• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan lanskap ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan lanskap ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS

PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA

PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI

PROVINSI SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(3)

Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh SETIA HADI

Pulau Berhala merupakan salah satu dari 92 pulau terkecil di Indonesia. Pulau ini memiliki luas 44.75 Ha dengan panjang garis pantai sepanjang 700 m. Terdapat lima objek wisata alami yang ada di pulau ini yaitu, pantai, tombolo, Pulau Sokong Nenek, Pulau Sokong Seimbang dan hutan. Kelima objek ini sangat berpotensi untuk mendukung konsep eco-marine tourism yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah Serdang Bedagai. Penelitian ini diselesaikan dengan menganalisis beberapa aspek seperti aspek legal, biofisik, wisata dan aspek sosial. Konsep dari perencanaan ini adalah membuat pulau ini dapat mempertahankan ekosistemnya, partisipatif dan edukatif. Zona pada tapak dibagi menjadi dua zona yaitu zona pengembangan wisata sebesar 22. 55 % dan zona konservasi sebesar 77.45%. Area utaman digunakan sebagai kegiatan wisata sedangkan ruang konservasi hanya digunakan untuk area pelindung.

Kata kunci : ekowisata, konservasi, Pulau Berhala, pulau kecil terluar, wisata bahari.

ABSTRACT

MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS. Ecotourism Landscape Planning in Serdang Bedagai Berhala Island North Sumatra Province. Supervised by SETIA HADI. Berhala Island is one of the 92 outermost small islands in Indonesia. The island has an area about 44.75 Ha and coastline about 700 m. There are five natural objects of tourism that exist on this island which are the beach, tombolo, Sokong Nenek Island, Sokong Siembang Island, and the jungle of the island. These objects have very potential to support the concept of eco-marine tourism which has been set by the Government of Serdang Bedagai regency. The observation method of this research will be done by observing some aspects such as legal, biophysical, tourism, and social aspects. Concept for the planning is to create an island that can maintain environmental sustainability, participatory, and educational. Site zoning is divided in two zones, zone of tourist utilization at 22.55% and conservation zone at 77.45%. Main area is used for tourism while conservation spaces just as protection area.

Key words: Berhala island, conservation, eco-marine tourism, ecotourism, outermost small island

(4)

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Ekowisata di Pulau Berhala, Provinsi Sumatera Utara

PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA

PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI

PROVINSI SUMATERA UTARA

MUHAMMAD AGUSMAN LUBIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

(5)
(6)

memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan sholawat kepada contoh terbaik bagi umat manusia dalam menghadapi segala macam cobaan Nabi Muhammad SWT, sehingga penelitian dengan judul “Perencanaan Lanskap Ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara” dapat diselesaikan dengan baik. Karya ini dibuat dalam rangka penyelesaian studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada:

1. Dr Ir Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing yang memberi bantuan, dukungan, motivasi dan arahan kepada penulis selama penyelesaian karya ini.

2. Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus penguji yang telah memberikan doa, dukungan, nasehat dan arahan kepada penulis hingga menyelesaikan studinya.

3. Fitriyah Nurul Hidayati Utami, ST MT selaku dosen penguji, terima kasih atas saran yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini.

4. Orang tua, Syahrul Effendi Lubis dan Ernawati Damanik atas semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus, bantuan bantuan lain yang tidak akan pernah terbalas. Kakak-kakakku Anda Parlindungan dan keluarga, Andi Parlindungan dan keluarga, dan Fitri Aprilya Lubis atas doa dan semangatnya.

5. Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai atas izin dan data yang telah diberikan kepada penulis.

6. BMKG stasiun Medan dan BMKG stasiun Belawan atas data iklim dan kelautan

7. Dinas Pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai atas informasi yang diberikan.

8. Marinir yang bertugas di Pulau Berhala atas informasi langsung yang diberikan kepada penulis

9. Pinouva Tour and Travel selaku biro perjalanan yang menemani penulis ke Pulau Berhala, terima kasih atas bantuan dan datanya.

10.Seluruh responden yang telah bersedia penulis wawancara

11.Teman-teman sebimbingan skripsi (Nur Azizah, Tarmizi, Adhrid Rahmad Fani, M. Reza Rasyid dan Shendi Sahputra)

12.Keluarga besar Lanskap 47 IPB atas waktu dan kenangan bersama yang telah kita buat (terutama kelompok belajar GM, 3Dara, GPS, Girlband dll). 13.Kakak-kakak ARL 45, ARL 46 dan adik-adik ARL 48 dan ARL 49 terima

kasih atas bantuannya.

Bogor, Oktober 2014

(7)

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Pulau 4

Wisata dan Ekowisata 4

Perencanaan Lanskap 6

Daya Dukung Lingkungan 7

METODOLOGI 8

Lokasi dan Waktu 8

Batasan Penelitian 8

Alat dan Bahan 8

Metode Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kondisi Umum 16

Letak Geografis 16

Kondisi Biofisik 16

Sosial 17

Flora dan Fauna 18

Data dan Analisis 23

Aspek Legal 23

Aspek Wisata 27

Kualitas Visual Lanskap 29

Aksesibilitas 32

Aspek Sosial 33

Aspek Ekologi 35

(8)

Konsep Ruang 43 Konsep Aksesibilitas dan Sirkulasi 44

Konsep Aktivitas dan Fasilitas 45

Perencanaan Lanskap 45

Rencana Daya Dukung Kawasan 45

Rencana Program dan Perjalanan Wisata 46 Rencana Ruang, Aktivitas dan Fasilitas 47

Rencana Sirkulasi 49

Rencana Lanskap 49

Rencana Program Pelestarian Wisata dan Program Wisata 49

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

(9)

2 Jenis, bentuk dan data yang dibutuhkan 11 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata 11 4 Penilaian kesesuaian lahan untuk wisata 14 5 Penilaian kesesuaian untuk wisata pantai 15 6 Data iklim Pulau Berhala Serdang Bedagai tahun 2013 17 7 Data demografi KecamatanTanjung Beringin 17 8 Vegetasi yang terdapat di Pulau Berhala Serdang Bedagai 21 9 Pemanfaatan dan penjabaran PPKT berdasarkan UU No 62/2010 24 10 Peran serta masyarakat menurut UU No 62/2010 25 11 Pemanfaatan Pulau Berhala berdasarkan Peraturan Perda No 12 26

tahun 2006 tentang pengelolaan Pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai kawasan Eco-Marine Tourism

12 Potensi objek alami di Pulau Berhala Serdang Bedagai 27

13 Analisis nilai potensi objek wisata 28

14 Jumlah pengunjung pada tahun 2013 33

15 Data kelautan Pulau Berhala Serdang Bedagai periode 2013 36 16 Skoring aspek biofisik darat untuk kesesuaian lahan wisata 37 17 Skoring aspek kelautan untuk kesesuaian lahan pariwisata pantai 37

18 Hasil analisis dan pemecahan masalah 38

19 Daya dukung kawasan 46

20 Rencana perjalanan ekowisata Pulau Berhala 46 21 Jenis aktivitas dan fasilitas ekowisata 48 22 Rencana program wisata terkait keberlangsungan wisata 49

dan lingkungan

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Lokasi penelitian 8

3 Tahapan perencanaan lanskap 11

4 Sebaran flora di Pulau Berhala Serdang Bedagai 18 5 Kondisi eksisting Pulau Berhala Serdang Bedagai 19 6 Kondisi eksisting fasilitas Pulau Berhala Sedang Bedagai 20 7 Kondisi visual Pulau Berhala Serdang Bedagai 29

8 Sebaran objek dan atraksi wisata 30

9 Kualitas visual lanskap 31

10 Aksesibilitas menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai 32

11 Persentase asal daerah pengunjung 33

12 Objek yang menarik di Pulau Berhala Serdang Bedagai 34 menurut responden

(10)

17 Rencana blok ` 45

18 Rencana lanskap ekowisata 50

19 Peta aktivitas 51

20 Ilustrasi aktivitas 1 52

21 Perbesaran (blow up 1) 53

22 Ilustrasi aktivitas 2 54

23 Perbesaran (blow up 2) 55

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas sekitar 3.1 juta km2 (0.3 juta km perairan teritorial, dan 2.8 juta km2 perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya (Bengen 2001). Sebagian sumberdaya ini belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya saja potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6.7 ton/tahun baru dimanfaatkan sebanyak 48%. Demikian juga dengan potensi alam yang dapat dijadikan untuk daerah wisata (Adisasmita 2010).

Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10.74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbang devisa bagi negara sebesar 7 603.45 juta dolar Amerika Serikat. Melihat data tersebut, tentu wisata telah menjadi satu kebutuhan manusia dalam menjalani hidup, ditambah lagi dengan gencarnya promosi wisata daerah yang dikembangkan oleh pemerintah telah menggeser tren wisata masyarakat Indonesia untuk lebih memilih wisata dalam negeri.

Salah satu dari pulau yang dapat dikembangkan sebagai daerah wisata pesisir adalah Pulau Berhala Serdang Bedagai. Pulau ini terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin, Serdang Bedagai. Saat ini pulau ini tengah dikembangkan menjadi objek wisata andalan Sumatera Utara setelah Danau Toba, Brastagi, dan Pulau Nias.

Pulau Berhala Serdang Bedagai sebenarnya merupakan kawasan yang terdiri dari tiga pulau, masing-masing pulau memiliki kekhasan sendiri. Pulau induk yang menjadi lokasi penginapan dan menara suar didirikan memiliki hutan yang lebat. Pohon-pohon besar seperti Rengat, Jeluntung dan Meranti menghiasi pulau seluas 50 ribu meter persegi ini.Hutan yang ada di pulau ini menjadi habitat bagi berbagai jenis hewan seperti napu (sejenis kancil), biawak, ular, dan berbagai hewan lainnya. Hal unik di pulau ini adalah pada musim-musim tertentu berbagai jenis burung bisa sangat ramai mengunjungi pulau. Tidak hanya burung, pulau ini juga menjadi habitat penyu untuk bertelur pada musimnya.

(12)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan lanskap ekowisata di kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai untuk keberlanjutan ekosistem di pulau ini dan kesejahteraan masyarakat yang didapat dari sektor wisata. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. mengidentifikasi dan memetakan ketersediaan objek dan atraksi wisata yang terdapat di kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai dan sekitarnya.

2. menganalisis dan membuat perencanaan ruang untuk wisata yang berkelanjutan.

3. merencanakan aktivitas dan fasilitas ekowisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai

4. menyusun rencana lanskap ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai.

Manfaat Penelitian

Penelitian perencanaan ekoswisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi akademik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

1. Akademik

Mahasiswa dapat menganalisis dan membuat perencanaan lanskap ekowisata yang fungsional, estetis, dan bernilai jual tinggi berdasarkan ilmu yang telah ditekuni selama masa studi dalam usaha pelestarian lingkungan Pulau Berhala Serdang Bedagai.

2. Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui karakteristik dan potensi tapak dari hasil penelitian ini sehingga dapat lebih bijaksana dalam mengambil keputusan yang terkait dengan penggunaan tapak agar tapak tidak rusak atau hancur, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari kegiatan wisata yang akan dikembangkan.

3. Pemerintah

Pemerintah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan tata ruang dan wilayah daerah setempat dalam konteks sebagai daerah tujuan wisata.

Kerangka Pikir

Pulau Berhala Serdang Bedagai adalah pulau yang mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan dan akan dikembangkan menjadi daerah ekowisata untuk mendukung sektor wisata di Serdang Bedagai. Pengembangan wisata ke arah ekowisata dikarenakan pulau ini memiliki hutan hujan tropis yang masih alami, kondisi biota laut yang masih asri, kondisi pantai yang masih alami, dan formasi batu karang yang masih alami. Jika pulau ini dikembangkan menjadi tempat wisata, kondisi alami ini harus tetap dijaga agar keberlangsungan ekosistem di pulau ini tetap lestari.

(13)

kawasan preservasi. Kedua zona ini akan menghasilkan tata ruang ekowisata yang terdiri dari rencana aktivitas dan fasilitas wisata. Hasil sintesis kemudian diperoleh perencanaan lanskap untuk mendukung kegiatan ekowisata Pulau Berhala Serdang Bedagai.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Pulau Berhala Serdang Bedagai, Sumatra Utara merupakan pulau yang mulai dikunjungi oleh masyarakat

Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata yang berkelanjutan

Aspek Biofisik:

 Flora dan Fauna  Iklim  Topografi  Hidrologi  Geologi  Oceanografi

Kawasan Preservasi

Rencana Lanskap Ekowisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai

Aspek Legal

RTRW UU Perda

Analisis ketersediaan objek

dan atraksi wisata Analisis

peraturan-peraturan yang terkait tentang penggunaan tapak

Analisis kesesuaian tapak untuk ekowisata

Zona legal

Tata Ruang Ekowisata

Rencana aktivitas

Rencana Fasilitas

Aspek Wisata

Ketersediaan objek dan atraksi wisata Aksesibiltas

Zona Wisata Alam

Aspek Sosial

Persepsi Keinginan Budaya Jumlah

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Pulau

Menurut Kamus lengkap Bahasa Indonesia terbaru, pulau adalah tanah, daratan yang dikelilingi oleh air. Webster’s New World Dictionary of the American Language menyebutkan pulau adalah massa daratan, tidak seluas benua yang dikelilingi oleh air. Menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional tahun 1982 (UNCLOS 1982) pasal 121 mendefinisikan pulau sebagai daratan yang terbentuk secara alami dan dikelilingi oleh air dan selalu berada di atas permukaan air pada saat pasang naik tertinggi. Dapat disimpulkan, sebuah pulau tidak boleh tenggelam pada saat air pasang naik. Implikasinya, ada empat syarat yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai pulau, yakni (1) memiliki lahan daratan, (2) terbentuk secara alami dan bukan lahan reklamasi, (3) dikelilingi oleh air, baik air asin (laut) maupun tawar, seta (4) selalu berada di atas garis pasang tinggi.

Pulau berdasarkan ukuran dapat dibedakan menjadi pulau besar, pulau kecil dan pulau sangat kecil. UNESCO pada tahun 1991 menyatakan bahwa pulau kecil adalah pulau dengan area kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 (Bengen 2001). Berdasarkan ukuran luasnya, UNESCO (1991) menetapkan bahwa pulau-pulau yang luasnya kurang dari 200 km2 tergolong pulau kecil, sedangkan yang luasnya kurang dari 100 km2 tergolong pulau sangat kecil. Defenisi lainya menyebutkan bahwa pulau kecil adalah ruang daratan yang berelevasi di atas muka air pasanag dari perairan yang mengelilinginya dengan luas kurang dari 100 km2 (BBPT-Proyek Pesisir USAID 1998).

Kriteria baku mengenai pulau kecil di Indonesia tertera pada Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Batasan pulau kecil ini adalah pulau yang memiliki luas lebih kecil atau sama dengan 2.000km2 beserta ekosistemnya.

Wisata dan Ekowisata

(15)

Tim Ekowisata Indonesia menyebutkan bahwa ekowisata berbasis komunitas merupakan ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

Teknik inventarisasi diperlukan dalam menentukan objek wisata. Sasaran inventarisasi potensi jasa lingkungan adalah potensi wisata alam, potensi kenekaragaman hayati, potensi sumberdaya air, potensi carbon offset, potensi objek olah tantangan, potensi wisata religius potensi wisata budaya dan wisata objek penelitian.

Teknik inventarisasi yang digunakan adalah: (1) studi literatur, dimaksudkan untuk menghimpun data sekunder yang erat hubungannya dengan lokasi yang akan dilakukan inventarisasi, (2) penjelajahan lapangan dilaksanakan pada saat pengumpulan data di lapangan berupa data primer yang diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan, meliputi keadaan fisik dan potensinya, dan (3) wawancara, dilakukan dalam rangka pengumpulan informasi dalam upaya kelancaran kerja. Informasi diperoleh dari pejabat instasi terkait dan masyarakat setempat

Salah satu hal yang penting adalah penilaian objek wisata. Pangesti 2007, mengidentifikasi beberapa unsur daya tarik objek wisata, kriteria tersebut seperti berikut:

 Daya tarik wisata darat meliputi (1) keindahan alam, (2) keunikan sumberdaya alam, (3) banyaknya jenis SDA yang menarik, (4) keutuhan SDA, (5) kepekaan SDA/ tingkat kerusakannya, (6) jenis kegiatan wisata alam, (7) kebersihan lokasi, dan (8) keamanan kawasan.

 Daya tarik wisata pantai meliputi (1) keindahan pantai, (2) keselamatan/keamanan pantai, (3) jenis dan warna pasir, (4) variasi kegiatan, (5) kebersihan, (6) lebar pantai (diukur dari sudut terendah), dan kenyamanan

 Unsur kriteria iklim meliputi (1) pengaruh iklim terhadap lama waktu kunjungan pengunjung, (2) suhu udara pada musim kemarau, (3) jumlah bulan kering rata-rata pertahun, dan (4) kelembapan rata-rata pertahun.

