• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan “Kamar Gelap”)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan “Kamar Gelap”)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan

“Kamar Gelap”)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh :

Dian Kurniasari Renaningtyas 08220295

KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : DIAN KURNIASARI RENANINGTYAS NIM : 08220295

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA

(Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan “Kamar Gelap”)

Disetujui, Pembimbing I

Widiya Yutanti, S.Sos., MA

Pembimbing II

Drs. Sulismadi, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : DIAN KURNIASARI RENANINGTYAS NIM : 08220295

Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album

“Efek Rumah Kaca” dan “Kamar Gelap”)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Rabu

Tanggal : 30 Januari 2013

Tempat : Ruang Sidang (Ruang 609)

Mengesahkan, Dekan FISIP

Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si

Dewan Penguji:

1. Isnani Dzuhrina, S.Sos, M.Si ( )

2. Joko Susilo, S.Sos., M.Si. ( )

3. Widiya Yutanti, S.Sos., MA ( )

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dian Kurniasari Renaningtyas Tempat, tanggal lahir : Pasuruan, 03 Juni 1990

NIM : 08220295

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

KRITIK POLITIK DALAM LAGU KARYA BAND EFEK RUMAH KACA (Analisis Semiotik dalam Lirik Lagu pada Album “Efek Rumah Kaca” dan

Kamar Gelap”)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 19 Januari 2013 Yang menyatakan,

(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Dian Kurniasari Renaningtyas

2. NIM : 08220295

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Jurnalistik

6. Judul Skripsi : Kritik Politik Dalam Lagu Karya Band Efek Rumah Kaca (AnalisisSemiotik dalam Lirik Lagu pada Album

“Efek Rumah Kaca”dan“Kamar Gelap”) 7. Pembimbing : 1. Widiya Yutanti, S.Sos., MA.

: 2. Drs. Sulismadi, M.Si. 8. Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

16 Juli 2012 ACC Judul Skripsi

25 Juli 2012 ACC Proposal Skripsi

30 Juli 2012 Seminar Proposal

8 Agustus 2012 ACC Bab I

8 Agustus 2012 ACC Bab II

18 Januari 2013 ACC Bab III

18 Januari 2013 ACC Bab IV

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan laporan penelitian skripsi ini tanpa adanya suatu halangan yang berarti. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap musik. Musik merupakan salah satu sarana bagi seseorang untuk mengekspresikan diri. Musik juga dapat kita artikan sebagai sarana sang pencipta lagu kepada khalayak luas. Seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa penyanyi, salah satunya adalah Efek Rumah Kaca.

Band yang digawangi oleh Cholil, Adrian, dan Yunan ini selain menyalurkan

ide kreatifitas, mereka juga menyampaikan pandangan mereka dalam kehidupan sosial. Termasuk dalam ranah politik. Melalui beberapa lagu dalam kedua album

yang telah berhasil diproduksi, yaitu “Efek Rumah Kaca”dan “Kamar Gelap” , Efek

Rumah Kaca menyampaikan aspirasi yang berupa kritik politik terhadap pemerintah. Lagu-lagu yang memuat kritik politik tersebut adalah “Jalang”, “Hilang”, “Di

Udara” dan “Mosi Tidak Percaya”. Dengan menggunakan “pisau” semiotika Roland

(7)

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap saran dan kritikan dari berbagai pihak yang berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, dan bagi pengembangan Ilmu Komunikasi.

Malang, 21 Januari 2013

(8)

...PERSEMBAHANKU...

Penulis sadar bahwa tanpa dukungan, doa dan kehadirian banyak pihak maka penulis tidak akan sanggup menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu secara tulus penulis berterima kasih dan mempersembahkan karya ini kepada :

1. My Lord, The One and Only, Allah SWT atas limpahan karunia dan cobaan serta pembelajaran sehingga saya dapat berdiri dan menjadi seperti sekarang. 2. My Hero Muhammad SAW atas cahaya yang telah diberikan kepada umat

manusia di sisa waktu yang diberikanNya untuk menghuni dunia, yaitu Islam. 3. My parents, H. Hari Susanto and Hj. Suci Subiantorowati, for always loving

me, care of me, teach me, pray for me, raise me up, supporting me, and for

being my parents. I know I can‟t pay back for all but I always do my best to make you proud of me. I‟m proud to be your little daughter. Khusus buat papa, ini kado ulang tahunnya ya..he he he...^^

4. Uti Surabaya dan Uti Pasuruan untuk kasih sayangnya, I miss you much. Also

for my grandpas (from my mother‟s and father‟s side)...I know I never met you „cause you all passed away when I was just a baby but I love you, miss

you, and I always know that you all loved me much.

5. My brother, Iman Sumandrio Cahyadi, and my sister, Arinta Rahayuningtyas for all of laugh, tears, anger, and meaning of life.

6. Seluruh guru saya mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) karena tanpa jasa-jasa mereka saya tidak akan sampai hingga di titik ini sekarang.

7. Bapak Muhadjir Effendi, M.AP. selaku Rektor UMM

8. Bapak Dr. Wahyudi Winarno, M.Si selaku Dekan FISIP UMM

(9)

10.Ibu cantik Widiya Yutanti, S.Sos., MA. selaku Pembimbing I saya yang tidak

hanya memberi “ACC” tapi juga “bimbingan” dalam pengerjaan skripsi.

Terima kasih untuk memberikan pengertian, pengajaran serta kesabaran selama saya mengejar-ngejar Ibu untuk minta bimbingan...(ʃƪ´⌣`)

11.Bapak Sulismadi, M.Si. selaku Pembimbing II. Jujur saya selalu “horror” tiap kali akan maju bimbingan ke Bapak, tapi terima kasih sangat untuk wejangan-wejangannya Pak. Kritik dan saran Bapak sangat membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini...(ʃƪ´⌣`)

12.Seluruh jajaran dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang mengajarkan banyak hal pada saya, mulai dari teori hingga praktik. Maaf kalau selama ini saya pernah tidur dalam kelas ataupun memakai sandal ketika kuliah...he he he (kalau tidak begitu tidak ada ceritanya ya Pak/Bu...( ^o^ ).v.). Tak lupa ibu-ibu serta bapak-bapak TU FISIP yang sudah sangat ramah menyambut saya (yang terkadang kalau ada rapat saya juga kebagian kue atau buah...).

