KAJIAN STOK IKAN TEMBANG (
Sardinella fimbriata
)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN
NUR SIFA FAUZIYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2014
Nur Sifa Fauziyah
ABSTRAK
NUR SIFA FAUZIYAH. Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan ZAIRION.
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu sumber daya ikan ekonomis penting yang terdapat di perairan Selat Sunda. Nilai ekonomis yang tinggi serta permintaan yang terus meningkat menjadikan ikan ini sebagai salah satu target utama penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi stok sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Sunda yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten. Jumlah ikan yang diamati 636 ekor dengan rasio kelamin ikan tembang jantan terhadap betina sebesar 1:1.2. Pola pertumbuhan ikan tembang allometrik negatif. Panjang tubuh asimptotik ( ) ikan tembang betina dan jantan masing-masing 207.32 mm dan 175.11 mm. Musim pemijahan diduga terjadi pada bulan Agustus dan September. Ukuran rata-rata mencapai matang gonad untuk ikan tembang betina dan jantan masing-masing 163 mm dan 153 mm. Laju eksploitasi ikan tembang lebih dari 50%, artinya telah mengalami tangkap lebih, diduga sumberdaya ikan tembang telah mengalami growth overfishing karena lebih dari 70% ikan yang tertangkap adalah ikan muda.
Kata kunci: ikan tembang, kajian stok, laju eksploitasi, pertumbuhan, Selat Sunda
ABSTRACT
NUR SIFA FAUZIYAH. Stock Assessment of Fringescale Sardinella (Sardinella fimbriata) in the Sunda Strait which landed on Coastal Fishing Port of Labuan, Banten. Guided by MENNOFATRIA BOER and ZAIRION.
Fringescale sardinella (Sardinella fimbriata) is one of the economically important fish resources found in the Sunda Strait waters. High economic value with the increasing demand of fish makes it as one of the main targets of capture. This research was conducted to determine the actual condition of the fringescale sardinella stock based on landed at Coastal Fishing Port of Labuan, Banten. The amount of the observed fish was 636 individuals with male sex ratio of 1:1.2 to the female. The fringescale sardinella had negative allometrik growth and female and male asymptotic length ( ) were 207.32 mm and 175.11 mm, respectively. Spawning season seems to be occurred in August and September. The mean size of female and male reach sexual maturity was 163 mm and 153 mm, respectively. Exploitation rate of the fringescale sardinella more than 50%, meaning that this fish has an over fishing and it seem has a growth overfishing due to caught fishes are still young more than 70%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
KAJIAN STOK IKAN TEMBANG
(Sardinella fimbriata)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN
NUR SIFA FAUZIYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Labuan, Banten Nama : Nur Sifa Fauziyah
NIM : C24100067
Departemen : Manajemen Sumber Daya Perairan
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA Pembimbing I
Ir Zairion, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul “Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten”.
Penulis mengungkapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak: 2013.089.521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai anggota peneliti).
3. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan masukan selama melaksanakan studi. 4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA sebagai ketua komisi pembimbing
dan Ir Zairion MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 5. Dr Ir Rahmat Kurnia MSi selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Niken
Tunjung Murti Pratiwi MSi selaku Ketua Komisi Pendidikan S1 Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.
6. Keluarga; Ibu Siti Euis Sugiarty dan adik Najibah Zulfa Assadiyah. 7. Teman-teman; Made Ayu Pratiwi, Rodearni Simarmata, Eka Putra
Satria, Ridhati Utria, Addin Rayinda, Deti Inayatun, Rosilia, Raisha Surya dan Siska Agustina serta teman-teman MSP angkatan 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan.
Bogor, April 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Pengumpulan Data 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 9
Pembahasan 20
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 26
DAFTAR TABEL
1 Penentuan TKG secara morfologi menurut Cassie (1956) in
Effendie (1997) 6
2 Rasio kelamin ikan tembang berdasarkan waktu pengambilan
Contoh 10
3 Sebaran kelompok ukuran ikan tembang betina dan jantan 11 4 Parameter pertumbuhan ikan tembang betina dan jantan 15 5 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan tembang di PPP Labuan,
Banten 19
6 Hasil tangkapan dan effort ikan tembang di PPP Labuan, Banten 19 7 Persamaan hubungan panjang dan bobot pada berbagai lokasi
Penelitian 20
8 Parameter pertumbuhan ikan tembang pada beberapa penelitian 21
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengambilan ikan contoh dari perairan Selat Sunda
yang didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten 2 2 Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis di PPP Labuan, Banten 10 3 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang betina 12 4 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang jantan 13 5 Grafik hubungan panjang bobot ikan tembang betina 14 6 Grafik hubungan panjang bobot ikan tembang jantan 14 7 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang betina 15 8 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang jantan 16 9 Tingkat Kematangan Gonad ikan tembang betina 16 10 Tingkat Kematangan Gonad ikan tembang jantan 17 11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan tembang 17
12 Faktor kondisi ikan tembang 18
13 Analisis MSY dengan menggunakan model Fox 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses penentuan mortalitas total (Z) melalui kurva yang
dilinearkan berdasarkan data panjang 26
2 Uji Khi-kuadrat terhadap rasio kelamin ikan tembang 28 3 Tabel distribusi panjang pada setiap pengambilan contoh ikan
tembang betina 28
4 Tabel distribusi panjang pada setiap pengambilan contoh ikan
5 Hubungan panjang dan bobot ikan tembang (Sardinella
fimbriata) 29
6 Parameter pertumbuhan ikan tembang betina (Sardinella
fimbriata) 29
7 Parameter pertumbuhan ikan tembang jantan (Sardinella fimbriata)
29 8 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang betina 30 9 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang jantan 30 10 Indeks Kematangan Gonad (IKG) berdasarkan bulan
pengamatan 30
11 Faktor kondisi ikan tembang betina dan jantan 30 12 Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang betina
menggunakan metode Spearman-Karber 31
13 Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang jantan
menggunakan metode Spearman-Karber 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu sumberdaya ikan yang berpontensi dan memiliki nilai ekonomis serta memiliki peranan penting da-lam perikanan Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan tem-bang yang sangat baik di Indonesia adalah perairan Selat Sunda, Provinsi Banten.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan merupakan salah satu pelabuhan perikanan di Indonesia yang cukup berkembang dan memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Peningkatan jumlah kapal yang melakukan operasi penangkap-an dpenangkap-an kegiatapenangkap-an bongkar muat, memungkinkpenangkap-an PPP Labupenangkap-an dijadikpenangkap-an sentra pengembangan komoditas unggulan perikanan laut di wilayah perairan Selat Sunda (Rahardjo et al. 1999).
