• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUUNGAN PARTISIPASI SOSIAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PURNAWIRAWAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUUNGAN PARTISIPASI SOSIAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PURNAWIRAWAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUUNGAN PARTISIPASI SOSIAL DENGAN KEBAHAGIAAN

PADA PURNAWIRAWAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI)

SKRIPSI

Oleh : Tia Safira

201210230311118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

HUBUNGAN PARTISIPASI SOSIAL DENGAN KEBAHAGIAAN

PADA

PURNAWIRAWAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Tia Safira

201210230311118

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan pada Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2. Nama Peneliti : Tia Safira

3. NIM : 201210230311118 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : Januari – Maret 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 April 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Hudaniah, S.Psi., M.Si. ( ) Anggota Penguji : 1. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si. ( ) 2. Yudi Suharsono, S.Psi., M.Si ( ) 3. Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi ( )

Pembimbing I

Hudaniah, S.Psi., M.Si.

Pembimbing II

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si.

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Tia Safira

Nim : 201210230311118

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Hubungan Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan pada Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, ……….. 2016 Mengetahui,

Ketua Program Studi

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian akhir yang berjudul “Hubungan

Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan pada Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia

(TNI)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kelulusan sarjana psikologi di

Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak lupa pula shalawat dan salam kitakirimkankepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Dalam menjalankan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam hal apapun, baik itu berupa motivasi, bimbingan dan petunjuk kepada penulis. Untuk itulah pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S.Psi., M.Si dan Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta arahan yang sangat berguna dan bermanfaat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

3. Bapak Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan banyak motivasi kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak mencurahkan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.

5. Purnawirawan TNI yang tergabung dalam organisasi PEPABRI cabang Kota Malang

yang telah bersedia menjadi responden penelitian, khususnya kepada Bapak Rofi’i. D

Letkol Inf (Purn) selaku sekretaris PEPABRI cabang Kota Malang yang telah banyak mendukung dan membantu peneliti dalam proses penyelesaian penelitian.

6. Ayahanda Pudjiono, S.H dan Ibunda Siswantini Hersulastri, S.E yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi baik dalam perkuliahan, penyelesaian skripsi dan juga dalam menjalankan kehidupan penulis.

7. Saudari-saudari penulis yaitu Ita Agustine, Annisa Berliana Dewi, serta Sophia Mardatilla yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat kepada penulis dari awal perkuliahan sampai dengan proses penyelesaian tahap akhir yaitu skripsi.

8. Zia Wildanussurur yang selalu memberikan motivasi, dukungan moral dan semangat kepada peneliti dengan tujuan agar peneliti tidak pernah patah semangat dalam penyelesaian skripsi seberat apapun itu.

(6)

iv

10. Puput, Ila, Rima, Hasri, dan Eka sebagai teman seperjuangan yang selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka serta selalu membantu penulis ketika mengalami kesulitan dalam perkuliahan dan juga dalam proses penyelesaian skripsi.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas kontribusi yang telah mereka berikan dan selalu penulis haturkan doa untuk keselamatan dan kesuksesan bagi kita semua. Penulis menyadari jika dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dapat diberikan kepada penulis. Walaupun demikian, diharapkan isi dari skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca.

Malang, …..……….… 2016 Penulis,

(7)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 5

Kebahagiaan... 5

Aspek-aspek Kebahagiaan ... 5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan ... 6

Partisipasi Sosial ... 7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial ... 8

Hubungan Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan ... 9

Hipotesa ... 10

METODE PENELITIAN... 10

Rancangan Penelitian ... 10

Subjek Penelitian ... 10

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 11

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 17

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 20

REFERENSI ... 21

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Cara Skoring ... 11

Tabel 2. Cara Skoring ... 12

Tabel 3. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 13

Tabel 4. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 13

Tabel 5. Karakteristik Subjek Penelitian ... 14

Tabel 6. Korelasi Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan ... 15

Tabel 7. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan ... 15

Tabel 8. KategorisasiPartisipasi Sosial dan Kebahagiaan Berdasarkan Pendidikan 15

Tabel 9. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan Berdasarkan Pangkat ... 16

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blue Print Skala Partisipasi Sosial dan Skala Kebahagiaan ... 23

Lampiran 2.Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Skala Partisipasi Sosial dan Skala Kebahagiaan ... 28

Lampiran 3.Skala Penelitian ... 34

Lampiran 4.Hasil Analisis Data ... 41

Lampiran 5.Uji Asumsi ... 45

(10)

1

Purnawirawan TNI pada masa pensiun mengalami perubahan aktivitas yang berpengaruh terhadap partisipasi sosial hal ini menyebabkan interaksi purnawirawan TNI dengan individu lain berkurang. Interaksi yang berkurang menyebabkan purnawirawan TNI pada masa pensiun lebih mudah stress dan kurang bahagia. Kebahagiaan adalah suatu perasaan positif yang dirasakan individu. Salah satu hal yang mempengaruhi kebahagiaan adalah adanya relasi sosial dimana di dalamnya terdapat interaksi antar individu. Partisipasi sosial merupakan keterlibatan individu yang di dalamnya terdapat suatu interaksi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada purnawirawan TNI. Penelitian ini merupakan kuantitatif korelasional yang dilakukan pada 100 purnawirawan TNI dengan menggunakan teknik insidental sampling dan menggunakan instrumen Social Participation Scale dan Oxford Happiness Questionairre. Teknik analisa data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan. (r = 0.247; p = 0.013 < 0.050). Jadi, semakin tinggi partisipasi sosialnya maka, semakin tinggi pula kebahagiaan purnawirawan TNI. Sebaliknya, semakin rendah partisipasi sosial maka semakin rendah pula kebahagiaan purnawirawan TNI.

Kata Kunci : Partisipasi Sosial. Kebahagiaan

Retired military in retirement periode is having changes that affect the activity of social participation that led retired Indonesian National Armed Forces interactions with other individuals is being reduced. Lack of interaction is causing retired Indonesian National Armed Forces in retirement periode getting more easily stressed and less happy. Happiness is a positive feeling that people felt. One of the things that affect happiness is their social relations which there is interaction between one individuals to another. Social participation is the involvement of individuals which there is an interaction with others. The purpose of this study was to determine the relationship between social participation with happiness on retired military. This research is a quantitative correlation performed at 100 retired Indonesian National Armed Forces using incidental sampling technique and instruments Social Participation and Oxford Happiness Scale Questionairre. Data analysis technique is using product moment correlation. The results showed that there was a significant positive relationship between social participation with happiness. (R = 0.247; p = 0.013 <0.050). Thus, the higher the social participation, the higher the happiness of retired military. Conversely, the lower the social participation, the lower the happiness of retired military.

(11)

2

Masa pensiun merupakan suatu fase yang memerlukan beberapa persiapan karena nantinya para pensiunan akan dihadapkan pada kondisi dan situasi yang baru, dimana mereka butuh penyesuaian diri terhadap apa yang mereka hadapi di depan dalam masa pensiun mereka. Terdapat perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun, seperti perubahan aktivitas yang dulunya bekerja menjadi tidak bekerja, terjadi penurunan pendapatan, terjadi perubahan dalam relasi sosial, dan terjadi penurunan kondisi kesehatan karena bertambahnya usia (Santrock, 1998). Kondisi kehidupan yang penuh dengan tantangan dapat mempengaruhi kondisi individu baik secara fisiologis dan psikologis. Pada usia lanjut, perubahan-perubahan secara psikilogis akan dirasakan secara signifikan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dimana mereka tinggal. Secara umum diketahui bahwa individu yang telah pensiun memasuki kategori usia yang lanjut. Individu dikatakan telah memasuki masa lansia ketika mereka telah mencapai usia diatas 60 tahun dan memiliki banyak perubahan pada kognitif, fisik dan psikologisnya (Santrock, 2002). Pensiunan akan segera masuk ke dalam kelompok usia lansia yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni lansia muda (60-74 tahun), lansia tengah (75-84 tahun) dan lansia tua (diatas 85 tahun). Pada tahun 2010 didapatkan hasil penelitian bahwa tingkat ketidakbahagiaan dewasa lanjut yang telah pensiun bekerja mencapai 81,25%.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kebahagiaan antara lain adalah ; perubahan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga atau rekreasi, dan juga perubahan dalam pekerjaan. Seringkali masa pensiun ini menimbulkan masalah karena ketidaksiapan dari para pensiunan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun. Pensiun juga dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian calon pensiunan sudah merasa cemas dan khawatir karena tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan dihadapinya kelak. Kecemasan tersebut juga terjadi karena dalam menghadapi masa pensiun, individu mendapat goncangan perasaan yang begitu berat karena harus meninggalkan pekerjaannya (Prasojo, 2011). Oleh karena itu, sebagian dari para pensiunan biasanya mengalami suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat, merendahkan diri, dan mudah merasa bosan atau biasanya dikenal dengan depresi mayor (Santrock, 2011).