 Unsur ketersediaan air bersih meliputi (1) volume air, (2) Jarak air bersih dari objek wisata, (3) dapat tidaknya air dialirkan ke objek wisata, (4) kelayakan dikonsumsi dan (5) ketersediaan.

 Unsur-unsur kriteria keamanan meliputi (1) keamanan pengunjung, (2) kebakaran, (3) penebangan liar dan (4) perambahan.

World Tourism Organisation (WTO) dan United Nation Environmental Programme (UNEP) menetapkan kriteria kawasan ekowisata, sebagai berikut : 1. kekhasan atraksi alam (Flagship attraction): tipe hutan, sungai, danau,

(16)

2. atraksi pendukung/pelengkap: berenang (air terjun, sungai, pantai), kegiatan olahraga (jalan kaki, memancing, mendayung), budaya lokal (kesenian, kebiasaan tradisional), peninggalan sejarah,

3. aksesibilitas dan infrastruktur: jarak ke bandara internasional atau pusat-pusat wisata, akses (jalan raya, jalan kereta api, penerbangan, pelabuhan), fasilitas kesehatan, komunikasi yang memadai,

4. iklim: cuaca yang mendukung kegiatan rekreasi, banyaknya curah hujan dan distribusinya, dan

5. kondisi politik dan sosial: adanya stabilitas sosial politik, terjaminnya keamanan pengunjung, pengunjung dapat diterima oleh masyarakat lokal.

Tim Ekowisata Indonesia berpendapat bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan kegiatan ekowisata pada suatu tapak. Hal-hal tersebut adalah

1. Produk Ekowisata

Produk ekowisata yang dikembangkan haruslah sesuai dengan potensi alam yang ada, potensi pasar, kapasitas masyarakat dan ketersedian sumber daya lainnya seperti dana dan keahlian.

2. Masyarakat

Dalam merencanakan ekowisata, perlu diperhatikan siapa anggota masyarakat yang akan terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, apakah masyarakat sekitar sudah mampu? Apabila belum maka perlu diberika pelatihan dan harus diperhitungkan juga berapa lama masyarakat tersebut harus dilatih.

3. Instansi

Dalam mengembangkan ekowisata, tentu tidak dapat mengandalkan sebatas keuangan pribadi saja, oleh karena itu, bila ingin merencanakan kegiatan ekowisata kawasan regional perlu dipikirkan juga instasi apa yang akan terlibat didalamnya. Sejauh ini, terdapat beberapa instansi yang sering terlibat dalam pengembangan ekowisata. Instansi tersebut antara lain dinas pariswisata, dinas kesehatan, dinas perikanan, badan pengendalian dampak lingkungan, dinas koperasi dan UKM, dinas perhubungan, dinas kehutanan, dan dinas industri dan perdagangan.

4. Sarana dan prasarana

Dalam mengembangkan wisata secara umum, tentu pemilihan saran dan prasarana perlu dipikirkan mengingat hal ini akan berpengaruh besar terhadap kepuasan pengunjung. Secara umum, sarana dan prasarana yang harus ada di sebuah lokasi wisata adalah sarana air bersih, transportasi, penginapan, infomasi dan komunikasi, jalur sirkulasi, makan dan pendamping wisata.

Perencanaan Lanskap

(17)

Nurisjah dan Pramukanto (2012) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah dan merupakan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.

Proses perencanaan lanskap itu sendiri dapat dibagi kedalam empat langkah, yaitu: (1) survei dan analisis, (2) evaluasi, (3) peraturan atau solusi disain dan (4) implementasi (Laurie, 1986). Menurut Simond dan Barry (2006) tahapan perencanaan terdiri atas tahap commissions, research, analysis, synthesis, construction, dan operation.

Tahap commissions merupakan tahap pertemuan antara pelaksana dan klien, tahap ini merupakan tahap awal dalam memulai studi dengan mengetahui keinginan klien dan gambaran pengembangan. Tahap research adalah pengumpulan data, baik data primer ataupun data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tapak seperti data fisik, sumberdaya tapak, kualitas visual, wawancara dan penyebaran kuesioner pada responden. Data sekunder adalah data dari hasil studi pustaka. Pada tahap analysis dilakukan analisis tapak untuk mengetahi potensi dan kendala yang terdapat di tapak. Pada tahap synthesis dilakukan studi skematik untuk memperoleh alternatif program pengembangan ruang, kemudian program yang terpilih menjadi acuan dalam pembuatan rencana konsep.

Daya Dukung Lingkungan

Daya dukung lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia atau benda hidup lainnya. Menurut Clark dalam Ketjulan (2010) daya dukung adalah suatu cara untuk menyatakan batas-batas penggunaan terhadap sumberdaya. Analisis daya dukung merupakan salah satu pendekatan bahwa alam mempunyai batas maksimum untuk menerima aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kurun waktu tertentu. Kajian daya dukung wisata bertujuan untuk menentukan jumlah maksimum pengunjung wisata yang masih ditolerir suatu kawasan wisata.

Daya dukung lingkungan dihitung berdasarkan perbandingan antara potensi sumber daya alam yang dimiliki dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat atau kebutuhan yang harus tersedia dalam suatu areal (Somarwoto dalam Senoaji 2009). Daya dukung lingkungan terdiri dari : daya dukung hutan dari aspek ekologi, daya dukung wisatawan, daya dukung areal pemukiman, daya dukung fasilitas dan utilitas, dan daya dukung transportasi. Kesesuaian lahan ditentukan dengan membandingkan parameter-parameter hasil pengukuran di lapangan dengan nilai standar atau kriteria yang berlaku.

(18)

kemiringan lahan, kondisi tanah, ketersedian akomodasi, ketersediaan air bersih dan sebagainya.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Pulau Berhala Serdang Bedagai secara geografis berada di Selat Malaka (Gambar 2) yang berjarak lebih kurang 21 Mil laut dari pantai Timur Sumatera pada 3º 46‘ 38” LU dam 99° 30’ 03” BT. Pulau ini merupakan lokasi titik dasar/base point (TD) no. 184 dan titik referensi (TR) no. 124. Penelitian dilakukan dalam waktu empat bulan, mulai dari bulan Februari 2014 hingga Mei 2014.

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi sampai dengan hasil berupa rencana lanskap ekowisata disertai gambar perbesaran, gambar ilustrasi, peta aktivitas dan fasilitas rencana lanskap ekowisata di kawasan Pulau Berhala Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Penelitian perencanaan lanskap ekowisata ini menggunakan alat dan bahan untuk mendukung kegiatan baik di lapang maupun dalam mengolah data. Pada Tabel 1 akan dijabarkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian dan keterangannya.

Tabel 1 Alat dan bahan

Alat dan Bahan Keterangan

Alat

Kamera Dokumentasi

GPS (Global Positioning System) Penitikan lokasi di lapang

Laptop Perekapan dan Pengolahan data

Pensil, kertas gambar, dan penghapus Pencatatan hasil survey dilapang Gambar 2 Lokasi penelitian

(19)

Tabel 1 Alat dan bahan (lanjutan)

Alat dan Bahan Keterangan

Peta Pulau Berhala Serdang Bedagai Pemetaan objek dan atraksi wisata Peta topografi, kemiringan lahan, flora dan

fauna. Analisis dan sintesis

Data kependudukan Analisis dan sintesis

Data iklim Analisis dan sintesis

Data kelautan Analisis dan sintesis

Kuesioner Pemahaman dan persepsi masyarakat

Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan adalah metode perencanaan dengan pendekatan ekologis. Dimulai dengan melakukan dengan penentuan batas administrasi dan batas ekologis, kemudian menganalisa ketersediaan objek dan atraksi wisata yang ada pada tapak. Kemudian dilakukan analisis kesesuaian Pulau Berhala Serdang Bedagai untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Dalam melakukan analisis, persepsi dan preferensi masyarakat setempat juga dipertimbangkan dalam penentuan lokasi yang akan dikembangkan. Selanjutnya menentukan zona-zona yang ideal untuk pengembangan. Setelah daya dukung diperhitungkan, diperoleh peta perencanaan lanskap pendukung ekowisata di Kepulauan Berhala Serdang Bedagai yang tidak mengganggu ekosistem alam. (Gambar 3).

Tahapan Perencanaan

Tahapan perencanaan ini mengacu pada tahapan yang telah dikemukakan oleh Gold (1980), yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan.

Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian. Ada dua persiapan yang dilakukan yaitu persiapan administratif dan persiapan teknis. Persiapan administratif merupakan persiapan perizininan melakukan penelitian sebelum melakukan pengambilan data yang terdiri dari pembuatan surat pengantar dari Departemen Arsitektur Lanskap yang ditujukan untuk pihak-pihak terkait yang akan diambil datanya. Persiapan teknis berupa penyiapan peta pulau, mempersiapkan alat berupa GPS, pengumpulan informasi awal area penelitian dan pembagian waktu untuk pengambilan data.

Pengumpulan data

(20)

Gambar 3 Tahapan perencanaan lanskap

Persiapan Perumusan masalah, penetapan tujuan, pengumpulan informasi terkait permasalahan, dan perizinan dinas terkait

1. Aspek Legal

Luas tapak dan batas administrasi tapak

2. Aspek Ekologi

Topografi, geologi, iklim, flora dan fauna dan oceanografi

3. Aspek wisata

Ketersediaan objek dan atraksi wisata, nilai visual tapak,

4. Aspek Sosial

ketergantungan masyarakat pada tapak, dan potensi pengunjung

Analisis kesesuaian tapak untuk ekowisata

Tata Ruang Ekowisata

Rencana Aktifitas dan Fasilitas

Daya Dukung Lahan

Rencana Lanskap Pendukung Ekowisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai

Pengumpulan data

Analisis

Sintesis

Perencanaan

Analisis ketersedian objek dan atraksi wisata

persepsi dan preferensi masyarakat

Zona Legalitas

Zona Preservasi

Analisis peraturan terkait penggunaan tapak

(21)

Tabel 2 Jenis, bentuk, dan data yang dibutuhkan

No Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara pengambilan data

1 Biofisik a. Iklim Tabular BMKG Medan Instansi Terkait b. Tanah dan

Geologi

Peta &

deskriptif Balitbang Tanah Instansi Terkait c. Topografi,

Kemiringan Lahan

Peta

Balitbang Tanah Instansi Terkait

d. Flora dan Fauna

Peta &

deskriptif Tapak, dan LIPI Lapang, Instansi Terkait 2 Legal a. Letak, Luas

dan Batas administrasi

Peta dan deskriptif

Bappeda Sergai Instansi Terkait

b.Tata guna Lahan

Deskriptif

Bappeda Sergai Instansi Terkait 3 Wisata a. Atraksi dan

Objek Wisata

Deskriptif Lapang, Studi

Pustaka Lapang, Studi Pustaka b. Aksesibiltas

dan Sistem Transportasi

Deskriptif

Lapang, Bappeda

Sergai Lapang, Wawancara c. Informasi dan

Promosi

Tabular Lapang, Bappeda

Sergai Lapang, Wawancara

d. Potensi pengunjung

Tabular

Lapang Lapang, Wawancara 4

Sosial-Sergai Instansi Terkait

b. Aktivitas dan Perilaku

Deskriptif Lapang, Bappeda

Sergai Instansi Terkait

Analisis & Sintesis

Analisis yang pertama adalah analisis ketersedian objek dan atraksi wisata dengan menggunakan metode analisis kuantitatif mengikuti kriteria (Avenzora 2008). Dalam penilaian objek wisata setidaknya perlu untuk menilai tujuh aspek nilai yang terkait dan berasosiasi dalam potensi suatu objek wisata, yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas, dan fungsi sosial (Tabel 3)

Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata

No Aspek Indikator Skor

1 Keunikan  Bentuk gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

1

 Warna-warna gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

1

 Manfaat dan fungsi gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

1

 Tempat dan ruang gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

1

 Waktu gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

1

 Ukuran dimensi gejala alam tersebut sangat berbeda dengan gejala alam sejenis pada umumnya

(22)

Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata (lanjutan)

No Aspek Indikator Skor

2 Kelangkaan  Gejala alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan internasional

1

 Gejala alam masuk dalam daftar kelangkaan nasional 1  Gejala alam tersebut tidak ada di provinsi lain 1  Gejala alam tersebut tidak ada di kabupaten lain 1  Gejala alam tersebut tidak ada di kecamatan lain 1  Pengulangan proses kejadian gejala alam tersebut sangat

langka dalam kurun waktu tertentu

1

 Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari gejala alam tersebut

 Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa yang dihasilkan gejala alam tersebut

1

4 Seasonality  Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung beberapa saat saja pada hari tertentu

1

 Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung pada hari tertentu dalam periode minggu tertentu

1

 Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung pada minggu tertentu dalam periode bulan tertentu

1

 Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung pada bulan tertentu dalam periode tahun tertentu

1

 Gejala alam tersebut hanya muncul dan bisa dinikmati pengunjung pada bulan tertentu dalam periode kondisi tahun tertentu

5 Sensitifitas  Peristiwa kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit/banyak pengunjung

1

 Kualitas kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit/banyak pengunjung

1

 Kuantitas kejadian alam tersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit/banyak pengunjung

1

 Kehadiran pengunjung untuk menikmati gejala alam tersebut tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain disekitarnya

1

 Dalam bentuk kontak fisik tidak akan menyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas gejala alam tersebut dan gejala alam lainnya.

1

 Daya dukung fisik, ekologis, dan psikologis tidak terganggu 1 6 Aksesibilitas  Lokasi gejala alam tersebut dapat dijangkau dengan

kendaraan umum dalam waktu maksimal dua jam dari ibukota kabupaten

(23)

Tabel 3 Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata (lanjutan)

 Lokasi gejala alam tersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat

1

 Pengunjung dapat menjangkau lokasi gejala alam tersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 km

1

 Untuk mencapai lokasi tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam per hari

1

 Lokasi tersebut dapat dicapai dalam segala kondisi cuaca 1 7 Fungsi

Sosial

 Gejala alam tersebut diyakini masyarakat sekitar mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal komunitas yang tinggal di kawasan tersebut

1

 Gejala alam tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial/budaya keseharian masyarakat sekitar

1

 Gejala alam tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat

1

 Gejala alam tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat

1

 Gejala alam tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat

1

 Gejala alam tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat

1

Sumber: Avenzora (2008) dan modifikasi

Seluruh objek wisata diberi nilai berdasarkan kriteria yang ada, setelah itu dilakukan klasifikasi tiga kategori yaitu daerah dengan objek dan atraksi wisata yang rendah, sedang dan tinggi berdasarkan interval yang dihitung melalui rumus:

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai interval yang akan digunakan yaitu 11. Sehingga daerah yang mendapat skor dari 7-18 masuk dalam kategori daerah dengan objek wisata rendah, daerah yang mendapat skor 19-30 masuk dalam kategori daerah dengan objek wisata sedang, daerah yang mendapat skor 31-42 masuk dalam kategori daerah dengan objek wisata tinggi. Hasil dari analisis ini adalah peta ketersediaan objek dan atraksi wisata.

(24)

sesuai dengan besar faktor pengaruh terhadap kesesuaian. Untuk itu kemiringan lereng dan kepekaan tanah diberi bobot 15 dan intensitas hujan diberi bobot 10. Penilaian akhir diklasifikasikan menjadi tiga nilai, yaitu sangat sesuai (≥ 120 -160), sesuai (≥80-<120) dan tidak sesuai (40-<80). Penentuan kelas lahan ditentukan sebagai berikut:

Keterangan : Kl (kemiringan lahan), Kt (kepekaan tanah), Ch ( intensitas curah hujan)

Tabel 4 Penilaian kesesuaian lahan untuk wisata

No Peubah Bobot Sub Peubah Nilai

1 Kemiringan lereng 15 0-15 % (datar-landai) 4 15-25% (agak curam) 3

25-40% (curam) 2

> 40% (sangat curam) 1

2 Kepekaan tanah 15 Tidak peka 4

Agak peka 3

Peka 2

Sangat peka 1

3

Intensitas curah hujan

(mm/th) 10

0-2000 (sangat rendah-rendah)

4

2000-2500 (sedang) 3 2500-3000 (tinggi) 2

>3000 (sangat tinggi) 1

Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/Kpts/Um/11/1980 da No.683/Kpts/Um/8/1981

. Penilaian terhadap wisata pantai mengacu pada Hardjowigeno dan Widiatmika (2007), terdapat enam aspek yang dinilai dan dapat dilihat pada Tabel 5. Keenam aspek ini diberi bobot sesuai dengan dominan parameter terhadap peruntukan. Besarnya pembobotan ditunjukan pada suatu parameter untuk seluruh evaluasi lahan. Penilaian akhir diklasifikasikan menjadi empat nilai, yaitu sangat sesuai (≥ 82-100), sesuai (≥63-<82) dan tidak sesuai (≥44-<63) sangat tidak sesuai (25-<44) . Penentuan kelas lahan ditentukan sebagai berikut:

(25)

Tabel 5 Penilaian kesesuaian untuk wisata pantai

Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmika (2007)

Data legal dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan beberapa peraturan dan perundangan-udangan terkait pulau.Data sosial ekonomi dan budaya masyarakat digunakan untuk mengetahui keinginan dan persepsi masyarakat sekitar terhadap pulau. Hasil data ini berupa deskripsi yang menjelaskan keadaan sosial budaya masyarakat, harapan, dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata serta fasilitas yang diinginkan yang akan dikembangkan.