Pentingnya sumberdaya ikan bagi kebutuhan manusia, baik untuk pemenuh-an gizi maupun kegiatpemenuh-an perekonomipemenuh-an, mendorong mpemenuh-anusia untuk mengeksploi-tasi sumberdaya ikan sebanyak-banyaknya, termasuk ikan tembang. Tingginya tingkat pemanfaatan menuntut upaya pengelolaan yang baik, didasarkan pada in-dikator yang tepat seperti data biologi, ekologi dan sosial ekonomi masyarakat. Salah satu indikator biologi yang harus dijadikan pertimbangan adalah aspek per-tumbuhan dan biologi reproduksi. Informasi tentang aspek perper-tumbuhan dan re-produksi ikan tembang yang berasal dari perairan Selat Sunda telah banyak dikaji, namun belum diintegrasikan dalam pengkajian stoknya.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mencakup kebiasaan makan (Robiyanto 2006) dan aspek reproduksi (Shelvinawati 2012). Penelitian mengenai kajian stok ikan tembang pernah dilakukan di Selat Sunda (Megawati 2012) dan di Teluk Pelabuhanratu (Syakila 2009), namun belum mempertimbangkan ukuran rata-rata matang gonad. Pada dasarnya, informasi ini sangat diperlukan dalam pengelolaan agar keberlanjutan ikan ini dimasa mendatang dapat terwujud. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai ukuran matang gonad terkait dengan aspek biologi reproduksi serta parameter dinamika populasi khususnya di perairan Selat Sunda untuk mengetahui kondisi aktual sumberdaya tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji stok ikan tembang (Sardinella fimbriata) yang didaratkan di PPP Labuan Banten melalui kajian parameter dinamika populasi, yaitu: kelompok umur, pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi, dugaan ukuran rata-rata mencapai matang gonad dan model produksi surplus.
Ruang Lingkup Penelitian
mengiden-2
tifikasi parameter dinamika populasi, ukuran rata-rata mencapai matang gonad dan status pemanfaatan stok.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai dengan Oktober 2013 ber-tempat di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar 1). Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan (MSPi), Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Gambar 1 Peta lokasi pengambilan ikan contoh dari perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten
Pengumpulan Data
Data primer ikan tembang dikumpulkan dengan menggunakan metode Pe-narikan Contoh Acak Sederhana (PCAS) untuk ikan-ikan yang hanya tertangkap dari perairan Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Provinsi Banten. Pengambilan ikan contoh meliputi ikan-ikan yang berukuran kecil, sedang dan besar.
Ikan contoh yang diambil disimpan di dalam cool box, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengukuran panjang total menggunakan
3 ris dengan skala terkecil 1 mm. Panjang tubuh individu ikan yang diukur adalah panjang total. Pengukuran panjang total ikan dimulai dari mulut terdepan ikan hingga ujung sirip ekor. Bobot individu ikan diukur dengan timbangan digital yang memiliki skala terkecil 1 gram. Selanjutnya, ikan contoh dibedah mengguna-kan seperangkat alat bedah untuk mengetahui kondisi morfologi gonad dan per-kembangannya serta jenis kelamin berdasarkan ciri seksual primer. Ikan dengan kondisi organ tubuh lengkap (terutama gonad) didokumentasikan dengan kamera digital.
Pengumpulan data sekunder meliputi data produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan tembang yang didaratkan di PPP Labuan, Banten dalam kurun waktu 6 tahun. Informasi lainnya dilakukan melalui wawancara dengan nelayan yang kesehariannya menangkap ikan tembang di perairan Selat Sunda.
Analisis Data
Rasio Kelamin
Rasio kelamin digunakan untuk melihat perbandingan antara jenis kelamin ikan yang ada di perairan. Pendugaan rasio kelamin kemudian dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam reproduksi, rekruitmen dan konservasi sumberdaya ikan tersebut. Dalam statistika, konsep rasio adalah proporsi populasi tertentu terhadap total populasi (Walpole 1993) yang dihitung berdasarkan:
p adalah proporsi kelamin (jantan atau betina), n adalah jumlah jenis ikan jantan atau betina, dan N adalah jumlah total individu ikan jantan dan betina contoh (ekor). Uji khi-kuadrat (Chi-square) digunakan untuk mengetahui keseimbangan hubungan antara populasi betina dengan populasi jantan dalam suatu populasi (Steel dan Torrie 1993):
∑
χ² adalah nilai statistik khi-kuadrat untuk peubah acak yang sebaran penarikan contohnya mengikuti sebaran khi kuadrat (Chi-square), adalah frekuensi ikan jantan dan betina yang diamati, dan adalah frekuensi harapan ikan jantan dan betina.
Identifikasi Kelompok Umur
4 ideal menyatakan bahwa untuk ikan yang bertambah panjangnya akan menyebab-kan pertambahan bobotnya sampai sekitar 3 kali. Namun pada kenyataannya tidak demikian, karena panjang dan bobot ikan berbeda untuk setiap spesies ikan, se-hingga untuk menganalisis hubungan panjang bobot masing-masing spesies ikan digunakan hubungan (Effendie1997):
W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), serta a dan b adalah koefisien perubahan bobot. Nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan di atas, yaitu:
5 1. H0: = 3, atau ikan-ikan contoh memiliki pola hubungan isometrik,
yaitu pertambahan bobot sebanding dengan pertambahan panjangnya. 2. H1: ≠ 3, atau ikan-ikan contoh memiliki pola hubungan allometrik,
yaitu: allometrik positif (b>3) yang mengindikasikan pertambahan bo-bot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang dan allometrik negatif (b<3) yang mengindikasikan pertambahan bobot lebih lambat dibandingkan pertambahan panjangnya.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis diatas digunakan uji statistik t-student
sebagai berikut:
|
|.
adalah galat baku dugaan b1 atau b yang diduga dengan:
∑ ∑
Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabelpada selang kepercayaan 95%. Peng-ambilan keputusannya adalah jika thitung > ttabel hipotesis nol (H0) dapat ditolak,
yaitu pola pertumbuhannya allometrik dan jika thitung < ttabel hipotesis nol (H0)
gagal ditolak, yaitu pola pertumbuhannya isometrik (Walpole 1993).
