• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU BERHALA PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU BERHALA PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI T A M A N W I S A T A PERAIRAN PULAU BERHALA

PROVINSI SUMATERA UTARA

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

2021

(2)

A. Latar Belakang

Kabupaten Serdang Bedagai merupaka n salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geograf is Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 03 01’12”- 03040’48” Lintang Utara dan 98045’00”- 99018’36” Bujur Timur, dengan ketinggian berkisar antara 0 -500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki tiga pulau kecil, salah satunya adalah Pulau Berhala yang terletak di Selat Malaka. Pulau berhala tersebut merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia yang terletak pada koordinat 03O

46’ 38” LU dan 99 O 30’ 03” BT. Pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dengan luas lebih kurang 40,351 ha dan merupakan pulau kecil terluar yang berjarak sekitar 35,1 mil dari Pelabuhan Belawan Medan dan dari TPI Bagan Kuala Tanjung Beringin berjarak sekitar 25 mil. Pulau Berhala memiliki topograf i bergunung dengan hutan lebat dan pantai yang putih bersih.

Pada awal dan akhir tahun, pantai Pulau Berhala menjadi tempat persinggahan penyu untuk bertelur

Kawasan Konservasi perairan dibentuk untuk berbagai tujuan, termasuk melindungi spesies dan habitat laut, melestarikan keanekaragaman hayati laut, memulihkan stok perikanan, me ngelola kegiatan pariwisata dan meminimalkan konf lik di antara pengguna sumberdaya yang beragam (Pomeroy et al. 2004). Kawasan konservasi perairan terdiri dari taman nasional perairan,suaka alam perairan, taman wisata periaran, dan suaka perikanan.

Taman wisata perairan adalah Kawasan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata peraitan dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan konservasi perairan dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Berhala merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang sebelumnya di tetapkan

(3)

berdasarkan SK Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 Tahun 2006 dan pada tahun 2020 ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 21/Permen-KP/2020 tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional tertentu Pulau – Pulau Kecil Terluar Pulau Berhala.

Konsekuensi penetapan TWP di Pulau Berhala dan laut di sekitarnya di Provinsi Sumatera Utara maka perlu disusun rencana pengelo laan. Penyusunan rencana pengelolaan didasarkan pada f ungsi ekologis, pola pemanf ataan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pola pengelolaan Kawasan harus bersif at jelas, komprehensif, sistematis dan mengakomodasi setiap kemungkinan pengembangannya.

Wewenang pengelolaan diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), maka taman Wisata Perairan Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai di Sekitarnya harus segera disiapkan pengelolaannya agar pengelolaan kawasan harus bersif at je las, komprehensif, sistematis dan mengakomodasi setiap kemungkinan pengembangannya. Sebagai tempat penetapan TWP Pulau Berhala dan laut sekitarnya di Provinsi Sumatera Utara maka perlu disusun suatu rencana pengelolaan dan zonasi. Penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi didasarkan pada f ungsi e kologis, oseanograf i, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Pulau Berhala dan Laut di Sekitarnya dalam proses penyusunan nya dilaksanakan secara partisipatif dan melibatkan semua stakeholder kawasan terkait, sehingga menjadi kesepakatan semua pihak menjadi acuan bagi unit pengelola, pemerintah daerah, dan masyarakat, sehingga pengelolaan kawasan dapat dilakukan dengan baik dan ef ektif dengan pendekatan pengelolaan kolabo rasi.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Dokumen RPZ TWP Pulau Berhala adalah sebagai acuan dan panduan dalam:

(4)

2. Perlindungan dan pelestarian kawasan

3. Pemanf aatan kawasan sesuai dengan zonasi nya 4. Mengevaluasi ef ektivitas pengelolaan kawasan

C. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Wisata Perairan Pulau Berhala mencakup :

1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Berhala wilayah perairan seluas 44,36 Ha sesuai dengan Keputusa n Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 21/PERMEN-KP/2020 tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau -pulau Kecil Terluar Pulau Berhala

2. Lingkup Materi

Dokumen RPZ TWP Pulau Berhala ini terdiri dari a. Potensi dan permasalahan pengelolaan

b. Penataan zonasi

c. Arahan rencana pengelolaan kawasan 3. Lingkup Jangka Waktu

Lingkup waktu RPZ ini terdiri dari : a. Rencana jangka Panjang 20 tahun; dan b. Rencana jangka menengah (5 Tahun)

(5)

BAB II

KONDISI KAWASAN KONSERVASI

A. Potensi Target Konservasi dan Prioritas

Pulau Berhala merupakan salah satu pulau yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yang termuat didalam Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 21/PERMEN-KP/2020 Tentang Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu Pulau -Pulau Kecil Terluar Pulau Berhala. KSNT adalah kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasiona l,

Secara umum potensi Pulau Berhala telah tertuang di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 Tahun 2006 yang telah menetapkan pulau berhala sebagai Eco Marine Tourisem. Didalam peraturan tersebut disebutkan bahwa potensi pulau berhala meliputi bidang-bidang a. Perikanan dan kelautan; b.

konservasi; c. parawisata. Kawasan TWP Pulau berhala selama ini juga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal nelayan khususnya untuk keperluan mengisi perbekalan air minum, bersandar/berlindung dari ombak dan badai.

TWP Pulau berhala memilki terumbu karang dengan luas 3,21 Ha, yang mengelilingi sepertiga bagian pinggir Pulau Burhala, selain itu pulau juga menjadi tempat penyu persinggahan untuk bertelur, berdasarkan hasil pengamatanada 4 titik lokasi tempat pendaratan penyu ini, oleh sebab itu keberadaaan terumbukarang dan penyu ini menjadi target konsevasi prioritas di kawasan TWP Pulau berhala.

B. Potensi Biofisik, Ekonomi, dan Sosial budaya

Pulau Berhala dan laut di sekitarnya memiliki potensi yang perlu dikembangkan dan menjadi suatu asset dalam pengelolaan berkelanjutan, potensi TWP Pulau Berhala dan laut sekitarnya meliputi potensi biof isik, potensi ekonomi dan potensi sosial budaya.

(6)

1. Potensi Biofisik

Potensi biof isik TWP Pulau Berhala dan laut sekitany a dapat dibagi berdasarkan kondisi oseanografi dan kondisi pesisir.

a. Kondisi Oseanografi

Parameter kualitas air merupakan parameter yang dapat menjadi data pendukung dalam Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Berhala (Table 1).

Tabel 1. Karakteristik Oseanografi di TWP Pulau Berhala

No Parameter Nilai

1 Suhu (0C) 28,9-32,1

2 Salinitas (psu) 32-34

3 pH 7,5-8,2

4 DO (mg/l) 8,19-10,56

5 Kecerahan (%) 80-100

6 Kekeruhan (NTU) 1,21-1,52

7 Arus (cm/s) 15-50

8 Amoniak (mg/l) < 0,5

9 Nitrat (mg/l) 0,01-0,04

10 Nitrit (mg/l) 0,03-0,05

11 Phosf at (mg/l) 0,03-0,04

12 Lebar Pantai (m) 3-10

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu, kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air yang ada di suatu wilayah, pengujian yang dilakukan meliputi uji parameter kimia, uji parameter f isik dan uji parameter biologi. Secara umum parameter kualitas air dapat dijadikan gambaran tentang kondisi perairan suatu wilayah.

b. Kondisi Pesisir

(7)

1) Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota luat penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga berkapur, bersama dengan biota lain yang hidup di dasar lautan.

Terumbu karang merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan biodiversitanya serta produktivitas tinggi, karena itu terumbu karang mempunyai peran yang signif ikan. Secara ekologis, terumbu karang merupakan tempat organisme hewan maupun tumbuhan mencari makan dan berlindung. Secara f isik menjadi pelindung pantai dan kehidupan ekosistem pera iran dangkal dari abrasi laut.

