( ARSITEKTUR METAFORA )
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
YOHANA 07 0406 031
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A
( ARSITEKTUR METAFORA )
LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
YOHANA 07 0406 031
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A
( ARSITEKTUR METAFORA )
Oleh :
YOHANA
07 0406 031
Medan, 22 Juni 2011
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 196606221997021001 Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M. Phil., Ph.D.
NIP. 195209271983031003
R. Lisa Suryani, S.T., M.T.
( SHP2A )
Nama : Yohana
NIM : 070406031
Judul Proyek Akhir : Medan Wax Sculpture Museum
Tema Proyek Akhir : Arsitektur Metafora
Rekapitulasi Nilai :
Nilai A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing
I
Paraf
Pembimbing
II
Koordinator
TKA - 490
1 LULUS
LANGSUNG
2 LULUS
MELENGKAPI
3 PERBAIKAN
TANPA SIDANG
4
PERBAIKAN DENGAN
SIDANG
5 TIDAK LULUS
Medan , 22 Juni 2011
Ketua Departemen Arsitektcur Koordinator TKA – 490
_
Ir. N. Vinky Rahman, M.T. Ir. N. Vinky Rahman, M.T.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan dan menerangi jalan Penulis dalam memulai dan menyelesaikan proyek Tugas
Akhir pada tahun ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Arsitektur di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Penulis juga
mengucapkan syukur atas hadiah di balik setiap masalah yang hadir dalam pengerjaan
proyek ini, di mana Penulis belajar bahwa usaha yang tulus akan membuahkan hasil yang
indah walaupun harus melalui kesukaran dan hambatan sepanjang pengerjaannya.
Penulis mengucap syukur dan berterima kasih kepada Ayah dan Ibu, untuk semua
kasih, dukungan, doa, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada Penulis. Juga kepada
adik Penulis yang selalu bersedia menjadi pendengar yang baik dan saran dan idenya yang
sangat membantu dalam pengerjaan proyek ini. Terima kasih untuk selalu ada.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M. Phil, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I dan
Ibu R. Lisa Suryani, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II, untuk bimbingan dan
arahan, ilmu dan wawasan, serta dukungan moral dan konsistensi selama pengerjaan
Tugas Akhir dari awal sampai akhir.
2. Bapak Devin Defriza, S.T., M.T. dan Bapak Wahyu Abdillah, S.T., selaku Dosen
Penguji, untuk bimbingan dan arahan, serta ilmu dan wawasan yang diberikan kepada
Penulis.
3. Para staf dosen pengajar dan pegawai tata usaha di lingkungan Fakultas Teknik
Departemen Arsitektur untuk semua kerja sama yang baik.
4. Teman – teman satu studio Tugas Akhir atas informasi, pendapat, saran, dan suka duka
yang telah dibagi bersama selama pengerjaan Tugas Akhir ini. Kepada Agus Mustika,
Julaiha Hasibuan, dan Anggrelany Wiryo, atas suka dukanya dalam berpetualang
mencari data dan Informasi.
5. Kak Ayu dan Kak Dewi, atas cerita dan saran yang telah dibagi kepada Penulis, juga
telah menjadi pendengar yang baik bagi Penulis.
6. Seniman-seniman Galeri Payung Teduh : Bapak Idris Pasaribu dan Bapak Wan Saad,
atas cerita, kisah, dan pandangannya terhadap Legenda Putri Hijau yang sangat
penjelasannya tentang seni patung, cara membuatnya, serta telah berbagi mengenai
pengalaman pribadi dalam mematung yang sangat membuka wawasan Penulis; Bapak
Selwa Kumar, atas informasi yang diberikan, dan telah mempertemukan Penulis
dengan sejumlah orang (Bapak Irwansyah, Bapak Erond L. Damanik, dan Bapak
Herman (Om Churchill) ) yang sangat membantu penelitian Penulis; serta
seniman-seniman lainnya yang telah berbagi cerita dan membantu pengumpulan informasi
Penulis.
7. Bapak Irwansyah, atas penjelasannya mengenai Putri Hijau kepada Penulis dan telah
meminjamkan tesis S2 beliau (Syair Putri Hijau) yang sangat membantu Penulis dalam
memenuhi data-data yang Penulis butuhkan.
8. Bapak Erond L. Damanik, atas penjelasannya mengenai Putri Hijau dan telah
meminjamkan buku berisi kompilasi Legenda Putri Hijau serta laporan kegiatan
penelitian beliau terkait tokoh – tokoh yang memiliki kontribusi penting bagi kota
Medan.
9. Bapak Herman (Om Churchill), atas ketersediaannya dalam meluangkan waktu
mengajak Penulis berkeliling Istana Maimoen dan menceritakan kisah dan sejarah
kerajaan serta nasihat – nasihat dan sedikit pengalaman hidup yang sungguh
menginpirasi dan menambah kedekatan Penulis dengan sejarah kota kelahiran Penulis
sendiri, kota Medan.
10.Franz Harmanto, atas penjelasan teknis mengenai museum patung lilin dan dukungan
serta semangat yang telah diberikan kepada Penulis.
11.Universitas Negri Medan, atas kerja sama yang baik dalam memberikan data yang
Penulis butuhkan berkaitan dengan edukasi seni patung.
Akhir kata Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
penulisan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan membuka
wawasan sejarah penduduk kota Medan khususnya di Departemen Arsitektur USU.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL xii
DAFTAT DIAGRAM xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang proyek 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Proyek 4
1.3. Fungsi Proyek 5
1.4. Manfaat Proyek 5
1.5. Sasaran Proyek 6
1.6. Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek 6
1.7. Metode Pengumpulan Data 7
1.8. Pendekatan Perancangan 8
1.9. Asumsi-Asumsi 8
1.10. Kerangka Berpikir 9
1.11. Sistematika Penulisan Laporan 10
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK
2.1. Terminologi Judul 11
2.2. Tinjauan Umum 13
2.2.1. Museum 13
2.2.1.1. Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia 15
2.2.1.2. Sejarah Permuseuman di Indonesia 16
2.2.1.3. Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989 18
2.2.1.4. Struktur Organisasi Museum 21
2.2.1.5. Prinsip Dasar Museum 22
2.2.1.5.1. Luas 22
2.2.1.5.2. Pencahayaan 23
2.2.1.5.4. Organisasi Ruang 26
2.2.2. Patung Lilin 31
2.2.2.1. Sejarah Patung Lilin 31
2.2.2.2. Proses Pembuatan Patung Lilin 31
2.2.2.3. Objek Koleksi 34
2.2.2.3.1. Pengertian Objek Koleksi 34
2.2.2.3.2. Persyaratan Objek Koleksi 34
2.3. Tinjauan Lokasi Proyek 34
2.3.1. Kondisi Lingkungan 34
2.3.2. Persyaratan Dan Kriteria Lokasi 36
2.3.3. Kriteria Desain Tapak 37
2.3.4. Analisa Pemilihan Lokasi 39
2.3.5. Pemilihan Lokasi 40
2.3.6. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan 45
2.4. Studi Banding Fungsi Sejenis 46
BAB 3 ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Arsitektur 50
3.2. Pengertian Metafora 51
3.3. Pengertian Arsitektur Metafora 52
3.4. Interpretasi Tema 55
3.5. Kerajaan (H)Aru dan Legenda Putri Hijau 55
3.5.1. Kerajaan (H)Aru 55
3.5.2. Kisah Putri Hijau 58
3.6. Studi Banding Tema Sejenis 61
BAB 4 ANALISA
4.1. Analisa Fisik 69
4.1.1. Analisa Tata Guna Lahan 71
4.1.2. Analisa Intensitas Bangunan 83
4.1.3. Analisa Sirkulasi 85
4.1.4. Analisa Pencapaian 89
4.1.6. Analisa Vegetasi 92
4.1.7. Analisa Utilitas 94
4.1.8. Analisa View 94
4.1.9. Analisa Kebisingan 97
4.1.10.Analisa Matahari 97
4.2. Analisa Non-Fisik 98
4.2.1. Analisa Pola Kegiatan 98
4.2.2. Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan 100
4.2.3. Analisa Fungsional 103
4.2.3.1.Analisa Peminat Seni Patung 103
4.2.3.2.Analisa Pengunjung Museum di Medan 104
4.2.3.3.Analisa Daya Tampung Museum 107
4.2.4. Program Ruang 108
4.2.5. Kebutuhan Areal Parkir 113
BAB 5 KONSEP
5.1. Konsep Ruang Luar 115
5.2. Konsep Ruang Dalam 116
5.3. Konsep Bentukan Masa 117
5.4. Konsep Pengalaman Ruang Luar dan Interior Ruang Pamer 118
BAB 6 HASIL PERANCANGAN
6.1. Site Plan dan Ground Plan 122
6.2. Denah 123
6.3. Potongan 124
6.4. Tampak 125
6.5. Rencana Pembalokan dan Pondasi 126
6.6. Rencana Atap dan Detail Kuda-Kuda 127
6.7. Detail Kuda-Kuda dan Detail Pondasi 128
6.8. Rencana Elektrikal 129
6.9. Rencana Sanitasi 130
6.10. Rencana Titik Sprinkler 131
6.12. Rencana Pengkondisian Udara 133
6.13. Rencana CCTV dan Telepon 134
6.14. Gambar 3D dan Foto Maket 135
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh susunan ruang pameran 25
Gambar 2. Susunan sirkulasi ruang pameran 25
Gambar 3. Contoh Susunan Areal Servis 30
Gambar 4. Peta Kota Medan dan WPP 40
Gambar 5. Peta lokasi Kecamatan Medan Barat 41
Gambar 6. Peta lokasi Kecamatan Medan Barat yang dilewati pertemuan
Sungai Deli dan Sungai Babura 41
Gambar 7. Peta lokasi titik awal perkembangan Kampung Medan Putri oleh
Guru Patimpus (di antara Sungai Deli dan Sungai Babura) 41
Gambar 8. Peta lokasi bekas tempat turun naga (Ledenda Putri Hijau)
(Lah Husny, 1978:69) 42
Gambar 9. Peta alternatif lokasi museum 42
Gambar 10. Alternatif lokasi 1 42
Gambar 11. Alternatif lokasi 2 43
Gambar 12. Alternatif lokasi 3 43
Gambar 13. Museum Madame Tussauds 46
Gambar 14. Patung lilin di Madame Tussauds (kiri ke kanan :
Madame Tussauds, Albert Einstein, William Shakespeare) 48
Gambar 15. Museum Images of Singapore 48
Gambar 16. Patung Lilin di dalam Museum Images of Singapore 49
Gambar17. Eksterior Danish Jewish museum 61
Gambar 18. Pintu masuk Danish Jewish museum 61
Gambar 19. Simbol Metzvah 61
Gambar. 21. Eksterior Notre Dame du Haut 62
Gambar 22. Tampak utara Notre Dame du Haut 63
Gambar 23. Tampak selatan Notre Dame du Haut 63
Gambar 24. Potongan Notre Dame du Haut 63
Gambar 25. Berbagai macam interpretasi terhadap Notre Dame du Haut 64
Gambar 26. Denah Notre Dame du Haut 64
Gambar 27. Interior Notre Dame du Haut 65
Gambar 28. Exterior museum Guggenheim, Bilbao 65
Gambar 29. Interior galeri museum 66
Gambar 30. Interior Atrium museum 66
Gambar 31. Nationale-nederlanden building ( The Dancing House) 67
Gambar 32. Sketsa ide Nationale-nederlanden building ( The Dancing House) 67
Gambar 33. Denah Nationale-nederlanden building ( The Dancing House) 68
Gambar 34. Fasad Nationale-nederlanden building ( The Dancing House) 68
Gambar 35. Lahan kosong (Deli Super Block) 69
Gambar 36. Sungai Deli 69
Gambar 37. Kantor PTPN 9 69
Gambar 38. Foto udara lokasi proyek 70
Gambar 39. Analisa Tata Guna Lahan 71
Gambar 40. Analisa Tata Guna Lahan Pemukiman 73
Gambar 41. Pemukiman di Jalan Pisang dan Jalan Sei Deli 73
Gambar 42. Pemukiman di Jalan Tembakau Deli 73
Gambar 43. Analisa Tata Guna Lahan Komersil 74
Gambar 44. Ruko komersil Jalan Guru Patimpus 75
Gambar 45. Ruko komersil Jalan Gatot Subroto 75
Gambar 47. Harian Analisa 75
Gambar 48. Plasa Telkom 75
Gambar 49. Showroom Toyota 75
Gambar 50. Deli Plaza 76
Gambar 51. Grand Palladium 76
Gambar 52. Tata Guna Lahan Perkantoran 76
Gambar 53. Kantor Dinas Perdagangan 77
Gambar 54. Kantor TVRI 77
Gambar 55. Kantor Telkom 77
Gambar 56. Kantor PTPN 9 77
Gambar 57. Kantor Walikota 77
Gambar 58. Gedung DPRD 77
Gambar 59. Capital Building 77
Gambar 60. Dept. Hukum dan HAM 77
Gambar 61. Kantor Pos 77
Gambar 62. Bank BRI 77
Gambar 63. Bank Danamon 77
Gambar 64. Bank Indonesia 78
Gambar 65.Mandiri 78
Gambar 66. Bank Mutiara 78
Gambar 67. Bank Mega 78
Gambar 68. Bank BNI 78
Gambar 69 JW Marriot. 78
Gambar 70. Grand Aston 78
Gambar 71. Dharma Deli 78
Gambar 73. Hotel Arya Duta 79
Gambar 74. Deli Super Block 79
Gambar 75. Tata Guna Lahan Sarana Pendidikan 80
Gambar 76. SD Negri 80
Gambar 77. IBBI 80
Gambar 78. Analisa Tata Guna Lahan Fasilitas Umum 81
Gambar 79. Mesjid (Jalan Sei Deli) 81
Gambar 80. SPBU (Jalan Guru Patimpus) 81
Gambar 81. Analisa Tata Guna Lahan Ruang Terbuka 82
Gambar 82. Lapangan Merdeka 82
Gambar 83. Pekuburan (Jalan Guru Patimpus) 82
Gambar 84. Pekuburan Jalan Sei Deli 82
Gambar 85. Lapangan Benteng 82
Gambar 86. Analisa Intensitas Bangunan 83
Gambar 87. Skyline view dari Jalan Putri Hijau (Potongan A – A’) 83
Gambar 88. Skyline view dari Jalan Maulana Lubis dan Jalan Raden Saleh
(Potongan B – B’) 83
Gambar 89. Skyline view dari Jalan Guru Patimpus (Potongan C – C’) 84
Gambar 90. Aksonometri kawasan 84
Gambar 91. Analisa Sirkulasi 85
Gambar 92. Analisa Pencapaian 89
Gambar 93. Analisa Arsitektur Kota 89
Gambar 94. Analisa Vegetasi 92
Gambar 95. Utilitas di sekitar site 94
Gambar 96. Analisa View ke luar 95
Gambar 98. Analisa Kebisingan 97
Gambar 99. Analisa Matahari 97
Gambar 100. Konsep zoning ruang luar 115
Gambar 101. Konsep sirkulasi ruang luar 115
Gambar 102. Konsep open space 116
Gambar 103. Konsep zoning ruang dalam 116
Gambar 104. Konsep sirkulasi ruang dalam 117
Gambar 105. Konsep bentukan masa 117
Gambar 106. Konsep pengalaman ruang luar 118
Gambar 107. Konsep interior ruang pamer 118
Gambar 108. Konsep interior ruang pamer bertema Mencari cahaya Hijau 119
Gambar 109. Konsep interior ruang pamer bertema Cahaya Hjau = Putri Hijau 119
Gambar 110. Konsep interior ruang pamer bertema Perang 120
Gambar 111. Konsep interior ruang pamer bertema Ombak besar dari Laut 120
Gambar 112. Konsep interior ruang pamer bertema Dilarikan naga 121
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Museum yang didirikan sebelum dan
sesudah kemerdekaan 18
Tabel 2. Standar luas museum 22
Tabel 3. Potensi pengembangan wilayah kota Medan 35
Tabel 4. Perbandingan lokasi alternatif site 43
Tabel 5. Jalan dengan sirkulasi kepadatan tinggi 85
Tabel 6. Jalan dengan sirkulasi kepadatan menengah 87
Tabel 7. Jalan dengan sirkulasi kepadatan rendah 88
Tabel 8. Arsitektur Kota sekitar 90
Tabel 9. Vegetasi Sekitar 93
Tabel 10. View ke luar site 95
Tabel 11. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan 100
Tabel 12. proporsi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menonton
pertunjukan kesenian di Medan 103
Tabel 13. Jumlah penduduk kota medan 104
Tabel 14. Jumlah pengunjung museum daerah sumatera utara 104
Tabel 15. Data Pengunjung Museum di Medan 105
Tabel 16. Perbandingan golongan usia 105
Tabel 17. Pertumbuhan jumlah siswa dan guru SD di kota Medan 105
Tabel 18. Pertumbuhan jumlah siswa dan guru SLTP , SMA , SMK
kota Medan 106
Tabel 19. Program ruang unit pelayanan umum 108
Tabel 20. Program ruang unit pelayanan administrasi 110
Tabel 22. Program ruang unit pelayanan servis 112
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Struktur Organisasi Museum 21
Diagram 2. Pola kegiatan pengunjung 98
Diagram 3. Pola kegiatan pengelola 99
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang proyek
Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama
bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk
mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi
pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara
berpikir secara historis.
Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang menarik. Tak hanya itu, sejarah juga
mengajarkan hal-hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dari sejarah, kita
dapat mempelajari latar belakang suatu masyarakat atau sebuah kota. Masih ada pandangan
lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian
sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya
suatu kejadian sejarah sehingga tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi.
Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak
dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang
menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap
dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum
dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi
pelajaran yang penting.
Berbicara mengenai sejarah, ada banyak cara untuk mengenangnya dan
mengingatnya. Museum merupakan salah satu upaya untuk mengingatkan masyarakat
sebuah kota akan sejarahnya. Sejarah merupakan jati diri masyarakat, maka penting bagi
masyarakat sebuah kota untuk mengetahui perjalanan sebuah kota hingga menjadi seperti
sekarang. Museum merangkum apa yang tersisa dari zaman dahulu baik berupa
benda-benda peninggalan maupun kisah-kisah penting akan sebuah kota. Museum juga terdiri
dari beberapa jenis dan klasifikasi. Jadi ada banyak jenis cara dalam membungkus sebuah
Pelajaran sejarah Kota Medan itu penting untuk mendidik agar warga kota Medan
(dari segala usia, terutama kalangan muda) mengetahui karakter dan sejarah kotanya guna
menimbulkan kecintaan terhadap daerahnya. Selama ini, banyak warga kota Medan yang
tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya. Padahal itu penting agar kelak
bisa lebih mencintai asal usul kota kelahirannya yang akan berguna untuk mengembangkan
kota ini ke arah yang lebih baik ke depannya.
Penulis mengambil satu contoh kasus untuk memperkuat latar belakang pengerjaan
proyek ini. Salah satunya yaitu, tidak banyak yang mengetahui kisah Guru Patimpus,
pendiri kota Medan. Mantan Panglima Perang di Hatorusan itu tak lama memimpin. Usai
memerintah di Bakkara selama 10 tahun (1540-1550), tanpa sebab-musabab yang pasti, dia
secara diam-diam mengasingkan diri ke Karo di Aji Jahe (di sekitar Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo sekarang). Di desa inilah Guru Patimpus sebagai anak sulung lahir
dan tumbuh dewasa (akhir abad ke-16). Ayah Guru Patimpus bernama Si Raja Hita. Dalam
versi Toba sejarah Guru Patimpus dikenal bermarga Sinambela. Ada pula yang sepakat
beliau bermarga Sembiring Pelawi, karena lama hidup di dataran Karo. Kisah sentral peran
Guru Patimpus mendirikan Kota Medan tidak dapat dilepaskan dari usahanya mengalahkan
kehebatan seorang Jawi di Kota Bangun. Demikian sedikit gambaran mengenai kisah Guru
Patimpus namun tak banyak yang tahu mengenai kisah ini tentunya. Lalu apa pentingnya
generasi muda mengingat dan membina hubungan waktu dengan masa lampau? Penulis
berpendapat bahwa penting jika generasi muda memahaminya dari sudut pandang
pengetahuan. Atau dengan kata lain ketertarikan generasi muda memahami masa lalu kota
didorong oleh rasa ingin tahu tentang bagaimana dan mengapa ia bisa hadir dan terasa
melekat. Mengetahui sejarah sejatinya sebagai perekat antar warga penghuni kota. Rasa
kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota
tersebut. Beberapa sosiolog terkemuka menyebut bahwa masyarakat kota sebagai satu
sistem adalah cerminan dari masing-masing personalnya. Cara berpikir kota adalah cara
berpikir warganya, termasuk elemen politik sebagai pembentuk kebijakannya.
Lalu apa hubungannya dengan proyek museum patung lilin yang bernama Medan
Wax Sculpture Museum ini jika warga kota Medan tahu kisah tokoh-tokoh dalam
perjalanan sejarah kota Medan seperti Guru Patimpus misalnya? Museum ini akan
berisikan tokoh-tokoh dalam perjalanan sejarah kota Medan dari zaman dulu hingga tokoh
penting kota Medan dari era modern dari berbagai bidang dan menceritakan perjuangan,
menimbulkan kecintaan warga kota Medan terhadap kota kelahirannya sendiri yang lebih
lanjutnya akan bermanfaat unutk dijadikan pedoman dan menjadi panutan agar warga kota
Medan terutama kalangan muda semakin berkembang dan termotivasi karakter serta
cita-cita hidupnya.
Berbicara mengenai tema perancangan, penulis ingin mengangkat sebuah sejarah
kota Medan yaitu sejarah Kerajaan Haru yang berdiri di Deli Tua ke dalam tema proyek
Medan Wax Sculpture Museum. Demikian fakta sejarah yang ada mengenai Kerajaan
Haru, namun penulis ingin merancang Medan Wax Sculpture Museum ini berdasarkan
sejarah Kerajaan Haru namun dibalut alur cerita Legenda Putri Hijau, yang menurut
penelitian merupakan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, namun adanya unsur-unsur
pseudo-historis, yakni anggapan kejadian dan kekuatan yang digambarkan luar biasa dalam
kisah Putri Hijau cenderung merupakan tambahan dari kisah yang sebenarnya tentang
Kerajaan Haru dengan tujuan euhemerisme yakni menimbulkan kekaguman para
pendengarnya. Jadi, legenda ini akan diterapkan dengan menggunakan tema arsitektur
metafora untuk mentransformasikan kisah Putri Hijau ke dalam perancangan bangunan
museum ini.
Legenda (Latin : legere) sendiri memiliki pengertian cerita prosa rakyat yang
dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena
itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga
sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Meninjau penting tidaknya kedudukan Legenda Putri Hijau dalam sejarah kota
Medan, legenda ini sendiri adalah ’kisah’ kepahlawanan (folkhero) yang dikenal dan
berkembang luas dalam empat suku yaitu Melayu, Karo, Aceh, dan Simalungun. Jadi
berbicara mengenai sejarah kota Medan, Legenda Putri Hijau memiliki peranan yang
penting dalam asal mula sebuah kota Medan.
Sampai saat ini belum ada museum patung lilin seperti ini di Indonesia, sehingga
keberadaan Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di
Indonesia yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan wisata bagi masyarakat Medan
maupun menarik minat turis mancanegara. Selain itu, museum ini juga diharapkan dapat
menjadi cerminan jati diri kota Medan dan memperkenalkannya pada masyarakat kota
Tidak seperti halnya di museum patung lilin Madame Tussaud’s yang menampilkan
berbagai orang-orang terkenal dan superstar yang telah mengubah sejarah dunia dan
melegenda, dalam Medan Wax Sculpture Museum ini, sejarah akan ditampilkan dalam
patung-patung lilin tokoh-tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan dan
memberikan kontribusi yang berharga kepada kota Medan. Tidak hanya sebatas itu, Medan
Wax Sculpture Museum ini juga akan berisikan patung-patung lilin orang-orang kelahiran
kota Medan atau Sumatera Utara yang telah mengukir prestasi nasional. Masih banyak lagi
yang lainnya seperti, tokoh-tokoh dalam Legenda Putri Hijau tentunya yang turut menjadi
bagian sejarah kota Medan dalam perjalanan bangkit dan jatuhnya Kerajaan Haru yang
kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Deli. Medan Wax Sculpture Museum ini akan
lebih berfokus pada replika tokoh lokal Medan, yang meskipun di dalamnya nanti juga
akan tetap menampilkan tokoh-tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia yang
memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan. Dan pada akhirnya museum ini akan
menjadi sesuatu yang benar-benar mencerminkan ciri khas dan jati diri kota Medan.
1.2. Tujuan Proyek
Tujuan perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :
• Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat Medan maupun luar kota Medan tentang para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah
kota Medan di berbagai bidang.
• Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing.
• Sebagai media untuk mengingat, mengenang, maupun menghormati tokoh-tokoh terkenal maupun yang belum banyak dikenal yang telah berjasa dalam perjalanan
sejarah kota Medan.
• Sebagai sarana kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif.
• Menjadi pendorong untuk lebih menggalakkan pembangunan nasional dan meningkatkan mutu kehidupan bangsa.
• Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin.
• Membantu pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata, karena museum
ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat mengundang kedatangan wisatawan
lokal di berbagai daerah maupun wisatawan mancanegara.
• Membantu pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga-tenaga terampil.
1.3. Fungsi Proyek
Fungsi perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :
• Sebagai sarana informasi untuk mengenal tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan
• Memberikan wadah bagi masyarakat yang ingin melihat dari dekat para tokoh secara 3 dimensi / nyata.
• Memperkenalkan siapa saja tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.
• Media untuk menikmati karya manusia, khusunya seni patung.
• Menumbuhkan sikap untuk lebih menghargai dan menghormati para tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.
• Menjadi tempat wisata alternatif di kota Medan khususnya dan Indonesia pada umumnya.
1.4. Manfaat Proyek
Manfaat perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah :
• Menjadi pusat informasi dan pengetahuan akan tokoh-tokoh penting di kota Medan. • Membantu pemerintah dalam sektor pariwisata, karena museum ini juga sebagai
objek wisata di kota Medan, baik bagi turis lokal maupun turis asing.
• Mempopulerkan pembuatan patung dari lilin sebagai salah satu alternatif bahan, untuk memperkaya seni patung yang sudah ada di Indonesia.
1.5. Sasaran Proyek
Sasaran dari proyek ini ditujukan bagi seluruh kalangan masyarakat dari semua
golongan dan usia, khususnya masyarakat kota Medan, dan wisatawan domestik dan
mancanegara pada umunya.
1.6. Permasalahan dan Ruang Lingkup Proyek
Permasalahan yang dihadapi pada perancangan Medan Wax Sculpture Museum
adalah :
• Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan
kebutuhan pada lokasi proyek.
• Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika
dalam teori arsitektur.
• Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.
Ruang lingkup perancangan Medan Wax Sculpture Museum di kota medan adalah:
• Merupakan museum sejarah dengan fungsi utama di bidang pendidikan dengan menyediakan informasi tentang tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi penting
bagi kota Medan dan sejarahnya. Selain itu juga dapat menjadi salah satu tempat
rekreasi baik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan lokal dan asing.
• Objek koleksi yang dihadirkan yaitu tokoh yang berperan penting dalam sejarah kota Medan, tokoh kelahiran kota Medan yang telah mengukir prestasi nasional,
tokoh dalam Legenda Putri Hijau dan legenda-legenda lain yang turut menjadi
bagian sejarah kota Medan, serta tokoh luar kota Medan ataupun luar Indonesia
yang memiliki ikatan erat dengan sejarah kota Medan.
• Untuk biaya operasional museum ini diperoleh dari penjualan tiket masuk
pengunjung, cafeteria, toko-toko souvenir, serta hasil pembayaran apabila objek
difoto/diliput untuk media cetak dan media elektronik.
• Perencanaan dan perancangan proyek ini serta pelaksanaannya dianggap menyeluruh secara total, bukan secara bertahap dan segala perencanaan dan
perancangan proyek ini diproyeksikan pada perkembangan jauh ke depan.
• Yang ditekankan dalam proyek ini adalah dari segi lingkup bidang arsitektur dengan penekanan pada ide dan pengolahan perancangan dan syarat yang
ditentukan dan peraturan yang berlaku saat ini dengan tidak meninggalkan
nilai-nilai segi estetika dan budaya yang ada.
1.7. Metode Pengumpulan Data
Mengingat bahwa sampai pada saat ini proyek semacam ini belum pernah ada di
Indonesia, maka pengumpulan data yang dilakukan untuk tugas akhir ini lebih banyak
dilakukan melalui studi literatur dan survey lapangan, sedangkan studi banding tetap
dilakukan, namun objek yang dijadikan pemanding berada di luar Indonesia.
• Studi Literatur
Studi pengenalan dan pengumpulan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan proyek baik dari majalah, buku, artikel yang relevan, kamus maupun
melalui media internet untuk memperoleh informasi mengenai proyek-proyek
serupa yang terdapat di luar negeri. • Survey Lapangan
Pengamatan langsung ke lokasi atau site yang dipilih dengan tujuan untuk
mengetahui secara langsung keadaan lahan yang sebenarnya, mengenal
potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan dan permasalahan-permasalahan apa saja yang
harus dipecahakan. Serta kendala-kendala yang ada, baik yang dapat dimanfaatkan
maupun yang harus dihindari. • Studi Banding
Dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data serta langsung dari proyek
sejenis yang pernah / telah ada / dibuat. Hal ini sebagai acuan maupun
perbandingan dalam membuat desain yang nantinya merupakan perkembangan dari
1.8. Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan adalah sudut pandang seseorang dalam rangka mencoba
memecahkan suatu permasalahan perancangan. Atau dapat juga diartikan sebagai metode
atau cara untuk merancang, atau sebagai prosedur di dalam merancang. Pada proyek
Medan Wax Sculpture Museum ini, pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan
metafora Legenda Putri Hijau. Bangunan akan dirancang dengan metafora alur kisah Putri
Hijau. Menurut penulis, Legenda Putri Hijau memiliki sebuah ciri khas tersendiri yang
merupakan warisan milik masyarakat Sumatera Utara dan memiliki kaitan erat dengan
sejarah Kerajaan Haru, Deli Tua, dimana salah satu episode kisah Putri hijau ini pernah
terjadi di sekitar Jalan Putri Hijau yang sekarang. Oleh karena itu, metafora legenda ini
akan menguatkan citra bangunan akan sesuatu yang memiliki korelasi kuat dengan asal
mula sebuah kota Medan.
1.9. Asumsi-Asumsi
Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk
mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain:
• Kepemilikan bangunan disumsikan sebagai milik pemerintah daerah yang diperuntukan sebagai lembaga kultural, edukatif, rekreatif, maupun inspiratif yang
berada dibawah naungan departemen kebudayaan dan pariwisata.
• Kegiatan seni mematung dengan lilin semakin meningkat dengan kerjasama antara pemerintah dan instansi pendidikan seperti universitas maupun sekolah .
• Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan.
• Kesadaran masyarakat terhadap sejarah kota Medan semakin meningkat.
• Masyarakat semakin menghargai tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjalanan sejarah kota Medan.
1.10. Kerangka Berpikir
Latar Belakang :
• Rasa kesatuan dan memiliki kota tercermin dalam pengetahuan tentang sejarah berdirinya kota tersebut.
• Selama ini, banyak warga kota Medan yang tidak mengenal dan merasa asing dengan sejarah kotanya.
• Medan Wax Sculpture Museum ini akan menambah ragam museum di
Indonesia
Tujuan dan Manfaat :
• Memberikan suatu wadah bagi kreatifitas pematung untuk mengembangkan keterampilannya dalam menghasilkan patung lilin.
• Membangkitkan semangat generasi muda kota Medan untuk meneladani dan melanjutkan pengabdian para tokoh tersbut dalam bidangnya masing-masing.
Judul :
Medan Wax Sculpture Museum
Tema :
Arsitektur Metafora
Perumusan Masalah :
• Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.
• Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.
• Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi.
Data Perancangan : • Data Tapak • Studi Literatur • Studi Banding • Survei Lapangan • Wawancara
Analisa Tapak (Analisa Fisik) : View, sirkulasi, orientasi, dll.
Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) :
Pengguna, alur kegiatan, dll
Programming :
Program ruang dalam dan ruang luar
Konsep Perancangan Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, dan interior
1.11. Sistematika Penulisan Laporan
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang proyek, tujuan dan manfaat proyek, fungsi
proyek, manfaat proyek, sasaran proyek, permasalahan dan ruang lingkup proyek, metode
pengumpulan data, pendekatan perancangan, asumsi-asumsi, kerangka berpikir, dan
sistematika penulisan laporan.
Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, tinjauan
umum, tinjauan lokasi proyek, dan studi banding fungsi sejenis.
Bab 3 Elaborasi Tema, berisi tentang pengertian arsitektur, pengertian metafora, pengertian
arsitektur metafora, interpretasi tema, sejarah Kerajaan (H)Aru dan kisah Putri Hijau, dan
studi banding tema sejenis.
Bab 4 Analisa, berisi tentang analisa fisik, analisa non-fisik, dan program ruang.
Bab 5 Konsep, berisi tentang konsep ruang luar, konsep ruang dalam, konsep bentukan
masa, dan interior.
BAB 2
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Medan Wax Sculpture Museum. Berikut adalah
penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :
• Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia, merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera dengan luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau
3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian,
dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah
yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis
kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44'
Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan
berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.1
• Wax
Wax refer to a class of chemical compounds that are plastic (malleable) near
ambient temperatures. Characteristically, they melt above 45 °C (113 °F) to
give a low viscosity liquid. Waxes are insoluble in water but soluble in
petroleum based solvent. All waxes are organic compounds, both synthetic and
naturally occurring.2 (Wax (bahasa Indonesia : lilin) adalah kelas senyawa
kimia yang merupakan plastik (mudah dibentuk) yang mendekati suhu sekitar.
Karakteristiknya yaitu meleleh di atas 45 ° C (113 ° F) untuk memberikan
cairan viskositas rendah. Lilin tidak larut dalam air tetapi larut dalam minyak
bumi pelarut. Semua lilin adalah senyawa organik, baik sintetis dan alami.) Lilin adalah barang yang mengandung gemuk, lekat-lekat dan mudah luluh bila
dipanasi.3 • Sculpture
Sculpture is three-dimensional artwork created by shaping or combining hard
materials - typically stone - or marble, metal, glass, or wood. Softer ("plastic")
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan
2
http://en.wikipedia.org/wiki/Wax
materials can also be used, such as clay, textiles, plastics, polymers and softer
metals.4 (Sculpture (bahasa Indonesia : patung) adalah karya seni tiga dimensi
yang dibuat dengan membentuk atau menggabungkan bahan keras - biasanya
batu - atau marmer, logam, kaca, atau kayu. Bahan yang lebih lembut
("plastik") juga dapat digunakan, seperti tanah liat, tekstil, plastik, polimer dan
logam lembut.)
Patung adalah tiruan orang dan sebagainya, dibuat dari batu, kayu, dan sebagainya; arca.5
• Museum
Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan
penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk
tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset
barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada
masyarakat.6
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang
dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan
merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk
filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh
Ptolomy I Soter 280 SM.7
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi
museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum,
memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan
barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan,
pengkajian dan hiburan.”
4
http://en.wikipedia.org/wiki/Sculpture
5
Poerwadarminta, 1987
6
Jadi secara umum Medan Wax Sculpture Museum ini mempunyai pengertian
bangunan fasilitas umum yang bersifat non-profit oriented dan berfungsi sebagai tempat
menyimpan obyek-obyek koleksi berupa patung lilin tokoh-tokoh penting dalam
perjalanan sejarah kota Medan, yang telah memberikan sumbangan jasa bagi kota Medan
di berbagai bidang, dan akan dibangun di kota Medan.
Kehadiran proyek ini juga dilihat dari segi pendidikan dapat menambah
pengetahuan tentang tokoh-tokoh dan sejarah kota Medan dalam berbagai bidang. Selain
itu, dari segi pariwisata proyek ini akan menjadi obyek wisata yang menarik bagi turis
lokal mapun turis mancanegara.
2.2. Tinjauan Umum
Tinjauan umum membahas tentang museum secara keseluruhan dan musik secara
umum.
2.2.1. Museum
Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan
masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian,
melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran,
pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan
“tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.8
Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum
membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan
kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima
artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.9
Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan
sebuah badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi, memamerkan dan
menunjukkan materi bukti dan memberikan informasi demi kepentingan umum.” 10
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”).
Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk
Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan
8
Ensiklopedia Nasional Indonesia
9
Museum Negri Sumut
10
dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di
Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.
Museum mengumpulkan dan merawat benda ilmu pengetahuan alam,
benda-benda seni, dan benda-benda-benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan
untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer.
Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan
museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung,
termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program
untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang
ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.
Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya.
Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi,
etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko.
Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah
lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.
Jenis-jenis museum11 berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :
• Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang
untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari
lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya
tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .
• Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah
dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah
menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu .
Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni
, benda arkeologi .
• Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang
berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .
• Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan .
• Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang
memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang
berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .
• Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun
kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk
menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu.
• Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah
scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang
kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini
memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi
• Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik
tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas
, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda
dibandingkan museum lainnya .
• Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet
dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah
organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut:
“Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam
melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan,
mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan
lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.”
Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
2.2.1.1. Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia
Berdasarkan jenis koleksi, museum terbagi atas:
• Museum Umum
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan seni, disiplin ilmu dan teknologi.
• Museum Khusus
Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang
Berdasarkan Kedudukannya, museum terbagi atas:
• Museum Nasional
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili seluruh wilayah Indonesia.
• Museum Provinsi
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu provinsi.
• Museum Lokal
Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu wilayah
kabupaten atau kotamadya.
Berdasarkan Pengelolanya, museum terbagi atas:
• Museum Pemerintah
Museum yang dikelola oleh pemerintah
• Museum Swasta
Museum yang dikelola oleh pihak swasta.
2.2.1.2. Sejarah Permuseuman di Indonesia
Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya
Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang
Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia
yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di
Yogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai
akhir Perang Dunia II.
Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya
berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan
masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum
Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi
Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
• Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museum
menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum
Khusus dan Museum Lokal.
• Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.
• Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus.
Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum
Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional
(propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun
1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum.
Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:
• PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).
• PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).
• Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina
dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah
daerah.
Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum
dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik
bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai
museum pembinan museum daerah dan swasta.
Perbandingan antara museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dengan
Museum Sebelum Kemerdekaan Museum Setelah Kemerdekaan
• Didirikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang menunjang
• Didirikan untuk kepentingan pelestarian warisan budaya dalam rangka
pembinaan dan pengembangan
• Pelaksanaan politik kolonial dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
• Kebudayaan bangsa dan sebagai sarana pendidikan non formal
• Beberapa museum mempunyai jumlah koleksi yang cukup besar, sebagian
dipamerkan yang beroriantasi pada tata
pameran museum-museum di Eropa
• Jumlah kolekasi masih terbatas
• Sebagian besar bangunan tidak direncanakan untuk suatau museum, pada
umumnya sudah tua dan tidak lagi
memenuhi persyaratan bangunan modern
• Bangunan museum pada umumnya sudah direncanakan khusus untuk suatu
museum dan mencerminkan suatu gaya
arsitektur tradisional daerah tertentu
• Sebagian dari museum-museum ini tidak memiliki tenaga ilmiah yang
berpengalaman, namun jumlahnya tidak
memadai
• Pada umunya masih kekurangan tenaga ahli
• Sebagian sudah mempunyai bagian yang melayani bimbingan edukatif yang
tidak terdapat pada zaman kolonial, sarana
penunjang belum memadai
• Struktur organisasai disesuaikan dengan kebutuhan
Tabel 1. Perbandingan Museum yang didirikan sebelum dan sesudah kemerdekaan
2.2.1.3. Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989
Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran
dibidang pembinaan dan pengembvangan permuseuman secara garis besar sebagai
landasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum
Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program
pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan
penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin
dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”.
Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada
dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan
REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu
sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepada
Undang-Undang Dasar 1945.
Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum
Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik,
ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum
Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina.
Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan
ICOM mengenai fungsi museum yaitu:
• Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya • Dokumentasi dan penelitian ilmiah
• Konservasi dan preservasi
• Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum • Pengenalan dan penghayatan kesenian
• Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa • Visualisasi warisan alam dan budaya
• Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
• Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam
perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya
nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan
kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.
• Landasan Idial
Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan
idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
“….dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social….”
• Landasan Konstitusional
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:
(1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
(2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur oleh undang-undang.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32:
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”
hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut.
• Landasan Operasional
Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR
No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan
termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara
lain menyebutkan.
1. Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina
dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan
pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan
kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
2. Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai
kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.
3. Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka
sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat
yang positif
uktur Organ
organisasi
Kepala muse
at program k
iakan saran
ordinasikan
ahakan peny
Kepala Bagia
mpulkan, m
i yang berhu
si: Mempers
Teknis & Operasional
n masyaraka
f dan meman
nisasi Mus
museum da
Diagram 1.
eum:
kegiatan me
a/ fasilitas m
n
karyawan-yediaan dan
an Teknis &
mendata, me
ubungan de
siapkan pen
roduksi kary
wat dan menc
ian, dan re
si materi. an
l
at untuk men
ng dalam pe
eum
apat dilihat s
Struktur Org
eseum secar
material unt
-karyawan m
na/ sumber d
& Operasion
ra rutin/ khu
tuk kegiatan
ksi dan pam
eni dan keraj
akan koleks
n dalam pro
a gambar be
um
kan materi Kepala Admin
p nilai-nilai
Tugas Kepala Bagian Pendidikan:
• Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak/ pelajar dan kelompok-kelompok.
• Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai koleksi.
Tugas Bagian Pengelolaan Umum:
• Mengurus urusan rumah tangga museum, urusan administrasi, keamanaan, dan mengurus personalia.
2.2.1.5. Prinsip Dasar Museum
Prinsip dasar museum meliputi luas , pencahayaan,ruang pameran , dan organisasi
ruang secara umum .
2.2.1.5.1. Luas
Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari
banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa
museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya .
Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata ,
dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal
pameran. Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :
Populasi Total luas areal museum
10.000 jiwa 650m2 - 1300m2
25.000 jiwa 1115m2 - 2230m2
50.000 jiwa 1800m2 – 3600m2
100.000 jiwa 2700m2 – 5500m2
250.000 jiwa 4830m2 – 9800m2
>1.000.000 jiwa 12000m2 – 23500m2
Tabel 2. Standar luas museum12
2.2.1.5.2. Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan
lainnya kecuali pada areal pameran . Pada areal pameran , pada umumnya pencahayaan
terdistribusi secara tidak merata . Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran
antara cahaya buatan dan cahaya matahari . Akan tetapi pada museum science hanya
menggunakan pencahayaan buatan . Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih
memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan
pencahayaan alami. Akan tetapi , seorang manusia pada umumnya lebih memilih
keberadaan cahaya alami walaupun sedikit . Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari
yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati .
Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan
pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami . Hal ini dikarenakan untuk
keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan . Pencampuran
pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian masing-masing pencahayaan
. Permasalahan tersebut adalah seperti : “The natural partner in the combination varies
widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and
frequently will change in both color and quanity in matter of minutes .”
Warna pencahayaan , merupakan faktor yang sangat penting .Menurut penelitian ,
pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya . Ruangan dapat
diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o . Objek yang dipamerkan
mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o
– 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual , maupun pencahayaan flood di
lokasi tertentu .
Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap
objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga
objek yang dipamerkan terlalu kontrast .
12
Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek
silau, dan pantulan dari silau . Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan
memberikan lapisan kaca difusi .Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan
secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight
cukup membantu dalam hal ini . Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang
cukup penting dalam hal ini .
2.2.1.5.3. Ruang Pameran
Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis ,
yakni ruang pamer tetap , dan ruang pamer tidak tetap . Didalam ruang pameran terdapat
ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk
meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan
menggunakan partisi yang fleksibel , dan dapat dipindah-pindah . Perubahan dinding pada
ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan
biaya yang sedikit.
Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate
dibandinkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar . Pada umumnya tinggi
langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang
pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki.
Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran. Terdapat beberapa susunan
yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni :
• Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada
kamar yang saling berhubungan secara menerus . Pada umumnya terdapat pada
bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan bersebalahan dengan ruang lobby .
Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel , dan ruang
yang cukup ekonomis . Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya
terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya .
• Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor
merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor
.Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung ,
oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya .
nan ruang k
gunjung : Susunan
un dapat di
n juga.
n lingkaran
terdapat rua
susunanya y
ng berada d
terlalu excl
dalam ruan
ta sesuai de
n agar kegia
r ke ruang ,
ang-ruang k
yang paling
di sekeliling
lusive .
Gambar 1. C
ng pameran
engan bentu
fleksibel . K
g ruang utam
Contoh susuna
memiliki p
uk layout b
an dapat ber
nan lingkara
toh susunan
usunan sirkula
nan koridor k
menjadikan
usunan yang
elilingnya .
Kekurangan
ma menjadi
an ruang pame
peran yang
bangunan .
rjalan lebih
an terpusat
n partisi yan
asi ruang pam
ke ruang Su
ruang kori
g berpusat p
Keuntunga
n dari susun
tidak terlal
eran
sangat pen
Pengarahan
h menarik .P
dapat lebih
ng mempeng
meran
usunan lingka
idor sebaga
pada suatu
an dari susu
nan ini adala
lu sering dik
nting . Sirk
n terhadap
Pengkontrol
h baik diban
garuhi jalur aran terpusat
kulasi ini
sirkulasi
lan pada
ndingkan
Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang . Pada gambar C
memilik cakupan sirkulasi yang maksimal , akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu
banyak .Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik .
2.2.1.5.4. Organisasi Ruang
Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan
baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik . Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh
museum diantaranya :
Ruang Lobby dan ruang umum
Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui oleh pengunjung
yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama . Pada
bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving
door . Akan tetapi penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang
tua . Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi .
Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung museum . Ruang
lobby harus luas , atraktif , memiliki pencahayaan yang bagus , dan memiliki
penghawaan yang baik . Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah
pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung . Ruang lobby harus
menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kanor , ruang edukasi , ruang auditorium
, ruang pameran , ruang perpustakaan , dan ruang kuratorial , serta ruang untuk
menjual aksesories .
Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional terhadap ukuran
bangunan . Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby
agar dapat melayani kebutuhan publik .
Ruang kafetaria pada umumnya ditemukan pada bangunan museum yang cukup
luas . ruang kafetaria pada umumnya berhubungan langsung dengan ruang lobby .
Ruang Pameran
Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan museum seni
yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan . Pada museum science
dan sejarah , jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan
pengunjung pada event tertentu . Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer
biasanya berada pada lantai pertama , dan terpisah dari lobby. Ruangan ini
disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya . Disarankan tidak terdapat
batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan .
Ruang Pameran Permanent lebih baik memiliki pemisahan antara jenis
pameran yang dipamerkan untuk publik , dan untuk pelajar . Pada bangunan
museum zaman sekarang , pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby.
Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada
posisi yang lebih strategis , dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian
diletakkan lebih tidak strategis .
Ruang pendidikan
Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk memenuhi
kenyamanan publik maupun staff museum . Perpustakaan disarankan terletak
tidak terlalu jauh dari pintu masuk , dan mendapat pengawalan dari lobby . Akan
tetapi karena untuk memenuhi kenyamanan publik , kadang-kadang kenyamanan
staff sedikit terganggu . Oleh karena itu , pada museum yang cukup besar,
biasanya terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk
dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca , meja penjaga
perpustakaan , tempat bekerja , dan tempat menyimpan buku .
Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar perpustakaan umum ,
dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi untuk setiap satu orang pembaca
. Ruang baca haruslah sepi tanpa banyak ganguan suara . Oleh karena itu
biasanya material lantai dari ruang baca biasanya terbuat dari linoleum , maupun
karet .
Stacks (Ruang tempat buku) harus mengikuti standar desain perpustakaan
umum . Pada perpustakaan yang kecil , ruang ini dapat menjadi bagia dari ruang
baca , dan pada umumnya lemari buku terbuat dari besi dengan tinggi 7,5 kaki.
Ruang berkumpul
Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar ,harus dirancang dengan
memperhatikan faktor akustik . Biasanya permasalahan dari auditorium adalah
diperhatikan dari posisi auditorium , adalah letak dari auditorium disarankan
berhubungan langsung dengan lobby utama ,agar dapat digunakan terpisah dari
ruang pameran .
Ruang untuk musik tidak mengharuskan berada di dalam sebuah auditorium ,
akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman terbuka , maupun
amphitheatre.
Divisi Pendidikan
Ruang kelas dan studio biasanya muncul apabila museum merupakan cabang
dari institusi tertentu .Biasanya dilakukan pemisahan antara ruang kelas
anak-anak , dan ruang kelas orang dewasa .
Ruang museum untuk anak-anak merupakan bagian untuk menerima pelajar
yang datang bersama guru , dan berkelompok berdasarkan sekolahnya.
Ruang Kuratorial
Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan untuk
pembelajaran . Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat digunakan
sebagai reverensi pekerjaan , dan penelitian yang penting untuk perkembangan
museum .
Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar , ruang kerja kurator , dan gudang penyimpanan . Ruang pameran juga merupakan bagian dari ruang
kuratorial , oleh karena itu perlu adanya hubungan antara ruang pameran dan
ruang kuratorial . Sebaiknya ruang kuratorial berada di dekat ruang lobby utama
agar mudah diakses .
Ruang Administrasi
Ruang Kantor sebaiknya berdekatan dengan lobby , Hal ini diakarenakan agar
pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis masuk melalui pintu utama
,menuju ke lobby , dan menuju ke kantor dengan pengawalan khusus , tanpa
harus mengelilingi seluruh museum .
Ruang rapat biasanya disediakan untuk rapat, akan tetapi pada perpustakaan