Plot Ford Walford
Parameter pertumbuhan diduga dengan menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy (Sparre danVenema 1999):
∞[ ]
Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan dan L∞ dilakukan dengan menggunakan metode Ford Wallford yang diturunkan dari model von Bertalanffy untuk t sama dengan t+1, sehingga persamaannya menjadi:
∞
Lt+1adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol. Jika kedua rumus di atas disubstitusikan diperoleh persamaan :
[ ∞ ][ ]
atau :
6
Persamaan terakhir di atas diduga dengan persamaan regresi linier sederhana , dengan x = Lt sebagai absis diplotkan terhadap y = Lt+1 sebagai or-dinat sehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan b1 = e-Kdan titik potong dengan absis sama dengan b0 = L∞[1 – e-K]. Dengan demikian, nilai K dan L∞ diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999):
∞
t0 adalah umur pada saat panjang ikan sama dengan 0, L∞ adalah panjang
asimp-totik ikan (mm) dan K adalah laju pertumbuhan (mm/satuan waktu).
Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap perkembangan gonad ter-tentu sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie 1997). TKG ikan tembang secara morfologi menggunakan klasifikasi dari modifikasi Cassie (1956) in
Effendie (1997) seperti disajikan pada Tabel 1. Tingkat kematangan gonad yang ditentukan secara morfologi didasarkan pada bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad.
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi menurut Cassie (1956) in Effendie (1997)
TKG Betina Jantan
I Ovari seperti benang, panjangnya sampai ke depan rongga tubuh, serta permukaannya licin
Testes seperti benang, warna jernih, dan ujungnya terlihat di rongga tubuh
II Ukuran ovari lebih besar, warna ovari kekuning-kuningan, telur belum terlihat jelas
Ukuran testes lebih besar pewarnaan seperti susu
III Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai terlihat
Permukaan testes tampak bergerigi, warna makin putih, ukuran makin besar
IV Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan, butir mi-nyak tidak tampak
Dalam keadaan diawet mudah putus, testes semakin pejal
V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan
7
Indeks Kematangan Gonad
Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah perbandingan antara bobot gonad terhadap bobot tubuh ikan (Effendie 1997):
IKG adalah Indeks Kematangan Gonad, BG adalah bobot gonad (gram), dan BT
adalah bobot tubuh (gram).
Ukuran Rata-Rata Mencapai Matang Gonad
Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan tembang mencapai matang gonad (M) adalah Metode Spearman-Karber yang menyatakan bahwa logaritma ukuran rata-rata mencapai matang gonad adalah (Udupa 1986):
∑ sehingga,
M = antilog m
dan selang kepercayaan 95% bagi log M dibatasi sebagai:
√ ∑ ]
m adalah log panjang ikan rata-rata pada saat kematangan gonad, adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah, adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, adalah jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, adalah 1– , dan M adalah panjang ikan rata-rata mencapai matang gonad sebesar antilog m.
Faktor Kondisi
Faktor kondisi (K) digunakan dalam mempelajari perkembangan gonad ikan jantan maupun betina yang belum dan sudah matang gonad yang dihitung dengan menggunakan hubungan sebagai berikut (Effendie 1997):
8
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
( )
Persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana dengan
sebagai ordinat,
sebagai absis, dan (Lampiran 1).
Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:
M adalah mortalitas alami, L∞ adalah panjang asimtotik pada persamaan pertum-buhan von Bertalanffy (mm), Κ adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan
0, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC)
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan untuk memperhi-tungkan jenis ikan yang memiliki kebiasaan menggerombol melalui penggandaan dengan nilai 0.8 sehingga untuk spesies yang menggerombol seperti ikan tembang nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah, yakni:
Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:
dan laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):
E adalah laju eksploitasi, M adalah laju mortalitas alami, F adalah laju mortalitas penangkapan dan Z adalah laju mortalitas total.
Model Produksi Surplus
9 dan
masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox sedemikian sehingga dugaan masing-masing untuk Schaefer dan Fox adalah:
dan
dan tangkapan maksimum lestari (MSY) masing-masing untuk Schaefer dan Fox adalah:
dan
a adalah perpotongan (intercept), b adalah kemiringan (slope), e adalah symbol eksponensial, Ct adalah tangkapan tahun ke-t dan ft adalah upaya tangkap tahun ke-t.
Model yang dipilih dari kedua model yang digunakan adalah model yang memiliki nilai koefisien determinasi (R2) yang paling tinggi. Potensi Lestari (PL) dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC) dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus, sedemikian sehingga:
PL = 90% x MSY
dan
TAC = 80% x PL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di PPP Labuan, Banten
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan berlokasi di Desa Teluk, Keca-matan Labuan dengan luas wilayah 15.66 km². KecaKeca-matan Labuan merupakan sa-lah satu kecamatan pantai di Kabupaten Pandeglang yang berpenduduk sebanyak 50814 orang dengan jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian nelayan mencapai 42.8% dari seluruh jumlah penduduk di kabupaten ini.
10
ikan tongkol (Euthynnus allecterates). Persentase hasil tangkapan ikan di PPP Labuan pada tahun 2013 disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis di PPP Labuan Sumber : Dinas PPP Labuan 2013
Rasio Kelamin
Rasio kelamin adalah perbandingan jumlah ikan jenis kelamin jantan dan betina berdasarkan ciri seksual primer. Rasio kelamin ikan tembang disajikan pada Tabel 2 berdasarkan waktu pengambilan contoh yang dilakukan di PPP La-buan, Banten.
Tabel 2 Rasio kelamin ikan tembang berdasarkan waktu pengambilan contoh
16 Agustus 2013 86 37 49 1.0:1.3
06 September 2013 97 48 49 1.0:1.02
28 September 2013 228 88 140 1.0:1.6
13 Oktober 2013 99 64 35 1.8:1.0
11 Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi bahwa proporsi jenis kelamin ikan betina contoh dan ikan jantan contoh melalui analisis khi-kuadrat adalah tidak seimbang (tidak sama dengan 1:1; p>0.05) pada semua waktu pengambilan contoh (Lampiran 2). Jumlah ikan tembang jantan yang diamati 290 ekor, sedangkan untuk ikan tembang betina berjumlah 346 ekor. Rasio total perban-dingan ikan jantan dan betina yang diperoleh adalah 1 : 1.2 atau 46%:54%. Secara keseluruhan rasio perbandingan total ikan tembang betina dan jantan tidak berada pada keadaan yang seimbang (p > 0.05).
