• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi Siswa SMP pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi Siswa SMP pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak Papua Barat"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

FAKFAK PAPUA BARAT

ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Pola Asuh Akademik Terhadap Prestasi Siswa SMP Pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2014

(3)

Pola Asuh Akademik terhadap Prestasi Siswa SMP pada Daerah Pantai dan Pegunungan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat fakfak adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap tingkatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan pola asuh akademik terhadap prestasi siswa SMP di daerah pantai dan pegunungan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Penelitian melibatkan 40 responden kelas VIII yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pola asuh akademik yang diberikan orangtua baik pada daerah pantai maupun pegunungan berada pada kategori rendah. Untuk penerapan gaya pengasuhan dapat orangtua pada daerah pantai menerapkan gaya pengasuhan penerimaan dengan skor 73 dan pegunungan dengan skor 40-60 untuk gaya pengasuhan penolakan. Pada daerah pantai dan pegunungan memiliki kekhasan prestasi masing-masing, daerah pantai dengan prestasi akademik yang baik dan daerah pegunungan dengan prestasi non akadermik yang baik. Beberapa faktor mempengaruhi prestasi siswa, baik akademik maupun non-akademik yaitu lama pendidikan orangtua, aktivitas siswa, gaya pengasuhan penolakan dan pola asuh akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dan pola asuh akademik berpengaruh terhadap prestasi siswa SMP di Kabupaten Fakfak baik secara akademik maupun non-akademik.

Kata kunci : daerah pantai, daerah pegunungan, pola asuh akademik, dan prestasi akademik, prestasi non akademik

ABSTRACT

ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA. The Effect Of Parenting Style and Academic Achievement of Adolesencts Performances On Junior High School In Coastal and Mountain Areas at Fakfak Regency, West Papua Province. Under Direction by DWI HASTUTI.

One of the problems Fakfak people’s facing these days is the low quality of education at all levels. The purpose of the study was to discover the effect of parenting style and parenting academic on junior high school performance in coastal areas and mountains of Fakfak Regency, West Papua Province. Sample was 40 respondent in eigth grade selected by purposive. The results showed quality parent of both areas using academic achievement are low category. For perceived parenting, parent on coastal areas using parenting acceptance style with maximal score 73 and parents on mountain areas, using parenting rejection styles with maximal score 40-60. Both areas has unique achievement, coastal area with academic achievement and mountain area with non-academic achievement. Some factor effect to academic and non-academic achievement are parents education,adolesentcs activity, parental rejection and academic achievement. Parenting style and parenting academic affect the academic achievement.

(4)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(5)

FAKFAK PAPUA BARAT

ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

Nama : Ulfah Mushliha Adhani Puarada

NIM : I24100118

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof.Dr.Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen

(7)
(8)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Asuh Akademik Dan Prestasi Siswa SMP Pada Daerah Pantai dan Daerah Pegunungan Di Kabupaten Fakfak Papua Barat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku pembimbing, Ibu Dr .Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku pembimbing akademik, serta Ibu Alfiasari, SP, M.Si dan Ibu Neti Hernawati, SP selaku penguji yang banyak memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah (Dr.H.Wahidin Puarada,M.Si) dan Ibu (Siti Hadra Kadir,S.H) beserta kakak dan adik yang setia mendukung dan memotivasi penulis (Icha,Aim,Ima,Eva,dan Andy) juga kepada teman-teman seperjuangan IKK’47 (Nenggi,Anggra, Ilma,Andin) dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, teman sebimbingan (Lia, Andin, Herni, Yosita), keluarga besar B24, FRENZ (Luqman,Keke,Fender,Agus, Rizky,Anyun,Salmi), Mutiaraners (Kak Uni, Kak Icha, Kak Upi, Kak Sri, Kak Nur,Titin dan Yeni), Lorong 11 (Aan, Linda, Deti, Novi, Aka, Fitri), keluarga besar FASCO , dan tidak lupa juga kepada responden yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 6

Desain, Tempat dan Waktu 6 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7 Pengolahan dan Analisis Data 7 Definisi Operasional 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 9 Karakteristik Keluarga 10 Karakteristik Siswa 12 Gaya Pengasuhan 12 Pola Asuh Akademik 13 Fasilitas Belajar 14 Aktivitas Siswa 15 Prestasi Remaja 16 Hubungan Antar Variabel 18 Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi siswa 19

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 21

(10)

2. Sebaran berdasarkan besar keluarga 10 3. Sebaran berdasarkan pendapatan orangtua 10 4. Sebaran berdasarkan pendidikan orangtua 11 5. Sebaran berdasarkan pekerjaan orangtua 12 6. Sebaran berdasarkan usia siswa 12 7. Sebaran berdasarkan gaya pengasuhan 13 8. Sebaran berdasarkan pola asuh akademik 14 9. Rataan prestasi berdasarkan wilayah 18 10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik siswa 19 11. Sebaran contoh berdasarkan prestasi non-akademik siswa 19 12. Nilai Koefisen Korelasi Hubungan Karakteristik Keluarga,

Karakteristik Remaja, Gaya Pengasuhan, Pola Asuh Akademik dengan Prestasi Siswa 20 13.Hasil analisis regresi terhadap prestasi remaja 21

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran 5 2. Skema Penarikan Contoh 6 3. Sebaran berdasarkan pola asuh akademik 13 4. Sebaran berdasarkan alat pembelajaran 15 5. Sebaran berdasarkan media pembelajaran 16 6. Sebaran kegiatan ekstrakulikuler berdasarkan wilayah 17 7. Sebaran kegiatan kulikuler berdasarkan wilayah 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sebaran contoh berdasarkan jawaban gaya pengasuhan 26 2. Sebaran contoh berdasarkan jawaban pola asuh akademik 27 3. Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada

daerah pantai 29

4. Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada

daerah pegunungan 29

(11)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia saat ini dihadapi oleh tiga tantangan pendidikan nasional, yaitu tantangan dalam menghadapi bonus demografi, tantangan terhadap respon perubahan atas rencana pemberlakuan masyarakat ASEAN 2015, dan tantangan dalam menghadapi kualitas guru. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat namun masih terdapat ketimpangan kualitas berupa sarana prasarana maupun output pendidikan yang masih terlokalisir di Pulau Jawa (Hidayat 2014). Survei yang dilakukan oleh lembaga edukasi dan perusahaan penerbitan Pearson menempati Korea Selatan sebagai peringkat pertama dengan sistem pendidikan global terbaik, sedangkan Indonesia berada pada posisi terbawah. Kesuksesan pendidikan Korea Selatan mencerminkan budaya bahwa baik guru, orang tua dan murid sama-sama sangat dihormati, serta bersama-sama bertanggung jawab terhadap pendidikan (BBC 2014).

Pembangunan pendidikan yang bermutu dan merata di seluruh wilayah Indonesia merupakan cita-cita besar yang belum terwujud. Banyak hal yang menjadi kendala, terlebih wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. Pendekatan yang dilakukan untuk membangun pendidikan berbeda dengan wilayah lainnya. Masyarakat pegunungan yang sangat tekun dengan aktivitas pertanian memiliki gizi yang terbilang rendah. Masyarakat di daerah pesisir pantai terbilang jauh lebih maju jika dibandingkan dengan masyarakat pegunungan, tetap memerlukan pendekatan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembangunan pendidikan di Papua Barat adalah luasnya wilayah sehingga membuat jarak menjadi berjauhan (Akuntono 2011).

Perbedaan identitas dan perbedaan unsur kebudayaan suatu daerah pun akan membentuk orientasi anak sesuai kebudayaan serta menimbulkan keragaman gaya pengasuhan di berbagai etnis Indonesia, termasuk etnis Papua. Beragamnya pengasuhan yang terjadi dapat mempengaruhi kualitas dan perkembangan anak, salah satunya masalah yang terjadi di sekolah meliputi kegagalan dan kesulitan belajar (Hastuti 2009). Ali (2009) dalam Nikmah (2011) menyebutkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang berhubungan dengan perkembangan anak, yaitu pola asuh orang tua dan pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan orang tua, semakin tinggi pengetahuan orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anaknya.

(12)

Dalam prosesnya, setiap keluarga melakukan proses pengasuhan untuk mengoptimalkan baik pertumbuhan dan perkembangan anak dengan dibantu oleh sekolah, komunitas, dan masyarakat. Penyediaan lingkungan yang aman dan sehat terhadap anak mampu mengoptimalkan perkembangan anak (Berns 1997 dalam Latifah et.al 2009). Menurut Myers (1990) dalam Hastuti (2009), dilihat dari lingkungan belajar anak terdapat enam dimensi yang dapat mempengaruhi anak, yaitu lingkungan fisik, aktivitas, sistem nilai, hubungan sosial, masyarakat sekitar anak, dan komunikasi.

