• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Remaja"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Remaja

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Fajeria Rima Humaira NIM: 201210230311094

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup Remaja

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Fajeria Rima Humaira NIM: 201210230311094

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunianya yang berlimpah bagi seluruh umat manusia, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas penelitian akhir yang berjudul “Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan

Hidup Remaja” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kelulusan sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa pula shalawat dan salam pada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi cahaya untuk menerangi dunia ini.

Dalam menjalankan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam hal apapun, baik itu berupa motivasi, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Untuk itulah pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si dan Bapak Ari Firmanto, S.Psi., M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta arahan yang sangat berguna hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Mohammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan motivasi penulis dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak mencurhakan ilmunya kepada

penulis selama perkuliahan.

5. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

6. Orang tua yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menjalankan kehidupan penulis. Serta tidak pernah lelah untuk membiayai kehidupan penulis.

7. Kakak, adik, dan keluarga penulis yang selalu memberi semangat dan menjadi sumber semangat dalam mengerjakan skripsi.

8. Teman sepermainan (Selvi, Vivi, Alif, Riri, Winda, Bintari, Iqbal, dan Nasrudin) yang selalu membantu dan mendengarkan semuanya.

9. Teman SMA yang selalu menanyakan kabar skripsi penulis.

10. Teman pejuang skripsi yang berganti nama menjadi preview DOTS dan teman psikologi B 2012 yang menjadi motivasi penulis dalam mengerjakan skripsi.

11. Para pemain basket rektor cup yang menghibur saat suntuk.

12. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang membantu dan memberikan motivasi pada penulis dalam mengerjakan skripsi

Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas kontribusi yang telah mereka

berikan dan selalu penulis haturkan do’a untuk keselamatan dan kesuksesan bagi kita semua.

(6)

iv

diharapkan kritik dan saran yang membangun dapat diberikan kepada penulis. Walaupun demikian, diharapkan isi dari skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca.

Malang, 30 April 2016 Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 4

Kebermaknaan Hidup ... 4

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebermaknaan Hidup... 5

Aspek - Aspek Kebermaknaan Hidup ... 6

Kebermaknaan Hidup Pada Remaja ... 6

Partisipasi Sosial ... 7

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial ... 8

Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup ... 8

Hipotesa ... 10

METODE PENELITIAN ... 10

Rancangan Penelitian ... 10

Subjek Penelitian ... 10

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 10

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 12

HASIL PENELITIAN ... 13

DISKUSI ... 15

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 17

REFERENSI ... 19

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 11

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 12

Tabel 3. Karakteristik Subjek ... 13

Tabel 4. Korelasi Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup ... 13

Tabel 5. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup ... 14

Tabel 6. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan kebermaknaan Hidup Berdasarkan Usia .. 14

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blue Print Skala Skala Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup ... 23

Lampiran 2. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala Partisipasi Sosial dan Skala Kebermaknaan Hidup... 27

Lampiran 3. Skala Penelitian ... 32

Lampiran 4. Hasil Analisis Data ... 38

Lampiran 5. Uji Asumsi ... 40

(10)

1

PARTISIPASI SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP REMAJA

Fajeria Rima Humaira

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

rimahumaira@gmail.com

Pencarian jati diri merupakan salah satu tugas perkembangan remaja. Banyak remaja yang masih bingung mengenai jati dirinya sehingga dapat membuat remaja tidak memiliki arah tujuan hidup yang jelas. Hal ini menyebabkan remaja merasa putus asa dan tidak memiliki makna hidup. Kebermaknaan hidup merupakan penghayatan individu seberapa besar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Salah satu faktor yang membuat remaja dapat merasakan kebermaknaan hidup adalah partisipasi sosial. Partisipasi sosial adalah keterlibatan individu pada kelompok sosial. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup pada remaja. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasional yang dilakukan pada 350 mahasiswa dengan menggunakan teknik quota sampling dan menggunakan instrumen Meaning in Life Questionniare (MLQ) dan Social Participation Scale. Teknik analisa data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup pada remaja. Koefisien korelasi (r) = 0,555 dan probability error (p) = 0,000. Jadi semakin tinggi partisipasi dalam kegiatan sosial mahasiswa maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidupnya.

Kata Kunci: Partisipasi Sosial, Kebermaknaan Hidup, Remaja.

The search for identity is one of the tasks of adolescent development. Many adolescents are still confused about their identity so that it can make them do not have a clear direction of life goals. This leads them to feel hopeless and have no meaning of life. Meaningfulness of life is an appreciation of how much individuals develop the potential within. One of the factors that makes them can experience the meaningfulness of life is social participation. Social participation is an involvement of individuals in a social group. The purpose of this study is to uncover the correlation between social participation and meaningfulness of life in adolescents. This study used a correlational quantitative research conducted on 350 college students using a quota sampling technique and instruments of Meaning in Life Questionnaire (MLQ) and Social Participation Scale. The technique of data analysis was using a product moment correlation. The results showed that there was a positive and significant correlation between social participation and meaningfulness of life in adolescents. The correlation coefficient was (r) = 0.555 and the probability of error was (p) = 0,000. So, the higher the student's participation in social activities, the higher the meaningfulness of life.

(11)

2

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini banyak perubahan yang terjadi pada remaja seperti perubahan pada fisik dan psikis yang akan membuat remaja bingung karena mereka dihadapkan pada banyak perubahan dan pilihan. Orang tua mewariskan sifat yang masih mempengaruhi pikiran dan perilaku selama masa remaja, tapi pada masa remaja gen berinteraksi dengan kondisi-kondisi sosial dunia remaja dengan keluarga, teman sebaya, persahabatan, kencan, dan pengalaman-pengalaman sekolah. Pemikiran-pemikiran remaja lebih abstrak dan idealis, karena seorang remaja mengalami beribu-ribu jam interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan guru dalam 10 – 13 tahun terakhir masa perkembangan (dalam Santrock, 2002). Pada masa remaja, seorang remaja dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari masa kanak-kanak, remaja memiliki tugas yang harus dipenuhi dalam perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah mencari identitas atau mencari jati diri. Pencarian jati diri pada masa remaja bisa mengarah pada identitas yang stabil atau identitas yang kacau. Seperti yang dikatakan tadi, pada masa remaja ini memiliki banyak pilihan bagi remaja. Remaja yang mencoba-coba pilihan dengan tidak disertai tanggung jawab dalam pengambilan keputusannya akan mengalami kekacauan identitas. Dampak dari kekacauan identitas akan membuat remaja menjadi cemas, bimbang, dan hampa. Tidak menutup kemungkinan dampak dari kekacauan identitas akan membuat remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang tuanya ataupun orang terdekat, bahkan dapat merusak masa depan remaja itu sendiri.

Generasi penerus suatu bangsa adalah remaja, pada remaja-remaja bangsalah seperti budaya, adat istiadat, dan norma-norma diwariskan. Bangsa yang berkembang dan maju haruslah memiliki generasi penerus yang memiliki tujuan hidup jelas dan terarah. Pengalaman yang dirasakan remaja akan membuat remaja lebih baik dalam mengambil keputusan, karena semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seorang remaja, maka mereka banyak juga mencoba berbagai solusi untuk menyelesaikan suatu masalah. Tujuan hidup yang jelas akan didapatkan dari kematangan berpikir. Seorang remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan tujuan menemukan identitasnya, yaitu dengan usaha menghayati dan menemukan peran sebagai dirinya sendiri. Hal tersebut membuat seorang remaja mengetahui fungsi dan perannya di masyarakat (dalam Andaritidya, 2007). Menentukan arah dan tujuan hidup sendiri adalah salah satu cara untuk mencapai kebermaknaan hidup.