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting pada wilayah pesisir namun rentan terhadap perubahan baik yang terjadi secara internal maupun ekternal. Sedimentasi merupakan salah satu f aktor pembatas kehidupan binatang karang.

Luas tutupan karang mempengaruhi struktur komunitas lain yang berasosiasi dengan terumbu karang salah satunya yaitu ikan karang. Keragaman ekosistem merupakan salah satu indikator penting dalam kelestarian suatu wilayah. Wilayah yan g memiliki keragaman lebih memiliki ketahanan (reseilience) dalam perannya melindungi kawasan pesisir. Keberadaan spesies yang dilindungi pada suatu kawasan merupakan salah satu urgensi dalam pengelolaan kawasan konservasi, sehingga eksistensinya dapat dipertahankan dan terhindar dari kepunahan.

Sebaran terumbu karang berada di sekeliling Pulau Berhala.

Perkembangan terumbu karang di Pulau Berha la mengalami pengaruh alam oseanografi yang lebih kuat dimana terumbu karang terkonsentrasi di sekeliling pulau saja. Rataan terumbu karang yang terhampar panjangnya hanya mencapai + 15 meter dari garis pantai hingga tubir terumbu. Terumbu karang ini memiliki tipe terumbu tepi atau terumbu pantai, dimana karang tumbuh pada

(8)

kedalaman 1–10 meter, selanjutnya merupakan hamparan teras pasir halus yang dihuni oleh organisme penggali pasir (inf auna).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan terumbu karang di perairan Pulau Berhala memiliki tingkat penutupan karang rata -rata 55%

(HC: 54.5%, SC; 0.5%). ini menunjukkan kondisi te rumbu karang pada zona reef f late di pulau ini dalam kondisi bagus, didominasi oleh jenis karang acropora dan non -acropora dengan bentuk pertumbuhan (live f orm) dominan masif .

Sebaran terumbu karang berada hanya sebagian sisi Pulau Berhala.

Perkembangan terumbu karang di Pulau Berhala mengalami pengaruh alam oseanografi yang lebih kuat dimana terumbu karang terkonsentrasi di sebagian sisi pulau saja.

Ga m bar 1. Persentase Kesehatan Terumbu karang Pulau Berhala

Hasil persentase Kesehatan terumbu karang yang ditemukan di pulau berhala (Gambar 1) pada stasiun 1 sebanyak 55 %, karang mati sebanyak 34 % dan dijumpai biota lain sebanyak 3 %, pada stasiun 2 persentase coral hidup sebanyak 51 % dan karang mati sebanyak 29 %, biota lain yang dijumpai di stasiun 2 pulau berhala

(9)

sebanyak 7 %, pada stasiun 3 persentase terumbu karang hidup sebanyak 52 %, terumbu karang mati sebanyak 31 %, biota lain yang dijumpai

2) Ikan Karang

Ikan karang merupakan organisme yang jumlahnya melimpah di daerah terumbu karang. Komunitas ini merupakan penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu karang. Berbagai jenis ikan karang memiliki ketergantungan tinggi terhadap terumbu karang sebagai habitatnya yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Ikan-ikan tersebut memanf aatkan terumbu karang secara langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan hidupnya. Keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang, dimana pada daerah yang terlindung (leeward) dan daerah terbuka (windward).

Gambar 2. Jenis-jenis Ikan karan di Pulau Berhala

Beberapa ikan karang konsumsi yang dijumpai di Pulau Berhala adalah jenis ikan kerapu (Chomileptes altivelis, Ephinephelus

(10)

baronang (Siganus coralinus, S. dolainus), ikan ekor kuning (Caesio kuning), ikan tanda-tanda (Lutjanus Fulvilamma), ikan pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus djiddesis), ikan pari (Rhinotera javanica), dan beberapa jenis ikan hias, baik ikan hias yang berukuran kecil maupun ikan hias yang berukuran cukup besar.

3) Mega Benthos

Megabentos merupakan organisme yang berukuran lebih dari 1 cm yang hidup di atas atau di dalam dasar laut, meliputi biota menempel, merayap dan meliang pada ekosistem terumbu karang serta memiliki peran sebagai sumber bahan makanan bagi organisme yang lain. Megabentos terdiri dari beberapa organisme seperti teripang, kima, lobster, lola, bintang laut berduri, siput drupella, bulu babi, dan bintang laut biru , megabentos dapat dijadikan sebagai indikator pemantauan kondisi kesehatan karang.

Gambar 3. Teripang Jenis Actinopyga miliaris

Diperairan Pulau Berhala, banyak terdapat teripang jenis Actinopyga miliaris. Teripang jenis Actinophyga miliaris merupakan jenis teripang yang memiliki bentuk tubuh berwarna hitam pekat, jenis teripang tersebut memiliki tentakel sekitar 20 buah yang berbentuk seperti daun, memiliki kaki tabung yang banyak dan tampak jelas. Jenis te ripang ini memiliki kebiasaan

(11)

berpegang dan hidup pada batu karang yang mati atau hidup pada substrat pasir. Diseluruh tubuh teripang jenis ini ditumbuhi bintil- bintil halus dan mempunyai tentakel yang berwarna hitam.

Kajian di Pulau berhala yang dilakukan untuk pengamatan megabenthos terdiri dari 3 stasiun pengamatan (Gambar 4). Hasil persentase stasiun 1ditemukan jenis 19 % teripang dengan genus holothurian, ditemukan deadema setosum atau yang lebih dikenal dengan bulu babi berduri Panjang sebanyak 73 % s elain itu pada stasiun 1 juga ditemukan giant clam atau yang biasa dikenal dengan kima raksasa sebanyak 8 %. Pada Stasiun 2 ditemukan teripang dari genis holothurian sebanyak 6%, kemudian giant calm sebanyak 9

% dan diadema setosum sebanyak 79 %. Pada stas iun 3 untuk genus holothurian ditemukan sebanyak 9 %, untuk giant clam ditemukan sebanyak 12 % dan diadema setosum sebanyak 53 %.

Dari hasil kajian pada 3 stasiun tersebut dapat terlihat bahwa megabenthos jenis teripang paling banyak ditemukan pada stasiun 1, kemudian jenis giant calm paling banyak ditem ukan pada stasiun 3 dan untuk diadema setosum paling banyak ditemukan pada stasiun 3.

(12)

4) Penyu

Penyu merupakan salah satu f auna yang dilindun gi karena populasinya yang terancam punah. Reptil laut ini mampu bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudera Pasif ik, dan Asia Tenggara. Di dunia ada 7 jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia.

Gambar 5. Penyu Tempayan (Caretta caretta)

Penyu tempayan merupakan salah satu jenis penyu yang ditemukan di Pulau Berhala, di pulau tersebit penyu tempayan bertelur, penyu tempayan termasuk kedalam penyu yang dilindungi dengan status terancam punah. Penyu Tempayan (Caretta caretta) memiliki kepala yang besar dan rahang yang lebih kuat. Ukuran penyu langka ini cukup besar. Panjang lengkung karapas rata-rata 90 cm, meskipun pernah ditemukan Penyu Tempayan dengan karapas mencapai 280 cm. Berat dewasa rata-rata 135 kg, meskipun spesimen terbesar pernah tercatat memiliki berat lebih dari 450 kg.