Perumusan Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan suatu bangsa dimana seseorang mampu mendapatkan pengetahuan serta pengembangan diri (Prihatina 2011). Orangtua menginginkan anaknya untuk menjadi manusia yang pandai, cerdas, dan berakhlak, namun tidak menyadari bahwa caranya mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan serta dibatasi kebebasannya. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara namun hingga saat ini, peluang terbesar untuk memperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya dan pintar. Dengan bermodalkan kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup, didukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Mereka berpeluang besar memasuki sekolah-sekolah elit, berkualitas, berstandar nasional, bahkan internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang kondusif, ditunjang dengan kualitas anak didik yang punya daya pikir tinggi. Selain itu, tersedianya sarana prasarana yang lengkap membantu untuk mewujudkan pendidikan yang mapan (Panagan 2013).

Eksistensi pendidikan di Indonesia menjadi permasalahan yang disebabkan oleh banyaknya anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan tidak pernah mengikuti kegiatan di sekolah (USAID 2013). Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebabkan oleh pertimbangan subjektif yang tidak dipengaruhi oleh biaya, contohnya faktor budaya yang membatasi kemauan sekolah. Faktor eksternal adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh lingkungan luar, termasuk besarnya biaya pendidikan, yang berujung pada ketidakmampuan pihak pembiaya (orang tua, wali maupun anak sendiri) dalam membayar, yang mengharuskan anak putus sekolah. Kasus seperti ini terus meningkat, tidak saja menjadi fenomena di Papua tetapi juga di kota lain di Indonesia.

Peranan penting untuk mewujudkan pendidikan dipegang oleh ibu yang menerapkan pola asuh bagi siswa sehingga berdampak positif bagi prestasi siswa.

(13)

Berdasarkan Indeks Perkembangan Pendidikan, Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada tahun 2011. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan angka 0,629. Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi yang disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor ekonomi; anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung ekonomi keluarga; dan pernikahan di usia dini (USAID 2013).

Penelitian The Third International Mathematics and Science Repeat (1999) menunjukkan kemampuan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan alam di urutan ke-32 dan untuk matematika di posisi ke-34 dari 38 negara yang diteliti (Harsono 2003 dalam Hartoyo et al.

2009). Studi tersebut menunjukkan bahwa kualitas anak SMP di Indonesia dalam bidang pendidikan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kualitas manusia tersebut menjadi sangat penting sebagai pertanda keberhasilan pembangunan.

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan MDGs dalam mengukur pencapaian kesetaraan gender dibidang pendidikan. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun. Secara nasional persentase pencapaian APM -SD meningkat menjadi 93,99 persen pada tahun 2008. Sementara pada jenjang SMP selama periode tahun 2006-2008 berkisar 66,98 persen meskipun mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Demikian halnya dengan APM-SMA selama periode tahun 2006-2008 berkisar 43-44 persen dan angka ini juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan APM SD dan SMP. Untuk APM-SMP, DKI Jakarta menempati urutan tertinggi dan Papua Barat menempati urutan terbawah dalam APM tahun 2006-2008.

Dalam hal ini, Angka Partisipasi Kasar (APK) juga digunakan mengingat masih tingginya siswa berusia lebih tua dari kelompok usia yang seharusnya

(overage), sehingga APM di tingkat SD, SMP dan SMU lebih rendah

dibandingkan dengan APK. Untuk kategori APK SMP, DI Yogyakarta menempati urutan tertinggi baik untuk laki-laki dan perempuan yaitu 91, 88 persen dan 98,71 persen sedangkan Provinsi Papua Barat berada pada urutan ke-32 untuk laki-laki yaitu 64,34 persen dan berada pada urutan terbawah untuk perempuan yaitu 60,43 persen.

(14)

belum merata ke seluruh pelosok Kabupaten Fakfak pada setiap jenjang pendidikan (Retno 2013)

Banyak permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Fakfak diantaranya adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap tingkatan serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia, mahalnya biaya transportasi, jauhnya jarak tempuh serta kurangnya guru yang berkualitas. Kurangnya sekolah disetiap jenjangnya (TK sampai dengan SMA) di Kabupaten Fakfak menyebabkan siswa tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan. Penyebab lainnya adalah pendidikan dasar dan menengah tidak merata, minat guru masih rendah serta sarana dan prasarana yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan daya saing putera-puteri Papua menjadi rendah ketika memasuki atau melanjutkan sekolah atau perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan di luar Papua. Megawangi et al.

(2008) menyatakan bahwa metode yang digunakan pada sekolah-sekolah kurang sesuai dengan teori perkembangan anak. Hal tersebut menyebabkan mayoritas siswa Indonesia tidak mampu untuk mengikuti pelajaran pada jenjang selanjutnya, sehingga mengakibatkan generasi-generasi Indonesia yang tidak percaya diri dan menciptakan sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan terbawah, tidak mampu bekerja, tidak terampil, serta tidak berkarakter.

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pola asuh akademik terhadap prestasi siswa pada daerah pantai dan pegunungan? Bagaimana perbedaan pola asuh akademik siswa pada daerah pantai dan pegunungan? Bagaimana perbedaan prestasi siswa pada derah pesisir pantai dan pegunungan? serta faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa di daerah pesisir pantai dan pegunungan?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan pola asuh akademik terhadap prestasi siswa pada daerah pesisir pantai dan pegunungan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.

Tujuan Khusus

1. menganalisis kualitas pola asuh akademik siswa SMP pada daerah pantai dan pegunungan ;

2. menganalisis gaya pengasuhan yang digunakan orangtua terhadap siswa SMP pada daerah pantai dan pegunungan ;

3. menganalisis prestasi siswa SMP pada daerah pantai dan pegunungan ;

4. menganalisis faktor yang mempengaruhi prestasi siswa pada daerah pantai dan pegunungan.

Manfaat Penelitian

(15)

KERANGKA PEMIKIRAN

Prestasi akademik merupakan pencapaian individu yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan siswa dalam jangka waktu tertentu. Prestasi akademik dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.

Karakteristik keluarga yang meliputi besar keluarga, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua diduga menentukan bagaimana gaya pengasuhan, pola asuh akademik dan prestasi siswa. Menurut Hurlock (1983) besar keluarga mempengaruhi pengasuhan dan fasilitas belajar yang disediakan orang tua. Semakin besar keluarga maka semakin sedikit fasilitas yang disediakan orangtua. Secara langsung atau tidak langsung kedua hal tersebut akan mempengaruhi prestasi siswa, baik akademik maupun non-akademik. Pendapatan orang tua diduga sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak karena pendapatan orang tua berhubungan dengan pola asuh belajar yang diberikan kepada anaknya

Anak yang sukses dalam belajar umumnya adalah anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga, seperti dukungan berprestasi dan displin diri yang diterapkan orang tua terhadap anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mengakibatkan anak mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan juga perilaku yang lebih baik di sekolah maupun di rumah (Santrock 2007). Dengan kata lain, pola asuh akademik yang diberikan orangtua diduga berhubungan dengan prestasi akademik anak.

Penelitian ini melihat bagaimana hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja, gaya pengasuhan, pola asuh belajar, dengan prestasi siswa. Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, pola asuh akademik, prestasi siswa yang memiliki perbedaan wilayah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Pola Asuh Akademik - Dukungan Berprestasi (Fasilitas Belajar) - Displin Diri

Prestasi Siswa - Akademik - Non akademik Gaya Pengasuhan

Orangtua (Parental Acceptance Rejection) - Warmth

- Inddiferece Neglect - Undifferentiated Rejection

- Hostility

Karakateristik Keluarga - Besar keluarga - Pendapatan orangtua - Pendidikan orangtua - Pekerjaan Orangtua

Karakateristik Siswa - Usia

Karakateristik Lingkungan - Daerah Pantai - Daerah Pegunungan

(16)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yang mana pengukuran variabel penelitian dilakukan dalam satu kali pengukuran. Penelitian dilakukan di dua lokasi yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan kecamatan Fakfak Tengah mewakili daerah pesisir pantai dan kecamatan Kramomomgga mewakili daerah pegunungan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2014.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII (delapan) pada daerah pantai dan pegunungan dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi kelas berlomba-lomba untuk mencapai sebuah prestasi dan tidak disibukkan oleh persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas IX (sembilan), dengan syarat tinggal bersama orang tua kandung. Kecamatan Fakfak Tengah dipilih mewakili daerah pesisir pantai karena jarak tempuh ke daerah perkotaan tidak membutuhkan waktu yang lama. Kecamatan Kramomongga dipilih mewakili daerah pegunungan merupakan satu-satunya wilayah yang berada pada daerah pegunungan.