(12)

3

remaja, kenakalan remaja banyak terjadi seperti perkelahian antar remaja, penggunaan narkoba, melakukan hubungan intim sebelum menikah, pembunuhan, dan bunuh diri.

Pada tahun 2012, angka bunuh diri di negara bagian Australia Barat mencapai 336 jiwa. Angka ini terus meningkat jika dilihat dari data angka bunuh diri pada tahun 2006. Studi terakhir The

ombudsman’s office dari 36 angka bunuh diri pada usia 13 - 17 tahun

(http://www.kompasiana.com). Angka bunuh diri di kalangan muda Amerika Serikat meningkat

secara dratis selama kurun waktu 6 tahun terakhir. Tingkat bunuh diri di kalangan gadis remaja yang berusia antara 10 hingga 24 tahun di Amerika Serikat terus mengalami peningkatan bahkan melebihi tingkat bunuh diri di kalangan laki-laki. Berdasarkan laporan itu ditemukan bahwa tingkat bunuh diri di kalangan perempuan muda pada tahun 2013 lalu adalah 3.4 per 100 ribu orang. Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan tahun 2007 yakni 2.2 per 100 ribu orang (http://dunia.rmol.co). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia tahun 2015 bunuh diri di sejumlah negara merupakan penyebab kematian nomor dua pada penduduk usia 15 - 29 tahun. Data WHO tahun 2015 mencatat, setiap tahunnya terdapat 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri (http://nationalgeographic.co.id).

Perilaku-perilaku tersebut dampak dari remaja tidak memiliki arah tujuan hidup yang jelas dan terarah. Fenomena alkoholisme, kenakalan remaja, keinginan untuk berkuasa, keinginan yang berlebihan terhadap uang, keinginan untuk bersenang-senang, bahkan perilaku seks yang tidak sehat merupakan bentuk kompensasi individu atas kevakuman eksistensi, begitupula dengan kasus bunuh diri. Kevakuman eksistensi adalah perasaan menderita atau kehilangan disebabkan tidak adanya lagi pedoman yang dapat mengarahkan hidupnya. Bila kevakuman eksistensi ini berkelanjutan dapat membuat individu kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa hidup ini tidak ada artinya (Frankl, 2003 dalam Andaritidya, 2007). Perasaan kevakuman eksistensi membuat remaja sulit untuk memenuhi tugas perkembangannya. Namun tidak semua remaja kurang bisa menghargai kehidupannya, ada juga yang dapat memaknai hidupnya sebagai sesuatu yang bermakna dan berarti. Contohnya komunitas ini diwakili oleh 10% mahasiswa yang tidak memiliki kecenderungan hura-hura di mana mereka umumnya memiliki peran sebagai pemimpin dan aktivis. Kedua kelompok ini terdiri dari sekumpulan individu yang dibentuk untuk mempunyai tujuan hidup yang jelas baik itu tujuan jangka panjang maupun pendek dan mampu merasakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai (Santoso, 2005 dalam Andaritidya, 2007).

(13)

4

Partisipasi sosial sangat penting untuk setiap individu, karena partisipasi sosial menjadi pusat kualitas hidup dan kesejahteraan serta dianggap sebagai prasyarat untuk membangun dan mengembangkan self-esteem, self efficacy dan social support (Gilmour, 2012). Individu yang mengikuti partisipasi sosial bukan hanya mendapatkan kesenangan, namun juga memberikan manfaat untuk kesehatan fisik dan mental seorang individu, dengan melakukan suatu kegiatan secara bersama memberikan kontribusi untuk kesejahteraan emosional mereka. Bertambahnya usia seorang individu, maka partisipasi sosial individu tersebut akan mengalami penurunan. Sehingga ketika partisipasi sosial menurun, maka seseorang cenderung lebih sulit untuk menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kualitas hidup (Novek dkk, 2013). Partisipasi sosial akan memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi individu, dimana dengan melakukan partisipasi sosial seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan sosialnya (Musai dkk, 2014).

Dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup remaja pada saat ini, dengan demikian masyarakat dapat memiliki gambaran bagaimana remaja mendapatkan kebermaknaan hidupnya melalui partisipasi sosial. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua pihak agar dapat membantu remaja yang sedang mencari jati diri atau identitasnya tidak terperosok pada jalan yang tidak diinginkan seperti hidup dengan sikap konsumtif dan hedonis karena remaja adalah masa depan sebuah bangsa atau generasi penerus.

Kebermaknaan Hidup

Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu seberapa besar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri dan seberapa tinggi individu membuat hidupnya bermakna (Frankl, 2003; Crumbaugh & Maholick, dalam Lestari, 2007). Menurut Steger (dalam Hawarita, 2014) kebermaknaan atau makna hidup adalah ketika mereka memahami diri mereka sendiri dan dunia, pemahaman mereka yang unik dihubungkan dengan dunia dan diidentifikasikan dalam perjalanan kehidupan mereka.

(14)

5

Menurut Harre dan Lamb (dalam Wardani, 2012) masa remaja merupakan fase idealisme. Pada fase ini patokan dan nilai-nilai moral masyarakat diteliti, ditantang, bahkan ditolak. Masa transisi dan idealisme inilah yang membawa remaja pada pencarian jati diri, siapa dirinya yang sebenarnya, hingga pada suatu pertanyaan apakah yang menjadi kebermaknaan hidupnya. Peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan kepekaan mereka terhadap perubahan sosial-historis di pihak lain, maka pencarian identitas pada masa remaja dapat mengarah pada identitas yang stabil, atau sebaliknya suatu kekacauan peranan atau identitas (Hall, 1993).

Banyak remaja akhir yang mengalami krisis identitas yang berujung pada ketidakmampuan remaja untuk memaknai hidupnya. Hal tersebut terkait dengan storm and stress yang dilalui pada masa remaja, yakni kondisi sulit menyesuaikan diri, mudah mengalami konflik, merasa bingung, tidak menentu, cemas, putus asa, depresi, kacau, dan tidak memiliki pegangan yang disebabkan oleh perubahan fluktuatif, baik pada lingkungan fisik maupun sosial (dalam Wardani, 2012). Furter (dalam Monks dkk, 2001) bahwa remaja akhir telah mampu menginternalisasikan penilaian moral dan menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri. Rumke (dalam Monks dkk, 2001 juga menegaskan bahwa moral yang telah terbentuk menjadikan remaja mampu membedakan baik dan buruknya sesuatu hal. Seorang remaja yang bermoral akan memiliki pandangan religius yang berarti mendasarkan segala urusan pada Tuhan. Penyerahan diri kepada Tuhan akan membuat kehidupan remaja menjadi penuh makna. Hal ini berarti bahwa seorang remaja akhir yang memiliki kebermaknaan hidup telah mempunyai tingkat religiusitas yang baik dan bermoral.

Faktor-Faktor Kebermaknaan Hidup

Faktor‐faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup menurut Bastaman (1996) mengemukakan ada tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai‐nilai yang memungkinkan seseorang untuk menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai‐nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai ini adalah :

1. Creatives values (nilai‐nilai kreatif), yaitu kegiatan berkarya, bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik‐baiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. Dengan memiliki pekerjaan kita akan lebih merasa berarti daripada tidak sama sekali. Sifat positif dan mencintai pekerjaan itu serta cara bekerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaannya yang akan membuat kita menemukan makna hidup.