(12)

3

melakukan rekreasi, tidak memiliki teman di luar teman kantor, tidak memiliki perencanaan pensiun yang matang terutama dalam hal perekonomian, dan tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya (Setyarini & Atamimi, 2011).

Masa pensiun dapat menjadi masa yang penuh ketidakbahagiaan dan ketidaksejahteraan bagi individu yang belum mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik dan matang. Selama masa kerjanya, para purnawirawan TNI disibukkan dengan berbagai tugas lapangan yang tergolong sangat berat mengingat fungsi dan tanggung jawabnya adalah dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, tentunya masa aktif kerjanya merupakan masa-masa yang penuh dengan tekanan yang cukup berat untuk dilalui. Namun juga merupakan masa-masa penuh kebanggaan atas pangkat dan jabatan yang dimiliki selama masa kerja aktifnya. Masa pensiun yang tidak dipersiapkan dengan baik tentunya akan berdampak sangat negatif pada diri individu terutama dalam hal kebahagiaan yang dirasakan. Banyak hal yang harus dipersiapkan pada masa pensiun terutama masalah kematangan finansial mengingat masalah finansial adalah salah satu faktor munculnya kebahagiaan. Selain masalah finansial, hal yang secara langsung dapat mempengaruhi ketidakbahagiaan adalah berkurangnya aktifitas-aktifitas rutin yang biasa dilakukan setiap hari sebagai suatu pekerjaan dan tidak dirasakan kembali pada masa pensiun. Purnawirawan yang tidak mempunyai banyak kegiatan selama masa pensiunannya tentu akan merasakan sedikit kebahagiaan.

Fenomena yang terjadi pada masa pensiun berkaitan erat dengan masalah perekonomian dikarenakan ada perubahan penerimaan gaji sebelum dan sudah masa pensiun. Tidak jarang faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kebahagiaan pada purnawirawan TNI rendah. Menurut Ryff (1999), individu miskin cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain sebagai orang yang tidak beruntung dan merasa tidak mampu untuk memperoleh sumber daya yang bisa menyesuaikan kesenjangan yang dirasakan. Selain itu pensiunan yang kurang mempersiapkan masa pensiunnya dengan baik dan mengalami masalah perekonomian di masa tuanya cenderung kurang dapat mengembangkan potensi di dalam diri dan terjebak pada penghargaan diri yang rendah dan nantinya akan berdampak pada kebahagiaan yang dirasakan purnawirawan TNI.

Dinamika kebahagiaan yang terbentuk selama masa kerja aktif para purnawirawan TNI adalah ketika mereka menjalani kehidupan sosial pada masa kerjanya dimana sesuai dengan teori kebahagiaan yang menyatakan bahwa kebahagiaan itu sendiri dipengaruhi oleh hubungan pertemanan dimana hubungan ini tentunya didapatkan pada masa kerja aktif. Selain itu kebahagiaan mereka juga terbentuk ketika mendapatkan pengalaman sukses pada masa kerja yang tentunya akan diikuti oleh kebanggaan yang akan mereka rasakan. Hal lain yang tentunya membentuk kebahagiaan para purnawirawan adalah dengan mereka melakukan pekerjaan atau kegiatan yang disengaja dan dibawah kontrol diri mereka sendiri, dimana kegiatan ini dapat berupa pekerjaan atau kewajiban mereka sesuai dengan deskripsi pekerjaan masing-masing dan juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan suka rela atau volunter.

(13)

4

sosialnya akan meningkatkan level dari kebahagiaan mereka. Dalam fenomena pensiun ini, salah satu hal yang kurang dilakukan oleh pensiunan adalah berpartisipasi sosial di lingkungannya.

Partisipasi sosial adalah suatu kegiatan dimana seseorang secara aktif berkontribusi di dalam suatu perkumpulan dan secara berkala melakukan interaksi sosial dengan orang lain yang terlibat di dalam perkumpulan tersebut. Frekuensi dalam berpartisipasi sosial inilah yang dapat mempengaruhi seberapa besar tingkat kebahagiaan yang dirasakan mereka di masa pensiunnya. Kurangnya berpartisipasi dalam lingkungan atau jaringan sosial secara nyata akan berdampak pada kondisi psikologis yang stres dan tentunya tidak akan menimbulkan kebahagiaan bagi para pensiunan. Penelitian yang dilakukan oleh Barker&Martin (2011) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan. Individu yang secara aktif berpartisipasi dan berinteraksi sosial di dalam lingkungannya akan dapat meningkatkan emosi positif sehingga menimbulkan peningkatan kebahagiaan. Peneliti menemukan bahwa meningkatkan aktivitas sehari-sehari, kemampuan, dan pandangan terhadap masa depan mempunyai hubungan yang kuat dengan afek positif seperti kebahagiaan. Partisipasi sosial merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan kesehatan dan kebahagiaan mengingat dalam melakukan partisipasi sosial, kebutuhan individu untuk bersosialisasi dan membangun relasi dapat terpenuhi. Hal ini dikarenakan individu mendapatkan dukungan sosial yang kemudian meningkatkan kontak sosial mereka di dalam lingkungannya sehingga partisipasi sosial akan sangat penting untuk dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi sosial sangatlah penting untuk dilakukan untuk dapat meraih kebahagiaan sehingga mewujudkan hidup pensiunan yang berkualitas, tidak mengalami kecemasan dan goncangan-goncangan yang biasanya dialami pada masa lansia.

Fenomena di atas tentunya juga terjadi di kalangan purnawirawan TNI. Purnawirawan adalah sebuah gelar untuk para pensiunan tentara, baik TNI maupun Polri yang sudah tidak aktif lagi di dalam kemiliteran. Alasan peneliti ingin meneliti terkait dengan purnawirawan TNI adalah karena pada masa kerja aktifnya, mereka memiliki tantangan yang cukup berat dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Kegiatan sosial memiliki korelasi yang tinggi dengan tingkat kebahagiaan dikarenakan pekerjaan mampu memberikan stimulasi yang optimal sehingga sesesorang mampu merasakan kesenangan dan berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, memenuhi rasa keingintahuan, mendapat dukungan sosial, memiliki tujuan dalam hidupnya, serta merasa aman secara finansial. Selain itu, pada masa kerjanya TNI secara psikologis mempunyai kebanggaan atas jabatan pekerjaannya mengingat TNI merupakan sebuah jabatan kemiliteran negara yang tentunya bergerak di dalam bidang perlindungan dan pertahanan negara. Kebanggaan menyandang pangkat pekerjaannya secara otomatis akan berkurang ataupun hilang apabila sudah tidak aktif lagi dalam menyandang pekerjaannya atau ketika sudah menjadi purnawirawan. Sehingga kebanggaan yang dirasakan selama masih aktif menyandang jabatan TNI tentunya akan berbeda ketika sudah tidak aktif bekerja lagi. Perbedaan kebanggaan yang dirasakan saat masih aktif bekerja dengan sudah menjadi purnawirawan tentunya juga akan mempengaruhi kebahagiaan dan cara para purnawirawan TNI dalam melakukan partisipasi di lingkungan sosialnya setelah mereka sudah tidak aktif bekerja lagi. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Hubungan Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan Purnawirawan TNI”.