Dengan ukuran tersebut men jadikan Penyu Tempayan sebagai penyu terbesar kedua setelah Penyu Belimbing. Karapas Penyu Tempayan keras dan berwarn a coklat kemerahan atau kuning- oranye. Memiliki empat pasang sisik coastal dan lima buah sisik vertebral pada karapasnya. Bagian bawah (pla stron) berwarna

(13)

kuning pucat. Sisi leher penyu bagian atas berwarna coklat sedangkan bagian bawahnya berwarna kuning. Kepala, sewarna dengan karapas dengan 2 pasang sisik pref rontal. Sedangkan tukik (anak penyu) berwarna coklat.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa penyu tempayan mulai naik kepantai Pulau Berhala berkisar pada bulan Desember -Maret, penyu ini mulai naik pada pukul 22 malam hari sampai pukul 03 dini hari. Lokasi pendaratan penyu ini mencakup hampir di sebagian besar sisi pesisir pantai Pulau Berhala. Ketika penyu mulai naik ke darat maka penjaga Pulau akan memadamkan lampu penerangan disekitar pulau, tujuannya agar penyu tidak terganggu saat akan meletakkan telur ke darat, saat penyu mulai menggali pasir di darat penjaga pulau juga membantu menggali pasir untuk memudahkan penyu meletakkan telur. Setelah penyu selesai meletakkan telurnya maka penjaga pulau meletakkan keranjang atau penutup diatas penyu tersebut meletakkan telur, tujuannya agar telur penyu yang diletakkan didalam pasir tidak dimakan oleh biawak. Biawak yang terdapat di pulau berhala merupakan salah satu pemangsa telur penyu, jika telur penyu terla mbat diberikan penutup atau pembatas maka telur-telur tersebut akan habis dimakan oleh biawak sehingga tidak ada lagi telur akan menetas nantinya.

2. Potensi Ekonomi

Pulau Berhala merupakan pulau tidak dihuni oleh masyarakat umum, dipulau tersebut hanya dijaga oleh pasukan TNI (45 Orang) dan juga petugas penjaga Mercusuar (2 Orang) , setiap tahunnya dilakukan pergantian penjagaan dari setiap kesatuan TNI yang ada di indonesia, begitu juga dengan petugas penjaga mercusuar, setiap tahunnya akan diganti segara bergantian oleh anggota yang lainnya, pengelolaan mercusuar ini berada dibawah Kementerian Perhubungan. Oleh karen itu

(14)

besar dimanf aatkan oleh masyarakat (nelayan dan wisatawan) yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Gambaran umum tentang potensi ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai akan dibahas sebagai berikut :

a. Mata Pencarian/Aktivitas Ekonomi

Jumlah nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 201 9 adalah 11.030 orang yang terdiri dari 8.456 nelayan penuh dan 2.574 nelayan sambilan (Tabel 2) .

Tabel 2. Jumlah Nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kecamatan, (2019)

No Kecamatan Waktu Penuh Sambilan Jumlah

1 Bandar Khalif a 525 649 1.174

2 Tanjung Beringin 4.582 873 5 455

3 Sei Rampah 130 30 160

4 Teluk Mengkudu 1.510 581 2.091

5 Perbaungan 125 21 146

6 Pantai Cermin 1.584 420 2.004

Jumlah 8.456 2.574 11.030

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

b. Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Potensi sumber daya kelautan dan perik anan dapat di kategorikan menjadi 3 bagian, yaitu Sumber daya hayati, Sumber daya non hayati dan environmental services. Sumber daya hayati merupakan segala sumber daya yang berasal dari makhluk hidup, s umber daya hayati mencakup berbagai hasil perikanan laut (penangkapan dan budidaya), ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta beragam jenis biota laut lainnya. Sumber daya hayati akan selalu ada selama dilestarikan dengan cara yang tepat, selain itu sumbedaya hayati juga memiliki potensi untuk dikembangkan.

Sumber daya non hayati adalah sumber daya alam yang bukan berasal dari makhluk hidup yang meliputi air, sinar matahari, udara, tanah,

(15)

bahan tambang, minyak bumi, pasir laut dan gas alam. , sedangkan environmental services dapat berupa media transportasi dan komunikasi, serta energi laut.

Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang ada di TWP Pulau Berhala meliputi berbagai hasil perikanan tangkap, perikanan budidaya, terumbu karang (hayati) dan sumber air minum (non hayati), sedangkan Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara umum di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut:

1) Perikanan Tangkap

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki garis pantai sepanjang 95 km mencakup lima kecamatan yaitu: Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalif ah. Tahun 2019 produksi ikan di wilayah ini 23.672 ton, hal ini menunjukkan potensi pengembangan sektor perikanan diwilayah ini masih cukup besar karena angka ini masih jauh di bawah angka potensi lestari perikanan selat Malaka 239.200 ton/tahun (DKP Kabupaten Serdang Bedagai, 2017).

Tabel 3. Jumlah Produksi hasil Perikanan Tangkap dan Pemasaran Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Hasil Perikanan Tangkap (ton)

Pemasaran (ton) Dalam

Daerah

Luar Daerah 1 Bandar Khalif a 3.968 1.190,5 2.777,7 2 Tanjung Beringin 8.887 2 660,0 6 220,6

3 Sei Rampah 43 13,0 30,2

4 Teluk Mengkudu 5.552 1 943,3 3 609,0

5 Perbaungan 145 43,4 101,3

6 Pantai Cermin 5.277 1 583,0 3 693,6

Jumlah 23.872 7 439,2 16 432,3

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

(16)

Jenis ikan produksi perikanan laut Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas ikan manyung, sebelah, selar, layang sunglir, tetengkek, bawal hitam, bawal putih, kakap putih, golok-golok, kerapu, cumi- cumi, sotong dan jenis udang-udangan.

Dengan kondisi mempunyai pesisir pantai yang cukup panjang yang mencakup lima kecamatan tersebut maka tidak heran apabila banyak penduduk berprofesi sebagai nelayan. Namun demikian, kegiatan perikanan tangkapnya masih didominasi oleh penangkapan skala kecil dengan menggunakan jenis alat tangkap berupa Gill Net, Line Fishing, Trap, Sein Net, Dredges dan Rawai (Tabel 4)

Tabel 4. Banyaknya Alat-Alat Penangkap Ikan menurut Jenis dan Kecamatan (2019)

No Kecamatan Gill

Net

Line

Fishing Trap Sein

Net Dredges Rawai Jumlah

1 Bandar Khalifa 478 88 103 13 8 - 750

2 Tanjung Beringin 823 1.300 80 - 41 - 2.384

3 Sei Rampah - - - - 150 - 150

4 Teluk Mengkudu 671 - 65 8 - 119 929

5 Perbaungan 123 - 0 - - 98 221

6 Pantai Cermin 2.148 - 0 - - 373 2.671

Jumlah 4.243 1.388 248 21 199 590 7.105

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

Perahu/kapal penangkapan ikan di Kabpaten Serdagn Bedagai didominasi oleh perahu kapal bermotor GT <5, yaitu sebanyak 2.401 unit dan hanya ada sebanyak 5 unit kapal bermotor GT 20- 30 (Tabel 5)

(17)

Tabel 5. Banyaknya Perahu/Kapal Penangkap Ikan menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, 2019

No Kecamatan

Perahu Tanpa Motor (Non Powered

Boat)

Perahu Motor Tempel (Outboard

Motor boats

Perahu Kapal Bermotor Power Boat

(GT- GrossTonage) Jumlah

< 5 5-10 10-20 20-30

1 Bandar Khalifa 25 - 151 - - - 176

2 Tanjung

Beringin 15 29 120 328 17 5 514

3 Sei Rampah - - 40 2 - - 42

4 Teluk Mengkudu 10 - 732 50 4 - 796

5 Perbaungan 8 - 115 - - - 123

6 Pantai Cermin 12 - 1.243 2 - - 1.257

Jumlah 70 29 2.401 382 21 5 2.908

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

2) Perikanan Budidaya

Potensi perikanan budidaya di kabupaten Serdang Bedagai dikelompokkan menajdi 3 yaitu budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut (Tabel 6)

Tabel 6. Luas Areal dan Potensi Perikanan Budidaya menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, (2019)