13.Bapak Novin Farid Styo Wibowo atas “tips & tricks” skripsi...rundown-nya benar-benar membantu pak...thanks a lot !!! \( ^ o ^ )/

14.Sahabat-sahabat saya yang datang dan tak pernah pergi...Ratih Kurniawati, Sofi Ainur Rochmah, Wieke Retno Palupi, Friska Vira Diba, Wartiani, dan Mustika Rizki Imanita. Terima kasih untuk membuatku tersenyum saat sedih, menarikku dikala berbelok terlalu jauh, marah dikala aku salah, mendukung dikala aku jatuh, meninggalkan dikala ingin sendiri, menemani dikala aku kesepian. Semoga jarak dan waktu bukan menjadi alasan kita untuk tidak tetap seperti sekarang. (ɔ˘⌣˘)˘⌣˘ c)

15.Kawan-kawan “sehidup-semati perkuliahan”...my big family of D‟Kom One

2008 (I.KOM D 2008)...my nyonyo Ari “mono”, si endut Rudi, kawan se

-bimbingan Aga “babeh” dan Vici “vincek”, my best buddies in crime Nena “nenek”, Erdha “gombes”, Novi “nopex”, Desy “ised”, Tri “barongsai”,

(10)

nak...), Bayu “uyab”, Yethi, Tia “kechenk”, Alin “buyung”...pokoknya all my D‟Kom One 2008...I can‟t imagine how‟s my college life without you all guys

!!! #hugsallmyDKomOne2008... (ɔ˘⌣˘)˘⌣˘ c)

16.Jurnalistik Fotografi Club (JUFOC)...karena tidak semuanya bisa kita

pelajarin di kelas kan ??? Terima kasih untuk 4 tahun yang “asem-manis

ramai rasanya”. I love you and will always love you „cause I‟M PROUD TO

BE JUFOCer !!! ('̀⌣'́)ง

17.Efek Rumah Kaca untuk semua inspirasi dan “sudut pandang” berbeda...maju terus musik indie Indonesia !!! (ง'̀⌣'́)ง

18.My 13+2 prince...Super Junior. You all are one of my biggest inspiration in this life. Thank you for showing me how to fight for our dreams, for showing

me the meaning of hardwork, surrendered and layed our life in God‟s hands,

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN... v

ABSTRAKSI... vi

KATA PENGANTAR... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Tinjauan Pustaka... 7

E.1. Lirik Lagu sebagai Media Komunikasi Massa... 7

E.2. Gambaran Umum Politik Indonesia... 9

E.3. Kritik Politik... 15

E.4. Lirik Lagu dalam Kajian Semiotika... 17

F. Fokus Penelitian... 22

G. Metode Penelitan... 22

G.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian... 22

G.2. Ruang Lingkup Penelitian... 22

G.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data... 23

G.3.1. Data Primer... 23

(12)

G.4. Teknik Analisa Data... 24

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 26

A. Sekilas Profil Band Indie Efek Rumah Kaca... 26

B. Discography... 30

B.1. Album “Efek Rumah Kaca” (2007)... 30

B.2. Album “Kamar Gelap” (2008)... 32

BAB III MAKNA KRITIK POLITIK DALAM LIRIK LAGU... 34

A. Kritik Politik dalam Lagu “Jalang”... 34

B. Kritik Politik dalam Lagu “Hilang”... 47

C. Kritik Politik dalam Lagu “Di Udara”... 60

D. Kritik Politik dalam Lagu “Mosi Tidak Percaya”... 73

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 91

B.1. Saran Akademis... 91

[image:12.612.112.510.105.433.2]
(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bajari, Dr. Atwar dan Drs. S.Sahala Tua Saragih. 2011. Komunikasi Kontekstual :

Teori dan Praktik Komunikasi Kontemporer. PT Remaja Rosdakarya.

Bandung

Barthes, Roland. 2010. Imaji, Musik dan Teks: Analisis Semiologi atas Fotografi,

Iklan, Film, Musik, Al-Kitab, Penulisan dan Pembacaan serta Kritik Sastra.

Jalasutra. Yogyakarta

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual Buku Baik. Yogyakarta

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Komunitas Bambu. Jakarta

Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Indonesia Tera. Magelang

Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi : Theories of Human

Communication. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sukandi, A.K. 1999. Politik Kekerasan ORBA. Mizan, Bandung

Muhtaj, Majda El. Dimensi-Dimensi HAM : Mengurai Ekonomi, Sosial dan Budaya. 2009. Rajawali Pers. Jakarta

(16)

Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. 2007. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung

Storey, John. 1996. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar

Komprehensif Teori dan Metode. Jalasutra. Yogyakarta

Waluyo J., Herman. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Erlangga. Jakarta

Wendratama.2009. Kasus Pembunuhan Munir : Kejahatan yang Sempurna ? PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Yasyin, Drs. Sulchan. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Amanah. Surabaya

Non-Buku :

Anonim a. Urbanisasi ke Jakarta Menurun Setiap Tahun. 2011.

http://news.okezone.com/read/2011/07/21/338/482487/urbanisasi-ke-jakarta-menurun-tiap-tahun diakses pada 11 Juli 2012 pukul 20.00 WIB Anonim b.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?.submit.x=18&submit.y=16&submit =prev&page=7&equal=high&submitval=prev&frame=/ijunkpe/s1/ikom/2 009/jiunkpe-ns-s1-2009-51404001-11714-buaya_darat-chapter1.pdf diakses pada 11 Juli 2012 pukul 20.25 WIB.

Anonim c. Efek Rumah Kaca Dirikan Jangan Marah Records. 2010.

http://rebelzine.wordpress.com/2010/04/09/efek-rumah-kaca-mendirikan-jangan-marah-records/ diakses pada 6 Juli 2012 pukul 10.45

(17)

http://entertainment.kompas.com/read/2010/12/18/06075470/ERK.Tak.M au.Didikte diakses pada 6 Juli 2012 pukul 12.05

Anonim e. Efek Rumah Kaca-Self Titled. 2008.

http://rebelzine.wordpress.com/2008/11/17/efek-rumah-kaca-self-titled2007-review/ diakses pada 24 September 2012 pukul 19.10

Anonim f. http://istilahkata.com/eksekusi.html diakses pada 12 September 2012 pukul 11.00 WIB

Anonim g. DPR Setujui Rancangan Renstra Tahun 2010-2014. 2010.

http://www.dpr.go.id/id/berita/burt/2010/jul/27/1863/dpr-setujui-rancangan-renstra-tahun-2010-2014 diakses pada 14 Januari 2013 pukul 12.00

Anonim h. Undang-Undang Pornografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Pornografi diakses pada 3 Januari 2012 pukul 11.00

Anonim i. Prabowo Subianto. http://id.wikipedia.org/wiki/Prabowo_Subianto diakses pada 05 Januari pukul 11.00

Anonim j. Istana Negara. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Negara diakses pada 03 Januari 2013 pukul 10.05

Anonim k. Kronologi Kasus Pembunuhan Munir. 2008.

(18)

Anonim l. Kursi Listrik. http://id.wikipedia.org/wiki/Kursi_listrik diakses pada 3 Januari 2013 pukul 19.00

Anonim m. Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia. 2012.

http://www.scribd.com/doc/79674146/Bentuk-Ham diakses pada 30 Desember 2012 pukul 22.00

Anonim n. Deskripsi Dari Jalan Tengah. http://www.kamusbesar.com/51754/jalan-tengah diakses pada 05 Januari 2013 pukul 23.39

Anonim o. Angka Golput Pilpres 27,77%. 2009.

http://www.merdeka.com/politik/nasional/angka-golput-pilpres-2777.html diakses pada 06 Januari 2013 pukul 09.30

Bhawono, Aryo. Ketidakpercayaan Publik terhadap Pemerintah Meningkat. http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/04/220469/284/1/Ketidakp ercayaan-Publik-terhadap-Pemerintah-Meningkat diakses pada 06 Januari 2013 pukul 09.10

Damanik, Caroline. Kalangan Seni dan Kreatif Tolak RUU Pornografi. 2008. http://nasional.kompas.com/read/2008/09/26/19124541/Kalangan.Seni.da n.Kreatif.Tolak.RUU.Pornografi diakses pada 24 September 2012 pukul 19.45

Ghani, Abdul. Buku Panduan Kewarganegaraan STMIK Triguna Dharma.

(19)

Hatimah, A. Husnul.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&ved=0CDoQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac .id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F1690%2FSKRIPSI%252 0A.%2520HUSNUL%2520HATIMAH.pdf%3Fsequence%3D2&ei=shQ MUeW1CovxrQfgooCIDA&usg=AFQjCNF_lzaLDdOQUiORE_z5S8S5 emOI4g&sig2=d0cQqPzZ5Lk0SEpDihd5Mg&bvm=bv.41867550,d.bmk diakses pada 1 Februari 2013 pukul 19.00

Hidayat R., Fahmi. 2008. Skripsi : Makna Perjalanan Manusia Dari Keterpurukan

Menuju Kehidupan Yang Lebih Baik (Analisis Semiotik Lirik Lagu “Satu

Sisi” Dewa 19 dalam Album Pandawa Lima). Universitas

Muhammadiyah Malang.

Imanjaya, Ekky. Kamar Gelap : Mosi Tidak Percaya Diplokamirkan. 2009.

http://www.indonesiantunes.com/reviews/detail/2009/01/05/kamar-gelap.html diakses 11 Juli 2012 pukul 19.18

KontraS. Profil Kamisan. www.kontras.org/kamisan/profil%20kamisan.pdf diakses pada 05 Januari 2013 pukul 10.00

(20)

_________. Kronik Kasus Penculikan dan Penghilangan Paksa Aktivis 1997 – 1998. 2009. www.kontras.org/penculikan/perkembangan%20kasus.pdf diakses pada 05 Januari 2013 pukul 10.14

________. Kronik Munir. http://www.kontras.org/munir/index.php diakses pada 10 Januari 2013 pukul 20.00

Kurniawan, Aloysius Budi. RUU Pornografi Bentuk Totalitarianisme Negara. 2008. http://nasional.kompas.com/read/2008/09/22/21151958/RUU.Pornografi. Bentuk.Totalitarianisme.Negara diakses pada 1 Februari 2013 pukul 14.30

Maharani, Dian. Polri Beberkan Kasus Korupsi 2011-2012. 2012. http://nasional.kompas.com/read/2012/10/15/22112749/Polri.Beberkan.K asus.Korupsi.2011-2012 diakses pada pada 06 januari 2013 pukul 11.05 Octa, Yacob Billi. LSI prediksi angka golput Pilpres 2014 capai 50 persen. 2012.

http://www.merdeka.com/politik/lsi-prediksi-angka-golput-pilpres-2014-capai-50-persen.html diakses pada 06 januari 2013 pukul 09.40

Prihadiyoko, Imam. Inilah Lima Kekeliruan Berpikir Penolak RUU Pornografi. 2008.

http://nasional.kompas.com/read/2008/09/18/1636174/Inilah.Lima.Kekeli ruan.Berpikir.Penolak.RUU.Pornografi diakses pada 1 Februari 2013 pukul 14.00

(21)

.dan.Andi.Otak.Korupsi.Hambalang diakses pada 06 Januari 2013 pukul 09.00

Sakrie, Denny. Menyeruaknya Psychedela Pop. 2008.

http://dennysak.multiply.com/journal/item/13/menyeruaknya_psychedela _pop diakses pada 6 Agustus 2012 pukul 10.30

_________. http://dennysak.multiply.com/reviews/item/287 diakses pada 6 Juli 2012 pukul 12.25

Sitanggang, Betty. Sebaiknya Fokus Pada Penyusunan KUHP. 2008. http://independent.academia.edu/BettySitanggang/Papers/1651614/Sebai knya_Fokus_pada_Penyusunan_KUHP diakses pada 12 September 2012 pukul 12.28 WIB

Susanto, Abdi. KWI-PGI Sarankan DPR Tak Sahkan RUU Pornografi. 2008.

http://nasional.kompas.com/read/2008/09/25/20130497/kwi-pgi.sarankan.dpr.tak.sahkan.ruu.pornografi diakses pada 24 September 2012 pukul 19.35

Wardi, Zelfa. Efek Rumah Kaca – Self Titled. 2008.

http://rebelzine.wordpress.com/2008/11/17/efek-rumah-kaca-self-titled2007-review/ diakses pada 6 Juli 2012 pukul 12.10

(22)

_________. Kamar Gelap dan Progresivitas Efek Rumah Kaca. 2008.

http://rebelzine.wordpress.com/2008/12/18/kamar-gelap-dan-progresivitas-efek-rumah-kaca/ diakses pada 6 Juli 2012 pukul 13.00 Wedhaswary, Inggried Dwi. Jelaskan Pornografi, Irsyad Sudiro Emosi. 2008.

http://nasional.kompas.com/read/2008/09/26/11271497/Jelaskan.Pornog rafi.Irsyad.Sudiro.Emosi diakses pada 1 Februari 2013 pukul 13.46 Yudono, Jodhi. Masyarakat DIY Tolak RUU Pornografi. 2008.

http://nasional.kompas.com/read/2008/09/22/20211343/Masyarakat.DIY .Tolak.RUU.Pornografi diakses pada 24 September 2012 pukul 20.15 Yurskie. Musik Pop Potret Zaman.

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) tidak dapat terlepas dari segala aktivitas politik di lingkungannya. Oleh karena itulah, mereka tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, baik itu sebagai penunjang eksistensi diri maupun untuk mencapai suatu tujuan. Termasuk dalam ranah politik.

Menurut Kantraprawira, komunikasi politik berguna untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intragolongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor pemerintahan. Komunikasi politik adalah pertukaran informasi antara elite politik bangsa media dengan warga negara1.

Komunikasi yang sehat terjadi dalam alam demokrasi, ketika pemerintahan dibentuk dan diberi wewenang melalui kedaulatan rakyat melalui suasana kebebasan dalam menyalurkan aspirasi, pendapat, serta menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyatnya. Termasuk dalam menyampaikan kritik politik. John Lazarus (1999) menyebutnya partisipasi politik, Juergen Habernas (1981) menyebutnya “Collorization of life world”, yaitu saat kehidupan privat individu telah menjadi objek bagi kontrol negara dan modal. Dalam hal ini rakyat dimasukkan ke dalam ruang publik (public

sphere) yang tercipta dari perjuangan dalam menetapkan masyarakat

1 Bajari, Dr. Atwar dan Drs. S.Sahala Tua Saragih. Komunikasi Kontekstual : Teori dan Praktik

(24)

2

(society) sejajar dengan negara dan ekonomi. Ruang publik yang baik

merupakan sarana yang baik bagi individu dan kelompok yang menegaskan otonomi dan kebebasannya dalam mempresentasikan dirinya dalam berhadapan dengan negara dan pasar2.

Adanya public sphere berkaitan erat dengan aktivitas komunikasi massa. Dalam hal ini media massa (baik visual, audio, maupun audio visual) menjadi media bagi masyarakat dalam menyampaikan pesan maupun memperoleh informasi. Selain kebutuhan akan memperoleh informasi, khalayak juga memiliki kebutuhan untuk menginformasikan apa saja baik fakta maupun opininya. Namun kebutuhan ini juga masih belum dapat terpenuhi oleh media umum. Oleh karena itulah, masyarakat pun mencari alternatif media lain dalam menyalurkan berbagai ekspresi mereka3.

Ketika seseorang mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran ataupun perasaannya, ia (sumber) harus merubah perasaan ataupun pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal maupun non-verbal. Simbol-simbol tersebut idealnya harus dipahami oleh penerima pesan. Pesan-pesan tersebut juga akan disalurkan melalui media atau saluran penyampaian. Dalam hal ini, saluran juga merujuk kepada cara penyajian pesan : apakah secara langsung (tatap muka), ataupun tidak langsung (melalui media cetak ataupun media elektronik). Pengirim pesan (komunikan) akan memilih saluran bergantung pada situasi, tujuan yang

2 Bajari, Dr. Atwar dan Drs. S.Sahala Tua Saragih. Ibid. p. 415. 3

(25)

3

ingin dicapai dan jumlah sasaran penerima pesan (komunikator)4. Dan lagu menjadi salah satu media penyampai pesan.

Lagu merupakan sekumpulan nada dan lirik yang bersifat persuasif. Lagu dapat membawa atau mempengaruhi suasana hati seseorang dengan irama dan hentakan nadanya. John Storey dalam Cultural Studies dan Kajian

Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan Metode memaparkan

bahwa “tatkala kita mengatakan musik populer, sering kali yang ada di benak

kita adalah lagu. Dan jika kita mengajukan pertanyaan „apa maksud lagu

ini?‟ begitu sering kita menjawab dengan mengacu pada muatan liriknya”5

.

Lagu merupakan media yang universal dan efektif untuk dapat menuangkan gagasan, pesan dan ekspresi penciptanya kepada khalayak luas melalui lirik, komposisi dan pemilihan instrumen musik tertentu, serta cara membawakan lagu tersebut. Lagu dapat berisikan ungkapan cinta, kritik terhadap suatu hal tertentu, kemarahan, dan ragam emosi lainnya. Kesemuanya itu diungkapkan melalui kata-kata yang puitis dan cenderung tidak lugas. Hal inilah yang dilakukan oleh Efek Rumah Kaca.

Efek Rumah Kaca adalah sebuah band indie yang berasal dari Jakarta. Terbentuk pada tahun 2001, lagu-lagu yang mereka bawakan merupakan karya-karya ciptaan sendiri yang berisikan cara mereka memandang dan menilai fenomena-fenomena sosial di sekitar mereka. Lagu-lagu tersebut telah terangkum dalam dua album yang telah mereka luncurkan, yaitu album

4

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), p. 69-70

5 Storey, John. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif Teori dan

(26)

4 “Efek Rumah Kaca” (2007) dan “Kamar Gelap” (2008). Dalam album

Kamar Gelap” misalnya, salah satu lagu mereka yang bertajuk “Kenakalan

Remaja di Era Informatika”,band yang digawangi oleh Cholil Mahmud

(vocalist), Adrian Yunan Faisal (guitarist), dan Akbar Bagus Sudibyo

(drummer) ini mengkritisi banyaknya foto-foto dan video tidak senonoh yang

harusnya menjadi dokumen pribadi tiap individu namun pada kenyataannya diunggah atau dipublikasikan melalui jejaring sosial.

Konsistensi Efek Rumah Kaca dalam mengangkat isu-isu sosial menempati ruang tersendiri di hati masyarakat. Hal ini terbukti dengan munculnya penggemar-penggemar band tersebut di berbagai tempat. Mereka

menamai komunitas tersebut dengan “ERK Estrada” atau “ERK Eleniak”.

Anggotanya pun beragam mulai dari remaja hingga mahasiswa. Ataupun jika diukur dengan range usia, mayoritas penggemanya berusia 17-25 tahun. Bagi para penggemarnya, band Efek Rumah Kaca seakan telah menyuarakan aspirasi-aspirasi mereka mengenai isu-isu sosial yang ada. Termasuk dalam ranah politik.

Pemikiran-pemikiran ataupun kritik politik Efek Rumah Kaca dituangkan dalam beberapa lagu. Bahasa yang digunakan pun termasuk lugas, serta instrumen yang membuat lagu-lagu karyanya mudah didengarkan

(easy listening). Pesan-pesan yang mereka sampaikan dapat dengan mudah

diterima oleh para pendengarnya. Misalnya saja lagu “Banyak Asap Di Sana”

(27)

5

Seperti yang dilansir oleh www.okezone.com, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, jumlah pendatang baru pada tahun 2007 mencapai 109.617 orang, menurun 11,9 persen atau sebanyak 14.810 orang dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2008, jumlah pendatang baru mencapai 88.473 orang, menurun 19,29 persen atau sebanyak 21.144 orang. Di tahun 2009, jumlah pendatang baru mencapai 69.554 orang, menurun 21,38 persen atau sebanyak 18.919 orang. Tahun 2010, pendatang baru menurun menjadi sekitar 60 ribu orang6. Walaupun terjadi penurunan, kepadatan penduduk di Jakarta masih menjadi salah satu masalah yang masih belum terselesaikan di Jakarta.

Memang tidak semua kejadian politik diangkat dalam lagu-lagu Efek Rumah Kaca, namun tema-tema yang mereka pilih masih bisa kita rasakan hingga sekarang ataupun belum basi. Selain itu pesan ataupun kritik politik yang terkandung pun berbeda-beda, dengan menggunakan bahasa yang lugas maupun sarkasme. Oleh karena itulah, peneliti merasa tertarik unutk mengetahui pesan kritik politik yang terkandung dalam lirik lagu karya Efek Rumah Kaca.

6

Anonim a. Urbanisasi ke Jakarta Menurun Setiap Tahun. 2011.

(28)

6

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu perumusan masalah yaitu bagaimana makna kritik politik dalam lirik lagu

karya Efek Rumah Kaca dalam album “Efek Rumah Kaca” dan “Kamar

Gelap” ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah ingin mengetahui makna kritik politik yang terkandung dalam lirik lagu karya band Efek

Rumah Kaca dalam album “Efek Rumah Kaca” dan “Kamar Gelap”.

D. Manfaat Penelitian a. Kegunaan Akademis

Menambah wacana bagi mahasiswa dalam bidang semiotika, dimana lirik lagu merupakan salah satu media massa bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan menyampaikan aspirasi.

b. Kegunaan Praktis

(29)

7

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Lirik Lagu Sebagai Media Komunikasi Massa

Musik merupakan sarana budaya yang hadir dalam masyarakat sebagai kostruksi dari realitas sosial yang dituangkan dalam bentuk lirik lagu. Musik tak sekedar memberikan efek hiburan, namun juga mampu memberikan makna untuk membangkitkan semangat hidup serta mengandung pesan-pesan yang tertuang di dalamnya. Hal ini sejalan dengan anggapan Plato, yang menyatakan bahwa musik memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut Roland Barthes, terdapat dua jenis musik yaitu musik yang didengar dan musik yang dimainkan oleh seseorang. Keduanya memiliki pengaruh sosiologis, estetika, dan erotikanya masing-masing7. Menurut Aristoteles, musik merupakan sarana budaya yang hadir dalam masyarakat sebagai konstruksi dari realitas sosial yang dituangkan dalam lirik lagu.

Lirik lagu merupakan serangkaian kata-kata yang membentuk kalimat demi kalimat, dimana dalam penciptaannya seorang musisi menuangkan ide atau ekspresi yang dapat bersumber dari pengalaman, budaya, maupun nilai-nilai yang berkembang di sekitarnya. Lirik lagu adalah wujud kreatifitas seorang penyair atau pengarang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara imajinatif, dan disusun

7 Barthes, Roland. Imaji, Musik dan Teks: Analisis Semiologi atas Fotografi, Iklan, Film, Musik,

(30)

8

dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan batinnya8.

Komunikasi Massa berasal dari pengembangan kata media of

mass communication (media komunikasi massa). Pada dasarnya

komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik)9. Menurut Josep A. Devito, komunikasi massa dapat dideskripsikan menjadi dua hal. Pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa (khalayak luas). Kedua komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku)10.

Ketika seorang penyanyi atau grup band membawakan lagu-lagu mereka di depan khalayak, maka sejatinya mereka sedang melakukan aktivitas komunikasi massa. Melalui lirik lagu yang dibawakan, mereka bertindak sebagai komunikator yang mengantarkan pesan kepada para pendengar (komunikan). Dalam sebuah lagu, terdapat dua hal yang menonjol yaitu lirik dan instrumennya atau komposisi musik.

Dalam aktivitas komunikasi massa, kebutuhan khalayak tidak sebatas memperoleh informasi namun juga menginformasikan fakta maupun opini mereka. Namun media umum masih belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itulah muncul citizen

8

Waluyo J., Herman. Teori dan Apresiasi Puisi. (Jakarta : Erlangga. 1991). p. 25

9 Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007). p.3 10

(31)

9

journalisme (jurnalisme warga). Selain itu mereka juga mencari sarana

atau media lain dalam menuangkan pemikiran-pemikiran mengenai apa yang mereka alami ataupun rasakan.

Apa yang dilakukan band Efek Rumah Kaca adalah salah satu cerminan akan kebutuhan untuk berekspresi. Mereka menuangkan ekspresi berupa opini mengenai keadaan politik melalui lirik-lirik lagu yang mereka ciptakan. Setelah itu mereka mendistribusikannya melalui media elektronik sehingga dapat diperdengarkan dan diinterpretasikan oleh khalayak luas.

Menurut Lacy, musik adalah salah satu media dalam komunikasi massa karena memiliki pengetahuan yang disampaikan. Karakteristik musik sebagai media massa mempunyai pengaruh atau peranan yang besar terhadap kehidupan manusia. Lirik lagu menjadi bentuk ungkapan atau pengiriman pesan dari pemikiran atau gagasan manusia11. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa band Efek Rumah Kaca telah melakukan proses komunikasi massa melalui lirik lagu mereka.

E.2. Gambaran Umum Politik Indonesia

Istilah politik berasal dari kata Yunani, “polis” yang berarti

“Negara” dan “tania” yang berarti urusan. Secara harafiah, politik

dapat diartikan sebagai “urusan Negara” atau politikos yang berarti

“kewarganegaraan”. Pada umumnya, politik merupakan bermacam

11

Anonim b.

(32)

10

macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses pembentukan keputusan (decision making) untuk mencapai tujuan Negara yang telah ditetapkan. Politik merupakan aktivitas dimana seseorang memperoleh, mempertahankan, maupun merebut kekuasaan. Unsur-unsur yang dikaji dalam ilmu politik di antaranya adalah negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy / beleid), dan pembagian kekuasaan (distribution).

Di Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem demokrasi yang berdasarkan pada Pancasila. Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi 4 (empat) masa12, yaitu :

a. Masa Republik Indonesia I (1945-1959)

Dalam masa ini, Indonesia menerapkan sistem Demokrasi Parlementer, dimana badan eksekutif yang terdiri atas presiden sebagai kepala negara konstitusional

(constitusional head) dan jajaran menteri yang memiliki

tanggung jawab politik.

Dalam perjalanannya sistem ini menimbulkan perpecahan. Lemahnya benih-benih Demokrasi Parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partai-partai politik hanya

12 Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,

(33)

11

didominasi satu atau dua partai besar yang berkoalisi dengan partai kecil. Namun, hubungan koalisi dalam partai yang tidak kuat mengakibatkan seringnya terjadi kejatuhan kabinet. Di lain pihak partai-partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagai oposisi yang kosntruktif yang menyusun program-program alternatif, mereka hanya menonjolkan sisi negatif partai oposisi. Akibatnya, pemerintah kesulitan untuk menjalankan program-programnya serta menghambat perkembangan ekonomi dan politik. Demokrasi Parlementer di Indonesia berakhir ketika Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang menentukan kembali berlakunya Undang-Undang Dasar 1945.13.

b. Masa Republik Indonesia II (1959-1965)

Dalam masa ini, Indonesia memberlakukan sistem Demokrasi Terpimpin, dimana ciri-ciri dari periode ini adalah adanya dominasi dari presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya ABRI sebagai unsur sosial-politik.

TAP MPRS No III/1963 yang dikeluarkan menetapkan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Hal ini tidak sejalan dengan UUD 1945 yang membatasi

13

(34)

12

masa jabatan presiden hanya selama 5 tahun. Selain itu, pada tahun 1960 presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil PEMILU dan menggantinya dengan DPR Gotong Royong yang bertindak sebagai pembantu presiden tanpa ada fungsi kontrol. Padahal dalam UUD 1945 secara eksplisit dijelaskan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian. Hal ini menandakan telah ditinggalkannya Trias Politika14.

Penyelewengan di bidang perundang-undangan pun terjadi, dimana berbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum. Tambahan pula didirikan badan-badan ekstra kosntitusional seperti Fornt Nasional yang ternyata dipergunakan oleh para komunis sebagai arena kegiatan. Partai politik dan pers yang dianggap menyimpang rel akan ditutup. G 30 S/PKI menjadi akhir dari periode ini. c. Masa Republik Indonesia III (1965-1998)

Masa ini merupakan masa diberlakukannya Demokrasi Pancasila, dimana landasan formal dari periode ini adalah Pancasila, UUD 1945, dan Ketetapan MPRS. Dalam usaha untuk meluruskan Undang-Undang Dasar yang

14

(35)

13

telah menyeleweng, maka diadakan sejumlah tindakan korektif.

Masa yang juga dikenal dengan Orde Baru ini menunjukkan peranan presiden yang semakin besar. Secara lambat laun tercipta pemusatan kekuasaan di tangan presiden Soeharto. Ia menjadi tokoh yang paling dominan dalam sistem politik karena keberhasilannya dalam penumpasan G 30 S/PKI dengan menggunakan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR)15.

Perlunya menjaga stabilitas politik, pembangunan nasional, dan intergrasi nasional telah digunakan sebagai alat pembenaran bagi pemerintah untuk melakukan tindakan-tindakan politik, termasuk yang bertentangan dengan demokrasi. Tidak lagi ada kebebasan dalam memilih maupun mengeluarkan aspirasi serta adanya dominasi satu partai politik (saat itu partai Golongan Karya (GOLKAR)) membuat praktek KKN bertumbuh subur di kalangan pemerintahan. Walaupun dalam masa Orde Baru berhasil menjadikan Indonesia swasembada beras, namun ketidak puasan masyarakat akan kehidupan politik menyebabkan terjadinya pemberontakan di sejumlah daerah. Hingga pada puncaknya tahun 1998, dimana mahasiswa Indonesia

15

(36)

14

berkumpul dan menduduki gedung MPR/DPR di Senayan yang berhasil memaksa Soeharto untuk mundur dari kepemimpinannya pada 20 Mei 1988.

d. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang)

Masa ini merupakan masa Reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Pengalaman Orde Baru telah mengajarkan kepada Bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran dan penderitaan bagi rakyat. Oleh karena itu, masyarakat sepakat untuk memberlakukan kembali sistem demokratisasi sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)16. Terobosan demi memperbaiki keadaan politik dilakukan dalam masa ini, di antaranya melakukan amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR hasil PEMILU 1999 dalam empat tahap selama empat tahun (1999 – 2002), merubah sistem PEMILU, pengesahan UU yang mengatur tentang Partai Politik, PEMILU, serta Susunan dan Kependudukan, serta pemilihan Pimpinan Daerah secara langsung melalui PILKADA.

16

(37)

15

Pelaksanaan PEMILU Legislatif tahun 2004 merupakan tonggak sejarah politik Indonesia, dimana terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden yang didahului oleh terpilihnya anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah berhasil membentuk Pemerintahan Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan peraturan perundang-undangan mulai dari UUD 194517.

E.3. Kritik Politik

Kritik merupakan aktivitas analisa dan evaluasi sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Kritik politik adalah kritik yang ditujukan pada bidang politik. Dalam aktivitas politik kita tahu adanya proses pembentukan satu kebijakan, dimana di dalamnya memiliki pendukung maupun penentang. Adanya pertentangan inilah yang menimbulkan istilah kritik politik yang mengarah pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan tersebut. Kritik politik dapat berbentuk sanggahan dengan bahasa yang lugas dan langsung mengarah pada sasaran, dan berupa sindiran secara halus atau sarkasme.

17

(38)

16

Sebuah lagu dapat menjadi media dalam penyampaian kritik politik, entah dengan menggunakan bahasa yang lugas maupun sarkasme melalui liriknya. Media massa memiliki peranan penting dalam bidang politik. Dengan media massa, seorang politikus dapat menyampaikan persuasi-persuasinya terhadap masyarakat luas. Melalui media massa pula, masyarakat dapat bertindak sebagai pengontrol sosial dimana awak media memberikan informasi mengenai aktivitas politik yang terjadi secara aktual dan faktual. Melalui media massa pula, masyarakat dapat menyalurkan aspirasi maupun kritik terhadap proses politik yang berlangsung saat itu.

Lagu dapat bertindak sebagai media dalam menyampaikan kritik politik. Pada tahun 70-an, Harry Roesly memperkenalkan lagu-lagu yang menyindir pemerintahan ataupun kehidupan sosial yang ada di sekitarnya. Langkahnya kemudian diikuti oleh musisi-musisi lain. Namun sayangnya, musik-musik yang mengandung kritik sosial maupun kritik politik tidak mendapatkan tempat yang luas di pasaran musik Indonesia. Kapitalisme media yang lebih mengutamakan keuntungan mengakibatkan banyak dari major label yang tidak melirik musik-musik seperti ini. Mereka lebih melihat pangsa pasar yang dipenuhi dengan permintaan musik-musik cinta. Oleh karena itulah, dengan adanya label

indie musik-musik dengan nuansa kritik sosial atupun politik dapat

(39)

17

E.4. Lirik Lagu dalam Kajian Semiotika

Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda dalm kehidupan manusia. Artinya semua yang hadir dalam kehidupan kita di lihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna18. Konsep

dasar dari tradisi ini adalah “tanda” yang merupakan stimulus

menandakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain – misalnya adanya asap menandakan adanya api19. Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang memiliki arti “tanda” atau “seme” yang berarti “penafsir tanda.

Menurut Ferdinand de Saussure, semiologi merupakan ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat, untuk kemudian menunjukkan proses pembentukan tanda serta kaidah yang mengaturnya. Tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna yang melingkupinya. Dalam pemikiran Saussure, sebuah tanda terdiri dari dua hal yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Signifier adalah citra bunyi atau aspek material dari sebuah tanda atau bahasa (apa yang didengar, dibaca, atau dikatakan), sedangkan signified merupakan konsep atau gambaran mental dari tanda 20.

Charles Sanders Pierce membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Ikon adalah sebuah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau

18

. Hoed, Benny H., Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Jakarta : Komunitas Bambu, 2011). p.3

19

Littlejohn W., Stephen. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009). p.53-54

20

(40)

18

berdasar pada acuan kemiripan (misal : potret dan peta). Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara petanda dengan penanda (misalnya : adanya asap pasti karena ada api). Sebuah simbol dijelaskan oleh Pierce sebagai hubungan alamiah antara penanda dan petanda yang bersifat arbiter atau semena dan hubungan di antara keduanya berdasarkan konvensi (kesepakatan/perjanjian) masyarakat (misal : merah dalam konteks tertentu artinya berhenti)21.

Roland Barthes adalah seoranga pemikir pascakulturalis yang aktif mempraktekkan model linguistik Saussure. Dalam semiologinya ia berusaha membuat model makna yang sistematis dan memperhatikan faktor di luar tanda. Baginya, semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to

sinify) berarti bahwa suatu objek tidak hanya membawa informasi

dalam berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda22.

Semiotika jika diterapkan dalam tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti sendiri, mereka mengemban arti

(significant) dalam kaitannya dengan pembaca. Pembaca itulah yang

mengkaitkan tanda dengan apa yang ditandakan (signified) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Sebuah teks

21

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009) p.41-42

22 Littlejohn W., Stephen. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication. (Bandung : PT.

(41)

19

apakah itu puisi, surat, makalah, iklan, cerpen, komik, pidato, dan

semua hal yang mungkin menjadi “tanda” dapat dilihat dalam aktivitas

penanda. Aktivitas tersebut yakni suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda, yang menghubungkan objek dan interpretasi23.

Apa yang dikomunikasikan oleh Efek Rumah Kaca melalui lagu-lagu yang dibawakan dapat kita kategorikan sebagai teks. Teks tersebut berupa lirik lagu yang telah mereka ciptakan, dimana mereka dipengaruhi oleh lingkungan ataupun pengalaman yang ada. Band ini juga menggunakan kata-kata yang lugas serta familiar di kalangan masyarakat. Namun dalam beberapa bagian, band indie ini menggunakan kalimat kiasan yang memperhalus makna. Seperti pada

penggalan lirik dalam lagu berjudul “Jalang” berikut ini :

Siapa yang berani bernyanyi

Nanti akan dikebiri

Siapa yang berani menari

Nanti kan dieksekusi”

Lagu ini sebenarnya menggambarkan tentang ketidaksetujuan beberapa kalangan masyarakat terhadap pembentukan Undang-undang Antipornografi. Alih-alih menggunakan kalimat lugas ataupun memiliki arti yang mendekati maksud sebenarnya, mereka menggunakan kata-kata yang halus dengan makna berbeda.

23

(42)

20

Dalam kajian semiotika, arti sebuah kata dalam pergaulan sosial ditentukan oleh hasil tawar-menawar yang tiada henti. Sebuah kata juga merupakan sebuah simbol, sebab keduanya sama-sama menghadirkan sesuatu yang lain. Setiap kata pada dasarnya bersifat konvensional dan tidak membawa maknanya sendiri secara langsung bagi para pembaca maupun pendengarnya (kecuali kata anomatopoik, misalnya kata-kata yang menggambarkan suara kucing, senapan, dsb). Seseorang yang berbicara pada hakikatnya telah merangkai pola-pola makna secara tak sadar melalui kata-kata. Pola ini terbentuk atas dasar konteks hidup dan sejarah pembicara. Di sinilah kajian semiotik pada teks berjalan.

Pada proses pemaknaan, sebuah kata memiliki makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang biasa kita temukan dalam kamus (definisi objektif). Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Makna konotatif adalah makna yang ditimbulkan dengan segala gambaran, ingatan dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata (makna subjektif/emosional). Menurut Harimurti Kridalaksana, makna konotasi

(connotation, evertone, evocatory) adalah aspek makna sebuah atau

(43)

21

timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)24.

Roland Barthes, menggunakan konsep connotation Hjemslev untuk menyingkap makna-makna yang tersembunyi. Konsep ini menetapkan dua cara pemunculan makna yang bersifat promotif, yaitu denotatif dan konotatif. Pada tingkat denotatif, tanda-tanda itu mencuat

terutama sebagai makna primer yang “alamiah”. Namun pada tingkatan

konotatif, di tahap sekunder, muncullah makna yang ideologis. Dalam kajian semiotik Barthes pula, untuk memaknai sebuah tulisan seorang peneliti menganggap bahwa sang pengarang sudah mati (author was die). Mallarne (Perancis) adalah orang pertama yang memahami dan memikirkan pentingnya menyingkirkan pribadi ini. Bagi Mallarne, termasuk bagi Roland Barthes, bahasalah yang berbicara bukan pengarang25.

Sebelumnya, analisis semiotik dalam memaknai lirik lagu telah dilakukan oleh Fahmi R. Hidayat (02220168) pada tahun 2008 lalu. Dalam penelitiannya, ia memaknai lirik lagu “Satu Sisi” milik Dewa 19 dalam album “Pandawa Lima”. Lagu ini menceritakan tentang

perjalanan seseorang dari keterpurukan menuju kehidupan yang lebih baik. Fahmi memenggal lirik lagu menjadi beberapa leksia lalu memaknainya. Untuk menyeimbangkan objektivitas dan subjektivitas peneliti, ia melakukan komparasi dengan sejarah dari Dewa 19 yang

24 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009). p.263 25

(44)

22

dulu para personilnya pernah terjerat dalam obat-obatan terlarang atau narkoba26. Dalam semiotika sebuah lirik yang diperdengarkan melalui lagu, ditafsirkan oleh para pendengar mengacu pada suatu kenyataan.

F. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan diri untuk meneliti tanda-tanda semiotika yang berupa kalimat-kalimat dalam lirik lagu, yang nantinya akan menunjukkan bagaimana makna kritik politik dalam lirik lagu karya band indie Efek Rumah Kaca.

G. Metode Penelitian

G.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe kualitatif-interpretatif dengan pendekatan analisis semiotika. Mengacu pada teori Roland Barthes, diharapkan dapat digali lebih dalam beberapa kajian tanda yang mewakili tujuan penelitian. Berbekal struktur dikotomi denotasi dan konotasi, akan didapatkan beberapa tanda dan akan ada beberapa pemaknaan dari tanda tersebut yang sama halnya merujuk kembali pada tujuan penelitian ini.

G.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah lirik-lirik lagu yang ada dalam album “Efek Rumah Kaca” yang diproduksi pada tahun 2007 dan

26

Hidayat R., Fahmi. 2008. Skripsi : Makna Perjalanan Manusia Dari Keterpurukan Menuju

Kehidupa Ya g Lebih Baik (A alisis “e iotik Lirik Lagu “atu “isi Dewa 19 dala Albu

(45)

23 “Kamar Gelap” yang diproduksi pada tahun 2008 karya band indie

Efek Rumah Kaca. Dalam penelitian ini tidak semua lirik akan diteliti ataupun diinterpretasikan. Peneliti akan memilih potongan-potongan lirik tertentu yang dianggap memunculkan tanda-tanda yang dapat dimaknai. Penentuan potongan-potongan lirik tersebut berdasarkan pada interpretasi peneliti yang didasari oleh kemampuan peneliti dalam interpretasi makna yang menggambarkan politik Indonesia.

Dari 24 lagu yang terdapat di kedua album tersebut (masing-masing album memuat 12 lagu), peneliti memilihi 4 (empat) lagu yang mewakili batasan dari penelitian ini sendiri. Peneliti beralasan 4 (empat) lagu mencakup tema yang sama yaitu mengenai situasi politik di Indonesia. Lagu-lagu tersebut adalah :

1. Jalang (dalam album “Efek Rumah Kaca”) 2. Hilang (dalam album “Efek Rumah Kaca”) 3. Di Udara (dalam album “Efek Rumah Kaca”) 4. Mosi Tidak Percaya (dalam album “Kamar Gelap”) G.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi 2 (dua) cara, yaitu :

G.3.1. Data Primer

(46)

24

G.3.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kepustakaan yang ada, baik berupa buku, jurnal, internet, maupun artikel yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

G.4. Teknik Analisis Data

Dalam teorinya, Roland Barthes menggunakan metode writely

teks untuk menilai suatu teks dari segi produksi makna oleh pembaca,

[image:46.595.156.534.483.658.2]

yaitu apa yang telah ditulis oleh pengarang. Menurut Barthes, seorang pembaca bukan hanya bertindak sebagai konsumen namun juga produsen teks. Sehingga teks kemudian menjadi terbuka dengan segala kemungkinan. Pembaca dapat melakukan interpretasi terhadap suatu karya. Peta teori Barthes digambarkan sebagai berikut :

(47)

25

Awalnya, teks dipisah-pisah menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) tertentu sehingga pengarang tidak lagi menjadi pusat perhatian

(author was die). Sehingga kita tidak lagi terpusat pada pencarian

makna yang (mungkin) disembunyikan, tetapi bagaimana pembaca memproduksi makna tersebut27. Setelah pemaknaan per-kalimat selesai, peneliti memberi makna secara keseluruhan bait lalu seluruh lagu. Dan sebagai bentuk validitas kualitatif, peneliti akan menyajikan data tambahan yang mendukung pemaknaan oleh peneliti. Data ini berupa buku maupun potongan artikel, dimana artikel yang dipilih merupakan artikel yang dimuat oleh sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (misalnya : e-newspaper, jurnal, dll).

27

Gambar

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN.........................
Gambar 1. Peta Teori Roland Barthes

Referensi

Dokumen terkait

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik

We will certainly offer the best means and also recommendation to get guide 100 Edible Mushrooms By Michael Kuo Even this is soft data book, it will be simplicity to lug 100

Aplikasi ini berisi menu Login, Cari Data Guru, Data siswa, Data Guru, Input Data Guru, Iinput Data Diswa, Unggah Jadwal Mengajar, Unggah Jadwal Mata Pelajaran,

§ Melakukan perawatan badan dengan sauna § Menggunakan minyak atsiri untuk perawatan spa § Menggunakan aromaterapi pada perawatan spa § Merawat kulit wajah pada spa dengan tehnologi

Berdasakan pernyataan salah satu wali nagari Kamang Magek bahwa besarnya luas panen di Kabupaten Agam dari tahun 2012 hingga 2016 disebabkan karena berbagai

PENYEDIA BARANG PENGADAAN LANGSUNG JASA PUBLIKASI DI MEDIA ONLINE BAGIAN HUM AS SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TA.2015. Pejabat pengadaan Barang/ Jasa kegiatan APBD

Penyandingan ‘urf dengan living law sebagai sumber hukum dengan pertimbangan bahwa secara sosiologis dan kultural hukum Islam adalah hukum yang mengalir dan telah

Saat saya menghadapi anggaran waktu audit yang ketat, saya melakukan underreporting of time atau tidak membebankan seluruh waktu yang seharusnya digunakan untuk