Peta yang didapatkan dari hasil analisis adalah peta ketersediaan objek dan atraksi wisata, peta kepekaan lahan, dan peta legalitas. Ketiga peta ini kemudian dioverlay untuk mendapatkan tata ruang ekowisata.

Perencanaan

Tahapan perencanaan lanskap adalah tahapan setelah tahap analisis dan sintesis. Tahap ini diawali dengan penentuan konsep pengembangan tapak yang mengacu pada fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan. Konsep tersebut dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk rencana tata ruang, rencana aktivitas dan fasilitas yang menunjang kegiatan ekowisata dengan menghitung daya dukung lahannya. Perhitungan untuk mencari daya dukung untuk wisata berdasar standar rata-rata individu dalam m2/orang berdasar Boulon dalam WTO dan UNEP (1992) dalam Nurisjah (2003) sebagai berikut:

Keterangan : DD = Daya dukung, A= Area yang digunakan wisatawan, S = Standar rata-rata individu

Hasil dari tahap ini berupa rencana tapak (landscape plan) yang menggambarkan aktifitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, jalur sirkulasi yang direncanakan dan tata letak fasilitas yang mendukung kegiatan ekowisata.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM Letak Geografis

Pulau Berhala Serdang Bedagai merupakan pulau kecil dan merupakan salah satu dari 92 pulau terluar di Indonesia. Terdapat tiga pulau dikawasan ini. Luas Pulau Berhala Serdang Bedagai + 44.75 Ha, terletak di posisi 03046’ 38” Lintang Utara 990 30’ 03” Bujur Timur. Pulau ini berbatasan langsung dengan negara Malaysia berjarak ± 12 mil dari sebelah timur dan sebelah barat berbatasan dengan daratan Sumatera Utara berjarak ± 48 mil dari pelabuhan Belawan. Secara administrasi pulau ini berada di wilayah kecamatan Tanjung Beringin tepatnya di desa Bagan Kuala dengan jarak ± 21 mil dari Ibukota Kecamatan Tanjung Beringin. (Gambar 5)

Untuk membedakan Pulau Berhala Serdang Bedagai ini dengan Pulau Berhala Serdang Bedagai yang ada di daerah lain, maka Pulau Berhala Serdang Bedagai yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai diganti namanya dengan Pulau Berhala Serdang Bedagai. Pulau ini diapit oleh 2 pulau kecil lainnya yaitu Pulau Sokong Seimbang di sebelah Barat dan Pulau Sokong Nenek di sebelah Timur. Luas Pulau Sokong Nenek + 0,5 Ha, terletak di posisi 03046’ 38” Lintang Utara 990 30’ 03” Bujur Timur. Luas Pulau Sokong Siembang + 1,5 Ha , terletak di posisi 03046’ 53.7” Lintang Utara 990 29’ 27” Bujur Timur dengan panjang garis pantai sepanjang 700 m. (Gambar 6).

Kondisi Biofisik Topografi

Pulau Berhala Serdang Bedagai memiliki topografi berombak dengan ketinggian relatif rendah, sebagian landai dengan kemiringan 2-8% dan sebagian kecil bertopografi datar. Pulau ini dikelilingi oleh perairan selat Malaka yang menyebabkan pulau ini memiliki geologi khas pantai yang dipengaruhi oleh iklim, mikroorganisme atau jasad renik, batuan induk tanah, arus gelombang dan waktu. Hal ini terlihat dari susunan batuan aluvial yang membentuk dataran aluvial pantai dan gisik. Selain itu terdapat juga perbukitan denudasional terkikis sedang dan pasir kuarsa akibat erosi dan pergerakan massa batuan.

Pada beberapa bagian pantai, batuan-batuan ini membentuk tombolo. Tombolo adalah tanggul pasir alami yang menghubungkan daratan dengan pulau yang berada dekat pantai, tombolo terbentuk pada laut dangkal yang tidak terganggu oleh arus laut.

Iklim

(27)

Tabel 6 Data iklim Pulau Berhala Serdang Bedagai tahun 2013

Indikator Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

CH (mm) 118.5 199.3 73.8 150.0 96.4 121.0 121.8 213.5 180.6 345.0 84.0 488.6

T (ºC) 27.1 26.8 28.3 28.6 28.6 27.8 27.8 27.3 27.2 26.8 27.0 26.4

RH (%) 82 84 81 80 80 78 81 84 84 85 86 89 Ket: CH= Curah Hujan, T= Suhu, Rh=Kelembapan relatif

Sumber : BMKG Medan 2013

Sosial

Secara administratif Pulau Berhala Serdang Bedagai termasuk dalam wilayah Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Tidak ada penghuni tetap di pulai. Pulau ini hanya dihuni oleh 34 pasukan marinir dibawah Kementrian Pertahanan Negara Republik Indonesia dan pegawai navigasi dibawah Kementrian Perhubungan Republik Indonesia dengan masa tugas selama enam bulan. Setiap enam bulan sekali terjadi perubahan petugas yang menghuni pulau ini. Aktivitas yang dijalani marinir sehari-hari di pulau ini adalah menyusuri pulau

untuk mengontrol keamanan pulau, membersihkan pantai dari sampah, menghidupkan mercusuar untuk membantu nelayan dan mengembangbiakkan penyu yang bertelur di pulau ini.

Kecamatan Tanjung Beringin adalah salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Luas area kecamatan ini adalah 74,17 km2 dengan jumlah desa sebanyak 8 desa dengan kepadatan penduduk 505 jiwa/km2. Informasi lebih jelas mengenai data demografi Kecamatan Tanjung Beringin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Data demografi KecamatanTanjung Beringin

Variabel Jumlah

Luas Area (km2) 74

Desa 8

Dusun 48

Penduduk 37.462

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 505

Rumah tangga 8.736

Laki-laki 19.117

Perempuan 18.345

Rasio jenis Kelamin 104

(28)

Flora dan Fauna

Vegetasi yang banyak ditemui di pulau ini adalah vegetasi-vegetasi yang berukuran besar. Berdasarkan penampakan luarnya, kumpulan vegetasi ini membentuk ciri hutan hujan tropis yang lebat dan memiliki strata Gambar 4. Selain itu terdapat juga vegetasi pantai yang menambah kekhasan pulau ini. Terdapat tanaman rambat tipe berkayu dihampir semua pohon tinggi yang ada sehingga menambah kerapatan tajuk dan kerimbunan hutan (Tabel 8). Vegetasi tersebut harus dijaga kelestariannya karena sebagian vegetasi sudah mulai langka keberadaannya.

Tidak hanya tumbuhan, di pulau ini juga terdapat beberapa satwa langka. Pada Tugu Prasasti NKRI di Pulau Berhala Serdang Bedagai, dituliskan bahwa di pulau ini hidup biawak, penyu, ular, napu (sejenis kancil), ketam kelapa, dan kima raksasa. Sementara itu di gugus terumbu karang banyak ditemui ikan-ikan karang. Menurut Rian, salah satu nelayan yang hobi memancing dipulau ini, banyak ikan-ikan yang dapat dilihat langsung dengan mata, sedangkan bila dipancing maka akan terlihat ikan kakak tua, kuwe, kerapu, tenggiri, cumi-cumi, dan kepiting. Oleh karena itu, arah perencanaan pulau ini harus kearah konservatif agar tumbuhan dan hewan yang ada di pulau ini dapat berlangsung kehidupannya.

(29)

Ga

mbar

5 K

ondis

i eksist

ing

P

ulau Ber

ha

la Ser

da

n

g Beda

ga

(30)

Ga

mbar

6 K

ondis

i eksist

ing

fa

sil

it

as P

ulau Ber

ha

la Ser

da

ng Bed

aga

(31)

Tabel 8 Vegetasi yang terdapat di Pulau Berhala Serdang Bedagai

No Nama Latin Famili Nama Lokal Foto

1 Bambusa

vulgaris Poaceae

Bambu kuning

2 Beaucarnea

recurvata Agavaceae Nolina

3 Callophylum

inophylum Calophyllaceae Nyamplung

4 Caryota mitis Arecaceae Palem ekor ikan

5 Cocos nucifera Arecaceae Kelapa

6 Cryptocoryne

ciliata Araceae Keladi payau

7 Dicksonia

squarrosa Diksoniaceae

(32)

\Tabel 8 Vegetasi yang terdapat di Pulau Berhala Serdang Bedagai(lanjutan)

No Nama Latin Famili Nama Lokal Foto

8 Dyera costulata Apocynaceae Jelutung

9 Gluta renghas Anacardiaceae Rengas

10 Musa

paradisiaca Musaceae Pisang

11 Pandanus

tectorius Pandanaceae Pandan besar

12 Scaevola

frutescens Goodeniaceae Babakoan

13 Spinifex

littoreus Poaceae

Rumput angin

14 Terminalia

(33)

DATA DAN ANALISIS

Aspek Legal

Aspek ini merupakan yang pertama dianalisis untuk melihat dan menentukan batas legal serta menentukan perencanaan Pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai Pulau Kecil Terluar (PKT). Aspek legal diperlukan karena tapak berada pada daerah perbatasan negara sehingga segala bentuk perencanaan yang akan dikembangkan dipulau ini harus sesuai dengan undang-undang ataupun peraturan yang ada.

Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2005

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2005 yang dimaksud dengan pulau kecil terluar adalah pulau dengan luas areal kurang atau sama dengan 2000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. Pulau-pulau Kecil Terluar (PKT) sebagaimana dimaksud dan koordinat titik terluarnya adalah sebagaiman yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden.

Berdasarkan peraturan tersebut, sudah dinyatakan (lampiran 1 no 85) bahwa Pulau Berhala Serdang Bedagai termasuk salah satu dari pulau-pulau kecil terluar yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu PKT di Indonesia, segala bentuk jenis perencanaan dan pengelolaan terkait pulau ini harus mengacu pada undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku, salah satunya adalah Perpres No 78 tahun 2005. Pada Bab II Perpres No 78 tahun 2005 mengenai tujuan dan prinsip pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, dituliskan bahwa pengelolaan pulau-pulau terkecil dilakukan dengan tujuan:

1. menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keamanan nasional, pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan, 2. memanfaatkan sumberdaya alam dalam rangka pembangunan yang

berkelanjutan, dan

3. memberdayakan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan Dengan prinsip pengelolaan pulau-pulau kecil terluar sebagai berikut : a. Wawasan Nusantara

b. Berkelanjutan c. Berbasis Masyarakat

Berdasarkan peraturan ini jelas dituliskan dalam proses perencanaan Pulau Berhala Serdang Bedagai ini harus bertujuan untuk keamanan dan pertahanan negara, serta memanfaatkan sumberdaya daya alam secara bijak agar lingkungan pulau tetap berkelanjutan dan melibatkan peran serta masyarakat sekitar, dalam hal ini adalah masyarakat Kecamatan Tanjung Beringin. Dalam pasal 4 ditulis bahwa Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar mengacu pada RTRW, ini artinya bentuk pengelolaan dan perencanaan Pulau Berhala Serdang Bedagai harus masuk dalam RTRW yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Serdang Bedagai.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 62/2010

(34)

pemanfaatan PPKT dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah (pasal 1), dan pemanfaatan PPKT ditujukan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 2).

Pada pasal 5 ayat (1) telah jelas ditulis bahwa pemanfaatan PPKT hanya dapat dilakukan untuk pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Selanjutnya, mengenai penjabaran dan penjelasan mengenai ketiga pemanfaatn PPKT tersebut dijabarkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Pemanfaatan dan penjabaran PPKT berdasarkan UU No 62/2010

Pemanfaatan Penjabaran Pasal

Pertahanan dan keamanan

a. Akselerasi proses penyelesaian batas wilayah negara di laut

Pasal 6

b. Penempatan pos pertahanan, pos keamanan, dan pos lain

c. Penempatan aparat Tentara Nasional Indonesia dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia

d. Penempatan bangunan simbol negara dan/atau tanda batas negara

e. Penempatan sarana bantu navigasi pelayaran

f. Pengembangan potensi maritim lainnya

Kesejahteraan masyarakat

a. Usaha kelautan dan perikanan Pasal 7 b. Ekowisata bahari

c. Pendidikan dan penelitian d. Pertanian subsisten

e. Penempatan sarana dan prasarana sosial ekonomi

f. Industri jasa maritim Pelestarian

Lingkungan

a. Menetapkan PPKT sebagai kawasan yang dilindungi

Pasal 8 ayat (1)

b. Kawasan yang dilindungi dapat ditetapkan sebagian atau seluruhnya sebagai kawasan konservasi

Pasal 8 ayat (2)

c. Kawasan yang dilingungi dan kawasan konservasi ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 8 ayat (3)

(35)

Berhala Serdang Bedagai diijinkan selama pemanfaatan tersebut tidak mengganggu pelestarian lingkungan.

Selain jenis pemanfaatan PPKT, dalam peraturan ini juga dituliskan mengenai peran serta masyarakat. Pada pasal 13 ayat (1) peran serta masyarakat dibagi dalam tiga kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan PPKT (Tabel 10).

Tabel 10 Peran serta masyarakat menurut UU No 62/2010

Kegiatan Peran Masyarakat Pasal

Perencanaan a.mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah

Pasal 13 ayat (2)

b.memberikan informasi dalam perencanaan pemanfaatan PPKT

c.memberikan masukan dalam menentukan arah perencanaan PPKT

d.menyampaikan masukan/usulan terhadap rencana kegiatan pemanfataan PPKT Pelaksanaan a.memprioritaskan rencana yang telah

disepakati

Pasal 13 ayat (3)

b.melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya PPKT berdasarkan hukum adat yang tidak bertentangan dengan hukum nasional c.menjaga, memelihara, dan meningkatkan

efisiensi dan efektifitas, serta kelestarian fungsi lingkungan di PPKT

Pengawasan a.memberikan informasi atau laporan dalam pelaksanaan pemanfaatan PPKT

Pasal 13 ayat (4)

b.menyampaikan laporan dan atau

pengaduan atas kerugian yang ditimbulkan berkaitan dengan pelaksanaan pemanfaatan c. melaporkan adanya pencemaran dan/atau

kerusakan PPKT yang merugikan kelestarian lingkungan

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa masyarakat memang dibutuhkan dalam pelestarian pulau-pulau terluar. Peran serta masyarakat harus bersambung sejak awal penetapan tujuan pengembangan kawasan pulau hingga pada pengawasan pulau.

Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 tahun 2006

(36)

dan wisata terestrial, penambahan pada pasal yang sama pada ayat (6) menuliskan bahwa pengelolaan konservasi dilakukan untuk melindungi biodiversity yang ada seperti terumbu karang dan penyu laut. Secara lebih rinci lagi, pemanfaatan Pulau Berhala Serdang Bedagai dibagi atas kegiatan konservasi, taman nasional laut, perikanan dan kelautan, wisata dan daerah singgah. Penjabaran dari pemanfaatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Pemanfaatan Pulau Berhala Serdang Bedagai berdasarkan Peraturan Perda No 12 tahun 2006 tentang pengelolaan Pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai kawasan Eco-Marine Tourism

Jenis Pemanfaatan Penjabaran Pasal

Perikanan dan Kelautan a. Pengaturan daerah penangkapan ikan dan pelabuhan kapal

Pasal 9 ayat (2)

b. Tidak boleh melakukan penangkapan ikan dengan alat apapun dan melabuhkan jangkar pada radius 1 mil laut

Eco-Tourism a. Tingkat pembangunan secara keseluruhan tidak boleh melebihi daya dukung.

Pasal 9 ayat (3)

b. Kegiatan yang dapat dilakukan di Pulau Berhala Serdang Bedagai adalah memancing, snorkling, kayaking, menyelam, mendaki

Daerah Persinggahan a. Dapat dijadikan sebagai daerah persinggahan atau tempat labuh kapal dengan ketentuan tidak boleh melabuhkan jangkar pada daerah terumbu karang dan tidak boleh membuang air ballase serta alat tangkap ikan yang rusak di daerah terumbu karang.

Pasal 9 ayat (4)

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa salah satu bentuk pemanfaatan Pulau Berhala Serdang Bedagai adalah Ecotourism atau lebih dikenal ekowisata. Jenis ekowisata yang dikembangkan adalah eco marine tourism (wisata bahari berwawasan lingkungan), oleh karena itu perencanaan ruang secara tepat diperlukan di Pulau Berhala Serdang Bedagai agar keberlangsungan ekosistem baik di darat ataupun di laut dapat terus berkelanjutan.

Hasil Analisis Aspek Legal Perencanaan

(37)

karena pada peraturan tersebut menyebutkan definisi pulau kecil secara jelas dan definisi tersebut tetap dipakai pada peraturan turunannya.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa jenis pemanfaatan Pulau Berhala Serdang Bedagai yang dapat diterapkan dibagi atas tiga jenis pemanfaatan yaitu perikanan dan kelautan, ekowisata, dan daerah singgah. Artinya segala bentuk perencanaan yang akan dikembangkan harus mengacu pada pemanfaatan tersebut, bisa diterapkan dalam bentuk rencana ruang (zonasi) dan rencana aktivitas dengan tidak menghilangkan jenis pemanfaatan lain sebagai pertahanan dan keamanan negara sesuai dengan Tabel 11. Setelah mendapatkan batas legal dan arahan pengembangan pulau diketahui bahwa luas kawasan penelitian sebesar 46.75 Ha yang mencakup Pulau Berhala Serdang Bedagai dan Pulau Sokong Nenek dan Pulau Sokong Siembah.

Aspek Wisata

Ketersediaan Objek dan Atraksi wisata

Pulau Berhala Serdang Bedagai memiliki bentuk pulau tropis yang khas. Pulau ini memiliki beberapa potensi keindahan alam yang indah. Dalam mengembangkan potensi tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis untuk menentukan dan mengetahui keberadaan objek-objek yang berada pada tapak. Tabel 12 menjelaskan beberapa potensi objek yang terdapat di Pulau Berhala Serdang Bedagai.

Tabel 12 Potensi objek alami di Pulau Berhala Serdang Bedagai

No Objek Daya Tarik

1 Pantai Warna air yang biru

 Karang tepi yang terlihat di permukaan

 Ikan-ikan kecil yang terlihat di atas permukaan dan saat snorkling

 Ombak yang tidak terlalu kencang  Kondisi perairan pantai yang bersih  Penangkaran penyu

 Warna pasir yang putih

 Susunan batuan vulkanik yang unik 2 Tombolo Pasir yang putih

 Waktu pasang surut yang sesuai dengan jam kunjung  Menjadi jalan penghubung ke Pulau Sokong Nenek

saat surut

 Karang yang mucul saat surut 3 Pulau Sokong

nenek

 Kombinasi batuan vulkanik yang khas

 Luas pulau yang kecil dapat dijelajahi dalam waktu singkat

 Adanya kuburan tua yang menjadi asal usul nama pulau

(38)

Tabel 12 Potensi objek alami di Pulau Berhala Serdang Bedagai (lanjutan)

No Objek Daya Tarik

4 Pulau Sokong Siembang

 Kondisi perairan yang baik

 Karang tepi yang terlihat di permukaan

 Pulau tidak boleh dikunjungi karena banyak ranjau  Kombinasi batuan vulkanik yang mengelilingi pulau 5 Hutan Pulau

Berhala Serdang Bedagai

 Topografi yang berbukit

 Vegetasi hutan hujan tropis yang masih asri

 Suara hewan hutan yang bersahutan ketika pagi hari  Adanya tugu sebagai simbol negara

 Adanya mercusuar untuk navigasi

 Pandangan yang luas sejauh mata memandang di atas mercusuar

Persebaran objek wisata di Pulau Berhala Serdang Bedagai dapat dilihat pada Gambar 7. Terlihat pesebaran objek dominan berada diwilayah dekat pantai. Penilaian terhadap keberadaan objek dan atraksi wisata pada Pulau Berhala Serdang Bedagai dilaksanakan saat pengamatan pada tapak. Objek dan atraksi yang memiliki nilai tinggi dan sedang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata utama, namun pengembangannya harus mempertimbangkan tingkat kepekaan tapak. Hasil analisis potensi objek wisata dapat dilihat pada Tabel13.

Tabel 13 Analisis nilai potensi objek wisata Nama

Objek/Atraksi

Aspek

Skor Ket Pemanfaatan kawasan I II III IV V VI VII

Pantai 6 2 6 0 3 3 4 24 Sedang Objek Utama Tombolo 6 2 6 3 6 2 1 26 Sedang Objek Utama Pulau Sokong

Nenek 6 1 6 2 3 2 2 22 Sedang Objek Utama Pulau Sokong

Siembang 6 1 6 2 3 2 2 22 Sedang Objek Utama Hutan Pulau

Berhala Serdang

Bedagai 6 3 6 2 1 2 2 22 Sedang Objek Utama ket: I: keunikan II: kelangkaan III:keindahan IV:Seasonality V:Sensitifitas VI:Aksesibilitas VII:Fungsi sosial

Rendah : 7-18 Sedang : 19-30 Tinggi : 31-42

(39)

tinggi terdapat pada Tombolo, yaitu tanggul pasir yang menghubungkan Pulau Berhala Serdang Bedagai sebagai pulau induk dengan Pulau Sokong Nenek.

Hasil Analisis Aspek Wisata

Berdasarkan hasil analisis aspek wisata, terdapat 5 objek/atraksi wisata yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata utama. Pemanfaatan objek wisata ini harus sesuai dengan daya dukung pulau begitu juga dengan jumlah sarana dan prasarana yang akan disediakan.

Kualitas Visual Lanskap

Secara keseluruhan Pulau Berhala Serdang Bedagai memiliki kualitas pandangan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. Setiap sisi pulau dapat dinikmati keindahannya ketika pasang ataupun surut. Kombinasi ukuran batu vulkanik yang mengelilingi pulau menambah keindahan pulau. Kejernihan air laut saat pasang dan surut juga menambah keindahan pulau terluar sektor barat Indonesia ini. Titik tertinggi pulau yang berada di mercusuar dapat menjangkau semua pemandangan dipulau. Letaknya yang berada di tengah-tengan pulau memungkinkan pengunjung untuk menyaksikan pandangan pulau sejauh 360o. Berada di mercusuar ini pula pengunjung bisa melihat pulau Sokong Seimbang yang sekarang tidak boleh didatangani karena terdapat ranjau didaratannya, dan apabila tidak ada awan ataupun asap, pengunjung dapat melihat negara Malaysia dari kejauhan.

Bad view ditemui pada beberapa batu besar yang terdapat di darmaga pulau. Vandalisme dari marinir dan pengunjung membuat daerah sekitar pos marinir terkesan jorok dan kotor padahal daerah ini merupakan gerbang utama dari setiap pengunjung yang datang ke pulau ini. Tumpukan sampah dari pengunjung ataupun yang terbawa ombak juga merusak keindahan pulau ini.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(40)

Ga

mbar

8 S

eb

ara

n obje

k da

n a

tra

ksi wi

sa

(41)

Ga

mbar

9 Ku

ali

tas visual lanska

(42)

Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai termasuk mudah karena berada di jalur pelayaran yang ramai. Jarak Pulau Berhala Serdang Bedagai dengan kota Medan kurang lebih 100 km. Saat ini ada dua alternatif jalan ke Pulau Berhala Serdang Bedagai, alternatif pertama melalui Belawan, alternatif kedua melalui Tanjung Beringin. Alternatif Belawan saat ini khusus digunakan oleh dinas Angkatan Laut saja dan alternatif Serdang Bedagai digunakan oleh masyarakat umum. Jarak kedua jalur ini masih terlalu jauh dari kota Medan. Perlu ditambahkan alternatif pintu masuk lain menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai. Salah satu pintu masuk menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai yang cukup potensial dikembangkan adalah Pantai Cermin. Kedekatan jarak dengan kota Medan dan kepopuleran Pantai Cermin menjadi potensi untuk dijadikan sebagai salah satu pintu masuk baru Pulau Berhala Serdang Bedagai (Gambar 10).

Gambar 10 Aksesibilitas menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai Transportasi laut menuju Pulau Berhala Serdang Bedagai dari Belawan-Medan menggunakan kapal motor memakan waktu tempuh sekitar 3–4 jam. Transportasi laut dari Tanjung Beringin ke Pulau Berhala Serdang Bedagai ± 4 jam bila menggunakan kapal nelayan tradisional.

(43)

Aspek Sosial Potensi Pengunjung

Berdasarkan data dari dua agen biro perjalanan yang rutin mengadakan trip ke Pulau Berhala Serdang Bedagai diketahui jumlah pengunjung yang pernah pergi ke Pulau Berhala Serdang Bedagai pada tahun 2013 seperti pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14 diatas, diketahui bahwa jumlah pengunjung pada tahun 2013 adalah 713 orang. Bulan pengunjung terbanyak terjadi pada bulan Desember, hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut terdapat banyak waktu libur.Menurut Liana (2014) salah satu agen travel pada saat diwawancara, lonjakan pengunjung terjadi pada saat libur sekolah, libur nasional, dan libur panjang (long weekend). Pada bulan biasa, waktu kunjungan para wisatawan biasanya terjadi pada saat weekend.

Tidak hanya waktu, jumlah pengunjung juga dipengaruhi oleh aturan yang ditetapkan oleh biro perjalanan sendiri. Seperti pada biro perjalanan 2, biro ini selalu membatasi jumlah wisatawannya hanya 30 orang. Hal ini disebabkan karena jumlah wisatawan yang ingin berkunjung harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pihak marinir yang menjaga pulau. Tindakan marinir ini sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat, bahwa batas maksimal pengunjung adalah 100 orang.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 30 pengunjung (Gambar 11). Diketahui bahwa sebagian besar (83%) pengunjung yang berasal dari Sumatera Utara dengan persentase 54% berasal dari Medan, 32% dari Tebing Tinggi, 7% dari Binjai dan 7% dari Serdang Bedagai. Tujuan mereka juga beragam, tetapi sebanyak 87% memang bertujuan untuk berwisata selebihnya ada yang untuk pendidikan (penelitian) dan adalah numpang berteduh, biasanya hal ini dilakukan oleh nelayan yang terjebak badai.

Gambar 11 Persentase asal daerah pengunjung Tabel 14 Jumlah pengunjung pada tahun 2013

Bulan (orang)

Total Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Travel 1 20 25 25 30 48 22 20 18 30 35 30 50 353 Travel 2 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 360 Jumlah 50 55 55 60 78 52 50 48 60 65 60 80 713

83% 4% 7%

3% 3%

(44)

Melihat jumlah pengunjung pada tahun 2013, maka Pulau Berhala Serdang Bedagai berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah wisata baru. Sebanyak 97% reponden setuju jika pulau ini dikembangkan menjadi daerah ekowisata sebagai icon wisata baru di Provinsi Sumatera Utara. Sebanyak 77% responden mengetahui Pulau Berhala Serdang Bedagai dari temannya, sebanyak 10% responden mengetahui dari jenis promosi lain seperti brosur, pameran bazar dan sebagainya, sisanya mengetahui dari iklan dan internet. Oleh karena itu dibutuhkan strategi promosi yang lebih baik lagi, jika berencana untuk mengembangkan pulau ini menjadi icon wisata baru.

Persepsi dan Preferensi Pengunjung

Hasil survey menunjukkan kegiatan yang paling sering dilakukan wisatawan adalah snorkling (37%), fotografi (30%), tracking keliling pulau (13%) dan sisanya adalah menyelam ataupun duduk-duduk menikmati suasana yang ada. Menurut pengunjung, pulau ini memiliki daya tarik tersendiri yang menyebabkan mereka betah dan ingin mengunjungi pulau ini (Gambar 12).

Fasilitas di pulau ini banyak yang harus diperbaiki untuk mendukung kegiatan wisata. Fasilitas yang paling dibutuhkan menurut responden adalah transportasi laut, penginapan, perbaikan terhadap tangga menuju mercusuar, dan jumlah perahu karet untuk keliling pulau. Kegiatan wisata yang cocok dikembangkan antara lain menikmati pemandangan, tracking hutan tropis menuju mercusuar, snorkling, menyelam, melihat penyu bertelur pada waktu tertentu, dan mengelilingi perairan pantai ditemani anggota marinir.

Gambar 12 Objek yang menarik di Pulau Berhala Serdang Bedagai menurut responden

Pemerintah setempat dan masyarakat sekitar merupakan pihak yang harus bertanggung jawab apabila ingin melakukan pengembangan terhadap pulau ini. Sejauh ini sebanyak 80% responden menyatakan bahwa masyarakat setempat sudah mendukung kegiatan pariwisata yang ada. Kegiatan masyarakat setempat yang dirasa mendukung kegiatan pariwisata adalah penyediaan kapal menuju pulau, membuka restauran di pelabuhan Tebing Tinggi tempat wisatawan menunggu kapal. Namun peran masyarakat juga dapat ditambahkan lagi seperti menjual souvenir, penyewaan alat memancing, menyelam dan snorkling dan turut menjaga ekosistem pulau.

31%

14% 41%

14%

(45)

Hasil analisis aspek sosial

Berdasarkan hasil analisis dari jumlah dan preferensi pengunjung diketahui bahwa pulau ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Hal ini dapat dilihat dari tingginya minat jumlah pengunjung yang ingin berkunjung dan asal daerah pengunjung yang cukup beragam. Fasilitas yang ada diharapkan mampu dikembangkan lagi sesuai dengan daya dukung pulau. Fasilitas yang harus diperbaiki adalah transportasi menuju pulau yang dapat dikembangkan bersama masyarakat, penginapan, dan alat-alat kebutuhan wisata bahari lain yang dapat dikerjakan bersama masyarakat.

Aspek Ekologi Iklim

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Medan (2013) daerah sekitar Pulau Berhala Serdang Bedagai merupakan daerah hujan tropis. Intensitas hujan di Pulau Berhala Serdang Bedagai tergolong tinggi hal ini dikarenakan letak topografi pulau yang berada di tengah laut, sehingga faktor evapotranspirasi dari air laut dan vegetasi yang ada di pulau mempengaruhi intensitas hujan .

Grafik di bawah ini (Gambar 13) menunjukkan nilai rata-rata hujan bulanan periode 2013. Bulan Desember adalah bulan dengan intensitas hujan paling tinggi yaitu sebesar 488,6 mm. Sedangkan bulan Maret adalah bulan dengan intensitas hujan paling rendah sebesar 73.8 mm. Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, bulan basah adalah bulan dengan curah hujan >100mm, bulan lembab adalah bulan dengan curah hujan 60-100mm dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <60 mm. Berdasarkan curah hujan bulanan daerah Pulau Berhala Serdang Bedagai pada tahun 2013, terdapat 3 bulan lembab dan 9 bulan basah. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan air untuk marinir dan pengunjung tercukupi sepajang tahun.

Kondisi suhu udara di Pulau Berhala Serdang Bedagai berkisar antara 26ºC-28ºC dan kelembapan udara berkisar antara 78%-89%. Berdasarkan perhitungan THI diperoleh nilai 26.43. Berdasarkan Laurie (1984) nilai THI yang dikategorikan nyaman adalah antara 21-27. Berdasarkan nilai THI yang didapatkan, ini berarti kondisi THI pulau mendekati ketidaknyamanan, sehingga perlu dilakukan modifikasi iklim mikro untuk meningkatkan kenyamanan dengan

0 100 200 300 400 500 600

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Gambar 3  Tahapan perencanaan lanskap
Tabel 3  Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata
Tabel 3  Kriteria penilaian objek dan atraksi ekowisata (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) merupakan arah kebijakan pemerintah di bidang kelautan, hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya wilayah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Keadaan Objek Wisata Pulau Berhala meliputi jarak 25 mil atau sekitar 40,22 km dari Ibukota Kecamatan Tanjung Beringin, dengan

Penelitian mengenai Dinamika Populasi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi

Zona pemanf aatan merupakan bagian dari Kawasan Taman wisata perairan. Pada zona pemanfaatan pulau berhala terdapat zona pemanfaatan yang berf ungsi sebagai

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove di Pesisir Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara”

Soekirman Rantau Perapat, 20-08-1959 √ √ Kantor Sumut Serdang Bedagai Sei Rampah Sei Rampah Jl.. Negara Nomor 300 Ketua DPW

Jika ekowisata pantai, snorkeling dan selam Pulau Berhala dikembangkan apakah bapak/ibu/saudara/i berkeinginan untuk datang kembali berwisata dan menjaga lingkungan

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2005 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)