No Kecamatan Luas Budidaya Air Tawar (ton)

Luas Budidaya Air Payau (ton)

Luas Budidaya Air Laut (ton) Potensi Produktif Potensi Produktif Potensi Produktif

1 Kotarih 300 3,10 3,10 - - -

2 Silinda 115 10,00 10,00 - - -

3 Bintang Bayu 208 3,90 3,90 - - -

4 Dolok Mas ihul 512 11,00 11,00 - - -

5 Serbajadi 481 29,02 29,02 - - -

6 Sipis pis 260 18,00 18,00 - - -

7 Dolok Merawan 140 10,00 10,00 - - -

8 Tebing Tinggi 475 31,04 31,04 - - -

9 T. Syahbandar 315 43,58 43,58 - - -

10 Bandar Khalifa 126 11,96 11,96 304,00 12 10,00

(18)

No Kecamatan Budidaya Air Payau (ton)

Budidaya Air Tawar (ton)

Perairan Umum (ton)

1 Kotarih - 5,12 -

2 Silinda - 10,16 -

3 Bintang Bayu - 8,44 -

4 Dolok Mas ihul - 17,04 -

5 Serbajadi - 109,28 -

6 Sipis pis - 220,09 -

7 Dolok Merawan - 77,43 -

8 Tebing Tinggi - 10.724,40 -

9 T. Syahbandar - 1.254,92 -

10 Bandar Khalifa 16 261,03 15,00

11 Tanjung Beringin 101 491,46 0,33

12 Sei Rampah 3 888,21 -

13 Sei Bamban - 3.520,33 -

14 Teluk Mengkudu 5.381 94,41 -

15 Perbaungan 5 12.986,22 -

16 Pegajahan - 453,32 -

17 Pantai Cermin 4.207 1.074,06 -

Jumlah 9.714 32.195,91 15,33

11 Tanjung Beringin 25 6,28 6,28 79,08 1 0,13

12 Sei Rampah 883 23,00 23,00 - - -

13 Sei Bamban 915 18,00 18,00 - - -

14 Teluk Mengkudu 105 16,00 16,00 454,08 - -

15 Perbaungan 925 22,04 22,04 25,08 - -

16 Pegajahan 227 12,00 12,00 - - -

17 Pantai Cermin 280 3,00 3,00 251,00 - -

Jumlah 6.292 271,29 271,29 1.113,24 13 10,13

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

Tabel 7. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Daerah Perairan dan Kecamatan, (2019)

Sumber : BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2021

Hasil budaya dikabupaten Serdang bedagai paling besar dihasilkan dari budidaya air tawar sebesar 32.195,91 ton/tahun 2019, kemudian

(19)

hasil budidaya air payau sebesar 9.714 ton/tahun 2019 sedangkan hasil budaya perairan umum yaitu : 15,33 ton/tahun 2019 (Tab el 7)

c. Potensi Pariwisata

TWP Pulau Berhala memiliki potensi wisata alam bukit Pulau berhala, wisata lautan/bahari (Marine Ecotourism) dan wisata religi. Wisata alam bukit Pulau berhala dapat dilakukan dengan mendaki bukti pulau berhala, untuk mencapai puncak bukit tersebut, wisatawan harus melewati anak tangga yang berjumlah ±700 anak tangga yang terbuat dari semen, sampai diapuncak bukit wisatawan dapat menaiki mercusuar yang ada di atas bukit pulau berhala untuk dapat menikmati pemandangan disekitar Pulau Berhala. Dari atas mercusuar dapat terlihat keindahan lautan yang terpapar luas dan wisatawan juga dapat melihat vegetasi yang terdapat di pulau berhala, selain itu wisatawan juga dapat melihat berbagai jenis satwa yang hidup di pulau berhala.

Sepanjang jalan menuju mercusuar wisatawan dapat melihat berbagai jenis burung yang berada di pohon -pohon dan juga wisatawan juga bisa melihat biawak yang berukuran besar yang terdapat disekitar pulau berhala. Satwa yang hidup di pulau berhala merupakan satwa yang tidak mengganggu manusia k etika ada wisatawan yang berkunjung ke pulau berhala tersebut.

Gambar 8. Hutan Pulau Berhala

(20)

Marine Ecotourism yang terdapat di Pulau Berhala antara lain olahraga menyelam (diving), snorkling, memancing dan pantai yang dapat dimanf aatkan sebagai obejk wisata seperti berjemur (Sun Bathing), jalan-jalan dan jogging. Sedangkan wisata religi yang ada di Pulau Berhala ini yaitu ziarah makam, terdapat tiga makam TWP Pulau Berhala, 2 Makam terletak di Pulau Berhala 1 makam terletak di pulau sokong nenek.

Potensi wisata TWP Pulau Berhala semakin lengkap dengan hadirnya Penyu Tempayan (Caretta caretta) untuk bertelur di pantai pulau ini.

Kehadiran penyu-penyu tersebut menjadi harapan tersendiri bagi kegiatan konservasi dan pengembangbiakan penyu sebagai salah satu f auna yang dilindungi. Akan tetapi akhir-akhir ini perubahan habitat penyu, terutama semakin banyaknya sampah plastik yang bertebaran di sudut-sudut pulau mendatangkan ancaman bagi kelestarian penyu.

Selain itu kehadiran pemburu telur penyu juga menjadi ancaman serius bagi kelestarian penyu di Pulau Berhala.

Gambar 6. Tukik (kiri) dan Penyu Tempayan (Caretta caretta) (kanan)

(21)

Gambar 7. Pantai Pasir Pulau Berhala

Gambar 9. Keanekaragama Tumbuhan Pulau Berhala

Gambar 10. Makam (kiri) dan Pulau Sokong Nenek (kanan)

(22)

3. Potensi Sosial dan Budaya

a. Demograf i

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Secara geograf is Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada Posisi 03 001’12”- 03040’48” Lintang Utara dan 98 0 45’00”- 990 18’36” Bujur Timur, dengan ketinggian berkisar antara 0 -500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan. Dari 17 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai, 5 Ke camatan diatranya yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamtan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Bandar Khalif ah merupakan kecmatan- kecamatan yang berada di pesisir pantai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki panjang garis pantai ± 95 km. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Batu bara dan Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai tiga pulau kecil, salah satunya adalah Pulau Berhala yang terletak di Selat Malaka. Pulau berhala tersebut merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia yang terletak pada koordinat 03O 46’ 38” LU dan 99O 30’ 03” BT. Pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Beringin dengan luas lebih kurang 40,351 ha dan merupakan pulau kecil terluar yang berjarak sekitar 35,1 mil dari Pelabuhan Belawan Medan dan dari TPI Bagan Kuala Tanjung Beringin berjarak sekitar 25 mil.

Nama Pulau Berhala digunakan oleh lima pulau di Asia. Indonesia memiliki dua pulau Berhala yaitu Pulau Berhala di Selat Malak a yang merupakan Titik Dasar (TD) 184 yang dipakai untuk merekonstruksi garis batas landas kontinen antara Indonesia dan Malaysia sejak tahun

(23)

1973. Pulau Berhala yang kedua terletak di kawasan kepulauan Lingga Singkep, Provinsi Jambi.

Pulau Berhala merupakan gugusan pulau yang terdiri atas 3 pulau yaitu pulau Sokong Nenek yang berada di sebelah timur (menyatu dengan pulau Berhala saat air surut dan terpisah pada saat air pasang) dan Pulau Sokong Siembah yang berada disebelah barat pulau. Luas Pulau Sokong Nenek sekitar 0,645 ha dan Pulau Sokong Siembah sekitar 0,765 ha.

