif tidak banyak berbeda, tetapi aspek
sosial dan psikologis banyak berbeda. Hubungan personal adalah ciri khas dari
masyarakat yang tingkat penghidupan meterilnya belum tinggi. Ciri ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh penyuluh pertanian sebagai media
komunikasi yang efektif.
3. Demonstrasi dalam masyarakat pedesaan adalah media yang sangat penting.
Umumnya petani tidak mampu untuk mengambil resiko kegagalan dalam
melakukan percobaan dari praktek yang baru. Demonstrasi setempat labih
Evaluasi Program Penyuluhan
Raudaaugh dalam Pengembangan Yayasan Sinar Tani (2001:358)
mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi
tahapan-tahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok
untuk mengukur keberhasilan, dan menentukan dan menjelaskan tingkat
keberhasilan. Intisari dari pengertian evaluasi tersebut adalah nilai atau jumlah
keberhasilan dan tujuan yang direncanakan, sedangkan istilah operasional yang
penting adalah tujuan, kriteria, dan menentukan/menjelaskan tingkat keberhasilan.
Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai
terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam
meraih tujuan dengan nilai tersebut.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas
dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan
yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan programa dan
pengambilan keputusan di masa depan. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan
agar program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan
menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek di setiap tingkatan. Umpan balik
ini memungkinkan penyempurnaan rencana operasional program dan mengambil
Tahapan Evaluasi
Terdapat tiga tahapan evaluasi penyuluhan pertanian yaitu, tahap
pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencapaian tujuan. Evaluasi tahap
pendahuluan dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan penyuluhan pertanian.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui urgensi perubahan yang akan
dilakukan.
Evaluasi tahap kedua dilakukan pada waktu kegiatan sedang berlangsung.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Misalnya
metode mana yang efektif, mana yang perlu diperbaiki agar tujuan bisa tercapai
atau langkah apa yang harus diambil bila terjadi hal yang tidak terduga.
Evaluasi tahap ketiga dilakukan pada akhir kegiatan untuk menentukan
apakah tujuan akhir kegiatan dapat diraih. Apabila tujuan akhir tidak semuanya
diraih, apakah perlu mencoba kembali dalam rencana yang akan datang atau
menggantinya. Dapat pula diketahui efektivitas metode yang digunakan dalam
keadaan tertentu.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam evaluasi adalah:
1. Memahami arti dan prosesdur ilmiah
Prosedur ilmiah pada prinsipnya mencerminkan cara berpikir yang obyektif,
tujuannya adalah mencapai kebenaran.
2. Meneliti tujuan program penyuluhan pertanian
Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur perubahan spesifik yang terjadi, seperti
yang diharapkan serta dinyatakan dalam tujuan program penyuluhan pertanian.
Sasaran (apa yang akan dicapai); 2) Perubahan perilaku yang diinginkan; 3) Isi
atau materi penyuluhan; 4) Lingkungan atau situasi perilaku baru yang diharapkan
terjadi.
3. Menentukan bukti yang harus dikumpulkan
Langkah ini adalah kelanjutan dari langkah kedua dan merupakan prasarat
bagi langkah keempat. Tujuan yang telah ditetapkan dapat dijadikan pedoman
berpikir ke arah bukti-bukti apa yang kita kumpulkan dan dapat mengatakan
apakah tujuan sudah dicapai atau belum. Penyusunan program penyuluhan yang
menitikberatkan pada perubahan perilaku, maka bukti-bukti itu juga harus
menyangkut perubahan perilaku. Misalnya berubahnya tingkat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan merupakan bukti-bukti yang harus dikumpulkan.
4. Mengembangkan alat untuk mengukur bukti
Untuk setiap program yang mempunyai tujuan berbeda perlu
dikembangkan alat pengukur data yang berbeda, karena fakta-fakta yang ingin
didapat juga berbeda. Di antara berbagai metode yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data antara lain adalah test pengetahuan, test pengertian, test
keterampilan, pengukuran sikap, wawancara dengan menggunakan daftar
pertanyaan, pengamatan, studi kasus, analisis laporan, ataupun kombinasi dari
cara-cara tersebut.
5. Mengambil sampel dan mengumpulkan data
Mengambil sampel merupakan kegiatan penting sebab kegiatan
penyuluhan pertanian pada umumnya mencakup orang banyak, sehingga tidak
demikian evaluasi dilakukan dengan mengukur sejumlah sampel terbatas tetapi
representatif dan memenuhi syarat statistik.
6. Analisis dan Interpretasi Data
Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data atau bukti-bukti yang
ada. Tentunya kesimpulan yang tidak didukung oleh data dan bukti adalah tidak
sah.
Dalam mencari bukti-bukti, selain berpikir pada adanya perubahan
perilaku harus diingat pula kejadian sebelum terjadi perubahan perilaku.
Misalnya, di samping menilai keberhasilan demplot perlu juga dinilai. Begitu juga
pelaksanaan petak demonstrasinya perlu dinilai, misalnya apakah lokasinya
mudah dilihat oleh para petani lainnya.
Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran
Menurut van den Ban dan Hawkins (199:278), banyak di antara informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah petani seperti informasi mengenai
subsidi, ramalan harga, dan lain-lain harus mencapai agen penyuluhan dengan
cepat, tepat dan dalam cara yang bisa digunakan untuk melakukan kontak dengan
petani. Penyuluh menjadi sangat penting dalam peranannya sebagai jembatan bagi
golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan
sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok di samping layanan umum
lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Dengan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan
usahataninya, para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya
untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih
pihak lain. Penyuluh harus mampu menyiapkan, menyediakan dan menyajikan
segala informasi yang diperlukan oleh para petani. Informasi-informasi tentang
berbagai komoditas pertanian dan informasi lain yang berhubungan dengan
pengolahan dan pemasaran perlu dipersiapkan dan dikemas dalam bentuk dan
bahasa yang mudah dimengerti oleh para petani (Margono Slamet, 2003:61).
Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara, seorang
guru yang baik dan berkemampuan mendorong pimpinan lokal untuk mengambil
peran aktif dalam pembangunan. Dalam kaitan dengan itu, penyuluh sering
dihadapkan pada persoalan kemasyarakatan yang sangat sulit dipecahkan, apalagi
persoalan tersebut menyangkut hal-hal di luar materi penyuluhan.
Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:179-180) penyuluhan
menghendaki kemampuan yang tinggi dari agen penyuluhan dengan sikap positif
terhadap petani, terutama hubungan pribadi dalam diskusi bersama. Karenanya
terdapat empat persyaratan bagi agen penyuluhan yang ingin membantu petani
dengan efektif: (1) Petani seharusnya menyadari nilai-nilainya dan bertanya pada
diri sendiri, siapa saya? Dan apa yang penting bagi saya? Dengan demikian dapat
dikembangkan suatu gambaran yang jelas tentang diri dan tujuannya. Hal ini juga
mencegah untuk memaksakan nilainya sendiri terhadap petani. (2) Petani
seharusnya menyadari akan perasaannya sendiri, terutama hubungannya dengan
petani. Rasa hormat pada diri sendiri dapat membantunya mengatasi kekecewaan
yang tak dapat dihindari dalam hubungan demikian. Kekecewaan biasanya
berakar dari kenyataan bahwa sering tidak ada pemecahan yang memuaskan
terhadap masalah yang menyangkut emosi petani. (3) Agen penyuluhan