(15)

6

kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif meskipun individu tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif.

3. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap), yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal tragis yang tidak mungkin dielakkan lagi dapat mengubah pandangan kita yang semula diwarnai penderitaan semata-mata menjadi pandangan yang mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu. Penderitaan memang akan dapat memberikan makna dan guna apabila kita dapat mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik lagi.

Aspek - Aspek Kebermaknaan Hidup

Menurut Steger (2006) aspek-aspek kebermaknaan hidup ada dua, yaitu: 1. Aspek presence of meaning

presence of meaning adalah salah satu aspek yang menekankan pada perasaaan yang bersifat subjektif dan individual mengenai makna hidup yang dimiliki oleh seseorang. Makna hidup bersifat khusus, berbeda dan tidak sama dengan makna hidup orang lain serta dipengaruhi oleh waktu.

2. Aspek search of meaning

search of meaning adalah aspek yang menekankan pada dorongan dan orientasi seseorang terhadap penemuan makna dalam kehidupannya untuk tetap melanjutkan pencarian makna dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan menderita. Pencarian makna hidup merupakan satu hal yang dapat melahirkan kebermaknaan hidup pada seseorang dalam berbagai kondisi.

Kebermaknaan Hidup Pada Remaja

(16)

7 Partisipasi Sosial

Dalam partisipasi sosial memiliki 5 konsep yang peting yaitu individu yang terlibat didalam partisipasi sosial (who), keterlibatan dalam suatu aktifitas (how), ketersediaan interaksi (what), interaksi dengan orang lain (whom), dan interaksi di masyarakat atau komunitas. Partisipasi sosial adalah keterlibatan individu dalam kegiatan yang berupa interaksi dengan orang lain dalam komunitas hingga masyarakat (Levasseur, Piskur dkk, 2013). Partisipasi sosial memiliki 6 level yaitu:

1. Mempersiapkan aktifitas yang akan dilakukan dengan orang lain 2. Dikelilingi oleh orang lain

3. Berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya kontak fisik (meningkat pada interaksi media) 4. Melakukan aktifitas dengan orang lain

5. Menolong orang lain

6. Berkontribusi dalam komunitas.

Partisipasi sosial dapat dimulai dari kelompok terkecil seperti pada saat bekerja dengan kelompok kecil, keterlibatan dalam suatu kegiatan amal, atau dalam suatu event besar serta keterlibatan dalam kegiatan sosial. Secara kesuluruhan, konsep utama pada partisipasi sosial ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, serta menunjukkan kontribusi sumber daya yang diberikan kepada masyarakat, dan menerima sumber daya dari masyarakat (Levasseur 2010, dalam Mars 2008). Pada dasarnya dalam partisipasi sosial, terjadi hubungan timbal balik baik secara materi maupun psikologis.Partisipasi sosial dilakukan dengan sukarela dengan bergabung dalam suatu kelompok-kelompok.Kelompok-kelompok tersebut bisa dalam kelompok-kelompok.Kelompok-kelompok politik seperti ikut berpartisipasi dalam pemilu, kelompok kesehatan seperti ikut berpartisipasi di puskesmas, dan kelompok sosial seperti mengikuti bakti sosial.

Selain itu, Cicognani dkk (2008) mengatakan bahwa partisipasi sosial sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan pembebasan, pemberdayaan dan pergerakan sosial. Sehingga partisipasi sosial merupakan suatu keterlibatan individu yang didalamnya terdapat suatu interaksi dengan orang lain yang dapat dimulai dalam suatu kelompok kecil hingga meluas pada kelompok besar. Sehingga peran individu dalam suatu kegiatan kelompok dan frekuensi dalam mengikuti suatu kegiatan tersebut dapat mempengaruhi bagaiamana partisipasi sosial yang dimiliki oleh individu. Hal tersebut dapat mempengaruhi keterlibatan inidvidu dalam suatu kegiatan kelompok yang bermula dari kelompok kecil (teman atau kerabat), kemudian meluas pada komunitas hingga kelompok besar (masyarakat). Oleh karena itu, partisipasi sosial diyakini memiliki unsur-unsur yang menyenangkan karena dapat meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain. Menurut Gilmour (2012) keterlibatan seseorang dalam partisipasi dapat dilihat dari frekuensi mereka mengikuti partisipasi sosial tersebut. Frekuensi ini dapat dilihat dari sehari sekali, sebulan sekali, setahun sekali atau tidak pernah. Frekuensi tersebut dilihat dari partisipasi individu dalam 1 tahun terakhir. Terdapat beberapa kegiatan partisipasi sosial yang dapat dilihat frekuensinya dalam waktu mingguan yaitu partisipasi sosial dalam:

1. Aktivitas keluarga atau teman baik diluar maupun didalam rumah. 2. Kegiatan keagamaan.

(17)

8

4. Rekreasi bersama orang lain, hobi dan melakukan permainan.

Kemudian untuk kegiatan partisipasi sosial yang dapat dilakukan dalam frekuensi bulanan yaitu aktivitas tentang:

1. Pendidikan dan budaya.

2. Layanan klub dan aktivitas organisasi persaudaraan.

3. Aktivitas lingkungan, komunitas, atau asosiasi professional. 4. Kegiatan sukarelawan dan kegiatan amal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terlibat dalam partisipasi sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat. Faktor tersebut dapat menjadi sebuah pendukung dari keberhasilan suatu organisasi dan sebaliknya juga dapat menghambat dari suatu organisasi tersebut. Menurut Angell (dalam Ross, 1967) partisipasi sosial yang berkembang di lingkungan masyarakat dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial yaitu sebagai berikut:

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam terlibat pada suatu kegiatan masyarakat yang ada dilingkungannya. Mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia lainnya. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap.

2. Jenis Kelamin

Nilai kultur yang ada menganggap bahwa perempuan tempatnya berada di dapur bukan diluar rumah. Namun, dengan adanya emansipasi yang telah ada membuat peranan perempuan saat ini telah bergeser. Sehingga jenis kelamin ini juga mempengaruhi dari partisipasi sosial. 3. Pendidikan

Terdapat beberapa hal yang menjadikan pendidikan merupakan syarat mutak dalam berpartisipasi sosila. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Pekerjaan dengan penghasilan baik akan mendorong seseorang untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat yang ada di lingkungannya. Sehingga untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat, maka harus didukung dengan perekonomian yang baik pula. 5. Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang yang tinggal dalam lingkungannya dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut maka akan berpengaruh pada partisipasi sosial yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Semakin lama individu tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup

(18)

9

diketahuinya. Hal tersebut justru membuat remaja rawan terjerumus untuk mencoba - coba hal yang negatif seperti perkelahian remaja, penggunaan narkoba, bahkan pembunuhan. Akan tetapi, tidak semua remaja melakukan hal-hal negatif yang merugikan dirinya dan orang lain. Banyak hal positif yang didapat dari hal-hal yang dilakukan remaja untuk mendapatkan jati diri. Pada kehidupan sehari-hari remaja lebih senang berkumpul dan berinteraksi dengan teman-temannya, karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas secara bersama-sama. Interaksi tersebut seperti mengikuti organisasi keolahragaan, belajar kelompok, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitar.