Pulau Berhala memiliki topograf i bergunung dengan hutan lebat dan pantai yang putih bersih. Pada awal dan akhir tahun, pantai Pulau Berhala menjadi tempat persinggahan penyu untuk bertelur. Pulau Berhala (Berhala Island) cukup unik, dilihat dari namanya saja sudah memberikan kesan tersendiri. Kondisi pulau sangat alami dan belum memiliki penduduk. Saat ini pulau dijaga oleh Marinir Indonesia.

Disebut Pulau Berhala karena dulunya memang diberhalakan hingga saat ini disarankan bagi yang ingin mengunjungi Pulau Berhala jangan memiliki pikiran negatif serta berbuat atau berucap yang tidak sopan maupun sembarangan merusak alam.

Menurut penduduk setempat penamaan Pulau Berhala erat kaitannya dengan sejarah masa lalu. Pada zaman dahulu Pulau Berhala dijadikan tempat pemujaan oleh beberapa warga negara Malaysia keturunan China untuk berdoa dan memohon rejeki, karena di pulau tersebut banyak terdapat batu-batu besar yang mereka anggap keramat.

Mudahnya mereka ke pulau Berhala karena letaknya sangat dekat dan pulau tersebut tidak dijaga serta tidak berpenduduk.

Di atas Pulau Berhala terdapat sebuah mercusuar tua dimana kita dapat melihat sekeliling pulau dari ketinggian. Beberapa keunikan yang dimiliki oleh pulau Berhala adalah:

1. Memiliki anak pulau yang dapat diseberangi dengan berjalan kaki pada saat air surut (Pulau Sokong Nenek),

(24)

2. Memiliki terumbu karang yang sangat indah dan air yang sangat jernih sehingga dapat menjadi atraksi air,

3. Memiliki mercusuar di atas bukitnya, dengan jumlah lebih kurang 700 anak tangga untuk mencapainya,

4. Merupakan tempat penyu bertelur setiap malam,

5. Memiliki keanekaragaman ikan laut dengan ukuran dari yang kecil sampai besar sehingga disenangi oleh para pemancing,

6. Menggunakan energi panas matahari sebagai pembangkit listriknya, dan

7. Letak geograf is yang jauh dari pemukiman menjadikan Pulau Berhala ini tempat yang cocok bagi wisatawan yang mencari suasana yang berbeda dengan kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk.

b. Kependudukan

Kepadatan penduduk Kabupa ten Serdang Bedagai pada tahun 2012 adalah sebesar 318jiwa/km² (Tabel 8). Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 910 jiwa/km², disusul kecamatan Teluk Mengkudu 624 jiwa/km², Sei Bamban 602 jiwa/km².

Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Kotarih 103 jiwa/km², dan Kecamatan Bintang Bayu 112 jiwa/Km².

c. Pendidikan

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai a dalah dengan menyediakan sarana f isik pendidikan dan jumlah guru yang memadai.

Pada tahun 2012 terdapat 459 Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid 78.603 orang dan jumlah guru 4.109 orang.

Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 83 sekolah, 22.302 orang murid dan 1.798 orang guru. Sementara itu untuk Sekolah Menengah Umum (SMU) terdapat 38 sekolah, jumlah murid dan

(25)

guru masing-masing 11.005 orang dan 943orang. Pada tahun yang sama, SLTA Kejuruan terdapat 29 sekolah, 696 guru dan 8.079 siswa.

Selain itu, di Kabupaten Serdang Bedagai juga terdapat sekolah agama yang setara dengan sekolah umum seperti Sekolah Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

Table 8. Kepadatan Jumlah Penduduk Tahun 2012

No Kecamatan

Jumlah Desa/Kelurahan

Luas Wilayah

Jumlah (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)

1 Kotarih 1 78,024 8,140 103

2 Silinda 9 56,74 8,467 149

3 Bintang Bayu 19 95,586 10,753 112

4 Dolok Mas ihul 28 237,417 49,024 206

5 Serba Jadi 10 50,69 19,877 392

6 Sipis pis 20 145,259 32,130 221

7 Dolok Merawan 17 120,6 17,305 143

8 Tebing Tinggi 14 182,291 40,906 224

9 Tebing Syah Bandar 10 120,297 32,130 272

10 Bandar Khalipah 5 1 25,177 217

11 Tanjung Beringin 8 74,17 37,462 505

12 Sei Rampah 17 198,9 64,407 324

13 Sei Bamban 10 72,26 43,485 602

14 Teluk Mengkudu 12 66,95 41,785 624

15 Perbaungan 28 111,62 101,557 910

16 Pegajahan 13 93,12 27,297 293

17 Pantai Cermin 12 80,296 43,579 543

Jumlah 243 1900,22 604,026 318

sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

Table 9. Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Serdang Bedagai Angka Partisipasi

Sekolah 2010 2011 2012

7-12 98,97 99,25 99,74

13-15 92,89 89,29 89,73

16-18 56,73 54,74 55,01

19-24 3,59 5,75 5,83

sumber : Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2013

(26)

d. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan inf ormasi dan menaf sirkan pesan. Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk- petunjuk inderawi dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu . Pengetahuan seseorang mengenai sesuatu merupakan salah satu aspek yang menentukan persepsi dan sikap seseo rang terhadap sesuatu. Dalam penyusunan rencana zonasi pengelolaan ini, pengetahuan masyarakat terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan Pulau Berhala sangatlah penting. Berdasarkan h asil angket kuesioner dan wawancara yang disebarkan kepada masyarakat pada bulan Maret 2021, persepsi masyarakat yang diukur adalah pengetahuan tentang pengelolaan pesisir dan laut, dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan, pengetahuan peraturan, pengetahuan terhadap pengelolaan pesisir dan laut

1. Persepsi masyarakat tentang pengetahuan terhadap pengelolaan pesisir dan laut dibedakan menjadi pengetahuan terhadap status kawasan, tujuan pengelolaan, kondisi pengelolaan, kendala pengelolaan, dan solusi pengelolaan . Pada Gambar 11 ddapat dilihat bahwa 73,4% responden mengetahui tentang status kawasan TWP Pulau Berhala, sedangkan 26,6% tidak mengetahuinya, ini menunjukkan sebagian besar masyarakat telah mengetahui stutus TWP Pulau Berhala.

Tujuan pengelolaan diketahui oleh 68,3% responden dan 31,7%

lainnya tidak mengetahuinya. Tujuan pengelolaan TWP Pulau Berhala menurut responden untuk melestarikan sumberdaya alam 62,3%, pariwisata 30,6% dan lainya (membantu ekonomi, menjaga pertahanan negara) 7,1%. Untuk kondisi pengelolaan TWP Pulau

(27)

Pers enta se Pers enta se

berhala 66,1% responden menyatakan bagus, 23,7% cukup bagus dan 10,2% kurang bagus (Gambar 12)

80 73.4 70

60 50 40 30 20 10 0

26.6

68.3

31.7

Peng etahua n sta tus T WP Tujuan Penegelolaa n TWP Pula u Berhala Pula u Berhala

Ta hu Tidak T ahu

Gambar 11. Graf ik Persentase Pengetahuan Status dan Tujuan Pengelolaan TWP Pulau Berhala

Kondi si Pengelolaan TWP Pulau Berhala

70 66.1 60

50 40

30 23.7 20

10 10.2

0

Ba gus Cukup B agus Kurang Bag us

Gambar 12. Graf ik Persentase Kondisi Pengelolaan TWP Pulau Berhala

Secara umum kendala dalam pengelolaan TWP Pulau berhala menurut penilaian responden adalah ketidakjelasan kewenangan 48,4%, harga yang mahal 23,9%, perijinan 20,2%, dan modal

(28)

menyelesaikan kendala tersebut seperti kerjasama antara pemerintah dan masyarakat 40,7%, bantuan kepada masyarakat 37,5%, keseimbangan antara kegiatan wisata dengan perikanan 12,9%, program pelestarian terumbu karang 8,9%.