Kelompok Umur
Analisis pemisahan kelompok ukuran panjang ikan tembang menggunakan metode NORMSEP dengan bantuan program FISAT II. Pemisahan kelompok ukuran dilakukan untuk menduga kelompok umur yang terdapat dalam suatu stok ikan. Gambar 3 dan Gambar 4 menyajikan hasil analisis pemisahan kelompok umur ikan tembang betina dan jantan berdasarkan sebaran kelas frekuensi panjang (Lampiran 3 dan Lampiran 4).
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, dapat dilihat bahwa terjadi perge-seran modus sebaran frekuensi panjang ikan tembang betina pada 28 Juli 2013 sampai dengan 28 September 2013 ke arah kanan. Ikan tembang jantan meng-alami pergeseran modus sebaran frekuensi panjang ke arah kanan pada 8 Juli 2013 sampai dengan 16 Agustus 2013 dan pada 28 September 2013 sampai dengan 13 Oktober 2013. Pergeseran modus frekuensi panjang ke arah kanan menandakan adanya pertumbuhan populasi ikan tembang di perairan Selat Sunda. Hasil leng-kap pemisahan kelompok umur ikan betina dan jantan pada setiap pengambilan contoh disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran kelompok umur ikan tembang betina dan jantan
Waktu Pengambilan
7 Juli 2013 1 127.65±11.262 116.03±2.51 N.A N.A
2 131.54±6.31 3.508
3 159±2.5 6.217
28 Juli 2013 1 124.37±2.5 129.8±4.17 N.A N.A
2 136.63±8.59 149±2.5 2.211 5.76
16 Agustus 2013 1 110.01±2.5 128.18±2.5 N.A N.A
2 141.92±9.1 138.14±4.1 5.144 3.018
3 164.63±2.5 151.78±2.56 3.661 4.097
6 September 2013 1 141.18±6.94 139.74±7.06 N.A N.A
2 167.56±4.92 164.48±3.34 4.449 4.758
28 September 2013 1 146.54±7.84 144.15±7.71 N.A N.A
2 170.44±4.81 163.29±2.5 3.78 3.751
13 Oktober 2013 1 124.41±4.78 120.98±3.69 N.A N.A
2 139.96±2.5 140.74±6.14 4.267 4.022
12
Gambar 3 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang betina
-112 117 122 127 132137 142 147 152 157 162 167 172 177 182
-112 117122 127 132 137 142 147 152 157 162 167172 177 182
-112 117122 127 132 137 142 147 152 157 162 167172 177 182
-112 117122 127 132 137 142 147 152 157 162 167172 177 182
-112 117122 127 132 137 142 147 152 157 162 167172 177 182
-112 117122 127 132 137 142 147 152 157 162 167172 177 182
13
Gambar 4 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan tembang jantan
-112116 121126 131136141 146151156 161166 171176181
-112116 121126131 136141146 151156 161166171 176181
-112116 121126131 136141146 151156 161166171 176181
-112116 121126131 136141146 151156 161166171 176181
-112116 121126131 136141146 151156 161166171 176181
-112116 121126131 136141146 151156 161166171 176181
14
Hubungan Panjang Bobot
Analisis hubungan panjang bobot dengan data panjang total dan bobot basah ikan contoh digunakan untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan tembang betina dan jantan di perairan Selat Sunda. Grafik hubungan panjang dan bobot ikan tembang betina dan jantan disajikan masing-masing pada Gambar 5 dan Gambar 6. Berdasarkan hasil analisis panjang dan bobot diketahui bahwa untuk ikan tembang betina mengikuti persamaan W = 0.00004L2.683, sedangkan untuk ikan tembang jantan mengikuti persamaan W = 0.00002L2.834. Berdasarkan uji t, disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan tembang adalah allometrik negatif (b<3, p < 0.05) (Lampiran 5).
Gambar 5 Grafik hubungan panjang bobot ikan tembang betina
15
Parameter Pertumbuhan
Hasil analisis parameter pertumbuhan dengan model von Bertalanffy menghasilkan dugaan nilai koefisien pertumbuhan (K), panjang asimtotik tubuh ikan (L∞), serta umur teoritik ikan pada saat panjang nol ( ). Parameter pertumbuhan ikan tembang betina dan jantan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, diperoleh persamaan pertumbuhan von Bertalanffy untuk ikan tembang betina adalah ( )dan untuk ikan tembang jan-tan ( ) Gambar 7 dan Gambar 8 menyajikan kurva pertumbuhan model von Bertalanffy dengan memplotkan umur (bulan) dan panjang total ikan (mm) serta dugaan umur ikan pada panjang tertentu (Lt) (Lam-piran 6 dan Lam(Lam-piran 7).
Tabel 4 Parameter pertumbuhan ikan tembang betina dan jantan
Parameter Pertumbuhan Nilai
Betina Jantan
K (waktu) 0.1833 0.2412
L∞ (mm) 207.3220 175.1060
(waktu) -0.5435 -0.4281
Gambar 7 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang betina
16
Gambar 8 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan tembang jantan
Tingkat Kematangan Gonad
Pengamatan terhadap gonad ikan dilakukan secara morfologi yang di-dasarkan pada bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Grafik tingkat kematangan gonad ikan tembang betina dan jantan pada setiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10 serta Lampiran 8 dan Lampiran 9. Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10 dapat dilihat bahwa ikan tembang betina dan jantan matang gonad pada setiap pengambilan contoh. Ikan tembang betina lebih banyak matang gonad pada bulan Agustus, sedangkan ikan tembang jantan pada bulan September.
17
Gambar 10 Tingkat Kematangan Gonad ikan tembang jantan
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan nilai persentase (%) dari perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan. Gambar 11 dan Lampiran 10 menyajikan grafik IKG ikan tembang yang didaratkan di PPP Labuan berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa nilai IKG ikan tembang betina lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan tembang jan-tan. Semakin tinggi Tingkat Kematangan Gonad (TKG), semakin tinggi bobot tu-buh ikan. Pertumtu-buhan gonad semakin meningkat seiring dengan pertumtu-buhan bobot ikan (Effendie 1997).
Gambar 11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan tembang
Faktor Kondisi
18
mengalami fluktuasi. Pada bulan Agustus dan September cenderung meningkat, diduga karena ikan tembang mengalami kematangan gonad yang tinggi. Faktor kondisi ikan tembang betina dan jantan secara berturut-turut adalah 1.0323-1.1686 dan 0.9262-1.1129 (Lampiran 11).