Berdasarkan sebaran sekolah yang berada di kabupaten Fakfak, kecamatan Fakfak Tengah memiliki lima sekolah menengah pertama (SMP) lebih banyak daripada kecamatan Kramomongga yang hanya memiliki satu sekolah sekolah menengah pertama (SMP). Responden dalam penelitian adalah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa-siswi di daerah pesisir pantai dan 20 siswa-siswi di daerah pegunungan.

Gambar 2 Skema Penarikan Contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) Karakteristik siswa (usia); (2) Karakteristik keluarga (tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga) ; (3) Gaya pengasuhan ; (4) Pola asuh akademik; dan (5) aktivitas siswa. Data sekunder meliputi prestasi akademi melalui nilai rapot. Semua data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Jenis dan cara pengumpulan disajikan dalam Tabel 1.

Kabupaten Fakfak

Kecamatan Kramomongga Kecamatan Fakfak Tengah

SMP Negeri 4 kokas SMP

Yapis

n =27

SMP Negeri 4

SMP Gir-gir MTS

Muhamaddiyah

SMP Negeri 2

Kelas 8

n = 25

n = 20 Kelas 8b

Kelas 8a Kelas 8c Kelas 8d

n = 25 n = 28

(17)

Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data Variabel Skala

Data

Kategori Data Jumlah item

Primer Karakteristik keluarga - Besar Keluarga

(BKKBN 2005)

Rasio 1.Keluarga Kecil (≤4 orang) 2.Keluarga Sedang (5-7 orang)

3.Keluarga Besar (≥8 orang)

- Pendidikan Orang Tua

Nominal 1.Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. Tamat SMP 5. Tamat SMA 6. Tamat 7. D1/D2/D3 8. D4/S1 9. S2 10. S3 - Pekerjaan

Orang Tua

Nominal Petani, pedagang, buruh, PNS, Polri, Wiraswasta, Karyawan BUMN,Karyawan swasta dan tidak bekerja

- Pendapatan Keluarga

Ordinal 1 .<1.870.000 ;

2. 1.870.000-2.746.666 ; 3 2.746.667-3.623.333 ; 4. 3.623.334-5.000.000 Primer Karakteristik Remaja

Usia Rasio 1. < 13 tahun 2. 13-14 tahun 3. 15-16 tahun 4. > 16tahun

Primer Pola asuh akademik 40 item

- Dukungan berprestasi

Ordinal

- Displin diri Ordinal

Gaya pengasuhan Ordinal 60 item

Sekunder Prestasi akademik Ordinal 1. Rendah (50-64)

2. Sedang (65-80) 3. Tinggi (81-100)

Primer Prestasi non-akademik Ordinal 1.Rendah (0-2 perlombaaan) 2. Sedang ( 3-4 perlombaan)

3. Tinggi (≥ 5 perlombaan)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan

Microsoft Excel dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 16.0. Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.

(18)

polri, wiraswasta, karyawan BUMN, karyawan swasta dan tidak bekerja. Tingkat pendapatan keluarga diukur berdasarkan UMR Papua Barat (2013) yaitu Rp 1.870.000. Besar keluarga berdasarkan BKKBN (1998) dilihat dari jumlah anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anggota keluarga yang tinggal dirumah dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7

orang), dan besar (≥ 8 orang).

Kuesioner gaya pengasuhan merupakan alat ukur yang disusun oleh Rohner (1986). Kuesioner terdiri dari 60 pertanyaan dengan nilai cronbach-alpha

sebesar 0.865, dengan jawaban hampir/selalu, kadang-kadang, jarang, hampir tidak pernah, dengan 29 pertanyaan reverse. Pola asuh akademik terdiri dari 40 pertanyaan yaitu masing-masing 20 pertanyaan untuk pola asuh disiplin diri dan pola asuh dukungan berprestasi dengan memodifikasi instrumen Mafriana (2003) dan Hastuti (2006), Srinovita (2011), Yusmiah (2008), Nandari (2013) dengan jawaban sering, kadang-kadang, dan tidak pernah dengan nilai cronbach-alpha secara keseluruhan sebesar 0.797. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban dikategorikan menjadi rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (> 80%).

Alat stimulasi belajar terdiri dari 10 item pertanyaan mencakup pensil, bulpen/pena, penghapus, penggaris, jangka panjang, busur, tipex, buku tulis, spidol, dan tempat pensil. Media pembelajaran terdiri dari 5 item pertanyaan mencakup laptop/komputer, lembar kerja siswa, buku pelajaran, kamus (Bahasa Inggris/ Bahasa Indonesia), dan buku gambar. Ada atau tidaknya baik alat stimulasi belajar dan media pembelajaran yang dimiliki contoh dinyatakan dengan skor 0 untuk tidak ada dan skor 1 untuk ada dengan nilai cronbach-alpha secara keseluruhan sebesar 0.743. Setelah diberi skor, masing-masing jawaban dikategorikan menjadi rendah (< 60%), sedang (60%-80%), dan tinggi (> 80%).

Prestasi akademik siswa dilihat dari rata-rata nilai rapor mata pelajaran yang sama-sama dimiliki oleh kedua sekolah tersebut pada semester satu tahun ajaran yaitu Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,IPA, IPS, Penjaskes, Kesenian, Muatan Lokal, PPKn, Agama, Keterampilan, Teknik Ilmu Komputer (TIK). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) merupakan batas minimal ketercapaian standar kompentensi dari aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Prestasi belajar dikategorikan berdasarkan standar KKM yaitu rendah (50-64), sedang (65-80), dan tinggi (81-100). Prestasi non-akademik dilihat dari seberapa aktifnya anak menjuarai atau mengikuti suatu perlombaan di luar sekolah. Prestasi internasional diberi nilai 5, prestasi nasional diberi nilai 4, prestasi lokal diberi nilai 3, prestasi antara RT diberi nilai 1, dan tidak mengikuti kejuaraan diberi angka 0. Kegiatan ekstrakulikuler meliputi jenis kegiatan tambahan yang diikuti siswa diluar jam sekolah, yaitu Pramuka, OSIS maupun les mata pelajaran atau kursus.

(19)

Definisi Operasional

Pola Asuh Akademik adalah interaksi dan stimulasi yang diberikan orang tua kepada anak untuk mencapai prestasi akademik maupun non-akademik yang terdiri dari dukungan berprestasi dan displin diri

Disiplin Diri adalah pola asuh untuk menanamkan sikap disiplin pada anak dalam kehidupan sehari-hari

Dukungan Berprestasi adalah pola asuh berupa dukungan untuk berprestasi

Gaya Pengasuhan adalah cara orangtua dalam memberikan stimulasi dan displin diri pada remaja.

Warmth adalah kualitas afeksi antara orangtua dan anak yang di ekspresikan melalui kehangatan seperti memeluk dan mencium

Inddiference Neglectadalah sikap pengabaian yang diterima anak dari orang tua dalam kehidupannya sehari-hari

Undiffentiated Rejection adalah sikap penolakan yang diterima anak dari orang tua dalam kehidupannya sehari-hari

Hostility adalah sikap yang diterima anak dari orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari

Prestasi Siswa adalah prestasi yang dicapai siswa pada satu semester baik akademik maupun non-akademik

Prestasi Akademik adalah gambaran mengenai penguasaan anak terhadap materi pelajaran di sekolah, diukur melalui rata-rata nilai rapor dari mata pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Penjaskes, Kesenian, Muatan Lokal, PPKn, Agama, Keterampilan, Teknik Ilmu Komputer (TIK).

Prestasi Non Akademik dilihat dari seberapa aktifnya anak menjuarai suatu perlombaan atau mengikuti suatu perlombaan di luar sekolah dan seberapa seringnya anak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ataupun kegiatan tambahan di luar sekolah.

Aktivitas Siswa adalah jenis kegiatan yang diikuti siswa setiap hari dalam seminggu, baik berupa kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.

HASIL PENELITIAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Fakfak memiliki 9 distrik yang terdiri dari 5 kelurahan dan 123 kampung, 67 diantaranya berupa daerah pesisir, 33 berupa daerah lereng/punggung bukit, 20 daerah dataran dan 5 daerah lembah sungai. Penelitian ini menggambarkan Kabupaten Fakfak dengan diwakili daerah pantai dan pegunungan, yaitu kecamatan Fakfak Tengah dan kecamatan Kramamongga. Daerah pesisir pantai adalah daerah yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan garis pantai/laut. Daerah pegunungan adalah daerah yang memiliki yang memiliki sebagian wilayahnya berada di lereng atau gunung.

(20)

bangunan sekolah dengan 6 bangunan SMP setara,sedangkan di kecamatan Kramamongga terdiri atas 14 bangunan sekolah dimana hanya terdapat satu SMP.

Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yang berada di Kabupaten Fakfak yaitu SMP Negeri 2 Fakfak yang terletak di kecamatan Fakfak Tengah dan SMP Negeri 4 Kokas yang terletak di kecamatan Kramomongga. SMP Negeri 2 Fakfak merupakan salah satu sekolah favorit diantara SMP setara di kabupaten Fakfak, yang memiliki jumlah siswa sebanyak 154 siswa/I dan mempunyai kegiatan ekstrakulikuler berupa pramuka, paduan suara dan sepak bola. SMP Negeri 4 Kokas memiliki jumlah murid sebanyak 44 siswa/i, mempunyai 5 kelas dan mempunyai kegiatan ekstrakulikuler berupa pramuka, sepak bola, tenis meja, karate, dan voli.

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Data besar keluarga dikelompokan berdasarkan data BKKBN (2005) yaitu

keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥8 orang). Data dalam penelitian menunjukkan bahwa separuh keluarga di daerah pesisir pantai termasuk dalam keluarga sedang (5-7 orang) dan pada keluarga di daerah pegungan termasuk dalam keluarga besar (≥ 7 orang). Hasil uji kruskal-wallis (p>0.01) menyatakan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga pada kedua wilayah tersebut.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Pendapatan Orangtua

Pendapatan dihitung berdasarkan UMR Papua Barat yaitu Rp 1 870 000 per bulan. Pendapatan orang tua dikelompokkan menjadi < 1 870 000; 1 870 000 sampai dengan 2 476 666; 2 746 667 sampai dengan 3 623 333; 3 623 334 sampai dengan 4 500 000. Pendapatan yang dimiliki pada kedua wilayah tersebut berkisar Rp 1 500 000-Rp 2 000 000.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua Besar Keluarga Pesisir Pantai Pegunungan

n % n %

Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 6 30 2 10 Keluarga Sedang (5-7orang) 10 50 8 40

Keluarga Besar (≥ 7 orang) 4 35 10 50

Total 20 100 20 100

Mean ± SD 6±2.75 7.35±2.97

p-value 0.054

Pendapatan

(Rupiah/Bulan) Pesisir Pantai Pegunungan

Ayah Ibu Ayah Ibu

n % n % n % n %

<1 870 000 9 45 15 75 8 40 16 80 1 870 000-2 746 666 3 15 0 0 4 20 2 10 2 746 667-3 623 333 4 20 3 15 7 35 2 10 3 623 334-4 500 000 4 20 2 10 1 5 0 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 100 Mean ± SD 2.200±1.288 1.650±1.194 2.050±0.973 1.400±0.734

(21)

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa kedua wilayah tersebut mempunyai pendapatan dibawah Rp 1 870 000 , dapat dikatakan bahwa pendapatan orang tua pada kedua wilayah tersebut masih dibawah UMR Papua Barat.

Hasil uji kruskal wallis menunjukkan terdapat perbedaan (p< 0,01) pada pendapatan ayah dan ibu pada kedua wilayah, dimana pendapatan ibu secara keseluruhan lebih tinggi daripada pendapatan ayah. Berdasarkan sebaran, pendapatan keluarga pada daerah pada pesisir pantai lebih tinggi daripada pendapatan keluarga pada daerah pegunungan.

Pendidikan Orang tua

Pendidikan orang tua contoh berkisar antara tidak sekolah sampai dengan tamat perguruan tinggi dengan lama pendidikan dari nol sampai 16 tahun. Tabel 4 menunjukkan bahwa pendidikan orang tua baik pada daerah pesisir pantai dan daerah pegunungan sangat bervariasi. Sebagian orangtua pada daerah pantai menempuh lama pendidikan diatas 12 tahun, namun bertolak belakang pada orangtua di daerah pegunungan, dimana orang tua menempuh pendidikan selama 9 tahun (SMP) bahkan dibawah 6 tahun (tidak lulus SD). Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan pendidikan pada daerah pegunungan.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan orangtua

Hasil uji kruskal-wallis (p>0.01) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara keseluruhan pada lama pendidikan orang tua pada kedua wilayah tersebut. Hal ini sejalan dengan Soetjiningsih (1995) dalam Srinovita (2011), bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan anak. Orang tua dengan pendidikan yang baik dapat menerima segala informasi, terutama dalam hal pengasuhan, menjaga kesehatan dan pendidikan anak.

Pekerjaan Orang tua

Pendidikan yang tinggi dapat memudahkan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dan memberikan penghasilan yang memadai (Simanjuntak 2010). Petani menjadi salah satu pekerjaan yang umumnya ditekuni masyarakat kabupaten Fakfak. Hal ini bisa juga terlihat pada Tabel 5, dimana pekerjaan tersebut mendominasi pada daerah pegunungan.

Lama Pendidikan (tahun)

Pesisir Pantai Pegunungan

Ayah Ibu Ayah Ibu

n % n % n % n %

Tidak Sekolah 1 5 2 10 1 5 3 15

< 6 2 10 4 20 3 15 6 45

6-9 11 55 11 55 9 45 5 25

>12 6 30 3 15 7 35 6 30

Total 20 100 20 100 20 100 20 100

(22)

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua

Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.01) pada pekerjaan ayah dan ibu baik pada daerah pesisir pantai dan daerah pegunungan. Berdasarkan Tabel 4, sebaran pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa orang tua pada daerah pegunungan umumnya bekerja sebagai petani.

Karakteristik Siswa

Santrock (2007) menyatakan bahwa usia remaja dimulai sekitar usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Rata-rata usia menunjukkan bahwa usia siswa pada daerah pegunungan lebih tinggi daripada daerah pantai. Hasil uji kruskal-wallis (p > 0.01) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia siswa pada kedua wilayah tersebut.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan usia siswa

Gaya Pengasuhan

Gaya pengasuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan parental acceptance-rejection (PAR) diacu dalam Rohner (1986) yang terdiri dari gaya pengasuhan acceptance dan gaya pengasuhan rejection. Pengasuhan dengan penerimaan dan penolakan mencerminkan kehangatan (warmth) dan penolakan yang diberikan orang tua terhadap anak. Pengasuhan penolakan dibagi menjadi tiga yaitu, perilaku kekerasan (hostility), perilaku pengabaian (indifference), dan perilaku tidak menerima anak (undifferentiated rejection).

Pekerjaan

Pesisir Pantai Pegunungan

Ayah Ibu Ayah Ibu

n % n % n % n %

Petani 7 35 7 35 13 65 9 45

PNS 4 20 3 15 4 20 4 20

Tidak Bekerja 1 5 5 25 0 0 7 35

Lainnya 8 40 5 25 3 15 0 0

Total 20 100 20 100 20 100 20 100

Usia siswa (tahun) Pesisir Pantai Pegunungan

n % n %

< 13 0 0 0 0

13-14 14 70 4 20

15-16 6 30 9 45

>16 0 0 7 35

Total 20 100 20 100

Mean±SD 14.25±0.69 16±1.48

(23)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan

Anak yang menerima penolakan cenderung berperilaku kurang empati daripada anak-anak yang mendapatkan penerimaan dari orang tua. Anak-anak yang memiliki perasaan yang hangat dan positif dari orang tua dan memperhitungkan apa yang dirasakan orang tua tentang perilaku mereka. Perilaku hangat orang tua yang diberikan terhadap anak digunakan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga (Riaz 2012).

Gaya pengasuhan penerimaan yang ditunjukkan oleh dimensi kehangatan menunjukkan bahwa skor rata-rata dimensi kehangatan pada daerah pantai lebih tinggi daripada skor rata-rata dimesi kehangatan pada daerah pegunungan. Gaya pengasuhan penolakan yang ditunjukkan oleh dimensi cenderung diterapkan oleh orangtua di daerah pegunungan.

Pola Asuh Akademik

Pola asuh akademik merupakan interaksi orang tua terhadap anak untuk mencapai kompetensi seorang anak baik prestasi didalam atau luar sekolah yang terdiri dari pola asuh disiplin diri dan pola asuh dukungan berprestasi. Pola asuh disiplin diri merupakan pola asuh yang diberikan orang tua untuk menanamkan sikap disiplin pada anak, sedangkan pola asuh dukungan berprestasi merupakan pola asuh yang diberikan orangtua dalam bentuk dukungan untuk berprestasi (Hastuti 2009). Berdasarkan Caldwell dan Bradley (1986) dalam Hastuti (2009), mengatakan bahwa pola asuh dan stimulasi belajar yang diberikan orang tua kepada anak berdampak positif bagi perkembangan kogntif anak. Pola asuh akademik yang diberikan orang tua terdiri dari pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak (biaya sekolah) maupun dalam bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orang tua terhadap prestasi dan kemajuan belajar anak (Hastuti 2008)

Pola asuh displin diri merupakan pola asuh yang diterapkan orangtua untuk menanamkan sikap disiplin pada anak dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara memenuhi fasilitas belajar anak yang akan membantu anak mencapai prestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua pada daerah pantai termasuk kedalam kategori rendah, namun orangtua pada daerah pegunungan termasuk kedalam kategori sedang dalam menerapkan pola asuh displin diri.