2. Persepsi terhadap dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan Hasil responden (Gambar 13) menunjukkan bahwa dukungan masyarakat terhadap status kawasan taman wisata perairan 58,3%

sangat mendukung, 31% mendukung, 10,4% cukup mendukung dan 0,3% kurang mendukung. Ini menunjukkan bahwa 99,7%

responden mendukung terhadap status kawasan TWP Pulau Berhala. Adapun bentuk partisipasi responden dalam pengelolaan dapat dilihat dari keikutsertaan responden di masyarakat dalam mengikuti Organisasi Kemasyarakatan (ormas), sebanyak 71,8%

responden ikut dalam keanggotaan ormas seperti Kelompok Nelayan 66,8%, Koperasi 17,7%, lainnya (PKK, Karang taruna, dll) 15,5%. Dari 71,8% responden yang ikut kedalam oraganisasi, 70,2% aktif dalam mengambil keputusan.

70

58.3 60

50 40 30 20 10 0

31

10.4

0.3

Sa ng at M endukung Cukup Kurang

Mendukung M endukung M endukung

Gambar 13 Graf ik Persentase Dukungan TWP Pulau Berhala

C. Permasalahan Pengelolaan

1. Potensi Ancaman Terhadap Target Konservasi

Berdasarkan hasil identif ikasi dan diskusi dengan stakeholder terdapat

(29)

berdasarkan aspek ekologi, aspek sosial ekonomi dan budaya dan aspek kelembagaan.

1) Permasalahan Aspek Ekologi a) Degradasi terumbu karang

Degradasi kondisi terumbu karang di TWP Pulau Berhala merupakan akibat dari aktivitas masa lalu. Penyebab degradasi kondisi terumbu karang dapat dikelompokkan menjadi dua f aktor yaitu f aktor alamiah dan f aktor aktivitas manusia. Faktor penyebab kerusakan terumbu karang diantara nya diakibatkan oleh gejala alam yaitu peningkatan suhu perairan yang terkait dengan pemanasan global sehingga mengakibatkan terjadinya pemutihan karang (Bleaching) , sehingga banyak ditemukan terumbu karan g yang mati, f aktor lainya yaitu kegiatan manusia yang seperti pembongkarang karang, penggunaan bom, pembuangan jangkar, aktivitas pembangunan dermaga dan aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang merusak dan tidak ramah lingkungan. Pada tahun 2006 Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 Tahun 2006 terbit, selain itu pengawasn juga didukung oleh pihak TNI yang menjaga TWP Pulau Berhala sehingga kegiatan tersebut telah menurun secara drastis dan saat ini sudah tidak dijumpai lagi. Pembuangan jangkar yang tidak terarah dan tertata termasuk salah satu penyebab kerusakan terumbu karang yang ada. Aktivitas pembuangan jangkar ini terjadi ketika kapal nelayan bersandar di TWP Pulau berhala untuk keperluan seperti mengambil persediaan untuk air minmr (air tawar) dan juga untuk berlindung dari badai, ombak dan cuaca yang buruk, selain itu aktivitas menurunkan wisatawan untuk kegiatan seperti snorkelling, berenang dan menyelam juga turut membuat kerusakan pada terumbu karang.

b) Perubahan garis pantai

Perubahan garis pantai di kawasan TWP Pulau Berhala sudah

(30)

tempat. Dampak erosi tersebut cukup besar, bangunan yang telah dibangun seperti rumah dan kamar man di oleh Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai telah mengalami kerusakan yang sangat parah, pengiksan oleh air laut membuat bangunan-bangunan tersebut saat ini tidak dapat dif ungsikan lagi sebagaimana mestinya. Penyebab utama erosi pantai tersebut diduga a dalah hilangnya f ungsi pemecah gelombang akibat rusaknya terumbu karang yang diakibatkan f aktor alam dan kegiatan manusia seperti penangkapan ikan, pembuangan jangkar dan pemutihan karang. Perubahan iklim global juga turut berperan, seperti perubahan kecepatan angin dan arus lokal memperparah erosi yang terjadi di pantai.

c) Pengambilan telur penyu

Penyu yang datang bertelur di TWP Pulau Berhala adalah Penyu Tempayan (Caretta caretta) penyu ini merupakan jenis hewan yang dilindungi Jenis hewan yang masuk dalam CITES (Conv ention on International trade in dangered species of wild f lora and f auna) atau konvensi internasional mengenai perdagangan tumbuhan dan satwa liar yang terancam, termasuk penyu dilarang u ntuk diperdagangkan bebas.

Penyu selain ditangkap dan diambil dagingnya, juga diambil telurnya di sarangnya yang terdapat di pantai-pantai berpasir di TWP Pulau Berhala. Penangkapan ini biasanya dilakukan oleh nelayan yang singgah di TWP Pulau Berhala, maraknya penangkapan biota terlindungi ini dikarenakan ketidaktahuan ma syarakat akan aturan yang melarang penangkapan dan perdagangan biota tersebut, oleh karena itu perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang hal ini.

2) Permasalahan Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya a) Pemanf aatan sumberdaya alam yang belum optimal

Pemanf aatan sumberdaya alam pesisir dan laut di Pulau Berhala untuk kepentingan ekonomi masih belum optimal, hal ini terkait dengan masih rendahnya manf aat ekonomi yang dapat dihasilkan dari sumberdaya alam tersebut, terutama yang non ekstraktif sehingga ke

(31)

depan tetap berkelanjutan. Tingkat pemanf aatan Pulau Berhala memiliki kondisi yang hampir sama, untuk daerah penangkapan ikan termasuk kategori pemanf aatan sedang begitu juga halnya dengan wisata bahari, daerah budidaya laut termasuk dalam kategori rendah.

Rendahnya pemanf aatan menyebabkan nilai manf aat ekonomi ju ga belum optimal sehingga berpengaruh langsung kepada kesejahteraan masyarakat. Sumber daya ikan pelagis dan ikan demersal laut cukup melimpah namun pemanfaatan jenis ikan tersebut belum optimal. Sama halnya dalam pemanf aatan untuk wisata masih sangat minim, saat ini belum ditemukan adanya usaha wisata yang dikelola masyarakat lokal.

Faktor yang turut membuat wisata bahari di kawasan ini belum berkembang seperti kurangnya f asilitas wisata, promosi yang kurang dan kemampuan manajerial. Potensi dan obyek wisa ta bahari belum dimanf aatkan secara optimal, padahal Pulau Berhala memiliki obyek wisata yang menarik misalnya keindahan terumbu karang dan ikan karang nya, hamparan pasir putih dan suasana alam yang menarik, ditambah dengan adanya wisata religi berupa 2 kuburan yang ada di pulau tersebut. Pemanf aatan yang masih rendah ini juga diakibatkan oleh kurangnya pelibatan masyarakat dalam kegiatan wisata, selain itu belum terpadunya pengembangan wisata bahari, kurang tersedianya f asilitas wisata bahari, menurunnya kualitas pantai, perairan dan terumbu juga menjadi f aktor pengembangan wisata bahari serta masih adanya sikap dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung dalam menerima kunjungan wisata. Akibat belum optimaln ya pengelolaan potensi dan obyek wisata bahari antara lain adalah (1) Potensi dan obyek wisata kurang berkembang; dan (2) Pendapatan daerah dan masyarakat dari bidang pariwisata masih rendah. Untuk mengoptimalkan pemanf aatan sumberdaya secara berkelanjutan, diperlukan peningkatan teknologi, kapasitas masyarakat dan diversif ikasi usaha yang lebih menjanjikan namun sekaligus menjamin

(32)

ekowisata berbasis masyarakat dan kerajinan berbasis sumberd aya alam.

b) Kesejahteraan rendah

Kesejahteraan yang masih rendah terkait dengan pemanf aatan sumberdaya yang masih rendah, namun juga terkait dengan belum berkembangnya mata pencaharian alternative (alternative livelihood) di kalangan masyarakat selain penangkapan ikan. Hal ini memang terkait dengan penguasaan teknologi dan kapasitas sumberdaya manusianya yang memerlukan kreatifitas dan pemikiran inovasi. Masyarakat minim inovasi selain terlena dengan sumberdaya alam yang melimpah, sehingga dengan hanya mengan dalkan penangkapan ikan saja sud ah merasa cukup, juga terkait pendidikan dan strategi kelembagaan pemerintah misalnya pengelontoran bantuan pemerintah malah membuat masyarakat tidak kreatif . Khusus untuk nelayan, rendahnya pendapatan terkait dengan ef f ort (upaya penangkapan) yang masa/waktu penangkapannya tidak setiap hari, sehingga meskipun hasil tangkapan per hari tangkap tinggi, namun jika dibagi ke hari-hari dimana nelayan tidak menangkap maka pendapatan rata -rata per tahun menjadi rendah.

c) Sumber Daya Manusia Pengelola

Pendidikan masyarakat bukan sekedar f ormalitas, namun harus diarahkan ke pendidikan karakter dan yang terkait dengan pengembangan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat atau sesuai dengan visi misi pemerintah daerah misalnya bidang perika nan, kelautan dan pariwisata, maka yang dibutuhkan sekolah yang mendidik siswa di bidang ketrampilan perikanan, kelautan dan pariwisata, atau pendidikan vokasional (kursuskursus, training dan magang) amat diperlukan.

3) Permasalahan Aspek Kelembagaan

a) Manajemen pengelolaan masih belum efektif b) Kerjasama dan koordinasi instansi daerah dan pusat

(33)

c) Monitoring dan pengawasan belum optimal d) Aksesibilitas

TWP Pulau Berhala merupakan salah satu pulau terluar yang ada di indonesia, sehingga TWP Pulau Berhala mendapatkan p enjagaan keamanan oleh personil TNI, di pulau tersebut didirikan pos penjagaan perbatasan beserta sarana dan prasarana pendukung seperti rum ah jaga, mess, Musollah, Dapur, Kamar mandi, sarana olahraga, ruang pertemuan, pos penjagaan, sumur mata air dan dermaga, tujuan nya untuk mendukung segala kegiatan penjagaan keamanan di pulau tersebut. Di TWP Pulau Berhala dihuni oleh TNI dari 3 matra, setiap 8 bulan sekali rutin dilakukan pergantian personil TNI yang bertugas menjaga pulau tersebut, selain itu terdapat juga menara Mercusuar yang dijaga oleh pegawai Kementerian Perhubungan. Pengelolaan kawasan TWP Pulau Berhala dimanf aatkan oleh berbagai pihak selain TNI yang bertugas untuk menjaga dan mengamankan pulau terluar indonesia dan pengaturan lalu lintas laut oleh Kementerian Perhubungan, pemanfaatan pulau tersebut juga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai dan masyarakat.

D. Kebijakan Pengelolaan

Perancangan zonasi untuk zona inti TWP Pulau Berhala turut melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan pemanfaatan pulau tersebut, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sumatera Utara, Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai dan Masyarakat.

Perancangan zonasi tersebut dilakukan melalui musyawarah dan muf akat dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti aspek pertahanan keamanan, aspek sumberdaya dan kondisi sosial ekonomi m asyarakat.

(34)

Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Sesuai peraturan yang berlaku, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (selanjutnya disebut KKPN) merupakan kewenangan Pemerintah, yang dala m hal ini diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengelolaan kawasan konservasi perairan dilakukan dengan memperhatikan kaidah -kaidah pemanfaatan dan pengelolaan untuk menjamin ketersediaan dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya yang ada.

Keberhasilan sebuah kawasan konservasi perairan dinilai dari sisi ef ektivitas pengelolaannya, yakni sejauhmana perubahan yang ditimbulkan, dalam arti pengaruh dan hasil positif pada aspek tata kelola, sumber daya, sosial budaya dan ekonomi.

Didalam Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 Tahun 2006 disebutkan juga bahwa Pengelolaan Pulau Berhala adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya alam Pulau Berhala Serdang Bedagai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Berhala Serdang Bedagai khususnya masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai, secara terpadu dengan memperhatikan konsep Eco Marine Tourism. Pengelolaan tersebut.

(35)

BAB III

ZONASI KAWASAN KONSERVASI

A. Luas dan Batas Koordinat Kawasan Konservasi

Kawasan Konservasi adalah kawasan yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan Ekosistem yang dilindungi, dilestarikan, dan dimanf aatkan secara berkelanjutan. Luasan TWP Pulau Berhala berdasarkan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau -Pulau Kecil (RWP3K) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017 yaitu seluas 3.762,62 Ha sedangkan batas-batas koordinaat dapat di lihat pada Table 10.

Tabel 10. Titik koordinat kawasan konservasi perairan TWP Berhala Titik Koordinat

Timur (X) Utara (Y)

0990 29’ 39.93’’ 030 48’ 50.14’’

0990 32’ 20.43’’ 030 46’ 53.91’’

0990 30’ 06.52’’ 030 44’ 18.89’’

0990 27’ 28.75’’ 030 46’ 09.27’’

B. Batas dan Zonasi Kawasan Konservasi

Zonasi Kawasan Konservasi adalah batas -batas f ungsional di Kawasan Konservasi yang ditetapkan sesuai dengan potensi sumber daya hayati, non-hayati, dan sosial budaya beserta daya dukung lingkungan. Kawasan Konservasi wajib memiliki Zonasi Kawasan Konservasi. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Nomor 31/PERMEN -KP/2020 tentang pengelolaan kawasan konservasi disebutkan bahwa zonasi di dalam kawasan konservasi perairan terdiri dari Zona Inti, Zona Pemanf aatan Terbatas;

Dan/Atau Zona Lain Sesuai Peruntukan Kawasan, adapun Zonasi pada TWP Pulau Berhala dapat dilihat pada gambar 15 dan 16.

Zona inti merupakan zona yang ditujukan untuk perlindungan mutlak terhadap target konservasi, titik koordinat dan luasan zona inti pada TWP Pulau Berhala disajikan pada Tabel 11 berikut :

(36)

Tabel 11. Titik koordinat zona inti TWP Berhala Titik Koordinat

Luasan (Ha)

No BT (X) LU (Y)

5 99’’ 30’ 6.766’’ E 3’ 46’ 14.188’’ N

1,53 6 99’’ 30’ 6.765’’ E 3’ 46’ 12.808’’ N

7 99’’ 30’ 13.292’’ E 3’ 46’ 12.879’’ N 8 99’’ 30’ 13.235’’ E 3’ 46’ 15.538’’ N 9 99’’ 30’ 7.081’’ E 3’ 46’ 32.653’’ N 10 99’’ 30’ 9.101’’ E 3’ 46’ 33.380’’ N 11 99’’ 30’ 10.387’’ E 3’ 46’ 30.094’’ N 12 99’’ 30’ 8.420’’ E 3’ 46’ 29.342’’ N

Zona pemanf aatan terbatas adalah zona yang ditujukan untuk kegiatan perikanan dan pariwisata secara berkelanjutan. titik koordinat dan luasan zona pemanf aatan terbatas pada TWP Pulau Berhala disajikan pada Tabel 1 2 berikut :

Tabel 12. Titik koordinat zona pemanfaatan terbatas TWP Berhala Titik Koordinat

Luasan (Ha) No Timur (X) Utara (Y)

1 099” 29’ 39.93’’E 03” 48’ 50.14’’N

3757,16 2 099” 32’ 20.43’’ E 03” 46’ 53.91’’ N

3 099” 30’ 06.52’’ E 03” 44’ 18.89’’ N 4 099” 27’ 28.75’’ E 03” 46’ 09.27’’ N 16 99’’ 29’ 52.184’’ E 3’ 46’ 10.272’’ N 17 99’’ 29’ 52.110’’ E 3’ 46’ 14.219’’ N 27 99’’ 29’ 48.279’’ E 3’ 46’ 15.033’’ N 28 99’’ 29’ 48.279’’ E 3’ 46’ 10.272’’ N 18 99’’ 29’ 55.517’’ E 3’ 46’ 14.042’’ N 19 99’’ 29’ 55.516’’ E 3’ 46’ 10.359’’ N 20 99’’ 29’ 57.221’’ E 3’ 46’ 10.385’’ N 21 99’’ 29’ 57.217’’ E 3’ 46’ 13.388’’ N 22 99’’ 30’ 1.018’’ E 3’ 46’ 13.427’’ N 23 99’’ 30’ 1.995’’ E 3’ 46’ 10.514’’ N 24 99’’ 30’ 3.879’’ E 3’ 46’ 10.514’’ N 25 99’’ 30’ 3.808’’ E 3’ 46’ 13.371’’ N

(37)

6 99’’ 30’ 6.765’’ E 3’ 46’ 12.808’’ N 7 99’’ 30’ 13.292’’ E 3’ 46’ 12.879’’ N 8 99’’ 30’ 13.235’’ E 3’ 46’ 15.538’’ N 33 99’’ 30’ 10.929’’ E 3’ 46’ 23.341’’ N 34 99’’ 30’ 13.408’’ E 3’ 46’ 24.525’’ N 35 99’’ 30’ 14.896’’ E 3’ 46’ 21.409’’ N 36 99’’ 30’ 12.417’’ E 3’ 46’ 20.226’’ N 9 99’’ 30’ 7.081’’ E 3’ 46’ 32.653’’ N 10 99’’ 30’ 9.101’’ E 3’ 46’ 33.380’’ N 11 99’’ 30’ 10.387’’ E 3’ 46’ 30.094’’ N 12 99’’ 30’ 8.420’’ E 3’ 46’ 29.342’’ N 29 99’’ 30’ 8.349’’ E 3’ 46’ 27.713’’ N 30 99’’ 30’ 11.324’ E 3’ 46’ 28.943’’ N 31 99’’ 30’ 11.956’’ E 3’ 46’ 27.381’’ N 32 99’’ 30’ 9.002’’ E 3’ 46’ 26.237’’ N

Zona lain sesuai peruntukan kawasan merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanf aatan terbatas. titik koordinat dan luasan zona lain sesuai peruntukan kawasan terbatas pada TWP Pulau Berhala disajikan pada Tabel 1 3 berikut :

Tabel 13. Titik koordinat lain sesuai peruntukan kawasan TWP Berhala Titik Koordinat

Luasan (Ha) No Timur (X) Utara (Y)

33 99’’ 30’ 10.929’’ E 3’ 46’ 23.341’’ N

3,93 34 99’’ 30’ 13.408’’ E 3’ 46’ 24.525’’ N

35 99’’ 30’ 14.896’’ E 3’ 46’ 21.409’’ N 36 99’’ 30’ 12.417’’ E 3’ 46’ 20.226’’ N 18 99’’ 29’ 55.517’’ E 3’ 46’ 14.042’’ N 19 99’’ 29’ 55.516’’ E 3’ 46’ 10.359’’ N 20 99’’ 29’ 57.221’’ E 3’ 46’ 10.385’’ N 21 99’’ 29’ 57.217’’ E 3’ 46’ 13.388’’ N 29 99’’ 30’ 8.349’’ E 3’ 46’ 27.713’’ N 30 99’’ 30’ 11.324’ E 3’ 46’ 28.943’’ N 31 99’’ 30’ 11.956’’ E 3’ 46’ 27.381’’ N

(38)

32 99’’ 30’ 9.002’’ E 3’ 46’ 26.237’’ N 22 99’’ 30’ 1.018’’ E 3’ 46’ 13.427’’ N 23 99’’ 30’ 1.995’’ E 3’ 46’ 10.514’’ N 24 99’’ 30’ 3.879’’ E 3’ 46’ 10.514’’ N 25 99’’ 30’ 3.808’’ E 3’ 46’ 13.371’’ N 16 99’’ 29’ 52.184’’ E 3’ 46’ 10.272’’ N 17 99’’ 29’ 52.110’’ E 3’ 46’ 14.219’’ N 27 99’’ 29’ 48.279’’ E 3’ 46’ 15.033’’ N 28 99’’ 29’ 48.279’’ E 3’ 46’ 10.272’’ N

\

37

(39)
(40)

Ga m bar 16. Peta Sub Zonasi TWP Pula u Berhala

(41)
(42)

Ga m bar 18. Peta Sub Zonasi TWP Pula u Berhala 41

(43)

1. Zona Inti

Zona inti merupakan salah satu zona penting yang harus ada didalam zonasi kawasan konservasi, zona ini bertujuan untuk memberikan perlindungan mutlak terhadap target konservasi. Zona inti memiliki f ungsi yang sangat penting bagi ekosistem yang ada di kawasan tersebut, adapun f ungsi dari zona inti meliputi:

1. Perlindungan sumber daya genetik

2. Sebagai habitat alami/penting bagi sumber daya ikan seperti daerah pemijahan, daerah asuhan dan daerah mencari makan.

3. Pelimpahan biota laut ke daerah penangkapan ikan.

4. Pemulihan biota dan habitat;

5. Perlindungan keanekaragaman hayati yang rentan terhadap perubahan;

dan/atau

6. Perlindungan cagar budaya.

Lokasi zona inti kawasan konservasi perairan TWP Pulau Berhala ada pada dua titik lokasi, di lokasi tersebut terdapat dua ekosistem yang menjadi target konservasi yang dilindungi didalam zona inti yaitu ekosistem terumbu karang dan tempat pendaratan penyu.

Sesuai dengan Permen KP Nomor 31 Tahun 2020, Zona inti pada Kawasan Konservasi dengan kategori taman, harus memenuhi kriteria luasan paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas Ekosistem dan/atau luas habitat biota target konservasi. Pada TWP Pulau Berhala persentase luasan total tutupan terumbu karang (Biota Target) yang dijadikan sebagai zona ini adalah sebesar 22,11 % yaitu seluas 0,71 Ha dari dari total 3,21 Ha luasan total terumbu karang yang ada, sedangkan luasan zona inti perlindungan penyu sebesar 0,82 Ha (Tabel 14).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis disertai dengan pemantauan langsung terhadap f ungsi dan karakteristik b iof isik di lokasi kawasan TWP Pulau Berhala pada Tahun 2021 menunjukkan bahwa kondisi b iof isik khususya trumbukarang yang ditemui masih tergolong baik dan sangat cocok bagi tempat perlindungan habitat dan pemijahan berbagai biota laut. adapun titik koordinat zona inti dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 14)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini menggunakan baja jenis AISI 4140, AISI 4340, dan S45C yang biasa digukanan pada komponen mesin.Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui

Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita

Berdasarkan hasil pada diagram 1 menunjukkan bahwa penyembuhan luka perineum pada ibu post partum yang tidak diberikan propolis setelah diobservasi selama 7 hari,

telur, jumlah telur berkisar 4-50 butir per kantong telur, mampu menghasilkan telur-telur yang fertil untuk periode waktu yang lama selama 3-7 kali pembentukan kantong

bahwa pada kenyataan meskipun batas waktu yang telah ditetapkan berakhir dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 96 D ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PerMen KP) Nomor 30 Tahun 2010 tentang rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan, zona-zona yang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata