• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN JATI (

Tectona grandiss

Linn. f.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS

TELUR PUYUH

Coturnix coturnix japonica

NELY NURUL FA’IZAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014 Nely Nurul Fa’izah

(4)

ABSTRAK

NELY NURUL FA‟IZAH. Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan ASEP TATA PERMANA.

Telur puyuh merupakan produk peternakan yang menjadi salah satu alternatif akan pemenuhan kebutuhan protein hewani. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan terhadap produksi dan kualitasnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi taraf penggunaan tepung daun jati dalam ransum terhadap kualitas telur puyuh. Penelitian ini menggunakan 180 ekor puyuh betina berumur 40 hari, dan semua puyuh dibagi ke dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri atas : R0 (ransum kontrol), R1 (kontrol + 3% tepung daun jati) R2 (kontrol + 6% tepung daun jati, dan R3 (kontrol + 9% tepung daun jati). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diukur adalah kualitas telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot kerabang telur, dan haugh unit nyata (P<0.05) dipengaruhi oleh perlakuan, tetapi tidak berbeda nyata terhadap tebal kerabang, dan warna kuning telur. Penggunaan tepung daun jati hingga level 6% mampu meningkatkan kualitas telur puyuh.

Kata kunci : kualitas telur, tepung daun jati, telur puyuh.

ABSTRACT

NELY NURUL FA‟IZAH. Utilization of Tectona grandiss Linn. f. leaves meal in Ration on the Quality of Quail Eggs Coturnix coturnix japonica. Supervised by YULI RETNANI and ASEP TATA PERMANA.

Quail eggs are poultry products that can be used as an alternative of protein source by animal. Therefore, it was necessary to find a methode to improve production and the quality of quail eggs. This research was aimed to evaluate levels of utilization Tectona grandiss Linn. f. (tecton) leaves meal in ration to the quality of quail eggs (Coturnix coturnix japonica). The experiment used 180 head of quails aged 40 days and the quails were grouped according to the feeding treatments into four treatments and three replicates. The treatments were R0 (control), R1 (control with 3% tecton leaves meal), R2 (control with 6% tecton leaves meal), and R3 (control with 9% tecton leaves meal). The experiment was conducted using Completely Randomized Design (CRD). The parameters observed were egg quality. The result of this research showed that egg weight, albumen weight, yolk weight, egg shell weight, and haugh unit were significant difference (P>0.05), but shell thickness, and yolk color were not significant. Utilization of Tectona grandis Linn. f. leaves meal up to 6% can increased the quality of quails egg.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN JATI (

Tectona grandiss

Linn. f.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS

TELUR PUYUH

Coturnix coturnix japonica

NELY NURUL FA’IZAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica.

Nama : Nely Nurul Fa‟izah NIM : D24100084

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc Pembimbing I

Ir Asep Tata Permana, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Penggunaan Tepung Daun Jati (Tectona grandiss. Linn. f.) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Puyuh Coturnix coturnix japonica berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini berdasar pada keinginan penulis untuk menggali potensi hasil ikutan pohon jati yaitu daun jati (Tectona grandiss. Linn. f.) sebagai salah satu alternatif imbuhan pakan ternak yang dijadikan ke dalam bentuk tepung. Hal tersebut dilakukan karena penulis melihat pemanfaatan daun jati belum terlalu optimal. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni hingga September 2013.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Alat 3

Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Prosedur Penelitian 3

Pembuatan Tepung Daun Jati 3

Persiapan Kandang 4

Pemeliharaan 4

Pengambilan Telur 4

Analisis Data 4

Perlakuan 4

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Bobot Telur 6

Bobot Putih Telur 7

Bobot Kuning Telur 8

Kerabang Telur 9

Warna Kuning Telur 10

Haugh Unit 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis proksimat dan beta karoten tepung daun jati 2 2 Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian 2 3 Hasil isolasi warna dan jenis pigmen daun jati 3

4 Rataan kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu 6

DAFTAR GAMBAR

1Kurva rataan bobot telur 7

2 Kurva rataan bobot putih telur 8

3 Kurva rataan bobot kuning telur 9

4 Kurva rataan bobot kerabang telur 10

5 Grafik skor warna kuning telur 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengolahan data konsumsi puyuh 14

2 ANOVA bobot telur 14

3 Uji jarak berganda Duncan bobot telur 14

4 Uji Polinomial Ortogonal bobot telur 14

5 ANOVA bobot putih telur 14

6 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur 15 7 Uji Polinomial Ortogonal bobot putih telur 15

8 ANOVA bobot kuning telur 15

9 Uji jarak berganda Duncan bobot kuning telur 15 10 Uji Polinomial Ortogonal bobot kuning telur 15

11 ANOVA bobot kerabang telur 16

12 Uji jarak berganda Duncan bobot kerabang telur 16 13 Uji Polinomial Ortogonal bobot kerabang telur 16

14 ANOVA tebal kerabang telur 16

15 ANOVA warna kuning telur 16

16 ANOVA haugh unit 17

17 Uji jarak berganda Duncan haugh unit 17

(13)

PENDAHULUAN

Pangan yang bernilai gizi tinggi menjadi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Salah satunya adalah kebutuhan pangan sumber protein hewani. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan, bahwa rata-rata konsumsi protein hewani asal daging, telur dan susu masyarakat Indonesia pada tahun 2012 masing-masing 2.92 dan 2.94 g kapita-1 hari-1. Saliem et al. (2001) mengatakan bahwa masyarakat lebih banyak mengonsumsi telur dibandingkan konsumsi hasil produk ternak besar lainnnya. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya rata-rata konsumsi protein hewani asal telur dan susu menjadi 3.08 g kapita-1 hari-1 pada tahun 2013 (BPS 2013). Diantara ketiga jenis pangan hewani tersebut yang paling terjangkau harganya adalah telur, selain itu telur juga mudah didapatkan, memiliki kandungan gizi dan asam amino yang lengkap dan sempurna.

Telur puyuh dapat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan sumber protein hewani. Menurut Tunsaringkarn (2013), telur puyuh merupakan sumber nutrisi yang baik untuk kesehatan manusia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2012) populasi puyuh di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga pada tahun 2012 tercatat sebanyak 7 840 880 ekor. Ternak puyuh merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial. Kemampuan seekor burung puyuh dalam menghasilkan telur adalah 250-300 butir ekor-1 tahun-1. Spesies yang umum digunakan adalah Coturnix coturnix japonica karena produktivitasnya cukup baik. Produk peternakan puyuh yang menghasilkan telur diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan produksi dan kualitas terhadap produk tersebut.

Kualitas menjadi salah satu prioritas utama konsumen dalam memilih produk hasil peternakan. Keberlangsungan sektor peternakan tidak terlepas dari ketersediaan pakan yang merupakan kebutuhan dasar setiap ternak. Kelengkapan nutrisi dalam pakan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur. Pakan yang baik adalah pakan yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, dalam aplikasinya banyak penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan dengan memanfaatkan hasil ikutan pertanian yaitu dengan menambahkan tepung daun singkong sebanyak 10% mampu meningkatkan skor warna kuning telur hingga 10 (Siregar 2008), penggunaan tepung daun mengkudu sebanyak 6% ke dalam ransumnya mampu meningkatkan skor warna hingga 7 (Nastiti 2013) dan penelitian Subekti et al. (2008) dengan penggunaan tepung daun katuk 9% meningkatkan skor kuning telur hingga 7. Pemanfaatan hasil ikutan pertanian seperti tepung daun di atas sudah umum digunakan, oleh karena itu penelitian ini mencoba memanfaatkan hasil ikutan tanaman kehutanan berupa daun jati untuk meningkatkan kualitas telur puyuh.

(14)

2

antosianin (Ati et al. 2006). Selain itu daun jati juga mengandung senyawa aktif flavonoid, saponin, tanin, fenolik, alkaloid, triterpenoid, glikosida (Afiyah 2013) antrakuinon, dan tetrakuinon (Purushotham et al. 2010).

Penggunaan daun jati telah banyak dimanfaatkan untuk ternak ruminansia sebagai pengganti hijauan, sedangkan pemanfaatan dalam campuran ransum unggas masih terbatas. Adanya pigmen karotenoid pada daun jati diharapkan mampu meningkatkan kualitas kuning telur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi taraf penggunaan tepung daun jati dalam ransum terhadap kualitas telur puyuh.

METODE PENELITIAN

Bahan

Ransum

Ransum yang digunakan merupakan ransum komersial burung puyuh periode layer ditambah dengan tepung daun jati. Daun jati yang berasal dari kebun jati Sukabumi dijemur sampai kering kemudian digiling menjadi tepung. Hasil Analisis proksimat tepung daun jati diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat dan β-karoten tepung daun jati

Analisis proksimat* β-karoten**

BK

* Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013);

** Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, EB: energi bruto.

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Sinta Prima feed mill. Kandungan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian

Nutrien P0* P1** P2** P3**

Bahan kering (%) 89.39 89.41 89.42 89.44

Abu (%) 12.47 12.34 12.21 12.08

Protein kasar (%) 21.42 21.11 20.80 20.48

Serat kasar (%) 4.36 4.89 5.42 5.95

Lemak kasar (%) 5.14 5.10 5.06 5.02

Ca (%) 5.46 5.34 5.21 5.09

P (%) 0.93 0.91 0.89 0.87

Energi bruto (kkal kg-1) 3739 3714 3689 3664

(15)

3 Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh betina yang berumur 40 hari dan berjumlah sebanyak 180 ekor. Puyuh tersebut diperoleh dari peternakan SlametQuail Farm.

Alat

Kandang yang digunakan adalah kandang koloni sebanyak 12 petak yang terbuat dari kawat. Masing-masing petak dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan lain yang digunakan diantaranya timbangan digital, thermometer, dan egg tray. Alat yang digunakan untuk analisa kualitas telur terdiri atas: meja kaca, cawan petri, tripod micrometer, timbangan digital, roche yolk colour fan, alkohol, dan gunting.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Juni sampai September 2013. Pemeliharaan puyuh di lakukan di Peternakan Slamet Quail Farm Sukabumi, Analisis kualitas telur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Analisis pakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan-Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian terpisah lalu diiris dengan ukuran panjang ± 5 cm menggunakan pisau, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Daun jati yang sudah kering dihancurkan dan digiling sampai halus menggunakan mesin giling (hammer mill), sehingga dihasilkan tepung daun jati yang halus dan bersih. Hasil isolasi warna pada tabel 3. menunjukkan nilai Rf tertinggi adalah warna oranye yang diduga merupakan pigmen karotenoid. Sehingga pada penelitian ini hanya pigmen beta karoten yang dianalisis secara kuantitatif dengan nilai 22.96 ppm.

Tabel 3 Hasil isolasi warna dan jenis pigmen daun jati

Warna Nilai Rf Jenis pigmen

Oranye 0.94-0.97 Beta karoten

Abu-abu 0.76-0.79 Pheophiptin

Merah darah 0.71-0.74 Pelargonidin 3-glukosida Merah tua 0.63-0.66 Pelargonidin 3,7-diglukosida

Coklat 0.13-0.23 Klorofil

Merah hati 0.10-0.12 Antosianin

Merah coklat 0.06-0.09 Antosianin

(16)

4

Persiapan Kandang

Sebelum puyuh dimasukkan ke dalam kandang dilakukan pembersihan kandang terlebih dahulu dari kotoran. Peralatan kandang dicuci dengan desinfektan kemudian dilakukan fumigasi kandang.

Pemeliharaan

Puyuh yang berumur 40 hari dimasukkan dalam kandang, setiap kandang terdapat 15 ekor puyuh yang diambil secara acak. Ransum dan air minum diberikan Ad libitum setiap pagi dan sore. Pemberian air minum pada puyuh yang baru dimasukkan dalam kandang ditambah dengan Vitachick®. Selama penelitian berlangsung dilakukan pencatatan suhu dalam kandang. Penimbangan sisa ransum dilakukan setiap minggu sekali dan penimbangan bobot badan ternak dilakukan dua kali yaitu pada minggu pertama dan minggu terakhir pemeliharaan.

Pengambilan Telur

Telur diambil sebanyak 4 butir dari setiap ulangan kemudian dilakukan analisis kualitas telur setiap 2 minggu sekali. Analisis kualitas telur dilakukan sejak puyuh mulai bertelur hingga puyuh berumur 12 minggu.

Analisis Data

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan adalah :

P0 = Ransum komersial 100% + tepung daun jati 0 % dari pakan (kontrol) P1 = Ransum komersial 97% + tepung daun jati 3 % dari pakan

P2 = Ransum komersial 94% + tepung daun jati 6 % dari pakan P3 = Ransum komersial 91% + tepung daun jati 9 % dari pakan Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap unit percobaan terdiri atas 15 ekor puyuh. Data dianalisis menggunakan program SPSS untuk analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Duncan dan uji Polinomial Orthogonal (Steel dan Torrie 1993).

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j Μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Eror (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j

Peubah yang Diamati

(17)

5

Bobot telur (g butir-1). Bobot telur diperoleh dengan cara menimbang

setiap butir telur yang sudah dikelompokkan berdasarkan setiap perlakuan dari masing-masing ulangan.

Bobot putih telur (Kul dan Seker 2004). Bobot putih telur (g) diperoleh

dari selisih antara bobot telur dengan penjumlahan bobot kuning (g) dan bobot kerabang (g). Persentase bobot putih telur dihitung menggunakan rumus:

o o p ih l = o o p ih l o o l

Bobot kuning telur (Kul dan Seker 2004). Bobot kuning telur (g)

diperoleh dengan cara menimbang kuning telur yang telah dipisahkan dari putih telur. Persentase bobot kuning telur dihitung menggunakan rumus:

o o k nin l = o o k nin l o o l

Bobot kerabang telur (Kul dan Seker 2004). Bobot kerabang telur (g)

diperoleh dengan cara menimbang kerabang telur setelah dipisahkan dari isi telur. Persentase bobot kerabang telur dihitung menggunakan rumus:

o o k a an l = o o k a an l o o l

Tebal kerabang telur (Kul dan Seker 2004). Tebal kerabang telur

diperoleh dengan cara mengukur tebal kerabang menggunakan micrometer dan dilakukan pengukuran pada bagian ujung tumpul, tengah, dan ujung lancip telur kemudian di rata-ratakan.

Warna kuning telur (Wiradimadja 2007). Skor warna kuning telur

diamati dengan cara membandingkan warna kuning telur dengan roche yolk colour fan pada skala 1-15.

Haugh Unit (HU) (Tri Yuwanta 2007). Haugh unit digunakan untuk menentukan kesagaran putih telur berdasarkan hubungan logaritma tinggi putih telur (mm) dengan berat telur (g). Tinggi putih telur diukur menggunakan tripod micrometer, dihitung menggunakan rumus:

(18)

6

Tabel 4 Rataan kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu

Peubah Perlakuan tepung daun jati 6%, P3: ransum kontrol + tepung daun jati 9%.

Penentuan dan pengukuran kualitas telur menurut Stadellman dan Cotteril (1995) mencakup dua hal yakni kualitas eksterior dan interior. Kualitas eksterior merupakan kualitas bagian luar telur yang dapat dilihat dari kebersihan kerabang, warna kerabang, tebal kerabang, bobot telur, dan indeks telur. Sedangkan kualitas interior merupakan kualitas bagian dalam telur yang dapat dilihat setelah telur dipecahkan yang terdiri atas haugh unit, indeks putih telur, indeks kuning telur, dan warna kuning telur.

Hasil analisis statistik menunjukkan penggunaan tepung daun jati memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot kerabang telur, dan haugh unit, tetapi tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap tebal kerabang telur dan warna kuning telur.

Bobot Telur

(19)

7 penggunaan tepung daun jati pada kurva respon berbentuk kuadratik dengan titik maksimum 5.55 %.

Gambar 1 Kurva rataan bobot telur dengan level penggunaan tepung daun jati yang berbeda

Penurunan rataan bobot telur puyuh pada penelitian ini disebabkan rendahnya konsumsi ransum perlakuan (Lampiran 1). Konsumsi ransum yang rendah mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi protein sehingga ketersediaan protein untuk membentuk satu butir telur berkurang. Kecukupan protein dan asam amino sangat mempengaruhi bobot telur yang dihasilkan (Mozin 2006). Kuantitas ransum berpengaruh terhadap bobot telur, akan tetapi kualitas ransum berperan jauh lebih penting khususnya kandungan protein yang terdapat dalam ransum. Menurut Kul dan Seker (2004) bobot telur dipengaruhi oleh struktur genetik, kondisi kesehatan dan umur ternak, komponen pakan, perbedaan pemeliharaan serta kondisi pengelolaan ternak.

Bobot Putih Telur

Putih telur merupakan sumber protein utama dalam telur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun jati berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot putih telur. Rataan bobot putih telur penelitian ini adalah 5.71-6.20 g butir-1. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Song et al. (2000) yang menyatakan bahwa bobot putih telur normal adalah sekitar 6.33 g butir-1. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi dalam ransum telah tercukupi untuk memenuhi kebutuhan puyuh dalam menghasilkan telur dengan bobot putih telur yang normal. Uji kontras polinomial orthogonal menunjukkan adanya pengaruh dari penggunaan tepung daun jati pada kurva respon berbentuk kuadratik dengan titik maksimum 4.87 %.

Gambar 2 menunjukkan penggunaan tepung daun jati meningkatkan rataan bobot putih telur secara kuadratik sampai pada level 6% dan menurun pada level penggunaan 9%. Penurunan rataan bobot putih telur tersebut disebabkan semakin

y = -0.0304x2 + 0.3338x + 10.373

(20)

8

rendahnya konsumsi protein ransum pada perlakuan P3 (Lampiran 1). Selain itu adanya senyawa tanin dalam ransum perlakuan juga berpengaruh terhadap bobot putih telur. Tanin mempunyai sifat sebagai pengendap protein (Hagerman 2002) sehingga ketersediaan protein berkurang dan mengakibatkan bobot putih telur menurun.

Gambar 2 Kurva rataan bobot putih telur dengan level penggunaan tepung daun jati yang berbeda

Nilai rataan persentase bobot putih telur selama penelitian berkisar antara 53.60%-56.52%. Nilai tersebut berada pada kisaran normal sesuai dengan hasil penelitian Kul dan Seker (2004) yang menyatakan bahwa persentase bobot putih telur puyuh adalah 55.53%-66.64%. Perbedaan hasil antara penelitian ini disebabkan rendahnya konsumsi protein pada ransum perlakuan. Persentase bobot putih telur dipengaruhi oleh umur ternak dan umur simpan telur.

Bobot Kuning Telur

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun jati berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot kuning telur. Nilai rataan bobot kuning telur adalah 3.40-3.76 g butir-1. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Kul dan Seker (2004) yang menyatakan rataan bobot kuning telur adalah 3.69 g butir-1. Kuning telur merupakan komponen lemak yang terdiri atas trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid. Uji kontras polinomial orthogonal menunjukkan adanya pengaruh dari penggunaan tepung daun jati pada kurva respon berbentuk kuadratik dengan titik maksimum adalah 5.70 %.

Gambar 3 menunjukkan rataan bobot kuning telur meningkat secara kuadratik pada level penggunaan tepung daun jati 3% sampai 6% dan menurun pada level penggunaan 9%. Penurunan bobot kuning telur ini disebabkan semakin rendahnya konsumsi protein dan lemak dalam ransum perlakuan (Lampiran 1). Bobot kuning telur salah satunya dipengaruhi oleh kandungan lemak dalam ransum karena deposit lemak terbanyak berada pada kuning telur. Komposisi

y = -0.0197x2 + 0.1953x + 5.7327

(21)

9 kuning telur menurut Riis (1983) terdiri atas 50% air, 30%-35% lipoprotein, dan 15%-25% protein.

Gambar 3 Kurva rataan bobot kuning telur dengan level penggunaan tepung daun jati yang berbeda

Persentase bobot kuning telur hasil penelitian ini adalah 31.83%-33.41%. Nilai tersebut berada pada kondisi normal, sesuai dengan penelitian Kul dan Seker (2004) melaporkan persentase bobot kuning telur puyuh adalah 25.98%-36.27%. Hal ini menunjukkan bahwa ransum perlakuan mempunyai respon positif terhadap bobot kuning telur yang dihasilkan dan tidak adanya gangguan penyerapan nutrien.

Kerabang Telur

Rataan bobot kerabang telur yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 1.26-1.39 g. Nilai tersebut hampir sama dengan hasil penelitian Wiradimadja (2007) yang menunjukkan bahwa bobot kerabang telur pada puyuh dengan perlakuan penggunaan tepung daun katuk adalah 1.29-1.32 g. Sedangkan rataan persentase bobot kerabang telur adalah 12.15-12.83%. Menurut Stadellman dan Cotteril (1995) komponen dasar pembentukan kerabang telur yaitu kalsium 98.2%, magnesium 0.9%, dan fosfor 0.9%.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun jati berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot kerabang. Gambar 4 menunjukkan rataan bobot kerabang meningkat secara kuadratik pada level penggunaan tepung daun jati sampai 6% dan menurun pada level penggunaan 9%. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum P3 diduga mempengaruhi penyerapan mineral kalsium dan fosfor, sehingga mengakibatkan bobot kerabang telur menurun. Uji kontras polinomial ortogonal menunujukkan adanya pengaruh dari penggunaan

y = -0.0105x2 + 0.1139x + 3.3689

(22)

10

tepung daun jati pada kurva respon berbentuk kuadratik dengan titik maksimum 6.33%.

Gambar 4 Kurva rataan bobot kerabang telur dengan level penggunaan tepung daun jati yang berbeda

Telur yang baik yaitu telur yang mempunyai ketebalan kerabang kuat sehingga tidak mudah pecah. Nilai rataan tebal kerabang hasil penelitian adalah sekitar 0.16-0.17 mm. Rataan tebal kerabang telur tidak dipengaruhi oleh perlakuan (P<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa nutrien ransum yang diberikan telah mencukupi kebutuhan untuk mendapatkan kualiatas kerabang telur yang baik. Penelitian Song et al. (2000) menyatakan tebal kerabang normal pada telur puyuh adalah 0.17 mm. Penggunaan tepung daun jati ke dalam ransum tidak menunjukkan efek negatif terhadap pembentukan tebal kerabang. Ketebalan kerabang menentukan kualitas telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam telur.

Warna Kuning Telur

Warna kuning telur merupakan karakteristik kualitas telur yang utama, hal ini akan berpengaruh terhadap selera konsumen (Esfahani et al. 2009). Salah satu peubah yang tidak dipengaruhi oleh perlakuan (P>0.05) adalah warna kuning telur. Rataan skor warna kuning telur dalam penelitian ini adalah 6.94-7.83. Warna kuning telur ditentukan oleh konsumsi pigmen karotenoid dalam ransum. Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan dengan penggunaan tepung daun jati meningkatkan skor warna kuning telur lebih tinggi dibandingkan kontrol. Pada minggu pertama puyuh mulai bertelur skor warna kuning telur berada pada kisaran 6, selanjutnya meningkat sampai 9 pada minggu ke 10. Terjadinya peningkatan skor warna kuning telur puyuh sebagai akibat dari penggunaan tepung daun jati. Hasil analisis menunjukkan bahwa tepung daun jati (Tectona grandiss. Linn. f.) mengandung beta karoten sebanyak 22.96 ppm.

Warna kuning telur pada perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut diduga karena terdapat deposisi pigmen karoten dari tepung

y = -0.0028x2 + 0.0389x + 1.2668

(23)

11 daun jati dalam ransum perlakuan. Menurut Wiradimadja (2007) tipe dan jumlah pigmen karetenoid yang dikonsumsi oleh unggas petelur merupakan faktor utama dalam pigmentasi kuning telur. Tipe karotenoid yang berperan penting dalam pewarnaan kuning telur adalah dalam bentuk xanthofil, sedangkan tipe karotenoid dari daun jati adalah beta karoten. Karoten yang paling penting untuk hewan dan manusia adalah beta karoten, karena mempunyai aktivitas provitamin A yang terbesar (Surai 2003). Sebagian besar beta karoten tidak memberikan nilai pigmentasi yang tinggi terhadap warna kuning telur berbeda dengan xanthofil, namun pigmen tersebut tidak menambah nilai nutrisi bagi ternak (Lesson dan Summers 2001.

Gambar 5 Skor warna kuning telur puyuh dengan level penggunaan tepung daun jati yang berbeda. ―♦― 0%, ―■― 3%,

―▲― 6%, ―x― 9%. Haugh Unit

Haugh unit merupakan peubah yangdigunakan untuk menentukan kualitas putih telur. Rataan nilai haugh unit dalam penelitian ini adalah 93.58-95.33 dengan rataan tinggi putih telur 4-5 mm. Nilai tersebut lebih tinggi dari penelitian Song et al. (2000) yang menyatakan nilai haugh unit telur puyuh adalah 84.19 dengan tinggi putih telur 3.5 mm. Hal ini diduga karena pengukuran dilakukan ±24 jam, sehingga menghasilkan nilai haugh unit yang tinggi. Selain itu adanya senyawa beta karoten yang merupakan prekursor vitamin A pada tepung daun jati juga berpengaruh terhadap nilai haugh unit yakni bersifat sebagai antioksidan. Menurut Surai (2003), beberapa antioksidan alami yang terdapat dalam pakan adalah vitamin A, C, E, carotenoid, flavonoid dan asam lemak esensial.

Telur puyuh pada penelitian ini tergolong ke dalam kualitas AA. Hal ini menurut standar yang dikeluarkan USDA (2000) telur yang mempunyai nilai HU lebih dari 72 dikategorikan dalam kelas AA dengan ciri kulit telur bersih, utuh, dan normal. kuning telur berada di tengah dan bebas bercak, serta putih telur jernih dan kental. Faktor yang mempengaruhi nilai haugh unit adalah tinggi putih

(24)

12

dan bobot telur. Sesuai dengan rumusnya bahwa haugh unit dihitung berdasarkan hubungan logaritma tinggi putih telur yang ditransformasikan dengan bobot telur. Selain itu haugh unit juga dipengaruhi oleh lama penyimpanan dan suhu lingkungan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaan tepung daun jati dalam ransum berpengaruh terhadap kualitas telur, yaitu bobot telur, bobot putih telur, bobot kuning telur, bobot kerabang telur dan nilai haugh unit. Penggunaan tepung daun jati hingga level 6% mampu meningkatkan kualitas telur puyuh.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan tepung daun jati dalam ransum terhadap kandungan vitamin A pada telur puyuh.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyah DN. 2013. Sifat Mikrobiologis Sosis Daging Sapi Dengan Penggunaan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss) Selama Penyimpanan Dingin. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ati NH, Puji R, Soenarto N, Leenawati L. 2006. The composition and the content of pigmentation from dyeing plant for ikat weaving in Timorrese Regency, East Nusa Tenggara. Indo J Chem. 6(3):326-331

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Sosial Ekonomi Nasional 1999-2013. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. [Terhubung Berkala]. http://ditjennak.deptan.go.id [16 Februari 2014]

Esfahani-Mashhour M, Moravej H, Mehrabani-Yeganeh H, Razavi SH. 2009. Evaluation of coloring potential of Dietzia natronolimnaea bimassa as source of canthaxanthin for egg yolk pigmentation. AJAS. 22(2):254-259 Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Miami University (US): Oxford Kul S, Seker I. 2004. Phenotypic correlations between some external and internal

egg quality traits in the Japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Poult Sci 3(6):400-405

Lesson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th ed. Ithaca. M.L. New York (US): Scott and Associates

(25)

13 Nastiti RA, 2012. Subtitusi Jagung dengan Wheat Bran Yang Dikombinasikan Tepung Daun Mengkudu Terhadap Kadar Kolesterol dan Vitamin A Telur Puyuh [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Puroshotham KG, Arun P, Jayarani JJ, Vasnthakumari R, Sankar L, Reddy BR. 2010. Synergistic in vitro antibacterial activity of Tectona grandiss leaves with tetracycline. IJPRIF. 2(1): 519-523

Riis PM. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. Tokyo (US): Amsterdam-Oxford.

Saliem HP, Lokollo EM, Purwantini TB, Ariani M, Marisa Y. 2001. Analisis ketahanan pangan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(1): 66-73.

Siregar B. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Singkong (Manihot utilisima crantz) dalam Pakan Terhadap Performans Produksi Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Petelur. JEEP. 11(1):28-33

Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of phesant, chukar, quail and guinea fowl. AJAS. 13(7):986-990.

Stadellman WJ, OJ. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4th ed. New York (US): The Haworth Pr, Inc.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka Utama.

Subekti S, Sumarti SS, Murdiarti TB. 2008. Effect of katuk leaf (Sauropus androgynus, L. Merr) supplementation in the diet on reproductive function of Quail. JITV. 13(3):167-173

Sumarna Y. 2003. Budi Daya Jati. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Surai PF. 2003. Natural Antioxidants In Avian Nutrition and Reproduction. Nottingham UK (US): Nottingham University Pr.

Tunsaringkarn T, Wanna T, Wattasit S. 2013. Nutrient benevit of quail (Coturnix coturnix japonica) eggs. IJSRP. 3:1-8

[USDA]. United States Departement of Agricultural. 1983. Egg Grading Manual. Washington DC (US): United States Departement of Agricultural Handbook No:75.

Wiradimadja R. 2007. Dinamika Status Kolesterol Pad Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) Yang Diberi Daun Katuk (Sauropus androgynus, L. Merr) Dalam Ransum. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Tri Yuwanta. 2007. Telur dan Produksi Telur. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada

(26)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil pengolahan data konsumsi puyuh Konsumsi

Lampiran 2 ANOVA bobot telur

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 1.383 3 0.461 8.240 0.008

Galat 0.447 8 0.056

Total 1.830 11

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 3 Uji jarak berganda Duncan bobot telur

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

Lampiran 4 Uji Polinomial Ortogonal bobot telur

SK JK db KT Fhit Sig.

Linear 0.491 1 0.491 3.671 0.084

Kuadratik 1.382 2 0.691 13.899 0.002

Kubik 1.383 3 0.461 8.240 0.008

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 5 ANOVA bobot putih telur

SK JK db KT Fhit Sig.

Perlakuan 0.439 3 0.146 5.597 0.023

Galat 0.209 8 0.026

Total 0.648 11

(27)

15 Lampiran 6 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 3 5.7167

3 3 5.9167 5.9167

2 3 6.1433

1 3 6.1947

Sig 0.108 0.076 Lampiran 7 Uji Polinomial Ortogonal bobot putih telur

SK JK db KT F Sig.

Linear 0.045 1 0.045 0.743 0.409

Kuadratik 0.419 2 0.210 8.258 0.009

Kubik 0.439 3 0.146 5.597 0.023

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 8 ANOVA bobot kuning telur

SK JK db KT F Sig.

Perlakuan 0.208 3 0.069 6.672 0.014

Galat 0.083 8 0.010

Total 0.292 11

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 9 Uji jarak berganda Duncan bobot kuning telur

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 3 3.4000

3 3 3.5167

1 3 3.5300

2 3 3.7633

Sig 0.173 1.000 Lampiran 10 Uji Polinomial Ortogonal bobot kuning telur

SK JK db KT F Sig.

Linear 0.051 1 0.051 2.120 0.176

Kuadratik 0.157 2 0.079 5.273 0.031

Kubik 0.172 3 0.057 6.259 0.017

(28)

16

Lampiran 11 ANOVA bobot kerabang telur

SK JK db KT F Sig.

Perlakuan 0.031 3 0.010 5.718 0.022

Galat 0.014 8 0.002

Total 0.045 11

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 12 Uji jarak berganda Duncan bobot kerabang telur

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 3 1.2667

1 3 1.3700

2 3 1.3867

3 3 1.3900

Sig 1.000 0.594 Lampiran 13 Uji Polinomial Ortogonal bobot kerabang telur

SK JK db KT F Sig.

Linear 0.022 1 0.022 9.906 0.010

Kuadratik 0.030 2 0.015 8.895 0.007

Kubik 0.031 3 0.010 5.718 0.022

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 14 ANOVA Tebal kerabang telur

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 15 ANOVA warna kuning telur

SK JK db KT F Sig.

Perlakuan 1.303 3 0.434 3.701 0.062

Galat 0.939 8 0.117

Total 2.242 11

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

SK JK db KT F Sig.

Perlakuan 0.000 3 0.000 2.250 0.160 Galat 0.000 8 0.000

(29)

17 Lampiran 16 ANOVA haugh unit

SK JK db KT F Sig.

Perlakuan 4.701 3 1.567 4.257 0.045

Galat 2.944 8 0.368

Total 7.645 11

SK= Sumber Keragaman; JK= Jenis Keragaman; db= derajat bebas; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= Fhitung; Sig= Signifikansi

Lampiran 17 Uji jarak berganda Duncan haugh unit

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

0 3 93.5733

1 3 94.2900 94.2900

2 3 94.4200 94.4200

3 3 95.3333

Sig 0.140 0.078

Lampiran 18 Uji Polinomial Ortogonal haugh unit

SK JK db KT F Sig.

Linear 0.282 1 0.282 0.382 0.550

Kuadratik 0.311 2 0.155 0.191 0.830

Kubik 4.701 3 1.567 4.257 0.045

(30)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 15 Januari 1992 dari Bapak Abu Yono dan Ibu Nikmatun Sholihah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yakni A if Rahman Wijaya dan L ‟l ‟ l Mufarohah. Tahun 2004 penulis lulus dari MI Islam Pucangro dan pada tahun 2007 penulis lulus MTs Putra-Putri Simo k m dian m lanj kan p ndidikan di MA Ma holi‟ l Anwar Simo. Setelah lulus pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Kementerian Agama (BUD KEMENAG). Penulis diterima

pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Forum for Scientific Studies (FORCES) pada tahun 2010-2011 divisi Service. Anggota Biro Nutricom Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada tahun 2011 sampai 2012, Pengurus Sosling CSS MoRA IPB Kabinet Bersinergi, dan anggota PSDM KMNU pada tahun 2012 sampai 2013. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-P) pada tahun 2013 dengan

j d l “T p n Aloe vera Sebagai Sumber Antibiotik Alami Untuk Meningkatkan

Gambar

Tabel 2 Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian
Tabel 3 Hasil isolasi warna dan jenis pigmen daun jati
Tabel 4 Rataan kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu
Gambar 1 Kurva rataan bobot telur dengan level
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pemanfaatan Fly Ash Batubara Menjadi Membran Silika untuk Penurunan Kadar Logam Mn dalam Larutan Artifisial (dengan Variasi

Pemotongan kuda yang dilakukan satu hari sebelum tradisi cemme passili ’ dilakukan untuk disuguhkan kepada tamu menandakan bahwa masyarakat di Dusun Ulo-ulo

Sehubungan dengan penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penawaran paket pekerjaan

Tingkat defoliasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar meliputi parameter jumlah daun, panjang daun, intersepsi cahaya, berat umbi dan

Dimana dengan ketawakalan, ketawadlu’an, kesabaran, laku spiritual (baik puasa, dzikir dan istiqomah dalam dakwah dan mengaji), dan akhlaq luhurnya terhadap sang guru

pers, fungsi kontrol, koreksi dan kritik.”(wawancara dengan Otok Indro Musliwanto selaku Kepala Bidang Penyiaran Radio Republik Indonesia, 13 Maret 2019). Berdasarkan

Manfaat hasil belajar Manajemen Usaha Boga pada minat Usaha Jasa Boga. pada mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Boga yang berkaitan