Partisipasi sosial merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat bagi remaja dan dapat membantu remaja untuk mendapatkan jati diri. Kebutuhan remaja untuk bersosialisasi dan membangun relasi dengan orang - orang yang ada di lingkungannya membuat remaja meningkatkan interaksi sosial remaja di dalam lingkungannya sehingga partisipasi sosial akan sangat penting untuk dilakukan. Partisipasi sosial akan memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi individu, dimana dengan melakukan partisipasi sosial seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan sosialnya (Musai dkk, 2014). Partisipasi sosial akan membuat remaja melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dari kegiatan partisipasi sosial, remaja akan mendapatkan banyak pengalam dalam hidupnya. Nilai-nilai pengalaman dapat mempengaruhi pemenuhan kebermaknaan hidup remaja. Individu dapat memenuhi arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan Bastaman (dalam Pratiwi, 2011). Banyaknya pengalaman yang didapatkan oleh remaja akan mempermudah remaja mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Bastaman (dalam Satyaningtyas, 2011) menjelaskan keberhasilan individu mengembangkan penghayatan hidup bermakna dilakukan dengan menyadari dan mengaktuialisasikan potensi-potensi kualitas insani melalui berbagai kegiatan yang terarah pada pemenuhan makna hidup.

Menurut Bastaman (1996) faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kebermaknaan hidup salah satunya adalah interaksi sosial salah satu ciri - ciri penghayatan hidup secara bermakna adalah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam arti menyadari batasan - batasan lingkungan, tetapi batasan-batasan itu tetap dapat menemukan sendiri apa yang paling baik untuk dilakukan. Lingkungan sosial mempunyai peran yang sangat besar dan berarti bagi diri indivudu. Peran individu di lingkungannya begitu berpengaruh pada daya cipta, daya mobilitas, dan juga berpengaruh pada bagaimana ia dapat menerima orang lain di sekitarnya. Individu yang berperan aktif dilingkungan sosialnya seperti sering mengikuti kegiatan keagamaan, melakukan kegiatan olahraga dengan teman, melakukan kegiatan rekreasi dengan sahabat, sampai menjadi relawan untuk membantu orang-orang terkena bencana alam adalah individu yang dapat berperan penuh dan diterima dengan baik oleh lingkungannya akan merasakan bahagia dan juga penuh semangat melakukan hal-hal untuk kemajuan lingkungan masyarakatnya (Schultz dalam Dyanita, 2010).

(19)

10 Hipotesa

Ada hubungan yang positif antara partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup pada mahasiswa. Semakin tinggi partisipasi sosialnya, maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidup seorang mahasiswa.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional, dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang berusia 18 - 21 tahun yang sedang menempuh strata 1. Populasi mahasiswa aktif yang menempuh strata 1 di Universitas Muhammadiyah Malang adalah ± 30.000 orang. Universitas Muhammadiyah Malang memiliki 10 fakultas untuk jenjang strata 1, dengan taraf kesalahan 5% jadi sampel yang diambil untuk penelitian adalah 350 subjek (Sugiyono, 2014). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling, peneliti menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri - ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2014).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji tingkat korelasinya yaitu partisipasi sosial sebagai variabel bebas dan kebermaknaan hidup sebagai variabel terikat. Partisipasi sosial adalah keikutsertaan individu dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat yang dilakukan satu kali atau lebih dengan jangka waktu sebulan ataupun setahun, seperti berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan teman, melakukan kegiatan di lingkungan rumah bersama tetangga, melakukan kegiatan keagamaan, melakukan rekreasi, ikut aktif dalam pelayanan kesehatan, serta turut serta di dalam kegiatan amal dan suka rela (volunter). Sedangkan kebermaknaan hidup adalah upaya individu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya yang didasarkan pada individu merasakan makna dalam hidupnya dan individu selalu mencari makna dalam hidupnya.

(20)

11

Alat ukur ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala ini juga dibutuhkan indikator sebagai tolak ukur dalam pembuatan item-item. Jawaban dari setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2014). Alat ukur ini memiliki 5 variasi respon, yaitu dimulai dengan SS (sangat sering), S (sering), CS (cukup sering), J (jarang), dan TP (tidak pernah). Alat ukur ini juga terdiri dari item favorable dan unfavorable. Item favorable akan mendapat skor 5 jika menjawab pilihan SS yaitu sangat sering, skor 4 jika menjawab pilihan dengan S yaitu sering dan begitu seterusnya. Sedangkan item unfavorable merupakan kebalikan dari item favorable, yaitu akan mendapat skor 5 jika menjawab pilihan TP (tidak pernah), skor 4 jika menjawab pilihan J (jarang) dan begitu seterusnya. Setelah dilakukannya try out, peneliti melakukan validasi dan mendapatkan 10 item yang valid untuk pengambilan data. Setiap item memiliki validitas > 0,30 dan reliabilitas 0,752 yang diperoleh dengan menggunakan metode validasi corrected item-total correlation.

Kebermaknaan hidup dalam penelitian ini diukur dengan Meaning in Life Questionniare (MLQ) yang disusun oleh Michael F. Steger dan Patricia Frazier (2006). MLQ terdiri dari 10 item dengan 2 aspek, yaitu aspek presence of meaning dan search of meaning. Aspek presence of meaning memiliki 5 item (1, 4, 5, 6, dan 9), sedangkan aspek search of meaning juga memiliki 5 item (2, 3, 7, 8, dan 10). Skala ini terdiri dari 10 item yang terdiri dari item favorable dan item unfavorable. Item favorable dalam MLQ ini ada 9 item (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 10), sedangkan item unfavorable adalah item 9.

Alat ukur ini memiliki 7 variasi respon, untuk item favorable yaitu dimulai dengan 1 yaitu tidak benar sama sekali, 2 yaitu sebagian besar tidak benar, 3 yaitu agak tidak benar, 4 yaitu ragu-ragu, 5 yaitu agak benar, 6 yaitu sebagian besar benar, 7 yaitu sangat benar. Sedangkan untuk item unfavorable yaitu dimulai dengan 1 yaitu sangat benar, 2 yaitu sebagian besar benar, 3 yaitu agak benar, 4 yaitu ragu-ragu, 5 agak tidak benar, 6 yaitu sebagian besar tidak benar, 7 yaitu tidak benar sama sekali. Setelah dilakukannya try out, peneliti melakukan validasi dan mendapatkan 10 item yang valid untuk pengambilan data. Setiap item memiliki validitas > 0,30 dan reliabilitas 0,825 yang diperoleh dengan menggunakan metode validasi corrected item-total correlation.

Proses validasi alat ukur, peneliti melakukan uji tryout pada skala partisipasi sosial dan skala kebermaknaan hidup. Diketahui indeks validitas dan indeks reliabilitas didapatkan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

(21)

12

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil tryout dari 30 item skala partisipasi sosial yang diujikan, ada 20 item yang gugur dengan indeks validitas berkisar antara 0,320 – 0,533, sedangkan skala kebermaknaan hidup dari 10 item yang diujikan, tidak ada item yang gugur dengan indeks validitas berkisar antara 0,390– 0,616. Untuk menghitung kedua validitas skala tersebut menggunakan statistik SPSS for windows 2.1.

Table 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Reliabilitas

Skala Partisipasi Sosial 0,752

Skala Kebermaknaan Hidup 0,825

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach alpha yaitu 0,60 atau 60% (Priyatno, 2012). Hal ini membuktikan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang memadai.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur penelitian ini dimulai dengan menyusun instrument penelitian yang berupa skala partisipasi sosial dan skala kebermaknaan hidup sebagai alat ukur untuk mengungkap variabel-variabel yang hendak diukur dalam mendukung pengujian hipotesis dari peneliti. Setelah skala penelitian siap, maka peneliti melakukan uji tryout pada tanggal 14 - 20 Januari 2015 kepada mahasiswa sebanyak 65 orang. Cara penyebaran skala dilakukan peneliti secara individu, yaitu dengan menyebarkan skala pada mahasiswa yang peneliti temui saat itu disekitar Gedung Kuliah Bersama (GKB) 1. Satu orang subjek diberikan dua skala sekaligus kemudian subjek mengisi skala tersebut. Jumlah item skala yang di tryout sebanyak 30 item untuk skala partisipasi sosial dan 10 item untuk skala kebermaknaan hidup, selanjutnya dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan menggunakan uji statistik SPSS for windows 2.1 didapatkan 10 item skala partisipasi sosial dan 10 item skala kebermaknaan hidup yang dinyatakan valid.

(22)

13

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan pada 350 Mahasiswa yang menempuh strata 1 di Universitas Muhammadiyah Malang didapatkan beberapa hasil penelitian pada subjek terkait dengan partisiapsi sosial dan kebermaknaan hidup yang digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Karakteristik Subjek

Kategori Jumlah Prosentase (%)

Usia

Peneliti melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas sebelum melakukan uji kolerasi. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data normal yaitu berada diantara + 2. Sedangkan uji linieritas juga menunjukkan ada pengaruh antara variabel partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan 0.000 < 0.05.

Tabel 4. Korelasi Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup

Koefisiensi Korelasi (r) Indeks Analisis

Koefisien korelasi (r) 0,555

Koefisien determinasi (r²) 0,30

Taraf kemungkinan kesalahan 0,01 (1%)

P (nilai signifikansi) 0,000

Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,555 yang berarti ada hubungan antara partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup. Selain itu, nilai signifikansi (p) dari hasil analisa data menunjukkan 0,000 < 0,01 yang artinya kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif yang signifikan dengan taraf kesalahan (alpha) 0,01.

(23)

14

Tabel 5. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup

Kategori Interval Partisipasi Sosial Kebermaknaan Hidup

Frekuensi % Frekuensi %

Subjek yang memiliki kategori partisipasi sosial rendah lebih banyak dibandingkan dengan kategori partisipasi sosial yang tinggi. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa partisipasi sosial dengan kategori tinggi sebanyak 161 subjek atau (46%), dan kategori partisipasi sosial rendah sebanyak subjek 189 atau (54%). Sedangkan untuk kategori kebermaknaan hidup lebih banyak kategori rendah yaitu sebanyak 197 subjek atau (56,3%) dibandingkan kategori tinggi sebanyak 153 (43,7%).

Tabel 6. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup berdasarkan Usia

Kategori Jumlah

Berdasarkan data skala partisipasi sosial dengan kategori usia menunjukkan bahwa usia 20-21 tahun memiliki partisipasi sosial lebih tinggi daripada usia 18 - 19 tahun. Berdasarkan data skala kebermaknaan hidup dengan kategori usia menunjukkan bahwa usia 20 - 21 tahun memiliki kebermaknaaan hidup lebih tinggi walaupun hanya sedikit daripada usia 18 – 19 tahun.

Tabel 7. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data skala partisipasi sosial dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata tingkat partisipasi sosial laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

(24)

15 DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa terdapat hubungan positif antara partisipasi sosial dengan kebermaknaan hidup pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (r = 0,555 , p = 0,000 < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi sosial yang dilakukan maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidup pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang, begitu juga sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Selain itu, dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa subjek yang mempunyai kategori partisipasi sosial tinggi namun mempunyai kategori kebermaknaan hidup yang rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa partisipasi sosial hanya berpengaruh 30 % (r2 = 0,30) terhadap kebermaknaan hidup, selebihnya 70 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

Hasil penelitian ini yang menemukan bahwa partisipasi sosial mempunyai korelasi positif dengan kebermaknaan hidup, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lubis & Maslihah (2012) bahwa makna hidup dapat diperoleh seseorang salah satunya melalui apa yang ia berikan kepada lingkungan pada kehidupannya. Nilai-nilai kreatif yang dilakukan individu dapat mempengaruhi kebermaknaan hidupnya, karena merasa dirinya bermanfaat dan memiliki arti untuk lingkungannya.

Pada masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, individu merasakan banyak perubahan-perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut tidak hanya perubahan-perubahan fisik, namun terjadi juga perubahan psikologis. Pencarian jati diri adalah salah satu tugas perkembangan remaja, dengan tugas tersebut remaja banyak melakukan interaksi sosial. Menurut Steinberg (2001) interaksi awal remaja adalah interaksi dengan orang tua, kemudian remaja membawa interaksi tersebut ke lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi dalam keluarga. Pada masa remaja lebih banyak membuat individu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dilingkungannya seperti guru, teman sebaya, orang yang lebih dewasa, bahkan anak-anak. Mereka menghabiskan beribu-ribu jam interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan guru dalam 10 – 13 tahun terakhir masa perkembangan (dalam Santrock, 2002).

Teman sebaya dapat membuat banyak pengaruh pada remaja yang sedang mencari jati diri, karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah bersama teman dibandingan waktunya di rumah. Interaksi remaja dengan teman sebayanya tidak hanya terjadi pada saat proses belajar, namun juga pada saat remaja mengikuti ekstrakulikuler. Seringnya remaja bertemu dengan temannya maka membuat remaja mengerti dengan karakteristik setiap temannya. hal tersebut membuat remaja lebih memilih teman yang dapat membuatnya nyaman dan merasa tidak tertekan. Remaja sudah bisa memilih mana yang dianggap sebagai teman dan mana yang dianggap sebagai sahabat. Seperti penelitian Ristianti (2014) bahwa dukungan dari teman sebaya memiliki hubungan positif yang signifikan dengan identitas diri pada remaja. Namun peran keluarga tidak kalah penting dalam pengembangan diri remaja, terbukti dari penelitian Klarin,

(25)

16

Partisipasi remaja dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di lingkungannya dapat membuat remaja lebih mudah untuk bersosialisasi. Partisipasi sosial dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan, seperti kegiatan diluar rumah, kegiatan olahraga atau fisik, kegiatan keagamaan, kegiatan rekreasi, kegiatan pelayanan kesehatan, kegiatan komunitas profesional dan juga kegiatan volunteer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam partisipasi sosial ialah partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, memberikan kontribusi dan menerima sumber daya yang telah dilakukan (Levasseur, 2008). Sumber daya yang diterima dari partisipasi sosial tidak selalu materi, tapi kebanyakan dalam hal psikologis. Oleh sebab itu, partisipasi sosial dilakukan dengan sukarela, meskipun terkadang untuk mengikuti partisipasi sosial tidak selalu berdasarkan keinginan sesndiri namun bisa saja karena ajakan orang lain.

Partisipasi sosial juga erat hubungannya dengan kebermaknaan hidup yang diperoleh dari interaksi sosial. Semakin sering seseorang memberikan kontribusi pada lingkungan sosialnya maka seseorang tersebut akan merasa berarti dalam lingkungannya. Bukan hanya itu, semakin sering seseorang melakukan partisipasi sosial tentunya akan semakin sering juga melakukan kontak sosial sehingga memperoleh dukungan sosial yang nantinya akan meningkatkan kebermaknaan hidup. Dukungan sosial bukan hanya didapatkan dari orang tua ataupun keluarga, tetapi juga dari teman-teman dekat dan lingkungan sekitar. Berdasarkan penelitian Astuti & Budiyani (2010) bahwa ada hubungan positif sebanyak 78,2 % antara dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi sosial berkorelasi positif dengan kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup yang diperoleh remaja berbeda dengan kebermaknaan hidup yang diperoleh orang dewasa, karena kepribadian remaja yang masih belum matang dan pembentukan peran yang belum sepenuhnya terbentuk. Masa remaja merupakan fase transisi yang harus dilalui seseorang sedemikian rupa sehingga status individu menjadi tidak jelas dan mengakibatkan terjadinya kebingungan peran. Periode peralihan ini mengarahkan remaja pada kebebasan untuk menentukan pilihan terhadap gaya hidup, nilai, dan sifat yang pas bagi dirinya.

Pada penelitian ini bentuk partisipasi sosial yang sering diikuti remaja untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya adalah mengikuti kelompok pelayanan kesehatan dan melakukan kegiatan olahraga atau aktifitas fisik dengan orang lain. Pelayanan kesehatan disini bisa berupa mendonorkan darah pada kegiatan-kegiatan donor darah di kampus, melakukan pemeriksaan kesehatan dengan rutin, atau bahkan menjadi panitia dalam kegiatan kesehatan. Selain kegiatan kesehatan, remaja juga sering melakukan kegiatan olahraga atau aktifitas fisik bersama orang lain. Seperti bermain basket, futsal, bahkan jogging bersama. Aspek kebermaknaan hidup yang tinggi pada penelitian ini adalah pencarian makna. Remaja masih banyak mencari pengalaman – pengalam untuk membentuk jati diri dan makna dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya, semakin banyak pengalam yang didapatkan maka akan semakin mudah remaja menemukan apa yang bermakna dalam hidupnya.

(26)

17

masyarakat patriarkis, laki-laki mendapatkan keuntungan-keuntungan yang lebih besar daripada permpuan. Seperti status, penghormatan, kebebasan jasmani, kebebasan mengalami banyak pengalaman untuk mengembangkan diri, serta memiliki keleluasaan untuk menentukan pilihan

maupun mengungkapkan diri. Adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat

yang membedakan kedudukan dan derajat laki-laki dan perempuan, sehinggga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban. Pada umumnya, kaum laki-laki akan lebih berpartisipasi dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi, pada masa remaja seorang individu masih belum menemukan sepenuhnya kebermaknaan hidupnya karena pada masa remaja individu masih mencari peran dalam masyarakat. Walaupun kepribadian remaja akhir menuju dewasa relatif stabil tapi belum matang. Berbeda dengan seorang yang sudah dewasa seperti seorang ibu ataupun seorang ayah yang sudah menemukan peran dilingkungannya. Sehingga sudah mampu untuk menemukan kebermaknaan hidup sepenuhnya, selain itu banyaknya pengalaman yang telah dilalui oleh orang dewasa dapat membuatnya memaknai hidup.

Selanjutnya, data demografis tentang usia, didapatkan hasil bahwa usia 20 - 21 tahun lebih tinggi partisipasi sosial dan kebermaknaan hidupnya dibandingan usia 18 - 19 tahun. Pada faktor usia menjelaskan bahwa mereka yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia lainnya. Faktor usia dapat mempengaruhi seseorang dalam terlibat pada suatu kegiatan masyarakat yang ada dilingkungannya. Seseorang yang memiliki usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial, karena mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap. Hal tersebut semakin menguatkan hasil penelitian ini yang mana jika usia semakin tua maka partisipasi dalam kegiatan sosialnya pun semakin meningkat. Slamet (dalam Dila, 2011) juga mengatakan bahwa terdapat faktor usia yang mempengaruhi suatu partisipasi. Sedangkan untuk kebermaknaan hidup, semakin bertambahnya usia dan pengalaman hidup yang dijalani maka akan semakin membuat seseorang lebih matang dalam berpikir dan bertindak. Sehingga seseorang akan dapat memaknai dan menghayati setiap pengalaman-pengalam hidup yang telah dilalui.

Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil penelitian ini tidak terlalu maksimal, karena saat penyebaran skala peneliti tidak terlalu memperhatikan subjek penelitiannya saat mengisi skala. Dimana ada beberapa subjek yang bingung saat mengisi skalanya. Selain itu, karena dalam pengisian skala dilakukan secara klasikal ada kemungkinan responden mencontek satu dengan yang lainnya. Kelemahan dalam penelitian ini menjadi sebuah masukkan bagi calon penelitian selanjutnya yang mengambil tema penelitian yang sama.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

(27)

18

Adapun sumbangan efektif variabel partisipasi sosial terhadap kebermaknaan hidup sebesar 30% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r² = 0,30) dan sisanya sebesar 70% dipengaruhi oleh variabel lain.

(28)

19 REFERENSI

Alfian, I. N. & Suminar, D. R. (2003). Perbedaan tingkat kebermaknaan hidup remaja akhir pada berbagai status identitas ego dengan jenis kelamin sebagai kovariabel (penelitian terhadap mahasiswa Madura di Surabaya). Jurnal Universitas Airlangga Surabaya, 5, (2).

Accessed on December 29, 2015 from

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02%20Ilham,%20Perbedaan%20Tingkat%20Kebermak naan%20Hidup%20Remaja%20Akhir.pdf.

Astuti, Apri & Budiyani, Kondang. (2010). Hubungan antara dukungan sosial yang diterima dengan kebermaknaan hidup pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Jurnal Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 12. Accessed on December 29, 2015 from http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id

Andaritidya, Amarilys & Mulyati, Rina. (2007). Hubungan antara perilaku prososial dengan kebermaknaan hidup pada mahasiswa. Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta : Paramadina.

Brassai, László., Bettina F. Piko., Michael F. Steger. (2011). Meaning in life: Is it a protective factor for adolescents’ psychological health?. International Journal of Behavioral Medicine, 18, 44–51.

Cicognani, E, dkk. (2008). Social participation, sense of community and social well being: A study on American, Italian and Iranian university students. Soc Indic Res. 89, 97–112 DOI:10.1007/s11205-007-9222.

Dila, F. (2011). BAB II partisipasi masyarakat program percepatan pembangunan. Retrieved

April 11, 2016, from

https://www.academia.edu/5156777/BAB_II_Partisipasi_Masyarakat_Program_Percepata n_Pembangunan.html

Dyanita, F. A. (2010). Kebermaknaan hidup narapidana yang mendapat vonis hukuman seumur hidup di lembaga pemasyarakatan. Skripsi, Program Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fitriani, Amelia. (2015, Maret 6 th). 6 tahun terakhir, tingkat bunuh diri di kalangan remaja as

meningkat. Retrieved September 28, 2015, from

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/bunuh-diri-di-usia-produktif.html

Gilmour, Heather. (2012). “Social participation and the health and well-being of canadian

(29)

20

Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey (1993), Teori-teori psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hawarita, Neva. (2014). Meaning of life (kebermaknaan hidup) pada masyarakat suku laut setelah mengalami konversi agama dari animisme menuju islam. Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.

Humpert, S. (2013). Gender differences in life satisfaction and social participation. Working

paper, 276. Accessed on January 03, 2016 from

http://www.leuphana.de/fileadmin/user_upload/Forschungseinrichtungen/ifvwl/WorkingP apers/wp_276Upload.pdf

Klarin, M. Šašić1, S. S. & Proroković, A. (2012). The contribution of family and peer interaction

to the understanding of self-esteem in adolescents – gender and cultural similarities and differences. Journal of Humanities and Social Science, 2, (2).

Kompasiana. (2015, June 17 th). Meningkatnya angka bunuh diri di kalangan remaja Aborigin

Lestari. (2007). Perbedaan tingkat kebermaknaan hidup ditinjau dari aktivitas dugem di Yogyakarta. Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Levasseur, M. (2008). “Do quality of life, participation and environment of older adults differ according to level of activity?”. Health Qual Life Outcomes. 6, (30).

Lubis, S. M. & Maslihah, Sri. (2012). Analisis sumber-sumber kebermaknaan hidup narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup. Jurnal Psikologi, 11, (1). Accesed on September 28, 2015 from http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/5146.

Maharani, Dian. (2015, September 11 th). Bunuh diri di usia produktif.Retrieved September 28,

2015, from

http://dunia.rmol.co/read/2015/03/06/194404/6-Tahun-Terakhir,-Tingkat-Bunuh-Diri-di-Kalangan-Remaja-AS-Meningkat-.html

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S.R. (2001). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(30)

21

Novek, S., Menec, V., Tran, T., & Bell,. S. (2013). Exploring the impacts of senior centres on older adults. International Journal of Manitoba Seniors and Healthy Aging Secretariat. 22, 129-144.

Pratiwi, Lulun R. (2011). Hubungan kebermaknaan hidup dengan self esteem pada penghuni / siswa pusat rehabilitasi narkoba rumah damai. Skripsi, Program Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ristianti, Amie. (2014). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA pusaka 1 Jakarta. Skripsi, Program Sarjana Universitas Gunadarma, Jakarta.

Ross, Murray G., (1967). Community organization, principle and practice, second edition, New York: Harper and Row Publishers.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development. perkembangan masa hidup edisi kelima jilid II. Jakarta: Erlangga.

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Satyaningtyas, Rahayu & Abdullah, Sri M. (2010). Penerimaan diri dan kebermaknaan hidup penyandang cacat fisik.Skripsi, Program Sarjana Universitas Mercu Buana, Yogyakarta.

Setyarini, Riris & Atamimi, Nuryati. (2011). Self-esteem dan makna hidup pada pensiunan pegawai negeri sipil (PNS). Jurnal Psikologi, 38, (2), 176 – 184.

Soleh, M. 2001. Kebermaknaan hidup mahasiswa reguler dan mahasiswa unggulan universitas islam indonesia. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 7, (11). 53-63.

Steger, M.F. (2006). The meaning in life questionnaire: Assessing the presence of and search for meaning in life. Journal of Counseling Psychology, 53, (1), 80-93.

Steinberg, L. and Morris A.S. (2001). Adolescent development. Arizona: University Arizona.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif dan r & d. Bandung : Alfabeta

Umar, Rona. (2008). Kebermaknaan hidup pada narapidana pembunuhan. Skripsi, Program Sarjana Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

(31)

22

(32)

23

LAMPIRAN I

Blue Print

Skala Partisipasi Sosial

dan

(33)

24 BLUE PRINT

Skala Kebermaknaan Hidup Sebelum Try Out

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

F UF

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

(34)

25 BLUE PRINT Skala Partisipasi Sosial Sebelum Try Out

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

(35)

26 Setelah Try Out

No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

(36)

27

LAMPIRAN II

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas

Skala Partisispasi Sosial dan

(37)

28

Output skala kebermaknaan hidup 1. Validasi pertama

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,825 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 46,57 37,593 ,569 ,803

item2 45,60 40,556 ,509 ,810

item3 45,72 39,360 ,605 ,802

item4 46,43 36,593 ,572 ,803

item5 46,32 40,472 ,469 ,813

item6 47,25 37,470 ,498 ,813

item7 45,75 38,438 ,616 ,799

item8 45,88 38,922 ,519 ,808

item9 49,74 40,821 ,390 ,821

(38)

29

Output skala partisipasi sosial 1. Validasi pertama

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(39)

30 2. Validasi kedua

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,748 13

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 37,42 43,090 ,388 ,731

item2 36,92 41,228 ,452 ,723

item3 37,37 40,080 ,501 ,716

item4 36,54 40,565 ,350 ,738

item7 37,77 41,055 ,542 ,715

item8 36,63 44,768 ,302 ,739

item15 37,28 41,672 ,432 ,725

item18 36,37 43,080 ,253 ,748

item19 37,95 43,357 ,241 ,749

item21 38,29 44,491 ,337 ,737

item25 36,40 43,056 ,298 ,741

item26 35,94 43,277 ,367 ,733

(40)

31 3. Validasi ketiga

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,752 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

item1 28,00 28,313 ,398 ,734

item2 27,51 26,254 ,511 ,717

item3 27,95 26,045 ,491 ,720

item4 27,12 26,547 ,324 ,754

item7 28,35 26,857 ,533 ,716

item8 27,22 29,640 ,320 ,744

item15 27,86 27,371 ,418 ,731

item21 28,88 29,047 ,401 ,735

item26 26,52 28,535 ,369 ,738

(41)

32

LAMPIRAN III

(42)

33

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jl. Raya Tlogomas No. 246 GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM

Kepada Yth. Responden

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya Fajeria Rima Humaira (201210230311094) mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, saat ini sedang melakukan penelitian guna penyusunan skripsi. Pada penyusunan skripsi saya memerlukan data yang akan dianalisis. Berkaitan dengan pemerolehan data penelitian, saya mengharap kesediaan saudara/i untuk membantu memberikan data penelitian dengan cara mengisi kuisioner yang telah saya sediakan. Kuisioner berisikan kesesuaian atau ketidaksesuaian saudara/i dengan pernyataan yang ada. Oleh sebab itu dimohon tidak ragu dalam menjawab setiap pernyataan yang tersajikan, pilih jawaban yang sesuai dengan kondisi saudara/i, dan tidak ada jawaban

benar atau salah pada setiap pernyataan. Semua data yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya

dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(43)

34 Tulislah identitas Saudara/i

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin : (Laki-laki / Perempuan)*

Fakultas :

1. Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada skala 1 terdapat tujuh pilihan jawaban, diantaranya :

2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Saudara/i sesuai dengan keadaan diri Saudara/i dan berilah nomor sesuai pilihan jawaban pada tempat yang telah disediakan.

contoh :

__4__ Saya mengetahui cara belajar yang tepat untuk diri saya.

3. Periksalah kembali jawaban Saudara/i jangan sampai ada yang terlewat.

(44)

35

1. ____ Saya mengerti akan makna hidup saya.

2. ____ Saya mencari sesuatu yang membuat hidup saya terasa bermakna. 3. ____ Saya selalu mencari untuk menemukan makna hidup saya. 4. ____ Hidup saya memiliki tujuan yang jelas.

5. ____ Saya memiliki firasat yang baik mengenai apa yang membuat hidup saya bermakna.

6. ____ Saya telah menemukan tujuan hidup yang memuaskan.

7. ____ Saya selalu mencari sesuatu yang membuat hidup saya terasa berarti. 8. ____ Saya mencari tujuan atau misi untuk hidup saya.

(45)

36

PetunjukPengisian

Skala 2

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan dan pada setiap pernyataan terdapat lima pilihan jawaban di Bagian Pertama, diantaranya:

SS : Sangat Sering / 4 kali dalam sebulan

S : Sering / 3 kali dalam sebulan

CS : Cukup Sering / 2 kali dalam sebulan

J : Jarang / 1 kali dalam sebulan

TP : Tidak Pernah / Tidak sama sekali

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda tepat dan berilah tanda centang (√) pada jawaban anda. Periksalah kembali jawaban anda jangan sampai ada yang terlewat.

Pilihan SS S CS J TP

Total Aktifitas 4 3 2 1 0

SelamatMengerjakan Skala 2

No. Seberapa sering anda melakukan hal-hal dibawah

ini dalam kurun satu bulan terakhir SS S CS J TP 1. Saya biasanya mengikuti acara arisan keluarga.

2. Saya menjadi anggota organisasi keagamaan di lingkungan saya

3. Saya melakukan olahraga bersama keluarga/kerabat/teman

4. Ketika ada waktu luang saya mengunjungi pusat perbelanjaan sendirian

5. Saya menyempatkan diri untuk hadir setiap kali diadakan kegiatan olahraga di lingkungan sekitar

6. Saya biasanya jarang meluangkan waktu dengan keluarga untuk rekreasi bersama

(46)

37

Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan, dan pada setiap pernyataan terdapat lima pilihan jawaban di bagian kedua, diantaranya:

SS : Sangat Sering / 10-12 kali dalam setahun

S : Sering / 7-9 kali dalam setahun

CS : Cukup Sering / 4-6 kali dalam setahun

J : Jarang / 1-3 kali dalam setahun

TP : Tidak Pernah / Tidak sama sekali

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda tepat dan berilah tanda centang (√) pada jawaban anda. Periksalah kembali jawaban anda jangan sampai ada yang terlewat.

Pilihan SS S CS J TP

Total Aktifitas 10-12 7-9 4-6 1-3 0

Selamat Mengerjakan

No. Seberapa sering anda melakukan hal-hal dibawah

ini dalam kurun satu bulan terakhir SS S CS J TP 8 Saya menjadi anggota pelayanan kesehatan masyarakat

9 Saya tidak tertarik menjadi sukarelawan ketika masyarakat di lingkungan saya tertimpa musibah

10 Saya menolak untuk mengikuti kerja bakti di lingkungan saya

(47)

38

LAMPIRAN IV

(48)

39

Hasil Korelasi Partisipasi Sosial dengan Kebermaknaan Hidup

Correlations

SPS KH

SPS

Pearson Correlation 1 ,555**

Sig. (2-tailed) ,000

N 350 350

KH

Pearson Correlation ,555** 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 350 350

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabulasi Mean Berdasarkan Jenis Kelamin

Group Statistics

JenisKelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SPS

Laki-laki 149 54,91 6,830 ,560

perempuan 201 53,87 5,919 ,417

KH

Laki-laki 149 62,52 3,938 ,323

perempuan 201 62,25 3,431 ,242

Tabulasi Mean Berdasarkan Usia

Group Statistics

KODEUMUR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SPS

18-19 200 33,94 6,404 ,453

20-21 150 34,81 6,227 ,508

KH

18-19 200 62,30 3,585 ,254

(49)

40

LAMPIRAN V

(50)

41 Hasil Uji Normalitas

Statistics

SPS KH

N

Valid 350 350

Missing 0 0

Skewness ,227 ,238

Std. Error of Skewness ,130 ,130

Kurtosis ,007 ,022

Std. Error of Kurtosis ,260 ,260

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups

(Combined) 1967,862 29 67,857 8,079 ,000

Linearity 1436,102 1 1436,102 170,990 ,000

Deviation from Linearity

531,760 28 18,991 2,261 ,000

Within Groups 2687,592 320 8,399

(51)

42

LAMPIRAN VI

(52)

43

DATA SUBJEK

No Nama JK Umur Fakultas TA Suku Aktivitas/Organisasi yang

diikuti Jabatan Prestasi

1 BCL p 21 PSIKOLOGI 2013 jawa Internal pengurus Ada

2 Jayus L 19 PSIKOLOGI 2014 Jawa Internal anggota Tidak Ada

3 M.R. L 19 PSIKOLOGI 2014 Jawa Internal anggota Ada

4 DN p 19 PSIKOLOGI 2014 Jawa Internal pengurus Ada

5 Dono L 20 PSIKOLOGI 2014 Bugis Eksternal anggota Tidak Ada

6 BN p 19 PSIKOLOGI 2014 Sasak Internal anggota Tidak Ada

7 Marimar p 20 PSIKOLOGI 2013 Banjar Internal anggota Ada

8 LK p 20 PSIKOLOGI 2013 Banjar Internal pengurus Tidak Ada

9 NN p 20 PSIKOLOGI 2013 banjar Internal pengurus Ada

10 DY p 21 PSIKOLOGI 2013 Banjar Eksternal anggota Ada

11 IU L 19 PSIKOLOGI 2015 Jawa Eksternal anggota Tidak Ada

12 Tangguh L 19 PSIKOLOGI 2015 Jawa Eksternal anggota Tidak Ada

13 G L 18 PSIKOLOGI 2015 Jawa Eksternal anggota Ada

14 WS L 20 PSIKOLOGI 2013 Minang Internal pengurus Tidak Ada

15 PD L 20 PSIKOLOGI 2013 Jawa Internal anggota Tidak Ada

16 Luna p 18 PSIKOLOGI 2015 Minang Internal anggota Tidak Ada

17 RH L 19 PSIKOLOGI 2015 Jawa Internal anggota Ada

18 Kita p 20 PSIKOLOGI 2013 Jawa Internal anggota Ada

19 SJ L 20 PSIKOLOGI 2013 Jawa Internal pengurus Tidak Ada

20 AD L 21 PSIKOLOGI 2013 Jawa Eksternal anggota Ada

21 SW L 20 PSIKOLOGI 2013 Jawa Eksternal anggota Ada

22 HH p 20 PSIKOLOGI 2013 Banjar Eksternal anggota Ada

23 ZA p 18 PSIKOLOGI 2015 Madura Internal anggota Tidak Ada

24 Mau p 18 PSIKOLOGI 2015 Madura Internal anggota Tidak Ada

25 Like p 18 PSIKOLOGI 2015 Madura Internal pengurus Tidak Ada

Gambar

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Table 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 3. Karakteristik Subjek
Tabel 5. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebermaknaan Hidup

Referensi

Dokumen terkait

diharapkan mahasiswa mampu membuat evaluasi program pemasaran sosial untuk perubahan.

Bagi akademisi terutama kalangan mahasiswa Sosiologi, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami seberapa jauh pengetahuan, sikap dan tindakan sosial

Hipotesa dalam penelitian ini ialah ada hubungan positif antara makna hidup dengan dukungan sosial pada lansia yang tinggal di panti wreda, yang berarti semakin

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa kepercayaan sosial dapat mempengaruhi partisipasi sosial seorang mahasiswa dikarenakan mereka memiliki

Hasil penelitian tersebut menunjukkan korelasi yang signifikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada Anggota Komunitas Backpacker Malang Raya.. Hal ini dapat

Kegiatan pemberdayaan sosial melalui Posdaya ini mencakup semua aspek kehidupan masyarakat, seperti: kesehatan, pendidikan, kewirausahaan (ekonomi), lingkungan, budaya,

Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dengan masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu,2010). Kegiatan manusia dalam masyarakat seperti mengikuti

Menurut Bastaman (2007) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup remaja adalah pintu menuju kepuasan dan kebahagiaan hidup, seperti kebermaknaan hidup individu yang