Pola asuh dukungan berprestasi merupakan pola asuh berupa dukungan untuk berprestasi, dengan cara pembagian waktu terhadap pekerjaan dan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua pada daerah pantai termasuk kedalam kategori , namun orangtua pada daerah pegunungan termasuk kedalam kategori sedang dalam menerapkan pola asuh dukungan berprestasi terhadap anak. Gaya pengasuhan

(skor per item) Pesisir Pantai Pegunungan p-value Min Max Mean ± SD Min Max Mean ± SD

Kehangatan 51 73 63.15±7.21 38 72 65.1±8.49 0.016* Penolakan dengan

agresif

31 52 42.15±4.69 24 52 38.2±18.40 0.009*

(24)

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pola asuh akademik baik pada daerah pesisir pantai maupun pegunungan terdapat perbedaaan yang tidak signifikan. Secara keseluruhan, pola asuh akademik yang dimiliki orang tua pada kedua wilayah tersebut masih tergolong rendah, menandakan orang tua masih sangat kurang dalam mendukung anak untuk berprestasi. Menurut Hastuti (2009), pola asuh akademik yang baik dilakukan pada anak usia sekolah berupa dorongan terhadap siswa saat masa pencarian jati diri, membentuk kepercayaan diri siswa terutama ketekunan dan kerajinana serta academic achievement, dan juga mendorong anak untuk menyelesaikan permasalahannya, termasuk dalam hal proses belajar dan hasil pencapaian.

Fasilitas Belajar

Fasilitas belajar pada penelitian ini adalah ketersediaan alat stimulasi dan media pembelajaran. Hal ini berarti orangtua mampu menyediakan alat stimulasi untuk membantu anak dalam mengingat pelajaran. Pada media pembelajaran, daerah pantai lebih tinggi dalam memberikan media pembelajaran (buku, kamus, laptop, dan lainnya) bagi siswa. Kelengkapan buku pelajaran berada pada kedua wilayah termasuk kategori rendah, hal ini sesuai dengan penelitian Asmin (2001), dimana semakin lengkap sarana dan fasilitas maka semakin baik pula peningkatan prestasi akademik siswa.

Pola Asuh Akademik (presentase)

Pesisir Pantai Pegunungan

n % n %

Displin Diri

Rendah (0- 60) 8 20 7 17.5

Sedang (61-80) 8 20 8 20

Tinggi (81-100) 4 10 5 12.5

Total 20 50 20 50

Mean±SD 68.87±16.13 64.25±14.01

p-value 0.088*

Dukungan Berprestasi

Rendah (0- 60) 14 35 17 42.5

Sedang (61-80) 3 7.5 2 5

Tinggi (81-100) 3 7.5 1 2.5

Total 20 50 20 50

Mean±SD 56.75±17.21 53.37±15.39

p-value 0.000***

Pola Asuh Akademik (Total)

Rendah (0- 60) 22 55 24 60

Sedang (61-80) 11 27.5 10 25

Tinggi (81-100) 7 17.5 6 15

Total 40 100 40 100

(25)

Gambar 4 Sebaran berdasarkan alat pembelajaran

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kepemilikan pensil dan buku tulis baik di daerah pantai dan pegunungan sudah cukup baik, namun tidak untuk kepemilikan jangka panjang dan busur yang masih terbilang rendah.

Gambar 5 Sebaran berdasarkan media pembelajaran

Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa pada kepemilikan kamus pada daerah pantai lebih tinggi daripada daerah pegunungan, dimana untuk kepemilikan laptop atau komputer di daerah pegunungan masih sangat rendah.. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1995) dalam Asmin (2001) menyatakan bahwa kurangnya fasilitas menyebabkan siswa kurang dapat mengaktualisasikan kemampuan dasar yang menimbulkan kegagalan dalam prestasi akademiknya.

Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah semua jenis aktitvitas yang dilakukan diluar sekolah, seperti kegiatan ekstrakulikuler (seni, olahraga, ilmiah, olahraga) dan les atau kursus (seni, olahraga, mata pelajaran) yang dilakukan oleh siswa tiap harinya. Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa pada daerah pegunungan, siswa banyak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pada bidang olahraga, seperti sepakbola, lari , dan sebagainya. Pada daerah pesisir pantai, siswa banyak mengikuti kursus mata pelajaran berbeda dengan siswa pada daerah pegunungan.

47,5

40 40

30

25

20

32,5

47,5

37,5 37,5

47,5

35

30

27,5

12,5 15

45

42,5

27,5

25 Alat Pembelajaran

Pantai % Pegunungan %

22,5 25

45 50 45

7,5

22,5

47,5 42,5

22,5

Laptop/komputer Lembar kerja

siswa

Buku pelajaran Kamus Buku gambar

Media Pembelajaran

(26)

Gambar 6 Sebaran kegiatan ekstrakulikuler berdasarkan wilayah

Gambar 6 menunjukkan bahwa kegiatan seperti les ataupun kursus, semua siswa-siswi pada daerah pegunungan tidak mengikutinya, namun kurang dari separuh siswa di daerah pantai mengikuti les mata pelajaran, seperti matematika, biologi, kimia, fisika, dan bahasa inggris.

Gambar 7 Sebaran kegiatan kulikuler berdasarkan wilayah

Secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa seluruh siswa-siswi pada daerah pegunungan tidak mengikuti kegiatan di luar sekolah. Pada daerah pantai, siswa yang mengikuti kegiatan di luar sekolah termasuk kedalam kategori sedang, yaitu mengikuti kurang dari 5 aktivitas baik kegiatan ekstrakulikuler maupun les.

Prestasi Siswa Prestasi akademik

Prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) dalam Srinovita (2011) merupakan hasil pencapaian siswa dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar diukur melalui skor prestasi belajar. Variabel prestasi belajar dikelompokan menjadi tiga kategori KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang umum dipakai di sekolah, yaitu rendah (50-64), sedang (65-80), tinggi 81-100). Sebaran rata-rata nilai skor prestasi belajar berdasarkan mata pelajaran dengan latar belakang pendidikan prasekolah disajikan pada Tabel 7.

5

10

5

0 0

15

5

15

0 5 10 15 20

seni olahraga ilmiah organisasi

pantai pegunungan

0 0 0

35

0 0 0

5

0 10 20 30 40

seni olahraga ilmiah mata pelajaran

(27)

Tabel 7 Rataan prestasi belajar berdasarkan wilayah

*signifikan pada 0.01 level

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa skor rataan dan secara keseluruhan prestasi belajar paling tinggi dicapai oleh siswa di daerah pantai. Hal ini berkaitan dengan alat stimulasi dan media pembelajaran yang diberikan orang tua kepada anak sehingga anak mampu meningkakan prestasi akademik dengan baik. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian World Bank (2008) dalam Simanjuntak (2010) yang menyatakan bahwa skor matematika dan bahasa menunjukkan performa yang sama, namun pada penelitian ini skor matematika dan bahasa sangat berbeda nyata. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mahirrawati (1987) dan Mas (1990) dalam Muchtar (2000) yang menyatakan bahwa rata-rata skor pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah menggambarkan kognitif siswa.

Pencapaian prestasi akademik yang rendah dijumpai di beberapa negara berkembang, hal ini disebabkan oleh kualitas pengajaran yang masih rendah, buku pelajaran yang kurang bermutu, pendidikan formal orangtua yang rendah (Rustiawan dkk 1998 dalam Asmin 2001). Pada prestasi akademik, terlihat bahwa prestasi akademik pada daerah pantai lebih tinggi daripada daerah pegunungan. Hal ini berbeda dengan penelitian Asmin (2001) dimana pada daerah pesisir pantai dan daerah pegunungan tidak terdapat perbedaan nyata pada prestasi akademiknya.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik

Sesuai dengan Prasetyo (1993) dalam Asmin (2001), masalah yang sering dihadapi siswa adalah sukarnya mengingat pembelajaran, sukar berkonsentrasi, kesulitan dalam membaca dan menulis, dan tidak adanya gairah dalam belajar.

Skor prestasi belajar Pesisir Pantai Pegunungan Uji beda P-value mean±SD mean±SD mean±SD

Matematika 74.55±8.84 68.55±7.64 71.55±8.90 0.000*** Bahasa Indonesia 80.45±9.09 68.35±6.91 74.40±10.22 0.000*** Bahasa Inggris 75.6±8.37 64.3±6.13 69.95±9.38 0.000*** IPA 76.2±7.76 67.4±9.13 71.80±9.67 0.000*** IPS 75.2±6.43 71.4±5.66 73.30±6.43 0.000*** Penjaskes/Olahraga 77.75±6.40 72.35±5.46 75.05±6.61 0.000*** Kesenian 76.95±7.21 73.95±4.46 75.45±6.26 0.000*** Muatan Lokal 75.85±7.95 70.1±4.68 72.98±7.22 0.000*** PPKn 78.45±9.53 70.6±4.22 78.45±9.53 0.000*** Agama 75.45±5.23 71.45±5.78 74.52±8.45 0.000*** Keterampilan 75.7±6.91 71.8±3.23 73.45±5.94 0.000*** TIK 76.9±6.99 67.4±5.02 73.75±5.81 0.000*** Rata-rata (skor) 76.58±1.21 69.80±1.54 72.5±7.82 0.000***

Skor Prestasi Belajar Pesisir Pantai Pegunungan

n % n %

Rendah (50-64) 0 0 3 15

Sedang (65-80) 18 90 15 75

Tinggi (81-100) 2 10 2 10

(28)

Hal ini terlihat pada siswa di daerah pegunungan, dimana siswa sukar untuk membaca dan menulis, sedangkan pada daerah pantai tidak terlihat kesukaran yang terjadi pada siswa di daerah tersebut.

Prestasi non-akademik

Prestasi non-akademik merupakan sebuah pencapaian yang dapat dilihat dari seberapa seringnya siswa mengikuti dan menjuarai perlombaan maupun kejuaraan dibidang seni, olahraga, dan ilmiah yang diikuti selama satu semester.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan prestasi non-akademik

Kategori Pantai Pegunungan

Nasional Lokal Nasional Lokal

n % % n % n %

Seni 0 0 0 0 1 2.5 4 10

Ilmiah 0 0 0 0 0 0 0 0

Organisasi 0 0 0 0 0 0 1 2.5

Olahraga 0 0 6 15 0 0 4 10

Total 0 0 6 15 1 2.5 9 22.5

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa siswa pada daerah pegunungan mengikuti perlombaan atau kejuaraan disetiap bidangnya, berbeda dengan siswa pada daerah pantai yang hanya mengikuti satu perlombaan yaitu olahraga.

Hubungan Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, Gaya Pengasuhan, Pola Asuh Akademik dengan Prestasi Siswa

Menurut Soetjiningsih (1995) dalam Srinovita (2011) pendidikan yang ditempuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak, dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pengasuhan yang baik, menjaga kesehatan dan pendidikan anaknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada daerah pegunungan, namun lama pendidikan ayah berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi non-akademik siswa, hal ini dapat disebabkan oleh ketidaktahuan ayah terhadap perlombaan yang diikuti siswa selama satu semester.

Tabel 10 Nilai Koefisen Korelasi Hubungan Karakteristik Keluarga,Karakteristik Remaja, Gaya Pengasuhan, Pola Asuh Akademik dengan Prestasi Siswa

*signifikan pada 0.05 level

Variabel Akademik Non-akademik

Besar keluarga -0.218 -0.145

Pendapatan Keluarga 0.211 0.009

Lama pendidikan ayah (tahun) 0.386* -0.273 Lama pendidikan ibu (tahun) 0.333* -0.293

Pekerjaan ayah 0.373* -0.142

Pekerjaan ibu 0.017* -0.268

Pola asuh akademik 0.380* 0.012

Aktivitas siswa 0.631* 0.215

Usia siswa (tahun) 0.456** 0.268

(29)

Faktor yang diduga mempengaruhi prestasi siswa adalah faktor yang berasal dari siswa sendiri (faktor inteligensi, motivasi serta kepribadian) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan teman). Les atau kursus berhubungan positif signifikan dengan prestasi akademik siswa pada daerah pantai. Hal ini sejalan dengan penelitian Setiawati (2007), apabila siswa menggunakan waktunya untuk belajar maka siswa akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan waktu luangnya untuk bermain.

Kegiatan ekstrakulikuler berhubungan positif signifikan dengan prestasi akademik siswa pada daerah pegunungan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Setiawati (2007), dimana siswa yang aktif mengikuti berbagai kegiatan ekskul akan lebih memiliki kesempatan dalam mengembangkan keterampilan inteletual dan kemampuan bersosialisasi. Hal ini dapat memacu anak untuk semakin meningkatkan prestasi akademik.

Gaya pengasuhan berhubungan negatif signifikan dengan prestasi non-akademik. Berdasarkan Hastuti (2008), dimana saat anak memasuki usia sekolah diberikan kepercayaan untuk mencapai prestasi yang diinginkannya dengan cara mendukung dan memotivasi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia siswa pada daerah pantai berhubungan positif signifikan terhadap prestasi akademik.

Faktor-faktor yang memengaruhi Prestasi Siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal di daerah pegunungan semakin baik prestasi non-akademik siswa, dimana hal ini terbentuk karena kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan tempat tinggal siswa. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi non-akademik siswa, hal ini juga sejalan dengan penelitian Srinovita (2011). Uang saku berhubungan positif signifikan terhadap prestasi non-akademik siswa. Fasilitas belajar berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi non-akademik siswa. Kegiatan siswa berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Adanya perbedaan topografi, kondisi sosial ekonomi diantaranya pendapatan , pendidikan, besar keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi siswa (Asmin 2011)

Tabel 11 Hasil analisis regresi terhadap prestasi siswa Prestasi Siswa

Variabel Bebas Akademik Non-akademik

Unstd B Std Coef Unstd B Std Coef

Beta Sig Beta Sig

(constant) 78.262 0.000*** 65.353 0.000

Wilayah (1 = pantai , 2 = pegunungan)

-0.005 -0.004 0.178 -4.586 -0.215 0.380*

Besar Keluarga 0.101 -0.004 0.696 -0.831 -0.230 0.200* Pendapatan

Keluarga

3.794E-7 0.073 0.496 4.407E-7 0.053 0.746

Lama pendidikan ayah (tahun)

0.406 0.365 0.003 0.180 0.224 0.149

Lama pendidikan ibu (tahun)

0.117 0.111 0.414 0.730 0.043 0.047

(30)

Prestasi Siswa

Variabel Bebas Akademik Non-akademik

Unstd B Std Coef Unstd B StdCoef

Beta Sig Beta Sig

Gaya pengasuhan

- Kehangatan -0.039 0.126 0.277 -0.180 0.244 0.149 - Penolakan -0.032 -0.064 0.642 -0.208 -0.305 0.065* - Pengabaian 0.036 0.984 0.333 -0.150 -0.190 0.249 - Tidak

sayang

0.039 0.102 0.607 -0.150 -0.248 0.131

Pola asuh akademik (total skor)

0.085 0.031 0.257 0.371 0.400 0.080*

Aktivitas siswa (total skor)

0.075 0.673 0.000*** -1.897 0.097 0.609

R² 0.860 0.711

Adj. R² 0.739 0.505

F 6.387 5.542

Sig 0.000*** 0.000**

*signifikan pada 0.01 level

Pembahasan

Penelitian ini didasari oleh rendahnya pendidikan yang terjadi di daerah Papua Barat, khususnya kabupaten Fakfak. Rendahnya pendidikan disebabkan oleh rendahnya kualitas guru yang dimiliki, kurangnya sekolah, mahalnya biaya transportasi. Peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam hal pengasuhan, penyediaan stimulasi belajar, dan juga pemilihan sekolah yang tepat bagi anak. Hastuti (2009) menyatakan bahwa pola asuh akademik yang diberikan orang tua, baik melalui displin diri dan dukungan berprestasi, diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan anak (biaya sekolah , pemilihan sekolah yang tepat, motivasi, dukungan terhadap prestasi siswa). Pendidikan tidak hanya dari sekolah, namun dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler maupun les atau kursus yang diikuti anak. Pada usia sekolah, anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, membangun hubungan persahabatan dengan teman sebaya, dan melakukan aktifitas yang beragam dengan lingkungan sekitar (Mukhlishoh 2013 ).

Hasil penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) dalam Hastuti (2009) memperlihatkan bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi dan relatif memiliki pendapatan yang tinggi, dapat memberikan stimulasi yang lebih baik, memiliki alokasi waktu yang lebih banyak dengan anak, lebih sering melakukan interaksi kepada anak, dan mampu memberikan biaya yang cukup untuk aktivitas anak baik kegiatan ekstrakulikuler ataupun kegiatan kurikuler. Menurut Tjokrowinoto (1984) dalam Asmin (2000) menyatakan bahwa rendahnya pendidikan orangtua menyebabkan ketidaktahuan akan cara pengasuhan yang baik terhadap anak.

(31)

Schwalm (2006) menunjukkan bahwa hubungan pengasuhan antara lingkungan dan praktek pengasuhan serta penolakan siswa di China berhubungan dan berkorelasi terhadap prestasi belajar. Terdapat perbedaan yang nyata yang disajikan pada Tabel 14 bahwa lebih dari separuh persentase berdasarkan prestasi belajar menunjukkan bahwa daerah pesisir pantai termasuk kedalam kategori sedang (90 persen).

Pada ketersediaan alat stimulasi belajar pada kedua wilayah tersebut, tidak terdapat perbedaan walaupun pendapatan orang tua pada kedua wilayah tersebut sangat berbeda. Persentase terbesar kepemilikan alat stimulasi adalah kamus baik bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris.

Untuk rata-rata skor mata pelajaran menunjukkan bahwa pada daerah pesisir pantai lebih menonjol prestasi akademikya daripada daerah pegunungan. Prestasi non-akademik dilihat dari kejuaraan yang diikuti siswa, dimana siswa pada daerah pesisir pantai umumnya menjuarai cabang olahraga, seperti tenis meja, sepak bola dan lari. Lain halnya dengan siswa pada daerah pegunungan, dimana pada prestasi non-akademik umumnya menjuarai cabang seni dan olahraga seperti, menari, menyanyi dan sepak bola.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Gaya pengasuhan yang diterapkan orangtua pada daerah pesisir pantai adalah afektif, dimana orangtua menerima anak dengan sangat baik dan bangga terhadap anaknya, namun untuk daerah pegunungan, gaya pengasuhan yang cenderung digunakan adalah penolakan. Kualitas pola asuh akademik yang diberikan orangtua baik pada daerah pantai maupun pegunungan berada pada kategori rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orangtua terhadap pola asuh akademik yang baik serta pendekatan terhadap aktivitas-aktivitas yang diikuti anak tiap minggunya seperti les dan ekstrakulikuler. Fasilitas belajar yang diberikan orangtua kepada anak termasuk kedalam kategori rendah disebabkan oleh pendapatan orangtua dibawah UMR Papua Barat (Rp 1 870 000).

Untuk prestasi, pada kedua wilayah masing-masing menunjukkan kekhasannya, siswa di daerah pantai sangat baik di bidang akademik dan siswa di daerah pegunungan sangat baik di bidang non-akademik khususnya seni dan olahraga. Beberapa faktor mempengaruhi prestasi siswa, baik akademik maupun non-akademik yaitu lama pendidikan orangtua, aktivitas siswa, gaya pengasuhan penolakan dan pola asuh akademik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dan pola asuh akademik berpengaruh terhadap prestasi siswa SMP di Kabupaten Fakfak baik akademik maupun non-akademik.

Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang tidak memengaruhi prestasi non-akademik siswa, disarankan bahwa orangtua mengetahui perkembangan anak dengan cara mengetahui kegiatan ekstrakulikuler dan les yang diikuti anak. Beberapa rekomendasi penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain perlu adanya penelitian lanjutan di daerah yang sama untuk melihat pengaruh lingkungan sekolah dan peer group

(32)

perlu dilakukan penelitian lanjutan di wilayah tersebut sehingga hal ini dapat menjadi referensi untuk pemerintah Papua atau Papua Barat dan juga khalayak umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1995. Besar Keluarga di Indonesia

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2008. Angka partisipasi murni Kabupaten Fakfak [BPS] Badan Pusat Statistika. 2010. Angka partisipasi murni Papua

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Keadaan Umum Papua Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistika kabupaten Fakfak. 2013. Kabupaten Fakfak dalam angka. Papua Barat : Fakfak.

[USAID] United States Agency International Development. 2013. Kilas Balik Pendidikan di Indonesia

[BBC] British Broadcasting Corporation. 2014. Sistem Pendidikan Korsel Teratas di Dunia

Akuntono I. 17 Okt 2011. Tantangan Membangun Pendidikan di Papua. Kompas.

Arisandi R. 2007. Analisis prestasi anak terhadap gaya pengasuhan orangtua, kecerdasan emosional, aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMA 3 Sukabumi. [Skripsi].Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Asmin RM. 2000. Keragaan prestasi belajar anak sekolah dasar penerima pmt-as di daerah pegunungan dan daerah pantai , propinsi NTT. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Gunarsa SD & Gunarsa SY. 2004. Psikologi praktis anak, siswa, & keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

. 2006. Psikologi perkembangan anak dan siswa. Jakarta (ID) : BPK Gunung Mulia.

Hastuti D. 2009. Pengasuhan : teori dan prinsip serta aplikasinya di Indonesia. Edisi revisi. Bogor : IPB Press.

Herniati H. 2011. Gaya pengasuhan, konsep diri, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa SMA pada berbagai model pembelajaran. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hidayat R. 28 April 2014. Tiga tantangan pendidikan nasional. Koran Sindo Hurlock EB. 1983. Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Ed ke-V. Jakarta (ID) : Erlangga.

Indriyani F. 2008. Pola asuh orangtua terhadap anak berprestasi di sekolah : studi kasus di smp negeri 1 pandaan. [Skripsi]. Malang : Universitas Islam Negeri.

Irham M & Novan AW. 2013. Psikologi pendidikan : teori dan aplikasi dalam proses pembelajaran. Jogjakarta (ID) : Ar-ruzz Media.

Kusumaningrum A. 2006. Keragaan anak-anak sibuk : prestasi belajar, kecerdasan emosional, status gizi, dan status kesehatan. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Latifah M, Alfiasari, Neti H. 2009. Kualitas tumbuh kembang, pengasuhan orangtua, dan faktor risiko komunitas pada anak usia prasekolah wilayah pedesaan di bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5 : 143-153. Megawangi R, Latifah M, Dina WF. 2008. Pendidikan Holistik. Jakarta (ID):

(33)

Muchtar M. 2000. Status anemia dan prestasi belajar siswi SMUN 1 Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Mukhlishoh F. 2013. Pengaruh modal sosial dalam keluarga dan pengasuhan

penerimaan-penolakan kontrol diri anak. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nikmah M.2011. Pengaruh pola asuh orangtua terhadap perkembangan kemandirian anak didik TK Matahari Jepara tahun pelajaran 2010/2011. [Skripsi]. Semarang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Nebel-Schwalm MS. 2006. The relationship between parent-adolescent conflict and academic achievement. [Thesis]. United States : Michigan State University

Nurhayati S. 2011. Analisis kecerdasan emosional, kematangan sosial, self-esteem, dan prestasi belajar pada mahasiswa penerima program beasiswa santri berpestasi (PBSB). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Permatasari CL. 2011. Nilai budaya, pengasuhan penerimaan-penolakam dan perkembangan sosial anak usia 3-5 tahun pada keluarga kampong adat urug, bogor. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Pitriyani E. 1999. Prestasi belajar anak sd yang bekerja sebagai pedagang asongan di desa Babakan, kecamatan Dramaga, kabupatan Bogor. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Prihatina RD. 2010. Konsep diri, kecerdasan emosional, tingkat stress, dan strategi koping siswa pada berbagai model pembelajaran. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Rahayu MD.2009. Pola asuh anak ditinjau dari aspek relasi gender kasus pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak di kelurahan Sukajadi, kecamatan Dumai Timur, kota Dumai, Provinsi Riau. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Retno. 18 Nov 2013. Wamen Pertanian Bangga Fakfak Maju. Radar Timika Online.

Rohner RP. 1986. The warmth dimension. London: Sage

Riaz MN. 2012. Perception of Parental Acceptance and Rejection in Emotionally Empathic and Non-Empathic Adolescents. Pakistan Journal of Social and

Clinical Psychology 10 : 60-69

Sa’ddiyah NY. 1998. Pengaruh karakteristik keluarga dan pola pengasuhan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak(studi kasus etnis jawa dan minang). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Sahputra N. 2009. Hubungan konsep diri dengan prestasi belajar mahasiswa S1 keperawatan semester III kelas ekstensi PSIK FK USU Medan. [Skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Santrock JW. 2007. Perkembangan anak Jilid 2. Ed ke-II. Mila Rachmawati, Anna Kuswanti, penerjemah: Jakarta (ID) : Erlangga. Terjemahan dari:

Adolescence.

Schwalm MS. 2006. The relationship between parent-adolescent conflict and academic achievement. [Thesis]. East Lansing : Michigan State University

(34)

Simanjuntak M. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteaan keluarga dan prestasi belajar anak pada keluarga penerima program keluarga harapan (PKH). [Tesis] Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Srinovita Y.2011. Hubungan pola asuh dan ketersediaan alat stimulasi belajar dengan prestasi belajar siswa yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah. [Skripsi]. Bogor : Institu Pertanian Bogor.

Srinovita Y, Dwi H, Istiqlaliyah M. 2012. Pola asuh belajar , ketersediaan stimulasi, dan prestasi siswa dengan perbedaan latar belakang pendidikan sekolah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 5 : 147-156.

Sullivan DW, Patricia LH. 2008. Student differences and environment perceptions: How they contribute to student motivation in rural high schools. Science Direct :Learning and Individual Differences 18 : 471– 485.

Sunarti E. 2004. Mengasuh dengan hati, tantangan yang menyenangkan. Jakarta (ID) : Gramedia.

Surbakti EB. 2012. Parenting anak-anak. Jakarta (ID) : Gramedia.

Vanwi RI. 24 Apr 2012. Safli Jalal: Jenjang Pendidikan di Papua Dibawah Target Nasional. Suara Pembaruan.

Wandini K. 2008. Pengaruh pola asuh belajar, lingkungan pembelajaran, motivasi belajar dan potensi belajar terhadap prstasi belajar siswa sekolah dasar. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

(35)
(36)

Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jawaban pertanyaan gaya pengasuhan

Pertanyaan

Pesisir Pantai

Pegunungan

Hampir/ Selalu

Kadang-kadang

Jarang Tidak Pernah

Hampir/ Selalu

Kadang-kadang

Jarang Tidak Pernah

n n n n n n n n

Pertanyaan 1 17 2 1 0 15 4 0 1

Pertanyaan 2 13 2 4 1 17 2 0 1

Pertanyaan 3 10 3 6 3 7 5 6 2

Pertanyaan 4 7 4 4 5 8 4 2 6

Pertanyaan 5 11 5 1 3 10 6 1 3

Pertanyaan 6 3 4 8 5 4 9 4 3

Pertanyaan 7 1 6 9 4 5 9 4 1

Pertanyaan 8 5 4 7 4 14 7 2 3

Pertanyaan 9 9 7 1 3 10 4 2 1

Pertanyaan 10 9 6 4 1 7 6 6 1

Pertanyaan 11 2 7 6 5 6 8 5 1

Pertanyaan 12 8 8 3 1 12 5 2 1

Pertanyaan 13 11 5 3 1 4 1 8 7

Pertanyaan 14 12 5 2 1 14 3 0 3

Pertanyaan 15 13 5 1 1 11 5 1 3

Pertanyaan 16 9 8 1 2 3 1 6 10

Pertanyaan 17 11 2 7 0 6 2 6 6

Pertanyaan 18 6 2 6 6 2 6 2 10

Pertanyaan 19 6 5 5 4 7 6 4 3

Pertanyaan 20 1 10 4 5 2 9 4 5

Pertanyaan 21 16 3 1 0 16 2 1 1

Pertanyaan 22 13 5 2 0 15 4 1 0

Pertanyaan 23 5 3 12 0 13 4 3 1

Pertanyaan 24 6 4 6 4 5 11 3 1

Pertanyaan 25 11 6 2 1 7 1 1 11

Pertanyaan 26 13 6 1 0 0 9 6 5

Pertanyaan 27 4 3 0 13 6 3 5 6

Pertanyaan 28 2 1 5 12 5 5 5 5

Pertanyaan 29 6 4 0 6 4 6 2 8

Pertanyaan 30 8 5 7 0 5 2 5 8

Pertanyaan 31 6 4 3 7 3 5 4 5

Pertanyaan 32 3 7 5 5 5 1 6 4

Pertanyaan 33 10 3 1 6 5 7 5 3

Pertanyaan 34 7 3 6 4 3 2 8 7

Pertanyaan 35 3 4 2 11 5 3 5 4

Pertanyaan 36 5 3 4 8 0 5 9 6

Pertanyaan 37 4 4 5 7 10 6 0 4

Pertanyaan 38 4 4 4 8 5 6 5 4

Pertanyaan 39 4 6 4 6 4 6 5 5

Pertanyaan 40 4 7 2 7 4 4 5 7

Pertanyaan 41 5 5 5 6 3 3 8 6

Pertanyaan 42 3 6 4 7 3 4 8 5

(37)

Pertanyaan 44 9 3 6 2 4 5 10 1

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jawaban pertanyaan pola asuh akademik

Pertanyaan Pesisir Pantai Pegunungan

Tidak

Orangtua memberikan pujian kepada anda apabila belajar tepat waktu

1 9 10 1 9 10

Orangtua menjadi contoh yang baik saat mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya

1 8 11 1 12 8

Orangtua tidak pernah membiarkan anda untuk tidak belajar

13 1 6 5 8 7

Orangtua membiarkan anda tidak belajar 11 5 4 11 5 4

Orangtua tidak membiarkan anda gagal dalam pelajarannya

5 8 7 6 7 7

Orangtua selalu mempunyai cara agar anda belajar

1 2 17 1 9 10

Orangtua selalu mengingatkan anda saat tiba jam belajar

2 7 11 4 4 12

Orangtua tidak menginginkan anda untuk belajar diluar rumah

6 10 4 7 8 5

Orangtua membantu anda untuk membantu anak untuk menepati jadwal belajarnya

2 7 11 5 6 9

Orangtua khawatir apabila anda terlambat pulang sekolah

2 4 14 3 7 10

Orangtua tidak khawatir apabila anda terlambat pulang sekolah

11 3 6 7 8 5

Orangtua bertanya kepada anda apabila ada PR atau tidak

(38)

Orangtua tidak pernah menanyakan anda apabila ada PR atau tidak

7 6 7 7 7 6

Orangtua mengingatkan anda untuk selalu belajar dirumah

0 5 15 2 6 12

Orangtua akan membantu anda dalam mengatasi masalah

2 9 9 0 11 9

Orangtua menanyakan kegiatan anda sehari-hari

3 5 12 6 6 8

Orangtua memenuhi kebutuhan sekolah anda sehari-hari

1 6 13 0 7 13

Orangtua memberikan anda kesempatan untuk bertanya atau berpendapat

2 7 11 1 7 12

Orangtua adil dalam pembagian pekerjaan dirumah

2 6 12 2 6 12

Total 76 117 201 74 133 185

DUKUNGAN BERPRESTASI

Orangtua akan menegur anak apabila tidak mengerjakan tugas sekolahnya

1 5 14 2 3 15

Orangtua setia menemani anak saat belajar

4 14 2 4 5 11

Orangtua setia menemani anak saat belajar

5 12 3 6 9 5

Orangtua memeriksa kembali pekerjaan rumah anak sampai benar semua

1 6 13 5 7 8

Orangtua mendorong anak untuk mencapai prestasi sesuai minatnya

2 7 11 6 9 5

Orangtua membantu anaknya saat menghadapi kesulitan mengerjakan PR

3 4 13 3 5 12

Orangtua memberi pujian saat anak menjadi juara kelas

3 5 12 5 5 10

Orangtua senantiasa memberi contoh dengan cara menyelesaikan pekerjaan dengan teliti

4 10 6 6 6 8

Orangtua menegur anak yang mengerjakan pekerjaan sederhana dengan ceroboh

5 7 8 2 10 8

Orangtua memuji anak yang berhasil mengerjakan pekerjaan yang sulit dengan teliti

4 3 13 5 4 11

Orangtua menegur anak yang menonton Televisi/main seharian sehingga lupa belajar

7 5 8 10 6 4

Orangtua tidak mengetahui cita-cita anak 3 11 6 7 10 3 Orangtua tidak mengetahui minat anak

yang sebenarnya

3 9 8 5 8 7

Orangtua membimbing anak saat belajar 4 5 11 3 13 4

Orangtua memuji anak apabila anak telah selesai mengerjakan PR

3 9 8 5 9 6

Orangtua aktif membimbing anak saat belajar

4 9 7 6 10 4

(39)

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada daerah pantai

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik siswa pada daerah pegunungan

N

Orangtua mengawasi anak apabila ada ulangan

7 2 11 8 5 7

Orangtua bangga dengan hasil yang anak dapatkan walaupun nilai yang didapatkan kurang bagus

5 9 6 6 8 6

Orangtua akan memberikan hadiah apabila anak masuk dalam rangking 5 besar

6 7 7 7 8 5

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Skema Penarikan Contoh
Tabel 1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas dan stabilitas busa SDS ( Sodium Dodecyl Sulphate ) secara kontinu dan dinamik terhadap variabel perubahan

[r]

adalah kemampuan surfaktan yang tetap dalam bentuk busa dan kemampuannya untuk. tidak

[r]

Membaca akta permohonan banding yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan Agama Maninjau, yang menyatakan bahwa pada hari Selasa, tanggal 12 Agustus 2014 pihak

2) Do students learn under computer-assisted RME have better achievement and influences on higher order thinking skills compared to students who learn under RME only based on

Sur at Kuasa bagi yang diw akilkan, yang namanya ter cantum dalam Akta Pendir ian/ Per ubahan – per usahaan dan ditandatangani oleh kedua bel ah pi hak yang