Kebahagiaan

(14)

5

serta emosi-emosi positif lainnya. Kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu: frekuensi dari afek positif atau kegembiraan, level dari kepuasan pada suatu periode, dan ketidakhadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan. Kebahagiaan juga menjadi penghalang stres. Lebih lanjut, Argyle menjelaskan bahwa kejadian hidup yang positif mengurangi keputusasaan dan depresi, tetapi hanya jika mereka memiliki atribusi yang positif.

Menurut Hills&Argyle (2001), aspek di dalam kebahagiaan antara lain adalah : a. Merasakan kepuasaan terhadap hidup yang dijalani

Kepuasaan hidup adalah suatu kondisi yang bersifat khas pada orang yang memiliki semangat hidup dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan berbagai perubahan kondisi di dalam diri maupun kondisi lingkungannya.

b. Sikap ramah dalam lingkungan sosial

Seseorang bisa bersikap baik dalam tatanan norma masyarakat sehingga akan terwujud suatu keakraban dan keharmonisan sosial yang melahirkan efek positif bagi lingkungan.

c. Memiliki sikap empati

Empati merupakan suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan tersebut kemudian menunjukkanya ke dalam perilaku bahwa individu tersebut sungguh-sungguh memahami perasaan orang lain, selain itu empati mengkomunikasikan sikap peneriman dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.

d. Memiliki pola pikir yang positif

Pikiran yang positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesaan dalam setiap situasi dan tindakan.

e. Merasakan kesejahteraan dalam hidup

Kesejahteraan hidup dapat dirasakan ketika seseorang mampu menerima keadaan dirinya serta lingkungan sekitarnya sehingga dapat merasakan afek positif berupa kepuasaan yang dapat mengarah kepada kebahagiaan.

f. Bersikap riang dan ceria

Keadaan emosi seseorang yang memunculkan suka cita dan kesenangan hati akan sesuatu yang telah dijalani dalam hidupnya.

g. Memiliki harga diri yang positif

Harga diri adalah penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Individu yang memiliki harga diri yang positif tentunya akan lebih dapat merasakan kebahagiaan daripada individu yang memiliki harga diri yang negatif.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan antara lain adalah (Eddington & Shuman, 2005) :

1. Gender

Penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mudah depresi atau merasakan afek negatif daripada pria.Hal ini mungkin disebabkan karena wanita lebih mudah menunjukkan perasaannya daripada pria yang tidak menunjukkan perasaannya. Namun secara global tingkat kebahagiaan pria dan wanita masih berada pada level yang sama.

2. Usia

(15)

6

bertambahnya usia maka tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup akan cenderung stabil.

3. Pendidikan

Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki korelasi yang kecil namun signifikan dengan tingkat kebahagiaan.Pendidikan memiliki korelasi yang sedikit lebih besar pada individu dengan penghasilan yang rendah dan pada masyarakat di negara miskin.

4. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan memiliki korelasi yang kecil namun signifikan dengan tingkat kebahagiaan. Secara umum, individu yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi akan memiliki kebahagiaan yang lebih daripada individu yang memiliki tingkat pendapatan rendah, namun demikian perbedaannya sangatlah kecil.

5. Pernikahan

Penelitian telah menemukan bahwa tingkat kebahagiaan orang yang menikah lebih tinggi dari pada orang yang tidak menikah, bercerai, tinggal sendiri, dan menjadi janda ataupun duda.Penelitian juga tetap menunjukkan bahwa pernikahan berkorelasi secara signifikan dengan tingkat kebahagiaan.

6. Pekerjaan

Pekerjaan memiliki korelasi yang tinggi dengan tingkat kebahagiaan dikarenakan pekerjaan mampu memberikan stimulasi yang optimal sehingga sesesorang mampu merasakan kesenangan dan berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, memenuhi rasa keingintahuan, mendapat dukungan sosial, memiliki tujuan dalam hidupnya, serta merasa aman secara finansial. Pekerjaan ini juga dapat berupa kegiatan apapun yang dilakukan dengan sengaja dibawah kontrol kita, juga termasuk kegiatan volunter atau kegiatan suka rela di dalamnya.

7. Ikatan atau rasa kekeluargaan

Ikatan atau rasa kekeluargaan tercermin dari adanya dukungan materi dan non materi dari keluarga ketika menjalankan aktivitas. Rasa kekeluargaan ini juga dikuatkan melalui adanya keharmonisan keluarga maupun saat‐saat berkumpulnya keluarga kecil maupun keluarga besar.

8. Relasi sosial

Relasi sosial mengacu pada hubungan antara individu dengan orang lain dilingkungan sosialnya. Relasi sosial yang baik juga ditandai dengan individu yang mampu beradaptasi dilingkungan sosial, mampu menjalani dan bergabung dalam aktivitas‐aktivitas sosial kemasyarakatan, mudah bersosialisasi, memiliki teman dekat, rasa kebersamaan, dan mendapat dukungan tertentu dari relasi sosialnya. Orang yang bahagia cenderung memiliki kehidupan sosial yang kaya. Mereka memiliki teman-teman yang lebih santai, lebih banyak teman-teman dekat dan mereka lebih mungkin untuk menikah dan lebih mungkin untuk terlibat dalam kegiatan kelompok di lingkungan sosialnya. Selain itu orang bahagia cenderung lebih altruistik. Individu yang bahagia lebih cenderung untuk menampilkan empati dan bersedia membantu orang lain karena ketika individu tersebut merasa senang mereka ingin berbagi keberuntungan mereka. Mengembangkan emosi yang lebih positif akan membangun persahabatan, cinta, kesehatan fisik yang lebih baik dan prestasi yang lebih besar dan akan menimbulkan kebahagiaan.

9. Prestasi atau pencapaian pribadi

(16)

7 10. Kesehatan

Kesehatan yang dimaksud adalah penilaian subyektif bahwa dirinya adalah individu yang sehat, bukan berdasarkan penilaian ahli kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa orang yang beranggapan bahwa dirinya sehat adalah orang yang memiliki kebahagiaan yang tinggi.

11. Agama

Berbagai penelitian di Amerika menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kebahagiaan dengan keyakinan seseorang akan agama yang mereka anut, kekuatan hubungan seseorang dengan Tuhannya, kegiatan ibadah yang mereka lakukan, serta partisipasi dalam kegiatan keagamaan. Hal ini dapat terjadi karena pengalaman religious atau kepercayaan yang dimiliki seseorang dapat membuat seseorang bermakna dalam hidupnya.

12. Kejadian Penting dalam Hidup

Seseorang yang sering mengalami kejadian yang menurutnya menyenangkan bagi dirinya, maka orang tersebut cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Adapun contoh dari kegiatan-kegiatan yang memunculkan afek positif adalah hubungan pertemanan, terpenuhinya kebutuhan dasar, hubungan seksual, dan pengalaman sukses.

Partisipasi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat, melakukan partisipasi merupakan kewajiban dan hak bagi seorang individu. Partisipasi sosial merupakan jenis partisipasi sukarela dengan aktif sebagai anggota di dalam suatu kelompok-kelompok keluarga. Secara kesuluruhan, konsep utama pada partisipasi sosial ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya partisipasi sosial memerlukan suatu kontak sosial, serta menunjukkan kontribusi sumber daya yang diberikan kepada masyarakat, dan menerima sumber daya dari masyarakat (Levasseur 2010, dalam Mars 2008). Jadi, pada dasarnya dalam partisipasi sosial, terjadi hubungan timbal balik baik secara materi maupun psikologis. Partisipasi sosial dilakukan dengan sukarela dengan bergabung dalam suatu kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok tersebut bisa dalam kelompok politik seperti ikut berpartisipasi dalam pemilu, kelompok kesehatan seperti ikut berpartisipasi di puskesmas, dan kelompok sosial seperti mengikuti bakti sosial. Cicognani (2008) mengatakan bahwa partisipasi sosial sering dijadikan sebagai sarana untuk melakukan pembebasan, pemberdayaan dan pergerakan sosial. Sehingga partisipasi sosial merupakan suatu keterlibatan individu yang didalamnya terdapat suatu interaksi dengan orang lain yang dapat dimulai dalam suatu kelompok kecil hingga meluas pada kelompok besar. Sehingga peran individu dalam suatu kegiatan kecil maupun kelompok dan frekuensi dalam mengikuti suatu kegiatan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana partisipasi sosial yang dimiliki oleh individu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terlibat dalam partisipasi sosial. Menurut Angell (dalam Ross, 1967) faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial yaitu sebagai berikut:

1. Usia

(17)

8

usia menengah keatas cenderung lebih banyak mengikuti partisipasi sosial daripada mereka yang memiliki usia menengah kebawah. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki keterikatan moral pada suatu norma masyarakat yang lebih mantap.

2. Jenis Kelamin

Nilai kultur yang ada menganggap bahwa perempuan tempatnya berada di dapur bukan diluar rumah. Namun, dengan adanya emansipasi perempuan yang ada, membuat peranan perempuan saat ini telah bergeser sehingga tidak selamanya berada di rumah.Sehingga jenis kelamin ini juga mempengaruhi dari partisipasi sosial.

3. Pendidikan

Terdapat beberapa hal yang menjadikan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam berpartisipasi sosial. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Pekerjaan dengan penghasilan baik akan mendorong seseorang untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat yang ada di lingkungannya. Sehingga untuk berpartisipasi sosial dalam kegiatan masyarakat, maka harus didukung dengan perekonomian yang baik pula.

5. Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang yang tinggal dalam lingkungannya dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut maka akan berpengaruh pada partisipasi sosial yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Semakin lama individu tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. Partisipasi sosial dapat ditinjau dari frekuensinya dalam melakukan partisipasi di lingkungannya yakni dengan mengikuti delapan jenis aktivitas yang berbeda (Gilmour, 2012). Frekuensi partisipasi yang masuk dalam klasifikasi partisipasi mingguan antara lain :

a. Kegiatan yang dilakukan diluar rumah bersama dengan keluarga dan teman. b. Melakukan kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar.

c. Melakukan kegiatan fisik atau olahraga dengan orang lain.

d. Aktivitas rekreasi yang berhubungan dengan orang lain, seperti melakukan hobi dan juga permainan-permainan lainnya.

Sementara frekuensi partisipasi sosial yang masuk dalam klasifikasi partisipasi bulanan, antara lain :

a. Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, kegiatan budaya yang berkaitan dengan orang lain, menonton konser, dan lain-lain.

b. Mengikuti club pelayanan kesehatan seperti kegiatan di puskesmas atau rumah sakit. c. Mengikuti komunitas profesional di lingkungan rumah seperti arisan ataupun

perkumpulan sesama rekan kerja.

d. Turut serta dalam kegiatan suka rela dan kegiatan amal bantuan.

Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan

(18)

9

Individu pada masa dewasa lanjut mempunyai pandangan yang negatif mengenai dunia sosial karena sebagian dari mereka merasa bahwa sistem-sistem yang mendukung dan menyediakan pelayanan untuk mereka sangatlah kurang (Santrock, 2012). Sehingga dorongan untuk berpartisipasi aktif individu pada masa dewasa lanjut di lingkungan masyarakat seharusnya meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap diri mereka sendiri. Pada masa dewasa lanjut ini, kepuasan hidup selalu dikaitkan dengan pendapatan, kesehatan, suatu gaya hidup yang aktif, serta jaringan pertemanan dan keluarga. Bentuk dari gaya hidup yang aktif adalah pergi ke pertemuan-pertemuan, mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya, dan berkontribusi secara aktif di dalam keluarganya terutama dalam pengambilan keputusan. Sehingga dalam melakukan partisipasi sosial diharapkan dapat meningkatkan kebahagiaan yang dirasakan oleh para purnawirawan tentunya purnawirawan TNI yang sudah tidak aktif lagi dalam pekerjaannya. Dapat dipastikan bahwa kebahagiaan tidak semata-mata timbul karena melakukan pasrtisipasi sosial. Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor dari kebahagiaan adalah adanya ikatan kekeluargaan dan relasi sosial, dimana ikatan kekeluargaan dapat diperoleh dari kegiatan partisipasi sosial di dalam keluarga serta relasi sosial dimana individu turut serta secara aktif di dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan sosialnya, dimana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk dari partisipasi sosial. Sehingga dapat dipastikan bahwa partisipasi sosial tentunya dapat meningkatkan kebahagiaan dari individu mengingat saat membangun dan memiliki relasi sosial yang baik individu akan mendapatkan emosi positif sehingga menimbulkan rasa bahagia. Hal ini disebabkan karena kebahagiaan pada individu akan timbul ketika mereka mengembangkan emosi yang lebih positif dengan cara membangun persahabatan, cinta, serta hubungan yang baik di lingkungan sosialnya terutama di dalam hal berpartisipasi sosial. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan akan terbentuk apabila individu melakukan partisipasi sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Barker&Martin (2011) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan. Individu yang secara aktif berpartisipasi dan berinteraksi sosial di dalam lingkungannya akan dapat meningkatkan emosi positif sehingga menimbulkan peningkatan kebahagiaan. Peneliti menemukan bahwa meningkatkan aktivitas sehari-sehari, kemampuan, dan pandangan terhadap masa depan mempunyai hubungan yang kuat dengan afek positif seperti kebahagiaan. Partisipasi sosial merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan kesehatan dan kebahagiaan mengingat dalam melakukan partisipasi sosial, kebutuhan individu untuk bersosialisasi dan membangun relasi dapat terpenuhi. Hal ini dikarenakan individu mendapatkan dukungan sosial yang kemudian meningkatkan kontak sosial mereka di dalam lingkungannya sehingga partisipasi sosial akan sangat penting untuk dilakukan secara berkelanjutan (Gilmour, 2012). Partisipasi sosial juga erat kaitannya dengan kebahagiaan pada individu mengingat rumusan kebahagiaan yang diusulkan oleh Martin Seligman salah satunya adalah mengandung unsur yang terkait dengan kegiatan apapun yang dilakukan secara sengaja (dibawah kontrol kita) yang termasuk pula partisipasi sosial di dalamnya, dan juga kegiatan suka rela atau menjadi volunteer dalam suatu kegiatan sehingga dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tentunya kita akan mendapatkan kebahagiaan di dalamnya

Hipotesis

(19)

10

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan sebuah penelitian yang di dalamnya sangat kental untuk menggunakan angka-angka dan pengolahannya juga menggunakan analisis statistik sehingga dilakukan interpretasi terhadap angka-angka tersebut (Sugiyono, 2012). Pendekatan kuantitatif umumnya merupakan penelitian yang mempunyai jumlah sampel besar.Berdasarkan karakteristik penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel partisipasi sosial dan variabel kebahagiaan.

Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah purnawirawan TNI yang secara resmi sudah tidak aktif lagi dalam penugasan-penugasannya. Adapun subjek yang menjadi sampel penelitian sebanyak 100 Purnawirawan TNI. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Non Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel yaitu sampling insidental. Sampling insidental ialah teknik untuk mengambil sampel berdasarkan dengan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara insidental bertemu dengan peneliti digunakan sebagai sampel jika subjek dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yakni variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebahagiaan, yakni dengan mengukur tingkat kebahagiaan yang dirasakan. Kebahagiaan adalah perasaan positif yang dirasakan pada suatu periode tertentu. Perasaan positif ini berupa kegembiraan, rasa suka cita, serta emosi-emosi positif lainnya. Kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu: frekuensi dari afek positif atau kegembiraan, level dari kepuasan pada suatu periode, dan ketidakhadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan. Sedangkan untuk variabel independen yakni partisipasi sosial adalah keikutsertaan individu dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat yang dilakukan satu kali atau lebih dengan jangka waktu sebulan ataupun setahun, seperti kegiatan keagamaan, kesehatan, olahraga, dll serta seberapa sering seorang individu melakukan aktivitas-aktivitas sosial di sekitarnya baik dalam ruang lingkup keluarga dan ruang lingkup masyarakat. Partisipasi sosial sendiri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dalam melakukan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti, berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan teman, melakukan kegiatan di lingkungan rumah bersama tetangga, melakukan rekreasi, kegiatan yang berhubungan dengan budaya lokal, ikut aktif dalam klub pelayanan kesehatan, mengikuti komunitas profesional seperti berkumpul dengan organisasi purnawirawan TNI, serta turut serta di dalam kegiatan amal dan suka rela (volunter).

Kebahagiaan

(20)

11

menambahkan item-item ini dengan tujuan untuk menghindari ketidakvalidan aspek yang nantinya akan merubah seluruh konteks alat ukur. Beberapa item dalam skala ini dirubah redaksionalnya oleh peneliti agar sesuai dengan konteks Indonesia dan kondisi subjek yang akan diteliti. OHQ merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan personal (personal happiness).Alat ukur ini merupakan pengembangkan dari The Oxford Happiness Inventory (OHI). Dikembangkan oleh Peter Hills dan Michael Argyle (1998). Tidak hanya mengukur dalam kebahagiaan personal namun alat ukur ini juga menggambarkan tingkat kepuasaan hidup seseorang (Hills, 2002). Total item berjumlah 29 sebelum direvisi dan menjadi 34 item setelah direvisi peneliti dengan menambahkan total 5 item pada 2 aspek kebahagiaan. Skala ini termasuk jenis skala likert yang terdapat 6 pilihan jawaban, yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Cukup Tidak Setuju, (4) Cukup Setuju, (5) Setuju, (6) Sangat Setuju.Setelah melakukan try out, peneliti selanjutnya melakukan validasi dan mendapatkan 21 item yang valid dan layak untuk digunakan untuk penelitian. Setiap item memiliki validitas >0,30 dan reliabilitas 0,846 yang diperoleh dengan menggunakan metode validasi corrected item-total correlation.

Proses skoring pada OHQ adalah dengan memberikan skor sesuai angka yang dituliskan sebagai pilihan jawaban pada item favorable, dan memberikan skor berkebalikan dengan angka yang dituliskan sebagai pilihan jawaban pada item unfavorable.

Tabel 1. Cara Skoring

Variasi Respon Skor Favorable Skor Unfavorable

1 = Sangat Tidak Setuju 1 6

(21)

12

yang terdiri dari dua kategori item yaitu favorable dan unfavorable serta terdapat 5 kategori jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), cukup sering (CS), jarang (J) serta tidak pernah (TP). Pemberian skor untuk skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk item favorable, sedangkan untuk item unfavorable bergerak dari 1 sampai 5. Setelah try out dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan validasi dan mendapatkan 14 item yang valid dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Setiap item memiliki validitas >0,30 dan reliabilitas 0,809 yang diperoleh dengan menggunakan metode validasi corrected item-total correlation.

Tabel 2. Cara Skoring

Variasi Respon Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Setuju 5 1 partisipasi sosial, dapat diketahui indeks validitas dan indeks reliabilitas masing-masing skala, berikut hasilnya:

Tabel 3. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil try out Oxford Happiness Questionairre dengan jumlah 34 item yang diujikan terdapat 21 item yang valid dan 13 item yang gugur dengan indeks validitas 0,310 – 0,580 sedangkan Social Participation Scale dengan 30 item yang diujikan terdapat 14 item yang dinyatakan valid dan 16 item yang gugur dengan indeks 0,310

– 0,601. Perolehan hasil try out dari kedua skala tersebut didapatkan dengan menggunakan SPSS for windows versi 21 dan untuk menentukan item yang valid menggunakan metode

corrected item-total correlation. Suatu item dikatakan valid jika memiliki indeks validitas lebih dari 0.30.

Tabel 4. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Indeks Realiabilitas

Oxford Happiness Questionairre 0,846

Social Participation Scale 0,809

(22)

13

mempunyai cronbach alpha ≥ 0,60. Reliablitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, 0.7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik.

Prosedur Analisa Data

Prosedur dalam penelitian ini diawali dengan melakukan penyusunan instrumen penelitian berupa skala partisipasi sosial atau Social Participation Scale dan pengalihan bahasa dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia pada skala kebahagiaan yaitu Oxford Happiness Questionairre sebagai alat ukur dalam mengungkap variabel-variabel yang akan diukur dalam mendukung pengujian hipotesis dari peneliti. Setelah instrumen terkait dengan variabel penelitian telah siap, maka peneliti melakukan uji tryout selama dua bulan (Desember 2015-Januari 2016) kepada Purnawirawan TNI sebanyak 50 orang. Adapun cara penyebaran instrumen yang dilakukan peneliti yaitu secara individu tepatnya dengan melakukan pembacaan skala atau wawancara kepada Purnawirawan TNI. Kegiatan penyebaran instrumen dengan metode wawancara ini dilakukan di PEPABRI Kota Malang. Jumlah item skala yang di tryout sebanyak 34 item untuk skala Oxford Happiness Questionairre dan 30 item untuk skala Social Participation Scale, selanjutnya dilakukan uji validitas dan realibilitas dengan menggunakan uji statistik SPSS for windows 2.1 didapatkan 21 item skala

Oxford Happiness Questionairre dan 14 item skala Social Participation Scale yang dinyatakan valid. Tahap selanjutnya penelitimelakukan penyebaran skala Oxford Happiness Questionairre dan Social Participation Scale yang telah di uji validitas dan realibilitasnya kepada Perkumpulan Purnawirawan TNI di 5 kecamatan di Kota Malang yaitu Kecamatan Blimbing, Sukun, Kedung Kandang, Lowokwaru, dan Klojen. Proses penyebaran skala ini dilakukan dengan cara mengikuti perkumpulan rutin bulanan purnawirawan TNI pada masing-masing kecamatan dan membagikan dua instrumen penelitian tersebut kepada anggota perkumpulan purnawirawan TNI yang hadir pada saat perkumpulan rutin tersebut berlangsung. Jadwal perkumpulan pada masing-masing kecamatan memiliki waktu dan lokasi yang berbeda-beda. Proses penyebaran instrumen penelitian ini berlangsung dari Januari 2016-Februari 2016. Skala yang disebar sebanyak 100 skala kepada purnawirawan TNI pada masing-masing kecamatan. Pada tanggal 25 Februari 2016 – 2 Maret 2016 dilakukan entry

dan analisis data. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada purnawirawan TNI yaitu

korelasi product moment (Sugiyono, 2014) dengan memanfaatkan aplikasi statistik SPSS for windows 2.1. Dimana hasilnya digunakan untuk membuktikan hipotesa penelitian dan dijadikan sebagai kesimpulan dari penelitian hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada purnawirawan TNI.

HASIL PENELITIAN

(23)

14

Dalam penelitian ini, sebelum melakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji asumsi yaitu berupa uji normalitas dan uji linearitas. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data dalam penelitian adalah normal yaitu berada diantara ± 1.96 (data terlampir). Sedangkan untuk uji linearitas menunjukkan ada pengaruh antara variabel partisipasi sosial dan kebahagiaan, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan 0.014 < 0.05

Tabel 6. Korelasi Partisipasi Sosial dengan Kebahagiaan

Koefisiensi Korelasi (r) Indeks Analisis

Koefisien korelasi (r) 0.247

Koefisien determinasi (r²) 0.061

P (nilai signifikansi) 0.013

Taraf kemungkinan kesalahan 5% (0.05)

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson didapatkan koefisien korelasi (r) sebesar 0.247 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan. Selain itu, nilai signifikansi (p) dari hasil analisa menunjukkan 0.013 < 0.05 yang artinya kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan yang positif yang signifikan dengan taraf kesalahan (alpha) sebesar 0,05. Hasil analisis data ini juga membuktkan bahwa hipotesis penelitian diterima, artinya ada korelasi positif antara partisipasi sosial dan kebahagiaan pada purnawirawan TNI. Jadi, semakin tinggi partisipasi sosialnya, maka semakin tinggi pula kebahagiaan pada purnawirawan TNI. Adapun sumbangan efektif variabel partisipasi sosial terhadap kebahagiaan sebesar 6.1% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r² = 0.061) dan sisanya sebesar 93.9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 7. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan

Kategori Partisipasi Sosial Kebahagiaan

(24)

15

diketahui bahwa jumlah subjek dengan kategori kebahagiaan yang tinggi dan subjek dengan kategori kebahagiaan yang rendah yaitu 50 subjek atau sebesar (50%).

Tabel 8. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan berdasarkan Pendidikan

Kategori Jumlah Partisipasi Sosial Kebahagiaan

Mean Sig Mean Sig

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan tertinggi yaitu SMA memiliki nilai rata-rata paling tinggi pada partisipasi sosial dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya dengan nilai signifikansi sebesar 0,120 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pada jenjang pendidikan SD, SMP, serta SMA dalam partisipasi sosial. Hal serupa juga ditemukan pada kebahagiaan, dimana diketahui kebahagiaan subjek pada jenjang pendidikan SMA memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan subjek dengan jenjang pendidikan SMP dan SD dengan nilai signifikansi sebesar 0,767 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pada jenjang pendidikan SD, SMP, serta SMA dalam kebahagiaan.

Tabel 9. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan berdasarkan Pangkat

Kategori Jumlah Partisipasi Sosial Kebahagiaan

Mean Sig Mean Sig

Bintara 88 41.65

0.135 80.28 0,186

Perwira 12 43.67 82.83

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pangkat terakhir sebelum pada masa pensiun yaitu Perwira memiliki nilai rata-rata paling tinggi pada partisipasi sosial dibandingkan dengan pangkat lainnya dengan nilai signifikasi sebesar 0,135 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Bintara dan Perwira dalam partisipasi sosial. Hal serupa juga ditemukan pada kebahagiaan, dimana diketahui kebahagiaan subjek berpangkat Perwira sebelum masa pensiunnya memiliki nilai rata-rata tertinggi dibandingkan subjek berpangkat bintara dengan nilai signifikasi sebesar 0,186 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata Bintara dan Perwira dalam kebahagiaan.

Tabel 10. Kategorisasi Partisipasi Sosial dan Kebahagiaan berdasarkan Lama Masa Pensiun

Kategori Jumlah Partisipasi Sosial Kebahagiaan

Mean Sig Mean Sig

2 – 10 Tahun 26 40.73

0.117 78.38 0.036

11 – 19 Tahun 74 42.30 81.36

(25)

16

19 tahun. Hal serupa juga ditemukan pada kebahagiaan, dimana diketahui kebahagiaan subjek dengan lama masa pensiun 11 – 19 tahun memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan subjek dengan lama masa pensiun 2 – 10 tahun dengan nilai signifikasi sebesar 0,036 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pada lamanya masa pensiun 2 – 10 tahun maupun 11 – 19 tahun dalam kebahagiaan.

DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan pada purnawirawan TNI (r = 0.247; p

= 0.013 < 0.05). Hal ini menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi partisipasi sosialnya, maka semakin tinggi pula kebahagiaan purnawirawan TNI dan sebaliknya apabila partisipasi sosial yang dimiliki rendah, maka semakin rendah pula kebahagiaan yang akan dirasakan. Hasil ini yang didapatkan ini tentunya menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian yang menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara partisipasi sosial dan kebahagiaan pada purnawirawan TNI dapat diterima. Dengan diterimanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian, maka dapat diketahui bahwa partisipasi sosial dapat meningkatkan kebahagiaan pada purnawirawan TNI.

Hasil penelitian tersebut tentunya menunjukkan bahwa partisipasi sosial merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang. Partisipasi sosial merupakan sarana untuk melakukan pembebasan, pemberdayaan, dan juga pergerakan sosial (Cicognani, 2008). Sehingga dapat diketahui bahwa partisipasi sosial itu sendiri merupakan suatu keterlibatan individu yang di dalam keterlibatan tersebut akan terdapat interaksi dengan orang lain yang dimulai dari kelompok kecil hingga kelompok besar. Adapun bentuk kegiatan partisipasi sosial yang biasanya dilakukan oleh purnawirawan TNI antara lain adalah berkumpul dengan keluarga, mengikuti pengajian atau kegiatan keagamaan di lingkungan sekitar, melakukan aktivitas olahraga bersama orang lain, rekreasi bersama keluarga, mengunjungi pelayanan kesehatan terpadu yang diselenggarakan di lingkungan sekitarnya, serta menghadiri perkumpulan rutin purnawirawan TNI yang dilaksanakan setiap bulan.

(26)

17

Pada dasarnya partisipasi sosial terbagi menjadi dua kelompok, yaitu partisipasi sosial yang dilakukan dengan keluarga dan teman dekat, serta partisipasi sosial yang melibatkan banyak orang lain disekitar kita seperti partisipasi sosial yang dilakukan bersama tetangga, rekan kerja, serta secara meluas orang lain yang berada disekitar kita. Partisipasi sosial yang dilakukan bersama keluarga dan teman dekat yang dapat berupa arisan keluarga, melakukan kegiatan olahraga bersama, serta rekreasi bersama dapat memunculkan perasaan gembira dan menyenangkan dikarenakan interaksi sosial yang dilakukan pada orang-orang terdekat akan mengarah pada suatu interaksi yang positif sehingga selalu dapat memunculkan emosi positif pula sebagai awal dari timbulnya kebahagiaan. Selain keluarga dan teman dekat, berinteraksi sosial dengan orang-orang yang berada di sekitar kita juga dapat memunculkan kebahagiaan. Adapun partisipasi sosial yang dilakukan dengan orang disekitar dapat berupa melakukan kegiatan keagamaan seperti pengajian, menghadiri klub pelayanan kesehatan terpadu, menghadiri perkumpulan rutin bulanan dengan rekan kerja seperti perkumpulan rutin bulanan purnawirawan TNI, serta menjadi volunteer dalam suatu kegiatan sosial. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya ketika melakukan partisipasi sosial yang di dalamnya terdapat interaksi sosial akan berdampak pada penurunan stres karena emosi positif yang muncul saat melakukan interaksi sosial. Individu juga dilaporkan lebih merasa bahagia apabila berada pada suatu situasi sosial dibandingkan dengan individu yang sedang sendiri (Schnitter, 2008). Kebahagiaan merupakan suatu afek positif yang dirasakan tanpa adanya kehadiran perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan (Argyle, 2001). Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang antara lain adalah ikatan atau rasa kekeluargaan yang tercermin dari adanya dukungan materi dan non materi dari keluarga ketika menjalankan aktivitas. Rasa kekeluargaan ini juga dikuatkan melalui adanya keharmonisan keluarga maupun saat‐saat berkumpulnya keluarga kecil maupun keluarga besar. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi kebahagiaan adalah relasi sosial yang mengacu pada hubungan antara individu dengan orang lain dilingkungan sosialnya. Orang yang melakukan partisipasi sosial cenderung memiliki teman-teman yang lebih santai, lebih banyak teman dekat dan mereka lebih mungkin untuk menikah dan lebih mungkin untuk terlibat dalam kegiatan kelompok di lingkungan sosialnya.Individu yang bahagia lebih cenderung untuk menampilkan empati dan bersedia membantu orang lain karena ketika individu tersebut merasa senang mereka ingin berbagi keberuntungan mereka. Mengembangkan emosi yang lebih positif dari persahabatan, keluarga, dan cinta akan menimbulkan kebahagiaan.

(27)

18

disimpulkan bahwa kebahagiaan akan terbentuk apabila individu melakukan partisipasi sosial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winters & Rundlett (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Winters & Rundlett menyebutkan bahwa kebahagiaan dapat dirasakan ketika individu merasakan otonomi, merasa dirinya berkompeten dalam melakukan sesuatu, serta ketika individu merasa memiliki keterkaitan dengan orang lain. Partisipasi sosial dalam penelitian ini telah disebutkan dapat meningkatkan ketiga perasaan tersebut sehingga dapat dibuktikan bahwa partisipasi sosial dapat secara signifikan meningkatkan kebahagiaan seseorang. Korelasi positif antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan tentunya telah banyak diteliti dan ditemukan dalam penelitian. Individu yang secara rutin melakukan kontak sosial dengan orang lain atau individu yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau organisasi cenderung mengekspresikan perasaan positif dan cenderung menyatakan bahwa mereka bahagia. Selain itu ditemukan bahwa individu yang mengikuti kegiatan secara suka rela atau menjadi volunteer dilaporkan memiliki tingkat sress yang cenderung rendah dibandingkan dengan individu yang tidak mengikuti kegiatan sosial apapun.

Sementara itu, penelitian lain yang semakin menguatkan hasil temuan peneliti adalah adanya korelasi positif yang signifikan antara partisipasi sosial dengan kebahagiaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghamari (2012). Hasil penelitian ini menyebutkanpeneliti menemukan bahwa individu yang bahagia adalah individu yang cenderung bersikap lebih kolaboratif dengan orang lain tentunya dalam berbagai hal termasuk dalam melakukan partisipasi sosial. Individu yang kolaboratif cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa berpartisipasi sosial dapat mengurangi stres. Ketika suatu individu memiliki suatu permasalahan sosial, partisipasi sosial dapat menjadi solusi dari permasalahan sosial tersebut. Hasil penelitian ini juga menekankan bahwa semakin sering seseorang melakukan partisipasi sosial maka semakin tinggi pula kebahagiaan yang akan dirasakan oleh individu tersebut. Adapun hasil yang ditemukan peneliti berdasarkan data demografis yang didapatkan peneliti adalah semakin tinggi usia (semakin lama masa pensiun) maka diketahui semakin tinggi pula kebahagiaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eddington dan Shuman (2005) yang menyatakan bahwa kebahagiaan tidak akan menurun seiring bertambahnya usia. Pertambahan usia membuat kebahagiaan mereka cenderung lebih stabil karena dengan bertambahnya usia, para lansia mengatur kembali dan menyesuaikan keadaan diri mereka yang baru dengan tujuan-tujuan hidup yang sebelumnya sudah mereka tetapkan. Sehingga para lansia tidak memaksakan pemenuhan tujuan-tujuan hidupnya lagi pada usia lanjutnya. Disamping itu, semakin tinggi usia individu maka semakin sedikit life events

penting yang terjadi sehingga perubahan emosi yang disebabkan oleh kejadian dalam hidup yang penting dan bermakna akan semakin kecil, sehingga kebahagiaan pada usia lanjut akan cenderung stabil. Maka dari itu semakin lama masa pensiun dan semakin tinggi usia maka kebahagiaannya cenderung stabil.

(28)

19

faktor yang secara dominan mempengaruhi kebahagiaan adalah faktor internal dimana faktor internal ini murni berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Hal ini juga didasari oleh teori kebahagiaan yang menyatakan pada dasarnya kebahagiaan itu bersifat subjektif dan tergantung pada masing-masing individu mengenai bagaimana cara memaknai kebahagiaan itu sendiri. Sementara itu, partisipasi sosial merupakan salah satu faktor pembentuk kebahagiaan yang merupakan faktor eksternal sehingga tidak mengherankan apabila partisipasi sosial memiliki sumbangan efektif yang kecil terhadap kebahagiaan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan antara lain adalah gender, usia, pendidikan, tingkat pendapatan, pernikahan, pekerjaan, prestasi, kesehatan, agama, dan kejadian dalam hidup (Eddington & Shuman, 2005).

Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat penelitian ini dirasa kurang maksimal. Adapun beberapa hal penting yang diperkirakan dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini adalah saat proses pengisian skala berlangsung. Metode pengisian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah melakukan pembacaan skala atau wawancara kepada sebagian dari subjek penelitian mengingat keterbatasan fisik yang dimiliki oleh para punawirawan TNI sebagai subjek penelitian. Selain itu sebagian skala diisikan sendiri oleh subjek dengan membawa pulang skala partisipasi sosial dan kebahagiaan setelah perkumpulan purnawirawan TNI usai. Hal ini tentunya memunculkan kemungkinan subjek melakukan pengisian skala dengan seadanya tanpa keseriusan mengingat keterbatasan subjek dengan usia yang masuk kategori lansia bermacam-macam. Salah satunya adalah subjek mengaku kesulitan dalam membaca dan juga memikirkan jawaban apa yang pas dan sesuai dengan skala yang harus diisi. Kelemahan dalam penelitian ini tentunya menjadi sebuah masukan bagi calon peneliti selanjutnya yang mengambil tema penelitian yang serupa dengan peneliti.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa partisipasi sosial memiliki korelasi yang positif dengan kebahagiaan. Hal tersebut ditandai dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.247 yang artinya semakin tinggi partisipasi sosial maka semakin tinggi pula kebahagiaan individu. Namun sebaliknya, apabila partisipasi sosial individu rendah, maka semakin rendah pula kebahagiaan individu tersebut. Selain itu dilihat dari nilai signifikansi (p) dimana (p) = 0.013 < 0.05 yang artinya partisipasi sosial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kebahagiaan dengan taraf kesalahan (alpha) 0.05. Adapun hasil lain yang didapatkan pada penelitian ini adalah sumbangan efektif variabel partisipasi sosial terhadap kebahagiaan yaitu sebesar 6.1% yang ditunjukkan dalam nilai koefisien determinasi (r² = 0.061) dan sisanya sebesar 93.9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti di dalam penelitian ini.

(29)

20

juga memperkecil kemungkinan menurunnya tingkat kebahagiaan yang dapat berdampak kepada stress dan juga kesehatan. Sehingga tentunya sangat penting sekali bagi purnawirawan TNI untuk senantiasa menjaga kesibukan dengan cara melakukan partisipasi sosial untuk selalu dapat meningkatkan kebahagiaan mereka.

Selain itu, diharapkan juga kepada lembaga Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan POLRI (PEPABRI) untuk mewajibkan anggotanya yang telah pensiun agar dapat menjadi anggota dari perkumpulan para purnawirawan TNI tersebut mengingat sistem yang berlaku sesudah masa orde baru hingga saat ini adalah anggota TNI yang telah purna tugas tidak diwajibkan untuk mendaftarkan diri menjadi anggota Pepabri. Hal ini tentunya menyebabkan aktivitas partisipasi sosial para purnawirawan akan berkurang selama masa pensiunnya.

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperkaya penelitian terkait dengan partisipasi sosial dan juga kebahagiaan dengan menambah variabel-variabel lain yang tentunya belum ditambahkan dan diteliti pada penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian yang sebelumnya sudah diteliti dan memperkaya ilmu terkait variabel yang telah diteliti sehingga dapat lebih bermanfaat bagi para pembaca.

REFERENSI

Argyle, M. & Crossland, J. (1987). Dimensions of positive emotions. The British Journal of Social Psychology, 26, 127-137.

Barker, Chris and Martin, Brian. (2011). Participation: The Happiness Connection, Journal of Public Deliberation: 7 (1). 1-11.

British Broadcasting Corporation. (2006). Test Your Happiness. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2015 dari

http://news.bbc.co.uk/2/hi/programmes/happiness_formula/4785402.stm

Cicognani, E, dkk. 2008. Social Participation, Sense of Community and Social Well Being: A Study on American, Italian and Iranian University Students. Social Indicator

Research. 89, 97–112.

Eddington, N. dan Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness). Continuing Psychology Education: 6 Continuing Education Hours. Retrieved November 27, 2015, from http:/www.texcpe.com/cpe/PDF/ca-happiness.pdf

Ghamari, Mohammad. (2012). The Relationship of Social Capital and Happiness among High School Students of Karaj City. Journal ofacademic research in bussiness. 2 (1), 353-369.

Gilmour, Heather. (2012). Social Participation and The Health and Well-Being of Canadian Senior. Component of statistics Canada Catalogue. Health Reports, Retrieved

October 29, 2015, from

(30)

21

Hills, Petter & Michael Argyle. 2002. The Oxford Happiness Questionnaire: A Compact Scale for The Measurement of Psychological Well-Being. Personality and Individual Difference. 33(2002): 1073-1082

Levasseur, M. 2008. “Do quality of life, participation and environment of older adults differ according to level of activity?”.Health Qual Life Outcomes.2008; 6: 30.

Prasojo, B.D. (2011). Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Kementrian Agama Yang Istrinya Bekerja Dan Tidak Bekerja.Skripsi. Semarang: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Ryff, C. D., Magee, W. J., Kling, K. C., Wing, E. H. (1999). Forging macro-micro linkages in the study of psychological well-being. In C.D Ryff & V.W Marshall (Eds.), The self and society in aging processes (pp. 247–78). New York: Springer

Ross, Murray G.(1967). Community Organization, Principle and Practice, Second Edition. New York: Harper and Row Publishers.

Santrock, J. W. (1998). Life-span Development (7th Edition). New York: McGraw-Hill Higher Education

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). Jakarta: Erlangga

Santrock, J. W. (2011). Life-span Development. Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta: Erlangga

Santrock, John W. 2012. Life-span Development. 13 th Edition. University of Texas, Dallas : Mc Graw-Hill

Schnittker, Jason. 2008. Happiness and Success: Genes, Families, and the Psychological Effect of Socioeconomic Position and Social Support. Journal of Sociology. 114, 233-259.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Winters, M.S. & Rundlett, A. (2014). “ The Challenge of Untangling The Relatioship

(31)

22

(32)

23

LAMPIRAN I

Blue Print

Skala Partisipasi Sosial dan

(33)

24

Melakukan kegiatan diluar rumah bersama orang lain

Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan di luar rumah

Melakukan kegiatan olahraga dan aktifitas fisik diluar rumah bersama orang lain

(34)

25

Melakukan kegiatan diluar rumah bersama orang lain

1 1

2. Kegiatan keagaaman

Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan di luar rumah

Melakukan kegiatan olahraga dan aktifitas fisik diluar rumah bersama orang lain

Melakukan kegiatan rekreasi dan hobbi bersama orang lain

Mengikuti kegiatan amal dan sukarela 26 4

(35)

26 Blue Print

Skala Oxford Happiness Questionairre 1. Blueprint Sebelum Validasi

No. Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

item

1. Puas terhadap hidup Merasakan adanya kepuasan dalam

3. Bersikap Empati Ingin menunjukkan kehangatan dan kepedulian terhadap sekitar

2, 34* 27, 31* 4

4. Berpikir Positif Memiliki gambaran positif tentang hidup

No. Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

item

1. Puas terhadap hidup Merasakan adanya kepuasan dalam

3. Bersikap Empati Ingin menunjukkan kehangatan dan kepedulian terhadap sekitar

(36)

27 4. Berpikir Positif Memiliki gambaran

positif tentang hidup yang sedang dijalani

3 6 2

5. Rasa Sejahtera Merasakan

kesejahteraan dalam hidup

9, 18 5, 28 4

6. Ceria Merasa sering bersuka-cita

15, 22 29 3

7. Harga diri yang positif

Merasa memiliki semangat dan kepercayaan diri yang baik

8, 17, 25 24 4

(37)

28

LAMPIRAN II

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas

Skala Partisipasi Sosial dan Skala

Oxford

(38)
(39)

30

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.809 14

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

@1 40.41 41.375 .310 .805

@2 39.84 39.716 .393 .800

@7 40.67 36.935 .544 .787

@8 39.65 39.554 .471 .794

@10 39.94 38.706 .489 .792

@14 39.46 40.672 .332 .804

@15 41.03 39.580 .411 .798

@17 41.14 40.382 .313 .806

@19 40.37 37.526 .448 .796

@24 40.73 35.716 .601 .781

@26 38.84 40.652 .400 .799

@27 39.67 38.355 .509 .791

@28 39.24 40.894 .344 .803

(40)
(41)
(42)

33 Cronbach's

Alpha

N of Items

.846 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

@3 82.841 102.394 .514 .835

@4 83.556 100.283 .571 .832

@5 83.889 101.197 .453 .838

@6 83.270 106.168 .338 .842

@8 83.048 105.175 .449 .838

@9 82.365 104.977 .453 .838

@15 83.143 101.673 .580 .833

@16 82.730 107.361 .401 .840

@17 83.032 104.999 .425 .839

@18 83.111 103.423 .479 .837

@20 83.905 104.346 .378 .841

@22 82.746 105.612 .355 .842

@24 82.714 104.949 .353 .842

@25 83.413 103.408 .407 .840

@27 83.413 104.569 .374 .841

@28 83.635 104.623 .310 .845

@29 82.619 106.724 .336 .842

@30 83.286 100.014 .546 .833

@32 82.492 107.189 .345 .842

@33 82.381 106.304 .314 .843

(43)

34

LAMPIRAN III

Gambar

Tabel 1. Cara Skoring ...............................................................................................
Tabel 1. Cara Skoring
Tabel  3. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 5. Karakteristik Subjek
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fathoni (2013) menyatakan bahwa variabel dalam komunikasi pemasaran terpadu, yang terdiri dari Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan

Keadaan di mana para pelajar tidak memberi tumpuan dalam peroses P&amp;P adalah wujudnya pertentangan minat mereka disebabkan kebergantungan guru sepenuhnya terhadap

SAMPANG SP BULA Jln  Jln Telp.  Telp.. AMPANA SP BENGKALIS Jln

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media komik terhadap pengetahuan dan sikap siswi tentang Tablet Tambah Darah dan anemia di

Dari penjelasan diatas dapat ditarik pengertian bahwa Museum Wali Songo merupakan lembaga tetap yang senantiasa melayani masyarakat secara terbuka untuk kepentingan

• DTK menyiapkan konsep perijinan dan meminta kepada komisi perencanaan untuk melakukan uji publik yaitu dengan melaksanakan dengar. pendapat publik warga di sekitarnya dan beberapa

Ruang bakar ini dindingnya dilapisi dengan batu bata tahan api yang diikat dengan semen tahan api, agar pada proses pembakaran terjadi suhu panas dari pembakaran yang keluar

Berdasarkan hasil analisis butir soal yang terdiri dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda terhadap soal PAI yang dibuat di SMA Islam