Gambar 12 Faktor kondisi ikan tembang
Ukuran rata-rata mencapai matang gonad
Berdasarkan perhitungan ukuran rata-rata mencapai matang gonad dengan menggunakan metode Sperman-Karber (Udupa 1986), ikan tembang betina men-capai matang gonad pada kelas ukuran panjang 160-164 mm. Sementara itu, ikan tembang jantan rata-rata mencapai matang gonad pada kelas ukuran panjang 149-153 mm. Panjang pada saat ukuran rata-rata mencapai matang gonad bergantung pada faktor genetik dan lingkungan, serta tekanan akibat penangkapan yang ber-langsung lama (Mustac dan Sinovcic 2011) (Lampiran 12 dan Lampiran 13).
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
19 Tabel 5 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan tembang di PPP Labuan,
Banten
Parameter Nilai (per tahun)
Betina Jantan
Mortalitas penangkapan (F) 1.1290 0.7556 Mortalitas alami (M) 0.1668 0.2349 Mortalitas total (Z) 1.2957 0.9905
Eksploitasi (E) 0.87 0.76
Model Produksi Surplus
Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu tangkapan maksimum lestari. Alat tangkap yang dominan menangkap sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Sunda adalah pukat cincin. Hasil tangkapan dan upaya terhadap ikan tembang (Sardinella fimbriata) yang didaratkan di PPP Labuan, Banten disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil tangkapan dan effort ikan tembang di PPP Labuan, Banten
Tahun C(ton) E(trip)
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Pandeglang
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan upaya pe-nangkapan terhadap sumberdaya ikan tembang setiap tahunnya. Pada tahun 2009 diperoleh hasil tangkapan tertinggi yaitu sebesar 2807.76 ton dengan upaya 3992 trip. Pada tahun 2010 jumlah trip meningkat, namun hasil tangkapan mengalami penurunan. Hasil analisis penduga MSY yang terbaik adalah dengan model Fox (Gambar 13).
Hasil analisis menunjukkan bahwa model ini memiliki koefisien determinasi (R²) sebesar 96%. Hal ini menandakan bahwa model Fox adalah model yang tepat digunakan untuk menduga upaya optimum ( ) dan Maximum Sustainable Yield (MSY) karena dapat mewakili keadaan sebenarnya sampai 96% (Gambar 13). Pada pendekatan model Fox diperoleh upaya penangkapan optimum ( ) ikan tembang 2782 trip per tahun dengan nilai MSY 3310.99 ton per tahun dan jumlah tangkapan ikan tembang yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch
20
Gambar 13 Analisis MSY dengan menggunakan model Fox
Pembahasan
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4, terjadi pergeseran modus kurva frekuensi panjang ke arah kanan yang menunjukkan adanya pertumbuhan individu ikan tembang betina dan jantan. Kemudian terjadi proses rekrutmen yang ditandai dengan adanya modus kurva baru dari kiri pada bulan Oktober. Hal tersebut ditandai oleh ukuran panjang tubuh ikan yang tertangkap yang lebih kecil yang menandakan umur ikan yang masih muda. Penangkapan pada umur ikan yang masih muda sangat berpengaruh terhadap keberadaan stok sumber daya ikan tembang di perairan Selat Sunda. Rendahnya selektifitas alat tangkap serta ukuran mata jaring diduga sebagai pemicu utama tertangkapnya ikan tembang berumur muda.
Berdasarkan hasil analisis hubungan panjang bobot diketahui bahwa persamaan pola pertumbuhan ikan tembang betina adalah W = 0.00004L2.638 de-ngan koefisien determinasi 77%, sedangkan untuk ikan tembang jantan adalah W = 0.00002L2.834 dengan koefisien determinasi 75%.
Tabel 7 Persamaan hubungan panjang dan bobot pada berbagai lokasi penelitian
Sumber Lokasi Betina
Rosita (2007) Ujung Pangkah W=0.0007L2.345 Syakila (2009) Pelabuhanratu W=0.0007L2.563 Megawati (2012) Selat Sunda W=0.00001L2.332 Penelitian ini (2013) Selat Sunda W=0.00004L2.638
21 perbedaan umur dan tahapan perkembangan gonad, makanan, serta kondisi suhu dan salinitas perairan (Rahman et al. 2012).
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien pertumbuhan (K) ikan tem-bang jantan lebih rendah dibandingkan ikan temtem-bang betina. Menurut Sparre dan Venema (1999), semakin rendah koefisien pertumbuhan semakin lama waktu yang dibutuhkan spesies tersebut untuk mendekati panjang asimtotik, begitupun sebaliknya semakin tinggi koefisien pertumbuhan semakin cepat waktu yang di-butuhkan mendekati panjang asimtotik. Pada Tabel 8 disajikan perbandingan pa-rameter pertumbuhan yang dilakukan pada beberapa penelitian yang berbeda.
Tabel 8 Parameter pertumbuhan ikan tembang pada beberapa penelitian
Sumber Lokasi
Gabche dan Hockey (1995) Kribi 0.48 272.40
Syakila (2009) Teluk Palabuhanratu 1.07 170.02
Cressidanto (2010) Teluk Banten 0.59 180.22
Megawati (2012) Selat Sunda 0.26 190.45
Penelitian ini (2013) Selat Sunda 0.18 207.32
Adanya perbedaan nilai K dan L∞ dapat disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal (keturunan, parasit dan penyakit) dan faktor eksternal (suhu dan ketersediaan makanan) (Effendie 1997). Oleh karena itu, perbedaan nilai K dan L∞ dengan ikan tembang di perairan lain seperti Kribi (Gabche dan Hockey 1995), Palabuhanratu (Syakila 2009) dan Teluk Banten (Cressidanto 2010) diduga penye-babnya adalah faktor genetik dan kondisi lingkungan yang berbeda dengan Selat Sunda. Kondisi perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan (Tutupo-ho 2008).
Perbandingan yang didapatkan antara ikan tembang jantan dan ikan tem-bang betina secara keseluruhan adalah 1:1.2, sehingga ikan betina yang tertangkap lebih banyak dibandingkan dengan ikan jantan. Setelah dilakukan uji khi-kuadrat diperoleh hasil bahwa proporsi ikan tembang jantan dan betina dalam populasi dalam keadaan yang tidak seimbang (Lampiran 1). Menurut hasil penelitian Tsi-kliras dan Antonopoulou (2006) di Spanyol, rasio kelamin ikan tembang (Sar-dinella aurita) jantan dan betina adalah 1:1.02. Pada penelitian yang dilakukan di Teluk Banten, rasio kelamin ikan tembang jantan lebih kecil jika dibandingkan dengan ikan tembang betina yaitu sebesar 0.7:1 berada pada keadaan yang se-imbang (Sari 2013). Perbedaan rasio kelamin ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, umur pertama kali matang gonad dan bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada (Nikolsky 1963).
22
menyatakan bahwa musim pemijahan ikan tembang di perairan Ujung Pangkah diduga terjadi pada bulan Agustus dan September. Dengan demikian, terjadi variasi musim pemijahan ikan tembang di berbagai wilayah perairan. Perbedaan musim diduga disebabkan oleh adanya fluktuasi musim hujan tahunan, letak geo-grafis dan kondisi ikan (Sulistiono et al. 2001).
Nilai faktor kondisi ikan tembang betina lebih besar jika dibandingkan dengan jantan. Menurut Lagler et al. (1977) ikan yang memiliki nilai faktor kon-disi pada kisaran 1-3 akan memiliki bentuk tubuh pipih. Hal tersebut sesuai de-ngan pernyataan Peristiwady (2006) yang melaporkan bahwa ikan tembang ( Sar-dinella fimbriata) memiliki bentuk badan yang memanjang dan pipih.
Ukuran rata-rata mencapai matang gonad ( ikan tembang betina dan jantan masing-masing adalah 163 mm dan 153 mm. Ikan tembang jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan tembang betina. Pada penelitian sebelumnya di Selat Sunda diperoleh ukuran rata-rata mencapai matang gonad lebih cepat yaitu sebesar 147 mm (betina) dan 157 mm (jantan) (Shelvinawati 2012). Sedangkan di Teluk Banten diperoleh 179,4 mm (betina) dan 192,4 mm (jantan) (Sari 2013). Perbedaan tersebut dapat dikarenakan kelimpahan dan ke-tersediaan makanan di alam (Nikolsky 1963). Selain itu, perbedaan waktu peng-ambilan contoh pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat menyebabkan perbe-daan ukuran rata-rata mencapai matang gonad ikan tembang.
Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan tembang secara terus-menerus di perairan Selat Sunda sangat mempengaruhi dinamika stok ikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya mortalitas ikan tembang akibat adanya kegiatan pe-nangkapan. Mortalitas yang diakibatkan kegiatan penangkapan lebih tinggi diban-dingkan dengan mortalitas alaminya, yaitu betina dan jantan masing-masing se-besar 1.1290 dan 0.7556. Tingginya laju mortalitas penangkapan menunjukkan dugaan terjadinya kondisi growth overfishing yaitu sedikitnya jumlah ikan tua karena ikan muda tidak sempat tumbuh akibat tertangkap (Sparre dan Venema 1999). Disamping itu, lebih dari 70% ikan tembang yang tertangkap di perairan Selat Sunda memiliki panjang tubuh di bawah ukuran rata-rata mencapai matang gonad ( ) yang mengindikasikan telah terjadi growth overfishing sehingga tekanan penangkapan terhadap stok tersebut seharusnya dikurangi hingga menca-pai kondisi optimum yaitu ketika laju mortalitas penangkapan sama dengan laju mortalitas alami. Laju eksploitasi ikan tembang betina dan jantan di perairan Selat Sunda berturut-turut adalah sebesar 68% dan 64%. Berdasarkan analisis laju mor-talitas dan laju eksploitasi, ikan tembang telah mengalami tangkap lebih karena laju eksploitasi ikan tembang melebihi laju eksploitasi optimal. Menurut Gulland (1971) in Pauly (1984) laju eksploitasi optimal adalah 50%. Tingginya laju eks-ploitasi mengindikasikan adanya tekanan penangkapan yang sangat tinggi terha-dap stok ikan tembang di perairan Selat Sunda.
23
Alternatif Pengelolaan
Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan tembang yang terus-menerus dilaku-kan tanpa adanya pengelolaan tidak dapat menjamin keberlanjutan stok dimasa mendatang. Sebagian besar ikan yang tertangkap pada penelitian ini memiliki ukuran panjang di bawah ukuran rata-rata mencapai matang gonad , se-hingga diduga stok ikan tembang di Selat Sunda telah mengalami growth over-fishing. Pengaturan ukuran mata jaring dapat diterapkan untuk kegiatan pe-nangkapan ikan sehingga memberikan kesempatan kepada ikan berumur muda untuk tumbuh dan bereproduksi. Selain itu, kebijakan terkait dengan pembatasan waktu serta jumlah trip penangkapan dapat menjaga ketersediaan stok sumber daya ikan tembang di alam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ikan tembang di perairan Selat Sunda diduga telah mengalami tangkap lebih dan diduga telah mengalami overfishing, terutama growth overfishing karena sekitar 70% ikan yang tertangkap memiliki panjang tubuh lebih kecil dari ukuran rata-rata mencapai matang gonad (163 mm untuk ikan tembang betina dan 153 mm untuk ikan tembang jantan). Panjang asimptotik ikan tembang betina dan jantan masing-masing adalah 207.3220 mm dan 175.1060 mm. Laju eksploitasi ikan tembang betina adalah 79% dan ikan tembang jantan sebesar 76% menun-jukkan telah terjadi overeksploitasi. Upaya penangkapan optimum (fmsy) ikan tembang adalah 2782 trip per tahun dengan nilai MSY 3310.99 ton per tahun.
Saran
Penelitian ikan tembang perlu dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga dapat diketahui seluruh aspek terkait dengan stok ikan tembang serta dapat mengetahui kondisi aktualnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisti. 2010. Kajian biologi reproduksi ikan tembang (Sardinella maderensis) di perairan Teluk Jakarta yang didaratkan di PPP Muara Angke, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Affandi, R. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru (ID): Unri Press.
Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan data
frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
24
Boer M dan Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis pecil di perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
2(14): 87-182.
Cressidanto D. 2010. Dinamika stok ikan tembang Sardinella fimbriata (Cuvier dan Valenciennes 1847) di Teluk Banten Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hlm. Dwiponggo A. 1982. Beberapa Aspek Biologi Ikan Lemuru, Sardinella spp.
Seminar perikanan lemuru Banyuwangi 18-21 Januari 1982 (prosiding). Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 75- 89p.
Effendi MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hlm.
Gabche CE, Hockey HU. 1995. Growth, Mortality and Reproduction of Sardinella maderensis (Lowe, 1841) in the Artisanal Fisheries of Kribbi, Cameroon. Cameroon (CM): Fisheries Research. 24(4): 331-344 p.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, dan Dora MP. 1977. Ichthyology. New York (US): John Willey and Sons, Inc. 505.
Megawati E. 2012. Kajian aspek pertumbuhan ikan tembang (Sardinella fimbriata
Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 46 hlm.
Mustac B dan Sinovcic G. 2011. Reproductive cycle of gilt sardine (Sardinella aurita Valenciennes 1847) in the Eastern Middle Adriatic Sea. 28: 46-50. Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. London (GB): Academic Press. Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters : A Manual for Use
with Programmable Calculator. Manila (PA): ICLARM. 325 hal.
Peristiwady T. 2006. Ikan-Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Press. 270 hlm.
Prasetyo B. 2006. Studi reproduksi ikan tembang (Sardinella fimbriata) di Per-airan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahardjo MF, Imron M, Yulianto G, dan Arifin MA. 1999. Studi Komoditas Unggulan Perikanan Laut di Provinsi Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahayu ES. 2012. Kajian stok sumber daya ikan kurisi (Nemipterus japonicus) di Perairan Teluk Banten yang didaratkan di PPN Labuan, Pandeglang, Banten [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Rahman MM, Hosssain MY, Ahamed F dan Ohtomi J. 2012. Sex ratio, length – frequency distribution and morphometric relationship of length-length and length-weight for spiny eel, Macrognathus aculeatus in the Ganges River, Bangladesh (BD) : World Journal of Zoology. 7(4): 338-346.
Robiyanto M. 2006. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Clupeia fimbriata) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rosita R. 2007. Studi kebiasaan makanan ikan tembang (Clupea fimbriata) pada bulan Januari-Juni 2006 di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
25 Shelvinawati R. 2012. Reproduksi ikan tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku e-Manual (edisi terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta (ID). 438 hlm. Steel RGD dan JH Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika ( Pendekatan
Biometrik), penerjemah: Sumantri B. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sulistiono, Tri H, Etty R, dan Seiichi W. 2001. Kematangan gonad beberapa jenis
ikan buntal (Tetraodon lunuris, T. fluviatilis,T. Reticularrs) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1(2): 25-30.
Syakila S. 2009. Studi dinamika stok ikan tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Teluk Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 74 hlm.
Tsikliras AC, Antonopoulou. 2006. Reproductive biology of round sardinella (Sardinella aurita) in the north-eastern Mediterranean. 70(2): 281-290. Tutupoho S. 2008. Pertumbuhan ikan motan (Thynnichthys thynnoides Bleeker,
1852) di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). 57 hlm.
Udupa, K.S. 1986. Statitical method of estimating the size at first maturity in fishes. Fishbyte 4 (2) : 8-10.
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses penentuan laju mortalitas total (Z) melalui kurva yang dilinearkan berdasarkan data panjang
Berdasarkan persamaan tangkap atau persamaan Baranov (Baranov 1918 in Sparre dan Venema 1992), tangkapan antara waktu t1 dan t2 dapat dihitung de-ngan:
, - (1.1)
N(t1) adalah banyaknya ikan pada saat t1, N(t2) adalah banyaknya ikan pada saat t2,
F adalah mortalitas penangkapan, dan Z adalah mortalitas total. Fraksi ikan yang mati akibat penangkapan, disebut laju eksploitasi. Oleh karena:
- ( - ) (1.2)
persamaan Beranov pada (1.1) dapat ditulis menjadi
C t1,t2 =N t1 F 1-e- (t1- t2) (1.3)
- ( - ) (1.4)
sehingga
, - ( - ) - - ( - ) (1.5)
N(Tr) adalah rekrutmen. Selanjutnya dengan menggunakan logaritma di kiri dan kanan persamaan (1.5) menjadi :
l , - l - - ( - ) (1.6)
l .
jika - = - =... dan sama dengan suatu konstanta dengan satuan waktu diperoleh konstanta baru:
g =d ln 1-e- (t1- t2) (1.7)
27
l , - (1.8)
atau
ln C(t,t+ = g - Zt (1.9) Menurut Van Sickle (1977) in Sparre dan Venema (1992 ) cara lain dapat di-tempuh untuk menyelesaikan (1.6) melalui
ln (1-e-x) ≈ l (X) - (1.10) untuk X yang bernilai kecil (X<1,0), sehingga
ln - - ( - ) =ln Z( ) – ( - ) (1.11)
dan persamaan (1.6) dapat ditulis menjadi :
ln ( , )
- = h - Z - Z ( ) (1.12) atau
ln ( , )
= h – Z (t+ (1.13) Bentuk konversi data panjang menjadi data umur dengan menggunakan persa-maan Von Bertalanffy memberikan persapersa-maan berikut:
- l
-∞ (1.14)
sedangkan notasi tangkapan C( , ) dapat diubah menjadi C(L1,L2) sehingga
C( , ) = C(L1,L2) (1.15)
dan
- l ∞
-∞- (1.16)
Bagian (t+
pada persamaan (1.13) dapat dikonversi kedalam notasi L1 dan L2 sehingga
t(L1)+ ≈
- l -
∞ (1.17)
dan
l , - (1.18)
yang membentuk persamaan linear dengan y= l
, sebagai ordinat dan x =
28
Lampiran 2 Uji Khi-kuadrat terhadap rasio kelamin ikan tembang
Waktu Pengambilan
Contoh
Nisbah (%) Rasio Uji Chi-square
Kesimpulan
Betina Jantan Betina:Jantan hitung tabel
07 Juli 2013 0.6538 0.3462 1.9:1.0 8.1754 3.1824 Proporsi tidak seimbang
28 Juli 2013 0.5440 0.4560 1.0:1.2 5.6707 3.1824 Proporsi tidak seimbang
16 Agustus 2013 0.5698 0.4302 1.3:1.0 16.1379 3.1824 Proporsi tidak seimbang
6 September 2013 0.5052 0.4948 1.02:1.0 4.6947 3.1824 Proporsi tidak seimbang
28 September 2013 0.6140 0.3860 1.6:1.0 17.7666 3.1824 Proporsitidak seimbang
13 Oktober 2013 0.3535 0.6465 1.0:1.8 11.2281 3.1824 Proporsi tidak seimbang
Total 0.5474 0.4526 1.2:1.0 5.0767 3.1824 Proporsi tidak seimbang
Lampiran 3 Tabel distribusi panjang pada setiap sampling ikan tembang betina
SKB SKA BKB BKA Xi Fi
29 Lampiran 4 Tabel distribusi panjang pada setiap sampling ikan tembang jantan
SKB SKA BKB BKA Xi Fi Lampiran 5 Hubungan panjang bobot ikan tembang (Sardinella fimbriata)
Betina Jantan
R² 0.7653 0.7454
a 0.00004 0.00002
b 2.6830 2.8340
t hitung 159736.4477 17.4113
Lampiran 6 Parameter pertumbuhan ikan tembang betina (Sardinella fimbriata)
t (Bulan) (mm) (mm) d²
Lampiran 7 Parameter pertumbuhan ikan tembang jantan (Sardinella fimbriata)
30
Lampiran 8 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang betina SAMPLING
TKG 1 2 3 4 5 6
I 14 3 3 12 29 0
II 18 12 18 24 92 17
III 18 7 19 13 18 16
IV 1 0 9 0 1 2
TOTAL 346
Lampiran 9 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan tembang jantan SAMPLING
TKG 1 2 3 4 5 6
I 6 4 13 0 32 1
II 10 21 20 5 46 40
III 11 1 4 33 10 22
IV 0 0 0 10 0 1
TOTAL 290
Lampiran 10 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan tembang berdasarkan bulan pengamatan
TKG
IKG rata-rata Standard Error
Betina Jantan Betina Jantan
I 1.2046 1.2946 0.1146 0.0988
II 2.2065 1.7551 0.1070 0.0833
III 3.9190 3.6869 0.2117 0.2550
IV 7.0591 6.7617 0.6236 0.6848
Lampiran 11 Faktor kondisi ikan tembang betina dan jantan
Bulan
FK rata-rata Standard Error
Betina Jantan Betina Jantan
07 Juli 2013 1.0837 1.0127 0.0197 0.03
28 Juli 2013 1.0827 0.9745 0.0261 0.014
16 Agustus 2013 1.1494 1.1129 0.0219 0.0205
31 Lampiran 12 Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang
betina menggunakan metode Spearman-Karber
SKB SKA Nt Ni Nb Pi Xi Pi Qi X Pi*Qi Ni -1 Pi*Qi/Ni - 1
135 139 137 29 1 0.0345 2.1367 0.03 0.97 0.0156 0.03 0.000 0.00 140 144 142 67 1 0.0149 2.1523 0.01 0.99 0.0150 0.01 0.000 0.00 145 149 147 66 2 0.0303 2.1673 0.03 0.97 0.0145 0.03 1.000 0.03 150 154 152 52 2 0.0385 2.1818 0.04 0.96 0.0141 0.04 1.000 0.04 155 159 157 28 3 0.1071 2.1959 0.11 0.89 0.0136 0.10 2.000 0.05
160 164 162 12 1 0.0833 2.2095 0.08 0.92 0.08 0.000 0.00
165 169 167 5 0
antilog m (M) = 163 mm ukuran ikan rata-rata mencapai matang gonad
Lampiran 13 Pendugaan ukuran rata-rata matang gonad ikan tembang jantan menggunakan metode Spearman-Karber
SKB SKA NT Ni Nb Pi Xi Pi Qi X Pi*Qi Ni -1 Pi*Qi/Ni - 1
114 118 116 9 0 119 123 121 23 0
124 128 126 31 1 0.0323 2.1004 0.0323 0.9677 0.0169 0.0312 0.0000 0.0000 129 133 131 37 1 0.0270 2.1173 0.0270 0.9730 0.0163 0.0263 0.0000 0.0000 134 138 136 45 2 0.0444 2.1335 0.0444 0.9556 0.0157 0.0425 1.0000 0.0425 139 143 141 45 3 0.0667 2.1492 0.0667 0.9333 0.0151 0.0622 2.0000 0.0311 144 148 146 40 0 0.0000 2.1644 0.0000 1.0000 0.0146 0.0000 0.0000 0.0000 149 153 151 37 2 0.0541 2.1790 0.0541 0.9459 0.0511 1.0000 0.0511 154 158 156 12 0
32
Lampiran 14 Mortalitas ikan tembang betina (Sardinella fimbriata)
SKB SKA Xi C(L1,L2) t(L1) ∆t t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
(x) (y)
110 114 112 4 3.5829 0.2290 3.6962 2.8603
115 119 117 8 3.8707 0.2417 3.9902 3.4996
120 124 122 14 4.1745 0.2559 4.3010 4.0022
125 129 127 25 4.4963 0.2718 4.6305 4.5216
130 134 132 28 4.8382 0.2898 4.9812 4.5707
135 139 137 29 5.2029 0.3105 5.3559 4.5370
140 144 142 67 5.5938 0.3342 5.7584 5.3006
145 149 147 66 6.0149 0.3620 6.1929 5.2059
150 154 152 52 6.4712 0.3947 6.6650 4.8809
155 159 157 28 6.9692 0.4339 7.1819 4.1670
160 164 162 12 7.5173 0.4819 7.7529 3.2150
165 169 167 5 8.1266 0.5417 8.3907 2.2224
170 174 172 6 8.8126 0.6186 9.1131 2.2721
175 179 177 1 9.5974 0.7208 9.9459 0.3273
180 184 182 1 10.5144 0.8637 10.9292 0.1465
a= 13.3702
b= -1.2957
M= 0.1668
f= 1.1290
E= 0.8713
33 Lampiran 14 Mortalitas ikan tembang jantan (Sardinella fimbriata)
SKB SKA Xi C(L1,L2) t(L1) ∆t t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
(x) (y)
114 118 1.7761 9 3.9364 0.2807 4.0743 3.4678
119 123 2.0872 23 4.2903 0.3066 4.4407 4.3176
124 128 2.3288 31 4.6772 0.3379 4.8427 4.5191
129 133 2.5774 37 5.1040 0.3762 5.2879 4.5885
134 138 2.5890 45 5.5799 0.4244 5.7867 4.6637
139 143 2.5570 45 6.1176 0.4868 6.3538 4.5266
144 148 2.9207 40 6.7355 0.5706 7.0110 4.2499
149 153 2.8513 37 7.4620 0.6895 7.7924 3.9827
154 158 2.6615 12 8.3434 0.8711 8.7561 2.6229
159 163 2.2697 5 9.4642 1.1835 10.0139 1.4409
164 168 1.7475 5 11.0051 1.8512 11.8283 0.9936
169 173 1.1867 1 13.4851 4.4130 15.1302 -1.4845
a= 11.3874
b= -0.9905
M= 0.2349
f= 0.7556
E= 0.7629
34
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 1 Juni 1992 dari Ayah Dedih Setiadi dan Ibu Euis Sugiarty. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SDN Pajeleran 1, SMPN 2 Cibinong, SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun berikutnya penulis diterima masuk IPB melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti program S-1, penulis menjadi asisten mata kuliah Bio-logi Populasi dan Pengkajian Stok Ikan. Selain itu, penulis pernah menjadi ang-gota HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan).